BUKTI ALLAH TRITUNGGAL BGN 4

Bukti Allah Tritunggal 11

4. Komentar para penafsir tentang Ulangan 6:4.
a. Matthew Henry.
Matthew Henry (tentang Ulangan 6:4-5)Here is, I. A brief summary of religion, containing the first principles of faith and obedience, v. 4,5. ... 1. What we are here taught to believe concerning God: ... That he is the one only living and true God; he only is God, and he is but one. The firm belief of this self-evident truth would effectually arm them against all idolatry, which was introduced by that fundamental error, that there are gods many. It is past dispute that there is one God, and there is no other but he, Mark 12:32.” [= Di sini ada, I. Suatu ringkasan singkat tentang agama, mencakup / berisikan prinsip-prinsip pertama dari iman dan ketaatan, ay 4,5. ... 1. Apa yang di sini kita diajar untuk percaya berkenaan dengan Allah: ... Bahwa Ia adalah satu-satunya Allah yang hidup dan benar; hanya Dia adalah Allah, dan Ia hanya satu. Kepercayaan yang teguh tentang kebenaran yang jelas ini akan mempersenjatai mereka terhadap semua penyembahan berhala, yang diperkenalkan oleh kesalahan dasar itu, bahwa di sana ada banyak allahMerupakan sesuatu yang sudah tak diperdebatkan bahwa di sana ada satu Allah, dan di sana tidak ada yang lain kecuali Dia, Mark 12:32.].

Mark 12:29-32 - “(29) Jawab Yesus: ‘Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. (30) Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. (31) Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.’ (32) Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: ‘Tepat sekali, Guru, benar kataMu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia..

Memang dimanapun dalam Alkitab ditekankan bahwa hanya ada satu Allah, maka ini tujuannya adalah menentang polytheisme / kepercayaan kepada banyak allah / dewa, bukan menentang doktrin Allah Tritunggal.

Matthew Henry (tentang Ulangan 6:4-5)Some have thought there is here a plain intimation of the trinity of persons in the unity of the Godhead; for here is the name of God three times, and yet all declared to be one.” [= Sebagian / beberapa orang telah berpikir bahwa di sini ada suatu isyarat yang jelas tentang Tritunggal dari pribadi-pribadi dalam kesatuan dari Allah; karena di sini ada nama Allah tiga kali, tetapi semua dinyatakan sebagai satu.].

Ulangan 6:4-5 - “(4) Dengarlah, hai orang IsraelTUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! (5) Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu..

b. Adam Clarke.

Adam Clarke mengatakan bahwa orang-orang Yahudi ini dalam melakukan pengakuan iman ini, mengulang kata EKHAD ini dengan sangat keras sampai beberapa menit. Ia lalu melanjutkan dengan berkata sebagai berikut:

Adam Clarke (tentang Ul 6:4)‎this I suppose they do to vent a little of their spleen against the Christians, for they suppose the latter hold three Gods, because of their doctrine of the Trinity; but all their skill and cunning can never prove that there is not a plurality expressed in the word אֱלֹהֵ֖ינוּ  / 'ELOHEEYNUW, which is translated ‘our God’; ‎and were the Christians, when reading this verse, to vociferate אֱלֹהֵ֖ינוּ  / 'ELOHEEYNUW for several minutes as the Jews do ACHAD, it would apply more forcibly in the way of conviction to the Jews of the plurality of persons in the Godhead, than the word 'ACHAD, of one, against any pretended false tenet of Christianity, as every Christian receives the doctrine of the unity of God in the most conscientious manner. Some Christians have joined the Jews against this doctrine, and some have even outdone them, and have put themselves to extraordinary pains to prove that 'ELOHIYM is a noun of the singular number! This has not yet been proved. It would be as easy to prove that there is no plural in language.” [= ini saya duga mereka lakukan untuk menyatakan sedikit dari khayalan mereka terhadap / menentang kekristenan, karena mereka menganggap bahwa yang belakangan ini mempercayai tiga Allah, karena doktrin mereka tentang Tritunggal; tetapi semua keahlian dan kecerdikan mereka tidak pernah dapat membuktikan bahwa tidak ada kejamakan yang dinyatakan dalam kata ELOHEYNU, yang diterjemahkan ‘Allah kita’dan seandainya orang-orang Kristen, pada waktu membaca ayat ini, meneriakkan אֱלֹהֵ֖ינוּ  / 'ELOHEEYNUW selama beberapa menit seperti yang orang-orang Yahudi lakukan dengan kata EKHAD, itu akan memberikan pembuktian dengan lebih kuat kepada orang-orang Yahudi tentang kejamakan pribadi dalam diri Allah, dari pada kata EKHAD, ‘satu’, terhadap ajaran palsu apapun yang diclaim tentang kekristenan, karena setiap orang Kristen menerima doktrin tentang kesatuan Allah dalam cara yang paling ketat. Sebagian orang-orang Kristen telah bergabung dengan orang-orang Yahudi menentang doktrin ini (doktrin Allah Tritunggal), dan bahkan sebagian mengalahkan orang-orang Yahudi itu, dan berusaha mati-matian untuk membuktikan bahwa ELOHIM adalah sebuah kata benda tunggal! Ini tidak pernah terbukti. Adalah lebih mudah membuktikan bahwa tidak ada bentuk jamak dalam bahasa.].

c. Jamieson, Fausset & Brown.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Ul 6:4)“‘Hear, O Israel: The Lord our God is one Lord’ - or, as the words may perhaps be better translated, ‘Hear, O Israel: ‎YAHWEH ‎is our God (‎ELOHIM‎, plural), Yahweh alone.’ {The Septuagint has: KURIOS HO THEOS HEEMOON KURIOS HEIS ESTIN (cf. Zech 14:9).} The basis of their religion was an acknowledgment of the unity of God with the understanding, and the love of God in the heart (Deut 6:4-5).” [= ‘Dengarlah, hai Israel: Tuhan Allah kita adalah satu Tuhan’ - atau, sebagaimana kata-kata itu mungkin bisa diterjemahkan dengan lebih baik, ‘Dengarlah hai IsraelYAHWEH adalah Allah (ELOHIM, bentuk jamak) kita, satu-satunya Yahweh’. {Septuaginta menuliskan: KURIOS HO THEOS HEEMOON KURIOS HEIS ESTIN (bdk. Zakh 14:9).} Dasar dari agama mereka adalah suatu pengakuan tentang kesatuan Allah dengan pengertian, dan kasih kepada Allah dalam hati (Ul 6:4-5).].
Catatan: dalam buku fisiknya bukan ditulis ‘Yahweh’ tetapi ‘Jehovah’.

d. Albert Barnes.
Barnes’ Notes (tentang Ul 6:4)These words form the beginning of what is termed the ‘Shema’ (‘Hear’) in the Jewish Services, and belong to the daily morning and evening office. They may be called ‘the creed of the Jews.’ This weighty text contains far more than a mere declaration of the unity of God as against polytheism; or of the sole authority of the revelation that He had made to Israel as against other pretended manifestations of His will and attributes. It asserts that the Lord God of Israel is absolutely God, and none other. He, and He alone, is Jehovah (Yahweh) the absolute, uncaused God; the One who had, by His election of them, made Himself known to Israel. [= Kata-kata ini membentuk permulaan dari apa yang disebut ‘SHEMA’ (‘Dengarlah’) dalam kebaktian-kebaktian Yahudi, dan termasuk dalam upacara harian pagi dan sore. Kata-kata itu bisa disebut ‘pengakuan iman dari orang-orang Yahudi’. Text yang sangat berpengaruh ini mengandung jauh lebih banyak dari pada semata-mata suatu pernyataan tentang kesatuan Allah yang menentang politheisme; atau tentang otoritas satu-satunya dari wahyu yang telah Ia buat kepada Israel bertentangan dengan manifestasi-manifestasi palsu yang lain tentang kehendak dan atribut-atributNya. Itu menegaskan bahwa Tuhan Allah dari Israel adalah Allah secara mutlak, dan tidak ada yang lain. Ia, dan hanya Ia sendiri, adalah Yehovah (Yahweh) Allah yang mutlak, dan tidak mempunyai penyebab; seseorang yang oleh pemilihanNya tentang mereka, telah menyatakan diriNya sendiri kepada Israel.].

e. Keil & Delitzsch.
Keil & Delitzsch (tentang Ul 6:4)Jehovah our God is one Jehovah.’ This does not mean ‘Jehovah is one God, Jehovah alone’ (Abenezra), for in that case יְהֹוָה לְבַדֹּו  (YEHOVAH LEBADO) would be used instead of יְהֹוָה אֶחָד (YEHOVAH EKHAD); still less ‘Jehovah our God, namely, Jehovah is one’ (J. H. Michaelis). יְהֹוָה אֶחָד together form the predicate of the sentence. The idea is not, Jehovah our God is ‘one (the only) God,’ but one (or the only) Jehovah:’ ... Hence what is predicated here of Jehovah (Jehovah one) does not relate to the unity of God, but simply states that it is to Him alone that the name Jehovah rightfully belongs, that He is the one absolute God, to whom no other Elohim can be compared. This is also the meaning of the same expression in Zech. 14:9, where the words added, ‘and His name one,’ can only signify that in the future Jehovah would be acknowledged as the one absolute God, as King over all the earth. [= ‘Yehovah Allah kita adalah satu Yehovah’. Ini tidak berarti ‘Yehovah adalah satu Allah, Yehovah saja’ (Abenezra), karena dalam kasus itu יְהֹוָה לְבַדֹּו  (YEHOVAH LEBADO) akan digunakan dan bukannya יְהֹוָה אֶחָד  (YEHOVAH EKHAD); dan lebih-lebih bukan ‘Yehovah Allah kita, artinya, Yehovah adalah satu’ (J. H. Michaelis). יְהֹוָה אֶחָד (YEHOVAH EKHAD) bersama-sama membentuk predikat dari kalimat itu. Gagasannya bukanlah, Yehovah Allah kita adalah ‘satu (satu-satunya) Allah’, tetapi ‘satu (atau satu-satunya) Yehovah’: ... Jadi apa yang dinyatakan di sini tentang Yehovah (Yehovah satu) tidak berhubungan dengan ketritunggalan Allah, tetapi hanya / sekedar menyatakan bahwa adalah bagi Dia saja nama Yehovah itu dimiliki secara benar, bahwa Ia adalah satu Allah yang mutlak, dengan siapa tak ada ELOHIM lain bisa dibandingkan. Ini juga merupakan arti dari ungkapan yang sama dalam Zakh 14:9, dimana ditambahkan kata-kata, ‘dan namaNya satu’, hanya bisa berarti bahwa pada masa yang akan datang Yehovah akan diakui sebagai satu Allah yang mutlak, sebagai Raja atas seluruh bumi.].

Zakh 14:9 - Maka TUHAN akan menjadi Raja atas seluruh bumi; pada waktu itu TUHAN adalah satu-satunya dan namaNya satu-satunya..

Keil & Delitzsch (tentang Ul 6:4)This clause not merely precludes polytheism, but also syncretism, which reduces the one absolute God to a national deity, a Baal (Hos. 2:18), and in fact every form of theism and deism, which creates for itself a supreme God according to philosophical abstractions and ideas.” [= Anak kalimat ini tidak semata-mata membuang / mencegah politheisme, tetapi juga sinkretisme, yang merendahkan satu Allah yang mutlak menjadi seorang allah nasional, seorang Baal (Hos 2:18), dan sebetulnya setiap bentuk dari theisme dan deisme, yang menciptakan untuk dirinya sendiri seorang Allah yang terbesar / tertinggi sesuai dengan hal-hal yang abstrak dan gagasan-gagasan yang bersifat filsafat.].

