BUKTI ALLAH TRITUNGGAL BGN 1

BUKTI ALLAH TRITUNGGAL
      I) Pernyataan tentang doktrin Allah Tritunggal.

1) Dalam diri Allah hanya ada 1 hakekat yang tidak terbagi-bagi (one indivisible essence), tetapi ada 3 pribadi yaitu Bapa, Anak & Roh Kudus.

a) Adanya 3 pribadi tidak berarti bahwa orang kristen mempercayai 3 Allah!
Calvin“three are spoken of, each of which is entirely God, yet there is not more than one God.” [= tiga yang dibicarakan, masing-masing adalah Allah sepenuhnya, tetapi tidak ada lebih dari satu Allah.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 3.

b) Tetapi orang kristen juga tidak mempercayai Allah itu tunggal secara mutlak. Orang kristen mempercayai Allah Tritunggal.

Calvin mengutip kata-kata Gregory Nazianzus yang berbunyi sebagai berikut:

“I cannot think on the one without quickly being encircled by the splendor of the three; nor can I discern the three without being straightway carried back to the one.” [= Saya tidak dapat memikirkan yang satu tanpa dengan cepat dilingkupi oleh kemegahan dari yang tiga; juga saya tidak bisa melihat / memperhatikan yang tiga tanpa segera dibawa kembali kepada yang satu.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 17.

c) Allah menyatakan diriNya dalam 3 pribadi bukan karena Ia memilih / menghendaki hal itu, tetapi karena memang Ia adalah demikian.

Louis Berkhof“this tri-personal existence is a necessity in the Divine Being, and not in any sense the result of a choice of God. He could not exist in any other than the tri-personal form.” [= keberadaan yang bersifat tiga pribadi ini adalah suatu keharusan dalam Diri / Keberadaan Allah, dan sama sekali bukanlah hasil dari pilihan Allah. Ia tidak bisa berada dalam apapun yang lain dari pada bentuk tiga pribadi.] ‘Systematic Theology’, hal 84.

2) Seluruh hakekat Allah yang tidak terbagi-bagi itu dimiliki oleh ketiga pribadi itu.

a) Hakekat illahi itu tidak mempunyai keberadaan di luar / terpisah dari ketiga pribadi itu.

b) Kalau berbicara tentang ‘Essential Being’ [= Keberadaan secara hakiki] dari pribadi-pribadi dalam diri Allah, maka mereka betul-betul setingkat, tidak ada yang lebih tinggi / rendah.

c) Dalam persoalan hubungan ketiga pribadi ini dengan hakekat illahi, semua analogi tidak berguna dan kita harus menyadari bahwa Allah Tritunggal adalah suatu misteri yang jauh melampaui pengertian kita.

3) Ketiga pribadi dalam diri Allah itu ditandai dengan urut-urutan (order) yang tertentu.
Allah Bapa adalah yang pertama; Allah Anak yang kedua; dan Allah Roh Kudus yang ketiga.
Urut-urutan ini tidak berhubungan dengan waktu atau hakekat, tetapi hanya dengan urut-urutan asal usul Mereka SECARA LOGIKA.

Louis Berkhof“It need hardly be said that this order does not pertain to any priority of time or of essential dignity, but only to the logical order of derivation. [= Hampir tidak perlu dikatakan bahwa urut-urutan ini tidak berhubungan dengan keberadaan lebih dulu atau kewibawaan hakiki, tetapi hanya dengan urut-urutan asal usul secara logika.] - ‘Systematic Theology’, hal 88-89.

4) Ada sifat-sifat / milik-milik pribadi (personal attributes) yang membedakan ketiga pribadi dalam diri Allah.

Ini disebut ‘opera ad intra’, karena hal-hal ini merupakan pekerjaan-pekerjaan dalam diri Allah yang tidak berhubungan dengan ciptaanNya. Hal-hal ini merupakan pekerjaan pribadi yang tidak dilakukan oleh ketiga pribadi secara bersama-sama. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak dapat diberikan / tidak dapat dimiliki bersama-sama (incommunicable).

‘Generation’ [= pekerjaan melahirkan] hanyalah merupakan pekerjaan Allah Bapa.

‘Filiation’ [= descent from a parent / kelahiran] hanya bisa ditujukan terhadap Allah Anak.

‘Procession’ hanya dapat ditujukan terhadap Allah Roh Kudus.

‘Opera ad intra’ dibedakan dengan ‘opera ad extra’ yang merupakan pekerjaan-pekerjaan dengan mana Allah Tritunggal dimanifestasikan keluar.
Sekalipun pekerjaan-pekerjaan tertentu lebih ditujukan kepada pribadi-pribadi tertentu (Misalnya: penciptaan - Allah Bapa; penebusan - Allah Anak; pengudusan - Allah Roh Kudus), tetapi pekerjaan-pekerjaan itu bukanlah pekerjaan-pekerjaan dari pribadi-pribadi tertentu saja, melainkan pekerjaan-pekerjaan dari seluruh Allah Tritunggal / ketiga Pribadi dari Allah Tritunggal.

5) Doktrin Allah Tritunggal adalah suatu misteri yang melampaui pengertian manusia.

a) Manusia tidak dapat mengertinya sepenuhnya atau membuatnya bisa dimengerti sepenuhnya.

Dalam doktrin Allah Tritunggal diajarkan bahwa Allah itu satu hakekatnya tetapi mempunyai 3 pribadi, yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Bapa itu Allah sepenuhnya; Anak itu Allah sepenuhnya; dan Roh Kudus itu juga Allah sepenuhnya.
Tetapi kita tidak mempercayai 3 Allah (Tritheisme); kita tetap mempercayai Allah itu satu.

Tidak masuk akal? Bukan tidak masuk akal tetapi melampaui akal.
Sedikit penjelasan tentang ‘tidak masuk akal’ dan ‘melampaui akal’: kalau kita berkata bahwa Allah itu 1 hakekat dan 3 hakekat pada saat yang sama, maka itu berten­tangan dengan akal / logika dan itu betul-betul merupakan suatu kekacauan.
Demikian juga kalau kita berkata bahwa Allah itu 1 pribadi dan 3 pribadi pada saat yang sama.
Tetapi kalau kita berkata bahwa Allah itu 1 hakekat tetapi 3 pribadi, itu tidak bertentangan dengan akal / logika, tetapi melampaui akal / logi­ka.

William G. T. Shedd“The clue to the right construction of the doctrine of the Trinity, lies in the accurate distinction and definition of Essence and Person. The doctrine is logically consistent, because it affirms that God is one IN ANOTHER SENSE than he is three; and three IN ANOTHER SENSE than he is one. If it affirmed unity IN THE SAME RESPECT that it affirms trinality, the doctrine would be self-contradictory.” [= Petunjuk pada konstruksi / penyusunan doktrin Tritunggal, terletak pada pembedaan dan pendefinisian yang akurat / tepat dari ‘Hakekat’ dan ‘Pribadi’. Doktrin ini konsisten secara logika, karena doktrin ini menegaskan bahwa Allah itu satu DALAM ARTI YANG BERBEDA dengan pada waktu dikatakan Ia itu tiga, dan tiga DALAM ARTI YANG BERBEDA dengan pada waktu dikatakan Ia itu satu. Seandainya doktrin ini menegaskan kesatuan DALAM HAL YANG SAMA dengan pada waktu doktrin ini menyatakan ke-tiga-an, maka doktrin ini bertentangan dengan dirinya sendiri.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal 268.

Mengapa saya katakan ‘melampaui akal / logika’? Karena kita tidak bisa membayangkan bagaimana satu hakekat dengan tiga pribadi itu!

Ini juga merupakan sesuatu yang perlu dicamkan dalam mempelajari doktrin Allah Tritunggal. Jangan mempelajarinya doktrin Allah Tritunggal dengan membayangkan, karena bagaimanapun dan apapun yang saudara bayangkan, Allahnya pasti tidak seperti itu.

Dan pernyataan bahwa Allah ‘melampaui akal’ ini yang justru masuk akal. Otak kita yang terbatas tidak mungkin bisa mengerti sepenuhnya tentang Allah yang tak terbatas! Seseorang pernah berkata bahwa kalau ada orang yang bisa mengajarkan Doktrin Allah Tritunggal sehingga bisa dimengerti sepenuhnya, maka itu pasti adalah ajaran sesat. Kalau Allah yang tidak terbatas bisa dimengerti SELURUHNYA oleh otak manusia yang begitu terbatas, itu justru tidak masuk akal!

Argumentasi ini sering saya gunakan kalau saya menghadapi orang-orang yang mempercayai Allah yang tunggal mutlak.

Bandingkan dengan ayat-ayat ini:

1. Ayub 11:7-9 - “(7) Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa? (8) Tingginya seperti langit - apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati - apa yang dapat kauketahui? (9) Lebih panjang dari pada bumi ukurannya, dan lebih luas dari pada samudera.”.

Pertanyaan dalam Ayub 11:7 itu jelas harus dijawab ‘Tidak!’.

Matthew Henry (tentang Ayub 11:7-8)“We may, by searching find God (Acts 17:27), but we cannot find him out in any thing he is pleased to conceal; we may apprehend him, but we cannot comprehend him; we may know that he is, but cannot know what he is. ... We may, by a humble, diligent, and believing search, find out something of God, but cannot find him out to perfection; we may know, but cannot know fully, what God is, nor find out his work from the beginning to the end, Eccl. 3:11. Note, God is unsearchable.” [= Kita bisa, dengan mencari, menemukan Allah (Kis 17:27), tetapi kita tidak bisa menemukan Dia dalam hal apapun yang Ia berkenan untuk menyembunyikan; kita bisa memahami / mengerti Dia, tetapi kita tidak dapat memahami / mengerti Dia dengan sepenuhnya; kita bisa mengetahui bahwa Ia ada, tetapi kita tidak bisa tahu apa Dia itu. ... Kita bisa, dengan pencarian yang rendah hati, rajin, dan percaya, mengetahui sesuatu tentang Allah, tetapi kita tidak dapat mengetahui Dia dengan sempurna; kita bisa tahu / mengenal, tetapi tidak bisa tahu / mengenal dengan sepenuhnya, apa Allah itu, ataupun memahami pekerjaanNya dari awal sampai akhir, Pkh 3:11. Perhatikan, Allah itu tidak bisa diselidiki / diselami.].

Bdk. Pkh 3:11b - “Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.”.

Kalau pekerjaan Allah saja manusia tidak bisa menyelami, apalagi Allahnya sendiri!

2. Ayub 36:26 - “Sesungguhnya, Allah itu besar, tidak tercapai oleh pengetahuan kita, jumlah tahunNya tidak dapat diselidiki.”.
NIV: How great is God - beyond our understanding! The number of his years is past finding out [= Alangkah besarnya Allah - melampaui pengertian kita! Jumlah tahun-tahunNya tidak bisa diketahui / diselidiki].

Kalau jumlah tahun-tahun Allah itu saja tidak dapat kita selidiki, apalagi Allahnya sendiri!

3. Ayub 37:5b,22-23 - “(5b) ... Ia melakukan perbuatan-perbuatan besar yang tidak tercapai oleh pengetahuan kita; ... (22) Dari sebelah utara muncul sinar keemasan; Allah diliputi oleh keagungan yang dahsyat. (23) Yang Mahakuasa, yang tidak dapat kita pahami, besar kekuasaan dan keadilanNya; walaupun kaya akan kebenaran Ia tidak menindasnya.”.

Ay 5bnya menunjukkan bahwa perbuatan-perbuatan Allah saja begitu besar sehingga tidak bisa kita mengerti, apalagi Allahnya sendiri. Dan bahwa Allahnya sendiri tidak bisa kita mengerti, ditekankan lagi oleh ay 22-23nya.

Sekarang bagaimana dengan Yoh 4:22?
Yoh 4:22 - “Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, KAMI MENYEMBAH APA YANG KAMI KENAL, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.”.

Tidak ada problem dengan ayat ini. Kita yang mengenal Allah melalui pengertian yang benar dari Kitab Suci, bisa mengatakan hal yang sama. Kita bisa berkata bahwa kita mengenal Allah, tetapi kita tidak bisa berkata bahwa kita mengerti Dia DENGAN SEMPURNA.

Matthew Henry (tentang Yoh 4:22)“‘We know what we worship. We go upon sure grounds in our worship, for our people are catechised and trained up in the knowledge of God, as he has revealed himself in the scripture.’ Note, Those who by the scriptures have obtained some knowledge of God (a CERTAIN though not a PERFECT knowledge) may worship him comfortably to themselves, and acceptably to him, for they know what they worship.” [= ‘Kami tahu / kenal apa yang kami sembah. Kami berjalan di atas tanah / dasar yang pasti dalam ibadah / penyembahan kami, karena bangsa kami diberi pelajaran dasar dan dididik dalam pengetahuan / pengenalan terhadap Allah, sebagaimana Ia telah menyatakan diriNya sendiri dalam Kitab Suci’. Perhatikan, Mereka yang dengan Kitab Suci telah mendapatkan suatu pengetahuan tentang Allah (suatu pengetahuan TERTENTU, sekalipun bukan pengetahuan YANG SEMPURNA) bisa menyembah Dia dengan menyenangkan bagi diri mereka sendiri, dan bisa diterima bagi Dia, karena mereka tahu / kenal apa yang mereka sembah.].

Ini sesuai dengan kata-kata Paulus, yang ada dalam 1Kor 13:8-12 - “(8) Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. (9) Sebab PENGETAHUAN KITA TIDAK LENGKAP dan nubuat kita tidak sempurna. (10) Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. (11) Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. (12) Karena SEKARANG KITA MELIHAT DALAM CERMIN SUATU GAMBARAN YANG SAMAR-SAMARTETAPI NANTI KITA AKAN MELIHAT MUKA DENGAN MUKASEKARANG AKU HANYA MENGENAL DENGAN TIDAK SEMPURNATETAPI NANTI AKU AKAN MENGENAL DENGAN SEMPURNA, SEPERTI AKU SENDIRI DIKENAL.”.

Jadi, ayat-ayat yang menunjukkan bahwa kita bisa mengenal Allah, harus diartikan sebagai pengenalan YANG TERBATAS, sejauh yang Allah kehendaki / nyatakan tentang diriNya sendiri dalam Alkitab. Ini cukup untuk keselamatan kita!

Tetapi ayat-ayat yang menunjukkan bahwa kita tidak bisa mengenal Allah, harus diartikan sebagai pengenalan YANG SEMPURNA. Ini baru bisa ada pada akhir jaman, atau pada saat kita mati dan masuk ke surga.

Semua ini juga sesuai dengan kata-kata Yohanes dalam 1Yoh 3:2 - Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diriNyakita akan menjadi sama seperti Diasebab KITA AKAN MELIHAT DIA DALAM KEADAANNYA YANG SEBENARNYA..

Kata-kata ‘apabila Kristus menyatakan diriNya’ jelas menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya. Pada saat itu:

1. ‘kita akan menjadi sama seperti Dia’.
Kata ‘sama’ seharusnya tidak ada.
KJV: ‘we shall be like him’ [= kita akan seperti Dia].
Tentu kita tidak akan menjadi setara dengan Dia / menjadi Allah.
Calvin mengatakan bahwa kita tidak akan menjadi setara dengan Dia, karena harus ada perbedaan antara kepala dan anggota-anggota tubuh. Sang rasul mengatakan bahwa kita akan seperti Dia karena Ia akan mengubah tubuh kita yang hina sehingga menjadi seperti tubuhNya yang mulia.

Bdk. Fil 3:21 - “yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuhNya yang mulia, menurut kuasaNya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diriNya.”.

2. ‘kita akan melihat Dia dalam keadaannya yang sebenarnya’.

Calvin menafsirkan kata ‘sebab’ (yang mendahului anak kalimat ini) bukan sebagai ‘cause’ [= penyebab], tetapi sebagai ‘effect’ [= akibat]. Jadi, pada saat kita menjadi seperti Dia, maka kita akan melihat Dia dalam keadaanNya yang sebenarnya.
Kata Yunani yang digunakan adalah HOTI, yang bisa berarti ‘because’ [= sebab], tetapi bisa juga berarti ‘that’ [= sehingga / supaya].

Ada 2 hal yang perlu kita ketahui tentang kata-kata ‘kita akan melihat Dia dalam keadaanNya yang sebenarnya’:

a. Memang orang-orang yang tidak percaya juga akan melihat Dia, tetapi mereka akan melihat Dia sebagai Hakim yang mengerikan, sedangkan kita akan melihat Dia sebagai Sahabat.

b. Sekarangpun kita ‘melihat’ Dia, tetapi kita melihat Dia hanya secara samar-samar. Nanti kita akan melihat Dia apa adanya. Ini sesuai dengan 1Kor 13:12 yang sudah kita baca dan pelajari di atas, tetapi untuk jelasnya saya berikan lagi di sini.

1Kor 13:12 - “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samartetapi nanti kita akan melihat muka dengan mukaSekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurnatetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.”.

b) Kesulitan yang terbesar terletak pada hubungan antara pribadi-pribadi dalam diri Allah dengan hakekat illahi dan hubungan antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lain. Kesulitan-kesulitan ini tidak pernah bisa dipecahkan oleh manusia.

Kita berusaha untuk menyatakan doktrin Allah Tritunggal ini sedemikian rupa, BUKAN SUPAYA SEMUA INI BISA DIMENGERTI DENGAN JELASTETAPI HANYA SUPAYA KITA TERHINDAR / TERLINDUNG DARI AJARAN-AJARAN SESAT TENTANG ALLAH TRITUNGGAL.

