Latest News

Showing posts with label Allah Bapa. Show all posts
Showing posts with label Allah Bapa. Show all posts

Tuesday, January 29, 2019

YOHANES 14:1-14 -YESUS: 100 % ALLAH DAN 100 % MANUSIA




YOHANES 14:1-14 (YESUS:100 % ALLAH DAN 100 % MANUSIA).
Bacaan: YOHANES 14:1-14.
Yohanes 14:1:

1) ‘Janganlah gelisah hatimu’.

Hendriksen mengatakan bahwa maksud dari Yohanes 14: 1a bukanlah: ‘janganlah mulai menjadi gelisah’, tetapi ‘berhentilah gelisah’, atau ‘janganlah gelisah terus’. Leon Morris juga berpendapat demikian.

Nubuat bahwa Petrus akan menyangkal Yesus sebanyak 3 x, menunjukkan akan adanya pencobaan yang hebat, dan ini membuat mereka gelisah. Disamping itu Yesus juga menubuatkan bahwa Ia akan meninggalkan mereka, dan ke tempat Ia pergi mereka tidak bisa menyusulNya (Yoh 13:31-33). Bagi para murid, yang telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus (Matius 4:20,22 Mat 19:27), berita itu tentu membuat mereka gelisah. Dan Yesus tahu bahwa dalam beberapa jam lagi kegelisahan itu bahkan akan makin bertambah. Karena itu Ia mengucapkan kata-kata ini.

Ini menunjukkan bahwa dalam penderitaan, dimana kita tidak bisa melihat apapun selain kegelapan, kita tetap tidak boleh gelisah, tetapi harus tetap percaya.

Calvin: “Christ wished his disciples to remain brave and courageous, when they might think that every thing was in the greatest confusion” (= Kristus menginginkan murid-muridNya untuk tetap berani, pada waktu mereka berpikir bahwa segala sesuatu ada dalam kekacauan yang terbesar) - hal 80.

William Barclay: “In a very short time life for the disciples was going to fall in. Their world was going to collapse in chaos around them. At such a time there was only one thing to do - stubbornly to hold on to trust in God. ... There comes a time when we have to believe where we cannot prove and to accept where we cannot understand. If, in the darkest hour, we believe that somehow there is a purpose in life and that that purpose is love, even the unbearable becomes bearable and even in the darkness there is a glimmer of light” (= Sebentar lagi hidup untuk para murid akan runtuh. Dunia mereka akan runtuh dalam kekacauan di sekitar mereka. Pada saat seperti itu hanya ada satu hal yang harus dilakukan - secara bandel terus percaya kepada Allah. ... Akan datang saat dimana kita harus percaya pada saat kita tidak bisa membuktikan, dan menerima pada saat kita tidak bisa mengerti. Jika, pada saat yang paling gelap, kita percaya bahwa bagaimanapun juga ada suatu tujuan / rencana dalam hidup dan bahwa tujuan / rencana itu adalah kasih, bahkan hal-hal yang tak tertahankan menjadi tertahankan, dan bahkan dalam kegelapan ada cahaya yang redup / berkelap-kelip) - hal 152-153.

William Hendriksen: “Jesus does not, in this connection, fully explain why he must die on the cross, though there had been some teaching along this line previously (10:11,14,28; Mark 10:45); neither was a full explanation possible as yet (16:12). He demands abiding trust or faith in God and in himself even then when mysteries multiply” [= Sehubungan dengan ini, Yesus tidak menjelaskan secara penuh mengapa Ia harus mati pada salib, sekalipun sebelum saat ini sudah ada ajaran tentang hal itu (10:11,14,28; Mark 10:45); juga pada saat itu belum dimungkinkan penjelasan yang sepenuhnya (16:12). Ia menuntut tindakan mempercayakan diri atau iman yang terus menerus kepada Allah dan kepada diriNya sendiri, bahkan pada saat misteri-misteri bertambah banyak] - hal 264.

Bdk. Ayub 13:15a - “Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku”. Ini salah terjemahan.

KJV: ‘Though he slay me, yet will I trust in him’ (= Sekalipun Ia membunuh aku, tetapi aku akan percaya kepadaNya).

Penerapan:

Apakah saudara sedang ada dalam problem yang besar dan banyak, kegelapan dan kebingungan yang berlarut-larut? Janganlah gelisah, tetaplah percaya!

2) Yohanes 14: 1b: ‘percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu”.

a) Terjemahan.

Kedua kata ‘percayalah’ dalam Yohanes 14: 1b ini, dalam bahasa Yunaninya bisa diterjemahkan sebagai indicative / pernyataan (‘Kamu percaya kepada Allah / Aku’) atau imperative / perintah (‘Percayalah kepada Allah / Aku’).

KJV menterjemahkan yang pertama sebagai pernyataan, dan yang kedua sebagai perintah.

KJV: ‘Ye believe in God, believe also in me’ (= Engkau percaya kepada Allah, percaya jugalah kepadaKu).

Calvin mengatakan bahwa kalimat ini bisa diterjemahkan demikian, dan ia memilih terjemahan ini.

Tetapi hampir semua penafsir mengatakan bahwa keduanya harus dalam imperative / perintah, seperti dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia, RSV, NIV, NASB.

Mungkin penterjemah KJV dan Calvin berpikir bahwa para murid itu tentu sudah percaya kepada Allah, dan sekarang Yesus menyuruh mereka juga percaya kepadaNya.

Tetapi dalam Markus 11:22 murid-murid juga diperintahkan oleh Yesus untuk percaya kepada Allah (yang ini pasti adalah perintah). Jadi kalau dalam Yohanes 14:1b ini bagian pertama juga diterjemahkan sebagai imperative / perintah, itu bisa dipertanggung-jawabkan.

b) Kita harus percaya kepada Allah dan kepada Kristus.

· Tidak ada orang bisa beriman kepada salah satu saja!

Pulpit Commentary: “Such is the relationship between God and Christ that faith in one involves faith in both. Whether faith begins from the human or Divine side, it will find itself embracing the Father and Son, or neither. Thus, when Christ appeared in our world, those who had genuine faith in God readily believe in him, and those who had not rejected him. Faith in the visible and incarnate Son was a test of faith in the invisible and eternal Father” (= Begitulah hubungan antara Allah dan Kristus sehingga iman kepada yang satu melibatkan / menyebabkan iman kepada keduanya. Apakah iman mulai dari sisi manusia atau ilahi, iman itu akan mendapati dirinya mencakup Bapa dan Anak, atau tidak kedua-duanya. Demikianlah, ketika Kristus muncul dalam dunia kita, mereka yang mempunyai iman yang sejati kepada Allah dengan rela / mudah percaya kepadaNya, dan mereka yang tidak mempunyai iman yang sejati menolakNya. Iman kepada Anak yang telah berinkarnasi dan yang kelihatan merupakan ujian iman kepada Bapa yang tak kelihatan dan kekal) - hal 249.

· Ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah.

Kitab Suci melarang kita untuk percaya kepada manusia, tetapi menyuruh kita percaya hanya kepada Allah (bdk. Yesaya 31:1 Yer 17:5-8). Bahwa di sini Yesus menyuruh murid-muridNya percaya kepadaNya, menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah.

Thomas Whitelaw: “A mere man (if a good man) would never have connected his name with God’s as Christ here does. Moses never said, ‘Believe in God and believe in me.’” [= Seseorang yang semata-mata adalah manusia (jika ia adalah orang yang baik) tidak akan pernah menghubungkan namanya dengan nama Allah seperti yang Kristus lakukan di sini. Musa tidak pernah berkata: ‘Percayalah kepada Allah dan percayalah kepadaku.’] - hal 302.

c) Percaya adalah kewajiban utama kita.

Pulpit Commentary: “There is a God, but not to us but by faith. There is a Saviour, but not to us but by faith. Without love we are nothing, and it is equally true that without faith we are nothing - nothing to God and Christ; and they are nothing savingly to us, but by faith they are ours. Hence the soul’s chief duty is to believe” (= Di sana ada Allah, tetapi tidak bagi kita kecuali oleh iman. Di sana ada Juruselamat, tetapi tidak bagi kita kecuali oleh iman. Tanpa kasih kita bukan apa-apa, dan adalah sama benarnya bahwa tanpa iman kita bukan apa-apa - bukan apa-apa bagi Allah dan Kristus; dan dalam persoalan penyelamatan Mereka bukan apa-apa bagi kita, tetapi oleh iman Mereka adalah milik kita. Karena itu, kewajiban utama kita adalah percaya) - hal 249.

3) Baik dalam Yohanes 14: 1a (janganlah gelisah) maupun Yohanes 14: 1b (percayalah), digunakan present imperative (= kata perintah bentuk present), yang menunjukkan bahwa Ia menghendaki supaya perintah ini ditaati terus menerus.

4) Yesus sendiri mengalami kegelisahan / kekacauan hati, dan itu dinyatakan dalam Yohanes 11:33 12:27 13:21, dimana kata Yunani yang digunakan adalah kata Yunani yang sama seperti dalam Yohanes 14:1 ini. Lalu mengapa Ia melarang para murid untuk gelisah, padahal Ia sendiri gelisah? Apakah Ia berdosa dengan merasa gelisah?

Matthew Poole: “Our Saviour himself was troubled, but not sinfully; his trouble neither arose from unbelief, nor yet was in undue measure; it was (as one well expresseth it) like the mere agitation of clear water, where was no mud at the bottom: but our trouble is like the stirring of water that hath a great deal of mud at the bottom, which upon the rolling, riseth up, and maketh the whole body of the water in the vessel impure, roiled and muddy” [= Juruselamat kita sendiri gelisah, tetapi tidak dengan cara yang berdosa; kegelisahanNya tidak muncul dari ketidakpercayaan, dan juga tidak dilakukan dalam takaran yang tidak semestinya; itu adalah (seperti seseorang menyatakannya dengan benar / baik) seperti pengadukan terhadap air bersih, dimana tidak ada lumpur di dasarnya: tetapi kegelisahan kita adalah seperti pengadukan terhadap air yang mempunyai banyak lumpur di dasarnya, yang karena pengadukan itu naik ke atas dan membuat seluruh air dalam tempat itu kotor, keruh dan berlumpur] - hal 353.Yohanes 14: 2-3:

1) Yohanes 14: 2a: ‘Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal’.

‘Rumah Bapa’ jelas menunjuk pada ‘surga’; dan Yesus mengatakan bahwa di surga ada ‘banyak tempat tinggal’.

a) Ini tidak menunjukkan pada perbedaan tingkat kemuliaan, tetapi pada cukupnya tempat di surga bagi semua orang percaya.

Clarke mengatakan bahwa ini menunjukkan adanya ‘various degree of glory’ (= bermacam-macam tingkat kemuliaan). Tetapi Calvin dan kebanyakan penafsir lain tidak setuju dengan penafsiran seperti itu, dan mengatakan bahwa ini hanya menunjukkan bahwa tempat di surga itu cukup bagi semua. Saya setuju dengan Calvin.

William Hendriksen: “The idea of variety, degrees of glory, though true in itself, is foreign to the present context” (= Gagasan tentang variasi / perbedaan, tingkat-tingkat kemuliaan, sekalipun itu memang benar, merupakan sesuatu yang asing bagi kontext ini) - hal 265.

Matthew Poole: “And the mansions there are many; there is room enough for all believers” (= Dan di sana ada banyak tempat tinggal; ada cukup ruangan untuk semua orang percaya) - hal 353.

Karena itu janganlah saudara tidak memberitakan Injil, dengan pemikiran bahwa kalau terlalu banyak orang yang percaya kepada Yesus, nanti kita akan berdesak-desakan di sorga! Kalau saudara banyak memberitakan Injil dan menghasilkan banyak jiwa, paling banter kita akan berdesak-desakan di gereja, tetapi tidak di surga!

b) Ini menunjukkan bahwa surga dan neraka adalah suatu tempat / lokasi, bukan sekedar suatu kondisi.

Dalam Yohanes 14: 2-3 versi Kitab Suci Indonesia, kata ‘tempat’ muncul 5 x, dan ini menunjukkan bahwa surga betul-betul merupakan suatu tempat (dan konsekwensinya, demikian juga dengan neraka). Mengatakan bahwa surga dan neraka bukanlah ‘suatu lokasi’ tetapi hanya ‘suatu kondisi’ menunjukkan suatu kebodohan dan sikap tidak peduli pada Kitab Suci!

Pulpit Commentary: “Heaven is a definite locality. Jesus is there in his glorified body” (= Surga adalah suatu tempat tertentu. Yesus ada di sana dalam tubuhNya yang telah dimuliakan) - hal 232.

Tentang ‘ascension’ / ‘kenaikan Kristus ke surga’, Charles Hodge berkata sebagai berikut:

“It was a local transfer of his person from one place to another; from earth to heaven. Heaven is therefore a place” (= Itu merupakan perpindahan tempat dari pribadiNya dari satu tempat ke tempat lain; dari bumi ke surga. Karena itu, surga adalah suatu tempat) - ‘Systematic Theology’, Vol II, hal 630.

Herman Hoeksema: “Heaven is a definite place, and not merely a condition” (= Surga adalah tempat yang tertentu, dan bukan semata-mata merupakan suatu kondisi / keadaan) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 422.

c) Ini menunjuk pada suatu tempat tinggal yang tetap.

Kata ‘tempat tinggal’ dalam bahasa Yunani adalah MONAI (bentuk jamak), dan kata Yunani ini hanya muncul di sini dan dalam Yohanes 14:23.

Thomas Whitelaw: “signifies places of permanent rest” (= menunjukkan tempat istirahat permanen) - hal 302.

Pulpit Commentary: “The settled life is thought of rather than the wandering one. Jesus knew full well what a wandering life his disciples would have, going into strange and distant countries. They would have to travel as he himself had never travelled. The more they apprehended the work to which they had been called, the more they would feel bound to go from land to land, preaching the gospel while life lasted. To men thus constantly on the move, the promise of a true resting-place was just the promise they needed” (= Yang dipikirkan adalah hidup yang menetap dan bukannya hidup yang mengembara. Yesus tahu sepenuhnya kehidupan mengembara yang bagaimana yang akan dijalani oleh para muridNya, pergi ke negara yang asing dan jauh. Mereka akan pergi ke tempat dimana Ia sendiri tidak pernah pergi. Makin mereka memahami pekerjaan kemana mereka dipanggil, makin mereka akan merasa bahwa mereka harus pergi dari satu tempat ke tempat lain, memberitakan Injil sementara mereka masih hidup. Bagi orang-orang yang terus bergerak seperti itu, janji tentang tempat istirahat yang sejati adalah janji yang mereka butuhkan) - hal 260.

2) Yohanes 14: 2b: ‘Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu’.

a) Terjemahan.

NIV: ‘I am going there to prepare a place for you’ (= Aku sedang pergi ke sana untuk mempersiapkan tempat bagimu).

Sebetulnya kata ‘ke situ’ atau ‘there’ (= ke sana) tidak ada.

NASB: ‘for I go to prepare a place for you’ (= karena Aku pergi untuk mempersiapkan tempat bagimu).

Hal yang sama terjadi dengan Yohanes 14:3a: ‘Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu’. Sama seperti dalam ay 2b tadi, kata ‘ke situ’ sebetulnya tidak ada.

NIV/NASB: ‘And if I go and prepare a place for you’ (= Dan jika aku pergi dan menyiapkan tempat bagimu).

b) Apa arti dari ‘pergi’?

Kalau dikatakan ‘pergi ke situ’ maka ini hanya bisa menunjuk ‘pergi ke surga’, tetapi kalau dikatakan ‘pergi’ maka ini bisa mencakup lebih banyak arti.

Dalam kata ‘pergi’ dalam Yohanes 14: 2b,3a ini tercakup hal-hal sebagai berikut: mati disalib untuk dosa-dosa kita, bangkit dari antara orang mati, naik ke surga, duduk di kanan Allah, dan menjadi Pengantara / Pembela / Jurusyafaat kita di surga.

c) Matthew Poole: “the place was prepared of old; those who shall be saved, were of old ordained unto life. That kingdom was prepared for them before the foundation of the world; that is, in the counsels and immutable purpose of God. These mansions for believers in heaven were to be sprinkled with blood: the sprinkling of the tabernacle, and all the vessels of the ministry, were typical of it; but the heavenly things themselves with better sacrifices than these, saith the apostle, Heb. 9:21,23” (= tempat ini disiapkan sejak dulu; mereka yang akan diselamatkan, sudah sejak dulu ditentukan untuk hidup. Kerajaan itu disiapkan untuk mereka sebelum dunia dijadikan; yaitu, dalam rencana Allah yang kekal. Tempat tinggal - tempat tinggal untuk orang-orang percaya di surga ini harus diperciki dengan darah: pemercikan terhadap kemah suci, dan semua alat-alat pelayanan / alat-alat untuk ibadah merupakan TYPE dari itu; tetapi hal-hal / benda-benda surgawi itu sendiri dengan persembahan / korban yang lebih baik dari ini, kata sang rasul, Ibrani 9:21,23) - hal 353.

d) Yesus pergi, demi murid-muridNya (dan juga demi kita yang percaya kepadaNya).

Salah satu penyebab kegelisahan para murid adalah perpisahan yang akan terjadi antara mereka dengan Yesus. Karena itu Yesus lalu meng-ucapkan ay 2-3 ini, bukan hanya untuk menunjukkan bahwa perpisahan itu hanya bersifat sementara, tetapi lebih dari itu bahwa perpisahan itu terjadi untuk kebaikan mereka.

F. F. Bruce: “They had been dismayed when he spoke of going away; now they are assured that his going away is for their advantage” (= Mereka telah merasa kecil hati pada waktu Ia berkata bahwa Ia akan meninggalkan mereka; sekarang mereka diyakinkan bahwa kepergianNya adalah untuk keuntungan mereka) - hal 297.

Ada banyak hal-hal yang mengecewakan kita tetapi kalau kita memang anak Allah, semua pasti diatur Allah untuk kebaikan kita (Roma 8:28).

3) Yohanes 14: 3b: ‘Aku akan datang kembali’.

Calvin: Ini tidak menunjuk pada turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta, tetapi menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya.

Calvin: “This place is said to be prepared for the day of the resurrection” (= Dikatakan bahwa tempat ini disiapkan untuk hari kebangkitan) - hal 82.

Hendriksen mempunyai pandangan yang sama dengan Calvin, tetapi Pulpit Commentary mengatakan bahwa ini tidak menunjuk pada Pentakosta, pertobatan, hari penghakiman, tetapi menunjuk pada kematian setiap murid (hal 232).

Ada juga orang yang menggabungkan kedua pandangan di atas.

Thomas Whitelaw: “first at the death of the believer ... and finally at the last day” (= Pertama-tama pada saat kematian orang percaya ... dan akhirnya pada hari terakhir) - hal 303.

4) Yohanes 14: 3c: ‘membawa kamu ke tempatKu’. Ini salah terjemahan.

NASB: ‘receive you to Myself’ (= menerimamu kepadaKu sendiri).

NIV: ‘take you to be with me’ (= membawamu untuk bersamaKu).

RSV: ‘take you to myself’ (= membawamu kepadaKu sendiri).

KJV: ‘receive you unto myself’ (= menerimamu kepadaKu sendiri).

Hendriksen: ‘I will take you to be face to face with me’ (= Aku akan membawamu untuk berhadapan muka dengan Aku ).

Ini terjemahan hurufiah, karena di sini digunakan kata Yunani PROS, yang juga digunakan dalam Yoh 1:1 dan 1Yoh 1:2 (diterjemahkan ‘bersama-sama dengan’).

Ini masih disambung lagi dengan Yohanes 14: 3d: ‘supaya di tempat dimana Aku berada, kamupun berada’.

Bandingkan ini dengan Yoh 17:24 - “Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepadaKu, agar mereka memandang kemuliaanKu yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan”.

William Hendriksen: “So wonderful is Christ’s love for his own that he is not satisfied with the idea of merely bringing them to heaven. He must needs take them into his own embrace” (= Begitu ajaibnya kasih Kristus untuk milikNya sehingga Ia tidak puas dengan gagasan tentang sekedar membawa mereka ke surga. Ia harus membawa mereka ke dalam pelukanNya sendiri) - hal 265-266.

John G. Mitchell: “the important thing is not heaven. The important thing is being with Him” (= hal yang penting bukanlah surga. Hal yang penting adalah ber-sama dengan Dia) - hal 268.

Penerapan:

Tuhan mementingkan persekutuan / kebersamaan dengan saudara yang adalah orang percaya. Apakah saudara juga mementingkan persekutuan dengan Tuhan?

· Apakah saudara menganggap mati sebagai suatu keuntungan (bdk. Fil 1:21) karena dengan demikian saudara akan masuk surga atau karena saudara akan bersama dengan Kristus (bdk. Fil 1:23 - ‘aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus’)?

· Apakah dalam berbakti saudara hanya ‘pergi ke gereja’ atau ‘bersekutu dengan Tuhan’?

· Pada waktu bersaat teduh, apakah saudara melakukan sekedar sebagai tradisi, atau karena ingin bersekutu dengan Tuhan?

· Apakah pada waktu berdoa saudara hanya sekedar ‘meminta sesuatu / meminta terhindar dari sesuatu’ atau ‘ingin bersekutu dengan Tuhan’?

John Henry Jowett mengomentari 1Sam 4:1-11 (tentang Israel yang berperang melawan Filistin dengan membawa dan mengandalkan tabut perjanjian) dengan komentar sebagai berikut:

“They were making more of the ark than of the Lord. Their religion was degenerating into superstition. I become superstitious whenever the means of worship were permitted to eclipse the Object of worship. ... It can be so with prayer. I may use prayer as a magic minister to protect myself from evasive ills. I do not pray because I desire fellowship with the Father, but because I should not feel safe without it. ... So let mine eyes be ever ‘unto the Lord!’ Let me not be satisfied with the ark, but let me seek Him whose name is holy and whose nature is love” (= Mereka lebih mementingkan tabut dari pada Tuhan. Agama mereka merosot kepada tahyul. Saya menjadi orang yang percaya tahyul pada saat cara penyembahan / ibadah diijinkan untuk memudarkan obyek penyembahan / ibadah. ... Hal seperti itu bisa terjadi dengan doa. Saya bisa menggunakan doa sebagai alat / pelayan magic untuk melindungi diriku dari hal-hal yang ingin saya hindari. Saya tidak berdoa karena saya menginginkan persekutuan dengan Allah, tetapi karena aku tidak merasa aman tanpa doa. ... Jadi biarlah mata saya selalu diarahkan kepada Tuhan! Biarlah saya tidak puas dengan tabut, tetapi biarlah saya mencari Dia yang namaNya adalah kudus dan yang sifatNya adalah kasih) - ‘Springs of Living Water’, April 14.