Hos 2:15-19 - (15) Maka pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN, engkau akan memanggil Aku: Suamiku, dan tidak lagi memanggil Aku: Baalku! (16) Lalu Aku menjauhkan nama para Baal dari mulutmu, maka nama mereka tidak lagi disebut. (17) Aku akan mengikat perjanjian bagimu pada waktu itu dengan binatang-binatang di padang dan dengan burung-burung di udara, dan binatang-binatang melata di muka bumi; Aku akan meniadakan busur panah, pedang dan alat perang dari negeri, dan akan membuat engkau berbaring dengan tenteram. (18) Aku akan menjadikan engkau isteriKu untuk selama-lamanya dan Aku akan menjadikan engkau isteriKu dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang. (19) Aku akan menjadikan engkau isteriKu dalam kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal TUHAN..
Catatan: saya tak mengerti mengapa ayat ini dijadikan referensi olehnya.

f.  John Walvoord.
Bible Knowledge Commentary (tentang Ul 6:4)“This verse has been called the SHEMA, from the Hebrew word translated ‘Hear.’ The statement in this verse is the basic confession of faith in Judaism. The verse means that ‘the LORD’ (Yahweh) is totally unique. He alone is ‘God.’ The Israelites could therefore have a sense of security that was totally impossible for their polytheistic neighbors. The ‘gods’ of the ancient Near East rarely were thought of as acting in harmony. Each god was unpredictable and morally capricious. So a pagan worshiper could never be sure that his loyalty to one god would serve to protect him from the capricious wrath of another. The monotheistic doctrine of the Israelites lifted them out of this insecurity since they had to deal with only one God, who dealt with them by a revealed consistent righteous standard. This confession of monotheism does not preclude the biblical doctrine of the Trinity. ‘God’ is plural (‎ELOHIM‎), possibly implying the Trinity, and ‘one’ (‎EKHAD) may suggest a unity of the Persons in the Godhead (cf. Gen 2:24, where the same word for ‘one’ is used of Adam and Eve).” [= Ayat ini telah disebut SHEMA, dari kata Ibrani yang diterjemahkan ‘Dengarlah’. Pernyataan dalam ayat ini adalah pengakuan iman dasar dalam Yudaisme. Ayat itu berarti bahwa ‘TUHAN’ (Yahweh) adalah unik secara total. Hanya Dia adalah ‘Allah’. Karena itu orang-orang Israel bisa mempunyai suatu perasaan aman yang adalah mustahil secara total untuk tetangga-tetangga mereka yang percaya banyak allah. ‘allah-allah / dewa-dewa’ dari Timur Dekat kuno jarang dipikirkan sebagai bertindak secara harmonis. Setiap allah / dewa tak bisa diramalkan dan plin plan / berubah-ubah secara moral. Maka seorang penyembah kafir tidak pernah bisa yakin bahwa kesetiaannya kepada satu allah / dewa akan berfungsi untuk melindungi dia dari murka yang plin plan dari allah / dewa yang lain. Doktrin monotheistik dari orang-orang Israel mengangkat mereka keluar dari ketidak-amanan ini karena mereka harus berurusan dengan hanya satu Allah, yang menangani mereka dengan suatu standard kebenaran konsisten yang dinyatakan. Pengakuan monotheistik ini tidak membuang doktrin Alkitabiah tentang Tritunggal. ‘Allah’ adalah jamak (ELOHIM), mungkin menunjuk secara implicit pada Tritunggal, dan ‘satu’ / ‘esa’ (EKHAD) bisa mengusulkan suatu kesatuan dari Pribadi-pribadi dalam Allah (bdk. Kej 2:24, dimana kata yang sama untuk ‘satu’ digunakan tentang Adam dan Hawa).].
Catatan: dari semua buku tafsiran yang saya gunakan dalam mempelajari Ul 6:4 ini, hanya penafsir ini yang menggunakan kata EKHAD sebagai dasar dari doktrin Allah Tritunggal.

g. Calvin (tentang Ul 6:4)“‘Hear, O Israel.’ When Moses proclaims that God is One, the statement is not confined to His sole essence, which is incomprehensible, but must be also understood of His power and glory, which had been manifested to the people; as though he had said, that they would be guilty of rebellion unless they abode in the One God, who had laid them under such obligations to Himself. Therefore he not only calls him Jehovah, but at the same time infers that He is the God of that people whom he addresses, ‘Thy God.’ Thus all other deities are brought to nought, and the people are commanded to fly and detest whatever withdraws their minds from the pure knowledge of Him; for although His name may be left to Him, still He is stripped of His majesty, as soon as He is mixed up with a multitude of others. Thus He says by Ezekiel, (Ezekiel 20:39,) ‘Go ye, serve ye every one his idols;’ in which words He not only repudiates all mixed worship, but testifies that He would rather be accounted nothing than not be worshipped undividedly. The orthodox Fathers aptly used this passage against the Arians; because, since Christ is everywhere called God, He is undoubtedly the same Jehovah who declares Himself to be the One God; and this is asserted with the same force respecting the Holy Spirit. [= ‘Dengarlah, hai Israel’. Pada waktu Musa memproklamirkan bahwa Allah adalah Satu, pernyataan ini tidak dibatasi pada satu-satunya hakekatNya, yang tidak bisa dimengerti, tetapi harus juga dimengerti tentang kuasa dan kemuliaanNya, yang telah dinyatakan kepada bangsa itu; seakan-akan ia telah mengatakan, bahwa mereka akan bersalah tentang pemberontakan kecuali mereka tinggal dalam Allah yang Satu itu, yang telah meletakkan mereka di bawah kewajiban-kewajiban seperti itu kepada DiriNya sendiri. Karena itu ia bukan hanya menyebutNya Yehovah, tetapi pada saat yang sama menyatakan secara implicit bahwa Ia adalah Allah dari bangsa itu yang ia sebut, ‘Allahmu’. Jadi semua allah-allah / dewa-dewa lain dibawa pada kenihilan, dan bangsa itu diperintahkan untuk lari dan membenci apapun yang menarik pikiran mereka dari pengenalan yang murni tentang Dia; karena sekalipun namaNya bisa dibiarkan / ditinggalkan kepadaNya, tetap Ia dilucuti dari keagunganNya, begitu Ia dicampur dengan banyak allah / dewa yang lain. Maka Ia berkata oleh Yehezkiel, (Yeh 20:39), ‘Pergilah kamu, beribadahlah kamu masing-masing kepada berhalanya’; dalam kata-kata mana Ia bukan hanya menolak semua penyembahan campuran, tetapi juga menyaksikan bahwa Ia lebih memilih untuk dianggap tidak ada dari pada tidak disembah secara tidak terpecah. Bapa-bapa ortodox sering menggunakan text ini terhadap pengikut-pengikut Arianisme; karena, karena Kristus dimana-mana disebut Allah, tak diragukan Ia adalah Yehovah yang sama yang menyatakan DiriNya sendiri sebagai Satu Allah; dan ini ditegaskan dengan kekuatan yang sama berkenaan dengan Roh Kudus.].

Yeh 20:39a - Hai kamu, kaum Israel, beginilah firman Tuhan ALLAH, biarlah masing-masing pergi beribadah kepada berhala-berhalanya..

h. Matthew Poole (tentang Ul 6:4)“One in essence, and the only object of our worship.” [= Satu dalam hakekat, dan satu-satunya obyek penyembahan kita.].

i.  Theological Wordbook of the Old Testament (tentang kata ECHAD)Some scholars have felt that, though ‘one’ is singular, the usage of the word allows for the doctrine of the Trinity. While it is true that this doctrine is foreshadowed in the ot, the verse concentrates on the fact that there is one God and that Israel owes its exclusive loyalty to him (Deut 5:9; 6:5). [= Beberapa / sebagian sarjana telah merasa bahwa, sekalipun ‘satu’ ada dalam bentuk tunggal, penggunaan kata itu mengijinkan untuk doktrin tentang TritunggalSekalipun adalah benar bahwa doktrin ini diberi bayangan lebih dulu dalam PL, ayat itu berkonsentrasi pada fakta bahwa di sana ada satu Allah dan bahwa Israel berhutang kesetiaan yang exklusif kepadaNya (Ul 5:9; 6:5).] - hal 30 (no 61).
Ul 5:8-9 - “(8) Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. (9) Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,.
Ul 6:4-5 - “(4) Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! (5) Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu..

j.  P. C. Craigie.

Peter. C. Craigie (tentang Ul 6:4)“‘Hear, O Israel’ - see also 5:1, where the same phrase opens the chapter containing the Decalog, just as here the words introduce a major and important part of Moses’ address. ‘The Lord our God is one Lord.’ The Hebrew at this point can be rendered in a number of different ways, and it is possible that ‘one’ is intended as a name or title of God: C. H. Gordon has suggested the rendering, ‘Yahweh is our God, Yahweh is One.’ These words, which have been called the fundamental monotheistic dogma of the OT, have both practical and theological implications. The Israelites had already discovered the practical implications when they celebrated the Exodus in song: ‘Who is like you, O Lord, among the gods?’ (Exod. 15:11), a rhetorical question inviting a negative response - there were no gods like the Lord! In the Exodus, the Israelites had discovered the uniqueness of their God and that the Egyptian ‘gods’ could do nothing to stop the Lord’s people leaving Egypt. It was because they had experienced the living presence of their God in history that the Israelites could call the Lord our God. Thus the oneness and reality of the Lord were practical knowledge to the people. But there were also theological implications and the context of this verse indicates its source as a direct revelation from God (v. 1). The word expresses not only the ‘uniqueness’ but also the ‘unity’ of God. As one God (or the ‘Unique’), when he spoke there was no other to contradict; when he promised, there was no other to revoke that promise; when he warned, there was no other to provide refuge from that warning. He was not merely first among the gods, as Baal in the Canaanite pantheon, Amon-Re in Egypt, or Marduk in Babylon; he was the one and only God and as such he was omnipotent. It was this all-powerful Unique God who imposed on Israel the charge to love him, thereby revealing another aspect of his character. [= Bahasa Ibraninya di titik ini bisa diterjemahkan dalam sejumlah cara yang berbeda, dan adalah mungkin bahwa ‘satu’ dimaksudkan sebagai suatu nama atau gelar dari Allah: ... Kata itu menyatakan bukan hanya ‘keunikan’ tetapi juga ‘kesatuan’ dari Allah. Sebagai satu Allah (atau Yang ‘Unik’), pada waktu Ia berbicara tidak boleh ada yang lain yang menentang; pada waktu Ia berjanji, tidak ada yang lain yang membatalkan janji itu; pada waktu Ia memperingatkan, tidak ada yang lain yang menyediakan perlindungan dari peringatan itu. Ia bukannya semata-mata yang pertama di antara allah-allah / dewa-dewa, seperti Baal dalam kumpulan dewa-dewa Kanaan, Amon-Re di Mesir, atau Marduk di Babilonia; Ia adalah satu-satunya Allah dan sebagai Allah seperti itu Ia adalah maha kuasa.] - ‘The New International Commentary On The New Testament’.
Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi.

k. J. A. Thompson.