Bukti Allah Tritunggal 01

II) Istilah ‘Tritunggal’, ‘hakekat’ dan ‘pribadi’.


Mengapa digunakan istilah-istilah seperti ‘Trinity’ [= Tritunggal], ‘person’ [= priba­di] dan ‘essence’ [= hakekat], padahal istilah-istilah terse­but tidak ada dalam Alkitab?

1)  Istilah ‘Trinity’ [= Tritunggal].

William G. T. Shedd“The technical terms ‘trinity’ is not found in Scripture; ... The earliest use of the word is in Theophilus of Antioch (+ 181, or 188), ... Tertullian (+ 220) employs the term trinitas.” [= Istilah tekhnis ‘Tritunggal’ tidak ditemukan dalam Kitab Suci; ... penggunaan yang paling awal dari kata itu adalah dalam Theophilus dari Antiokhia (+ 181, atau 188), ... Tertullian (+ 220) menggunakan istilah ‘Trinitas’.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal 267.

Herman Bavinck“Scripture does not give us a fully formulated doctrine of the Trinity, but contains all the elements out of which Theology has constructed this doctrine.” [= Kitab Suci tidak memberi kita doktrin tentang Tritunggal yang diformulakan secara penuh, tetapi mencakup semua elemen dari mana Theologia telah menyusun doktrin ini.] - ‘The Doctrine of God’, hal 274.

Dengan kata lain, sekalipun dalam Kitab Suci tidak ada pernyataan explicit bahwa Allah itu adalah satu hakekat, 3 pribadi, dan bahwa 3 pribadi itu setingkat, dan sama sifat-sifatNya, dan sebagainya, tetapi dalam Kitab Suci semua elemen dari doktrin Allah Tritunggal ada.

Dalam Perjanjian Lama hanya ada secara samar-samar, tetapi dalam Per­janjian Baru menjadi jauh lebih jelas. Tetapi setelah ada Perjanjian Baru, dan kita membaca Perjanjian Lama dengan ‘kaca mata Perjanjian Baru’, maka akan terlihat bahwa di Perjanjian Lama ada lebih banyak ayat yang mendasari ajaran tentang Allah Tritunggal.

Untuk jelasnya nanti kita akan melihat dasar Kitab Suci dari doktrin Allah Tritunggal, baik dari Perjanjian Lama maupun dari Perjanjian Baru.

2) Istilah ‘essence’ [= hakekat] dan ‘person’ [= pribadi].

Calvin“although the heretics rail at the word ‘person,’ or certain squeamish men cry out against admitting a term fashioned by the human mind, they cannot shake our conviction that three are spoken of, each of which is entirely God, yet there is not more than one God. What wickedness, then, it is to disapprove of words that explain nothing else than what is attested and sealed by Scripture! It would be enough, they say, to confine within the limits of Scripture not only our thoughts but also our words, rather than scatter foreign terms about, which would become seedbeds of dissension and strife. ... If they call a foreign word one that cannot be shown to stand written syllable by syllable in Scripture, they are indeed imposing upon us an unjust law which condemns all interpretation not patched together out of the fabric of Scripture. ... what prevents us from explaining in clearer words those matters in Scripture which perplex and hinder our understanding, yet which conscientiously and faithfully serve the truth of Scripture itself, and are made use of SPARINGLY and modestly and on due occasion? ... What is to be said, moreover, when it has been proved that the church is utterly compelled to make use of the words ‘Trinity’ and ‘Persons’? If anyone, then, finds fault with the novelty of the words, does he not deserve to be judged as bearing the light of truth unworthily, since he is finding fault only with what renders the truth plain and clear?” [= sekalipun bidat-bidat / orang-orang sesat mencemooh pada kata ‘pribadi’, atau orang-orang yang sangat kritis / cerewet berteriak menentang penerimaan suatu istilah yang diciptakan oleh pikiran manusia, mereka tidak bisa menggoyahkan keyakinan kami bahwa tiga yang dibicarakan, masing-masing adalah Allah sepenuhnya, tetapi tidak ada lebih dari satu Allah. Maka, kejahatan apakah itu, yang mencela / tidak menyetujui kata-kata yang tidak menjelaskan apapun juga selain dari apa yang ditegaskan dan dimeteraikan oleh Kitab SuciAdalah cukup, mereka berkata, untuk membatasi di dalam batasan-batasan dari Kitab Suci, bukan hanya pikiran-pikiran kita tetapi juga kata-kata kita, dari pada menyebarkan istilah-istilah asing ke segala arah, yang akan menjadi sumber dari munculnya ketidak-setujuan / konflik dan pertengkaran. ... Jika mereka menyebut suatu kata asing terhadap satu kata yang tidak bisa ditunjukkan tertulis suku kata demi suku kata dalam Kitab Suci, mereka memaksakan kepada kita suatu hukum yang tidak benar, yang mengecam semua penafsiran yang tidak menyatukan potongan-potongan dari Kitab Suci. ... apa yang menghalangi kita dari tindakan menjelaskan dalam kata-kata yang lebih jelas persoalan-persoalan dalam Kitab Suci yang membingungkan dan menghalangi pengertian kita, tetapi yang dengan teliti dan setia melayani kebenaran dari Kitab Suci sendiri, dan digunakan DENGAN HEMAT dan dengan rendah hati dan pada saat yang seharusnya? ... Selanjutnya, apa yang harus dikatakan pada waktu telah dibuktikan bahwa gereja sepenuhnya dipaksa untuk menggunakan kata ‘Tritunggal’ dan ‘Pribadi-Pribadi’? Jadi, jika seseorang mencari kesalahan dengan kata-kata yang baru, tidakkah ia layak untuk dihakimi sebagai menghasilkan terang kebenaran yang tidak berharga, karena ia mencari kesalahan hanya pada apa yang membuat kebenaran menjadi terang dan jelas?] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 3.
Catatan: kata ‘sparingly’ [= dengan hemat] mungkin maksudnya ‘tidak dengan sembarangan’.

Dengan kata-kata di atas, Calvin jelas mencela orang-orang yang tidak mau menerima ajaran tentang Allah Tritunggal karena menggunakan kata-kata / istilah-istilah yang tidak ada dalam Alkitab, karena sekalipun kata-kata itu diciptakan, tetapi penjelasan dengan kata-kata itu tetap menjelaskan ajaran yang ada dalam Alkitab.

Calvin (pada waktu ia berbicara tentang Allah Tritunggal dalam Yoh 1:1-2) berkata sebagai berikut:

“And yet the ancient writers of the Church were excusable, when, finding that they could not in any other way maintain sound and pure doctrine in opposition to the perplexed and ambiguous phraseology of the heretics, THEY WERE COMPELLED TO INVENT SOME WORDS, which after all had no other meaning than what is taught in the Scriptures. They said that there are three Hypostases, or Subsistences, or Persons, in the one and simple essence of God.” [= Dan penulis-penulis kuno dari gereja bisa dibenarkan, karena pada waktu mereka melihat bahwa tidak ada jalan lain untuk mempertahankan doktrin yang sehat dan murni untuk menentang penyusunan kata yang membingungkan dan berarti dua dari orang-orang sesat, MAKA MEREKA TERPAKSA MENCIPTAKAN BEBERAPA KATA-KATA, yang sebetulnya tidak mempunyai arti lain dari pada apa yang diajarkan dalam Kitab Suci. Mereka berkata bahwa ada TIGA PRIBADI dalam HAKEKAT ALLAH YANG SATU DAN SEDERHANA.].

Renungkan:
Ada banyak kata / istilah yang tidak ada dalam Alkitab, tetapi tetap digunakan dalam kekristenan. Saya akan memberi 2 contoh:

a)     Istilah ‘free will’ [= kehendak bebas].
Steven Liauw pernah mengatakan ada dan menunjukkan ayat-ayat yang dalam KJV menggunakan kata ‘freewill’ seperti Im 22:18.
Tetapi saya menjawab:
‘Freewill’ berbeda / tidak sama dengan ‘free will’.
‘Freewill’ adalah satu kata, dan ini adalah kata sifat, artinya ‘sukarela’.
Tetapi ‘free will’ terdiri dari dua kata, yaitu kata benda ‘will’ / ‘kehendak’, dan kata sifat ‘free’ / ‘bebas’, yang menjelaskan kata benda ‘will’ / ‘kehendak’ itu. Arti seluruhnya ‘kehendak bebas’. Dan istilah ini tidak ada dalam Alkitab bagian manapun! Tetapi hampir dalam setiap perdebatan Calvinisme vs Arminianisme, istilah ini digunakan!

b)     Kata ‘sakramen’.
Jerome menterjemahkan kata ‘mystery’ / ‘rahasia’ dalam Ef 5:32 sebagai ‘sakramen’, tetapi ini jelas terjemahan yang salah!
Ef 5:31-32 - “(31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. (32) Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat..
Yunani: MUSTERION.
KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘mystery’ [= misteri].
YLT: ‘secret’ [= rahasia].
Jadi, sebetulnya kata ‘sakramen’ itu tidak pernah ada dalam Alkitab. Tetapi boleh dikatakan semua orang kristen / gereja menggunakan kata ini!

Mengapa orang-orang itu tidak keberatan dengan penggunaan istilah-istilah / kata-kata ini, tetapi mereka keberatan terhadap penggunaan kata-kata ‘hakekat’ dan ‘pribadi’ dalam doktrin Allah Tritunggal? Ini merupakan suatu sikap yang tidak konsisten!
Calvin“And Augustine’s excuse is similar: on account of the poverty of human speech in so great a matter, the word ‘hypostasis’ had been forced upon us by necessity, not to express what it is, but only not to be silent on how Father, Son, and Spirit are three.” [= Dan alasan Agustinus juga mirip: karena kemiskinan dari kata-kata manusia dalam persoalan yang begitu besar seperti ini, kata ‘HUPOSTASIS’ {= pribadi} dipaksakan kepada kita karena kebutuhanbukan untuk menyatakan apa hal itu, tetapi hanya supaya tidak bungkam / diam tentang bagaimana Bapa, Anak, dan Roh adalah tiga.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, no 5.

Herman Bavinck mengatakan sebagai berikut:

“It is of course self-evident that this confession of Nicea and Chalcedon may not lay claim to infallibility. The terms of which the church and its theology make use, such as person, nature, unity of substance, and the like, are not found in Scripture, but are the product of reflection which Christianity gradually had to devote to this mystery of salvation. The church was compelled to do this reflecting by the heresies which loomed up on all sides, both within the church and outside of it. All those expressions and statements which are employed in the confession of the church and in the language of theology are not designed to explain the mystery which in this matter confronts it, but rather to maintain it pure and unviolated over against those who would weaken or deny it.” [= Jelaslah bahwa penga­kuan iman Nicea dan Chalcedon tidak bisa mengclaim ke-tidak-bisa-salah-an. Istilah-istilah yang digunakan oleh gereja dan theologianya, seperti ‘pribadi’, ‘hakekat’, ‘kesatuan hakekat / zat’, dan sebagainya, tidak ditemukan dalam Kitab Suci, tetapi merupakan hasil pemikiran yang secara bertahap / perlahan-lahan harus diberikan oleh kekristenan kepada misteri tentang keselamatan ini. Gereja dipaksa untuk melakukan pemikiran ini oleh bidat-bidat yang muncul dan mengancam dari semua sisi, baik di dalam maupun di luar gerejaSemua istilah dan pernyataan yang digunakan dalam pengakuan iman gereja dan dalam bahasa theologia, TIDAK DIMAKSUDKAN UNTUK MENJELASKAN MISTERI YANG DIHADAPITETAPI UNTUK MENJAGANYA SUPAYA TETAP MURNI DAN TAK TERGANGGU DARI MEREKA YANG INGIN MELEMAHKAN ATAU MENYANGKALNYA.] - ‘Our Reasonable Faith’, hal 321-322.

Bavinck melanjutkan lagi:

“There have been many, and there still are many, who look down upon the doctrine of the two natures from a lofty vantage point, and try to supplant it by other words and phrases. What differences does it really make, they begin by saying, whether we agree with this doctrine or not? What matters is that we ourselves possess the person of Christ, He who stands high and exalted above this awkward confes­sion. But before long these same persons begin introducing words and terms themselves in order to describe the person of Christ whom they accept. ... And then history has taught that the terms of the attackers of the Doctrine of the Two Natures are far poorer in worth and force, and that they often, indeed, involve doing injustice to the incarnation as Scripture explains it to us.” [= Ada banyak orang, dan sampai sekarang masih ada banyak orang, yang dari tempat yang tinggi dan menguntungkan, meremehkan / meman­dang rendah doktrin tentang dua hakekat ini, dan mencoba untuk menggantinya dengan kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang lain. Mereka memulainya dengan berkata: apa bedanya apakah kami menyetujui doktrin ini atau tidak? Yang penting adalah bahwa kami memiliki pribadi Kristus, yang berdiri jauh di atas pengakuan yang aneh ini. Tetapi sebentar lagi, orang-orang ini sendiri mulai memperkenalkan kata-kata dan istilah-istilah untuk  menggambarkan pribadi Kristus yang mereka terima. ... Dan sejarah telah mengajar bahwa isti­lah-istilah dari para penyerang Doktrin  tentang Dua Hakekat ini, jauh lebih jelek dalam nilainya dan kekuatannya, dan bahwa mereka bahkan sering terlibat dalam perlakuan yang tidak benar terhadap inkarnasi seperti yang dijelaskan oleh Kitab Suci kepada kita.] - ‘Our Reasonable Faith’, hal 321-322.

Catatan: dalam kedua kutipan dari Bavinck di atas, ia sebetulnya bukan berbicara tentang Allah Tritunggal, tetapi tentang diri Kristus, yang adalah satu pribadi tetapi memiliki 2 hakekat (natures). Tetapi saya mengutip kata-kata Bavinck di sini, karena saya menganggap bahwa kata-katanya juga bisa diterapkan dalam persoalan Allah Tritunggal.

Apa yang dikatakan Herman Bavinck ini memang tepat. Orang yang menolak istilah-istilah / kata-kata ‘pribadi’ dan ‘hakekat’ biasanya lalu menciptakan istilah-istilah / kata-kata sendiri yang ternyata jauh lebih jelek dari istilah-istilah ‘pribadi’ dan ‘hakekat’ ini.

Contoh:
Pdt. Yohanes Bambang dari GKI dalam bukunya yang berjudul ‘Tuhan ajarlah aku’ berkata sebagai berikut:

“Jadi karena hakikat Alkitab berfungsi sebagai pewar­taan iman maka dalam kesaksiannya tidak pernah berspekulasi juga mengenai masalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Tertullianus. Alkitab tidak pernah membuat hipotesa tentang Allah Bapa, Allah Anak dan Roh Kudus dengan kategori-kategori ‘UNA SUBSTANTIA, TRES PERSONAE’ (satu zat yang memiliki tiga pribadi). Cara berpikir Tertullianus adalah cara berpikir yang filsafati ketim­bang cara berpikir teologis-alkitabiah. Bila demikian, identitas Roh Kudus bukan dalam pengertian ZAT ILAHI yang memiliki kepri­badian sendiri. Alkitab tidak pernah mengenal atau mempergunakan istilah dan pengertian ZAT ILAHI.” (hal 131).

Jadi, Pdt. Yohanes Bambang menolak ajaran Tertullian ini tentang satu hakekat dan tiga pribadi ini dengan alasan bahwa istilah ‘zat ilahi’ itu tidak ada dalam Kitab Suci. Tetapi anehnya, dalam buku yang sama:

1) Di hal 109 ia berkata: “Secara matematis memang berjum­lah ‘tiga’. Tetapi dari penghayatan iman dan MATERI Allah: ‘ketigaNya adalah YANG TUNGGAL’.”.

2) Di hal 110 ia berkata: “Jadi Allah dan Yesus adalah ‘satu’, tapi bukan ‘satu’ dalam arti matematis, juga bukan dalam arti satu zat. Allah dan Yesus adalah satu dalam CIRI HAKIKI ILAHI dan karya (pekerjaan)Nya.”.

3) Di hal 135 ia berkata: “... sehingga dalam diri Yesus Kristus nampak seluruh CIRI HAKIKI Allah sendiri.”.

Yang ingin saya tanyakan adalah: dari mana ia mendapatkan istilah ‘ciri hakiki Allah / ilahi’ dan ‘materi’ itu? Apakah istilah itu ada dalam Kitab Suci? Kalau tidak ada, mengapa ia mau menggunakannya tetapi pada saat yang sama menolak penggunaan istilah ‘zat ilahi’, karena tidak ada dalam Kitab Suci? Bukankah semua ini menunjukkan ketidak-konsekwenannya?


Bukti Allah Tritunggal 02

III) Dasar Kitab Suci dari doktrin Allah Tritunggal.


Orang-orang yang anti Tritunggal sering mengclaim bahwa doktrin Allah Tritunggal tidak mempunyai dasar Alkitab.

Dan untuk untuk bisa memaksakan claim itu, mereka biasanya:

1) Menuntut kita untuk memberikan satu ayat yang menunjukkan doktrin Allah Tritunggal.
Ini merupakan suatu tuntutan yang tidak berdasar. Tak ada hukum apapun yang mengharuskan kita untuk memberikan satu ayat yang menunjukkan suatu doktrin apapun. Kita berhak menggunakan seluruh Alkitab, dan banyak sekali ayat dari Alkitab, dari mana akhirnya bisa disimpulkan adanya doktrin Allah Tritunggal ini! Ini metode yang benar dan sah untuk mendapatkan doktrin manapun.