5) Yohanes 14: 3 yang menunjukkan bahwa Yesus pergi (termasuk pergi ke surga) untuk menyiapkan tempat tinggal bagi kita ini harus dibandingkan dengan Ibr 6:20, dimana Yesus disebut sebagai ‘Perintis’.

KJV/RSV/NASB: ‘forerunner’ (= pelopor).

Kata Yunaninya adalah PRODROMOS, dan hanya muncul 1 x dalam Perjanjian Baru.

William Barclay: “There are two uses of this word which light up the picture within it. In the Roman army the PRODROMOI were the reconnaissance troops. They went ahead of the main body of the army to blaze the trail and to ensure that it was safe for the rest of the troops to follow. The harbour of Alexandria was very difficult to approach. When the great corn ships came into it a little pilot boat was sent out to guide them along the channel into safe waters. That pilot boat was called the PRODROMOS. It went first to make it safe for others to follow. That is what Jesus did. He blazed the way to heaven and to God that we might follow in his steps” (= Ada 2 penggunaan dari kata ini yang menjelaskan hal ini. Dalam tentara Romawi PRODROMOI adalah pasukan pengintaian. Mereka berjalan di depan pasukan utama dari tentara itu untuk membuka jalan dan memastikan keamanan dari sisa pasukan untuk mengikuti mereka. Pelabuhan Alexandria adalah tempat yang sukar di dekati. Pada saat kapal jagung / gandum yang besar datang kepadanya, sebuah perahu pembimbing yang kecil dikeluarkan untuk memimpin mereka di sepanjang jalan kepada air / tempat yang aman. Perahu pembimbing itu disebut PRODROMOS. Perahu itu berangkat dulu untuk membuat yang lain bisa mengikutinya dengan aman. Itulah yang Yesus lakukan. Ia membuka jalan ke surga dan kepada Allah sehingga kita mengikuti langkah-langkahNya) - hal 155.

Catatan: PRODROMOI adalah bentuk jamak dari PRODROMOS.

6) ‘Akan masuk surga bersama Yesus’ adalah penghiburan bagi kita pada saat kita menderita.Yohanes 14: 2-3 ini harus direnungkan kalau kita ada dalam penderitaan / kesusahan, problem. Sekalipun sekarang kita menderita, tetapi nanti kita akan bersama dengan Yesus di surga!

Roma 8:18 - “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita”.

2Kor 4:17 - “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami”.Yohanes 14: 4-5:

1) Ini menunjukkan kejujuran Tomas, seperti yang juga terlihat dalam Yoh 20:25. Dia tidak mau berpura-pura percaya atau berpura-pura tahu.

Mungkin ia berpikir: ‘Tadi Engkau sendiri mengatakan bahwa ke tempat dimana Engkau akan pergi, kami tidak bisa datang (13:33); lalu bagaimana mungkin Engkau sekarang berkata bahwa kami tahu jalan ke sana?’.

William Barclay: “There was one among them who could never say that he understood what he did not understand, and that was Thomas. He was far too honest and far too much in earnest to be satisfied with any vague pious expressions. Thomas had to be sure. So he expressed his doubts and his failure to understand, and the wonderful thing is that it was the question of a doubting man which provoked one of the greatest things Jesus ever said. No one need be ashamed of his doubts; for it is amazingly true that he who seeks will in the end find” (= Ada satu di antara mereka yang tidak pernah bisa berkata bahwa ia tahu / mengerti apa yang ia tidak tahu / mengerti, dan itu adalah Tomas. Ia terlalu jujur dan terlalu bersungguh-sungguh untuk dipuaskan dengan pernyataan-pernyataan saleh yang kabur. Tomas harus yakin. Jadi ia menyatakan keraguannya dan kegagalannya untuk tahu / mengerti, dan hal yang sangat bagus adalah bahwa pertanyaan dari seseorang yang ragu-ragulah yang menimbulkan salah satu hal terbesar yang pernah diucapkan oleh Yesus. Tak seorangpun perlu malu tentang keraguannya; karena merupakan sesuatu yang benar bahwa ia yang mencari pada akhirnya akan mendapatkan / menemukan) - hal 156-157.

2) Kalau demikian, apakah kata-kata Yesus dalam ay 4 tadi salah? Ia berkata ‘kamu tahu’ padahal Tomas tidak tahu. Untuk menjawab ini, ada yang menafsirkan:

· Dalam Yohanes 14: 4, Yesus memaksudkan: ‘Kamu seharusnya tahu’.

· Mereka (para murid) memang mempunyai pengetahuan, tetapi agak kabur / tidak pasti.Yohanes 14: 6:

1) Ini adalah kalimat ke 6 menggunakan ‘I AM’.

2) ‘Akulah jalan ... Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’.

a) Kata-kata ‘Akulah jalan’ menyebabkan dalam Kitab Kisah Para Rasul kekristenan sering disebut dengan istilah ‘jalan’ (Bdk. Kis 9:2 19:9,23 24:14,22). Bdk. juga dengan Ibr 10:20 - “karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri”.

b) William Hendriksen: “‘I am the way.’ Jesus does not merely show the way; he is himself the way. It is true that he teaches the way (Mark 12:14; Luke 20:21), guides us in the way (Luke 1:79), and has dedicated for us a new and living way (Heb. 10:20); but all this is possible only because he is himself the way” [= ‘Aku adalah jalan’. Yesus tidak semata-mata menunjukkan jalan itu; Ia sendiri adalah jalan itu. Adalah benar bahwa Ia mengajarkan jalan itu (Mark 12:14; Luk 20:21), memimpin kita di dalam jalan itu (Luk 1:79), dan telah memberikan kita jalan yang baru dan hidup (Ibr 10:20); tetapi semua ini memungkinkan hanya karena Ia sendiri adalah jalan itu] - hal 267.

Dalam hal ini Yesus berbeda dengan semua pendiri agama lain. Mereka paling-paling bisa menunjukkan jalan, tetapi mereka tidak pernah mengatakan: ‘Akulah jalan’.

Dan pada waktu mereka menunjukkan jalan, kita perlu mengingat kata-kata Kitab Suci: “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut” (Amsal 14:12).

c) Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.

Yohanes 14:6 ini hanya mempunyai 3 kemungkinan:

1. Kitab Sucinya salah. Yesus sebetulnya tidak pernah mengucapkan kata-kata ini.

2. Kitab Sucinya benar. Yesus memang mengucapkan kata-kata ini, tetapi pada saat Yesus mengucapkan kata-kata ini, Ia tidak mengucapkan kebenaran. Dengan kata lain Yesus berdusta!

3. Kitab Sucinya benar dan Yesusnya tidak berdusta. Jadi Ia memang adalah satu-satunya jalan ke surga.

Kalau saudara menerima salah satu dari 2 kemungkinan pertama, maka saudara seharusnya berhenti jadi orang kristen. Adalah kegilaan kalau seseorang tetap menjadi orang kristen padahal ia percaya Kitab Sucinya salah atau Yesusnya berdusta! Kalau saudara menolak 2 kemungkinan pertama itu, maka hanya kemungkinan terakhirlah yang menjadi pilihan saudara! Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga!

Ayat ini jelas menentang:

a. Universalisme, yaitu pandangan yang mengatakan bahwa pada akhirnya semua orang akan masuk surga.

b. Pandangan yang mengatakan bahwa orang yang beragama lain tetap bisa masuk surga sekalipun tidak percaya kepada Yesus.

Berdasarkan ayat ini kita harus menyimpulkan bahwa bagaimanapun baiknya hidup seseorang, dan agama apapun yang ia anut, kalau ia tidak mempunyai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka ia tetap akan pergi ke neraka. Mengapa? Karena ia tetap adalah orang berdosa, sehingga tanpa Penebus / Juruselamat dosa maka ia harus membayar sendiri hutang dosanya di dalam neraka.

Beberapa komentar tentang Yesus sebagai satu-satunya jalan:

· Barnes’ Notes: “To come to the Father is to obtain his favour, to have access to his throne by prayer, and finally to enter his kingdom. No man can obtain any of these except by the merits of the Lord Jesus Christ. By coming by him is meant coming in his name, and depending on his merits. ... We are sinful, and it is only by his merits that we can be pardoned. ... God has appointed him as the Mediator, and has ordained that all blessings shall descend to this world through him” (= Datang kepada Bapa adalah mendapatkan perkenanNya, mendapatkan jalan masuk ke tahtaNya melalui doa, dan akhirnya memasuki kerajaanNya. Tidak seorangpun bisa mendapatkan hal-hal ini kecuali oleh jasa Tuhan Yesus Kristus. Yang dimaksud dengan datang melaluiNya adalah datang dalam namaNya, dan bergantung / bersandar pada jasaNya. ... Kita adalah orang berdosa dan hanya oleh jasaNya kita bisa diampuni. ... Allah telah menetapkanNya sebagai Pengantara, dan telah menentukan bahwa semua berkat akan turun kepada dunia ini melalui Dia) - hal 333.

Catatan: Jelas bahwa yang ditekankan dalam Yohanes 14:6 ini adalah persoalan masuk surga, karena kontex (Yohanes 14: 2-4) membicarakan rumah Bapa / surga. Jadi bagian secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga (bdk. Kis 4:12 1Yoh 5:11-12). Siapapun yang menafsirkan bahwa bagian ini tidak menunjukkan bahwa orang beragama lain tidak bisa masuk surga, adalah orang kurang ajar / nabi palsu, yang telah memutar-balikkan Kitab Suci (bdk. 2Pet 3:16). Contoh: orang-orang Liberal mengatakan bahwa Yoh 14:6 ini hanya berlaku untuk orang kristen. Ini membuat kata-kata Yesus ini menjadi tidak ada artinya / kehilangan maknanya sama sekali. Apa gunanya kata-kataNya ini kalau itu hanya berlaku untuk orang kristen?

Tetapi sekalipun penekanan Yohanes 14:6 ini adalah dalam persoalan masuk surga, jelas bahwa:

* kita bisa berkenan pada Bapa, juga hanya kalau kita menerima jasa penebusan Yesus melalui iman (Yoh 3:36 Ibr 11:6).

* pada waktu kita berdoa, Yesus juga adalah satu-satunya jalan / pengantara kepada Bapa. Karena itulah kita berdoa ‘dalam nama Yesus’ (Yoh 14:13-14 Yoh 16:23-24 bdk. Ibr 10:19-22).

· Calvin: “men contrive for themselves true labyrinth, whenever, after having forsaken Christ, they attempt to come to God. ... Wherefore all theology, when separated from Christ, is not only vain and confused, but is also mad, deceitful, and spurious” (= manusia mengusahakan / membuat bagi diri mereka sendiri suatu susunan yang membingungkan, pada waktu, setelah meninggalkan Kristus, mereka berusaha untuk datang kepada Allah. ... Karena itu semua theologia, pada waktu dipisahkan dari Kristus, bukan hanya sia-sia dan kacau, tetapi juga gila, bersifat penipu, dan palsu) - hal 85.

Calvin: “it is a foolish and pernicious curiosity, when men, not satisfied with him, attempt to go to God by indirect and crooked path” (= merupakan keingintahuan yang bodoh dan jahat, pada waktu manusia, tidak puas dengan Dia, berusaha untuk pergi kepada Allah melalui jalan yang tidak langsung dan bengkok / berliku-liku) - hal 86.

· Charles Haddon Spurgeon: “There is no getting to God except through Christ. Those who say that we can go to heaven without a Mediator know not what they say, or say what they know to be false. There can be no acceptable approach to the Father except by Jesus Christ the Son” (= Tidak ada yang sampai kepada Allah kecuali melalui Kristus. Mereka yang berkata bahwa kita dapat pergi ke surga tanpa seorang Pengantara tidak tahu apa yang mereka katakan, atau mengatakan apa yang mereka tahu sebagai sesuatu yang salah. Tidak ada tindakan mendekat kepada Bapa yang bisa diterima kecuali oleh Yesus Kristus sang Anak) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 8, hal 67.

· Pulpit Commentary: “Those who want to be with Jesus hereafter must be with him here. And those who want to be with the Father hereafter, having knowledge of him, and receiving of his fulness, can only gain this through Jesus. There is no other name given whereby men are to be saved” (= Mereka yang ingin bersama dengan Yesus di alam baka harus bersama dengan Dia di sini. Dan mereka yang ingin bersama dengan Bapa di alam baka, mengenal Dia dan menerima kepenuhanNya, hanya bisa men-dapatkan ini melalui Yesus. Tidak ada nama lain yang diberikan dengan mana manusia bisa diselamatkan) - hal 261.

· A. T. Robertson: “There is no use for the Christian to wince at these words of Jesus. If he is really the Incarnate Son of God (1:1,14,18), they are necessarily true” [= Tidak ada gunanya bagi orang Kristen untuk berbalik / mundur pada kata-kata Yesus ini. Jika Ia betul-betul adalah Anak Allah yang berinkarnasi (1:1,14,18), kata-kataNya itu pasti benar] - hal 250.

· F. F. Bruce: “he is himself the way to the Father. He is, in fact, the only way by which men and women may come to the Father; there is no other way. If this seems offensively exclusive, let it he borne in mind that the one who makes this claim is the incarnate Word, the revealer of the Father” (= Ia sendiri adalah jalan kepada Bapa. Dalam faktanya Ia adalah satu-satunya jalan dengan mana orang laki-laki dan perempuan bisa datang kepada Bapa; tidak ada jalan yang lain. Jika ini kelihatannya bersifat exklusif dan menghina, baiklah dicamkan bahwa yang membuat pernyataan ini adalah Firman yang berinkarnasi, yang menyatakan Bapa) - hal 298.

d) Karena ayat ini mengajarkan Kristus sebagai satu-satunya jalan ke surga, maka konsekwensinya adalah: orang kristen harus memberitakan Injil, supaya orang-orang di sekitarnya bisa percaya kepada Yesus dan diselamatkan (bdk. Ro 10:13-15).

3) ‘Akulah ... kebenaran’.

a) Yesus adalah kebenaran.

Pulpit Commentary: “it is observable that Jesus does not say, ‘I teach the truth;’ he says, ‘I am the Truth.’” (= perlu diperhatikan bahwa Yesus tidak berkata: ‘Aku mengajarkan kebenaran’; Ia berkata: ‘Aku adalah kebenaran’) - hal 239.

Catatan: Yesus memang pernah berkata: Aku mengatakan kebenaran (Yoh 8:40,45,46). Tetapi perlu diingat bahwa Ia bukan hanya mengatakan kebenaran, tetapi Ia sendiri adalah kebenaran.

Ini sama seperti Roh Kudus, yang sekalipun dikatakan menginsyafkan dunia akan kebenaran (Yoh 16:8), memimpin orang ke dalam kebenaran (Yoh 16:13), tetapi juga disebut sebagai Roh Kebenaran (Yohanes 14:17 15:26 16:13).

b) Bahwa Yesus adalah kebenaran, menjamin bahwa kata-kataNya yang menyatakan diriNya sebagai satu-satunya jalan ke surga, adalah benar!

4) ‘Akulah ... hidup’.

Pulpit Commentary: “if we truly have Jesus, whatever we may lack, we shall not lack life” (= jika kita betul-betul mempunyai Yesus, dalam hal apapun kita kekurangan, kita tidak akan kekurangan hidup / kehidupan) - hal 261.

5) ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’.

a) Kata-kata ini kelihatannya menggelikan / merupakan kebodohan. Mengapa?

Leon Morris (NICNT): “‘I am the Way’, said One who would shortly hang impotent on the cross. ‘I am the Truth’, when the lies of evil men were about to enjoy a spectacular triumph. ‘I am the Life’, when within a few hours His corpse would be placed in a tomb” (= ‘Akulah jalan’, kata Orang yang sebentar lagi tergantung tak berdaya pada salib. ‘Akulah kebenaran’, pada waktu dusta orang-orang jahat akan menikmati kemenangan yang spektakuler. ‘Akulah hidup’, pada saat dalam beberapa jam lagi mayatNya akan diletakkan dalam sebuah kubur) - hal 641.

Memang Injil adalah ‘kebodohan’, tetapi “Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil” (1Kor 1:21b)!

b) Kata-kata ini harus kita tanggapi.

Ada kata-kata indah yang berbunyi sebagai berikut:

You call Me the way but you do not follow Me, (= Engkau menyebutKu jalan tetapi engkau tidak mengikutKu,)

You call Me the light but you do not see Me, (= Engkau menyebutKu terang tetapi engkau tidak melihatKu,)

You call Me the teacher but you do not listen to Me, (= Engkau menyebutKu guru tetapi engkau tidak mendengarkanKu,)

You call Me the Lord but you do not serve Me, (= Engkau menyebutKu Tuhan tetapi engkau tidak melayaniKu,)

You call Me the truth but you do not believe in Me, (= Engkau menyebutKu kebenaran tetapi engkau tidak percaya kepadaKu,)

Do not be surprised if one day I don’t know you. (= Janganlah terkejut jika suatu hari Aku tidak mengenal kamu.)Yohanes 14: 7:

1) ‘Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu mengenal juga BapaKu’.

Jika kamu mengenal Aku seperti seharusnya, yaitu mengenal bahwa Aku adalah Anak Allah yang kekal, yang setara / sehakekat dengan Bapa, maka kamu pasti juga mengenal Bapa.

2) ‘Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia’.

NIV/NASB: ‘from now on’ (= mulai sekarang ini).

Matthew Poole: “And if you believe what I say, from henceforth you do know the Father, and you have seen the Father so oft as you have seen me” (= Dan jika engkau percaya apa yang Aku katakan, sejak sekarang ini dan seterusnya engkau mengenal Bapa, dan engkau telah melihat Bapa sesering engkau telah melihat Aku) - hal 354.

The Interpreter’s One-Volume Commentary on the Bible: “It is a seeing that is also knowing; for though ‘no one has ever seen God’ (1:18), he who has seen me has seen the Father (14:9)” [= Itu adalah melihat yang juga mengenal; karena sekalipun ‘tidak seorangpun yang pernah melihat Allah’ (1:18), ia yang telah melihat Aku telah melihat Bapa (14:9)] - hal 723.

3) Yesus bisa mengucapkan seluruh Yohanes 14: 7 ini bukan karena Ia adalah satu pribadi dengan Bapa, tetapi karena adanya kesatuan hakekat antara Yesus dengan Bapa! Dengan kata lain, Yesus betul-betul adalah Allah sendiri.

William Barclay: “The danger of the Christian faith is that we may set up Jesus as a kind of secondary God” (= Bahaya dari iman Kristen adalah bahwa kita mendirikan Yesus sebagai semacam Allah sekunder / kedua) - hal 161-162.

Perlu diingat bahwa adanya Allah besar dan Allah kecil, sebetulnya hanya ada dalam agama-agama lain di luar Kristen, seperti Hindu (Brahma, Wisnu, Syiwa), dan juga agama Yunani kuno (dewa Zeus, Yupiter, Venus, dsb). Kristen tidak mengenal ajaran seperti itu. Allah kecil atau setengah Allah itu tidak pernah ada. Atau seseorang itu Allah, atau ia bukan Allah sama sekali.

Ini perlu dicamkan untuk menghadapi Saksi Yehovah, Mormon, Pdt. Bambang Noorsena (Gereja Orthodox Syria) dsb, yang mengatakan Yesus hanya ‘allah kecil’.Yohanes 14: 8:

1) Kebodohan yang membawa manfaat.

Pertanyaan Filipus dalam Yohanes 14: 8 ini merupakan pertanyaan bodoh, karena baru saja dalam Yohanes 14: 7 Kristus mengucapkan kata-kata yang sebetulnya merupakan jawaban dari pertanyaan itu. Tetapi karena adanya pertanyaan itu maka Yesus mendapatkan kesempatan untuk mengajarkan sesuatu yang penting tentang hubunganNya dengan Bapa.

Leon Morris (NICNT): “A question from Philip opens the way for some teaching on the intimate relation existing between Jesus and the Father” (= Suatu pertanyaan dari Filipus membuka jalan untuk suatu pengajaran tentang hubungan yang intim yang ada antara Yesus dan Bapa) - hal 643.

Jadi, kebodohan Filipus ternyata membawa manfaat! Tetapi ini tentu tidak berarti bahwa kita boleh membiarkan diri kita terus bodoh! Semua orang kristen harus berusaha untuk menjadi lebih pandai dengan banyak belajar Firman Tuhan. Bdk. 1Kor 15:20 Amsal 1:20-23,32-33 Amsal 2:1-5 Amsal 3:13-15. Ini sama seperti sekalipun dikatakan ‘dimana dosa bertambah banyak di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah’ (Ro 5:20b), tetapi lalu ditambahkan bahwa kita tidak boleh bertekun dalam dosa (Ro 6:1).

2) ‘tunjukkanlah Bapa itu kepada kami’.

a) Pulpit Commentary: “The very request, ‘Show us the Father,’ is a confession of their ignorance of Jesus; for if they had known him, they would have known the Father” (= Permohonan ‘Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami’ merupakan suatu pengakuan tentang ketidaktahuan / ketidakmengertian mereka tentang Yesus; karena jika mereka mengenalNya, mereka juga telah mengenal Bapa) - hal 251.

Tetapi ini tak boleh diartikan seakan-akan para murid itu sama sekali tidak mengenal Yesus. Bdk. Mat 16:15-17.

William Hendriksen: “What the disciples lacked, however, was not genuine faith as such but genuine faith in full measure. They had seen but, due to their own sinfulness, they had not seen clearly enough” (= Tetapi para murid bukannya tidak mempunyai iman yang sejati, tetapi tidak mempunyai iman sejati dengan sepenuhnya. Mereka telah melihat tetapi karena keberdosaan mereka, mereka belum melihat dengan cukup jelas) - hal 270-271.

b) Kata ‘tunjukkanlah’ dalam bahasa Yunaninya adalah DEIXON, dan ini ada dalam bentuk ‘aorist imperative’ (= kata perintah bentuk lampau), yang maksudnya: ‘tunjukkanlah satu kali saja’.

c) William Hendriksen: “With his physical eyes Philip (probably representing the others; note: show us) evidently desired to see the Father; not, to be sure, that he denied God’s spirituality and essential invisibility, but he was asking for a theophany: a visible manifestation of the Father’s glory, such as had been granted to Moses and other believers in the old dispensation (Ex. 24:9-11; 33:18). He did not seem to realize that a far greater privilege than that which Moses enjoyed while on earth, had been given to him!” [= Jelas bahwa dengan mata jasmaninya Filipus (mungkin mewakili yang lain; perhatikan: ‘tunjukkanlah ... kepada kami’) ingin melihat Bapa; jelas bukan karena ia menyangkal sifat rohani dari Allah atau ketidakmungkinan melihat hakekat Allah, tetapi ia meminta suatu theophany: pernyataan kemuliaan Bapa yang bisa terlihat oleh mata jasmani, seperti yang telah diberikan kepada Musa dan orang percaya yang lain dalam Perjanjian Lama (Kel 24:9-11; 33:18). Kelihatannya ia tidak menyadari bahwa suatu hak yang jauh lebih besar dari yang telah dinikmati oleh Musa pada waktu hidup di dunia, telah diberikan kepadanya] - hal 269-270.Yohanes 14: 9-10a:

1) Kata ‘mengenal’ dan ‘melihat’ dalam Yohanes 14: 9 harus diartikan secara rohani.