J. A. Thompson (tentang Ul 6:4): “‘Hear, O Israel.’ Israel is invited to respond to Yahweh with the same fullness of love that Yahweh displayed towards his people. In the New Testament verse 5 is described by Jesus as the first and great commandment (Matt. 22:36–38. Cf. Mark 12:29–34; Luke 10:27, 28). This small section (4–9) has been known to the Jews for many centuries as the ‘Shema’ (Heb., ‘Hear’) and has been recited along with 11:13–21 and Numbers 15:37–41 as a daily prayer. The reference to the binding of God’s laws on one’s forehead is discussed under 6:8. The prescription of verse 4 has sometimes been regarded as the positive way of expressing the negative commands of the first two commandments of the decalogue (5:7–10). This central confession of faith consists of only four words, ‘Yahweh, our God, Yahweh, One.’ The expression has been variously understood. Possible translations are ‘Yahweh our God, Yahweh is one’, ‘Yahweh is our God, Yahweh is one’. ‘Yahweh is our God, Yahweh alone’. Whatever translation is chosen the essential meaning is clear. Yahweh was to be the sole object of Israel’s worship, allegiance and affection. The word ‘one’ or ‘alone’ implies monotheism, even if it does not state it with all the subtleties of theological formulation. Biblical monotheism was given a practical and existential expression which would lead to the abandonment of such views as monolatry. Even if some in Israel acknowledged the existence of other gods, the affirmation that Yahweh alone was Sovereign and the sole object of Israel’s obedience sounded the death-knell to all views lesser than monotheism. [= Terjemahan manapun yang dipilih, arti hakikinya adalah jelas. Yahweh harus menjadi obyek satu-satunya dari penyembahan, kesetiaan, dan kasih Israel. Kata ‘satu’ atau ‘saja’ secara implicit menunjuk pada monotheisme, sekalipun itu tidak menyatakannya dengan semua kehalusan / ketajaman dari formula theologia.] - ‘Tyndale Old Testament Commentaries’.
Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi.

5.     Para ahli theologia.
Calvin, Louis Berkhof, R. L. Dabney, Charles Hodge, W. G. T. Shedd, John Murray, Herman Bavinck, Herman Hoeksema, B. B. Warfield, A. H. Strong, tidak menggunakan perbedaan kata EKHAD dan YAKHID sebagai dasar dari doktrin Allah Tritunggal. Ini saya cari dalam buku-buku mereka dimana mereka membahas tentang Tritunggal, atau tentang Ul 6:4, dan saya tidak menemukan bahwa mereka menggunakan hal ini sebagai argumentasi untuk mendukung doktrin Allah Tritunggal. Ul 6:4 hanya digunakan untuk menunjukkan keesaan Allah, dan tidak lebih dari itu.

Yang menggunakan argumentasi EKHAD dan YAKHID itu untuk mendukung doktrin Allah Tritunggal adalah Loraine Boettner, dalam bukunya ‘Studies in Theology’.

Loraine BoettnerJewish Misunderstanding of the Doctrine. The Christian doctrine of the Trinity has been generally misunderstood among the Jewish people, with the result that they believe we worship three Gods. To set forth this idea and the reason for its strong hold on the Jewish people to-day we propose to quote rather extensively from the writings of one who is in a position to understand the problem, - from the writings of Ex-Rabbi Leopold Cohn. Says he: "The reason that the Jews have become estranged from the doctrine of the Triune God is found in the teachings of Moses Maimonides. He compiled thirteen articles of faith which the Jews accepted and incorporated into their liturgy. One of them is ‘I believe with a perfect faith that the Creator, blessed be His name, is an absolute one’ (Hebrew, ‘Yachid’). This has been repeated daily by Jews in their prayers, ever since the twelfth century, when Moses Maimonides lived. This expression of an ‘absolute one’ is diametrically opposed to the word of God which teaches with great emphasis that God is not a ‘Yachid,’ which means an only one, or an ‘absolute one,’ but ‘achid,’ which means a united one. In Deuteronomy 6:4 God laid down for His people a principle of faith, which is certainly superior to that of Moses Maimonides, inasmuch as it comes from God Himself. We read, ‘Hear O Israel, the Lord our God, the Lord is ONE,’ stressing the sense of the phrase ‘one’ by using not ‘yachid,’ which Moses Maimonides does, but ‘achid,’ which means a united one. "We want now to trace where these two words, ‘yachid’ and ‘achid,’ occur in the Old Testament and in what connection and sense they are used, and thus ascertain their true meaning. "In Genesis I we read, ‘And there was evening and there was morning, one day.’ Here the word ‘achid’ is used, which implies that the evening and the morning - two separate objects - are called one, thus showing plainly that the word ‘achid’ does not mean an ‘absolute one,’ but a united one. Then in Genesis 2:24 we read, ‘Therefore shall a man leave his father and his mother and shall cleave unto his wife, and they shall be one flesh.’ Here too the word ‘achid’ is used, furnishing another proof that it means a united one, referring, as it does in this case, to two separate persons. "Now let us see in the Word of God where that expression ‘yachid,’ an ‘absolute one,’ is found. In Genesis 22:2 God says to Abraham, ‘Take now thy son, thine only son.’ Here we read the word ‘yachid.’ The same identical word, ‘yachid,’ is repeated in the 12th verse of the same chapter. In Psalm 25:16 it is again applied to a single person as also in Jeremiah 6:26, where we read, ‘Make thee mourning as for an only son.’ The same word, conveying the sense of one only, occurs in Zechariah 12:10, ‘And they shall look upon me whom they have pierced, and they shall mourn for Him as one mourneth for his only son.’ "Thus we see that Moses Maimonides, with all his great wisdom and much learning, made a serious mistake in prescribing for the Jews that confession of faith in which it is stated that God is a ‘yachid,’ a statement which is absolutely opposed to the Word of God. And the Jews, in blindly following the so-called ‘second Moses’ have once more given evidence of their old proclivities of perverting the Word of the living God. The Holy Spirit made that serious complaint against them through Jeremiah the prophet, saying, ‘For ye have perverted the words of the living God, of the Lord of hosts our God’ (Jer. 23:36). [= Kesalah-pahaman Yahudi tentang doktrin itu. Doktrin Kristen tentang Tritunggal pada umumnya telah disalah-pahami di antara bangsa Yahudi, dengan akibat bahwa mereka percaya kita menyembah tiga Allah. Untuk menyatakan dengan kata-kata gagasan dan alasan untuk pegangannya yang kuat ini pada bangsa Yahudi jaman sekarang kami mengajukan / mengusulkan untuk mengutip dengan cukup banyak dari tulisan-tulisan dari seseorang yang ada dalam posisi untuk mengerti problem itu, - dari tulisan-tulisan dari seorang ex Rabi Leopold Cohn. Katanya, "Alasan bahwa orang-orang Yahudi telah menjadi bersikap memusuhi / terpisah dari doktrin Allah Tritunggal ditemukan dalam ajaran-ajaran dari Moses Maimonides. Ia mengumpulkan 13 artikel iman yang diterima dan dipersatukan oleh orang-orang Yahudi ke dalam liturgi mereka. Salah satu dari mereka adalah ‘Aku percaya dengan suatu iman yang sempurna bahwa sang Pencipta, terpujilah namaNya, adalah suatu satu yang mutlak’ (Ibrani, ‘YAKHID’). Ini telah diulang setiap hari oleh orang-orang Yahudi dalam doa-doa mereka, sejak abad ke 12, pada waktu Moses Maimonides hidup. Ungkapan tentang suatu ‘satu yang mutlak’ bertentangan secara frontal dengan firman Allah yang mengajarkan dengan penekanan yang besar bahwa Allah bukanlah suatu ‘YAKHID’, yang berarti ‘satu-satunya’, atau suatu ‘satu yang mutlak’, tetapi ‘AKHID’, yang berarti suatu ‘satu gabungan’. Dalam Ul 6:4 Allah meletakkan untuk umatNya suatu prinsip dari iman, yang pasti lebih tinggi dari milik Moses Maimonides, karena itu datang dari Allah sendiri. Kami / kita membaca, ‘Dengarlah hai Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan adalah SATU’, menekankan arti dari ungkapan ‘satu’ dengan tidak menggunakan ‘YAKHID’, yang Moses Maimonides lakukan, tetapi ‘AKHID’, yang berarti suatu ‘satu gabungan’. "Sekarang kami ingin menelusuri dimana dua kata ini, ‘YAKHID’ dan ‘AKHID’, muncul dalam Perjanjian Lama dan dalam hubungan dan arti apa mereka digunakan, dan dengan demikian menemukan / memastikan arti mereka yang benar. "Dalam Kej 1 kita / kami membaca, ‘Dan jadilah petang dan jadilah pagi, SATU hari’. Di sini kata ‘AKHID’ digunakan, yang menunjukkan secara implicit bahwa petang dan pagi - dua obyek yang terpisah - disebut SATU, dengan demikian menunjukkan dengan jelas bahwa kata ‘AKHID’ tidak berarti suatu ‘satu yang mutlak’, tetapi suatu ‘satu gabungan’. Lalu dalam Kej 2:24 kami / kita membaca, ‘Karena itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan akan bersatu dengan istrinya, dan mereka akan menjadi SATU daging’. Di sini juga kata ‘AKHID’ digunakan, menyediakan / memberikan bukti yang lain bahwa itu berarti suatu ‘satu gabungan’, menunjuk, seperti yang dilakukan dalam kasus ini, pada dua pribadi yang terpisah. "Sekarang mari kita melihat dalam Firman Allah dimana ungkapan ‘YAKHID’, suatu ‘satu yang mutlak’, ditemukan. Dalam Kej 22:2 Allah berkata kepada Abraham, ‘Ambillah anakmu, SATU-SATUNYA anakmu’. Di sini kami / kita membaca kata ‘YAKHID’. Kata yang identik yang sama, ‘YAKHID’, diulang dalam ayat ke 12 dari pasal yang sama. Dalam Maz 25:16 itu diterapkan lagi pada seorang pribadi tunggal seperti juga dalam Yer 6:26, dimana kami / kita membaca, ‘Berkabunglah seperti untuk seorang anak SATU-SATUNYA’. Kata yang sama, memberikan arti dari ‘hanya satu’, muncul dalam Zakh 12:10, ‘Dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan mereka akan berkabung untuk Dia sebagai seseorang berkabung untuk SATU-SATUNYA anaknya’. "Jadi kita melihat bahwa Moses Maimonides, dengan semua hikmatnya yang besar dan pengetahuannya yang banyak, membuat suatu kesalahan yang serius dalam merumuskan untuk orang-orang Yahudi pengakuan iman itu dalam mana dinyatakan bahwa Allah adalah suatu ‘YAKHID’, suatu pernyataan yang secara mutlak bertentangan dengan Firman Allah. Dan orang-orang Yahudi, dalam mengikuti secara membuta orang yang disebut ‘Musa kedua’ telah sekali lagi memberikan bukti dari kecenderungan alamiah kuno mereka tentang penyimpangan Firman dari Allah yang hidup. Roh Kudus membuat keluhan / pengaduan serius itu terhadap mereka melalui Yeremia sang nabi, dengan berkata, ‘Karena kamu telah menyimpangkan firman dari Allah yang hidup, dari Tuhan semesta alam Allah kita’ (Yer 23:36).] - ‘Studies in Theology’, hal 104-105.

Catatansemua kata AKHID dalam kutipan di atas ini seharusnya adalah EKHAD!!!
Saya tidak mengerti bagaimana Loraine Boettner bisa membuat kesalahan seperti itu. Pada waktu ia mengutip kata-kata dari orang yang katanya adalah seorang ex rabi, apakah ia tak mengecek kata-kata itu? Dan lebih-lebih lagi, bagaimana mungkin seorang rabi Yahudi bisa membuat kesalahan seperti itu? Rasanya sama sekali tidak masuk akal. Atau mungkin sang ex rabi menuliskan kata EKHAD itu dalam bahasa Ibrani dan Loraine Boettner tak bisa bahasa Ibrani sehingga membacanya secara salah?

Pdt. Stephen Tong dalam bukunya tentang Tritunggal, juga menggunakan argumentasi ini, yang jelas-jelas didapatkan dari Loraine Boettner.

Dosen theologia saya di RTS (Dr. Douglas Kelly) juga menggunakan argumentasi EKHAD dan YAKHID sebagai dasar dari doktrin Allah Tritunggal. Tetapi mengingat ia juga menggunakan buku-buku Loraine Boettner, mungkin sekali ia mendapatkannya dari sana.

Kesimpulan akhir tentang argumentasi berdasarkan kata EKHAD dalam Ul 6:4 ini: argumentasi ini mungkin tetap bisa digunakan, tetapi mengingat rumitnya arti kata-kata itu, lebih-lebih kalau sudah masuk ke dalam Perjanjian Baru, maka saya cenderung untuk tidak menggunakannya sebagai argumentasi untuk mendukung doktrin Allah Tritunggal.