Dalam persoalan keilahian Kristus, yang jelas berhubungan dengan doktrin Allah Tritunggal, maka tuntutannya biasanya diubah menjadi: beri satu ayat dimana Yesus sendiri mengatakan ‘Aku adalah Allah, sembahlah Aku’ dan sebagainya.
Lagi-lagi ini merupakan tuntutan yang tak berdasar. Tidak ada hukum yang mengharuskan kita untuk memberikan kata-kata Yesus sebagai dasar dari doktrin apapun. Seluruh Alkitab kita percayai sebagai firman Tuhan, dan karena itu kita bisa menggunakan semua ayat dalam Alkitab, tak peduli ayat itu ucapan Yesus atau bukan, sebagai dasar dari doktrin apapun, termasuk keilahian Kristus. Dan ayat yang menyatakan secara explicit bahwa Yesus adalah Allah, sangat banyak (ini akan kita pelajari belakangan).

2) Menggunakan tulisan-tulisan / kata-kata orang, bahkan sumber-sumber sekuler, yang menyatakan bahwa doktrin Allah Tritunggal tidak ada dalam Alkitab, atau tidak mempunyai dasar Alkitab sama sekali.

Saya ingin memberikan satu contoh yang benar-benar kurang ajar.
Saksi-Saksi Yehuwa mengutip dari Encyclopedia Britannica sebanyak 2 x dalam persoalan ini.

a) Dalam buku ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 6, mereka berkata: “The New Encyclopedia Britannica menyatakan: ‘Kata Tritunggal atau doktrinnya YANG JELAS tidak terdapat dalam Perjanjian Baru.’”.

b) Dalam buku ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 393, mereka memberikan kutipan yang lebih panjang dari Encyclopedia Britannica itu: “Kata Tritunggal, maupun doktrin Tritunggal YANG JELAS, tidak terdapat dalam Perjanjian Baru. Yesus dan pengikut-pengikutnya juga tidak bermaksud menentang Shema dalam Perjanjian Lama: ‘Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!’ (Ul. 6:4). ... Doktrin ini berkembang secara bertahap selama beberapa abad dan melalui banyak perdebatan. ... Menjelang akhir abad ke-4 ... doktrin Tritunggal pada dasarnya mengambil bentuk yang sampai sekarang dipertahankan.”.
Catatan: perhatikan ada 3 x ... yang menunjukkan mereka melakukan kutipan sebagian, meloncati bagian-bagian tertentu. Ini memang tak masalah, SELAMA TAK MEMBUAT ARTINYA JADI BERUBAH!

Sekarang, saya akan membandingkan kutipan SEBAGIAN dari Saksi Yehuwa, dengan kutipan PENUH dari Encyclopedia Britannica 2000.

Encyclopedia Britannica 2000 (dengan entry ‘Trinity’):
“in Christian doctrine, the unity of Father, Son, and Holy Spirit as three persons in one Godhead. Neither the word Trinity nor the EXPLICIT doctrine appears in the New Testament, nor did Jesus and his followers intend to contradict the Shema in the Old Testament: ‘Hear, O Israel: The Lord our God is one Lord’ (Deuteronomy 6:4). The earliest Christians, however, had to cope with the implications of the coming of Jesus Christ and of the presumed presence and power of God among them--i.e., the Holy Spirit, whose coming was connected with the celebration of the Pentecost. The Father, Son, and Holy Spirit were associated in such New Testament passages as the Great Commission: ‘Go therefore and make disciples of all nations, baptizing them in the name of the Father and of the Son and of the Holy Spirit’ (Matthew 28:19); and in the apostolic benediction: ‘The grace of the Lord Jesus Christ and the love of God and the fellowship of the Holy Spirit be with you all’ (2 Corinthians 13:14). Thus, the New Testament established the basis for the doctrine of the TrinityThe doctrine developed gradually over several centuries and through many controversies. Initially, both the requirements of monotheism inherited from the Old Testament and the implications of the need to interpret the biblical teaching to Greco-Roman religions seemed to demand that the divine in Christ as the Word, or Logos, be interpreted as subordinate to the Supreme Being. An alternative solution was to interpret Father, Son, and Holy Spirit as three modes of the self-disclosure of the one God but not as distinct within the being of God itself. The first tendency recognized the distinctness among the three, but at the cost of their equality and hence of their unity (subordinationism); the second came to terms with their unity, but at the cost of their distinctness as ‘persons’ (modalism). It was not until the 4th century that the distinctness of the three and their unity were brought together in a single orthodox doctrine of one essence and three persons. The Council of Nicaea in 325 stated the crucial formula for that doctrine in its confession that the Son is ‘of the same substance (homoousios) as the Father,’ even though it said very little about the Holy Spirit. Over the next half century, Athanasius defended and refined the Nicene formula, and, by the end of the 4th century, under the leadership of Basil of Caesarea, Gregory of Nyssa, and Gregory of Nazianzus (the Cappadocian Fathers), the doctrine of the Trinity took substantially the form it has maintained ever since. Copyright © 1994-2000 Encyclopædia Britannica, Inc.”.

Terjemahannya:
“Dalam doktrin Kristen, kesatuan dari Bapa, Anak, dan Roh Kudus sebagai tiga pribadi dalam satu Allah / keilahan. Baik kata Tritunggal maupun doktrinnya yang EXPLICIT tidak muncul / tampak dalam Perjanjian Baru, juga Yesus maupun para pengikutNya tidak bermaksud untuk menentang Shema dalam Perjanjian Lama: ‘Dengarlah hai orang Israel, TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa’ (Ulangan 6:4). Tetapi orang-orang Kristen mula-mula harus menghadapi pengertian / petunjuk tentang datangnya Yesus Kristus dan tentang anggapan tentang kehadiran dan kuasa dari Allah di antara mereka, yaitu Roh Kudus, yang kedatanganNya dihubungkan dengan perayaan dari Pentakosta. Bapa, Anak, dan Roh Kudus digabungkan / disatukan dalam text-text Perjanjian Baru seperti Amanat Agung: ‘Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus’ (Matius 28:19); dan dalam pemberian berkat rasuli: ‘Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian’ (2Kor 13:13). Dengan cara ini Perjanjian Baru menegakkan / memperlihatkan / membuktikan dasar untuk doktrin dari TritunggalDoktrin ini berkembang secara perlahan-lahan selama berabad-abad dan melalui banyak kontroversi / perdebatan. Pada awalnya, tuntutan monotheisme dari Perjanjian Lama maupun adanya kebutuhan untuk menafsirkan ajaran alkitabiah kepada agama-agama Yunani-Romawi kelihatannya menuntut bahwa keilahian dalam Kristus sebagai Firman, atau LOGOS, ditafsirkan sebagai lebih rendah dari pada Allah. Pemecahan alternatif adalah dengan menafsirkan Bapa, Anak, dan Roh Kudus sebagai tiga mode / cara penyingkapan diri sendiri dari Allah yang esa, tetapi tidak berbeda dalam diri Allah sendiri. Kecenderungan yang pertama mengakui perbedaan di antara ketiganya, tetapi dengan mengorbankan kesetaraan dan karena itu juga kesatuan mereka (subordinationisme); yang kedua sesuai dengan kesatuan mereka, tetapi dengan mengorbankan perbedaan mereka sebagai ‘pribadi-pribadi’ (modalisme). Baru pada abad ke 4lah perbedaan dari ketiganya dan kesatuan mereka dipersatukan dalam suatu doktrin orthodox tunggal tentang satu hakekat dan tiga pribadi. Sidang Gereja Nicea pada tahun 325 menyatakan formula yang sangat penting untuk doktrin itu dalam pengakuannya bahwa Anak adalah ‘dari zat yang sama (HOMOOUSIOS) dengan Bapa’, sekalipun pengakuan itu berkata-kata sangat sedikit tentang Roh Kudus. Selama setengah abad selanjutnya, Athanasius mempertahankan dan menghaluskan / membersihkan formula Nicea itu, dan pada akhir dari abad keempat, dibawah pimpinan dari Basil dari Kaisarea, Gregory dari Nyssa, dan Gregory dari Nazianzus, (Bapa-bapa Kappadokia), doktrin Tritunggal mendapat bentuk secara kokoh yang dipertahankannya sejak saat ituHak cipta © 1994-2000 Encyclopædia Britannica, Inc..

Catatan:

1. Untuk ayat terakhir ini penomoran ayat antara Kitab Suci Indonesia dan Kitab Suci Inggris berbeda satu angka; dalam Kitab Suci Indonesia 2Kor 13:13; dalam Kitab Suci Inggris 2Kor 13:14.

2. Kata ‘EXPLICIT’ diterjemahkan ‘yang jelas’ oleh Saksi-Saksi Yehuwa, dan ini jelas merupakan terjemahan yang menyesatkan. Dalam Perjanjian Baru dan bahkan dalam seluruh Kitab Suci memang tidak ada dasar YANG EXPLICIT untuk doktrin Allah Tritunggal (misalnya ayat yang mengatakan bahwa Allah itu satu hakekatNya, tetapi ada dalam 3 pribadi yang setara). Tetapi dasar-dasar YANG JELAS, jelas ada. Dan Encyclopedia Britannica 2000 sendiri memberikan 2 text yang dipakai sebagai bukti / dasar dari doktrin Allah Tritunggal, yaitu Mat 28:19 dan 2Kor 13:13.

Catatan: dari Free Dictionary dari GOOGLE, saya mendapatkan bahwa kata ‘explicit’ berarti: fully and clearly expressed; leaving nothing implied’ [= dinyatakan secara penuh dan secara jelas, tak meninggalkan apapun yang dinyatakan secara tidak langsung / implicit].

Point ke 2 ini bukan masalah besar, karena buku asli dari Saksi-Saksi Yehuwa ada dalam bahasa Inggris, dan dalam buku aslinya mereka tetap menggunakan kata ‘explicit’ itu.

3. Bagian yang saya beri garis-bawah tunggal dan warna biru adalah bagian yang dikutip oleh Saksi-Saksi Yehuwa, sedangkan yang saya beri garis bawah ganda / dobel dan warna merah, adalah bagian, yang secara kurang ajar mereka loncati, PADAHAL ITU ADALAH BAGIAN YANG SANGAT PENTING.

PENGUTIPAN SEBAGIAN, DAN PEMBUANGAN BAGIAN YANG SEHARUSNYA PENTING UNTUK DIKUTIP, MEMBUAT ENCYCLOPEDIA BRITANNICA KELIHATANNYA MENGATAKAN SESUATU YANG BERBEDA DENGAN YANG SEHARUSNYA.

Dari pengutipan sebagian yang mereka lakukan, kelihatannya Encyclopedia Britannica menyatakan bahwa doktrin Allah Tritunggal tidak mempunyai dasar AlkitabTetapi kalau kita melihat artikel penuh dalam Encyclopedia Britannica maka jelas Encyclopedia Britannica tidak menyatakan seperti itu, bahkan Encyclopedia Britannica memberikan 2 dasar ayat Alkitab yang secara sengaja dibuang oleh Saksi-Saksi Yehuwa pada waktu mereka memberikan pengutipan sebagian!

Kalau saudara mau tahu lebih banyak tentang kecurangan Saksi-Saksi Yehuwa dalam mengutip, lihat di link ini: https://www.jwfacts.com/watchtower/trinity.php

Sekarang saya akan mulai menunjukkan dasar-dasar Alkitab dari doktrin Allah Tritunggal.

A) Kitab Suci menunjukkan ketunggalan Allah.

1) Ayat-ayat Kitab Suci yang secara explicit menyatakan bahwa Allah itu satu.

Ul 6:4 - “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”.

Yes 45:5a - Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah..

Yoh 17:3 - Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus..

1Kor 8:4-6 - “(4) Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: ‘tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.’ Sebab sungguhpun ada apa yang disebut ‘allah’, baik di sorga, maupun di bumi - dan memang benar ada banyak ‘allah’ dan banyak ‘tuhan’ yang demikian - (6) namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup..

Ef 4:3-6 - “(3) Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: (4) satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, (5) satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, (6) satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua..

1Tim 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,”.

Yak 2:19 - “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.”.

2) Penggunaan kata-kata bentuk tunggal untuk Allah atau dalam hubungannya dengan Allah:

a) Penggunaan kata ganti orang bentuk tunggal.

Contoh:

1. Kalau Allah berbicara tentang diriNya sendiri, maka PADA UMUM­NYA Ia menggunakan kata ‘Aku’ (bahasa Inggris: ‘I’).

Contoh:

Kej 12:1-3 - “(1) Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: ‘Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan KUtunjukkan kepadamu; (2) AKU akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. (3) AKU akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.’.

2. Kalau orang lain berbicara tentang Allah, maka digunakan kata ‘Dia’ (bahasa Inggris: ‘He’).

Contoh:

1Raja 18:39 - Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: ‘TUHAN, DIAlah Allah! TUHAN, DIAlah Allah!’.

3. Kalau orang berbicara kepada Allah, maka digunakan kata ‘Engkau’ (bahasa Inggris: ‘You’). Dalam bahasa Yunani maupun Ibraninya terlihat bahwa yang digunakan adalah ‘You’ dalam bentuk tunggal. Bentuk tunggal ini bahkan terlihat dalam beberapa versi Alkitab bahasa Inggris yang menggunakan kata bahasa Inggris kuno ‘Thou’ [= Engkau (bentuk tunggal)].

Contoh:

1Raja 18:36-37 - “(36) Kemudian pada waktu mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata: ‘Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa ENGKAUlah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hambaMU dan bahwa atas firmanMUlah aku melakukan segala perkara ini. (37) Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa ENGKAUlah Allah, ya TUHAN, dan ENGKAUlah yang membuat hati mereka tobat kembali.’.
KJV/RSV/NASB/ASV/YLT: ‘Thou ... Thy ... Thy ... Thou ... Thou’.

Istilah ‘Thou’‘Thee’‘Thy’, dan ‘Thine’ merupakan kata-kata bahasa Inggris kuno, untuk ‘You’ (Subyek), ‘You’ (Obyek), ‘Your’, dan ‘Yours’tetapi semua itu dalam bentuk tunggalDalam bahasa Inggris modern pembedaan tunggal jamak itu tidak ada. Jadi, kata-kata ‘You’ (Subyek), ‘You’ (Obyek), ‘Your’, dan ‘Yours’ bisa jamak ataupun tunggal.

b) Penggunaan kata kerja bentuk tunggal.

Contoh:

Kej 1:1 - “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.”.

Dalam bahasa Ibraninya, kata ‘menciptakan’ dalam Kej 1:1 adalah kata kerja bentuk tunggal. Kalau kata itu mau diterjemahkan secara hurufiah, maka terjemahannya adalah HE created’ atau HE has created’.

Lihat Mansoor, hal 81 bawah, untuk kata kerja bentuk tunggal / jamak.

c) Penggunaan kata sifat bentuk tunggal.

Menahem MansoorIn English, the adjective remains unchanged, whether we use it with a masculine or feminine noun, in singular or plural. Thus we say a good son, a good daughter, good sons, good daughters. In Hebrew, as in French, every adjective changes in agreement with its noun. [= Dalam bahasa Inggris, kata sifat tetap tak berubah, apakah kita menggunakannya dengan suatu kata benda maskulin atau feminin, dalam bentuk tunggal atau jamak. Jadi kita mengatakan ‘a good son’‘a good daughter’‘good sons’‘good daughters’Dalam bahasa Ibrani, seperti dalam bahasa Perancis, setiap kata sifat berubah sesuai dengan kata bendanya.] - ‘Biblical Hebrew Step By Step’, hal 45.

Jadi kata sifat dalam bahasa Ibrani mempunyai 4 bentuk, yaitu:
1.     Kata sifat maskulin tunggal.
2.     Kata sifat feminin tunggal.
3.     Kata sifat maskulin jamak.
4.     Kata sifat feminin jamak.

Untuk contoh-contoh dari keempat kata sifat itu bisa dilihat dalam buku yang sama hal 53-54.

Kata ‘good’ untuk maskulin tunggal - TOV.
Kata ‘good’ untuk maskulin jamak - TOVIM.
Kata ‘good’ untuk feminin tunggal - TOVAH.
Kata ‘good’ untuk feminin jamak - TOVOT.

Contoh penggunaan kata sifat bentuk tunggal untuk Allah:

Maz 25:8 - “TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat”.

Dalam bahasa Ibraninya, kata-kata ‘baik’ dan ‘benar’ dalam Maz 25:8 adalah kata sifat bentuk tunggal (ini bisa dilihat dalam BibleWorks). 