William Hendriksen: “The kind of recognition which Jesus has in mind is spiritual in character. It amounts to seeing by faith the Father in the Son” (= Jenis pengenalan yang ada dalam pikiran Yesus bersifat rohani. Itu berarti melihat Bapa di dalam Anak, oleh iman) - hal 270.

Jadi, orang yang hanya sekedar melihat Yesus secara jasmani, tetap belum / tidak melihat Bapa.

2) Kata-kata ini menunjukkan kesatuan hakekat (tetapi bukan kesatuan pribadi) antara Yesus dengan Bapa, karena itu kita tidak boleh berkata bahwa Bapa sama dengan Anak, atau Bapa adalah Anak sendiri, dan sebaliknya.

Pengakuan Iman Athanasius, no 3-7, berbunyi sebagai berikut:

“3. But the Catholic faith is this, that we worship one God in trinity, and trinity in unity. 4. Neither confounding the persons, nor separating the substance. 5. For the person of the Father is one, of the Son another, and of the Holy Ghost another. 6. But of the Father, of the Son, and of the Holy Ghost there is one divinity, equal glory and co-eternal majesty. 7. What the Father is, the same is the Son, and the Holy Ghost.” (= 3. Tetapi iman Katolik / universal adalah ini, bahwa kami menyembah satu Allah dalam tritunggal, dan tritunggal dalam kesatuan. 4. Tidak ada kekacauan / percampuran pribadi-pribadi ataupun pemisahan zat. 5. Karena pribadi dari Bapa adalah satu, dari Anak adalah pribadi yang lain, dan dari Roh Kudus adalah pribadi yang lain. 6. Tetapi dari Bapa, dari Anak, dan dari Roh Kudus ada satu keilahian, kemuliaan yang sama / setara dan keagungan / kuasa yang berdaulat yang sama kekalnya. 7. Apa adanya Bapa itu, demikian juga dengan Anak, dan juga Roh Kudus) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117.

Leon Morris (NICNT): “It is difficult to interpret it without seeing the Father and the Son as in some sense one. These are words which no mere man has a right to use” (= Adalah sukar untuk menafsirkan hal ini tanpa memandang Bapa dan Anak itu satu dalam arti tertentu. Ini adalah kata-kata yang tidak seorangpun, yang adalah manusia semata-mata, mempunyai hak untuk menggunakannya) - hal 644.

William Hendriksen: “The Jews did not make the mistake of thinking that when Jesus made statements of this character (see also 5:17; 10:30) he referred merely to moral unity or ethical harmony. They clearly understood that nothing less than essential equality with God was intended (see on 1:1)” [= Pada waktu Yesus membuat pernyataan-pernyataan seperti ini (lihat juga 5:17; 10:30), orang-orang Yahudi tidak membuat kesalahan dengan berpikir bahwa Ia semata-mata memaksudkan kesatuan moral atau keharmonisan yang bersifat etika. Mereka secara jelas mengerti bahwa tidak kurang dari kesetaraan hakiki dengan Allahlah yang dimaksudkan (lihat pada 1:1)] - hal 271.
Ay 10b-11:

1) Yohanes 14: 10b.

· Calvin berpendapat bahwa Yohanes 14: 10b diucapkan oleh Yesus sebagai manusia.

· William Hendriksen: “Whenever Jesus speaks, the Father works by means of this speaking. Every word of Jesus is a work of the Father! This, however, does not mean that the Father is acting like a ventriloquist who speaks through his dummy. On the contrary, the Son speaks the mind of the Father because this is also his own mind” (= Pada waktu Yesus berbicara, Bapa bekerja dengan memakai pembicaraan ini. Setiap kata dari Yesus merupakan pekerjaan Bapa! Tetapi ini tidak berarti bahwa Bapa bertindak seperti seorang pembicara dengan suara perut yang berbicara melalui bonekanya. Sebaliknya, Anak mengucapkan pikiran Bapa karena ini juga merupakan pikiranNya sendiri) - hal 271.

2) Dalam Yohanes 14: 10b-11, Yesus bicara tentang ‘pekerjaan’. Bdk. Yohanes 10:37-38.

Ini mirip dengan Matius 11:1-6. Waktu Yohanes Pembaptis ragu-ragu tentang Yesus, Yesus menunjukkan bahwa apa yang telah diperbuatNya cocok dengan tanda-tanda dari Mesias yang ada dalam Perjanjian Lama.

3) Percaya tentang Yesus.Yohanes 14: 11a (NASB/Lit): ‘Believe Me that I am in the Father, and the Father in Me’ (= Percayailah Aku bahwa Aku ada di dalam Bapa, dan Bapa di dalam Aku).

Ini menunjukkan bahwa kita harus mempercayai ajaran Yesus / Kitab Suci tentang Yesus. Ini juga ditunjukkan oleh bagian-bagian lain dari Kitab Suci pada waktu Kitab Suci menggunakan istilah bahasa Yunani PISTEUO HOTI yang berarti ‘believe that’ (= percaya bahwa). Contoh: Yoh 20:31 Ro 10:9 1Yoh 5:1.

Sebetulnya kita harus percaya segala sesuatu yang dikatakan Kitab Suci tentang Tuhan Yesus, tetapi ada hal-hal yang harus ditekankan tentang Yesus, yaitu:

a) Yesus adalah Allah / Tuhan sendiri dalam arti yang setinggi-tingginya (Yoh 1:1 Yoh 20:28 Ro 9:5 Titus 2:13 Ibrani 1:8).

Pengakuan Iman Nicea-Konstantinople mengatakan tentang Yesus: “God of God, ... very God of very God” (= Allah dari Allah, ... Allah yang sejati dari Allah yang sejati) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 116.

b) Yesus telah menjadi manusia (Yohanes 1:14). Ini Ia lakukan supaya Ia bisa menderita dan mati untuk dosa umat manusia. Tetapi ini tidak berarti bahwa Ia kehilangan keilahianNya! Setelah inkarnasi dan seterusnya, Yesus adalah 100 % Allah dan 100 % manusia, tetapi Ia hanyalah satu Pribadi.

Ini dinyatakan oleh:

· Pengakuan Iman Athanasius, no 28-32, yang berbunyi:

“28. It is, therefore, true faith that we believe and confess that our Lord Jesus Christ is both God and man. 29. He is God, generated from eternity from the substance of the Father; man, born in time from the substance of his mother. 30. Perfect God, perfect man, subsisting of a rational soul and human flesh. 31. Equal to the Father is respect to his divinity, less than the Father in respect to his humanity. 32. Who, although he is God and man, is not two but one Christ” (= 28. Karena itu adalah iman yang benar bahwa kita percaya dan mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah dan manusia. 29. Ia adalah Allah, diperanakkan dari kekekalan dari zat Sang Bapa; manusia, dilahirkan dalam waktu dari zat ibuNya. 30. Allah yang sempurna, manusia yang sempurna, terdiri dari jiwa yang rasionil dan daging manusia. 31. Setara dengan Sang Bapa dalam hal keilahianNya, lebih rendah dari Sang Bapa dalam hal kemanusiaanNya. 32. Yang, sekalipun adalah Allah dan manusia, bukanlah dua tetapi satu Kristus) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 118.

· Pengakuan Iman Chalcedon yang berbunyi:

“We, then, following the holy Fathers, all with one consent, teach men to confess, one and the same Son, our Lord Jesus Christ; the same perfect in Godhead and also perfect in Manhood; truly God, and truly Man, of a reasonable soul and body; consubstantial with the Father according to the Godhead, and consubstantial with us according to the Manhood; in all things like unto us without sin; begotten before all ages of the Father according to the Godhead, and in these latter days, for us and for our salvation, born of Mary the Virgin Mother of God according to the Manhood. He is one and the same Christ, Son, Lord, Only begotten, existing in two natures without mixture, without change, without division, without separation; the diversity of the two natures not being at all destroyed by their union, but the peculiar properties of each nature being preserved, and concurring to one person and one subsistence, not parted or divided into two persons, but one and the same Son, and Only-begotten, God The Word, the Lord Jesus Christ; as the prophets from the beginning have declared concerning Him, and as the Lord Jesus Christ Himself hath taught us, and as the Creed of the holy fathers has delivered to us” (= Maka, kami semua, mengikuti Bapa-bapa kudus, dengan suara bulat, mengajar manusia untuk menga­ku, Anak yang satu dan yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus, sempurna dalam keilahian dan juga sempurna dalam kemanusiaan, sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia, dengan jiwa yang bisa berpikir dan tubuh; menurut keilahianNya mempunyai zat / hakekat yang sama dengan Sang Bapa, dan menurut kemanusiaanNya mempunyai zat / hakekat yang sama dengan kita, dalam segala hal sama seperti kita tetapi tanpa dosa; menurut keilahianNya diperanakkan sebelum segala jaman dari Bapa, dan menurut kemanusiaanNya dilahirkan dari Maria, sang Perawan, Bunda Allah dalam hari-hari akhir ini. Ia adalah Kristus, Anak, Tuhan yang satu dan yang sama, satu-satunya yang diperanakkan, mempunyai keberadaan dalam 2 hakekat, tanpa percampuran, tanpa perubahan, tanpa perpecahan, tanpa perpisahan; perbedaan dari dua hakekat itu sama sekali tidak dihancurkan oleh persatuan mereka, tetapi sifat-sifat dasar yang khas dari setiap hakekat dipertahankan dan bersatu menjadi satu pribadi dan satu keberadaan / makhluk, tidak berpisah atau terbagi menjadi dua pribadi, tetapi Anak yang satu dan yang sama, dan satu-satunya yang diperanakkan, Allah Firman, Tuhan Yesus Kristus; seperti nabi-nabi dari semula telah menyatakan tentang Dia, dan seperti Tuhan Yesus Kristus sendiri telah mengajar kita, dan seperti pengakuan iman bapa-bapa kudus telah menyampaikan kepada kita) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 118-119.

c) Yesus hidup suci (2Korintus 5:21).

d) Yesus menderita dan disalibkan sampai mati untuk menebus semua dosa umat manusia (Yesaya 53:4-6 Yohanes 19:30 Kol 2:13). ‘Semua dosa’ berarti mencakup dosa asal, dosa yang lalu, dosa sekarang, dan dosa yang akan datang terus sampai kita mati, tanpa kecuali! Ini perlu ditekankan, karena tanpa mengerti dan percaya hal ini, ia tidak akan pernah yakin akan keselamatannya.

e) Yesus bangkit secara jasmani dari antara orang mati (Roma 10:9-10).

f) Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga (Yohanes 14:6 Kis 4:12 1Yohanes 5:11,12).

Penerapan:YOHANES 14:1-14 (YESUS:100 % ALLAH DAN 100 % MANUSIA)
Pakailah hal-hal ini untuk memeriksa iman saudara sendiri. Kalau ternyata iman saudara sudah beres, pakailah hal-hal ini untuk memeriksa iman orang kristen yang lain. Ini bukan dilakukan dengan tujuan menghakimi, tetapi dengan tujuan menginjili orang-orang yang imannya kacau karena sebetulnya mereka tidak tahu / tidak mengerti apa / siapa yang mereka percayai.Yohanes 14: 12:

1) Percaya kepada Yesus.

Tadi kita sudah membahas bahwa ‘percaya bahwa / tentang’ sangat penting, tetapi ini tidak cukup. Kita juga harus percaya kepada Yesus. Ini ditunjukkan oleh Kitab Suci pada waktu menggunakan kata bahasa Yunani PISTEUO (= believe / percaya), yang diikuti dengan kata depan EN / EIS / EPI (= in / kepada). Misalnya dalam Yohanes 14:12 ini (‘percaya kepadaKu’), dan juga dalam ayat-ayat seperti Yohanes 3:16 Yohanes 3:36 Kis 10:43 Kis 16:31.

Jadi, jelas bahwa orang yang betul-betul beriman, tidak hanya harus percaya pada segala sesuatu yang dikatakan oleh Kitab Suci tentang Yesus, tetapi juga harus percaya kepadaYesus!

Untuk melihat perbedaan 2 hal ini, saya memberikan illustrasi sebagai berikut: saudara tahu dan percaya banyak hal tentang saya. Misalnya bahwa saya adalah seorang pendeta, mempunyai 1 istri, 1 anak, lahir tahun 1954 dsb. Tetapi kalau suatu kali saya datang kepada saudara dan mau meminjam uang sebesar Rp 100 juta dari saudara tanpa bon / bukti apapun, apakah saudara mau meminjamkannya? Kalau ya, itu berarti saudara percaya kepada saya. Kalau tidak itu berarti saudara hanya percaya tentang saya.

2) Dalam ‘pekerjaan’ ini, tercakup bukan hanya mujijat, tetapi juga pertobatan.

Orang-orang Kharismatik sangat senang dengan Yohanes 14:12 ini dan mereka menganggapnya sebagai dasar bahwa mereka bisa melakukan mujijat-mujijat yang lebih besar dari mujijat-mujijat Yesus. Tetapi apa yang dimaksud oleh Yesus dengan kata ‘pekerjaan-pekerjaan’? Semua penafsir setuju bahwa yang dimaksud dengan ‘pekerjaan’ tidak hanya mencakup mujijat tetapi juga pertobatan dari orang-orang yang dilayani. Mengapa? Karena dalam persoalan mujijat tidak ada siapapun yang melakukan mujijat-mujijat yang lebih banyak ataupun lebih besar dari Yesus.

Adam Clarke: “Perhaps the greater works refer to the immense multitude that were brought to God by the ministry of the apostles. By the apostles was the doctrine of Christ spread far and wide; while Christ confined his ministry chiefly to the precincts of Judea. It is certainly the greater miracle of Divine grace to convert the obstinate, wicked heart of man from sin to holiness. ... Christ only preached in Judea, and in the language only of that country; but the apostles preached through the most of the then known world, and in all the languages of all countries. ... I think it still more natural to attribute the greater works to the greater number of conversions made under the apostles’ ministry” (= Mungkin pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar menunjuk pada orang banyak yang dibawa kepada Allah oleh pelayanan rasul-rasul. Oleh rasul-rasul ajaran Kristus disebarkan ke mana-mana; sedangkan Kristus membatasi pelayananNya terutama pada daerah Yudea. Pastilah merupakan mujijat yang lebih besar dari kasih karunia ilahi untuk mempertobatkan hati manusia yang jahat dan tegar tengkuk, dari dosa kepada kekudusan. ... Kristus hanya berkhotbah di Yudea, dan hanya dalam bahasa negara itu; tetapi rasul-rasul berkhotbah di seluruh dunia yang dikenal saat itu, dan dalam semua bahasa dari semua negara. ... Saya berpendapat bahwa adalah lebih wajar untuk menghubungkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dengan jumlah pertobatan yang lebih banyak yang dibuat dalam pelayanan rasul-rasul) - hal 623.

Barnes’ Notes: “The word ‘greater’ cannot refer to that miracles themselves, for the works of the apostles did not exceed those of Jesus in power. ... But though not greater in themselves considered, yet they were greater in their effects. They made a deeper impression on mankind. ... The word ‘works’ here probably denotes not merely miracles, but all things that the apostles did that made an impression on mankind, including their travels, their labours, their doctrine, etc.” (= Kata ‘lebih besar’ tidak bisa menunjuk pada mujijat-mujijat itu sendiri, karena pekerjaan-pekerjaan dari rasul-rasul tidak melampaui pekerjaan-pekerjaan Yesus dalam kuasa. ... Tetapi sekalipun tidak lebih besar kalau dipertimbangkan dalam diri mereka sendiri, mereka tetap lebih besar dalam hasil / akibatnya. Mereka membuat kesan yang lebih dalam pada umat manusia. Kata ‘pekerjaan-pekerjaan’ di sini mungkin tidak hanya menunjuk pada mujijat-mujijat, tetapi semua hal yang dilakukan oleh rasul-rasul yang memberikan kesan kepada umat manusia, termasuk perjalanan mereka, pekerjaan / jerih payah mereka, ajaran mereka, dsb) - hal 334.

Matthew Poole: “you shall do greater works than I have done; not more or greater miracles: the truth of that may be justly questioned; for what miracle was ever done by the apostles greater than that of raising Lazarus? Much less do I think that it is to be understood of speaking with divers tongues. It is rather to be understood of their successful carrying the gospel to the Gentiles, by which the whole world, almost was brought to the obedience of the faith of Christ. We never read that of Christ which we read of Peter, viz. his converting three thousand at one sermon” (= kamu akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada yang telah Aku lakukan; bukan mujijat-mujijat yang lebih banyak dan lebih besar: kebenaran dari hal itu patut dipertanyakan; karena mujijat apa yang pernah dilakukan oleh rasul-rasul yang lebih besar dari pembangkitan Lazarus? Saya berpendapat lebih tidak mungkin lagi bahwa ini dimengerti sebagai berbicara dalam bermacam-macam bahasa. Tetapi ini harus dimengerti sebagai suksesnya mereka dalam membawa injil kepada orang-orang non Yahudi, dengan mana hampir seluruh dunia dibawa kepada ketaatan dari iman Kristus. Kita tidak pernah membaca tentang Kristus apa yang kita baca tentang Petrus, yaitu pemertobatannya terhadap 3000 orang dalam satu khotbah) - hal 355.

Leon Morris (NICNT): “What Jesus means we may see in the narrative of the Acts. There there are a few miracles of healing, but the emphasis is on the mighty works of conversion. On the day of Pentecost alone more believers were added to the little band of believers than throughout Christ’s entire earthly life. There we see a literal fulfilment of ‘greater works than these shall he do’”(= Apa yang Yesus maksudkan bisa kita lihat dalam cerita dari Kisah Para Rasul. Di sana ada beberapa mujijat kesembuhan, tetapi penekanannya adalah pada pekerjaan yang hebat tentang pertobatan. Pada hari Pentakosta saja lebih banyak orang percaya ditambahkan kepada rombongan kecil orang percaya dari pada dalam sepanjang kehidupan duniawi Kristus. Di sana kita melihat penggenapan hurufiah dari ‘ia akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu’) - hal 646.

Leon Morris (NICNT) mengutip Ryle: “‘greater works’ mean more conversions. There is no greater work possible than the conversion of a soul” (= ‘pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar’ berarti lebih banyak pertobatan. Tidak ada kemungkinan adanya pekerjaan yang lebih besar dari pada pertobatan suatu jiwa) - hal 646.

Pulpit Commentary: “by Christ’s ERGA are meant, not merely the supernatural portents, but all the work of his life, all the healing of souls, all the conversion of souls, all the indubitable issues of his approach to the heart of man. The great ERGON is salvation from sin, the gift of righteousness, and the life where before there was moral death” (= yang dimaksudkan dengan pekerjaan Kristus bukanlah semata-mata tanda-tanda yang bersifat supranatural, tetapi semua pekerjaan dalam hidupNya, semua penyembuhan jiwa, semua pertobatan jiwa, semua hasil yang tidak diragukan dari pendekatanNya pada hati manusia. Pekerjaan yang besar adalah keselamatan dari dosa, karunia kebenaran, dan hidup dimana sebelumnya ada kematian moral) - hal 224.

William Hendriksen: “Christ’s work had consisted to a considerable extent of miracles in the physical realm, performed largely among the Jews. When he now speaks about the greater works, he is in all probability thinking of those in connection with the conversion of the Gentiles. Such works were of a higher character and vaster in extent. ... the greater works are the spiritual works. The miracles in the physical realm are subservient to those in the spiritual sphere: the former serve to prove the genuine character of the latter. Does Jesus, perhaps, by means of this very comparison, which places the spiritual so far above the physical, hint that miracles in the physical sphere would gradually disappear when they would no longer be necessary?” (= Pekerjaan Kristus terdiri dari banyak mujijat-mujijat dalam dunia jasmani, dilakukan pada umumnya di antara orang Yahudi. Pada waktu sekarang Ia berbicara tentang pekerjaan yang lebih besar, mungkin sekali Ia berpikir tentang pekerjaan-pekerjaan berhubungan dengan pertobatan dari orang-orang non Yahudi. Pekerjaan-pekerjaan seperti itu bersifat lebih tinggi dan lebih luas. ... pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar adalah pekerjaan-pekerjaan rohani. Mujijat-mujijat dalam dunia jasmani lebih rendah dan berguna bagi mujijat-mujijat dalam dunia rohani: yang pertama berfungsi untuk membuktikan keaslian dari yang terakhir. Mungkinkah Yesus, melalui perbandingan ini, yang menempatkan hal rohani begitu jauh di atas hal jasmani, mengisyaratkan / memberi petunjuk bahwa mujijat-mujijat dalam dunia jasmani akan perlahan-lahan hilang pada waktu mereka tidak dibutuhkan lagi?) - hal 273.

Calvin: “Now the ascension of Christ was soon afterwards followed by a wonderful conversion of the world, in which the Divinity of Christ was more powerfully displayed than while he dwelt among men” (= Kenaikan Kristus ke surga segera disusul oleh pertobatan yang luar biasa dari dunia, dalam mana keilahian Kristus dinyatakan secara lebih kuat dari pada pada waktu Ia tinggal di antara manusia) - hal 89.

William Barclay: “It is quite certain that in the early days the early Church possessed the power of working cures. ... But it is clear that that is by no means all that Jesus meant; for though it could be said that the early Church did the things which Jesus did, it certainly could not be said that it did greater things than he did” (= Adalah cukup pasti bahwa mula-mula Gereja mula-mula memiliki kuasa untuk melakukan penyembuhan. ... Tetapi jelas bahwa itu bukanlah semua yang Yesus maksudkan; karena sekalipun bisa dikatakan bahwa Gereja mula-mula melakukan hal-hal yang dilakukan Yesus, pastilah tidak bisa dikatakan bahwa Gereja mula-mula itu melakukan hal-hal yang lebih besar dari yang Yesus lakukan) - hal 164.