Ini tentu tidak berarti bahwa saya tidak mempercayai doktrin Allah Tritunggal. Kepercayaan saya terhadap doktrin Allah Tritunggal tetap tak tergoyahkan karena ada sangat banyak argumentasi-argumentasi yang lain.

Ini juga tidak berarti saya menerima argumentasi dari Saksi-Saksi Yehuwa yang saya berikan pada awal dari point ini (session 8). Argumentasi itu mutlak salah, dan bersifat mendustai.

Jadi apa yang saya tegaskan di sini sebagai kesimpulan adalah: hanya satu argumentasi ini saja, yang dulunya sangat sering saya gunakan untuk mendukung doktrin Allah Tritunggal, tetapi sekarang setelah mendalaminya, saya cenderung untuk tidak menggunakannya lagi.

Bukti Allah Tritunggal 12

2) Dalam Perjanjian Baru.

Perjanjian Baru memberikan pernyataan yang lebih jelas tentang pribadi-pribadi yang berbeda dalam diri Allah.


a) Kalau dalam Perjanjian Lama YAHWEH / YEHOVAH disebut sebagai Penebus dan Juruselamat (Maz 19:15  78:35  Yesaya 43:3,11,14 47:4  49:7,26  60:16), maka dalam Perjanjian Baru, Anak Allah / Yesuslah yang disebut demikian (Matius 1:21  Lukas 1:76-79  Lukas 2:11  Yoh 4:42  Galatia 3:13  4:5  Titus 2:13).


b) Kalau dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa YAHWEH / YEHOVAH tinggal di antara bangsa Israel dan di dalam hati orang-orang yang takut akan Dia (Maz 74:2  Maz 135:21  Yes 8:18  Yes 57:15  Yeh 43:7,9  Yoel 3:17,21  Zakh 2:10-11), maka dalam Perjanjian Baru  dikatakan bahwa Roh Kuduslah yang mendiami Gereja / orang percaya (Kis 2:4  Roma 8:9,11  1Kor 3:16  Galatia 4:6  Efesus 2:22  Yakobus 4:5).


c) Perjanjian Baru memberikan pernyataan yang jelas tentang Allah yang mengutus AnakNya ke dalam dunia (Yoh 3:16  Gal 4:4  Ibr 1:6  1Yoh 4:9), dan tentang Bapa dan Anak yang mengutus Roh Kudus (Yoh 14:26  15:26  16:7  Gal 4:6).


d) Dalam Perjanjian Baru kita melihat Bapa berbicara kepada Anak (Mark 1:11) dan Anak berbicara kepada Bapa (Mat 11:25-26  26:39  Yoh 11:41  12:27) dan Roh Kudus berdoa kepada Allah dalam hati orang percaya (Ro 8:26).


e) Dalam Perjanjian Baru kita melihat ketiga pribadi dalam diri Allah disebut dalam satu bagian Kitab Suci (Mat 3:16-17  Mat 28:19  1Kor 12:4-6  2Kor 13:13  1Pet 1:2  Wah 1:4-5).

Untuk ini ada komentar / serangan dari para Saksi Yehuwa dalam buku Haruskah anda percaya kepada Tritunggal?:
1. Apakah ayat-ayat ini menyatakan bahwa Allah, Kristus, dan roh kudus membentuk suatu Keilahian Tritunggal, bahwa ketiganya sama dalam bentuk, kekuasaan, dan kekekalan? Tidak, tidak demikian, sama halnya menyebutkan tiga orang, seperti Amir, Budi dan Bambang, tidak berarti bahwa mereka tiga dalam satu (hal 23).
2. Ketika Yesus dibaptis, Allah, Yesus, dan roh kudus juga disebutkan dalam konteks yang sama. Yesus melihat roh Allah seperti burung merpati turun ke atasNya (Matius 3:16). Tetapi, ini tidak berarti bahwa ketiganya adalah satu. Abraham, Ishak, dan Yakub banyak kali disebutkan bersama-sama, tetapi hal itu tidak membuat mereka menjadi satu. Petrus, Yakobus dan Yohanes disebutkan bersama-sama, tetapi itu tidak membuat mereka menjadi satu juga (hal 23).

Kita bisa menjawab serangan ini dengan berkata:


a. Jelas bahwa doktrin Allah Tritunggal tidak bisa didapatkan seluruhnya hanya dari ayat-ayat tersebut. Ayat-ayat itu hanyalah salah satu dasar dari doktrin Allah Tritunggal, sehingga kalau kita hanya menyoroti ayat-ayat itu saja, maka mungkin sekali memang tidak bisa dihasilkan doktrin Allah Tritunggal!


b. Memang adanya tiga nama yang disebutkan bersama-sama tidak membuktikan bahwa mereka itu satu. Bahkan tidak selalu membuktikan / menunjukkan bahwa mereka setingkat. Tetapi kadang-kadang hal itu memang bisa menunjukkan bahwa mereka itu setingkat. Itu tergantung dari kontexnya; dan karena itu harus dipertanyakan: dalam situasi dan keadaan apa ketiga orang itu disebutkan bersama-sama?

Dalam ayat-ayat di atas, Bapa, Anak, dan Roh Kudus disebutkan dalam kontex yang sakral, seperti formula baptisan (Mat 28:19), berkat kepada gereja Korintus (2Kor 13:13), baptisan Yesus (Mat 3:16-17), dsb. Karena itu ayat-ayat itu bisa dipakai sebagai dasar untuk menunjukkan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus itu setingkat.

c. Dalam Mat 28:19 dikatakan dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus.

Sesuatu yang menarik adalah: sekalipun disini disebutkan 3 buah nama, tetapi kata nama itu ada dalam bentuk tunggal, bukan bentuk jamak! Dalam bahasa Inggris diterjemahkan name, bukan names. Karena itu ayat ini bukan hanya menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu setingkat, tetapi juga menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu adalah satu!

Catatan:

Ada satu ayat Kitab Suci / Perjanjian Baru yang berbicara tentang kesatuan dari tiga pribadi Allah itu, yaitu 1Yoh 5:7-8 yang berbunyi: Sebab ada tiga yang memberi kesaksian [di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi]: Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu.
Tetapi perlu diketahui bahwa ayat ini, pada bagian yang ada dalam tanda kurung, sangat diragukan keasliannya dan dianggap sebagai suatu penambahan pada text asli Kitab Suci. Persoalannya, ada banyak manuscript yang tidak mempunyai bagian ini. Dan manuscript-manuscript yang mempunyai bagian ini hanyalah manuscript-manuscript yang kurang bisa dipercaya. Karena itu, dalam beberapa Kitab Suci Bahasa Inggris, seperti NIV dan NASB, bagian ini bahkan dihapuskan dari text Kitab Suci dan hanya diletakkan pada footnote (= catatan kaki).
Dalam berdebat / berdiskusi dengan para Saksi Yehuwa tentang Allah Tritunggal, jangan menggunakan bagian ini sebagai dasar dari Allah Tritunggal, karena:
1. Boleh dikatakan semua Saksi Yehuwa, yang terkenal ahli dalam hal menyerang doktrin Allah Tritunggal, mengetahui bahwa ayat itu sangat diragukan keasliannya. Jadi kalau saudara menggunakan ayat itu, itu bisa justru menjadi bumerang bagi saudara!
2. Tidak fair bagi kita untuk menggunakan ayat yang kita tahu ketidak-orisinilannya.
3. Dalam perang melawan setan, Firman Tuhan adalah senjata (pedang Roh) bagi kita (Ef 6:17). Kalau bagian ini sebetulnya tidak termasuk dalam Kitab Suci, maka itu berarti bahwa bagian itu juga bukan merupakan Firman Tuhan, dan karenanya tidak cocok untuk kita gunakan sebagai senjata.
4. Ada banyak dasar Kitab Suci yang lain yang mendukung doktrin Allah Tritunggal dengan cukup kuat.

3) Keilahian Yesus dan Roh Kudus.


Bukti-bukti keilahian Yesus:


a) Kitab Suci secara explicit mengatakan demikian (Yes 9:5  Yoh 1:1  Roma 9:5  Fil 2:5b-7  Titus 2:13  Ibr 1:8  2Pet 1:1  1Yoh 5:20).

Beberapa dari ayat-ayat ini saya jelaskan di bawah ini:

1. Yoh 1:1.

Kata Firman (bahasa Yunani: LOGOS) disini jelas menunjuk kepada Yesus. Ini terlihat dari Yoh 1:14a yang mengatakan bahwa Firman itu telah menjadi manusia dan dari Yoh 1:14b yang menyebutNya sebagai Anak Tunggal Allah.
Dan Yoh 1:1 ini secara explicit mengatakan bahwa Firman / Yesus itu adalah Allah.
Tetapi para Saksi Yehuwa mengatakan bahwa kata God / Allah yang ditujukan kepada Yesus dalam Yoh 1:1 ini tidak mempunyai definite article / kata sandang (bahasa Inggris: the) dan karena itu harus diartikan bahwa Yesus adalah allah kecil yang lebih rendah dari YEHOVAH, yang adalah Allah yang sesungguhnya.
Terhadap penafsiran Saksi Yehuwa ini perlu kita tunjukkan bahwa dalam Tit 2:13 dan Ibr 1:8 kata Allah yang ditujukan kepada Yesus dalam bahasa Yunaninya menggunakan definite article / kata sandang.

2. Tit 2:13 (NIV): while we wait for the blessed hope  - the glorious appearing of our great God and Savior, Jesus Christ (= sementara kita menantikan pengharapan yang mulia - penampilan yang mulia dari Allah kita yang besar dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).

Jadi terlihat dengan jelas bahwa disini Yesus Kristus disebut dengan sebutan our great God and Savior (= Allah kita yang besar dan Juruselamat kita).

BACA JUGA: ALLAH YANG MURKA SETIAP SAAT


3. Fil 2:6-7 berbunyi sebagai berikut: ... Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

Sebetulnya istilah dalam rupa Allah dan kesetaraan dengan Allah sudah secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Tetapi disini akan dijelaskan hal-hal lain sehingga ayat ini menjadi dasar yang lebih kuat lagi bagi keilahian Kristus.

Kata-kata walaupun dalam rupa Allah dalam Fil 2:6 diterjemahkan being in the form of God oleh KJV.

Kata being itu dalam bahasa Yunani adalah HUPARCHON dan ini menggambarkan seseorang sebagaimana adanya secara hakiki dan hal itu tak bisa berubah (It describes that which a man is in his very essence and which cannot be changed).
Ketidak-bisa-berubahan ini ditunjukkan oleh bentuk present participle dari kata HUPARCHON tersebut. Ini aneh dan kontras sekali dengan penggunaan bentuk-bentuk aorist (= past / lampau) pada kata-kata setelahnya, dan ini menunjuk pada continuance of being (= keberadaan yang terus-menerus).
Karena itu, kalau dikatakan bahwa Yesus itu being in the form of God, maka itu berarti bahwa Yesus adalah Allah dan ini tak bisa berubah.
Allah memang mempunyai sifat tidak bisa berubah (Mal 3:6  Maz 102:26-28  Yak 1:17), karena kalau Ia bisa berubah, itu menunjukkan Ia tidak sempurna!

Juga kalau ay 7 yang mengatakan mengambil rupa seorang hamba diartikan bahwa Yesus betul-betul menjadi manusia, maka konsekwensinya, ay 6 yang mengatakan bahwa Yesus ada dalam rupa Allah haruslah diartikan bahwa Yesus betul-betul adalah Allah.


Disamping itu kata rupa dalam ay 6 itu (KJV: form) dalam bahasa Yunaninya adalah MORPHE, dan seorang penafsir mengatakan bahwa kata MORPHE ini adalah not a mere external resemblance, but a deep, real, inner conformity (= bukan semata-mata suatu kemiripan lahiriah / luar, tetapi suatu persesuaian / kecocokan di dalam yang mendalam dan sungguh-sungguh).