Bukti Allah Tritunggal 03


3) Allah mempunyai sifat self-existent, dan sifat ini tidak memungkinkan adanya lebih dari satu ‘makhluk’ seperti Dia.
a) Sifat self-existent [= ada dengan sendirinya / ada dari dirinya sendiri] dari Allah, jelas merupakan ajaran dalam Kitab Suci, karena Kitab Suci menunjukkan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah (Kej 1:1-31 Yoh 1:3,10), tetapi Kitab Suci tidak pernah menceritakan tentang terjadinya Allah, dan ini menunjukkan bahwa Allah sendiri tidak pernah diciptakan / dijadikan oleh siapapun / apapun juga.
Yoh 1:3,10 - “(3) Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. ... (10) Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan olehNya, tetapi dunia tidak mengenalNya.”.
Text di atas ini menunjukkan Yesus sebagai Pencipta (jelas bahwa Yesus ditinjau sebagai Allah), dan segala sesuatu di luar diri Allah diciptakan olehNya (ini berarti malaikat juga tercakup).
Tetapi adanya penggunaan kata ‘oleh’ (ay 3,10), yang dalam bahasa Yunaninya adalah DIA (biasanya berarti ‘through’ / ‘melalui’) menyebabkan kelompok Unitarian dan Saksi Yehuwa menganggap bahwa ayat ini menunjukkan bahwa Yesus itu hanyalah sekedar alat yang dipakai oleh Bapa dalam menciptakan segala sesuatu. Kita bisa tetap menggunakan text di atas ini karena kata Yunani DIA, sekalipun biasanya berarti ‘through’ / ‘melalui’, tetapi bisa juga diterjemahkan ‘by’ [= oleh].
Tetapi kalau argumentasi ini dianggap kurang, maka kita bisa melihat pada text di bawah ini.
Ibr 1:8-10 - “(8) Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’ (10) Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu.”.
KJV: ‘But UNTO the Son ...’ [= Tetapi KEPADA Anak ...’].
Dalam ay 8 Yesus disebut ‘Allah’, dan dalam ay 10 Yesus disebut ‘Tuhan’, dan dilanjutkan dengan kata-kata “Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu.”.
Jadi, Allah menciptakan segala sesuatu, tetapi Dia sendiri tak diciptakan. Ia ada dari diriNya sendiri (self-existent).
b) Sifat self-existent ini mempunyai 2 perwujudan:
1. Allah adalah ‘makhluk’ yang independent [= bebas / tak tergan¬tung] secara mutlak.
a. DiriNya / keberadaanNya / hidupNya independent (Yoh 5:26).
Yoh 5:26 - “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diriNya sendiri, demikian juga diberikanNya Anak mempunyai hidup dalam diriNya sendiri.”.
b. PikiranNya / rencanaNya / kehendakNya / tindakanNya independent.
Ro 11:33-34 - “(33) O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya! (34) Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihatNya?”.
Ro 9:10-24 - “(10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’ (14) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! (15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’ (16) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. (17) Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: ‘Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasaKu di dalam engkau, dan supaya namaKu dimasyhurkan di seluruh bumi.’ (18) Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya. (19) Sekarang kamu akan berkata kepadaku: ‘Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya? Sebab siapa yang menentang kehendakNya?’ (20) Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: ‘Mengapakah engkau membentuk aku demikian?’ (21) Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa? (22) Jadi, kalau untuk menunjukkan murkaNya dan menyatakan kuasaNya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaanNya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan - (23) justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaanNya atas benda-benda belas kasihanNya yang telah dipersiapkanNya untuk kemuliaan, (24) yaitu kita, yang telah dipanggilNya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain,”.
Catatan:
Ay 11b: “bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya”. Ini salah terjemahan.
NIV: ‘not by works but by him who calls’ [= bukan oleh perbuatan tetapi oleh Dia yang memanggil].
Dan 4:35 - “Semua penduduk bumi dianggap remeh; Ia berbuat menurut kehendakNya terhadap bala tentara langit dan penduduk bumi; dan tidak ada seorangpun yang dapat menolak tanganNya dengan berkata kepadaNya: ‘Apa yang Kaubuat?’”.
Ef 1:5 - “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya,”.
Maz 115:3 - “Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendakiNya!”.
1Yoh 5:14 - “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya.”.
2. Segala sesuatu ada hanya melalui Dia, dan segala sesuatu ter¬gantung kepada Dia.
Neh 9:6 - “‘Hanya Engkau adalah TUHAN! Engkau telah menjadikan langit, ya langit segala langit dengan segala bala tentaranya, dan bumi dengan segala yang ada di atasnya, dan laut dengan segala yang ada di dalamnya. Engkau memberi hidup kepada semuanya itu dan bala tentara langit sujud menyembah kepadaMu.”.
Yoh 1:3 - “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.”.
1Tim 6:13a - “Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus, kuserukan kepadamu:”.
Kis 17:28 - “(25) dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang. ... (28) Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.”.
Bible Knowledge Commentary (tentang Kis 17:28): “All people - Athenians along with all others are God’s offspring, not in the sense that they are all His redeemed children or in the sense that they all possess an element of deity, but in the sense that they are created by God and receive their very life and breath from Him (v. 25).” [= Semua orang - orang-orang Athena bersama-sama dengan semua orang lain adalah keturunan Allah, bukan dalam arti bahwa mereka semua adalah anak-anakNya yang telah ditebus, atau dalam arti bahwa mereka semua memiliki suatu elemen keallahan, tetapi dalam arti bahwa mereka diciptakan oleh Allah, dan menerima kehidupan dan nafas mereka dari Dia (ay 25).].
Ibr 1:3 - “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,”.
Calvin (tentang Ibr 1:3): “‘And upholding (or bearing) all things,’ etc. To uphold or to bear here means to preserve or to continue all that is created in its own state; for he intimates that all things would instantly come to nothing, were they not sustained by his power.” [= ‘Dan menopang segala sesuatu’, dst. Menopang di sini berarti memelihara supaya tetap utuh atau melanjutkan / meneruskan semua yang dicipta dalam keadaannya sendiri; karena ia mengisyaratkan bahwa segala sesuatu akan segera menjadi nihil, seandainya mereka tidak ditopang oleh kuasaNya.] - hal 174.
Maz 104:27-30 - “(27) Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya. (28) Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tanganMu, mereka kenyang oleh kebaikan. (29) Apabila Engkau menyembunyikan wajahMu, mereka terkejut; apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu. (30) Apabila Engkau mengirim rohMu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.”.
c) Dari semua ini bisa disimpulkan bahwa tidak mungkin ada lebih dari satu ‘makhluk’ yang seperti itu! Karena tidak mungkin bisa ada 2 makhluk yang sama-sama tidak tergantung apapun / siapapun, dan yang membuat segala sesuatu tergantung dirinya.
Catatan: kata ‘makhluk’ terpaksa digunakan, sekalipun dalam arti yang ketat, kata itu tidak cocok untuk menunjuk kepada Allah.
Jadi, ada banyak hal dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa Allah itu esa / tunggal. Karena itu, Kristen tidak mempercayai adanya 3 Allah. Kristen mempercayai hanya ada satu Allah!
B) Kitab Suci menunjukkan adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’.
Catatan: Perhatikan bahwa saya tidak menyebut adanya ‘banyak Allah’, tetapi adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’. Jadi, saya tetap percaya pada ketunggalan / keesaan Allah, tetapi dalam keesaanNya itu terdapat suatu kejamakan tertentu.
1) Dalam Perjanjian Lama.
a) Penggunaan kata ‘ELOHIM’ untuk Allah (Kej 1:1 dll) yang merupa¬kan kata bentuk jamak / plural.
Ada beberapa hal yang ingin saya bahas di sini:
1. Dalam membahas kata ELOHIM ini, Pdt. Stephen Tong dalam seminar dan bukunya berkata bahwa dalam bahasa Ibrani ada bentuk singular [= tunggal], bentuk dual [= ganda / dobel], dan bentuk plural [= jamak]. Dan ia lalu berkata, bahwa penggunaan bentuk singular berarti kita membicarakan hanya satu, bentuk dual berarti kita membicarakan dua, sedangkan bentuk plural berarti kita membicarakan tiga atau lebih. Istilah ELOHIM tidak ada dalam bentuk singular, tidak di dalam bentuk dual, tetapi ada dalam bentuk plural, dan ini menunjukkan tiga atau lebih (dalam hal ini tentu ia memilih tiga, bukan lebih dari tiga) - Stephen Tong, ‘Allah Tritunggal’, hal 28.
Pembahasan ini boleh jadi menarik tetapi sangat salah! Mengapa? Karena penjelasan ini tidak sesuai dengan gramatika bahasa Ibrani. Perlu diketahui bahwa dalam bahasa Ibrani:
a. Tidak ada kata benda yang mempunyai bentuk singular, dual dan plural. Kalau suatu kata benda mempunyai bentuk singular dan dual, maka kata itu tidak mempunyai bentuk plural (karena bentuk dual itu sudah merupakan bentuk pluralnya!), dan kalau kata benda itu mempunyai bentuk singular dan plural, maka kata itu tidak mempunyai bentuk dual.
b. Bentuk dual adalah bentuk plural dari kata benda yang biasanya ada dalam bentuk ganda / dobel, seperti tangan, kaki, telinga, dada, mata, dsb. Karena itu, kalau kita ingin mengatakan ‘tiga tangan’, maka kita tetap menggunakan bentuk dual, bukan bentuk plural, karena kata ‘tangan’ tidak mempunyai bentuk plural!
c. Sebaliknya kalau kita mengatakan ‘dua meja’, maka kita tetap menggunakan bentuk plural, bukan bentuk dual, karena kata ‘meja’ tidak mempunyai bentuk dual. Demikian juga kalau kita mau berkata ‘dua allah’, maka kita tetap harus menggunakan bentuk plural ELOHIM, karena kata itu memang tidak mempunyai bentuk dual.
Menahem Mansoor: “In addition, there is another kind of plural in Hebrew, known as the dual number, for the paired organs of the body such as hands, ears, eyes, etc., and for things that come in pairs, such as shoes, wings, etc. ... The dual merely signifies the plural number and not necessarily the dual number two. Thus יָדַ֫יִם means ‘hands’, not ‘two hands’.” [= Sebagai tambahan, di sana ada sejenis lain bentuk jamak dalam bahasa Ibrani, dikenal sebagai ‘dual’, untuk organ-organ tubuh yang berpasangan seperti ‘tangan’, ‘telinga’, ‘mata’, dsb., dan untuk hal-hal / benda-benda yang datang dalam pasangan, seperti ‘sepatu’, ‘sayap’, dsb. ... Bentuk dual semata-mata menunjukkan bentuk jamak, dan bentuk dual tidak harus berjumlah dua. Jadi יָדַ֫יִם (YADAYIM) berarti ‘tangan-tangan’, bukan ‘dua tangan’.] - ‘Biblical Hebrew Step By Step’, Vol I, hal 124-125.
Jadi, bentuk dual itu sama sekali tidak menunjukkan jumlahnya dua. Kalau kita mau mengatakan 3 tangan, atau 5 tangan (pokok di atas satu, bahkan 1,5 sudah harus menggunakan bentuk dual), tetap digunakan YADAYIM!
Dan bentuk plural, jelas juga tak menunjukkan jumlahnya 3 atau lebih. Kalau kita mau mengatakan 2 allah, atau 3 allah, atau 5 allah (pokok di atas satu, bahkan 1,5 sudah harus menggunakan bentuk plural), maka tetap kita menggunakan ELOHIM.
Kesimpulan: mengatakan bahwa bentuk plural ELOHIM berarti tiga atau lebih, sama sekali tidak cocok dengan gramatika bahasa Ibrani!
2. Kata bentuk jamak ‘ELOHIM’ mempunyai bentuk tunggal / singular yaitu ‘ELOAH’ yang digunakan antara lain dalam Ul 32:15-17 dan Hab 3:3.
Ul 32:15-17 - “(15) Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, - bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun - dan ia meninggalkan Allah (ELOAH) yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya. (16) Mereka membangkitkan cemburuNya dengan allah asing, mereka menimbulkan sakit hatiNya dengan dewa kekejian, (17) mereka mempersembahkan korban kepada roh-roh jahat yang bukan Allah (ELOAH), kepada allah yang tidak mereka kenal, allah baru yang belum lama timbul, yang kepadanya nenek moyangmu tidak gentar.”.
Hab 3:3 - “Allah (ELOAH) datang dari negeri Teman dan Yang Mahakudus dari pegunungan Paran. Sela. KeagunganNya menutupi segenap langit, dan bumipun penuh dengan pujian kepadaNya.”.
Sebetulnya bahwa ELOAH merupakan bentuk tunggal dari ELOHIM memang masih dipro-kontrakan.
International Standard Bible Encyclopedia - Revised Edition (dengan entry ‘God, Names of’): “3. 'ELOAH ... It is uncertain whether this form is an original singular, of which 'ELOHIM is the plural, or has been formed by inference from the latter. Nor is its etymology any clearer than that of 'EL and 'ELOHIM.” [= 3. ELOAH ... Adalah tidak pasti apakah bentuk ini adalah bentuk tunggal yang orisinil, dari mana ELOHIM adalah bentuk jamaknya, atau telah dibentuk oleh penyimpulan dari kata yang belakangan. Juga asal usul kata ini tidak lebih jelas dari kata EL dan ELOHIM.] - PC Study Bible 5.
Menahem Mansoor: “2. Nouns with Plural Form Only. The following nouns are found in the plural form only. They are plural in form but may be singular or plural in meaning.” [= 2. Kata-kata benda dengan bentuk jamak SAJA. Kata-kata benda berikut ini ditemukan HANYA dalam bentuk jamak. Mereka adalah jamak dalam bentuk tetapi bisa tunggal atau jamak dalam arti.] - ‘Biblical Hebrew Step By Step’, Vol I, hal 125.
Ia lalu memberikan 6 kata, dan salah satunya adalah ELOHIM [= God / Allah].
A. H. Strong: “The plural noun אֱלֹהִים is employed, and that with a plural verb - a use remarkable, when we consider that the singular אֵל was also in existence;” [= Kata benda bentuk jamak ELOHIM digunakan, dan itu dengan kata kerja bentuk jamak - suatu penggunaan yang layak diperhatikan, pada waktu kita mempertimbangkan bahwa bentuk tunggal EL juga ada.] - ‘Systematic Theology’, hal 318.
Ketiga kutipan di atas tidak menganggap ELOHIM sebagai bentuk jamak dari ELOAH, tetapi banyak orang-orang lain yang menganggap demikian.
Louis Berkhof: “The name ’Elohim (sing. ’Eloah)” [= Nama / sebutan ELOHIM (tunggal ELOAH)] - ‘Systematic Theology’, hal 48.
Herman Bavinck: “Eloha, pl. Elohim” [= ELOHA, jamak ELOHIM] - ‘The Doctrine of God’, hal 100.
Catatan: saya tak mengerti mengapa ia sebut ELOHA, bukan ELOAH sebagaimana seharusnya. Dalam bukunya yang lain, ia menyebut ELOAH.
Herman Bavinck: “The name, ʾElōah (אֱלֹהַּ; pl. ʾElōhîm, אֱלֹהִים)” [= Nama / sebutan ELOAH (אֱלֹהַּ; jamak ELOHIM, אֱלֹהִים)] - ‘Reformed Dogmatics’, Vol II, hal 138 (Libronix).
Bible Works juga kelihatannya menganggap ELOAH adalah bentuk tunggal dari ELOHIM, karena dalam pembahasan tentang ELOAH, Bible Works menggabungkan dengan pembahasan tentang ELOHIM, dan sebaliknya. Ini bisa dicek dalam pembahasan kata ELOHIM dalam Kej 1:1, ataupun dalam pembahasan kata ELOAH dalam Ul 32:15.
Kamus / Lexicon Ibrani Berjudul ‘A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament’ (William L. Holladay, Editor) juga menggabungkan pembahasan ELOAH dan ELOHIM (hal 61 - Libronix).
Kamus / Lexicon Ibrani berjudul ‘The New Brown-Driver-Briggs-Genesius Hebrew-Aramaic Lexicon’ dalam pembahasan tentang ELOAH mengatakan: “אֱלֹהַּ as found in Heb. prob. a sg. formed by inference from pl. אֱלֹהִים:” [= ELOAH sebagaimana ditemukan dalam bahasa Ibrani mungkin suatu bentuk tunggal yang dibentuk oleh kesimpulan / dugaan / anggapan dari bentuk jamak ELOHIM:] - hal 43 (Libronix).
Dosen saya, yang juga menganggap ELOHIM sebagai bentuk jamak dari ELOAH, mengatakan bahwa dalam Perjanjian Lama kata ‘ELOAH’ hanya digunakan sebanyak 250 x, sedangkan kata ‘ELOHIM’ sekitar 2500 x.
Tetapi Kamus / Lexicon Ibrani Berjudul ‘A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament’ (William L. Holladay, Editor) dalam pembahasan tentang ELOAH mengatakan bahwa ELOAH digunakan 60 x dan ELOHIM 2250 x (hal 61).
Kalau dilihat dari ‘Young’s Analytical Concordance to the Bible’, kelihatannya dosen saya lebih benar. Tetapi siapapun yang lebih benar, jelas bahwa penggunaan bentuk jamak ELOHIM jauh lebih banyak dari pada penggunaan bentuk tunggal ELOAH.
Penggunaan kata bentuk jamak / plural yang jauh lebih banyak ini menunjukkan adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’.
Memang harus diakui bahwa ELOHIM sering dianggap sebagai bentuk tunggal, tetapi yang perlu dipertanyakan adalah: kalau memang Allah itu tunggal secara mutlak, mengapa tidak digunakan ELOAH saja terus menerus? Mengapa digunakan ELOHIM, dan lebih lagi, mengapa digunakan ELOHIM jauh lebih banyak dari ELOAH?
Loraine Boettner: “In the very first chapter of Genesis, as well as in many other places, we find that the names of God are in the plural, Elohim, also Adonai; and with these plural forms of the divine name singular verbs and adjectives are usually joined, - a remarkable phenomenon in view of the fact that the Hebrew language also contained the singular term El, meaning God.” [= Dalam pasal pertama dari kitab Kejadian, maupun di banyak tempat-tempat lain, kita mendapati bahwa nama-nama / sebutan-sebutan dari Allah ada dalam bentuk jamak, ELOHIM, juga ADONAY; dan dengan / bersama bentuk-bentuk jamak dari nama / sebutan ilahi ini, kata-kata kerja dan kata-kata sifat bentuk tunggal biasanya digabungkan, - suatu fenomena yang layak diperhatikan mengingat fakta bahwa bahasa Ibrani juga mempunyai istilah bentuk tunggal EL, berarti Allah.] - ‘Studies in Theology’, hal 98.
3. Kata bentuk jamak ELOHIM sering ditafsirkan sebagai ‘kejamakan dari keagungan’ (majestic plural).
International Standard Bible Encyclopedia - Revised Edition (dengan entry ‘God, Names of’): “2. 'Elohim ... This word is plural in form, and although it most frequently means ‘God’ it can be used in a plural sense. ... This form has been called the ‘plural of majesty’ or the ‘intensive plural’ because it implies that all the fulness of deity is concentrated in the one god. 'Elohim's being the most common word for God in the OT thus conveys this idea. Some have also thought that the frequent use of 'Elohim emphasizes that God is not intrinsically monistic but includes within Himself plurality of powers, attributes, and personhood.” [= 2. ELOHIM ... Kata ini jamak dalam bentuknya, dan sekalipun kata itu paling sering berarti ‘Allah’, kata itu bisa digunakan dalam suatu arti jamak. ... Bentuk ini disebut ‘kejamakan dari keagungan’ atau ‘kejamakan yang intensif / sangat besar’ karena kata itu menunjukkan secara implicit bahwa seluruh kepenuhan dari keAllahan dikonsentrasikan dalam satu Allah. Jadi, ELOHIM yang merupakan kata yang paling umum untuk Allah dalam Perjanjian Lama menyampaikan gagasan ini. Beberapa / sebagian orang juga berpikir bahwa penggunaan yang sering dari ELOHIM menekankan bahwa Allah secara dasari bukanlah satu tetapi mencakup di dalam diriNya sendiri kejamakan dari kuasa, sifat-sifat dasar, dan kepribadian.] - PC Study Bible 5.
Saya tidak bisa menerima penafsiran ini, karena kalau ELOHIM dianggap sebagai ‘majestic plural’ / ‘kejamakan dari keagungan’, lalu mengapa juga digunakan ELOAH? Bentuk tunggal ini lalu menyatakan apa?? Ketunggalan dari ketidak-agungan??
4. Dalam persoalan ini, buku dari sekte Saksi Yehuwa yang berjudul ‘Haruskah anda percaya kepada Tritunggal?’ memberikan suatu serangan yang bagus, yang saya kutip di bawah ini:
“‘ELOHIM’ bukan berarti ‘pribadi-pribadi’, melainkan ‘allah-allah’. Jadi mereka yang berkukuh bahwa kata ini menyatakan suatu Tritunggal menjadikan diri sendiri politeis, penyembah lebih dari satu Allah. Mengapa? Karena ini berarti ada tiga allah dalam Tritunggal.” (hal 13).
Untuk menjawab serangan ini kita bisa memberikan jawaban sebagai beri¬kut:
a. ELOHIM tidak boleh diartikan ‘Allah-Allah’, karena ini akan bertentangan dengan ayat-ayat yang menggunakan ELOAH. Sedangkan ELOAH tidak boleh diartikan ‘Allah yang satu secara mutlak’, karena akan bertentangan dengan ayat-ayat yang menggunakan ELO¬HIM. Jadi untuk mengharmoniskan ayat-ayat yang menggunakan ELOAH dengan ayat-ayat yang menggunakan ELOHIM, haruslah diartikan bahwa Allah itu tunggal dalam hakekatNya, tetapi jamak dalam pribadiNya.
b. Allah itu begitu besar, ajaib, dan ada di luar jangkauan akal manusia. Karena itu jelaslah bahwa tidak ada bahasa manusia (termasuk bahasa Ibrani), yang bisa menggambarkan Allah dengan sempurna. Tata bahasa dan kata-kata dari bahasa Ibrani (atau bahasa lain apa¬pun) tidak bisa menggambarkan bahwa Allah itu satu hakekat tetapi tiga pribadi. Kalau selalu digunakan kata bentuk tunggal (ELOAH), maka akan menunjuk pada Allah yang tunggal secara mutlak. Sedang¬kan kalau selalu digunakan bentuk jamak (ELOHIM), maka akan menunjuk pada banyak Allah. Karena itu maka ayat-ayat tertentu menggunakan ELOAH dan ayat-ayat tertentu menggunakan ELOHIM.