William Barclay: “Think of what Jesus in the days of his flesh had actually done. He had never preached outside Palestine. Within his lifetime Europe had never heard the gospel. He had never personally met moral degradation of a city like Rome. ... It was into that world the early Christians went; and it was that world which they won for Christ. When it came to a matter of numbers and extent and changing power, the triumphs of the message of the Cross were even greater than the triumphs of Jesus in the days of his flesh. It is of moral re-creation and spiritual victory that Jesus is speaking” (= Pikirkan tentang apa yang dilakukan oleh Yesus dalam hidupNya dalam daging. Ia tidak pernah berkhotbah di luar Palestina. Dalam hidupNya Eropah tidak pernah mendengar Injil. Ia tidak pernah secara pribadi menjumpai degradasi / penurunan moral dari suatu kota seperti Roma. ... Ke dalam dunia itulah orang-orang Kristen mula-mula pergi; dan dunia itulah yang mereka menangkan bagi Kristus. Pada saat yang dipersoalkan adalah jumlah dan luas dan kuasa yang mengubah, maka kemenangan dari berita tentang Salib adalah lebih besar dari pada kemenangan Yesus pada waktu Ia hidup dalam dagingNya. Adalah tentang penciptaan kembali secara moral dan kemenangan rohani yang Yesus bicarakan) - hal 165.

Saya memberikan banyak sekali kutipan untuk menunjukkan bahwa semua penafsir sependapat dalam hal ini!

3) Kata-kata Yesus bahwa kita akan melakukan pekerjaan yang lebih besar dari pekerjaanNya, jelas menunjukkan bahwa kita harus bekerja untuk Dia / melayani Dia! Kalau saudara adalah orang yang malas / tidak mau bekerja / melayani, maka ingatlah hal-hal di bawah ini:

· orang yang mengubur 1 talenta, dan nasibnya (Mat 25:14-30).

· Yesus datang untuk melayani bukan untuk dilayani (Mat 20:28), dan Ia adalah teladan kita (Yohanes 13:14-15).

· Ef 2:10 - “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”.

· Yohanes 9:4 - “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam dimana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja”.

4) Yohanes 14: 12b: ‘Sebab Aku akan pergi kepada Bapa’.

Ini alasan mengapa orang kristen bisa melakukan pekerjaan yang lebih besar dari yang Yesus lakukan. Pada saat Ia hidup di dunia ini, Ia terbatas oleh daging / tubuhNya. Tetapi pada saat Ia naik ke surga dan mengutus Roh Kudus turun, maka Roh itu bisa bekerja bebas (Barclay).

Pulpit Commentary: “‘Because I go unto the Father.’ The ascension of Christ secured the bestowal of the Spirit, and the influences of the Spirit enabled the richly endowed and blessed to do great marvels. ‘Strengthened with all might’ by the Holy Spirit, they were made fit for the great enterprise committed to them. Feeble in themselves, they were strong in their Lord” (= ‘Sebab Aku akan pergi kepada Bapa’. Kenaikan Kristus ke surga menjamin pemberian Roh, dan pengaruh Roh memampukan orang-orang yang dibantu dan diberkati secara hebat untuk melakukan hal-hal yang mengherankan. ‘Dikuatkan dengan segala kekuatan’ (Kol 1:11a) oleh Roh Kudus, mereka dibuat jadi cocok untuk proyek yang diserahkan kepada mereka. Lemah dalam diri mereka sendiri, mereka kuat dalam Tuhan mereka) - hal 241.Yohanes 14: 13-14:

1) ‘apa juga’ (Yohanes 14: 13).

NIV/NASB: ‘whatever’ (= apapun).

TB2-LAI: ‘apapun’.

a) Ini tidak boleh ditafsirkan bahwa Allah akan mengabulkan permintaan apapun dari anak-anakNya.

Ada beberapa ayat lain, yang sama seperti ayat ini, kelihatannya menjanjikan untuk mengabulkan permintaan apapun dari kita, seperti Yohanes 15:7 Mark 11:24. Tetapi dalam menafsirkan Kitab Suci kita harus memperhatikan seluruh Kitab Suci supaya kita tidak menafsirkan satu ayat sehingga bertentangan dengan ayat lain. Dan dalam Kitab Suci ada 2 ayat yaitu:

· Mat 7:11 - “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya”.

· 1Yoh 5:14 - “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya”.

yang jelas memberikan syarat / batasan tentang pengabulan doa, yaitu bahwa Allah hanya mengabulkan permintaan kita kalau permintaan itu:

¨ baik dalam pandangan Allah.

¨ sesuai dengan kehendak Allah.

Matthew Poole: “The ‘whatsoever’, in this text, must be limited by what the will of God hath revealed in other texts, as to the matter of our prayers” (= Kata ‘apapun’ dalam text ini harus dibatasi oleh apa yang dinyatakan oleh kehendak Allah dalam text-text yang lain yang berkenaan dengan doa kita) - hal 355.

b) Sekalipun Allah tidak berjanji untuk mengabulkan apapun yang kita minta, dan karenanya pasti akan ada doa-doa yang tidak dikabulkan, tetapi itu tidak boleh menyebabkan kita terlalu mudah menyerah pada waktu berdoa.

Perlu diingat bahwa doktrin yang benar selalu bisa menghasilkan tanggapan yang salah (Catatan: tetapi tentu saja ini bukan kesalahan doktrinnya tetapi kesalahan orangnya). Misalnya:

· doktrin bahwa Yesus sudah menebus semua dosa, yaitu yang lalu, yang sekarang maupun yang akan datang, bisa menyebabkan orang lalu sengaja berbuat dosa.

· doktrin yang menyatakan bahwa keselamatan tidak bisa hilang, bisa membuat orang hidup sembarangan.

· doktrin tentang Predestinasi bisa menyebabkan orang menjadi tidak tekun dalam memberitakan Injil.

Demikian juga dengan ajaran yang mengatakan bahwa Allah tidak selalu mengabulkan doa. Ini dengan mudah dipakai oleh setan untuk membuat kita tidak bertekun dalam doa. Jadi misalnya kita meminta sesuatu kepada Tuhan, dan kita telah berdoa selama beberapa minggu atau beberapa bulan untuk hal itu, maka setan mulai menggoda kita dengan menggunakan ajaran Firman Tuhan ini (bdk. Mat 4:6 dimana ia juga menggoda Yesus dengan menggunakan Firman Tuhan), misalnya dengan berkata: ‘Rupanya apa yang kamu doakan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, atau tidak baik dalam pandangan Tuhan. Jadi apa gunanya bertekun dalam hal yang tidak sesuai kehendak Tuhan / hal yang tidak baik dalam pandangan Tuhan?’. Padahal sebetulnya sekalipun doa kita tidak dijawab selama beberapa minggu / bulan, itu tidak menunjukkan bahwa doa itu tidak sesuai kehendak Tuhan atau doa itu tidak baik dalam pandangan Tuhan.

Contohnya adalah Daniel 10:12-14 yang berbunyi: “Lalu katanya kepadaku: ‘Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapatkan pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu. Pemimpin kerajaan orang Persia berdiri dua puluh satu hari lamanya menentang aku; tetapi kemudian Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia. Lalu aku datang untuk membuat engkau mengerti apa yang akan terjadi pada bangsamu pada hari-hari yang terakhir; sebab penglihatan ini juga mengenai hari-hari itu.’”.

Tentang Daniel 10:12-14 ini Calvin berkata:

“We ought carefully to notice this, because delay often disturbs us when God does not immediately extend his help, and for a long time hides from us the fruit of our prayers. Whenever our passions burst forth with strong impetuosity, and we easily manifest tokens of impatience, we must notice this expression of the angel, for our prayers may be already heard while God’s favour and mercy is concealed from us. The experience of Daniel is daily fulfilled in every member of the Church, and without the slightest doubt the same discipline is exercised towards all the pious. ... we ought to derive another practical benefit from the passage, - God does not cease to regard us with favour even while he may not please to make us conscious of it, for he does not always place it before our eyes, but rather hides it from our view” (= Kita harus memperhatikan hal ini dengan teliti, karena penundaan sering mengganggu kita pada waktu Allah tidak langsung memberikan pertolonganNya, dan untuk waktu yang lama menyembunyikan dari kita buah dari doa-doa kita. Kapanpun emosi kita meledak dengan ketidaksabaran yang kuat, dan kita dengan mudah menunjukkan tanda-tanda ketidaksabaran, kita harus memperhatikan pernyataan dari malaikat ini, karena doa-doa kita bisa sudah didengar pada waktu perkenan dan belas kasihan Allah masih tersembunyi dari kita. Pengalaman Daniel terjadi setiap hari dalam setiap anggota Gereja, dan tanpa keraguan sedikitpun disiplin yang sama dilakukan terhadap semua orang saleh. ... kita harus mendapatkan manfaat praktis yang lain dari text ini, - Allah tidak berhenti berkenan kepada kita bahkan pada waktu Ia tidak berkenan untuk membuat kita menyadari hal ini, karena Ia tidak selalu meletakkannya di depan mata kita, tetapi sebaliknya menyembunyikannya dari pandangan kita) - ‘Commentary on Daniel’, hal 251.

Barnes’ Notes: “Thy words were heard. In heaven. Another proof that prayer is at once heard, though the answer may be long delayed. The instance before us shows that the answer to prayer may seem to be delayed, from causes unknown to us, though the prayer ascends at once to heaven, and God designs to answer it. In this case, it was deferred by the detention of the messenger on the way (ver. 13); in other cases it may be from a different cause; but it should never be set down as a proof that prayer is not heard, and that it will not be answered, because the answer is not granted at once. Weeks, or months, or years may elapse before the Divine purpose shall be made known, though, so to speak, the messenger may be on his way to us. ... Daniel would have been cheered in his days of fasting and service if he had known that an angel was on his way to him to comfort him, and to communicate to him an answer from God; often - if not always - in our days of deepest anxiety and trouble; when our prayers seem not to penetrate the skies; when we meet with no response; when the thing for which we pray seems to be withheld; when our friends remain unconverted; when irreligion abounds and prevails; when we seem to be doing no good, and when calamity presses upon us, if we saw the arrangement which God was already making to answer the prayer, and could see the messenger on the way, our hearts would exult, and our tears would cease to flow. And why, in our days of trouble and anxiety, should we not believe that it is so; and that God, even though the delay may seem to be long, will yet show himself to be a hearer and an answerer of prayer” (= ‘telah didengarkan perkataanmu’. Di surga. Ini merupakan bukti yang lain bahwa doa itu langsung didengar sekalipun jawabannya bisa ditunda lama. Contoh di depan kita menunjukkan bahwa jawaban doa bisa kelihatannya ditunda, dari sebab-sebab yang tidak kita ketahui, sekalipun doa itu segera naik ke surga, dan Allah merencanakan untuk menjawabnya. Dalam kasus ini, itu ditunda oleh tertahannya utusan dalam perjalanannya (Yohanes 14: 13); dalam kasus yang lain itu bisa disebabkan oleh penyebab yang lain; tetapi itu tidak pernah boleh dipakai sebagai bukti bahwa doa itu tidak dijawab, dan bahwa doa itu tidak akan dijawab, karena jawaban itu tidak diberikan dengan segera. Berminggu-minggu, atau berbulan-bulan, atau bertahun-tahun bisa lewat sebelum rencana / tujuan ilahi diberitahukan, sekalipun boleh dikatakan bahwa sang utusan sedang dalam perjalanan kepada kita. ... Daniel akan bergembira pada hari-hari puasa dan pelayanannya andaikata ia mengetahui bahwa seorang malaikat sedang ada dalam perjalanan kepada dia untuk menghiburnya, dan untuk menyampaikan kepadanya suatu jawaban dari Allah; sering, jika tidak selalu, pada saat-saat kekuatiran dan kegelisahan / kesusahan kita yang terdalam; pada waktu doa-doa kita kelihatannya tidak menembus langit; pada waktu kita tidak mendapatkan tanggapan; pada waktu hal-hal yang kita doakan kelihatannya ditahan; pada waktu teman-teman kita tetap tidak bertobat; pada waktu ketidakberagamaan bertambah banyak dan menang; pada waktu kelihatannya kita tidak melakukan apa yang baik, dan pada waktu bencana menekan kita, jika kita melihat pengaturan yang telah dibuat Allah untuk menjawab doa kita, dan jika kita bisa melihat sang utusan sedang dalam perjalanannya, hati kita akan bersukaria, dan air mata kita akan berhenti mengalir. Dan mengapa, pada hari-hari kegelisahan / kesusahan dan kekuatiran kita, kita tidak percaya bahwa keadaannya memang demikian; dan bahwa Allah, sekalipun penundaannya kelihatannya lama, tetap menunjukkan diriNya sebagai Pendengar dan Penjawab doa?) - hal 197.

Karena itu ajaran bahwa Allah tidak berjanji untuk mengabulkan segala permintaan kita ini harus diimbangi dengan ajaran tentang ketekunan dalam berdoa, seperti dalam:

¨ Lukas 18:1-8.

¨ Mat 15:21-28.

¨ Hakim 20:1-35.

2) Kata ‘apa juga’ / ‘apapun’ ini berhubungan dengan ‘pekerjaan yang lebih besar’ dalam Yohanes 14: 12.

William Hendriksen: “The word ‘whatever’ comprises much territory. It refers to both the great works and the greater works (of verse 12)” [= Kata ‘apapun’ mencakup banyak daerah / wilayah. Itu menunjuk pada pekerjaan-pekerjaan yang besar dan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar (dari ayat 12)] - hal 273.

Jadi kita bisa melakukan pekerjaan lebih besar dari pekerjaan Kristus (dalam hal mempertobatkan orang), kalau kita berdoa dalam nama Yesus. Kalau kita tidak bisa melakukan yang pekerjaan yang lebih besar dari pekerjaan Kristus, itu karena kita tidak atau kurang berdoa (bdk. Yakobus 4:2b - “Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa”).

Penerapan:YOHANES 14:1-14 (YESUS: 100 % ALLAH DAN 100 % MANUSIA)

Jika saudara ingin gereja kita maju dan mempertobatkan banyak orang, banyaklah berdoa untuk gereja, dan ikutlah dalam acara Persekutuan Doa.

3) Berdoa ‘dalam nama Yesus’ (ay 13,14).

Ada yang beranggapan bahwa doa dalam nama Yesus ini berarti doa yang sesuai dengan kehendak Yesus. Tetapi saya lebih setuju dengan pandangan yang mengatakan bahwa doa dalam nama Yesus adalah doa dimana kita datang kepada Tuhan berlandaskan jasa penebusan Kristus.

Pulpit Commentary: “It implies that it is by the blood of Christ we draw near to God” (= Ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa oleh darah Kristus kita mendekat kepada Allah) - hal 234.

Bdk. Ibrani 10:19-22 - “Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni”.

4) ‘supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak’ (Yohanes 14: 13b).

Calvin berkata bahwa bagian ini sejalan dengan kata-kata Paulus dalam Filipi 2:10-11 yang berbunyi: “supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan di bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.

Pemuliaan Bapa tidak bisa dipisahkan dengan pemuliaan Yesus, bahkan pemuliaan Bapa terjadi melalui pemuliaan Yesus.

5) ‘Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu’ (Yohanes 14: 14).

a) Kata ‘kepadaKu’ ini diperdebatkan keasliannya.

Saya setuju dengan Bruce M. Metzger, yang berpendapat bahwa beberapa manuscript menghapus bagian yang sebetulnya asli ini karena salah satu dari 2 alasan di bawah ini:

· Kata-kata ‘meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu’ kelihatannya aneh.

Seperti yang dikatakan oleh F. F. Bruce:

“If something is asked for in Jesus’ name, the request is probably viewed as addressed to the Father” (= Jika sesuatu diminta dalam nama Yesus, permintaan itu mungkin dipandang sebagai ditujukan kepada Bapa) - hal 301.

· Keinginan membuang kontradiksi antara ayat ini dengan Yoh 16:23, dimana doa dalam nama Yesus itu ditujukan kepada Bapa.

Metzger mengatakan bahwa kata ‘kepadaKu’ ini didukung oleh cukup banyak manuscript, dan kata ini kelihatannya sesuai dengan kata-kata ‘Aku akan melakukannya’ pada akhir dari Yohanes 14: 14.

b) Kata ini menunjukkan bahwa doa bukan hanya boleh ditujukan kepada Bapa, tetapi juga kepada Yesus (dan tentu saja juga boleh ditujukan kepada Roh Kudus).

William Hendriksen: “now the disciples are told that they must not only pray in the name of Christ but to Christ” (= sekarang murid-murid diberitahu bahwa mereka harus berdoa bukan hanya dalam nama Kristus tetapi kepada Kristus) - hal 274.

Leon Morris (NICNT): “The two are inseparable, as throughout this paragraph. That is why prayer may be addressed to either” (= Keduanya tidak terpisahkan, seperti dalam sepanjang paragraf ini. Itu sebabnya doa bisa ditujukan kepada yang manapun dari Mereka) - hal 646.

Leon Morris (NICNT): “There is no object to the verb ‘ask’ in the preceding verse, so that it is not certain whether it is Christ or the Father who is to be asked (though it is Christ who will ‘do’ the response). ... We expect the same to be true of this verse. However the true text appears to be ‘if ye shall ask me anything in my name’. Prayer may be addressed to the Son as well as to the Father. But it is still ‘in my name’. ... As in the previous verse, the prayer will be answered by Christ” [= Tidak ada obyek bagi kata kerja ‘minta’ dalam ayat sebelumnya (ay 13), sehingga tidak jelas apakah kita harus minta kepada Kristus atau kepada Bapa (sekalipun Kristuslah yang akan ‘melakukan’ tanggapan). ... Kita mengharapkan hal yang sama untuk ayat ini(Yohanes 14: 14). Tetapi text yang benar kelihatannya adalah ‘jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu’. Doa boleh ditujukan kepada Anak maupun kepada Bapa. Tetapi itu tetap ‘dalam namaKu’. ... Seperti dalam ayat sebelumnya (Yohanes 14: 13), doa akan dijawab oleh Kristus] - hal 647.

Pulpit Commentary: “Surely this passage is the true justification of prayer to Christ himself” (= Jelas bahwa text ini merupakan pembenaran yang benar tentang doa kepada Kristus sendiri) - hal 225.

Doa kepada Yesus ini dipraktekkan oleh Stefanus menjelang kematiannya (Kis 7:59 - “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku”). Dan ingat bahwa pada saat itu ia dipenuhi oleh Roh Kudus (Kis 7:55). Masakan ia salah dalam menujukan doanya pada saat dipenuhi Roh Kudus?

c) Pulpit Commentary menghubungkan bagian ini dengan bagian terakhir dari Yohanes 14: 12 yang berbunyi: ‘Sebab Aku pergi kepada Bapa’, dan lalu memberikan komentar:

“Becoming invisible, he did not become inaccessible; yea, rather, he became more accessible than ever” (= Ia menjadi tidak kelihatan, tetapi Ia tidak menjadi ‘tidak dapat dicapai’; ya sebaliknya Ia menjadi lebih mudah dicapai dari sebelumnya) - hal 262.
Penutup: YOHANES 14:1-14 (YESUS: 100 % ALLAH DAN 100 % MANUSIA)
Karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk menginginkan untuk hidup pada jaman Yesus. Sekalipun kita hidup pada jaman ini dimana kita tidak bisa melihat Dia secara jasmani, tetapi kita bahkan bisa dengan lebih mudah mencapaiNya.
YOHANES 14:1-14 (YESUS: 100 % ALLAH DAN 100 % MANUSIA)

-AMIN-

Monday, January 28, 2019

DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13




DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13.

9. Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,

10. datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.

11. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya

12. dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;

13. dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.

DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13.BAPA KAMI YANG DI SORGA

Doa Bapa Kami dimulai dengan “Bapa kami yang di sorga.” Manusia diciptakan seturut peta teladan Allah, maka terdapat status dan kondisi yang tidak ada pada makhluk lain, yaitu manusia diciptakan dengan sifat relatif terhadap Sang Pencipta. 

Tidak ada binatang yang bisa berdoa, memuji Tuhan, atau berbakti kepada Tuhan, karena binatang tidak mempunyai roh dan tidak mengenal kebenaran. Binatang hanya mempunyaipengertian dan naluri untuk kebutuhan jasmaninya. Manusia bukan demikian. Manusia yang dicipta seturut peta teladan Allah, selain memerlukan materi yang diciptakan di alam semesta untuk mengisi kebutuhan tubuh yang berjiwa dan bermateri, kita masih mempunyai aspek lain yang tak ada pada binatang yaitu sifat rohani. 

Allah itu kasih, maka manusia diberikan kemungkinan berkomunikasi, dan berada secara relatif antara Allah yang mencipta dan manusia yang dicipta, yaitu relasi yang tidak bisa tergantikan selain kita kembali pada Tuhan. Manusia – yang diciptakan oleh Allah – tahu perlu berdoa, baik secara sadar maupun tidak. Tidak ada bangsa, suku, pelosok, benua, di mana pun, yang tidak pernah mempunyai agama. Namun, agama di berbagai tempat, benua, tanah, suku berbeda, sehingga agama dari seluruh umat manusia mempunyai hakikat yang sama tetapi ekspresi yang berbeda.

Manusia memerlukan Allah. Tidak ada manusia yang tidak memerlukan Allah. Orang atheis merasa dirinya cukup dan hidup di dunia tidak perlu berelasi dengan supranatural. Thomas Huxley dan Herbert Spencer, pengajar Evolusionisme Darwin, mengakui tidak pernah ditemukan manusia yang tidak bersifat agama. Sifat agama merata ada di seluruh umat manusia, benua, tempat, dan segala bangsa. Manusia tidak mungkin hidup tidak beragama, dan salah satu ekspresi penting dalam agama adalah berdoa. Tidak ada agama yang tidak berdoa, tidak ada manusia yang tidak beragama, maka semua manusia perlu doa.

Apa artinya doa? Ketika berdoa, kita sadar membutuhkan pihak lain. Itu berarti manusia yang terbatas berusaha berelasi dengan “Yang Tak Terbatas”. Siapa Yang Tak Terbatas? Tidak ada manusia yang tidak terbatas. Kita dibatasi oleh waktu, antara lahir dan mati. Ketika lahir kita mulai bernafas, saat mati berhenti bernafas, ini pun sudah menjadi ketetapan Tuhan. Di dalam Kisah Para Rasul 17 dinyatakan bahwa Allah menciptakan segala bangsa dari satu sumber, arus, dan pokok, yaitu melalui Adam dan Hawa, yang memberikan keturunan dan menjadikan segala suku, bangsa, di seluruh dunia.

Manusia mempunyai kesadaran perlu datang kepada Yang Tidak Terbatas dan Yang Tidak Kelihatan tetapi ada. Ini ironis, karena kita tidak pernah melihat Allah, tetapi tahu tak mungkin tidak ada Allah; dan hati kita tahu Ia pasti ada. Manusia diciptakan seturut peta teladan Allah, maka manusialah satu-satunya makhluk yang berusaha mendekati Allah dengan doa.

Selain Doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus, semua doa manusia di hadapan Tuhan kebanyakan sia-sia. Karena doa tersebut berdasarkan keinginan, ambisi, ketamakan, dan egoisme manusia, doanya berwarna dosanya. Jika dosa mewarnai doa mereka, maka doa pendosa beraspek dosa yang mengikat mereka. Maka, Yesus harus mengajar orang Kristen bagaimana berdoa.