4.  2Pet 1:1 (NASB): ... by the righteousness of our God and Savior, Jesus Christ (= oleh kebenaran Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).


b) Kitab Suci memberikan nama-nama ilahi untuk Yesus (Yes 9:5  Yer 23:5-6  Yer 33:14-16  Mat 1:23  2Tim 1:10  Ibr 1:8,10).


1. Yes 9:5 - Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.

Yes 9:5 ini jelas merupakan suatu nubuat tentang Kristus, dan dalam ayat itu Ia disebut sebagai Allah yang perkasa (Ibrani: EL GIBOR).
Tetapi Saksi Yehuwa menyerang ayat ini dengan berkata bahwa Kristus hanya disebut Allah yang perkasa, sedangkan YAHWEH / YEHOVAH disebut sebagai Allah yang mahakuasa (Ibrani: EL SHADDAI) seperti dalam Kel 17:1.
Untuk menjawab serangan ini kita bisa melihat Yes 10:21 yang menyebut Allah / YAHWEH / YEHOVAH dengan sebutan Allah yang perkasa (Ibrani: EL GIBOR).

2. Yer 23:5-6 - “(5) Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. (6) Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN - keadilan kita.

Yer 23:5-6 (dan juga Yer 33:14-16) juga jelas merupakan nubuat tentang Kristus, dan dalam ayat-ayat itu Kristus disebut sebagai ‘TUHAN keadilan, dimana kata TUHAN tersebut dalam bahasa Ibraninya adalah YAHWEH / YEHOVAH. Ini adalah ayat-ayat yang sangat penting dalam menghadapi Saksi Yehuwa karena dalam ayat-ayat ini Yesus Kristus disebut dengan sebutan YAHWEH / YEHOVAH.
Perlu diketahui bahwa dalam Kitab Suci kata Ibrani ADONAY (= Tuhan / Lord) bisa digunakan untuk seseorang yang bukan Allah (Misalnya dalam Yes 21:8). Demikian juga dengan kata Ibrani EL / ELOHIM [= Allah / God(s)], atau kata Yunani THEOS, bisa digunakan untuk menunjuk kepada dewa dan bahkan manusia (Misalnya: Kel 4:16  Kel 7:1  Kel 12:12  Kel 20:3,23  Hakim-hakim 16:23-24  1Raja-raja 18:27  Maz 82:1,6  Kis 28:6). Tetapi sebutan YAHWEH / YEHOVAH (= TUHAN / LORD) tidak pernah digunakan untuk siapapun / apapun selain Allah! Karena itu, kalau Yesus disebut dengan istilah YAHWEH / YEHOVAH, itu pasti menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah sendiri.

3. Mat 1:23 - “‘Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel’ - yang berarti: Allah menyertai kita.

Dalam Mat 1:23 Yesus disebut dengan istilah Immanuel, yang artinya adalah God with us (= Allah dengan kita).

4. Dalam Perjanjian Lama, sebutan Juruselamat dan Penebus / Penolong ditujukan kepada Allah (Yes 43:3,11  Yes 45:15  Yer 14:8  Hos 13:4), tetapi dalam Perjanjian Baru, sebutan itu ditujukan kepada Yesus (2Tim 1:10  Tit 1:4  Tit 2:13  Tit 3:6  2Pet 1:11  2Pet 2:20  2Pet 3:18).


5. Dalam Ibr 1:8,10 Allah menyebut Yesus / Anak dengan sebutan Allah dan Tuhan.

Ibr 1:8-10 - “(8) Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’ (10) Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu.

c) Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus mempunyai sifat-sifat ilahi seperti:


1. Kekal (Mikha 5:1b  Yoh 1:1  Yoh 8:58  Yoh 10:10  Yoh 17:5  Ibr 1:11-12  Wah 1:8,17-18  Wah 22:13).


a. Mikha 5:1 - Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala”.

Mikha 5:1b, yang jelas merupakan suatu nubuat tentang Kristus, mengatakan yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.

b. Yoh 1:1 - Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Yoh 1:1 mengatakan bahwa Firman / Yesus itu sudah ada pada mulanya.

c. Yoh 8:58 - Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.’”.

KJV: ‘Before Abraham was, I am’.
Yoh 8:58 mengatakan bahwa Yesus sudah ada sebelum Abraham, padahal Abraham hidup lebih dari 2000 tahun sebelum Kristus lahir.

d. Yoh 10:10 - Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.

Yoh 10:10, dan banyak ayat Kitab Suci yang lain, mengatakan bahwa Yesus datang. Ini menunjuk pada saat kelahiran Yesus. Tidak dikatakan dilahirkan tetapi datang, karena datang menunjukkan bahwa Ia sudah ada sebelum saat itu.

e. Yoh 17:5 - Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada.

Yoh 17:5 mengatakan bahwa Yesus memiliki kemuliaan di hadapan hadirat Allah sebelum dunia ada.

Ibr 1:11-12 - “(11) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; (12) seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan.’”.

Perhatikan kata-kata semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada. ... tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.
Bahwa bagian ini menunjuk kepada Yesus adalah sesuatu yang jelas, karena Ibr 1:10-12 merupakan sambungan dari Ibr 1:8-9 (dihubungkan oleh kata dan pada awal Ibr 1:10), dan Ibr 1:8 berkata tentang Anak.

Wah 1:8 dan Wah 22:13 menyebut Yesus sebagai Alfa dan Omega (huruf pertama dan terakhir dalam abjad Yunani), dan Wah 1:17 dan Wah 22:13 mengatakan bahwa Ia adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Wah 22:13 juga mengatakan bahwa Yesus adalah Yang pertama dan Yang terkemudian, dan semua ini jelas menunjukkan bahwa Ia ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Lalu Wah 1:18 mengatakan bahwa Ia hidup sampai selama-lamanya.

Wah 1:8 - “‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”.
Wah 1:18 - dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.
Wah 22:13 - Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir.’”.

2. Suci / tak berdosa (2Kor 5:21  Ibr 4:15).


3. Mahakuasa.

Mujijat-mujijat yang Ia lakukan, seperti membangkitkan orang mati, menyembuhkan orang sakit, memberi makan 5000 orang lebih dengan 5 roti dan 2 ikan, menenangkan badai, mengubah air menjadi anggur, berjalan di atas air, mengusir setan, dsb, menunjukkan kemahakuasaannya.
Memang nabi-nabi dan rasul-rasul tertentu juga melakukan banyak mujijat, tetapi ada beberapa perbedaan:
a. Tak ada nabi / rasul yang bisa melakukan mujijat sesuai kehendaknya sendiri, tetapi Kristus bisa (Yoh 5:21).
b. Nabi melakukan mujijat bukan dengan kuasanya sendiri tetapi dengan kuasa Allah, sedangkan rasul juga demikian karena mereka melakukan mujijat dengan menggunakan nama Yesus. Tetapi Yesus melakukan mujijat dengan kuasaNya sendiri (bdk. Yoh 10:18), dan Ia tidak pernah menggunakan nama orang lain untuk melakukan mujijat.
c. Tidak ada seorangpun pernah melakukan mujijat sebanyak / sehebat yang Yesus lakukan (Yoh 15:24).

4. Mahatahu (Mat 9:4  Mat 12:25  Yoh 2:24-25  Yoh 6:64).


5. Mahaada.

a. Ini terlihat dari Yoh 1, yang mula-mula menyatakan bahwa Firman / Yesus itu pada mulanya bersama-sama dengan Allah (Yoh 1:1), tetapi lalu menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu lalu menjadi manusia dan diam di antara kita (Yoh 1:14). Tetapi anehnya Yoh 1:18 mengatakan bahwa Firman / Yesus itu masih ada di pangkuan Bapa. Ini dinyatakan oleh bentuk present tense. Yoh 1:18 (NIV): ... but God the only Son, who is at the Fathers side ....
b. Kemahaadaan Yesus juga jelas terlihat dari janji yang Ia berikan dalam Mat 18:20 dan Mat 28:20b. Dengan adanya janji seperti itu, kalau Ia tidak mahaada, maka Ia pasti adalah seorang pendusta!

6. Tidak berubah (Ibr 13:8).


d) Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan ilahi seperti:


1. Penciptaan (Yoh 1:3,10  Kol 1:16  Ibr 1:2,10).


2. Pengampunan dosa (Mat 9:2-7).


3. Penghancuran segala sesuatu (Ibr 1:10-12).


4. Pembaharuan segala sesuatu (Fil 3:21  Wah 21:5).


5. Penghakiman pada akhir jaman (Mat 25:31-32  Yoh 5:22,27).

Bahwa Yesus akan menjadi Hakim pada akhir jaman, menunjukkan bahwa Ia juga adalah Allah sendiri. Mengapa? 
a. Jumlah manusia yang pernah hidup dalam dunia ini sejak dari jaman Adam dan Hawa sampai kedatangan Kristus yang keduakalinya adalah begitu banyak.
Kalau Kristus bukanlah Allah sendiri, bagaimana mungkin Ia bisa menghakimi begitu banyak manusia itu dengan adil?
b. Karena ada begitu banyaknya faktor yang harus dipertimbangkan dalam menjatuhkan hukuman kepada orang-orang berdosa (ingat bahwa neraka bukanlah semacam masyarakat komunis dimana hukuman semua orang sama), seperti:
banyaknya dosa yang dilakukan seseorang. Orang yang dosanya sedikit tentu tak bisa disamakan hukumannya dengan orang yang dosanya banyak.
tingkat dosanya.

Baca Juga: Allah Tritunggal:Stephen Tong

Misalnya, dosa membunuh dan mencuri tentu tidak sama hukumannya (bdk. Kel 21:12  dan Kel 22:1).
tingkat pengetahuannya.
Makin banyak pengetahuan Firman Tuhan yang dimiliki seseorang, makin berat hukumannya kalau ia berbuat dosa (Luk 12:47-48).
kesengajaannya.
Dosa sengaja dan tidak sengaja tentu juga berbeda hukumannya (Kel 21:12-14).
pengaruh dosa yang ditimbulkan.
Kalau seseorang yang mempunyai kedudukan tinggi dalam gereja berbuat dosa, maka pengaruh negatif yang ditimbulkan akan lebih besar dari pada kalau orang kristen biasa berbuat dosa. Dan karena itu hukumannya juga lebih berat. Hal ini bisa terlihat dari kata-kata Yesus yang menunjukkan bahwa para ahli Taurat pasti akan menerima hukuman yang lebih berat (Mark 12:40b  Luk 20:47b).
apa yang menyebabkan seseorang berbuat dosa.
Seseorang yang mencuri tanpa ada pencobaan yang terlalu berarti tentu lebih berat dosanya dari pada orang yang mencuri karena membutuhkan uang untuk mengobati anaknya yang hampir mati. Hal ini bisa terlihat dari ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang-orang yang melakukan dosa tanpa sebab / alasan, seperti dalam Maz 35:19  Maz 69:5  Maz 119:78,86. Juga dari ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang yang mencintai / mencari dosa, seperti Maz 4:3.

c. Demikian juga pada saat mau memberi pahala kepada orang-orang yang benar, pasti ada banyak hal yang harus dipertimbangkan, seperti:

banyaknya perbuatan baik yang dilakukan.
jenis perbuatan baik yang dilakukan.
besarnya pengorbanan pada waktu melakukan perbuatan baik. Yesus berkata bahwa janda yang memberi 2 peser memberi lebih banyak dari semua orang kaya yang memberi persembahan besar, karena janda itu memberikan seluruh nafkahnya (Luk 21:1-4).
motivasinya dalam melakukan perbuatan baik itu, dsb.