5. Sangat banyak penafsir / ahli theologia Kristen yang tidak menganggap ELOHIM sebagai salah satu dasar yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah.
Karena itu, sekalipun di sini saya mengajarkan itu, tetapi itu tak perlu terlalu ditekankan. Ada banyak hal lain yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah yang esa itu.


Bukti Allah Tritunggal 04

b) Penggunaan kata bentuk jamak untuk Allah atau dalam hubungannya dengan Allah:

1.     Kata ganti orang bentuk jamak.

Contoh: kata ‘Kita’ dalam Kejadian 1:26  3:22  11:7.

Kejadian 1:26 - “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’”.

Kejadian 3:22 - “Berfirmanlah TUHAN Allah: ‘Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya.’”.

Kej 11:7 - “Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.’”.

Ada 2 macam bantahan terhadap argumentasi ini:

a. Ada yang mengatakan bahwa pada waktu Allah menggunakan ‘Kita’ dalam Kejadian 1:26, maka saat itu Ia berbicara kepada para malaikat. Jadi itu tidak menunjukkan ‘kejamakan dalam diri Allah’. Tetapi kata ‘Kita’ dalam Kej 1:26 itu tidak mungkin diartikan seperti itu karena:

(1)Tidak mungkin Allah berunding dengan ciptaanNya / minta nasehat dari ciptaanNya, karena kalau demikian maka akan bertentangan dengan ayat-ayat di bawah ini.

Yes 40:13-14 - “(13) Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepadaNya sebagai penasihat? (14) Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian?”.

Ro 11:34 - “Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihatNya?”.

(2)Kalau kata ‘Kita’ menunjuk kepada ‘Allah dan malaikat’, maka itu berarti bahwa:
(a)Allah adalah pencipta / creator dan malaikat adalah rekan pencipta (co creator).
(b)Manusia dicipta menurut gambar dan rupa malaikat.
Kedua kesimpulan ini jelas tidak alkitabiah.

b. Juga ada yang mengatakan bahwa bentuk jamak ini hanya merupakan ‘majestic plural’ [= bentuk jamak yang bersifat / menunjukkan keagungan].

Bahkan beberapa penafsir Kristen juga mengatakan seperti ini.

Keil & Delitzsch (tentang Kejadian 1:26)“The plural ‘We’ was regarded by the fathers and earlier theologians almost unanimously as indicative of the Trinity: modern commentators, on the contrary, regard it either as ‘pluralis majestatis;’ or as an address by God to Himself, the subject and object being identical;” [= Bentuk jamak ‘Kita’ dianggap oleh bapa-bapa gereja dan ahli-ahli theologia mula-mula hampir dengan suara bulat sebagai suatu petunjuk tentang Tritunggal: penafsir-penafsir modern, sebaliknya, menganggapnya atau sebagai ‘bentuk jamak dari keagungan’; atau sebagai suatu ucapan oleh Allah kepada diriNya sendiri, dimana subyeknya identik dengan obyeknya;].

Bob Utley (tentang Kej 1:26)There has been much discussion over the PLURAL ‘us.’ Philo and Eben Ezra say it is ‘the plural of majesty,’ but this grammatical form does not occur until much later in Jewish literary history (NET Bible says it does not occur with VERBS, p. 5); [= Di sana telah ada banyak diskusi tentang BENTUK JAMAK ‘Kita’. Philo dan Eben Ezra mengatakan bahwa itu adalah ‘bentuk jamak dari keagungan’tetapi bentuk gramatika ini tidak / belum muncul sampai jauh belakangan dalam sejarah literatur Yahudi (Alkitab NET mengatakan itu tidak terjadi dengan KATA-KATA KERJA, hal 5.)] - Libronix.

Saya sama sekali tak setuju terhadap pandangan bahwa kata ganti orang ‘Kita’ menunjuk pada ‘majestic plural’, dengan alasan-alasan sebagai berikut:

(1)Kalau memang demikian, mengapa hanya sedikit ayat-ayat yang menggunakan bentuk jamak seperti ini? Dan kalau bentuk jamaknya menunjukkan keagungan, lalu bentuk tunggalnya menunjukkan ketidak-agungan?

(2)Penggunaan kata ganti orang bentuk jamak itu tidak terjadi pada waktu Alkitab menceritakan raja-raja duniawi berbicara.
Perhatikan komentar Albert Barnes di bawah ini.

Barnes’ Notes (tentang Kej 1:26)“The plural form of the sentence raises the question, With whom took he counsel on this occasion? Was it with himself, and does he here simply use the plural of majesty? Such was not the usual style of monarchs in the ancient East. Pharaoh says, ‘I have dreamed a dream’ (Gen 41:15). Nebuchadnezzar, ‘I have dreamed’ (Dan 2:3). Darius the Mede, ‘I make a decree’ (Dan 6:26). Cyrus, ‘The Lord God of heaven hath given me all the kingdoms of the earth’ (Ezra 1:2). Darius, ‘I make a decree’ (Ezra 5:8). We have no ground, therefore, for transferring it to the style of the heavenly King.” [= Bentuk jamak dari kalimat itu menimbulkan pertanyaan, ‘Dengan siapa Ia berunding pada peristiwa ini? Apakah dengan diriNya sendiri, dan apakah Ia di sini sekedar / hanya menggunakan bentuk jamak dari keagungan? Yang seperti itu bukanlah gaya biasanya dari raja-raja di Timur kuno. Firaun berkata, ‘AKU bermimpi sebuah mimpi’ (Kej 41:15). Nebukadnezar, ‘AKU telah bermimpi’ (Dan 2:3). Darius orang Media, ‘AKU membuat suatu ketetapan / dekrit’ (Dan 6:26). Koresh, ‘Tuhan Allah dari surga telah memberi AKU semua kerajaan-kerajaan dari bumi’ (Ezra 1:2). Darius, ‘AKU membuat suatu ketetapan / dekrit’ (Ezra 5:8). Karena itu, kita tidak mempunyai dasar untuk mentransfer / mengubah / memindahkannya pada gaya dari Raja surgawi.] - PC Study Bible versi 5.

(3)Disamping itu, kata ganti orang BENTUK TUNGGAL DAN JAMAK untuk menyatakan Allah, keluar sekaligus dalam satu ayat, yaitu dalam Yes 6:8.

Yes 6:8 - “Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’ Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’”.
Catatan: Dalam Yes 6:8 ini, Kitab Suci bahasa Indonesia (baik terjemahan lama maupun baru) salah terjemahan! Kata ‘Aku’ itu seharusnya ‘Kami’.

NASB:  “Whom shall I send and who will go for Us?” [= Siapa yang akan Kuutus dan siapa yang mau pergi untuk Kami?].
KJV/RSV/NIV menterjemahkan seperti NASB.

Bahwa terjemahan Alkitab bahasa Inggris ini yang benar, bisa dicek di Bible Works. Dalam bahasa Ibrani digunakan kata Ibrani לָ֑נוּ  (LANU) yang artinya memang ‘for us’ [= untuk Kami].

Jadi, mau ditafsirkan bagaimana ayat ini? Waktu digunakan ‘Us’ [= Kami] itu menunjukkan keagungan Allah, dan waktu digunakan ‘I’ [= Aku] itu menunjukkan ketidak-agungan Allah???

(4)Kalau KATA GANTI ORANG bentuk jamak menunjukkan keagungan Allah, apakah KATA KERJA bentuk jamak dan KATA SIFAT bentuk jamak juga demikian??
Catatan: tentang penggunaan kata kerja bentuk jamak dan kata sifat bentuk jamak untuk Allah, lihat di bawah.

Calvin (tentang Kej 1:26)Christians, therefore, properly contend, from this testimony, that there exists a plurality of Persons in the Godhead. [= Karena itu, orang-orang Kristen secara benar berpendapat / menegaskan, dari kesaksian ini, bahwa di sana ada suatu kejamakan dari Pribadi-pribadi dalam diri Allah.].

Matthew Henry (tentang Kej 1:26)“‘Let us make man.’ The three persons of the Trinity, Father, Son, and Holy Ghost, consult about it and concur in it,” [= ‘Marilah Kita membuat manusia’. Ketiga Pribadi dari Tritunggal, Bapa, Anak, dan Roh Kudus, berkonsultasi tentangnya dan setuju / sependapat dalam hal itu,].

Adam Clarke (tentang Kej 1:26)“The text tells us he was the work of ‎ELOHIM‎, the Divine Plurality, marked here more distinctly by the plural pronouns US and OUR;” [= Text ini memberitahu kita bahwa ia adalah pekerjaan dari ELOHIM, Kejamakan Ilahi, ditandai di sini secara lebih jelas oleh kata-kata ganti orang ‘Kita’ (‘Us’) dan ‘Kita’ (‘Our’)].
Kej 1:26a - Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,.
KJV: And God said, Let us make man in our image, after our likeness: [= Dan Allah berkata, Marilah Kita membuat manusia dalam gambar Kita, menurut rupa Kita:].

Barnes’ Notes (tentang Kej 1:26)Only a plurality of persons can justify the phrase. Hence, we are forced to conclude that the plural pronoun indicates a plurality of persons or hypostases in the Divine Being.” [= Hanya suatu kejamakan Pribadi-pribadi bisa membenarkan ungkapan itu. Maka, kita dipaksa untuk menyimpulkan bahwa kata ganti orang bentuk jamak menunjukkan suatu kejamakan pribadi-pribadi dalam Keberadaan Ilahi / Diri Allah.].

2.     Kata kerja bentuk jamak.

Contoh:

a. Kej 20:13 - “Ketika Allah MENYURUH AKU MENGEMBARA keluar dari rumah ayahku, berkatalah aku kepada isteriku: Tunjukkanlah kasihmu kepadaku, yakni: katakanlah tentang aku di tiap-tiap tempat di mana kita tiba: Ia saudaraku.’”.

Kata-kata ‘menyuruh aku mengembara’ dalam bahasa Ibraninya [הִתְע֣וּ (HITU)] adalah kata kerja bentuk jamak.

b. Kej 35:7 - “Didirikannyalah mezbah di situ, dan dinamainyalah tempat itu El-Betel, karena Allah TELAH MENYATAKAN diri kepadanya di situ, ketika ia lari terhadap kakaknya”.

Kata ‘telah menyatakan’ dalam bahasa Ibraninya [נִגְל֤וּ (NIGLU)] adalah kata kerja bentuk jamak.

c. 2Sam 7:23 - “Dan bangsa manakah di bumi seperti umatMu Israel, yang Allahnya PERGI membebaskannya menjadi umatNya, untuk mendapat nama bagiNya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat bagi mereka, dan dengan menghalau bangsa-bangsa dan para allah mereka dari depan umatNya?”.

Kata ‘pergi’ dalam bahasa Ibraninya [הָלְכֽוּ (HALEKU)] adalah kata kerja bentuk jamak.

Pulpit Commentary (tentang 2Sam 7:23)“It is remarkable that in this place the word for ‘God,’ Elohim, is followed by a verb plural, the almost invariable rule in Hebrew being that, though Elohim is itself plural, it takes a verb singular whenever it refers to the true God. In the corresponding passage (1 Chron 17:21) the verb is in the singular” [= Adalah hal yang luar biasa / patut diperhatikan bahwa di tempat ini kata untuk ‘Allah’’, ELOHIM, diikuti oleh suatu kata kerja bentuk jamak, karena peraturan yang hampir konstan / tak berubah dalam bahasa Ibrani adalah bahwa sekalipun ELOHIM itu sendiri adalah kata bentuk jamak, tetapi kata itu menggunakan suatu kata kerja bentuk tunggal kapanpun kata itu menunjuk pada Allah yang benar. Dalam text yang sesuai / paralel (1Taw 17:21) kata kerja itu ada dalam bentuk tunggal.].

1Taw 17:21 - Dan bangsa manakah di bumi seperti umatMu Israel, yang Allahnya PERGI membebaskannya menjadi umatNya, untuk mendapat nama bagiMu dengan perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat, dan dengan menghalau bangsa-bangsa dari depan umatMu yang telah Kaubebaskan dari Mesir?.

Kata ‘pergi’ dalam ayat ini dalam bahasa Ibraninya [הָלַ֙ךְ (HALAK)] memang merupakan kata kerja bentuk tunggal.

d. Maz 58:12 - “Dan orang akan berkata: ‘Sesungguhnya ada pahala bagi orang benar, sesungguhnya ada Allah yang MEMBERI KEADILAN di bumi.’”.

Kata-kata ‘memberi keadilan’ dalam bahasa Ibraninya [שֹׁפְטִ֥ים (SHOPTIM)] merupakan suatu kata kerja (participle) dalam bentuk jamak.