Bukankah doa adalah natural, mengapa perlu diajar? Di dalam Matius 6, Yesus berkata pada mereka, “Ketika engkau berdoa, katakanlah demikian.” Yesus berinisiatif memberi pengajaran bagaimana berdoa pada orang Kristen. Di dalam Lukas 11, para murid yang berkata kepada Dia, “Bagaimanakah kami boleh beriman? Tambahkanlah iman pada kami, apa yang harus kami doakan di hadapan Tuhan?” Maka, Allah rela memberi pengajaran bagaimana berdoa melalui Yesus, dan Allah juga menggerakkan pengikut Yesus untuk mau mengetahui bagaimana caranya berdoa.

Doa orang benar besar khasiatnya. Tetapi doa orang berdosa, yang memperalat anugerah Tuhan menjadi alat untuk berdosa, tidak Tuhan dengar. Maka barang siapa datang kepada Allah harus dengan iman yang bersandarkan kebenaran karena mendengar firman. Melalui firman yang Tuhan wahyukan, kita tahu bagaimana mempunyai iman sejati, dan bagaimana mengutarakan permintaan pada Tuhan. Roma 10 berkata, “Jika tidak beriman bagaimana bisa meminta? Jika tidak mendengar bagaimana bisa beriman? Jika tidak ada yang berkhotbah, bagaimana bisa mendengar? Jika tidak ada yang mengutus, siapa yang bisa memberitakan firman?” Lima kalimat berurutan ini merupakan perkembangan kedaulatan Allah dan keselamatan diberikan pada umat-Nya. Ini membuktikan Theologi Reformed benar, karena jika bukan Allah yang mengutus, tidak ada hamba Tuhan yang pergi. Jika Allah tidak mengutus hamba Tuhan, tidak ada orang bisa mendengar khotbah. Jika tidak mendengar khotbah, tidak ada orang bisa beriman. Dan jika tidak beriman sungguh-sungguh, tidak ada orang bisa berdoa. Inilah sistem Theologi Reformed, bukan sistem Theologi Karismatik. Sistem berdasarkan kedaulatan Allah, bukan kemauan manusia.

Yang berdoa banyak, tetapi doa yang diterima tidak banyak, karena doa pun harus sesuai dengan isi hati Tuhan. Paulus berkata, “Roh yang berada di dalam hatimu, yang mengerti isi hati Tuhan, mengajar kau bagaimana berdoa” (Rm. 8:26). Sejak 30 tahun lalu, saya ingin berkhotbah tentang Theologi Doa, tetapi sampai sekarang belum terwujud seri itu. Dan dalam Doa Bapa Kami, saya berusaha memberikan prinsip penting tentang doa. Tahu bagaimana berdoa yang benar dan mempunyai doa yang memperkenan Tuhan, akan mengubah kerohanian kita.

Jika kita meminta, “Tolong bangunkan Gereja-Mu,” maka kita harus minta pertama-tama, “Bangunkan pengertian doa yang benar.” Banyak doa yang salah karena doa itu doa antroposentris. Antroposentris berarti doa berpusat pada diri sendiri, doa keluar dari keinginan dasar manusia sendiri, bukan sesuai kehendak Tuhan. Jika sudah mengerti semua ini, engkau akan lebih menghargai doa Yesus di Yohanes 17. Yesus berperan sebagai perantara di antara Allah dan manusia, dan Ia berdoa menurut kehendak Allah untuk memberi pengisian kepada orang yang Ia selamatkan.

Mengapa manusia berdoa? Manusia berdoa karena butuh sesuatu. Mengapa ketika butuh sesuatu kita datang kepada Allah, bukan manusia? Karena manusia tahu Allah tidak terbatas. Jadi ketika kita berlutut berdoa, saat yang sama kita mengakui diri terbatas, dan kita bukan datang kepada manusia karena manusia terbatas. Maka kita berdoa kepada Yang Tidak Terbatas. Doamu jika tidak beres, meski Allah sudah tahu dan siapkan, tetap tidak diberikan kepadamu, sebelum engkau mengoreksi doamu. Maka Matius berkata, “Carilah terlebih dulu Kerajaan Allah dan kebenaran Allah, maka yang kauperlu akan ditambahkan padamu.” Bukan diberikan padamu. “Diberikan” artinya hanya yang saya perlu, “ditambahkan” artinya lebih dari yang saya perlu. Jika doamu benar sesuai kehendak Tuhan, menurut maksud dan tujuan yang ditetapkan Tuhan, meski kurang berdoa, tetapi hatimu dan doamu benar, yang kauperlukan akan ditambahkan kepadamu.

Saya ingin kita membaca dengan teliti ayat tentang doa dan mengoreksi diri agar bisa berdoa dengan benar. Orang Kristen mirip dengan agama lain ketika berdoa; kita berlutut, menutup mata, dan berbicara kepada Allah. Tetapi dasar, prinsip, lingkup doa yang benar membuat doa orang Kristen tidak sia-sia. Surat Yakobus berkata, “Doa orang benar besar khasiatnya.” Saya sangat terpengaruh ayat itu, maka saya berkata yang penting bukan bagaimana berdoa, tetapi bagaimana saya menjadi orang benar. Bukan saya minta apa dan puas ketika diberi, tapi bagaimana saya berdoa memuaskan hati Tuhan. Benarkan dirimu dan doamu, maka Allahmu di sorga yang mengetahui segala kebutuhanmu, tidak akan membiarkan engkau dalam kesulitan. Perbaiki motivasimu, hidupmu, imanmu, perilakumu, pengertian tentang konsep doa di hadapan Tuhan dan Tuhan tidak akan meninggalkan kita.

Alkitab membedakan ada doa yang didengar Tuhan, ada yang tidak. Doa bukan memaksa kehendak Tuhan untuk cocok dengan kehendakku, melainkan menaklukkan kehendakku di bawah kehendak Tuhan. Jika kita mengerti Doa Bapa Kami dan seluruh prinsipnya, maka di dalam doa yang paling penting bukan saya, tetapi Tuhan. Karena saya adalah umat Tuhan, maka saya datang kepada Dia, taat dan mengutarakan segala keinginan saya untuk sesuai dengan kehendak Dia.

“Carilah Kerajaan Allah, carilah kebenaran Allah, yang lain yang kauperlukan akan ditambahkan padamu.” Ini janji Tuhan. Berarti yang kauperlukan tidak berdoa pun tidak apa-apa, tetapi Kerajaan Allah dan kebenaran Allah harus kauminta dan tuntut. Ketika engkau mencari Kerajaan dan kebenaran, Tuhan akan memberikan kebutuhan dan kelimpahan. Ketika engkau mencari kelimpahan dan kebutuhan, Tuhan tidak tentu mengabulkan. Apa artinya kerajaan? Kerajaan termasuk wilayah, kedaulatan, pertahanan, dan ketaatan dari bawah ke atas. Dalam kerajaan, kehendak raja yang utama, kemauan rakyat tidak utama, ada wilayah kekuasaan, kedaulatan raja memerintah seluruh wilayah, dan rakyat taat pada dia. Demikian ketika engkau mencari Kerajaan Allah, berarti engkau mengakui kedaulatan Allah, minta perkenanan-Nya, mendapat pertahanan yang melindungi engkau dalam pimpinan Tuhan sendiri.

Mengapa kebenaran disejajarkan dengan kerajaan? Karena Allah yang menjadi Raja dalam Kerajaan-Nya, memerintah umat-Nya dengan kebenaran. Setan menjadi raja di kerajaan kegelapan, memerintah rakyatnya dengan prinsip dosa. Ada dua macam manusia yaitu pendosa dan orang benar. Semua manusia berdosa, tetapi sebagian sudah dibenarkan dan menjadi orang benar; yang belum dibenarkan tetap pendosa. Alkitab berkata, pendosa dibenarkan melalui iman. Maka saat kita berdoa di hadapan Tuhan, kita berdoa dengan status seorang pendosa atau dengan status orang benar? Jika dengan status berdosa lalu mau memengaruhi Tuhan, itu kurang ajar. Jika dengan status benar, mau memperkenan Allah, itu doa yang diperkenan Tuhan. Semua manusia tahu apa itu doa dan bisa berdoa, tetapi tidak semua tahu bagaimana doa yang benar dan yang mana yang diperkenan Allah.

Bila manusia mulai berdoa? Manusia mulai berdoa pada saat mengalami kepicikan, penyakit, kesulitan, kemiskinan, dan kecelakaan. Saat lancar dan sukses kita tidak mau berdoa dan tidak perlu Tuhan. Setelah kanker, celaka, atau bangkrut baru berdoa. Kita suka memperalat dan memakai Allah untuk mencapai tujuan kita menuju kemakmuran, kesuksesan dari dunia. Kelihatan berdoa tetapi motivasinya beda. Doa yang sesungguhnya kepada Tuhan dengan memakai segala yang diberikan-Nya untuk dikembalikan pada-Nya dan digunakan untuk memuliakan nama Tuhan. Ini doa yang benar.

Doa Bapa Kami diajarkan Yesus agar kita bisa berdoa beres. Doa Yesus adalah doa terbaik di seluruh dunia sepanjang sejarah, doa standar agar kita mengetahui bagaimana menjadi manusia di hadapan Allah yang tidak terbatas dan di tengah dunia yang terbatas. Kita harus berdoa secara benar di hadapan Tuhan sesuai dengan ajaran Yesus. Sampai hari ini, umur 74 tahun, saya tidak pernah meminta uang dan kesehatan kepada Tuhan. Doaku selalu memikirkan penginjilan, minta Tuhan bangkitkan manusia jadi hamba-Nya, memberikan kekuatan agar orang berani menginjili, memberi perlengkapan kuasa Roh Kudus agar mereka mempunyai kebijaksanaan dan kekuatan mempertobatkan orang lain. Saat engkau berdoa, engkau berbicara dengan Tuhan, “Tuhan, Engkau...” Allah tidak kelihatan dan yang tidak kelihatan itu tidak terbatas, kita datang berdoa pada Yang Tidak Terbatas. Itulah doa. Engkau yang kekal menjadi Objek saya berdoa.

Pada awal abad ke-20, seorang profesor Hebrew University di Tel Aviv, Martin Buber, menulis buku – kurang dari 100 halaman – yang menjadi sumber inspirasi besar bagi para theolog, seperti Barth, Brunner, dan lain-lain, dan filsuf, seperti Heidegger, Sartre, dan lain-lain. Di buku itu ia mengungkapkan orang yang belum mengenal Tuhan menjadikan Tuhan sebagai “Itu”. Saat ia lebih mengenal, “Itu” berubah menjadi “Dia”. Tapi di tingkat akhir, Tuhan bukan Itu, bukan Dia, tapi jadi Engkau (Thou). Inilah “I-Thou Relationship”. Engkau adalah Penciptaku. Engkau perlu bicara sama Tuhan, “Engkau Tuhan dan Juruselamatku.”

Meski dunia berubah, semua yang paling kusayang dan cinta bisa mati, yang ada hanya Engkau. Relasi ini menjadi relasi agama yang terpenting. Jika engkau ber-Tuhan dan tidak mempunyai relasi I and Thou dengan Dia, engkau masih di luar pintu. Jika engkau mempunyai Tuhan, menjalin relasi aku dengan Engkau, secara pribadi dan intim, engkau baru mengerti apa artinya menjadi anak Tuhan. “Aku milik-Mu, Engkau milikku.” Perjanjian Lama berkata, “Abraham menjadi sahabat Allah.” Di Perjanjian Baru, Yohanes 15, Yesus berkata, “Aku tidak menyebut engkau budak, tetapi sahabat.” Yesus menganggap semua murid-Nya sahabat. Yesus begitu rendah hati, rela menganggap kita sebagai kawan-Nya. I and Thou dibentuk dalam keadaan Kristus menjadi manusia, kawan kita seakrab dan setara dengan kita. Maka, kita bisa membicarakan kebutuhan dan kesulitan kita secara pribadi dengan Yesus. Engkau berdoa bukan untuk memperalat Dia, tetapi mengutarakan isi hati agar ada komunikasi antara Allah dan manusia di dalam diri Yesus. Semua agama tidak mungkin mencapai ini, kecuali kekristenan. Di Kristen, Yesus ialah Tuhan yang berinkarnasi, bukan di tempat yang paling tinggi di sorga, tetapi turun lahir di palungan, menjadi manusia yang berdaging dan berdarah, sama seperti kita dalam segala hal, dan mengerti segala isi hati kita.

Setelah Yesus mengajar Doa Bapa Kami, Ia menjadikan kita seperti saudara-Nya. Yesus berkata, “Yang ada Anak, mempunyai Bapa, yang tidak ada Anak, tidak mempunyai Bapa, yang melihat Anak, melihat Bapa, yang tidak melihat Anak, tidak melihat Bapa” (Yoh. 14:1-6). Yesus telah membawa kita mendekat kepada Allah, sehingga kita boleh menyebut Allah sebagai Bapa. Tidak ada agama yang menyebut Allah itu Bapa. “Bapa kami yang berada di sorga.” Roma 8:15 mengatakan, “Roh Anak diberikan kepada kita sehingga kita menyebut Allah ‘Abba, Bapa.’” Siapakah orang Kristen? Orang Kristen ialah orang yang menerima firman Tuhan, mendapat iman dan percaya pada Yesus, melalui pekerjaan Roh Kudus memperanakkannya, hidup Roh Kudus dan hidup Allah berada dalam diri kita, melalui Roh Anak, berani memanggil Allah sebagai Bapa. Betapa intim, dekat, mahal, dan terhormatnya kedudukan ini. Kita ialah anak-anak Allah; kita mempunyai kakak sulung, yaitu Yesus.

Yesus, Anak Allah tanpa dicipta, kita adalah anak-anak Allah dicipta awal dan dicipta ulang. Cipta awal sebagai manusia; dicipta ulang sebagai anak-anak Allah. Kita memanggil Allah sebagai Bapa, seperti Yesus memanggil Allah sebagai Bapa. Yesus memanggil Allah Bapa dalam relasi Tritunggal, Pribadi Kedua memanggil Pribadi Pertama. Pribadi Pertama tidak dicipta, Pribadi Kedua juga tidak dicipta, Pribadi Ketiga juga tidak dicipta. Allah Bapa memakai Pribadi Kedua untuk menciptakan segalanya. Selain Kristus dan Roh Kudus, segala sesuatu dicipta. Materi, hewan, tumbuhan, malaikat, dan semua hal baik rohaniah maupun jasmaniah, dicipta. Tetapi Kristus tidak dicipta. Hak istimewa diberikan pada kita, yaitu diberi hak menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12).

Yesus berkata, “Jika engkau berdoa, engkau harus berkata begini: Bapa kami yang ada di sorga.” Di kalimat pertama ini mengajarkan kita, bukan hanya hidup di bumi saja dan hanya bersandar pada segala makanan dunia ini saja, tetapi bersandar setiap kalimat yang keluar dari mulut Allah Bapa. Kami percaya, mempunyai seorang Bapa di sorga.

Ada konsep “Bapa” samar-samar dalam filsafat Gerika, Cleanthes, yang menulis syair, di tengah-tengah muncul kalimat, “Kami dilahirkan Allah.” Allah dalam kekekalanhanya memberi kelahiran pada satu Pribadi, yaitu Yesus yang dijadikan Anak kelahiran tunggal dari Allah Bapa. Lalu Ia akan membawa banyak anak masuk ke dalam kemuliaan. Berarti Ia menjadikan kita juga diperanakkan oleh Roh Kudus. Saat itu, Ia yang satu-satunya kelahiran Allah Bapa sendiri mengangkat kita semua yang dilahirkan oleh Roh Kudus.

Kita mempunyai status dilahirkan, setelah kita diperanakkan oleh Roh Kudus, kita dapat pembaruan dari Tuhan, berbeda dari Yesus. Anak Allah dilahirkan, Allah Roh Kudus keluar dari-Nya. Ini adalah tiga Pribadi menjadi Allah Tritunggal yang Mahaesa. Tetapi melalui Kristus yang mati bagi kita, mengirim Roh Kudus untuk memperanakkan kita, setelah itu Roh juga diberikan ke dalam hati kita, maka kita yang telah menerima Roh Anak, menyebut-Nya Bapa. Maka kita datang kepada-Nya dan berdoa kepada Dia, “Bapa kami yang berada di sorga.” Dengan kalimat inilah mulai terbuka apa yang harus kita doakan di hadapan Tuhan. Biarlah firman mengoreksi konsep, pengertian, dan kesadaran kita yang kurang jelas berdasarkan Alkitab, agar sesuai kehendak Tuhan.

Bacaan : Matius 6:9-13

DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13 :DIKUDUSKANLAH NAMA-MU (1)

Saya percaya, Doa Bapa Kami adalah doa terbaik yang pernah diucapkan di dalam sejarah manusia,karena langsung diajarkan oleh Tuhan kepada orang yang mau berdoa. Yesus ialahAllah yang menjadi manusia, mewakili seluruh umat manusia mengajarkan bagaimanakita berdoa kepada Bapa.

Kalimat pertama,“Bapa kami yang di dalam sorga,” mengindikasikan “kami” yang di bumi, mempunyai“Bapa” di sorga yang mengasihi kita lebih dari siapa pun di dunia. Karenaikatan hubungan ini, kami berani datang kepada-Nya, yangdisebut Bapa yang di sorga. Betapa intimnya, dekatnya, danbaiknya hubungan ini, karena kita dijadikan anak-Nya dan Ia menjadikan diri-NyaBapa kita.

Sebagaimanadijanjikan di Perjanjian Lama, Tuhan berkata, “Saya akan memanggil orang yangbukan anak-Ku menjadi anak-Ku. Saya akan menjadi Bapa bagi mereka yang bukananak-Ku,” sehingga kita diberikan Roh Anak dan hak istimewa boleh menyebut Bapadi sorga. Jika kita mengerti dan menghayati istilah ini, kita tidak akan merasatersendiri, karena kita mempunyai Bapa rohani, Pencipta, Pengasih, danPenyayang. Bapa penyelamat yang di sorga, yang mata-Nya melihat segala yangterjadi di dunia, dan hati-Nya tahu segala yang kita perlukan di dunia ini.Sesuatu yang kita perlukan di dalam jalinan hubungan relatif antara yangdicipta dan Pencipta, kini telah dibangun oleh Yesus. Kita memanggil Tuhansebagai Engkau, dan memanggil diri sebagai aku; sehingga ada hubunganantara aku dan Engkau; di mana Engkau yangkekal, misterius, supranatural, mencipta, tidak terbatas, adalah Bapaku yang disorga.

Setelah mempunyaihubungan dekat dan intim dengan-Nya, lalu doa pertama yang kita katakan kepadaDia yang berada di sorga, ialah: “Nama-Nya dikuduskan di seluruh dunia.” Anakyang tahu bagaimana menghormati Bapanya yang di sorga, berbakti kepada Dia yangtak kelihatan, memberi hormat yang sesungguhnya kepada Tuhan, dan mengharapkansemua orang juga menghormati Tuhan. Jika kita menghormati Tuhan, berbaktipada-Nya, juga mengharapkan semua orang untuk berbakti dan menghormati Tuhanyang kita hormati, maka doa pertama di hadapan Tuhan bukanlah meminta kekayaan,kesejahteraan, berkat materi, tetapi meminta nama Tuhan dipermuliakan diseluruh dunia.

Bapa kami yang disorga, dikuduskanlah nama-Mu, karena Engkau ialah Allah yang suci. Pengertianpertama tentang theologi, tentang sifat ilahi, ialah mengerti bahwa kesucianberasal dari Allah Bapa. Allah sejati ialah Allah yang suci, Allah yangdipermuliakan, yang merupakan sifat hakiki yang tak ada pada semua allah palsu.Dunia punya banyak agama, dewa, dan orang yang disembah yang bukan benar-benarAllah; mereka memperdewakan yang bukan dewa, memperilah yang bukan Allah,menyembah yang tak patut disembah, dan tidak pernah tahu Allah sejati ialahAllah yang bagaimana. Alkitab menegaskan sifat ilahi yang paling fundamental,ialah sifat kesucian Allah.

Allah yang suciialah Allah sejati, allah yang tidak suci ialah allah palsu. Allah palsu tidakpunya kekudusan, sedangkan Allah asli memiliki kekudusan pada diri-Nya sendiri.Allah sejati ialah Allah suprasejarah, suci di dalam segala hal, tidak berubah,kudus secara sifat diri-Nya sendiri. Allah asli ialah Allah yang melampauiwaktu, tempat, dan yang ada pada diri sendiri. Kekudusan yaitu sifat ilahi yangjadi keunikan Allah, yang tidak ada taranya. Semua kegiatan yang meniru danmemalsukan Allah, mungkin terjadi oleh bakat karunia dan segala kemampuanmanusia yang berasal dari Allah. Tetapi hanya satu hal yang tidak mungkindipalsukan, yaitu kesucian Allah. Maka Allah yang suci tidak mau berkompromi,dicampurkan, dan disejajarkan dengan ilah lain. Allah Bapa yang suci mengirimAllah Anak dan Allah Roh Kudus yang suci. Ketiga pribadi yang suci menerimasembah sujud serafim, di mana takhta-Nya dikelilingi oleh para malaikat yangterbang dengan enam sayap, dua menutupi muka, dua menutupi kaki, dan dua untukterbang. Mereka terbang di sekeliling takhta Tuhan, dan sahut-menyahut berkata,“Suci, suci, suci.” Ketiga pribadi dalam sifat ilahi yang esa dan suci. ItulahAllah kita.

Di dalam ajaran dewa dan ilah palsu adaperzinahan, kenajisan, dan dosa yang diperbuat. Dalam Perjanjian Lama, Allahberkata kepada Israel, “Basmilah tujuh suku yang berzinah di kuil mereka,karena mereka berzinah, berdosa, Aku akan menumpas dan menghapuskan nama merekadari muka bumi.” Allah tampak begitu kejam dan ganas untuk membunuh yang tidakberbakti pada-Nya, karena Tuhan mau membuang segala ketidaksucian yang sudahmelanda dan membahayakan umat manusia. Ketujuh suku yang harus dibasmi ialahmereka yang menyembah dewa palsu, dan melakukan pelacuran bakti di kuil. Allahyang suci di sorga membenci kenajisan dan zinah, maka ketika melihat keadaandemikian, Ia memerintahkan orang Israel, “Tumpas mereka, agar dunia tidakdikotori dosa seperti ini.” Hal sedemikian bukanlah menyatakan Allah kejam,melainkan merupakan ungkapan kasih Allah. Allah mencintai umat manusia,sehingga Ia tidak memperbolehkan perzinahan di tengah umat manusia.