Untuk bisa melakukan semua ini dengan benar, maka Hakim itu haruslah seseorang yang maha tahu, maha bijaksana dan maha adil, dan karena itu Ia harus adalah Allah sendiri!

Karena itu adalah sesuatu yang aneh kalau ada orang-orang yang percaya bahwa Yesus akan menjadi Hakim pada akhir jaman, tetapi tidak mempercayai bahwa Yesus adalah Allah sendiri!

e) Kitab Suci memberikan kehormatan ilahi kepada Yesus seperti:

1. Penghormatan (Yoh 5:23).
2. Kepercayaan (Yoh 14:1).
3. Pengharapan (1Kor 15:19).
4. Penyejajaran namaNya dengan pribadi-pribadi lain dari Allah Tritunggal (Mat 28:19  2Kor 13:13).

f) KesatuanNya dengan Bapa seperti yang dinyatakan oleh ayat-ayat seperti Yoh 10:30  dan Yoh 14:7-11, jelas menunjukkan keilahian Yesus.


g) Yesus sendiri mengakui bahwa Ia adalah Allah / Anak Allah (Yoh 5:23  Yoh 10:30  Yoh 14:7-10  Yoh 15:23  Mat 26:63-64).


Catatan: pengakuan sebagai Anak Allah, tidak perlu dibedakan dengan pengakuan sebagai Allah. Untuk itu lihat Yoh 5:18 yang berbunyi: Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah.


Memang kalau seseorang mengaku bahwa dirinya adalah Allah / Anak Allah, itu tidak / belum berarti bahwa ia memang betul-betul adalah Allah. Bisa saja bahwa ia adalah seorang pendusta. Tetapi Yesus bukan hanya mengaku bahwa diriNya adalah Allah / Anak Allah, tetapi Ia juga rela mati demi pengakuan tersebut!


Yesus mengaku sebagai Allah / Anak Allah, dan Ia mau mati untuk pengakuan itu. Ada 2 kemungkinan tentang pengakuan itu, yaitu: TIDAK BENAR atau BENAR. Kalau pengakuan itu TIDAK BENAR, maka ada 2 kemungkinan lagi yaitu: Yesus TAHU bahwa pengakuanNya tidak benar, atau Yesus TIDAK TAHU bahwa pengakuanNya tidak benar. Kalau Yesus tahu bahwa pengakuannya tidak benar, maka Ia pasti adalah seorang PENDUSTA, bahkan ORANG TOLOL (karena Ia mau mati untuk suatu dusta). Kalau Yesus tidak tahu bahwa pengakuanNya tidak benar, maka Ia pasti adalah ORANG GILA, karena hanya orang gila yang tidak mengerti apa yang Ia sendiri katakan.
Kalau pengakuan Yesus tersebut adalah BENAR, maka Yesus adalah ALLAH / ANAK ALLAH.

Jadi sekarang, hanya ada beberapa pilihan untuk saudara:

1. Yesus adalah pendusta / orang tolol.
2. Yesus adalah orang gila.
3. Yesus betul-betul adalah Allah / Anak Allah.
Yang mana yang menjadi pilihan saudara?

C.S. Lewis berkata: A man who was merely a man and said the sort of things Jesus said wouldnt be a great moral teacher. Hed either be a lunatic ... or else hed be the Devil of Hell. You must make your choice. Either this man was, and is, the Son of God, or else a madman or something worse (= seseorang yang adalah semata-mata seorang manusia dan mengucapkan hal-hal seperti yang Yesus katakan, bukanlah seorang guru moral yang agung. Atau ia adalah seorang gila ... atau ia adalah Iblis dari Neraka. Kamu harus menentukan pilihanmu. Atau orang ini adalah Allah, baik dulu maupun sekarang, atau ia adalah orang gila atau sesuatu yang lebih jelek lagi).


h) Setan mengakui bahwa Yesus adalah Allah / Anak Allah dan setan tunduk kepada Yesus (Mat 8:28-32).


i) Kitab Suci memerintahkan penyembahan terhadap Yesus.

Dalam Ibr 1:6 Allah sendiri berkata bahwa malaikat-malaikat harus menyembah Anak / Yesus.
Ibr 1:6 - Dan ketika Ia membawa pula AnakNya yang sulung ke dunia, Ia berkata: ‘Semua malaikat Allah harus menyembah Dia.’”.
Yesus sendiri mau disembah dan disebut Tuhan / Allah (Mat 14:33  Mat 28:9,17  Yoh 9:38  Yoh 20:28), padahal Yesus sendiri berkata bahwa kita hanya boleh menyembah Allah (Mat 4:10).

Perhatikan juga bahwa:

1. Rasul-rasul menolak sembah (Kis 10:25-26  Kis 14:14-18).
2. Malaikatpun menolak sembah, dan berusaha mengalihkan sembah itu kepada Allah (Wah 19:10  Wah 22:8-9).
3. Herodes dihukum mati oleh Tuhan karena menerima penghormatan ilahi (Kis 12:20-23).
Karena itu, kalau Yesus menerima sembah, dan bahkan menerima sebutan Tuhan / Allah bagi diriNya, maka hanya ada 2 pilihan: atau Dia adalah orang yang kurang ajar / nabi palsu, atau Dia adalah Allah sendiri! Yang mana yang saudara pilih?

Bukti-bukti keilahian Roh Kudus:


a) Kitab Suci menggunakan sebutan Roh Kudus dan Allah / Tuhan (ADONAI) / TUHAN (Yahweh) secara interchangeable (= bisa dibolak-balik).


Contoh:


1. Bandingkan Yes 6:8-10 dengan Kis 28:25-27:


Yes 6:8-10 - “(8) Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?. Maka sahutku: Ini aku, utuslah aku!. (9) Kemudian firmanNya: Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! (10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya lalu berbalik dan menjadi sembuh.


Kis 28:25-27 - “(25) Maka bubarlah pertemuan itu dengan tidak ada kesesuaian di antara mereka. Tetapi Paulus masih mengatakan perkataan yang satu ini: Tepatlah firman yang disampaikan Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi Yesaya: (26) Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. (27) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.


Kalau kita membandingkan 2 bagian Kitab Suci di atas, maka jelas terlihat bahwa apa yang dikatakan Paulus dalam Kis 28:25-27 itu ia kutip dari Yes 6:8-10. Tetapi dalam Yes 6:8-10 itu dikatakan bahwa itu adalah suara Tuhan kepada nabi Yesaya, sedangkan dalam Kis 28:25-27 itu Paulus berkata bahwa firman itu disampaikan oleh Roh Kudus dengan perantaraan nabi Yesaya. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah Tuhan sendiri!


2. Bandingkan Ibr 3:7-11 dengan Maz 95:7b-11 dan Kel 17:1-7:


Ibr 3:7-11 - “(7) Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: Pada hari ini, jika kamu mendengar suaraNya, (8) janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, (9) di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatanKu, empat puluh tahun lamanya. (10) Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalanKu, (11) sehingga Aku bersumpah dalam murkaKu: Mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu.


Karena kata-kata dalam Ibr 3:7-11 ini merupakan kata-kata Roh Kudus, maka kata-kata mencobai Aku berarti mencobai Roh Kudus.


Kalau sekarang kita melihat dalam Maz 95:7b-11, yang hampir-hampir identik dengan Ibr 3:7-11 tadi, maka bisa kita dapatkan dari Maz 95:8 bahwa itu adalah peristiwa yang terjadi di Masa dan Meriba.


Maz 95:7b-11 - “(7b) Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suaraNya! (8) Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, (9) pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatanKu. (10) Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kataKu: ‘Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalanKu.’ (11) Sebab itu Aku bersumpah dalam murkaKu: ‘Mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu.’”.


Dan peristiwa Masa dan Meriba itu diceritakan dalam Kel 17:1-7. Sekarang perhatikan Kel 17:7 yang berbunyi:

Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?.

Jadi disini dipakai istilah mencobai TUHAN (Yahweh), padahal tadi dalam Ibr 3:7-11 dikatakan bahwa mereka mencobai Roh Kudus. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus itu adalah TUHAN (Yahweh)!


3. Bandingkan Ibr 10:15-17 dengan Yer 31:33-34.


Ibr 10:15-17 - “(15) Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita, (16) sebab setelah Ia berfirman: Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu, Ia berfirman pula: Aku akan menaruh hukumKu di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, (17) dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka..


Yer 31:33-34 - “(33) Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatKu. (34) Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.


Jelas terlihat bahwa Ibr 10:16-17 merupakan kutipan sebagian (tidak seluruhnya) dari Yer 31:33,34. Tetapi dalam Yer 31 dikatakan bahwa kata-kata itu diucapkan oleh TUHAN / Yahweh (perhatikan kata-kata firman TUHAN dalam Yer 31:31,32c,34b). Sedangkan dalam Ibr 10:15-17 dikatakan bahwa itu merupakan kesaksian / firman Roh Kudus (Ibr 10:15b,16b).

Disamping itu, dalam Yer 31 itu, yang mengadakan perjanjian, yang menaruh Taurat dalam batin umatNya, dan yang mengampuni / tidak mengingat dosa umatNya, adalah TUHAN / Yahweh sendiri. Sedangkan dalam Ibr 10:15-17, yang mengadakan perjanjian, yang menaruh hukum dalam hati, dan yang mengampuni / tidak mengingat dosa, adalah Roh Kudus.
Juga perlu diperhatikan bahwa Roh Kudus dikatakan tidak mengingat dosa. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa.
Semua ini menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah TUHAN / Yahweh sendiri!

4. Sekarang mari kita melihat pada Kis 5:3-4,9a yang berbunyi sebagai berikut:

“(3) Tetapi Petrus berkata: ‘Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? (4) Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah. ... (9a) Kata Petrus: Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan?.

Perhatikan bahwa kalau dalam Kis 5:3 Petrus berkata bahwa Ananias mendustai Roh Kudus, maka dalam Kis 5:4 Petrus berkata bahwa Ananias mendustai Allah. Lalu dalam Kis 5:9 Petrus berkata bahwa mereka mencobai Roh Tuhan. Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah Allah!


5. 1Kor 3:16 - Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?.

1Kor 6:19 - Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?.
Dalam 1Kor 3:16 Paulus berkata bahwa tubuh kita adalah bait Allah (= rumah Allah), tetapi anehnya ia melanjutkan dengan kata-kata dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu. Kalau memang tubuh kita adalah bait / rumah Allah, maka itu seharusnya berarti bahwa Allahlah yang tinggal di dalam tubuh kita. Tetapi Paulus mengatakan Roh Allah (= Roh Kudus) yang tinggal di dalam kita.
Dan kalau kita melihat dalam 1Kor 6:19 maka di sana Paulus berkata bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus.
Semua ini menunjukkan bahwa Roh Kudus itu adalah Allah!

6. Yes 40:13-14 - “(13) Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepadaNya sebagai penasihat? (14) Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian?.

Dengan cara yang sama, kalau kita membandingkan Yes 40:13 dengan Yes 40:14 maka bisa kita simpulkan bahwa Roh TUHAN dalam Yes 40:13 itu adalah TUHAN dalam Yes 40:14.

b) Kitab Suci juga menunjukkan bahwa Roh Kudus mempunyai sifat-sifat Allah seperti:
1. Kekal (Ibr 9:14).
2. Mahaada (Maz 139:7-10).
3. Mahatahu (1Kor 2:10-11  Yes 40:13).
1Kor 2:10-11 yang menunjukkan bahwa Roh Kudus itu tahu apa yang ada dalam diri Allah, jelas menunjukkan bahwa Roh Kudus itu mahatahu!
4. Mahakuasa (Mat 12:28).
5. Suci.
Ini terlihat dari sebutan kudus, dan juga terlihat dari Ef 4:30 yang menunjukkan bahwa dosa kita mendukakan Roh Kudus.

c) Kitab Suci juga menunjukkan bahwa Roh Kudus melakukan pekerjaan-pekerjaan ilahi seperti:

1. Penciptaan (Kej 1:2  Ayub 33:4).
2. Melahirbarukan (Yoh 3:5-6  Tit 3:5).
3. Membangkitkan Yesus (Ro 8:11).

d) Nama Roh Kudus ditempatkan dalam posisi yang sejajar dengan nama Bapa dan Anak, seperti dalam Mat 28:19 dan 2Kor 13:13.