Padahal dalam ayat-ayat di atas ini, subyeknya adalah kata ‘ELOHIM’ yang digunakan untuk menyatakan Allah yang esa.

3.     Kata-kata bentuk jamak lainnya seperti dalam:

a. Pkh 12:1 - “Ingatlah akan PENCIPTAmu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: ‘Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!’,”.

Kata ‘pencipta’ (creator), dalam bahasa Ibraninya [בּ֣וֹרְאֶ֔יךָ (BOREEKA)] merupakan suatu kata kerja (participle) dalam bentuk jamak, sehingga seharusnya terjemahan hurufiahnya adalah ‘creators [= pencipta-pencipta].

b. Maz 149:2 - “Biarlah Israel bersukacita atas YANG MENJADIKANNYA, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka!”.

Kata-kata ‘atas yang menjadikannya’, dalam bahasa Ibraninya [בְּעֹשָׂ֑יו (BEOSAV)] merupakan suatu kata kerja (participle) dalam bentuk jamak.

c. Yos 24:19 - “Tetapi Yosua berkata kepada bangsa itu: ‘Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang KUDUS, Dialah Allah yang CEMBURU. Ia tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu”.

Dalam bahasa Ibraninya, kata ‘kudus’ [קְדֹשִׁ֖ים (QEDOSHIM)] ada dalam bentuk jamak, tetapi kata ‘cemburu’ [קַנּ֣וֹא (QANO)] ada dalam bentuk tunggal.

Jadi, kalau dalam Yes 6:8 digunakan KATA GANTI ORANG bentuk tunggal dan jamak untuk menunjuk kepada Allah, maka dalam Yos 24:19 digunakan KATA SIFAT bentuk tunggal dan jamak untuk diri Allah.

c) Beberapa ayat dalam Kitab Suci membedakan Allah yang satu dengan Allah yang lain (SEAKAN-AKAN ada lebih dari satu Allah).

1. Maz 45:7-8 - “(7) TAKHTAMU KEPUNYAAN ALLAH, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran. (8) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu ALLAH, ALLAHMU, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu”.

Karena dalam ayat ini Alkitab Indonesia salah terjemahan, mari kita lihat terjemahan NASB di bawah ini.

Psalm 45:6-7 (NASB): Thy throne, O God, is forever and ever ... Therefore God, Thy God has anointed Thee’ [= TahtaMu, Ya Allah, kekal selama-lamanya. ... Karena itu, Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau].

Bandingkan dengan Ibr 1:8-9 - “(8) Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’”.

2. Maz 110:1 - [Mazmur Daud.] Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: ‘Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.’”.

Juga untuk ayat ini perhatikan terjemahan NASB di bawah ini.

Psalm 110:1 (NASB): The LORD says to my Lord ...’ [= TUHAN berkata kepada Tuhanku].

Bandingkan dengan Mat 22:41-45 - “(41) Ketika orang-orang Farisi sedang berkumpul, Yesus bertanya kepada mereka, kataNya: (42) ‘Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?’ Kata mereka kepadaNya: ‘Anak Daud.’ (43) KataNya kepada mereka: ‘Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: (44) Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kananKu, sampai musuh-musuhMu Kutaruh di bawah kakiMu. (45) Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?’”.

Catatan: dalam Maz 110:1, RSV menterjemahkan ‘lord’ [= tuhan / tuan], tetapi KJV/NIV/NASB menterjemahkan ‘Lord’ [= Tuhan]. Sedangkan dalam Mat 22:43,44,45, KJV/RSV/NIV/NASB semua menterjemahkan ‘Lord’ [= Tuhan]. Jelas bahwa terjemahan yang benar adalah ‘Lord’ [= Tuhan], karena dalam Mat 22:41-45 itu jelas bahwa Yesus sedang berusaha untuk membuktikan keilahianNya kepada orang-orang Yahudi.

H. P. Liddon“David’s Son is David’s Lord. ... David describes his great descendant Messiah as his ‘Lord’ (Psa. 110:1). ... He is David’s descendant; the Pharisees knew that truth. But He is also David’s Lord. How could He both if He was merely human? The belief of Christendom can alone answer the question which our Lord addressed to the Pharisees. The Son of David is David’s Lord because He is God; the Lord of David is David’s Son because He is God incarnate.” [= ‘Anak dari Daud’ adalah ‘Tuhan dari Daud’. ... Daud menggambarkan keturunannya yang agung, Mesias, sebagai ‘Tuhan’nya (Maz 110:1). ... Ia adalah keturunan dari Daud; orang-orang Farisi mengetahui kebenaran itu. Tetapi Ia juga adalah ‘Tuhan dari Daud’. Bagaimana Ia bisa adalah keduanya jika Ia hanya manusia semata-mata? Hanya kepercayaan dari orang-orang kristen yang bisa menjawab pertanyaan yang ditujukan oleh Tuhan kita kepada orang-orang Farisi‘Anak dari Daud’ adalah ‘Tuhan dari Daud’ karena Ia adalah Allah; ‘Tuhan dari Daud’ adalah ‘Anak dari Daud’ karena Ia adalah Allah yang berinkarnasi / menjadi manusia.] - ‘The Divinity of the Lord and Saviour Jesus Christ’, hal 43.

Jadi dalam Maz 110:1 itu TUHAN (YAHWEH) berkata kepada Yesus, yang adalah Tuhan dan Allah!

3. Hos 1:7 - “Tetapi Aku akan menyayangi kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka demi (oleh / dengan) TUHAN, Allah mereka. Aku akan menyelamatkan mereka bukan dengan panah atau pedang, dengan alat perang atau dengan kuda dan orang-orang berkuda.’”.
Catatan: kata ‘demi’ itu salah terjemahan, seharusnya ‘oleh / dengan’.
NASB: ‘But I will have compassion on the house of Judah and deliver them by the LORD their God, and will not deliv­er them by bow, sword, battle, horses, or horseman’ [= Tetapi Aku akan berbelaskasihan kepada kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka dengan / oleh TUHAN Allah mereka, dan tidak akan menyelamatkan mereka oleh / dengan busur, pedang, pertempuran, kuda-kuda, atau penunggang-penunggang kuda].

4. Kej 19:24 - “Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit;”.
KJV: Then the LORD rained upon Sodom and upon Gomorrah brimstone and fire from the LORD out of heaven; [= Lalu / maka TUHAN menghujani pada / atas Sodom dan pada / atas Gomora, dari TUHAN dari surga;].

Baca ceritanya mulai Kej 18:1-dst, maka akan terlihat bahwa TUHAN turun dalam bentuk manusia menemui Abraham. Sekarang di sini, TUHAN yang turun / di bumi itu menurunkan hujan api dan belerang, yang ‘berasal dari TUHAN, dari langit;’.

5. Amsal 8 berbicara tentang ‘hikmat Allah’.
Amsal 8:22-31 - “(22) TUHAN telah menciptakan [KJV/NASB: ‘possessed’ {= memiliki}] aku sebagai permulaan pekerjaanNya, sebagai perbuatanNya yang pertama-tama dahulu kala. (23) Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk [Literal: ‘I was appointed’ {= Aku telah ditetapkan}], pada mula pertama, sebelum bumi ada. (24) Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air. (25) Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir; (26) sebelum Ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama. (27) Ketika Ia mempersiapkan langit, aku di sana, ketika Ia menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya, (28) ketika Ia menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan deras, (29) ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titahNya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi, (30) aku ada sertaNya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenanganNya, dan senantiasa bermain-main di hadapanNya; (31) aku bermain-main di atas muka bumiNya dan anak-anak manusia menjadi kesenanganku.”.

Kalau dilihat dari istilahnya, yaitu ‘hikmat Allah’ [the wisdom of God {= hikmat dari / milik Allah}], maka jelas bahwa ‘hikmat Allah’ ini tidak sama dengan Allah.
Tetapi Amsal 8 ini lalu mempersonifikasikan ‘hikmat Allah’ itu dan menunjukkannya sebagai seorang pribadi yang bersifat kekal (Yesus). Dengan kata lain, hikmat Allah itu juga adalah Allah (bdk. 1Kor 1:24b - “Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.”).

6. Penampilan dari Malaikat TUHAN (Kej 16:2-13 22:11,16 31:11,13  48:15,16  Kel 3:2,4,5  Hak 13:20-22).
Sama seperti istilah ‘hikmat Allah’ di atas, maka istilah ‘Malai­kat TUHAN’ ini juga menunjukkan bahwa ‘Malaikat TUHAN’ (the Angel of the LORD) ini tidak sama dengan Allah / TUHAN.
Tetapi, sekalipun dalam bagian-bagian tertentu Malaikat TUHAN itu disebut sebagai Malaikat TUHAN, dalam bagian-bagian lain Ia juga disebut sebagai Allah / TUHAN sendiri.

Contoh:

a. Kej 16:7-13 - “(7) Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur. (8) Katanya: ‘Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?’ Jawabnya: ‘Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku.’ (9) Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: ‘Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya.’ (10) Lagi kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: ‘Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.’ (11) Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: ‘Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu. (12) Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya.’ (13) Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan: ‘Engkaulah El-Roi.’ Sebab katanya: ‘Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?’”.
Dalam ay 7,9,10,11 - disebut sebagai ‘Malaikat TUHAN’; tetapi dalam ay 13 disebut sebagai ‘TUHAN’ sendiri.

b. Kej 22:11-16 - “(11) Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: ‘Abraham, Abraham.’ Sahutnya: ‘Ya, Tuhan.’ (12) Lalu Ia berfirman: ‘Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu.’ (13) Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya. (14) Dan Abraham menamai tempat itu: ‘TUHAN menyediakan’; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: ‘Di atas gunung TUHAN, akan disediakan.’ (15) Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham, (16) kataNya: ‘Aku bersumpah demi diriKu sendiri - demikianlah firman TUHAN -: Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu, ...”.

Dalam dalam ay 11a,15 disebut sebagai ‘Malaikat TUHAN’, tetapi dalam ay 11b disebut sebagai ‘Tuhan’.

Hal lain yang menunjukkan bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Allah / TUHAN sendiri adalah: Malaikat TUHAN itu bersumpah demi diriNya sendiri (Kej 22:16a).
Hal seperti ini tidak dilakukan oleh seorang malaikat biasa, tetapi oleh Allah sendiri.
Bdk. Ibr 6:13,16,17 - “(13) Sebab ketika Allah memberikan janjiNya kepada AbrahamIa bersumpah demi diriNya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari padaNya, ... (16) Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan. (17) Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusanNya, Allah telah mengikat diriNya dengan sumpah,”.

Hanya Allah yang bersumpah demi diriNya sendiri, karena tidak ada yang lebih tinggi dari Dia (Ibr 6:13).

Bandingkan dengan:
Kel 32:13 - “Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hambaMu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diriMu sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimilikinya untuk selama-lamanya.’”.
Yer 22:5 - “Tetapi jika kamu tidak mendengarkan perkataan-perkataan ini, maka Aku sudah bersumpah demi diriKu, demikianlah firman TUHAN, bahwa istana ini akan menjadi reruntuhan”.
Yer 44:26 - “Maka dengarkanlah firman TUHAN, hai semua orang Yehuda yang diam di tanah Mesir: Sesungguhnya, Aku telah bersumpah demi namaKu yang besar - firman TUHAN - bahwa namaKu tidak akan diserukan lagi oleh seseorang Yehuda di segenap tanah Mesir, dengan berkata: Demi Tuhan ALLAH yang hidup!”.
Yer 49:13 - “Sebab Aku telah bersumpah demi diriKu, demikianlah firman TUHAN, bahwa Bozra akan menjadi ketandusan, cela, keruntuhan dan kutuk, dan segala kotanya akan menjadi reruntuhan yang kekal.’”.
Yer 51:14 - TUHAN semesta alam telah bersumpah demi diriNya sendiri: Sungguhpun engkau penuh dengan manusia-manusia seperti belalang, tetapi orang akan mengangkat pekik pertempuran terhadapmu”.
Amos 6:8 - Tuhan ALLAH telah bersumpah demi diriNya, - demikianlah firman TUHAN, Allah semesta alam - : ‘Aku ini keji kepada kecongkakan Yakub, dan benci kepada purinya; Aku akan menyerahkan kota serta isinya.’”.

Seorang malaikat biasa akan bersumpah demi nama Tuhan, bukan demi dirinya sendiri / namanya sendiri. Bandingkan dengan:
Daniel 12:7 - “Lalu kudengar orang yang berpakaian kain lenan, yang ada di sebelah atas air sungai itu bersumpah demi Dia yang hidup kekal, sambil mengangkat tangan kanan dan tangan kirinya ke langit: ‘Satu masa dan dua masa dan setengah masa; dan setelah berakhir kuasa perusak bangsa yang kudus itu, maka segala hal ini akan digenapi!’”.
Catatan: bahwa ‘orang’ ini adalah malaikat biasa terlihat dari Daniel 10.

Wah 10:5-6 - “(5) Dan malaikat yang kulihat berdiri di atas laut dan di atas bumi, mengangkat tangan kanannya ke langit, (6) dan ia bersumpah demi Dia yang hidup sampai selama-lamanya, yang telah menciptakan langit dan segala isinya, dan bumi dan segala isinya, dan laut dan segala isinya, katanya: ‘Tidak akan ada penundaan lagi!”.

Jadi, dari fakta bahwa Malaikat TUHAN itu bersumpah demi diriNya sendiri, jelas bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Tuhan / Allah sendiri.

c. Kel 23:20-23 - “(20) ‘Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. (21) Jagalah dirimu di hadapannya dan dengarkanlah perkataannya, janganlah engkau mendurhaka kepadanya, sebab pelanggaranmu tidak akan diampuninya, sebab namaKu ada di dalam dia. (22) Tetapi jika engkau sungguh-sungguh mendengarkan perkataannya, dan melakukan segala yang Kufirmankan, maka Aku akan memusuhi musuhmu, dan melawan lawanmu. (23) Sebab malaikatKu akan berjalan di depanmu dan membawa engkau kepada orang Amori, orang Het, orang Feris, orang Kanaan, orang Hewi dan orang Yebus, dan Aku akan melenyapkan mereka”.
Ada 2 hal yang perlu dipersoalkan:
(1)Dari kata-kata ‘namaKu ada di dalam dia’, Adam Clarke menganggap bahwa malaikat ini adalah Malaikat Perjanjian, yaitu Yesus Kristus sendiri.
Semua ini menunjukkan bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Allah / TUHAN sendiri.
(2)Kata-kata ‘pelanggaranmu tidak akan diampuninya’, menunjukkan bahwa Malaikat TUHAN itu bisa mengampuni dosa. Tentang hal ini Adam Clarke memberikan komentar sebagai berikut:
Adam Clarke“‘He will not pardon your transgressions.’ He is not like a man, with whom ye may think that ye may trifle, were he either man or angel, in the common acceptation of the term, it need not be said, He will not pardon your transgressions, for neither man nor angel could do it.” [= ‘Ia tidak akan mengampuni pelanggaranmu’. Ia bukan seperti seorang manusia, dengan siapa engkau bisa berpikir / menganggap bahwa engkau boleh menyepelekan; seandainya Ia adalah manusia atau malaikat, dalam arti yang biasa diterima, tidak perlu dikatakan, ‘Ia tidak akan mengampuni pelanggaranmu’, karena baik manusia maupun malaikat tidak bisa melakukannya.].



Bukti Allah Tritunggal 05

d) Penggunaan nama ‘TUHAN’ (YAHWEH) 3 x berturut-turut dalam Bil 6:24-26 dan sebutan ‘kudus’ bagi Allah 3 x berturut-turut dalam Yes 6:3 dan Wah 4:8.

Bil 6:24-26 - “(24) TUHAN (YHWH) memberkati engkau dan melindungi engkau; (25) TUHAN (YHWH) menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia; (26) TUHAN (YHWH) menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.”.

Yes 6:3 - “Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: ‘Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya!’”.

Wah 4:8 - Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: ‘Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.’.

Tidak anehkah bahwa ayat-ayat itu menyebutkan ‘TUHAN’ dan ‘kudus’ (yang ditujukan kepada Tuhan Allah) sebanyak 3 kali? Mengapa tidak 2 kali, atau 5 kali, atau 7 kali? Jelas karena ada hubungannya dengan Allah TRItunggal!

Sekarang, mari kita melihat komentar-komentar dari para penafsir tentang ketiga ayat di atas.

1. Tentang Bil 6:24-26 - “(24) TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; (25) TUHAN menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia; (26) TUHAN menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.”.

The Biblical Illustrator2. Notice that the name of the Lord, or Jehovah, is three times mentioned. Here we hear the voice of One, yet Three.” [= 2. Perhatikan bahwa nama TUHAN atau JEHOVAH, disebutkan tiga kali. Di sini kita mendengar suara dari Satu, tetapi Tiga.].

Matthew HenryThat the name Jehovah is three times repeated in it, and (as the critics observe) each with a different accent in the original; the Jews themselves think there is some mystery in this, and we know what it is, the New Testament having explained it, which directs us to expect the blessing from ‘the grace of our Lord Jesus Christ, the love of the Father, and the communion of the Holy Ghost,’ each of which persons is Jehovah, and yet they are ‘not three Lords, but one Lord,’ 2 Cor 13:14.” [= Bahwa nama Yehovah diulang di dalamnya, dan (seperti para pengkritik mengamati) setiap nama dengan logat yang berbeda dalam aslinyaorang-orang Yahudi sendiri berpikir di sana ada suatu misteri dalam hal ini, dan kita tahu apa misteri itu, karena / setelah Perjanjian Baru menjelaskannya, yang mengarahkan kita untuk mengharapkan berkat dari ‘Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, kasih Bapa, dan persekutuan Roh Kudus’, setiap Pribadi adalah Yehovah, tetapi di sana tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan’, 2Kor 13:13.].
2Kor 13:13 - Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian..