Perzinahan dan kenajisan telah merugikanmasyarakat beribu tahun. Homoseks mengakibatkan AIDS, sehingga sekarang baik diIrian Jaya sampai Sumatra, semua orang yang menyebut diri beragama, yang tidakmenghargai dan menghormati kekudusan Tuhan, telah jatuh dalam dosa homoseksualdan lesbian, yang mengakibatkan AIDS melanda seluruh Indonesia. Kita tidakboleh bermain-main dengan Tuhan, karena Tuhan sejati ialah Tuhan yang suci.Tuhan berkata, “Karena Aku suci, maka engkau harus suci dalam segalaperbuatanmu.” Allah yang suci tidak mengizinkan dan bertoleransi terhadapkejahatan, amoralitas, dan perzinahan di dunia. Mari kita mengabdi kepada Tuhandengan rasa takut pada Tuhan. “Tuhan, biarlah Engkau dikuduskan oleh segalabangsa. Nama-Mu yang suci harus disucikan oleh kita semua.”

Kesucian Allah mewarnai semua sifat ilahilainnya, sehingga Allah yang kasih adanya, kasih-Nya ialah kasih yang suci.Allah ialah adil, benar, suci, kasih, murah, segala yang disebut sifat ilahididasari dengan kesucian. Tidak ada sesuatu dari Allah yang tidak suci. Allahmemberi anugerah, berkat, kebenaran, pengajaran, dan hajaran, semuanya itusuci. Manusia yang mengerti kesucian Tuhan mendapat berkat yang besar dan hidupdalam jalur yang benar. Tuhan memberkati orang yang menghargai dan menghormatikesucian ilahi. Cinta kasih Allah itu suci, maka jika kita bermain-main denganTuhan dan berdosa, Tuhan menghajar kita dengan hajaran suci, hingga hukumanberat mungkin diberikan pada kita.

Alkitab berkata, jika tidak suci, tidak adaseorang bisa melihat Tuhan. Jika kita hidup suci di hadapan Tuhan kita langsungmendapatkan cahaya muka-Nya yang menyinari ke dalam hati kita. Tuhan memberkatiorang yang rela dan sungguh-sungguh hidup dalam kesucian, karena Tuhan tidakakan membuang orang yang mengikuti segala pengajaran-Nya. Allah yang suci maumendidik kita, membentuk kita, dan membangun iman kita dengan kesucian untukmenyehatkan rohani kita. Hanya cinta kasih yang suci yang bisa membangunkarakter yang suci; cinta kasih yang najis dan berdosa tidak mungkin membangunseseorang dalam kebaikan. Kiranya engkau memiliki cinta kasih yang penuh dengankesucian agar engkau dapat membangun anakmu di dalam kerohanian yang beres.Semua orang di hadapan Tuhan harus mendengar firman Tuhan yang berkata,“Hendaklah engkau kudus, sebab Aku Allahmu ialah Allah yang kudus.” Paulusberkata, “Buanglah segala kenajisan, kenajisan tubuhmu dan batinmu, danserahkan dirimu pada Tuhan.”

Kesucian berarti perbedaan, pengasingan,konsentrasi, mempersembahkan diri kepada Tuhan, memisahkan diri dari kenajisandunia. Sebelum kita menjadi Kristen, kita mengikuti kenajisan nafsu duniawi.Tapi setelah bertobat, kita mengasingkan diri, memisahkan diri, dan berkatakepada Tuhan, “Sekarang aku bukan milik dunia dan kebinasaan, tetapi milik-MuTuhan. Aku asingkan diri, pisahkan diri, konsentrasikan diri kepada Engkau danmenjadi milik-Mu.” Yesus berkata dalam Yohanes 17, “Aku menguduskan diri-Kubagi mereka.” Ini teladan bagaimana Yesus hidup dalam kesucian agar orangKristen yang berada di dalam Kristus juga boleh mendapat kesucian dari Yesus.Untuk itulah Ia menjadi Tuhan, saudara kakak sulung, dan teladan kita.

Ibrani 2 mengatakan bahwa kita sudahmenerima panggilan kudus dari sorga. Orang yang menerima panggilan sorgawi,menerima panggilan suci agar berbagian dalam kesucian Tuhan. Jika Bapa kita disorga ialah Bapa yang suci, kita akan dijadikan orang suci milik Bapa, danorang-orang suci membangun persekutuan yang kudus. Gereja Tuhan yaitu gerejayang kudus dan am, gereja yang suci dari segala bangsa, suku, benua, negara,bahasa, dan segala sudut seluruh dunia, yang dipanggil oleh kesucian Tuhanmenjadi kelompok kaum kudus. Kaum kudus menjadi jemaat kudus, gereja yang kudusdan am. Kita menerima panggilan menjalankan tugas hidup dalam kesucian untukmemperkenan Tuhan.

Jika kita mengerti kesucian sebagai dasardan tuntutan ilahi, kiranya kita mengoreksi dan mengintrospeksi motivasi kitayang tidak suci. Tuhan mengetahui isi hati kita yang paling dalam. Hanya merekayang bersih dan suci hatinya diperkenan Tuhan. Orang Kristen yang mencintaikesucian, akan membenci kenajisan, ketamakan, ketidakberesan yang merusak citrarohani kita. Ingat, jangan bergaul dengan mereka yang najis, yang tidak takutkepada Tuhan, yang menertawakan atau mempermainkan Tuhan atau mengejek namaTuhan. Carilah mereka yang hidup suci, cinta Tuhan, hidup dalam kemurnian, danjiwa yang jujur, maka engkau akan mendapat berkat besar. Kesucian mengandungzat kekekalan, yang murni, tidak berubah, karena kemurnian mempunyai sifatkekekalan di dalamnya, sehingga yang murni bertahan, tidak pernah luntur.

Satu kali saya bertanya kepada Dr. AndrewGih, “Bagaimana bisa menjadi hamba Tuhan yang terus suci dan setia sampai matitidak berubah? Saya takut.” Ia tanya saya, “Kamu takut apa?” “Saya takut jikasudah tua berubah jadi hamba Tuhan yang tidak setia lagi.” Lalu ia melihatsaya, dengan muka serius berkata, “Jika kau adalah emas murni, kenapa takutapi?” Jawaban itu singkat sekali, tetapi langsung menyadarkan saya: Yang penting bukanbagaimana menjaga agar saya jangan jatuh, salah, dan berdosa, tetapi terusperiksa hatimu murni atau tidak. Yang penting bukan ada api atau tidak,aman atau tidak, tapi murni atau tidak. Biarlah kita berkata kepada diri,bagaimana saya mencapai kemurnian. Minta Tuhan ajar kita, agar kita boleh murnidan suci, sehingga bisa tahan uji, dibakar pun tetap emas. Kesucian diperolehmelalui latihan yang tidak habis-habisnya, kemurnian disaring berkali-kali.Alkitab berkata, “Firman-Mu suci adanya, seperti perak yang dibakar tujuh kali,menjadi perak murni dan bersih, demikian firman Tuhan bersih adanya.” Tuhanmenguji kita sampai tujuh kali, sudah bersih, Tuhan mau melihat muka-Nyamelalui kita. Ketika Tuhan melihat dan dari dalam diri kita terpancar kemuliaanTuhan, Ia berkata, “Engkau telah sempurna dan genap. Kini Aku dapat melihatrupa-Ku di dalam hidupmu.” Tuhan mau kita menyatakan kesucian-Nya melalui hidupkita yang bersih, motivasi bersih dan murni, karena dalam kemurnian mengandungsifat kekekalan. Dikuduskanlah nama-Mu. Maukah engkau menguduskan Tuhan?

Jika kita berharap seluruh dunia bisamenguduskan nama Tuhan, kita sendiri harus menguduskan Tuhan terlebih dahulu.Kebangunan rohani selalu mulai dari diri sendiri. Jika aku sudah mencintai,melayani, dan bekerja berat untuk Tuhan, baru aku boleh berharap orang lainmencintai, melayani, dan bekerja berat untuk Tuhan. Hal yang paling diperlukansekarang di seluruh dunia yaitu pemimpin yang mempunyai teladan. Baik politik,militer, pendidikan, masyarakat, dunia komersial, sekolah, gereja, agama, semuasama. Jika ada pemimpin yang menjadi teladan dan contoh yang baik, baru iaberhak menuntut orang lain seperti dia. Saya sebagai hamba Tuhan di gereja ini,saya harus bekerja lebih berat dari siapa pun di sini, agar saya dapat berkata,“Mari kita bekerja bagi Tuhan dan melayani Tuhan.” Jika saya sendiri tidak jadicontoh, hanya berkata dan memerintah orang lain bekerja bagi Tuhan, itu tidakbenar. Orang berumur 70 tahun lebih seperti saya, sudah saatnya pensiun, tetapisaya mau bekerja lebih berat dan menjadi teladan, agar dapat membawa merekayang saya pimpin belajar bagaimana melayani Tuhan.

Jangan kita egois, mementingkan dirisendiri, berpusat hidup pada kemauan dan rencana diri sendiri untuk keuntungandan profit diri sendiri, menunjukkan jari kita untuk memerintah orang lain.Alkitab berkata, “Biarlah engkau menjadi teladan dan contoh bagi orang lain.”Maka ketika engkau berdoa, “Dikuduskanlah nama-Mu, Allah Bapa yang berada disorga,” benarkah engkau ingin Allah Bapa dapat kehormatan di sorga melaluiorang yang lain? Jika engkau ingin Bapa dikuduskan oleh seluruh dunia,kuduskanlah Bapamu dalam hidupmu terlebih dulu.

Ketika kita menguduskan Bapa di sorga, oranglain akan mengikut kita, karena kita dijadikan terang dan garam dunia. Terangbersinar keluar, berinisiatif, aktif, mengorbankan diri dan memberkati oranglain. Orang yang hidup suci dan membiarkan Tuhan diperkuduskan ialah orang yangrela berkorban, mengurangi diri, dan menjadi teladan berkorban. Harus kitapisahkan kesucian dan keduniawian. Yang keduniawian, berahi, seks, dan emosiyang tak beres, harus dibuang, lalu kita mencintai Tuhan, ingin yang suci,ingin sifat ilahi yang dipancarkan melalui Yesus kepada kita, yang kita tirudan berbagian di dalamnya. Yesus sendiri berkata, “Aku datang untuk melayani, bukanuntuk dilayani, dan Aku datang menyerahkan nyawa-Ku menjadi tebusan bagi orangbanyak.” Yesus berkata, “Aku mengasingkan diri dan menguduskan diri bagimereka.” Maka Yesus memberikan kekudusan untuk memuliakan nama Allah di sorga.Kita menguduskan diri, akibatnya Allah dikuduskan.

Di dalam Alkitab, Yesus berkata, “Biarlahkelakuanmu yang baik dilihat semua orang, agar Bapamu di sorga dimuliakan olehorang kafir.” Orang non-Kristen mungkin mempermalukan nama Tuhan, ataumemuliakan nama Tuhan, tergantung bagaimana kita menjadi wakilrepresentatif dariTuhan. Jangan lupa kita dilihat dan ditonton dunia dan bagaimana kitamempertunjukkan diri kita akan memengaruhi bagaimana mereka menghadapi Tuhan.Jika kita mempermalukan Tuhan, orang sekitar akan mengejek kekristenan, Allah,gereja, dan Alkitab. Tetapi jika hidup kita memuliakan Tuhan, mereka berkata,“Betapa indahnya, mulianya, dan baiknya menjadi orang Kristen seperti ini. Akuingin juga menjadi Kristen.”

Jika orang Kristen menyatakan cinta sesamadari hati yang murni, tidak mungkin Tuhan membuang dia. Meski mungkin kitadianiaya, tetapi saat orang menganiaya engkau, ada orang lain yang melihatengkau dianiaya dan hati nuraninya berkata: “Inilah orang benar.” Kita hidup didunia yang berperang untuk kebenaran, bersaksi bagi Tuhan, dan bukan hidupuntuk diri sendiri. Muliakanlah dan kuduskan nama Tuhan dari hidupmu, baruengkau berhak berkata kepada Tuhan, “Saya berharap nama-Mu dikuduskan di bumiini, dimuliakan oleh orang non-Kristen.”

Musa ialah hamba Tuhan yang setia melayaniTuhan, dari umur 80-120 tahun dipanggil Tuhan, 40 tahun menjadi pemimpinIsrael, mengeluarkan mereka dari Mesir, dari perbudakan Firaun menjadi orangmerdeka. Tetapi setelah orang Israel keluar dari Mesir, mereka hidup tidak lebihenak dari saat berada di Mesir, karena di padang belantara makanan dan airtidak cukup. Mereka selalu bersungut-sungut. Saat mereka berada di Rafidim,rakyat bersungut-sungut, “Kita tidak ada air, haus, mau mati.” Lalu Musa datangpada Tuhan, “Tuhan, umat-Mu bersungut-sungut kekurangan air. Apa yang haruskuperbuat untuk menolong mereka?” Di situ ada batu karang, Tuhan perintahkanMusa memakai tongkatnya memukul dengan keras dan sumber air keluar dari batu.Israel mendapat air, semua tidak haus lagi, minum dengan cukup. Bertahun-tahunkemudian, terjadi lagi, mereka kekurangan air. Dan bersungut-sungut lagi, marahkepada Musa. Saat itu Musa tahu, Israel terus bersungut-sungut, ia ambiltongkat pukul bukit batu lagi, batu dipukul air keluar lagi, mereka bolehminum. Tapi kali ini Musa salah, karena pertama kali Tuhan yang memerintahkan,“Pukullah batu itu.” Tapi kali kedua Tuhan tidak suruh. Mengapa Tuhan tidaksuruh? Karena batu itu hanya boleh dipukul satu kali, tidak boleh dua kali.Karena batu karang itu melambangkan Yesus, hanya boleh mati satu kali saja.Musa terlalu sombong mengandalkan pengalamannya. Saat Musa pukul kedua kalinya,Tuhan marah kepadanya. “Mengapa kaupukul batu kedua kali padahal Aku tidakperintahkanmu? Aku tidak suruh engkau memukul batu.” Musa tidak bisa jawab.Maka Tuhan berkata, “Engkau tidak menguduskan nama-Ku di hadapan bani Israel,umat-Ku. Maka Aku menghukum engkau.”

Kita belajar “dikuduskanlah nama-Mu” dankita berharap semua menguduskan nama Tuhan, tetapi kita menjadi pemimpin tidakmenguduskan nama Tuhan. Tuhan akan menghukum kita sebagai pemimpin. Hukumanuntuk Musa berat luar biasa. Musa tidak boleh masuk Kanaan. Musa tidak beranimembantah Tuhan, hanya menerima hukuman Tuhan. Tuhan berkata, “Musa, Akumenghukum engkau jalan kaki naik ke Gunung Nebo. Kau akan mati di gunung, tidakakan turun lagi. Sampai di gunung, engkau bisa melihat tanah yang subur, indah,tanah perjanjian, penuh susu dan madu, tanah yang Kuberikan kepada Israel.”Sampai ia mati tidak ada kesempatan masuk Kanaan. Sampai 1.500 tahun kemudian,saat Yesus berada di gunung, Musa dan Elia muncul. Yesus menyatakankemuliaan-Nya di depan Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Saat itu Musa baru masukke Kanaan. Seribu lima ratus tahun ia mati, tidak boleh masuk tanah perjanjian.Tuhan itu suci adanya.

Mari kita mencintai dan menghormati Tuhan;dan setiap hari ingat menguduskan nama Tuhan. Setelah kita menguduskan namaTuhan, baru berdoa, “Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu.” Biarlahseluruh dunia menguduskan nama Tuhan, dimulai dari saya.

Bacaan : Matius 6 : 9-13

DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13 :DIKUDUSKANLAH NAMA-MU (2)

Judul yang diberikan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) untuk doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus ini kurang tepat. Judul “Doa Bapa Kami” memberi kesan seolah Bapa yang berdoa. Bapa tidak berdoa. Doa ini diajarkan Kristus kepada manusia bagaimana bisa berdoa kepada Allah dengan benar.

Ketika kita berdoa, kalimat pertama “Bapa kami yang di sorga” membedakannya dengan doa semua agama, karena di dalam kalimat ini kita memiliki hubungan yang begitu intim dengan Allah di sorga. Tidak ada agama yang memanggil Allahnya sebagai Bapa. Agama Islam mengenal seratus nama Allah, tetapi tidak ada “Bapa”. Di dalam Hindu, Buddha, Konfusianisme, Taoisme juga tidak ada kalimat “Bapa kami yang ada di sorga”. Di sini kita melihat orang Kristen diberi hak menjadi anak-anak Allah.

Dari sejak Perjanjian Lama Tuhan berkata, “Yang bukan anak-Ku dan umat-Ku, Aku panggil mereka sebagai anak-Ku dan umat-Ku. Dan Aku juga disebut mereka sebagai Bapa.” Yesus datang ke dunia dan mengajar, “Barang siapa yang mempunyai Anak, ia mempunyai Bapa. Barang siapa tidak mengenal Anak, tidak mengenal Bapa.” Kalimat seperti ini tidak pernah muncul dari pendiri agama mana pun. Di sini kita bisa menikmati, mempraktikkan hak istimewa, dan menyebut “Bapa di sorga”.

Doa pertama ini bukan minta uang, sejahtera, kesehatan, anak, atau kekayaan dunia. Ini pelajaran bagi kita, orang Kristen jangan sibuk berdoa untuk kebutuhan diri sendiri. Itu adalah doa kafir, doa agama yang tidak mengenal Tuhan. Jika engkau anak Tuhan, berkatalah: “Dikuduskanlah nama-Mu” karena Allah memang kudus, tidak menjadi kudus karena doa kita, berbeda dengan diri kita yang perlu dikuduskan setiap saat agar hidup tidak berdosa, tidak najis, dan menjadi suci. Allah memang sudah suci, kudus, dan tidak berdosa, maka Allah tidak perlu dikuduskan.

Tetapi “Engkau dikuduskan” yaitu agar orang bisa mengaku, menghormati, dan berbakti kepada Allah yang suci adanya. Telah dibahas bahwa konsep kesucian berbeda-beda, di Protestan diindikasikan dengan moralitas, di Katolik dengan tempat pengasingan, di agama lain sebagai sesuatu yang menakutkan dan tidak boleh sembarangan dekat. Di dalam faktanya, orang-orang yang dianggap orang suci kebanyakan hidup tidak suci. Istilah kesucian sudah dirancukan dengan berbagai pandangan, sehingga perlu kembali kepada Alkitab. Ketika Allah memberikan Taurat, di dalam Roma 7 Paulus mengatakan bahwa Taurat itu menyatakan kesucian, keadilan, dan kebajikan Allah. Ada perbedaan mutlak dan definitif antara pengertian kesucian di dalam Alkitab dan dalam agama-agama dan filsafat.

Pada tahun 1910-an, Rudolf Otto, seorang theolog Jerman, pergi ke Tibet, India, Kashmir, Tiongkok, dan beberapa daerah lainnya. Ia adalah orang kedua setelah Montesquieu yang berkeliling Asia untuk menyelidiki perbedaan hukum dan budaya. Setelah kembali, ia menulis buku The Idea of the Holy, hanya sekitar seratus halaman, tetapi berpengaruh lebih seratus tahun di seluruh dunia. Asia adalah satu-satunya benua yang menghasilkan agama besar yang bermoral dan abadi. Ini tidak pernah muncul di Eropa, Amerika, Amerika Latin, dan Afrika. Yudaisme, Kristen, Islam, Hinduisme, Buddhisme, Shintoisme, Konfusianisme, Zoroasterianisme, semuanya di Asia.

Kita perlu membicarakan kesimpulan Otto karena kita sedang berbicara tentang kekudusan. Otto berkata, “Mari kita telusuri dan simpulkan, apa yang dimengerti agama di Timur tentang kesucian.” Otto mendapat tiga kesimpulan, di mana yang disebut suci tidak tentu bersih dan bermoral baik. Tempat suci seperti Gunung Kawi, kelenteng Sam Po Kong, masjid, Mormon Tabernacle, Vatican, dan Lourdes bukanlah tempat-tempat yang sangat bersih. Otto berkata, “Ada tiga elemen sehingga suatu tempat atau jabatan disebut suci,” yaitu:

Sifat keagungan. Keagungan, di mana ketika orang melihatnya, ia baru sadar bahwa dirinya kecil. Kenapa Borobudur besar? Siapa yang perlu tinggal di dalam? Kenapa Vatican begitu tinggi? Allah yang mana yang tinggal di dalam? Tempat agama selalu dipandang lebih agung dari istana. Tempat yang paling dikagumi dan paling dihormati bukan istana, karena orang yang tinggal di istana banyak yang menjadi musuh rakyat, sehingga istana dibenci rakyat. Hanya keindahan dan keagungan arsitek yang diingat orang. Louvre, istana Napoleon, Hermitage, Winter Palace of St. Petersburg yang ditinggalkan Catherine the Great, semuanya sekarang menjadi museum. Museum terbesar dan terbaik di dunia adalah Louvre di Paris dan Hermitage di St. Petersburg. Jika kita ke Eropa, kita melihat istana itu lebar, sedangkan gereja tinggi. Orang Kristen ketika berbakti pada Tuhan, mata dan tangannya ke atas, sehingga kita memerlukan pengertian vertikal yang menyatakan jarak antara Allah dan manusia yang begitu jauh tak terbatas. Raja memikirkan dunia, sementara orang Kristen memikirkan sorga; raja sebisanya mendapat tanah sebanyak mungkin, orang Kristen mengharapkan sorga yang tidak terbatas. Rudolf berkata, “Keagungan adalah pengertian pertama tentang apa yang disebut agama, apa yang disebut kesucian.”

Kedahsyatan yang menakutkan. Ketakutan yang sudah melewati batas akan menimbulkan pemberontakan. Kita takut kepada raja, tetapi kalau raja itu terlalu jahat, akhirnya rakyat berontak. Tetapi kuasa selalu turun dari satu raja jahat ke raja yang lebih jahat, sehingga dunia tidak pernah memberikan sejahtera, sentosa, peristirahatan, dan keamanan kepada rakyat dari zaman ke zaman. Hal ini karena kerajaan dunia tidak bisa memuaskan kebutuhan manusia.

Sifat misterius. Semakin tidak dimengerti semakin suci. Apa perbedaan gereja dan masjid? Gereja berusaha menjelaskan firman Tuhan sampai pikiranmu mengerti logika firman, makin beriman, makin mengerti, dan makin percaya. Ini Kristen yang bertanggung jawab. Pemikiran Islam lebih membawa orang kepada pikiran dan hal yang bersifat misterius. Makin tidak mengerti, makin percaya. Ini perbedaan Islam dan Kristen Reformed. Paulus berkata, “Aku mengerti apa yang aku percaya.” Gereja Karismatik berbeda dari Reformed, karena Reformed mau engkau mengerti mengapa anugerah, firman, wahyu, dan karya Tuhan begitu besar, dan itu membuat engkau percaya kepada Tuhan dan mau mengerti lebih dalam lagi.