Perlu  saudara ingat bahwa dalam Mat 28:19 nama Bapa, Anak dan Roh Kudus disejajarkan bukan dalam sembarang peristiwa, tetapi dalam formula baptisan. Adalah aneh, bahkan tidak masuk akal, kalau Yesus memerintahkan supaya seseorang dibaptis dalam nama Bapa (yang adalah Allah), Anak (yang juga adalah Allah), dan Roh Kudus (yang bukan Allah, bahkan bukan pribadi).
Demikian juga dalam 2Kor 13:13 Paulus menyejajarkan Yesus, Allah (Bapa) dan Roh Kudus, bukan dalam peristiwa sembarangan, tetapi pada saat ia memberi berkat kepada gereja Korintus.
Karena itu bisa disimpulkan bahwa dalam 2 ayat tersebut, penyejajaran Bapa, Anak dan Roh Kudus menunjukkan bahwa 3 pribadi itu setingkat! Dan ini membuktikan bahwa Roh Kudus adalah Allah sendiri!

Bahwa Yesus dan Roh Kudus juga adalah Allah, sebagaimana Bapa adalah Allah, jelas menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah.


Kesimpulan: BUKTI ALLAH TRITUNGGAL


Dalam Kitab Suci ada ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah dan juga ada ayat-ayat yang menunjukkan kejamakan Allah. Inilah yang menyebabkan munculnya doktrin Allah Tritunggal, yang merupakan satu-satunya jalan untuk mengharmoniskan kedua grup ayat tersebut.

Sekarang, bagi kita hanya ada 2 pilihan:
a) Menerima doktrin Allah Tritunggal yang mengharmoniskan kedua golongan ayat tersebut.
b) Menolak doktrin Allah Tritunggal, dan ini berarti kita harus menghadapi kontradiksi yang tidak mungkin bisa diharmoniskan dalam Kitab Suci!
Yang mana yang menjadi pilihan saudara?

D) Ketiga pribadi ditinjau secara terpisah.


1) Allah Bapa sebagai oknum pertama.


a) Sebutan Bapa tidak selalu mempunyai arti yang sama:

Kadang-kadang ditujukan kepada Allah dalam hubunganNya dengan Israel (Ul 32:6  Yes 63:16  64:8  Yer 3:4  Mal 1:6  2:10).
Dalam Perjanjian Baru, sebutan Bapa itu biasanya ditujukan kepada Allah sebagai Bapa dari orang-orang percaya (Mat 5:45  6:6-15  Ro 8:16  1Yoh 3:1).
Kadang-kadang, sebutan Bapa itu ditujukan kepada Pribadi pertama dalam hubungannya dengan pribadi ke dua (Yoh 1:14,18  5:17-26  8:54  14:12,13).

b) Allah Bapa mempunyai sifat pribadi (personal / distinctive property):

Secara negatif: Ia tidak dilahirkan.
Secara positif: generation dari Anak dan spiration dari Roh Kudus. Spiration memang juga adalah pekerjaan Anak, tetapi pada diri Anak, spiration tidak dikombinasikan dengan generation.

2) Allah Anak sebagai oknum ke dua.


a) Sebutan Anak juga mempunyai beberapa arti:

Secara metaphysical (metaphysical = having the nature of; of the nature of being or essential reality). Jadi, sebutan Anak Allah untuk Yesus menunjukkan bahwa Ia mempunyai hakekat yang sama dengan Bapa / Allah (Yoh 5:18 10:33 19:7).
Ini menunjukkan bahwa sebutan itu bukan hanya merupakan gelar kehormatan. Juga berarti bahwa Ia bukan hanya menjadi Anak Allah sesudah inkarnasi, tetapi bahwa Ia sudahlah menjadi Anak Allah sebelum inkarnasi. Juga sebutan ini membedakan antara sebutan Anak Allah bagi Yesus dan sebutan anak Allah bagi kita yang percaya (bdk. Yoh 20:17).
Menunjukkan Yesus sebagai Mesias (Mat 26:63,64 Yoh 11:27).
Menunjukkan bahwa Yesus dilahirkan sebagai manusia (Luk 1:32,35).

b) Kepribadian Anak:

Cara Alkitab menggambarkan Allah Bapa dan Allah Anak dan hubungan antara mereka berdua menunjukkan bahwa baik Allah Bapa maupun Allah Anak adalah makhluk-makhluk yang berpribadi.


Alkitab menggambarkan Logos / Firman sebagai seseorang yang berpribadi (Yoh 1:1-14  1Yoh 1:1-3)


Yesus digambarkan sebagai gambaran / gambar Allah atau gambar wujud Allah (2Kor 4:4 Kol 1:5 Ibr 1:3). Kitab Suci jelas menunjukkan Allah sebagai mahluk yang berpribadi, sehingga kalau Anak Allah adalah gambar Allah, maka Ia pasti merupakan makhluk yang berpribadi.


c) The eternal generation of the Son:

Definisi dari doktrin ini:
Hal ini adalah suatu tindakan yang tidak bisa tak dilakukan oleh  Allah (It is a necessary act of God).

Ini merupakan tindakan kekal dari Allah.

Dengan kata lain, hal ini bukanlah sesuatu yang dilakukan oleh Allah Bapa di masa yang lalu, tetapi merupakan tindakan yang dilakukan secara terus-menerus.
Herman Bavinck: It is not to be regarded as having been completed once for all in the past, but it is an act eternal and immutable, eternally finished yet continuing forevermore. As it is natural for the sun to give light and for the fountain to pour forth water, so it is natural for the father to generate the Son (= Hal itu tidak boleh dianggap sebagai sesuatu yang telah diselesaikan sekali dan selamanya pada waktu lampau, tetapi merupakan suatu tindakan yang kekal dan abadi, diselesaikan secara kekal tetapi berlangsung selama-lamanya. Sebagaimana adalah alamiah bagi matahari untuk memberikan sinar dan bagi mata air untuk mengeluarkan air, begitu pula adalah alamiah bagi Bapa untuk memperanakkan Anak) -The Doctrine of God, hal 309.

Illustrasi / analogi yang dipakai oleh Bavinck di sini adalah sangat penting. Bapa memperanakkan Anak merupakan suatu tindakan yang sudah selesai, tetapi terus berlangsung secara kekal. Analoginya adalah matahari yang memancarkan sinarnya. Matahari itu sudah selesai memancarkan sinarnya, tetapi hal itu tetap berlangsung terus menerus. Dengan analogi ini terlihat bahwa sama seperti kita tidak bisa mengatakan bahwa matahari itu ada lebih dulu dari sinarnya (ingat bahwa matahari tanpa sinar tidak bisa disebut sebagai matahari!), maka kitapun tidak bisa mengatakan bahwa Bapa itu lebih kekal dari pada Anak.


William G. T. Shedd mengutip kata-kata Turrettin: The Father, says Turrettin, does not generate the Son either as previously existing, for in this case there would be no need of generation; nor as not yet existing, for in this case the Son would not be eternal; but as coexisting, because he is from eternity in the Godhead (= Bapa, kata Turretin, tidak memperanakkan Anak seakan-akan Anak itu sudah ada sebelumnya, karena kalau begitu maka tidak diperlukan tindakan memperanakkan itu; juga tidak seakan-akan Anak itu belum ada, karena kalau begitu maka Anak itu tidak kekal; tetapi sebagai ada bersama-sama, karena Ia ada dalam diri Allah sejak kekekalan) - Shedds Dogmatic Theology, vol I, hal 293-294.


Dari penjelasan-penjelasan ini terlihat bahwa sekalipun Yesus memang betul-betul diperanakkan oleh Bapa, Ia tetap sama kekalnya dengan Bapa. Jadi doktrin ini memang disusun sedemikian rupa sehingga melindungi kekekalan Anak, dan dengan demikian juga melindungi keilahian Anak.


Hal ini merupakan kelahiran / generation dari pribadi, bukan hakekat Anak Allah.

Louis Berkhof: It is better to say that the Father generates the personal subsistence of the Son, but thereby also communicates to Him the divine essence in its entirety. But in doing this we should guard against the idea that the Father  first generated a second person, and then communicated the divine essence to this person, for that would lead to the conclusion that the Son was not generated out of the divine essence but created out of nothing. In the work of generation there was a communication of essence; it was one indivisible act (= Lebih baik untuk mengatakan bahwa Bapa memperanakkan keberadaan pribadi dari Anak, tetapi dengan demikian juga memberikan kepadaNya seluruh hakekat ilahi. Tetapi dalam melakukan ini kita harus waspada terhadap gagasan bahwa Bapa mula-mula memperanakkan pribadi yang kedua, dan lalu memberikan hakekat ilahi kepada pribadi ini, karena itu akan membawa pada kesimpulan bahwa Anak bukan diperanakkan dari hakekat ilahi tetapi diciptakan dari tidak ada. Dalam pekerjaan memperanakkan ada pemberian hakekat; itu adalah satu tindakan yang tidak terpisahkan) - Systematic Theology, hal 93,94.

Communication of essence ini menyebabkan Anak mempunyai  hidup dari diriNya sendiri (Yoh 5:26).


Catatan: kata bahasa Inggris communication berasal dari kata bahasa Latin Communicatio. Dalam bahasa Yunani istilah Communicatio ini diterjemahkan dengan istilah KOINONIA.

Dan kata Yunani KOINONIA bisa berarti:
fellowship (= persekutuan).
a close mutual relationship (= hubungan timbal balik yang dekat).
participation (= partisipasi).
sharing in (= sama-sama menikmati / memiliki).
partnership (= persekutuan).
contribution (= sumbangan).
gift (= pemberian).
Dalam kontext ini kelihatannya yang harus ditekankan adalah arti ke 4 dan ke 7. Jadi, kalau dikatakan bahwa Bapa melakukan communication of essence kepada Anak, maka itu berarti Bapa memberikan essence / hakekat kepada Anak, atau Bapa dan Anak sama-sama memiliki essence / hakekat itu.

Hal ini bersifat rohani dan illahi.

Louis Berkhoff: This generation must not be conceived in a physical and creaturely way, but should be regarded as spiritual and divine, excluding all idea of division or change (= Tindakan memperanakkan ini tidak boleh dipahami / dibayangkan secara fisik dan bersifat ciptaan, tetapi harus dianggap sebagai rohani dan ilahi, membuang semua gagasan tentang perpecahan atau perubahan) - Systematic Theology, hal 94.

Catatan: keempat definisi di atas ini kelihatannya diberikan begitu saja tanpa dasar Kitab Suci, tetapi saya berpendapat bahwa dasarnya sebe-tulnya ada. Dalam menyusun definisi-definisi itu, para ahli theologia mem-perhatikan beberapa hal (yang jelas merupakan ajaran Kitab Suci) yang tidak boleh dilanggar, yaitu:

Anak adalah Allah, dan harus bersifat kekal, dan bahkan sama kekal-nya dengan Bapa.
Allah tidak bisa berubah.

Dasar Kitab Suci dari Eternal generation of the Son:

Sebutan Bapa dan Anak menunjukkan bahwa Bapa memperanakkan Anak.
Sebutan Anak Tunggal / the only begotten bagi Anak Allah (Yoh 1:14,18  3:16,18  I Yoh 4:9).
Sebutan firstborn / sulung bagi Anak Allah (Kol 1:15 Ibr 1:6).
Kitab Suci berkata bahwa Allah Bapa memberikan Allah Anak untuk mempunyai hidup dalam diriNya sendiri (Yoh 5:26 bdk. Yoh 6:57).