Adam ClarkeThere are three forms of blessing here, any or all of which the priests might use on any occasion. The following is a verbal translation: 1. May Yahweh bless thee and preserve thee! 2. May Yahweh cause his faces to shine upon thee, and be gracious unto thee! 3. May Yahweh lift up His faces upon thee, and may be put prosperity unto thee!” [= Ada TIGA bentuk berkat di sini, sang imam bisa menggunakan yang manapun darinya, atau semuanya, pada peristiwa apapun. Yang berikut ini adalah suatu terjemahan kata per kata: 1. Kiranya Yahweh memberkati engkau dan menjaga engkau! 2. Kiranya Yahweh menyebabkan wajahNya bersinar terhadap engkau, dan bermurah hati / memberi kasih karunia kepada  engkau! 3. Kiranya Yahweh mengangkat wajahNya kepada engkau, dan memberi kemakmuran / kesuksesan / kesejahteraan kepada engkau!].
Catatan: untuk bagian yang saya beri garis bawah ganda, kata bahasa Ibrani yang digunakan adalah SHALOM, dan semua Alkitab bahasa Inggris menterjemahkan ‘peace’ [= damai].

Adam ClarkeThis is a very comprehensive and excellent prayer, and may be paraphrased thus: 1. May God speak good unto thee, by giving thee his excellent promises! (See the note at Gen 2:3.) May he preserve thee in the possession of all the good thou hast, and from all the evil with which thou art threatened! 2. May the Holy Trinity illuminate thy heart, giving thee the true knowledge of thyself and of thy Maker, and may he show thee His graciousness in pardoning thy sins, and supporting thy soul! 3. May God give thee communion with the Father, Son, and Spirit, with a constant sense of his approbation, and grant thee prosperity in thy soul, and in all thy secular affairs!” [= Ini merupakan suatu doa yang mencakup sangat banyak hal, dan sangat bagus, dan bisa dinyatakan dengan kata-kata yang lain seperti ini: 1. Kiranya Allah berbicara baik kepada engkau, dengan memberi engkau janji-janjiNya yang sangat bagus! (Lihat catatan pada Kej 2:3). Kiranya Ia menjaga engkau dalam kepemilikan dari semua hal baik yang engkau miliki, dan dari semua bencana dengan mana engkau diancam! 2. Kiranya Tritunggal yang Kudus mencerahi hatimu, memberimu pengetahuan / pengenalan yang benar tentang dirimu sendiri dan tentang Penciptamu, dan kiranya Ia menunjukkan engkau kasih karunia / kemurahanNya dalam mengampuni dosa-dosamu, dan menopang jiwamu! 3. Kiranya Allah memberi engkau persekutuan dengan Bapa, Anak, dan Roh, dengan suatu perasaan yang tetap tentang penerimaanNya, dan memberi engkau kemakmuran dalam jiwamu, dan dalam semua urusan-urusan sekulermu!].

Adam Clarke“Several wise and learned men believe that the mystery of the Holy Trinity is not obscurely hinted at in it. God the FATHER blesses and keeps his followers. God the SON is gracious unto sinners in remitting their offences, which he died to blot out. God the HOLY SPIRIT takes of the things which are Christ’s, and shows them unto genuine Christians, and diffuses the peace of God in their hearts. In a word, Christ, the gift of the Father by the energy of the Holy Spirit, came to bless every one of us by turning us away from our iniquities. [= Beberapa orang yang bijaksana dan terpelajar, percaya bahwa misteri dari Tritunggal yang Kudus ditunjukkan dengan jelas di dalamnyaAllah Bapa memberkati dan menjaga / melindungi pengikut-pengikutNya. Allah Anak bermurah hati / memberi kasih karunia kepada orang-orang berdosa dengan mengampuni pelanggaran-pelanggaran mereka, untuk mana Ia mati untuk menghapuskannya. Allah Roh Kudus mengambil hal-hal milik Kristus, dan menunjukkannya kepada orang-orang Kristen yang sejati, dan mencurahkan damai dari Allah dalam hati mereka. Singkatnya, Kristus, pemberian dari Bapa oleh kekuatan Roh Kudus, datang untuk memberkati setiap orang dari kita dengan membalikkan kita dari kejahatan-kejahatan kita.].

Jamieson, Fausset & BrownThe repetition of the name ‘Lord’ or ‘Jehovah’ three times, expressed the great mystery of the Godhead - three persons, and yet one God. The expressions in the separate clauses correspond to the respective offices of the Father, to ‘bless and keep us;’ of the Son, to be ‘gracious to us;’ and of the Holy Spirit, to ‘give us peace.’” [= Pengulangan nama ‘TUHAN’ atau ‘YEHOVAH’ tiga kali, menyatakan misteri yang agung dari Allah - tiga Pribadi, tetapi satu Allah. Ungkapan-ungkapan dalam anak-anak kalimat yang terpisah sesuai dengan tugas-tugas khusus dari Bapa, untuk ‘memberkati dan menjaga / melindungi kita’; dari Anak, untuk ‘memberi kasih karunia / bermurah hati kepada kita’; dan dari Roh Kudus, untuk memberi kita damai’.].

Barnes’ NotesFrom a Christian point of view, and comparing the counterpart benediction of 2 Cor 13:14, it is impossible not to see shadowed forth the doctrine of the Holy Trinity (compare Isa 6:3; Matt 28:19). And the three several sets of terms correspond fittingly to the office of the Three Persons in Their gracious work for the redemption of man.” [= Dari sudut pandang seorang Kristen, dan dengan membandingkan berkat yang mirip dari 2Kor 13:13adalah tidak mungkin untuk tidak melihat bayangan lebih dulu dari doktrin Allah Tritunggal (bandingkan dengan Yes 6:3; Mat 28:19). Dan tiga set istilah-istilah sesuai dengan tepat dengan tugas-tugas dari Tiga Pribadi dalam pekerjaan Mereka yang murah hati / penuh kasih karunia untuk penebusan manusia.].

The Bible Exposition CommentaryThe threefold use of the name of the Lord suggests that our God is a Trinity of persons: God the Father, God the Son, and God the Holy Spirit. The Father is the Lord (Ps 110:1), and so is the Son (Rom 10:9), and so is the Spirit (2 Cor 3:17). You see the Trinity in Matt 3:16-17; 28:19-20; John 3:34-35; and 2 Cor 13:14, as well as many other places in the Bible. Eph 1:3-14 is actually a hymn to the Trinity: Father (vv. 3-6), Son (vv. 7-12), and Spirit (vv. 13-14).” [= Penggunaan rangkap tiga dari nama Tuhan menyatakan secara tak langsung bahwa Allah kita adalah suatu Tritunggal dari Pribadi-pribadi: Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Bapa adalah Tuhan (Maz 110:1), dan demikian juga Anak (Ro 10:9), dan demikian juga Roh (2Kor 3:17). Kamu melihat Tritunggal dalam Mat 3:16-17; 28:19-20; Yoh 3:34-35; dan 2Kor 13:13, maupun dalam banyak tempat-tempat lain dalam Alkitab. Ef 1:3-14 sesungguhnya adalah suatu nyanyian pujian kepada / terhadap Tritunggal: Bapa (ay 3-6), Anak (ay 7-12), dan Roh (ay 13-14).].

Maz 110:1 - Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: ‘Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.’.
Catatan: Bapa disebut ‘TUHAN’ (YHWH) di sini, bukan ‘Tuhan’. Ada banyak ayat lain yang lebih tepat yang bisa digunakan, misalnya Kej 18:30.
Kej 18:30 - Katanya: ‘Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata sekali lagi. Sekiranya tiga puluh didapati di sana?’ FirmanNya: ‘Aku tidak akan berbuat demikian, jika Kudapati tiga puluh di sana.’.

Ro 10:9 - Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan..

2Kor 3:17 - Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan..
Catatan: Ayat ini sama sekali tak cocok.

Mungkin tidak ada satu ayatpun dalam Alkitab yang secara explicit menyatakan bahwa Roh Kudus adalah Tuhan. Tetapi dari perbandingan ayat dengan ayat, kita bisa menyimpulkan bahwa Alkitab memang mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah Tuhan.

Mari kita membandingkan Yes 6:8-10 dengan Kis 28:25-27.

Yes 6:8-10 - “(8) Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’. Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’. (9) Kemudian firmanNya‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! (10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya lalu berbalik dan menjadi sembuh.’.

Kis 28:25-27 - “(25) Maka bubarlah pertemuan itu dengan tidak ada kesesuaian di antara mereka. Tetapi Paulus masih mengatakan perkataan yang satu ini: ‘Tepatlah firman yang disampaikan Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi Yesaya: (26) Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan meli­hat, namun tidak menanggap. (27) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka..

Kalau kita membandingkan 2 bagian Kitab Suci di atas, maka jelas terlihat bahwa apa yang dikatakan Paulus dalam Kis 28:26-27 itu ia kutip dari Yes 6:8-10. Tetapi kalau dalam Yes 6:8-10 itu dikatakan bahwa itu adalah ‘suara Tuhan kepada nabi Yesaya, maka dalam Kis 28:25 Paulus berkata bahwa ‘firman itu disampai­kan oleh Roh Kudus dengan perantaraan nabi Yesaya. Ini menunjuk­kan bahwa Roh Kudus adalah Tuhan sendiri!

Mat 3:16-17 - “(16) Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atasNya, (17) lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’.

Mat 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’.

Yoh 3:34-35 - “(34) Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas. (35) Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya..

2Kor 13:13 - Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian..

Ef 1:3-14 - (3) Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. (4) Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. (5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya, (6) supaya terpujilah kasih karuniaNya yang mulia, yang dikaruniakanNya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihiNya. (7) Sebab di dalam Dia dan oleh darahNya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karuniaNya, (8) yang dilimpahkanNya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian. (9) Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendakNya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaanNya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkanNya di dalam Kristus (10) sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi. (11) Aku katakan ‘di dalam Kristus’, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan - kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya - (12) supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaanNya. (13) Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu. (14) Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaanNya..
Catatan: saya tak percaya ini suatu hymn / lagu pujian. Dan penggunaan text ini sangat lemah. Ada banyak text lain yang lebih kuat yang bisa digunakan.

Pulpit CommentaryVers. 24–26. - ‘The Lord, … the Lord, … the Lord.’ Are we to see in this threefold use of the Divine name a shadowing forth of the Holy Trinity? It is obvious that it cannot be proved, and that it would not even have suggested any such idea to the priest who gave, or to the people who received, the benediction. To them the threefold form merely added beauty and fulness to the blessing (cf. Eccles. 4:12). But that is not the question. The real question is whether the Old Testament was written for our sakes (1 Cor. 9:10; 10:11; 2 Tim. 3:15, 16), and whether the God of the Jews was indeed the Father of our Lord Jesus Christ (John 5:17; 8:54). If so, it is not possible for us to avoid seeing in this benediction a declaration of the threefold Being of God, and it is not possible to avoid believing that he meant us to see such a declaration, veiled indeed from the eyes of the Jew, but clear enough to the Christian. For a somewhat similar case compare Isa. 6:3; Rev. 4:8.” [= Ay 24-26. - ‘TUHAN, ... TUHAN, ... TUHAN.’ Apakah kita akan / harus melihat dalam penggunaan rangkap tiga dari Nama Ilahi ini suatu bayangan lebih dulu dari Tritunggal yang Kudus? Jelas bahwa itu tidak bisa dibuktikan, dan bahwa itu bahkan tidak mengusulkan / menyatakan secara tak langsung gagasan seperti itu kepada imam yang memberikan, atau kepada bangsa / orang-orang yang menerima, berkat itu. Bagi mereka, bentuk rangkap tiga semata-mata menambahkan keindahan dan kepenuhan pada berkat. (bdk. Pkh 4:12). Tetapi bukan itu pertanyaannya. Pertanyaan sesungguhnya adalah apakah Perjanjian Lama ditulis bagi / demi kita (1Kor 9:10; 10:11; 2Tim 3:15,16), dan apakah Allah dari orang-orang Yahudi memang adalah Bapa dari Tuhan kita Yesus Kristus (Yoh 5:17; 8:54). Jika demikian, tidaklah mungkin bagi kita untuk terhindar dari melihat dalam berkat ini suatu pernyataan tentang Keberadaan rangkap tiga dari Allah, dan tidaklah mungkin untuk terhindar dari percaya bahwa Ia memaksudkan kita untuk melihat pernyataan seperti itu, memang diselubungi dari mata orang-orang Yahudi, tetapi cukup jelas bagi orang Kristen. Untuk suatu kasus yang agak mirip bandingkan dengan Yes 6:3; Wah 4:8.].

Pkh 4:12 - Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan..

1Kor 9:9-10 - “(9) Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!’ Lembukah yang Allah perhatikan? (10) Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya..

1Kor 10:11 - Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba..

2Tim 3:15-16 - “(15) Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. (16) Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran..
Ay 16 (NASB): All Scripture is inspired by God and profitable for teaching, for reproof, for correction, for training in righteousness; [= Semua / seluruh Kitab Suci diilhamkan oleh Allah dan bermanfaat untuk pengajaran, untuk teguran, untuk perbaikan, untuk pelatihan dalam kebenaran;].

Yoh 5:17 - Tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’.

Yoh 8:54 - Jawab Yesus: ‘Jikalau Aku memuliakan diriKu sendiri, maka kemuliaanKu itu sedikitpun tidak ada artinya. BapaKulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami,.

Dari ayat ini memang terlihat secara sangat jelas bahwa Yesus menyamakan BapaNya (Allah Bapa) dengan Allah yang disembah orang-orang Yahudi pada saat itu!! Kalau begitu, dengan alasan apa banyak orang Kristen menganggap bahwa Allah yang kita sembah berbeda dengan Allah orang Islam???

Pulpit CommentaryIII. That the first clause of the blessing intimates the love of God the Father, through which we are preserved. ... IV. That the second clause intimates the love of God the Son whereby we have obtained, and do obtain, grace. ... V. That the third clause intimates the love of God the Holy Ghost, whereby we obtain peace through the fellowship of the Spirit.” [= III. Bahwa anak kalimat yang pertama dari berkat itu menyatakan secara tak langsung kasih Allah Bapa, melalui mana kita dijaga / dilindungi. ... IV. Bahwa anak kalimat yang kedua menyatakan secara tak langsung kasih dari Allah Anak oleh / melalui mana kita telah mendapatkan, dan memang mendapatkan, kasih karunia. ... V. Bahwa anak kalimat yang ketiga menyatakan secara tak langsung Allah Roh Kudus, oleh / melalui mana kita mendapatkan damai melalui persekutuan Roh.].

Pulpit Commentary2. The triple repetition of the name Jehovah was supposed by the Jews themselves to contain some mystery. At any rate it suggested that as there was in God an infinity of holiness that no one term could express (Isa. 6:3), so God has for his people a fulness of blessing beyond what any single utterance of his favour would have suggested (cf. Exod. 33:19; 34:6, 7; Isa. 63:7; Eph. 2:4–10). To us the mystery is further revealed by the doctrine of the Trinity. For it is to be noted that in the New Testament that doctrine is always presented in some practical aspect, often in connection with privileges conferred by the triune ‘God of our salvation’ (e. g. John 14:16, 17; 2 Cor. 13:14; Eph. 2:18, &c.).” [= 2. Pengulangan rangkap tiga dari Nama Yehovah dianggap oleh orang-orang Yahudi sendiri menampung / menahan suatu misteri. Bagaimanapun itu mengusulkan / menunjukkan secara tak langsung bahwa seperti di sana ada dalam Allah suatu ketidak-terbatasan dari kekudusan yang tak seorangpun bisa menyatakan (Yes 6:3), demikian juga Allah mempunyai bagi umat / bangsaNya suatu kepenuhan berkat melampaui apa yang satu ucapan apapun dari kebaikanNya tunjukkan secara tak langsung (bdk. Kel 33:19  34:6,7; Yes 63:7; Ef 2:4–10). Bagi kita, misteri ini dinyatakan selanjutnya oleh doktrin Allah Tritunggal. Karena harus diperhatikan bahwa dalam Perjanjian Baru doktrin itu selalu diberikan dalam suatu aspek yang praktis, sering dalam hubungan dengan hak-hak yang dianugerahkan oleh ‘Allah Tritunggal dari keselamatan kita’ (contoh: Yoh 14:16,17; 2Kor 13:13; Ef 2:18, dsb.).].

Kel 33:19 - Tetapi firmanNya: ‘Aku akan melewatkan segenap kegemilanganKu dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani.’.

Kel 34:5-7 - “(5) Turunlah TUHAN dalam awan, lalu berdiri di sana dekat Musa serta menyerukan nama TUHAN. (6) Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: ‘TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasihNya dan setiaNya, (7) yang meneguhkan kasih setiaNya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.’.

Yes 63:7 - Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN, perbuatan TUHAN yang masyhur, sesuai dengan segala yang dilakukan TUHAN kepada kita, dan kebajikan yang besar kepada kaum Israel yang dilakukanNya kepada mereka sesuai dengan kasih sayangNya dan sesuai dengan kasih setiaNya yang besar..