Orang Karismatik beriman tetapi bukan karena firman, melainkan karena keyakinan diri. Mereka menyatakan, “Tuhan, aku beriman, maka sembuhkan aku.” Jadi imannya memerintah Tuhan, memaksa Tuhan, dan mengatur Tuhan. Tuhan dijadikan pelayan manusia. Iman seperti ini tidak sesuai dengan firman. Iman sejati adalah iman yang datang dari pendengaran akan perkataan Kristus. Hampir semua agama mempunyai motivasi yang sama, yaitu pergi ke tempat ibadah untuk meminta berkat. Tetapi jika diperhatikan mereka bukan meminta karena ketaatan kepada Tuhan. Mereka minta kepada yang bukan Tuhan, tetapi suatu keyakinan diri akan keinginan diri sendiri. Ada agama yang sebenarnya tidak memiliki konsep Tuhan Allah yang jelas, yang berpribadi, dan yang bisa bertindak memenuhi keinginan kita. Agama-agama sibuk mencari berkat dan keuntungan, dan untuk motivasi itulah mereka menyembah dan beribadah dengan serius dan berapi-api. Tetapi jika diperhatikan, motivasinya adalah egoisme.

Di Korea, banyak gereja yang masih menggunakan pemikiran lama, yaitu Shamanisme. Mereka dulu berdoa untuk meminta kekayaan, keuntungan bisnis, kelancaran usaha, kesehatan, minta jodoh, minta anak, dan seterusnya. Sekarang pun berdoanya tetap sama, hanya memakai nama Tuhan Yesus. Janganlah kita menganggap semua orang yang sudah dibaptis pasti Kristen. Tuhan Yesus sendiri berkata, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan mereka yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga” (Mat. 7:21). Jika engkau adalah orang Kristen, kiranya Tuhan bekerja di dalam hatimu, dan engkau ingin nama-Nya dikuduskan di seluruh muka bumi. Dan untuk itu kiranya kita terlebih dahulu dikuduskan oleh Tuhan.

Tuhan berkata, “Kau harus suci dalam segala yang kaulakukan, karena Aku Allah yang memanggil engkau adalah Allah yang kudus.” Tiga konsep yang disimpulkan Otto, yang disebut suci dalam agama, belum tentu kekudusan seks, moral, dan kelakuan, tetapi perasaan keagungan, perasaan kedahsyatan, dan perasaan misterius. Kesucian seperti ini berbeda dengan kesucian Allah. Allah berkata, “Di dalam segala kelakuan, kau harus suci; suci secara raga dan jiwa.” Kesucian secara raga (badan) berarti engkau jangan berzinah, karena tubuh ini bersifat materi dan materi yang mempunyai fungsi seks itu untuk menurunkan keturunan, jangan dipermainkan. Tuhan telah memberikan kenikmatan indrawi terbesar berkaitan dengan tubuh manusia yaitu kenikmatan di dalam seks. Tidak ada bagian tubuh lain, yang memiliki sistem saraf yang lebih peka, lebih enak, lebih limpah dari saraf di sekitar alat kelamin. Tetapi jika kau permainkan seks di jalan yang tidak benar, engkau jadi menjijikkan. Selain itu, mulut kita harus juga suci. Jangan memasukkan narkoba, dan sejenisnya. Paulus berkata, “Engkau harus membersihkan, menyucikan dirimu dari kenajisan kedagingan.” Tuhan memberkati mereka yang murni hatinya.

Ketika berusia 26 tahun, saya membaca buku Søren A. Kierkegaard, yang mengungkapkan dengan dalam sekali tentang dosa yang tidak mematikan. Alkitab berkata ada dosa yang mematikan dan ada dosa yang tidak mematikan. Saya kagum, karena ada seorang filsuf yang mengerti dan membahas begitu dalam lebih dari seorang theolog. Ia juga menulis satu makalah tentang pure hearted man, one hearted man (orang yang murni hatinya, satu hatinya). Bagi Kierkegaard, kesucian berarti kemurnian, tidak menyimpang dari kemuliaan hati, yang hanya mau satu hal, yaitu memperkenan Tuhan. Saya pernah mengungkapkan tentang tiga hal yang membuat engkau pasti gagal, yaitu mengerjakan sesuatu demi: 1) uang, 2) diri sendiri, dan 3) menyenangkan orang lain. Kiranya Tuhan menguatkan kita, karena kita hanya mau menyenangkan Tuhan. Ia pasti memberkati mereka yang mau hidupnya memperkenan hati Tuhan. Ketika semua kerajaan dunia ini runtuh satu persatu, ada sekelompok orang yang berkata, “Datanglah Kerajaan-Mu.”

Kita hidup di dalam dunia yang banyak kesusahan, kesulitan, paksaan, dan tidak ideal. Itu sebabnya kita berharap Kerajaan Tuhan turun ke dunia. Kita menjadi tamu di dunia. Orang Kristen adalah musafir di dunia. Dunia ini bukan rumahku selamanya, sehingga aku mengharapkan Kerajaan Tuhan datang. Sebelum Kerajaan Tuhan datang, kita harus bersabar dan bersaksi. Selama kita menjadi tamu di dunia, kita harus membesarkan kebenaran Tuhan, mengabarkan firman Tuhan dan menginjili mereka yang belum mengenal Tuhan. Banyak orang hidup di dalam anugerah dan tidak menghargai anugerah. Kita punya kesempatan membagikan Injil dan bersaksi kepada mereka yang muslim, tetapi kita tidak pergunakan anugerah ini.

Allah berkata kepada Adam, “Adam, di manakah engkau?” karena Adam berdosa. Dan Allah bertanya kepada anak Adam, “Di mana saudaramu?” karena pribadi yang rusak, sehingga masyarakat dan pemerintah mulai rusak. Ketika hubungan manusia dengan Allah rusak, hubungan manusia dengan manusia lain juga rusak. Ketika manusia tidak mau diperintah Allah, manusia juga tidak bisa diperintah oleh orang lain. Itu sebab kerajaan di dunia mulai rusak di generasi kedua.

Ketika Kain ditanya, “Di manakah saudaramu?”, ia bukan saja tidak mengaku, tetapi malah membela diri dengan menyanggah, “Apakah aku penjaga adikku?” Setelah Habel dibunuh, Kain diusir oleh Tuhan dan mulai berkeliaran di dunia. Kain bukan mengaku, tetapi berdebat dengan Tuhan. Tuhan menyatakan bahwa Ia tahu Kain telah membunuh adiknya. Maka dalam Hukum Pertama sampai Keempat, kita harus memperbaiki hubungan kita dengan Allah. Setelah itu kita menjalankan Hukum Kelima hingga Kesepuluh. Orang-orang Injili di abad ke-19 terus menekankan pentingnya hubungan manusia dengan Allah. Yesaya 59 berkata, “Bukan Allah kita telinga-Nya terlalu berat untuk mendengar doa kita, atau tangan-Nya terlalu pendek untuk menolong kita, tetapi sesungguhnya karena dosa kitalah kita telah dipisahkan dari Allah, sehingga Allah tidak menolong kita.”

Pada tahun 1918, Rauschenbusch menulis buku berjudul “The Theology of the Social Gospel”. Ia berkata, dosa bukanlah keterpisahan dari Allah, tetapi keterpisahan dari manusia. Saya tidak setuju dengannya, tetapi ia telah menyatakan hal yang dilupakan manusia. Ketika engkau memisahkan diri dari lingkunganmu, saudaramu, teman-temanmu, dan kawan sepermainanmu, engkau akan tersendiri. Maka Alkitab mengajarkan, “Cintailah Allahmu dan cintailah sesamamu.” Dengan membereskan relasi vertikal dan horizontal ini, barulah kita bisa hidup dalam keadaan baik. Adam ditanya, “Di manakah engkau?” Hubungan pribadi dengan Allah sudah hancur. “Di manakah saudaramu, Kain?” Hubungan antara manusia dan manusia sudah hancur. Sejak itu dunia menjadi tidak beres, pemerintah tidak beres, tiap orang ingin menjadi pemimpin. Ini adalah egoisme ajaran setan yang merongrong dan merusak hidup kita.

Tuhan memanggil Israel menjadi umat-Nya dan Ia menjadi Tuhan dan rajanya. Sampai suatu hari, ada kalimat yang berkata, “Kami bosan Tuhan menjadi raja. Kami ingin ada raja seperti bangsa-bangsa yang lain.” Samuel sedih sekali, bagaimana anak-anak Tuhan mau belajar kepada bangsa-bangsa kafir. Tuhan tidak membasmi orang-orang yang tidak tahu diri ini. Tuhan begitu menghargai demokrasi. Ini pertama kali Alkitab mencatat manusia melalui suara rakyat meminta Tuhan mengizinkan mereka mengubah sistem politik. Tuhan berkata, “Samuel, kabulkan.” Tuhan kita adalah Tuhan demokrasi, tetapi demokrasi dengan peringatan bahwa punya raja bukan menyenangkan, karena raja akan membuat istana dengan uang rakyat, akan meminta pajak banyak, memperkuat militer, raja suka berperang yang membuat rakyat harus berperang.

Tuhan berkata, “Biarlah, suara rakyat didengar, tetapi beri tahu mereka bahwa mereka akan semakin susah.” Sesudah itu, mereka memilih Saul. Saul satu kepala lebih tinggi dari orang lain, ganteng, besar perawakannya, gagah. Setelah orang Israel memilih Saul, Tuhan mengirim Goliat yang tiga kepala lebih tinggi untuk memberi tahu mereka, “Engkau salah, engkau tidak benar.” Jangan kira meninggalkan Tuhan itu benar. Sebenarnya engkau berada dalam kecelakaan. Sesudah masa itu, Israel mulai mengalami kerajaan dunia yang sementara. Dan kini Yesus datang ke dunia dan mengajar, “Berdoalah seperti ini, Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu.”

Bacaan : Matius 6:9-13

DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13:DIKUDUSKANLAH NAMAMU (3)

Di hadapan Pilatus, Tuhan Yesus berkata, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini.” Ketika Yesus di dunia, orang Israel mengikuti Dia, tetapi hati mereka tidak mengerti isi hati Tuhan, karena mereka hanya memikirkan tentang politik dunia. Mereka rindu datangnya kerajaan Israel, yaitu kemuliaan yang pernah mereka miliki di masa lalu. Pada zaman Daud, banyak kerajaan yang memberikan upeti mahal kepada Daud dan taat kepada kuasanya. Di zaman Salomo, kerajaan Israel lebih besar lagi, merupakan kehormatan dan kemuliaan yang didambakan rakyat yang nasionalis. Setiap bangsa ingin memuliakan dan meninggikan bangsa-negaranya sendiri. Tetapi orang Kristen memuliakan Kerajaan Sorgawi.

Kerajaan Romawi, Yunani (Makedonia), Babilonia, Mesir, pernah jaya, tetapi kemudian runtuh. Tidak ada satu negara atau kerajaan yang tetap mulia selamanya. Alkitab mengatakan bahwa dunia ini bukan rumah kita. Kita mengharapkan rumah yang lebih indah, sehingga mata kita memandang pengharapan terhadap Kerajaan Allah. Sangatlah tepat perkataan Yesus ini, karena orang Kristen tahu di sorga ada Bapa dan kerajaan yang kekal, maka di dunia ini kita menjadi warga negara, yang seberapa kuatnya negara atau kerajaan itu, suatu hari pasti berlalu. Maka Tuhan Yesus mengajarkan, “Saat kalian berdoa, berdoalah: Bapa kami yang di sorga, dikuduskan nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu.”

Kita mengharapkan datangnya Kerajaan Sorga, karena kerajaan dunia tidak ada yang sempurna. Setiap negara memiliki kelemahan dan bersifat sementara. Raja terbesar dalam kerajaan dunia ini hanya orang berdosa yang dicipta. Ketika Allah mencipta manusia, Ia meletakkan peta dan teladan-Nya dalam diri kita. Namun, Allah mencipta kita terbatas. Maka orang Kristen menyadari manusia itu dicipta, terbatas, dan terpolusi oleh dosa. Maka, raja yang terbaik sekalipun tetap tidak akan bertahan lama.

Ketika orang Kristen mempunyai pengharapan akan negaranya, memilih presiden yang terbaik menurut hati kita, sering kali setelah beberapa tahun akan menimbulkan kekecewaan. Itu karena timbul keserakahan, kejahatan, egoisme, sehingga para pemilihnya mulai menyesal. Presiden yang dipilih dan orang yang memilih sama-sama tidak sempurna. Maka Yesus berkata, “Kalian harus berdoa kepada Bapa: Bapa, datanglah Kerajaan-Mu.” Kita mengharapkan datangnya Kerajaan Tuhan, karena hanya Kerajaan Tuhan yang kekal selama-lamanya. Kerajaan dunia ini akan menjadi Kerajaan Sorga, dan juga menjadi Kerajaan Sang Anak yang diurapi.

Sekarang kita hidup di dunia, dalam pemerintahan yang tidak sempurna, dalam kuasa yang tidak memuaskan, tetapi hati kita terus memikirkan kerajaan kekal, yaitu Tuhan yang menjadi Allah kita. Ketika kuasa kedaulatan Allah mengendalikan dan kehendak Tuhan menjadi prinsip yang menguasai dan mengelola semua umat-Nya, maka barulah damai sejahtera sejati bisa dinikmati. Arnold Toynbee, seorang sejarawan Inggris yang terkenal, mengatakan bahwa sepanjang sejarah manusia, sekitar 6.000-7.000 tahun ini, terbukti bahwa apa yang ditulis di dalam Roma 6:23, yaitu bahwa upah dosa adalah maut, terbukti. Dunia menuju kerusakan dan maut, rakyat, penguasa, presiden, maupun raja juga demikian. Toynbee berkata bahwa setiap dinasti berusaha menciptakan anti kemiskinan dan berusaha mencapai masyarakat adil dan makmur, tetapi faktanya belum ada zaman di mana hal itu tercapai. Ketika kita mengejar kemakmuran, kita tidak berdaya untuk membagi sama rata kemakmuran tersebut, maka idealisme kita menjadi sia-sia. Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Hal ini bukan hanya terjadi di negara miskin atau terbelakang, tetapi juga terjadi di negara adidaya seperti Amerika Serikat. 

Setelah komunisme merajalela lima puluh tahun lebih, perlahan mereka menjadi negara kapitalis dan masyarakat menjadi lemah. Ketika manusia mengadakan revolusi yang berupaya menciptakan masyarakat yang adil dan sama rata, menjatuhkan orang kaya, maka hasilnya adalah seluruh negara menjadi miskin. Jadi kesamarataan hanyalah kesamaan kemiskinan, tidak bisa mendapatkan kesamaan kemakmuran seperti yang diharapkan. Maka pemerintahan, negara, dan masyarakat di dunia ini selamanya mengecewakan. Kerajaan dunia bukanlah kerajaan kita, itu sebab Yesus berkata, “Ketika engkau berdoa, berdoalah: Bapa, datanglah Kerajaan-Mu.”

Hati orang Kristen ada di sorga, meskipun kita hidup di dunia ini. Orang non-Kristen ketika hidup di dunia ini, tidak mempunyai pengharapan kekal, pengertian ketidakterbatasan, komunikasi dan persekutuan pribadi dengan Tuhan, dan dengan sekuat tenaga berusaha mendapatkan dunia. Tetapi orang Kristen melihat dunia ini hanyalah sementara, sedangkan di sorga ada takhta sorgawi, dan di dunia ada kehendak kekal Tuhan yang kendalikan. Maka Ibrani 11:13-15 berkata, “Orang ini mati dengan iman, sebelum mati mereka merindukan ada rumah yang lebih indah, kekal, yang tidak rusak, di mana Tuhan sendiri sebagai rajanya.” Paulus berkata, “Pikirkanlah perkara yang di atas, jangan hanya pikirkan perkara yang di dunia saja.” Karena di dunia ini kita hanya musafir dan orang asing saja, kita tidak boleh menaruh hati kita di dunia ini.

Yesus berkata, “Saat kalian berdoa, demikianlah hendaknya kalian berdoa: datanglah Kerajaan-Mu.” Kita memerlukan kedatangan Kerajaan Tuhan karena manusia tidak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Orang berdosa dan bermasalah tidak dapat menyelamatkan masyarakat yang berdosa dan memimpin yang bermasalah keluar dari masalahnya. Dan yang dimaksudkan dengan “datangnya kerajaan Tuhan” adalah kedaulatan Allah dinyatakan. Suatu negara sah jika memiliki:

Pemimpin, yang berkuasa dan mengendalikan seluruh wilayah itu;

Rakyat, yang taat dan tunduk kepada kuasa pemerintah;

Hukum, yang menjadi prinsip di dalam menguasai, mengatur, dan mengelola rakyatnya; dan

Kekuatan militer, yang menjadi perlindungan bagi orang di dalam, dan pertahanan atas serangan musuh dari luar. Inilah suatu kerajaan atau negara.

Maka ketika kita berdoa: “Bapa, datanglah Kerajaan-Mu” kita bermaksud: Tuhan, biarlah Engkau menjadi Raja yang menguasai kami. Di negara kita memiliki presiden, tetapi di dalam hati orang Kristen ada Raja sorgawi, yaitu sang Penguasa di atas presiden, raja, dan semua penguasa dunia mana pun. Kita harus tunduk kepada pemerintah dan kerajaan dunia, tetapi kita juga harus tunduk kepada Allah, Raja di atas segala raja. Dengan demikian orang Kristen mempunyai dwi-kewarganegaraan. Kita adalah warga negara di dunia ini, dan juga warga Kerajaan Sorga. Kita harus menaati pemerintah, tetapi harus lebih lagi menaati Raja di atas segala raja, Tuan di atas segala tuan. Kiranya Tuhan menjadi Rajaku, menguasai hidupku, menuntun aku, karena aku adalah milik-Mu.

Kita berharap lebih banyak orang menjadi umat Tuhan, rakyat Kerajaan Allah. Kita memberitakan Injil karena kita ingin orang lain sama seperti kita mendapatkan manfaat Injil dan masuk ke dalam Kerajaan Tuhan. Tuhan sebagai Raja kita, dan kita juga berharap Tuhan menjadi Tuhannya mereka yang kita injili. Kita memberitakan Injil agar banyak orang percaya kepada Tuhan dan menjadi umat Tuhan.

Kekuasaan Tuhan menguasai dan mengendalikan seluruh umat dan terus menaungi kita. Setiap negara memiliki konstitusi, fungsi hukum, demikian juga Tuhan. Tuhan dengan hukum Taurat-Nya menguasai dan mengelola Kerajaan-Nya. Hukum ini melampaui semua hukum dan konstitusi yang ada di dunia. Konstitusi dunia bisa berubah-ubah, tetapi konstitusi Tuhan tidak perlu berubah selama-lamanya, karena Tuhan adalah diri-Nya kebenaran itu, keadilan itu, sehingga kekudusan-Nya, kebenaran-Nya, dan keadilan-Nya mengendalikan dan mengelola segalanya, sehingga tidak perlu diubah lagi. Kiranya hukum konstitusi-Nya dan keadilan-Nya dijalankan dalam kehidupan kita.

Inilah perbedaan Kerajaan Allah dan kerajaan setan. Allah mengelola dan menguasai Kerajaan-Nya dengan kebenaran dan keadilan, sementara setan dengan dosa. Maka biarlah umat Tuhan mempersembahkan tubuhnya sebagai organ kebenaran. Di dalam kerajaan setan, tubuh mereka menjadi alat berbuat dosa. Paulus di dalam Roma 6 berkata, “Biarlah seluruh organ tubuhmu menjadi organ kebenaran dan menjadi persembahan yang hidup bagi Tuhan.” Satu per satu organ tubuh kita dipersembahkan, karena Tuhan kita adil dan benar. Inilah yang berkenan kepada Tuhan (Rm. 12:1). Maka orang Kristen melihat, mendengar, memberitakan, melakukan firman Tuhan dengan mata, telinga, mulut, tangan, dan kakinya. Yang bukan Kristen semua mata, telinga, tangan, dan kaki mereka dipersembahkan dan dipakai oleh yang jahat dan tidak benar. Jika engkau sungguh berharap datangnya Kerajaan Sorga, engkau seharusnya jujur, rendah hati, dan mempersembahkan diri di hadapan Tuhan. Seharusnya, engkau melihat Dia sebagai Raja, taat kepada hukum-Nya, dan berjalan di jalan-Nya, maka Tuhan akan tuntun engkau.

Dalam Perjanjian Baru, Yohanes berkata, “Bertobatlah, karena Kerajaan Allah sudah dekat.” Dan ketika Yesus khotbah, kalimat pertama-Nya, “Bertobatlah, karena Kerajaan Sorga sudah dekat.” Dalam Perjanjian Lama, Israel lambang perwakilan Kerajaan Allah, tetapi Israel tidak mau Tuhan. Mereka mengundi dan menjadikan Saul sebagai raja mereka, dan Allah memberitahukan mereka, “Apakah kalian mau seperti orang kafir mempunyai raja yang menguasai mereka? Aku beri tahu kalian, kalian boleh mempunyai rajamu, tetapi rajamu akan membuat engkau susah.” Allah memakai Goliat mempermalukan Israel, lalu membangkitkan Daud untuk membunuh Goliat. Allah berkata kepada Saul, “Karena kau telah merendahkan, meremehkan, melepaskan, dan membuang Tuhan, maka Tuhan tidak mau engkau menjadi raja lagi.” Allah telah mempersiapkan bagi-Nya seorang yang berkenan pada-Nya, yaitu Daud. Daud disebut berkenan kepada Tuhan, karena Daud melambangkan Yesus.

Ketika Yesus datang ke dunia, Ia berkata, “Kalian harus bertobat, karena Kerajaan Sorga sudah dekat.” Dan Yesus juga berkata kepada para murid, “Kerajaan Tuhan sudah turun di atas dirimu.” Kerajaan Tuhan turun ke dalam hati setiap murid Tuhan, dan hatinya akan meninggikan Tuhan dan memikirkan Kerajaan Allah. Dalam pengajaran Yesus, Israel tahu Kerajaan Allah sudah akan datang. Apakah Kerajaan Sorgawi itu sudah datang? Jika sudah datang, kenapa masih harus berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu”? Itu berarti “Kerajaan-Mu” belum datang. Tetapi jika belum datang, mengapa Yesus berkata, “Kerajaan Sorga sudah datang dan ada di dalam hatimu”? 