Pandangan yang menentang doktrin ini:

Loraine Boettner berkata bahwa ayat-ayat seperti Yoh 5:26 Ibr 1:3 Yoh 3:16, tidak mengajarkan doktrin ini. Tujuan utama dari ayat itu dan dari ayat-ayat lain yang serupa adalah mengajarkan bahwa :
Kristus berhubungan secara intim dengan Bapa.
Anak sama dengan Bapa dalam kuasa, kemuliaan dan nature.
Anak adalah Allah sepenuhnya.
Boettner juga berkata bahwa rupa-rupanya pandangannya juga merupakan pandangan John Calvin, karena pada bagian terakhir dari pasalnya tentang Tritunggal, Calvin berkata: But Studying the edification of the church, I have thought it better not to touch upon many things, which unnecessarily burdensome to the reader, without yielding him any profit. For to what purpose is it to dispute whether the Father is always begetting? For it is foolish to imagine a continual act of regeneration, since it is evident that three Persons have subsisted in God from all eternity (= Tetapi mempelajari pendidikan Gereja, saya berpikir lebih baik tidak menyentuh banyak hal, yang secara tidak perlu memberatkan pembaca tanpa memberikan keuntungan / manfaat apapun kepadanya. Karena apa tujuannya memperdebatkan apakah Bapa itu terus memperanakkan? Karena adalah bodoh untuk membayangkan suatu tindakan melahirkan yang terus menerus, karena adalah jelas bahwa tiga Pribadi terus ada dalam Allah dari kekekalan) - Loraine Boettner, Studies in Theology, hal 122 (ini dikutip oleh Loraine Boettner dari Insitutes of the Christian Religion, Book I, Chapter XIII, No 29).

Tetapi dalam bagian sebelumnya Calvin berkata: ... and we must not seek in eternity a before or an after, nevertheless the observance of an order is not meaningless or superfluous, when the Father is thought of as first, then from him the Son, and finally from both the Spirit. ... For this reason, the Son is said to come forth from the Father alone; the Spirit, from the Father and the Son at the same time (= ... dan kita tidak boleh mencari sebelum atau sesudah dalam kekekalan, meskipun demikian pengamatan tentang suatu urut-urutan bukanlah tanpa arti ataupun berlebihan, ketika Bapa dianggap sebagai yang pertama, lalu dari Dia Anak, dan akhirnya dari keduanya Roh. ... Karena itu, Anak dikatakan muncul / lahir dari Bapa saja; Roh, dari Bapa dan Anak pada saat yang sama) - Insitutes of the Christian Religion, Book I, Chapter XIII, No 18.


3) Allah Roh Kudus sebagai oknum ketiga.


a) Nama Roh Kudus.


Kata ruach (bahasa Ibrani) dan pneuma (bahasa Yunani) diturunkan dari akar kata yang berarti to breathe (= bernafas). Karena itu kata ruach / pneuma bisa diartikan sebagai nafas (Kej 2:7  Kej 6:17  Yeh 37:5,6) atau angin (Kej 8:1 1Raja-raja 19:11  Yoh 3:8).


Perjanjian Lama biasanya menyebut oknum ketiga dengan sebutan Roh Allah atau Roh Tuhan dan hanya menggunakan istilah Roh Kudus dalam Maz 51:13 & Yes 63:10,11.


Dalam Perjanjian Baru, sebutan Roh Kudus menjadi lebih umum untuk menunjukkan oknum ketiga ini. Suatu fakta yang menyolok bahwa sekalipun dalam Perjanjian Lama Allah sering disebut dengan sebutan Yang Kudus Israel  (Maz 71:22  Maz 89:19  Yes 10:20  Yes 41:14  Yes 43:3  Yes 48:17), dalam Perjanjian Baru kata kudus jarang ditujukan kepada Allah secara umum, tetapi sering digunakan / ditujukan kepada oknum ketiga ini.


b) Kepribadian Roh Kudus.

Bukti-bukti kepribadian Roh Kudus:
Sebutan PARAKLETOS (= Penghibur) yang digunakan terhadap Roh Kudus menunjukkan bahwa Ia berpribadi (Yoh 14:26  Yoh 15:26  Yoh 16:7).
Roh Kudus memiliki ciri-ciri dari seorang pribadi, seperti mempunyai kecerdasan (Yoh 14:26 - Ia bisa mengajar), kehendak (1Kor 12:11) dan perasaan (Ef 4:30  Yes 63:10).
Disamping itu Roh Kudus menyelidiki, berbicara, bersaksi, menyuruh, menyatakan, membangkitkan, dll (Kej 1:2  Kej 6:3  Luk 12:12  Yoh 14:26  Yoh 15:26  Yoh 16:8  Kis 8:29  Kis 13:2  Kis 15:28  Ro 8:11,16  1Kor 2:10-11). Semua hal-hal ini hanya bisa dilakukan oleh seorang yang berpribadi, bukan oleh sesuatu.
NamaNya disebutkan bersama-sama dengan Bapa dan Anak (Mat 28:19  2Kor 13:13  1Pet 1:1-2  Yudas 20,21).
Kitab Suci membedakan antara Roh Kudus dan kuasaNya / kekuatanNya (Luk 1:35  Luk 4:14  Kis 10:38  Ro 15:13  1Kor 2:4).

c) The Eternal Procession of the Holy Spirit.

Seperti Anak, Roh Kudus juga sehakekat dengan Bapa.
Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak (The Holy Spirit proceeds from the Father and the Son).
Banyak hal-hal tentang Eternal Generation yang juga berlaku untuk Eternal Procession.
Perbedaan Generation dengan Spiration.
Generation adalah pekerjaan Bapa saja, sedangkan Spiration merupakan pekerjaan Bapa dan Anak.
Karena adanya Generation, maka Anak bisa ikut ambil bagian dalan Spiration.
Secara logika, Generation mendahului Spiration.
Dasar Kitab Suci dari the procession of the Holy Spirit from the Father and the Son:
Roh Kudus disebut sebagai Roh Allah (Ro 8:9) dan juga sebagai Roh Kristus / Roh Anak (Ro 8:9  Gal 4:6). Kata Roh bisa diartikan sebagai nafas dan ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa Ia keluar dari Bapa dan Anak.
Yoh 15:26 & Yoh 14:26 mengatakan bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa dan diutus oleh Bapa.
Yoh 15:26 dan 16:7 mengatakan bahwa Roh Kudus diutus oleh Anak.

d) Pandangan yang menentang doktrin The Eternal Procession of the Holy Spirit:

Loraine Boettner berkata sebagai berikut:
Hanya ada 1 ayat dalam Kitab Suci yang bisa dipakai sebagai dasar doktrin ini, yaitu Yoh 15:26.
Ada ahli-ahli theologia yang berpendapat bahwa ayat ini mengajarkan doktrin ini, tetapi ada pula yang berkata bahwa ayat itu semata-mata menunjukkan misi dari Roh Kudus untuk datang ke dunia.
Dalam Yoh 16:28, Tuhan Yesus menggunakan bentuk yang mirip dengan Yoh 15:26 (Yoh 16:28 - Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa). Yoh 16:28 jelas menunjukkan bahwa Tuhan Yesus berbicara tentang misiNya untuk datang ke dunia, bukan tentang Eternal Generation, karena dalam ayat itu Tuhan Yesus mengkontraskan antara datang dari Bapa ke dalam dunia dengan meninggalkan dunia dan pergi kepada Bapa. (Jadi maksudnya, kalau Yoh 16:28 menunjuk pada misi Tuhan Yesus, bukan pada Eternal Generation, maka Yoh 16:26 juga menunjuk pada misi Roh Kudus, bukan pada Eternal Procession).
Yoh 15:26 diucapkan oleh Tuhan Yesus pada saat Ia sudah mendekati saat penyaliban. Jadi rasanya tidak mungkin saat itu Tuhan Yesus mengajarkan hal-hal yang bersifat filsafat dan begitu mendalam. Lebih cocok, kalau pada saat itu Tuhan Yesus mengajar hal-hal yang bersifat praktis dan berguna untuk memenuhi kebutuhan murid-murid (menghibur dan menguatkan mereka) pada saat Tuhan Yesus ditangkap, disalibkan dan mati. Jadi ayat ini tidak boleh diartikan sebagai Eternal Procession, tetapi hanya sebagai janji Tuhan Yesus bahwa Ia akan memberikan seorang Penolong yang lain yang keluar dari Bapa.

Kesimpulan Loraine Boettner tentang Eternal Generation dan Eternal Procession:

We prefer to say, as previously stated, thet within the essential life of the Trinity no one person is prior to, nor generated by, nor proceeds from, another (= Kami lebih suka berkata, seperti telah dinyatakan sebelumnya, bahwa di dalam kehidupan hakiki dari Tritunggal tidak seorangpun yang mendahului, atau dilahirkan oleh, atau keluar dari, yang lain) - Studies in Theology, hal 123.

Pandangan William G. T. Shedd tentang orang yang menolak kedua doktrin ini: Ini adalah sesuatu yang tidak konsisten. Nama-nama Bapa, Anak, dan Roh yang diberikan kepada Allah dalam Kitab Suci, menimbulkan ide tentang paternity, filiation, spiration, dan procession.


BACA JUGA: HANYA KRISTUS: KOLOSE 2:6-15


Seseorang tidak bisa menyebut oknum I sebagai Bapa, dan menyangkal bahwa Ia memperanakkan. Juga tidak bisa menyebut oknum ke II sebagai Anak, dan menyangkal bahwa Ia diperanakkan. Juga tidak bisa menyebut oknum ke III sebagai Roh, dan menyangkal bahwa Ia keluar dari Bapa dan Anak.
Kalau seseorang percaya / menerima bahwa kata-kata Bapa, Anak, Roh itu menyampaikan kebenaran yang mutlak, maka ia juga harus percaya / menerima kata-kata beget, begottten, spirate, proceed juga menyampaikan suatu kebenaran yang mutlak (Shedds Docmatic Theology, vol I, hal 292-293).

E) Ajaran-ajaran sesat tentang Allah Tritunggal.


1) Monarchianism.


a) Dynamic Monarchianism.

Mengajarkan bahwa Kristus hanyalah manusia biasa yang diberi kuasa illahi dan diangkat ke posisi illahi. Jadi, Ia mengalami kemajuan dari manusia biasa menjadi semacam Allah. Pandangan ini juga disebut Adoptionism. Tentang Roh Kudus mereka berpendapat bahwa Ia hanyalah suatu pengaruh illahi.

b) Modalistic monarchianism (Sabellianism).

Mengajarkan bahwa di dalam diri Allah tidak ada perbedaan-perbedaan. Allah bukannya mempunyai 3 pribadi yang berbeda, tetapi 3 perwujudan.
Dalam penciptaan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, dalam penebusan sebagai Anak,  dan dalam pengudusan sebagai Roh Kudus.
Mereka membuang kemanusiaan Tuhan Yesus dengan berkata bahwa di dalam Kristus, Allah Bapa sendiri telah berinkarnasi sebagai Anak dan menderita. Karena itu pandangan ini juga disebut Patripassianism.

2) Arianism.

Ajaran ini menyangkal keillahian Anak dan Roh Kudus. Anak adalah ciptaan yang pertama dari Bapa, jadi  Anak mempunyai awal, berbeda hakekat dengan Bapa dan lebih rendah tingkatnya daripada Bapa (dalam hal hakekatnya!).
Roh Kudus adalah ciptaan yang pertama dari Anak dan lebih rendah tingkatnya daripada Anak.
Ini ajaran yang sekarang menjadi Saksi Yehuwa!

3) Tritheism.

Ajaran ini menekankan kejamakan / ketigaan Allah dengan mengorbankan kesatuanNya, sehingga menimbulkan adanya 3 Allah.
-BUKTI ALLAH TRITUNGGAL-

-o0o-




Post a Comment

أحدث أقدم