Ef 2:4–10 - “(4) Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasihNya yang besar, yang dilimpahkanNya kepada kita, (5) telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita - oleh kasih karunia kamu diselamatkan - (6) dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, (7) supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karuniaNya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikanNya terhadap kita dalam Kristus Yesus. (8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. (10) Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya..

Yoh 14:16,17 - “(16) Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, (17) yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu..
2Kor 13:13 - Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian..
Ef 2:18 - karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa..

Calvin, Bible Knowledge Commentary tidak memberi komentar berhubungan dengan Allah Tritunggal, Keil & Delitzsch tidak setuju kalau hal ini mendukung Allah Tritunggal.

                           Bukti Allah Tritunggal 06





2. Tentang Yesaya 6:3 - Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: ‘Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya!’.

Pulpit Commentary (tentang Yesaya 6:3)The triple repetition has been understood in all ages of the Church as connected with the doctrine of the Trinity.” [= Pengulangan rangkap tiga itu telah dimengerti dalam segala jaman dari Gereja sebagai berhubungan dengan doktrin Tritunggal.].

Calvin (tentang Yesaya 6:3)“The ancients quoted this passage when they wished to prove that there are three persons in one essence of the Godhead. I do not disagree with their opinion; but if I had to contend with heretics, I would rather choose to employ stronger proofs; for they become more obstinate, and assume an air of triumph, when inconclusive arguments are brought against them; and they might easily and readily maintain that, in this passage, as in other parts of Scripture, the number ‘three’ denotes perfection. Although, therefore, I have no doubt that the angels here describe One God in Three Persons, (and, indeed, it is impossible to praise God without also uttering the praises of the Father, of the Son, and of the Spirit,) yet I think that it would be better to employ more conclusive passages, lest, in proving an article of our faith, we should expose ourselves to the scorn of heretics.” [= Orang-orang kuno mengutip text ini pada waktu mereka ingin membuktikan bahwa di sana ada tiga Pribadi dalam satu hakekat dalam AllahSaya bukannya tidak setuju dengan pandangan mereka; tetapi jika saya harus berdebat dengan orang-orang sesat, saya lebih memilih untuk menggunakan bukti-bukti yang lebih kuat; karena mereka menjadi lebih tegar tengkuk, dan merasa menang, pada waktu suatu argumentasi yang tidak meyakinkan dibawa menentang mereka; dan mereka bisa dengan mudah dan dengan tanpa kesukaran mempertahankan bahwa, dalam text ini, seperti dalam bagian-bagian lain Kitab Suci, bilangan ‘tiga’ menunjuk pada kesempurnaanKarena itu, sekalipun saya tidak mempunya keraguan bahwa malaikat-malaikat di sini menggambarkan satu Allah dalam Tiga Pribadi, (dan memang, adalah mustahil untuk memuji Allah tanpa juga mengucapkan puji-pujian tentang Bapa, tentang Anak, dan tentang Roh), tetapi saya pikir akan lebih baik untuk menggunakan text-text yang lebih meyakinkan, supaya jangan, dalam membuktikan suatu pokok dari iman kita, kita harus membuka diri kita sendiri terhadap cemoohan dari orang-orang sesat.].

Komentar saya: kalau saya menganggap sesuatu itu benar, saya tetap akan menggunakan dalam argumentasi, sekalipun itu ‘lemah’ dan bisa dibantah (secara salah), tetapi saya juga menggunakan / menambahkan argumentasi-argumentasi lain yang lebih kuat. Gabungan semua argumentasi itu juga akan membuktikan kebenaran dari argumentasi yang ‘lemah’.

Keil & Delitzsch (tentang Yesaya 6:3)But did this thrice-holy refer to the triune God? Knobel contents himself with saying that the threefold repetition of the word ‘holy’ serves to give it the greater emphasis. ... The fact that three is the number of developed and yet self-contained unity, has its ultimate ground in the circumstance that it is the number of the trinitarian process; and consequently the trilogy (trisagion) of the seraphim (like that of the cherubim in Rev 4:8), whether Isaiah was aware of it or no, really pointed in the distinct consciousness of the spirits themselves to the triune God.” [= Tetapi apakah kata ‘kudus’ tiga kali ini menunjuk kepada Allah Tritunggal? Knobel puas dengan dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa pengulangan tiga kali dari kata ‘kudus’ berfungsi untuk memberinya penekanan yang lebih besar. ... Fakta bahwa tiga adalah bilangan dari kesatuan yang ‘diperluas / dijadikan komplex’ tetapi membentuk suatu unit yang ‘lengkap dan tak tergantung dalam dan dari dirinya sendiri’, mempunyai dasar terakhirnya dalam keadaan bahwa itu adalah bilangan dari proses Tritunggal; dan karena itu pujian rangkap tiga dari serafim (seperti pujian dari kerub-kerub itu dalam Wah 4:8), apakah Yesaya menyadarinya atau tidak, sungguh-sungguh menunjuk pada kesadaran yang jelas dari roh-roh itu sendiri terhadap Allah Tritunggal.].
Catatan: Memang Yesaya sendiri belum tentu mengerti apa yang ia ucapkan / tuliskan.

Matthew Henry (tentang Yes 6:3)It may refer to the three person (persons?) in the Godhead, Holy Father, Holy Son, and Holy Spirit (for it follows, v. 8, Who will go for us?) or perhaps to that which was, and is, and is to come; for that title of God’s honour is added to this song, Rev 4:8.” [= Itu bisa menunjuk pada tiga pribadi dalam diri Allah, Bapa yang Kudus, Anak yang Kudus, dan Roh yang Kudus (karena itu diikuti ay 8, Siapa yang mau pergi untuk Kami?) atau mungkin kepada itu yang ada dulu, dan ada sekarang, dan yang akan datang; karena gelar kehormatan Allah itu ditambahkan pada nyanyian ini, Wah 4:8.].

Jadi, Matthew Henry menggunakan Yes 6:8, yang sangat berdekatan letaknya dengan Yes 6:3 yang sedang kita bahas, sebagai argumentasi. Karena dalam Yes 6:8 ditunjukkan adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’ oleh adanya kata ganti orang ‘Kami’, yang digunakan untuk Allah, maka 3 x kata ‘Kudus’ untuk Allah itu pasti juga berhubungan dengan ‘kejamakan dalam diri Allah’ itu.

Yes 6:8 - Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku (Kami)?’ Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’.
Yes 6:8 (KJV): Also I heard the voice of the Lord, saying, Whom shall I send, and who will go for us? Then said I, Here am I; send me. [= Juga aku mendengar suara Tuhan, yang berkata, Siapa yang akan Kuutus, dan siapa yang mau pergi untuk Kami? Lalu aku berkata, Ini aku, utuslah aku’.].

Wah 4:8 - Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: ‘Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.’.

Barnes’ Notes (tentang Yes 6:3)Holy, holy, holy.’ The ‘repetition’ of a name, or of an expression, three times, was quite common among the Jews.” [= ‘Kudus, kudus, kudus’. ‘Pengulangan’ dari suatu nama, atau dari suatu ungkapan, tiga kali, cukup umum di antara orang-orang Yahudi.].

Barnes lalu memberi contoh ayat-ayat ini.

Yer 7:4 - Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang berbunyi: Ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN,.
Yer 22:29 - Hai negeri, negeri, negeri! Dengarlah firman TUHAN!.
Yeh 21:27 - Puing, puing, puing akan Kujadikan dia! Inipun tidak akan tetap. Sampai ia datang yang berhak atasnya, dan kepadanya akan Kuberikan itu.’.
2Sam 18:33 - Maka terkejutlah raja dan dengan sedih ia naik ke anjung pintu gerbang lalu menangis. Dan beginilah perkataannya sambil berjalan: ‘Anakku Absalom, anakku, anakku Absalom! Ah, kalau aku mati menggantikan engkau, Absalom, anakku, anakku!’.

Barnes’ Notes (tentang Yes 6:3)The form was used, therefore, among the Jews, to denote ‘emphasis;’ and the expression means in itself no more than ‘thrice holy;’ that is, supremely holy. Most commentators, however, have supposed that there is here a reference to the doctrine of the Trinity. It is not probable that the Jews so understood it; but applying to the expressions the fuller revelations of the New Testament, it cannot be doubted that the words will express that. Assuming that that doctrine is true, it cannot be doubted, I think, that the seraphs laid the foundation of their praise in that doctrine. That there was a distinct reference to the second person of the Trinity, is clear from what John says, John 12:41. No ‘argument’ can be drawn DIRECTLY from this in favor of the doctrine of the Trinity, for the repetition of such phrases thrice in other places, is merely ‘emphatic,’ denoting the superlative degree. But when the doctrine is ‘proved’ from other places, it may be presumed that the heavenly beings were apprized of it, and that the foundation of their ascriptions of praise was laid in that.” [= Karena itu, bentuk itu digunakan, di antara orang-orang Yahudi, untuk menunjukkan ‘penekanan’; dan ungkapan itu dalam dirinya sendiri berarti tak lebih dari ‘kudus tiga kali’; yaitu, kudus dalam tingkat yang tertinggiTetapi, kebanyakan penafsir, telah menganggap bahwa di sini ada suatu hubungan dengan doktrin Allah TritunggalTidaklah mungkin bahwa orang-orang Yahudi mengertinya demikiantetapi dengan menerapkan wahyu-wahyu yang lebih penuh dari Perjanjian Baru pada kata-kata itu, tak bisa diragukan bahwa kata-kata itu akan menyatakan hal itu. Dengan menganggap bahwa doktrin itu (Tritunggal) adalah benar, tak bisa diragukan, saya kira, bahwa serafim itu meletakkan fondasi dari pujian mereka dalam doktrin itu. Bahwa di sana ada suatu referensi yang jelas kepada pribadi kedua dari Tritunggal, adalah jelas dari apa yang Yohanes katakan, Yoh 12:41Tak ada ‘argumentasi’ bisa ditarik SECARA LANGSUNG dari kata-kata ini untuk mendukung doktrin Tritunggal, karena pengulangan dari ungkapan-ungkapan seperti itu tiga kali di tempat-tempat lain, semata-mata merupakan ‘penekanan’, menunjukkan tingkat yang tertinggiTetapi pada waktu doktrin itu ‘dibuktikan’ dari tempat-tempat lain, bisa dianggap benar bahwa makhluk-makhluk surgawi itu menghargainya, dan bahwa fondasi dari pengarahan pujian mereka diletakkan pada hal itu.].

Argumentasi Barnes bahwa ayat ini oleh Yohanes dihubungkan dengan Pribadi kedua dari Tritunggal (Allah Anak / Yesus) dalam Yoh 12:41, merupakan suatu argumentasi yang menarik dan kuat!

Yoh 12:41 - Hal ini dikatakan oleh Yesaya, karena ia telah melihat kemuliaanNYA dan telah berkata-kata tentang Dia..
Kata ‘Nya’ di sini jelas menunjuk kepada Yesus!! Mari kita lihat seluruh kontextnya.

Yoh 12:37-41 - “(37) Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepadaNya, (38) supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: ‘Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?’ (39) Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: (40) ‘Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka.’ (41) Hal ini dikatakan oleh Yesaya, karena ia telah melihat kemuliaanNya dan telah berkata-kata tentang Dia..

Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a. Ay 38 diambil dari Yes 53:1 - Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan?.

b. Ay 39-40 diambil dari Yes 6:9-10 (lihat di bawah).

c. Kata-kata ‘ia (Yesaya) telah melihat kemuliaanNya’ tidak bisa tidak menunjuk pada Yes 6:1-2,5b (lihat di bawah). Dan pada waktu rasul Yohanes menerapkan ini kepada Yesus dalam Yoh 12:41, maka tidak bisa tidak, yang disebut kudus 3 x itu juga adalah Yesus! Bagaimana ini tidak mengarah pada doktrin Allah Tritunggal?

Bdk. Yes 6:1-10 - “(1) Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubahNya memenuhi Bait Suci. (2) Para Serafim berdiri di sebelah atasNya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. (3) Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: ‘Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya!’ (4) Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap. (5) Lalu kataku: ‘Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.’ (6) Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. (7) Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: ‘Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.’ (8) Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku (Kami)?’ Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’ (9) Kemudian firmanNya: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! (10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.’.

Sekarang mari kita melihat komentar dari para penafsir tentang Yoh 12:41.

Matthew Henry (tentang Yoh 12:41)The vision which the prophet there had of the ‘glory of God’ is here said to be his seeing the glory of Jesus Christ: He ‘saw his glory.’ Jesus Christ therefore is equal in power and glory with the Father, and his praises are equally celebrated. Christ had a glory ‘before the foundation of the world,’ and Esaias saw this.” [= Penglihatan yang sang nabi dapatkan di sana tentang ‘kemuliaan Allah’, di sini dikatakan sebagai penglihatannya tentang kemuliaan Yesus Kristus: Ia ‘telah melihat kemuliaanNya’. Karena itu, Yesus Kristus setara dalam kuasa dan kemuliaan dengan Bapa, dan puji-pujian terhadapNya dilakukan / ditunjukkan secara sama. Kristus mempunyai kemuliaan ‘sebelum dunia diciptakan’, dan Yesaya telah melihat ini.].
Yoh 17:5 - Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada..

Adam Clarke (tentang Yoh 12:41)“‘When he saw his glory.’ Isa 6:1, etc. I saw Jehovah, said the prophet, sitting upon a throne, high and lifted up, and his train filled the temple. Above it stood the seraphim; and one cried unto another, and said, Holy, holy, holy, is Jehovah, God of hosts; the whole earth shall be full of his glory. It appears evident from this passage, that the glory which the prophet saw was the glory of Jehovah: John, therefore, saying here that it was the glory of Jesus, shows that he considered Jesus to be Jehovah.” [= ‘Pada waktu ia telah melihat kemuliaanNya’. Yes 6:1, dst. ‘Aku telah melihat Yehovah’, kata sang nabi, ‘duduk di atas suatu takhta, tinggi dan ditinggikan, dan ujung jubahNya memenuhi Bait Suci. Di atasnya berdiri para serafim; dan satu berteriak kepada yang lain, dan berkata Kudus, kudus, kuduslah Yehovah, Allah semesta alam; seluruh bumi akan penuh dengan kemuliaanNya’. Kelihatannya jelas dari text ini, bahwa kemuliaan yang sang nabi lihat adalah kemuliaan Yehovah: karena itu, pada waktu Yohanes berkata di sini bahwa itu adalah kemuliaan Yesus, itu menunjukkan bahwa ia menganggap Yesus sebagai Yehovah.].

Kalau Bapa adalah Yehovah / Yahweh (YHWH), dan Yesus juga adalah Yehovah / Yahweh (YHWH), maka ini pasti mengarah pada doktrin Allah Tritunggal!

Barnes’ Notes (tentang Yoh 12:41)When he saw his glory.’ Isa 6:1-10. Isaiah saw the LORD (in Hebrew, ‎Jehovah) sitting on a throne and surrounded with the seraphim. ... In the prophecy Isaiah is said expressly to have seen Jehovah, ver. 1, and in ver. 5: ‘Mine eyes have seen the King Jehovah of hosts.’ By his glory is meant the manifestation of him - the Shechinah, or visible cloud that was a representation of God, and that rested over the mercy-seat. This was regarded as equivalent to seeing God, and John here expressly applies this to the Lord Jesus Christ; for he is not affirming that the people did not believe in God, but is assigning the reason why they believed not on Jesus Christ as the Messiah. The whole discourse has respect to the Lord Jesus, and the natural construction of the passage requires us to refer it to him. John affirms that it was the glory of the Messiah that Isaiah saw, and yet Isaiah affirms that it was Jehovah; and from this the inference is irresistible that John regarded Jesus as the Jehovah whom Isaiah saw.” [= ‘Pada waktu ia telah melihat kemuliaanNya’. Yes 6:1-10. Yesaya telah melihat TUHAN (dalam bahasa Ibrani, Yehovah) duduk di atas sebuah takhta dan dikelilingi dengan para serafim. ... Dalam nubuat Yesaya dikatakan secara explicit telah melihat Yehovah, ay 1, dan dalam ay 5: ‘Mataku telah melihat sang Raja Yehovah semesta alam’. Dengan / oleh ‘kemuliaanNya’ dimaksudkan manifestasi dari Dia - Shekhinah, atau awan yang kelihatan yang merupakan suatu perwakilan dari Allah, dan yang tinggal di atas tempat duduk belas kasihan / tutup tabut perjanjian. Ini dianggap sama seperti melihat Allah, dan Yohanes di sini secara explicit menerapkan ini kepada Tuhan Yesus Kristus; karena ia bukan sedang menegaskan bahwa bangsa itu tidak percaya kepada Allah, tetapi sedang menunjukkan alasan mengapa mereka tidak percaya kepada Yesus Kristus sebagai sang Mesias. Seluruh pembicaraan berhubungan dengan Tuhan Yesus, dan konstruksi yang wajar dari text itu menuntut kita untuk mengarahkannya kepada Dia. Yohanes menegaskan bahwa itu adalah kemuliaan dari sang Mesias yang dilihat oleh Yesaya, tetapi Yesaya menegaskan bahwa itu adalah Yehovah; dan dari ini kesimpulannya tak bisa ditahan bahwa Yohanes menganggap Yesus sebagai Yehovah yang dilihat Yesaya.].












Post a Comment

أحدث أقدم