Ini di dalam theologi dikatakan, sudah tetapi belum (already but not yet). Ini adalah proses. Dalam proses ini, Kerajaan Allah sudah datang dan dinyatakan di tengah kita, karena ketika Yesus ada di dalam dunia ini, dengan kuasa sorgawi Ia telah mengusir kuasa setan, menyatakan kuasa dan kedaulatan Allah. Ini berarti kuasa Tuhan sebagai raja sudah datang ke dunia. Ketika Yesus menyembuhkan penyakit dan mengusir setan, Ia menyatakan Kerajaan Allah telah turun ke dalam diri kita. Tetapi turunnya belum sempurna dan utuh, maka setelah Yesus naik ke sorga, umat-Nya tetap berdoa seperti ini: “Datanglah Kerajaan-Mu.” 

Suatu hari, saat Tuhan datang kembali, Kerajaan Sorga akan turun ke atas diri kita. Maka dari Alkitab kita melihat, di dalam Perjanjian Lama Allah mau menyatakan kuasa-Nya di tengah manusia, sehingga Allah memilih Israel keluar dari Mesir untuk menjadi umat-Nya, meninggikan Tuhan Yehovah, berbakti dan melayani Tuhan, karena Tuhanlah Raja. Tetapi ketika Israel tidak mau Tuhan, belajar kepada orang kafir, memilih raja sendiri, maka Allah memberi kebebasan dan demokrasi kepada manusia, mengizinkan Israel memiliki raja, tetapi Allah mempersiapkan raja yang akan datang, raja yang berkenan pada Tuhan.

Siapakah raja sejati di dalam Kerajaan Allah? Dia adalah Anak Tunggal Allah sendiri, yaitu Yesus. Mazmur 2 berkata, “Di atas Gunung Sion Aku telah mengangkat Anak-Ku sebagai raja.” Karena Anak ini berkata, “Allah berkata pada-Ku, Engkau ialah Anak-Ku. Hari ini Aku melahirkan Engkau, dan di atas Gunung Sion mengangkat Engkau sebagai raja, Engkau akan pakai tongkat besi untuk memerintah seluruh dunia, semua umat akan tunduk di bawah-Mu.” Yesus barulah Raja Sorgawi yang sejati. Yesus datang ke dunia ini dua kali; yang pertama Ia menyatakan cinta kasih Tuhan, menggenapkan keselamatan Tuhan, menyatakan Kerajaan Sorga kepada yang percaya, mengusir setan, dan menyembuhkan penyakit, membangunkan Gereja-Nya dalam dunia ini. 

Maka, Israel di dalam Perjanjian Lama melambangkan Kerajaan Sorgawi, dan pemberontakan Israel di Perjanjian Lama melambangkan kerajaan kedagingan bukan yang sejati. Ketika Yesus datang ke dunia, Kerajaan Sorga yang sejati akan datang. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya Ia menggenapkan kehendak Tuhan. Yesus sudah mati, dimakamkan, bangkit, naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa, berarti Ialah Sang Pemenang, yang diperkenan, dan Sang Penguasa. Setelah naik ke sorga, Ia akan datang kembali. Di antara Yesus naik ke sorga dan akan datang kembali, inilah zaman Gereja, maka Gereja telah melambangkan Kerajaan Allah.

Jika kita sudah mendapat Kerajaan Allah, kenapa masih berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu”? Suatu hari kelak Yesus akan datang sekali lagi ke dunia. Yesus pernah datang, lalu naik ke sorga, dan akan datang kembali. Ketika Ia datang, Ia akan memperlihatkan Kerajaan-Nya kepada kita. Ia akan menyatakan kuasa dan kekuatan Tuhan yang telah mengalahkan kegelapan, dosa, dan setan. Yesus adalah Raja Sorgawi, ketika Ia naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Sekarang ini Gereja di dunia merupakan lambang Kerajaan Sorga. Secara rohani kita melihat, Gereja melambangkan Kerajaan Allah. Gereja ialah umat pilihan Tuhan, pendosa yang dipisahkan dan dikuduskan Tuhan, yang menghormati dan meninggikan Tuhan dan memandang-Nya sebagai Allah kita. Di dalam Gereja, Allah ialah Tuhan dan Raja kita, konstitusi dan hukum Tuhan patut ditaati. Anak-anak Tuhan ialah orang yang rela dikuasai dan dikendalikan Tuhan dengan kebenaran-Nya, jemaat yang rohani meninggikan Tuhan, menganggap Tuhan sebagai raja kita. Kita berada di dalam Kerajaan Allah yang mulia, tetapi masih di dalam tubuh dan daging ini. Di dalam tubuh dan daging ini kita berkeluh kesah, menanti datangnya hari penyelamatan, maka tetap kita harus berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu.” 

Saat datangnya Kerajaan Allah, segala yang tidak baik di dunia akan berakhir. Hari ini engkau melihat begitu banyak hal yang tidak benar dan adil, maka kita berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu.”

Maka apakah Tuhan bisa tolong kita hingga kita bisa lihat pemerintah dunia terus berubah jadi baik? Kita boleh berdoa, karena kita mau datangnya Kerajaan Allah. Tuhan intervensi pemerintah di Indonesia 5 kali. 

1) Mengusir Belanda keluar dan Tuhan memberikan Soekarno kemenangan. Soekarno Islam, Belanda Kristen. Mengapa Kristen kalah, Islam menang? Karena Soekarno muslim yang memperjuangkan kemerdekaan itu benar, Belanda yang menjajah Indonesia itu salah. Allah bukan Tuhan yang berdiri di samping Kristen, Allah mengharapkan orang Kristen yang berdiri di samping-Nya. Allah tidak mau orang Kristen minta Allah membela Kristen, melainkan membela kebenaran. 2) Soeharto tidak mau ikut komunisme, melawan komunisme, dan beralih ke Amerika. Saya tidak mengatakan komunisme pasti tidak benar, atau Amerika pasti baik, tetapi dalam hal ini Allah mengizinkan Soeharto menang, sehingga komunisme kalah dan Indonesia tidak menganut komunisme, dan tidak menganut atheisme. 

3) Gus Dur menghentikan diskriminasi Tionghoa di Indonesia. Soeharto mendiskriminasi dan menindas Tionghoa di Indonesia, karena Tionghoa minoritas, tetapi sebenarnya merupakan suku ketiga terbesar setelah Jawa dan Sunda. Mengapa orang Batak boleh jadi jenderal, orang Jawa boleh jadi gubenur, tetapi Tionghoa tidak boleh? Ini diskriminasi. Tuhan tidak senang. 

4) Tuhan mengintervensi melalui reformasi, membangun hak asasi manusia sehingga militer tidak berkuasa terlalu besar, rakyat punya kuasa memilih presiden. Berarti Indonesia semakin baik. 

5) Allah intervensi melalui pemilihan presiden kali ini. Dengan Jokowi menang, yang ternyata anak biasa, muka pegawai, model kaum miskin, bisa menang, membuktikan Allah tidak membiarkan manusia sembarangan. Tetapi kita harus menyadari tidak ada pemerintah yang menjamin hari depan makin baik, karena dunia ini sementara dan rusak adanya, maka engkau harus berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu.”

Perubahan dunia ini dalam waktu 20 tahun belakangan begitu mengerikan. Apa yang akan terjadi antara Jepang dan Tiongkok, Korea dan Jepang, Amerika dan Rusia, tidak ada yang tahu. Dunia bukan milik kita dan tidak kekal, maka Kristen harus berdoa, “Bapa kami yang ada di sorga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu.” Dan jika engkau berdoa hal ini, engkau harus menguduskan dan memurnikan dirimu untuk menerima kedatangan Yesus kedua kalinya. 

Bacaan : Matius 6:9-13

DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13 :DATANGLAH KERAJAAN-MU

“Datanglah Kerajaan-Mu” berarti hidup di dunia ini, tetapi dengan iman menuju dunia lain, di mana janji dan kehendak Tuhan lebih tinggi daripada pemerintahan atau kerajaan di dunia ini. Tidak ada pemerintahan dunia yang memuaskan manusia dan bisa mencapai masyarakat adil dan makmur. Komunisme gagal. Indonesia harus mengalami lima kali intervensi Tuhan. Apakah peran kekristenan?

Jika orang Kristen hanya minta Tuhan untuk memberkati diri sendiri dan tidak pernah memikirkan bagaimana prinsip firman Tuhan memengaruhi masyarakat, bangsa, dan negara, maka hidup kita tidak cukup berarti di dunia ini. Gereja ini memiliki Pusat Pengkajian bagi Agama dan Masyarakat (Reformed Center for Religion and Society), karena kita ingin menyuarakan prinsip firman Tuhan dan memberikan terang kepada dunia politik dan masyarakat Indonesia. Dengan demikian negara ini boleh melihat kemuliaan Tuhan. Inilah mandat budaya (cultural mandate).

Mandat budaya adalah mandat di mana firman Tuhan harus memengaruhi pikiran, ideologi, politik, strategi, kebijakan, ekonomi, bisnis, dan pendidikan di dunia ini. Di mana manusia mau merajalela, biarlah Tuhan campur tangan dan mengarahkan. Kita telah membicarakan banyak hal yang mengecewakan di dunia, sehingga kita mengharapkan datangnya Kerajaan Allah. Kerajaan Allah adalah wilayah di mana Allah berdaulat mengerjakan apa saja menurut keinginan-Nya kepada umat yang taat kepada-Nya.

Di antara manusia yang dicipta Tuhan, ada kaum pilihan, yang disebut “umat Allah”. Gereja mewakili umat Tuhan yang menerima pemerintahan dari Tuhan sendiri, sehingga Gereja merupakan miniatur Kerajaan Allah. Ketika Yesus berkata, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini,” Yesus mau menyatakan Ia datang bukan untuk merebut kuasa politik atau kuasa untuk mengatur manusia, melainkan datang untuk menjadi pelayan, menjadi budak, yang melayani orang hingga menyerahkan nyawa-Nya di atas kayu salib.

Maka orang Kristen harus tahu bahwa selama masih hidup di dunia ini, kita dipanggil untuk memperluas Kerajaan Allah di dunia, mewujudkan kehendak Allah di dalam hidup kita, dan memuliakan Tuhan. Yesus satu-satunya contoh bagi kita. Ia tidak mempertahankan apa pun menjadi milik-Nya, tetapi menyerahkan segalanya dan mendirikan Kerajaan Allah. Yesus datang dan berkata, “Kerajaan Allah sudah hadir, ada di dalam hatimu.” Biarlah orang yang sungguh cinta Tuhan mau menjalankan kehendak Tuhan dan menyerahkan diri dipenuhi Roh Kudus, sehingga terdorong untuk menjadikan Kerajaan Allah di dunia. Jika kita mempunyai tujuan ini, hidup kita pasti berbeda dengan orang non-Kristen.

Ada lima hal dalam Kerajaan Allah yang perlu diperhatikan: 

1. Siapa Rajanya? Allah sendiri menjadi Raja dalam Kerajaan-Nya. Jika orang berkata, “Aku hidup dalam Kerajaan Allah,” tetapi ia tidak memperilah Allah, merajakan Raja di atas segala raja, tidak berbakti pada Tuhan dengan sungguh dan takut akan Dia, itu sebuah kebohongan. 

2. Siapa rakyatnya? Rakyatnya yaitu orang pilihan, yang digerakkan Roh Kudus, menyerahkan diri dan menerima Kristus sebagai Juruselamat dan dilahirkan baru oleh Roh Kudus. 

3. Apa inti kebenaran dalam kerajaan ini? Dalam kerajaan ini Alkitablah yang merupakan kebenaran dan menjadi konstitusi dari seluruh intisari pemerintahan kerajaan ini. Dengan Alkitab menjadi intisari Kerajaan Allah dan kebenaran yang menjadi pedoman kita, Tuhan mengontrol gereja dan semua orang percaya menurut perintah Alkitab. 

4. Bagaimana prinsip pemerintahannya? Di dalam kerajaan pasti ada prinsip pemerintahan yang disarikan dari kebenaran yang dipercaya. Maka dalam kekristenan, kita patuh dikontrol oleh Tuhan, karena Tuhan memakai prinsip Kerajaan-Nya untuk memerintah dan mengontrol kita. Prinsip pengontrolan dan prinsip pemerintahan Tuhan adalah kebenaran (Inggris: righteousness;Yunani: dikaiosunÄ“). Dunia penuh dosa, gereja penuh dengan keadilan-kebenaran Allah. Dalam kerajaan setan, setan memakai dosa untuk mengontrol dan menguasai miliknya. Di gereja, Tuhan memakai keadilan-kebenaran, untuk menguasai dan memerintah milik-Nya. Maka mari kita serahkan mata, telinga, tangan, kaki, dan seluruh tubuh kita menjadi alat kebenaran. Seperti yang dikatakan Paulus di Roma 6, “Serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.” 

5. Siapa yang melaksanakan semua prinsip pemerintahan? Roh Kudus yang memimpin kita melalui Kristus untuk takluk pada Allah, menyinari kita untuk mengerti Alkitab, untuk taat kepada Tuhan. Roh Kudus memimpin hidup kita untuk takluk kepada kedaulatan Tuhan. Maka kita menjadi Kerajaan Allah yang diwujudkan dalam miniatur yaitu gereja.

Gereja adalah simbol, wakil, dan miniatur Kerajaan Allah. Saat manusia tidak lagi mengingat Tuhan, pada saat negara mempermalukan Kerajaan Allah – bahkan negara Kristen pun bisa menghasilkan pemimpin yang dipakai setan – gereja harus menyatakan Kerajaan Allah. Mengapa Jerman bisa menghasilkan Hitler, mengapa Rusia menghasilkan Lenin dan Stalin, bukankah negara-negara ini dipengaruhi kekristenan? Ketika orang Kristen tidak ingat, tidak patuh dan menghormati Alkitab, gereja menjadi pudar, kekristenan menjadi suam, iman luntur, dan ideologi dunia yang melawan Alkitab mulai masuk ke dalam gereja. Gereja tidak lagi menjadi teladan, contoh, dan daerah Kristen menjadi kerajaan yang di dalamnya setan bertakhta.

Masyarakat Kristen mungkin menghasilkan orang yang melawan Tuhan, sebaliknya mungkin sebagian orang non-Kristen mendapat anugerah umum dan hidup mengikuti hati nurani mereka. Maka dunia sulit melihat perbedaan antara gereja dan yang bukan gereja. Di Indonesia, ada gereja bertikai sampai mau membacok kepala pendeta, suatu keadaan yang memalukan Tuhan dan ditertawakan oleh orang dari agama lain. Jangan sombong karena engkau anak Abraham. Tuhan berkata, “Jangan berkata dalam hatimu: Kami keturunan Abraham! Tuhan mampu membangkitkan anak-anak Abraham dari batu dan mengusir kamu yang mengaku anak Abraham keluar dari Kerajaan-Nya.”

Dalam dunia yang penuh dosa ini, kita melihat sejak Kain membunuh Habel, tidak ada pemerintah yang beres. Di dalam ide, kita tahu bagaimana pemerintah yang baik, ikatlah raja dengan konstitusi, biar kita memimpin rakyat untuk mempunyai pengertian, dan pernyataan hak asasi manusia diwujudkan. Tetapi manusia yang hatinya jahat selalu mencari sela di tengah hukum untuk melawan hukum, lalu boleh tidak usah dihukum. “Datanglah Kerajaan-Mu” biarlah menjadi suara hati kita dan menjadi pemerintahan yang sungguh.

Jika engkau sudah diperanakkan, seharusnya engkau memiliki Tuhan di hatimu. Bukan lagi uang, kuasa, manfaat, keuntungan, yang menguasai manusia, tetapi Tuhan yang menjadi Tuan di hatimu, yang memimpin, menguasai, dan mengarahkan seluruh hidupmu. Bagaimana sikap kita terhadap Tuhan dan bagaimana tekad kita melaksanakan kehendak Tuhan akan memengaruhi bagaimana orang lain bersikap kepada Tuhan dan melaksanakan kehendak Tuhan. Orang non-Kristen tidak pernah melihat Allah, yang mereka lihat adalah orang Kristen. “Biarlah kelakuanmu yang baik dilihat dunia, agar nama Bapamu di sorga dipermuliakan,” demikian kata Yesus dalam Matius 5, setelah Ia berkata, “Kamu adalah terang dunia, kamu adalah garam dunia.” “Kamu terang dunia, kamu garam dunia,” disambung dengan, “Kota yang dibangun di gunung tidak bisa disembunyikan,” ingin menunjukkan bahwa Gereja disorot, diperhatikan, dinilai, diawasi mata semua orang non-Kristen. Mari kita berkata, “Tuhan, biarlah segala pekerjaanku, perkataanku, pikiranku, perbuatanku, menyatakan kemuliaan-Mu. Di dalamnya ada keadilan-kebenaran (dikaiosunÄ“) Allah dan menyatakan kebesaran Tuhan melalui saya.” Kiranya setiap orang Kristen berdoa dan mengabdi seperti ini.

Yesus berkata, “Kerajaan Allah sudah ada di dalam hatimu.” Yang sudah datang adalah Gereja, yang belum datang adalah perwujudan Kristus kembali menjadi Raja seluruh dunia; di mana saat itu Ia akan memakai tongkat besi untuk menguasai segala bangsa dan semua harus takluk kepada Kristus. Sebelum hari itu tiba, biarlah gereja dan orang Kristen sadar dan waspada bahwa kita mewakili Kristus dan menjadi teladan di dunia.

Tidak ada kerajaan dan pemerintah yang beres dan sempurna di dunia. Semua kerajaan dunia harus hancur. Inilah janji di Kitab Wahyu. Pada suatu hari kerajaan dunia akan berubah menjadi Kerajaan Allah. Sudah berulang kali saya berkata, bahwa saya sangat pesimis dan negatif melihat kebudayaan, pemerintahan, dan segala yang berkembang di dunia, karena mengecewakan. Namun demikian kita hanyalah tamu di dunia ini, hanyalah musafir yang menuju ke Kerajaan Allah yang kekal. Apa yang harus kita lakukan? 

Dunia ini tidak memiliki pengharapan, sehingga kita harus pesimis terhadap dunia ini; tetapi sebaliknya, kita harus sangat positif mengerjakan pekerjaan Tuhan di dunia yang pesimis. Dengan optimis kita percaya Tuhan akan memberkati kita, sehingga dengan banting tulang kita melayani Tuhan di dunia yang mengecewakan. Inilah sikap yang benar dari Kristen. Kita berjuang mengubah dunia dengan semangat agar dunia lebih baik menurut kehendak Tuhan. Itulah tugas kita. Kita semua tidak layak, tidak mampu, dan kurang kualitas untuk dipakai Tuhan secara penuh mengubah dunia. Tetapi kita semua berusaha sebaik mungkin untuk mengubah dunia ini. Ketika para reformator berusaha mengubah dunia menjadi lebih baik, negara-negara yang pernah mengalami siraman berkat pembaptisan dari Reformasi akhirnya menjadi sekuler. Belanda kini 50% orang tidak percaya Tuhan, 40% suam-suam, hanya 10% yang kadang ke gereja dan di antara 10% itu kebanyakan orang tua. Demikian pula Jerman, dan lain-lain. Kita berdoa, “Allah, bangkitkan gereja-Mu,” tetapi jika kita tidak menginjili, gereja akan bunuh diri. Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) ini begitu diberkati Tuhan karena mementingkan penginjilan. Gereja yang mengadakan penginjilan tidak mungkin tidak dibangunkan. 

Sekarang banyak kebangunan palsu yang terjadi di gereja-gereja Karismatik, karena bukan Injil yang dikabarkan. Banyak Kebaktian Kebangunan Rohani di mana orang yang datang diberi uang dan ada koordinator-koordinator yang dibayar untuk mendatangkan orang dalam jumlah banyak. Motivasi orang datang ke sebuah kebaktian sudah dirusak dan diracuni, bagaimana mereka bisa datang mencari firman dan berkat Tuhan yang sejati? GRII berusaha membuat revolusi dan membawa manusia yang hatinya mencintai Tuhan untuk datang mendengarkan Injil. Kita masih berada di dunia karena Tuhan mau kita menginjili.

Tuhan berkata di ayat terakhir Kitab Yunus, “Kau mencintai pohon yang tidak kautanam ini? Ketika pohon ini Kuambil, engkau marah. Engkau menyayangi pohon ini, tetapi Aku menyayangi 120 ribu anak kecil yang ada di Niniwe yang tidak bisa membedakan tangan kanan dan kiri. Engkau hanya pikirkan keuntunganmu, tidak memikirkan anak-anak yang perlu diinjili.” Seratus lima puluh tahun kemudian, Nahum berkata, “Tumpaslah Niniwe.” Niniwe bertobat di zaman Nabi Yunus, tetapi ditumpas di zaman Nabi Nahum. Karena di dalam 150 tahun penginjilan tidak terus dijalankan, akhirnya Niniwe dihancurkan. Babilonia, Mesir, Mesopotamia, Asyur, dan Romawi semua hancur, tetapi Gereja terus ada. Ketika Gereja tertidur dan tidak giat memberitakan Injil kepada anak-anak, anak-anak tidak lagi memiliki hati yang takut akan Tuhan. Demikian pula kekuatan pelayanan mahasiswa yang membawa Injil yang sejati kini semakin lemah. Perlu ada pendeta-pendeta, mahasiswa, yang berteriak seperti Elia di Gunung Karmel, seperti Yunus di Niniwe, seperti Paulus di Efesus, seperti Yohanes Pembaptis di padang belantara, dan seperti Yesus. Biarlah setiap generasi melihat bahwa Allah itu hidup, Ia berbicara kepadaku dan generasi demi generasi kembali kepada Tuhan, masuk ke dalam Kerajaan-Nya, menaati firman dan perintah-Nya, hidup dalam kesucian dan memuliakan nama-Nya. 

Bagian ini kita tutup dengan melihat kecelakaan dari dua negara besar di dunia, yaitu: Amerika dan Rusia. Pada abad ke-20, ada dua negara adikuasa yaitu Amerika dan Rusia. Pada abad ke-19, di zaman Ratu Victoria, Inggris merajalela dan sebagian besar tempat dikuasai Inggris, dari Kanada, Australia, Selandia Baru, Palestina, Perancis sampai Afrika. Tetapi pada abad ke-20, kekuatan Inggris mulai pudar, Amerika mulai naik. Amerika dulu ditekan Inggris karena mereka melawan penjajahan Inggris. Washington berusaha menjadikan Amerika sebagai negara merdeka. George Washington dikenal sebagai bapa dan pendiri negara Amerika Serikat. Tapi terjadi satu hal yang menakutkan, di mana menurut pengakuannya, satu malam George Washington mendapat wahyu dari Tuhan, “Negara yang kaudirikan akan jadi negara paling besar, berkuasa, dan kuat dalam sejarah manusia.” Ia senang sekali. Mendadak kalimat berubah, “Suatu hari negaramu akan hilang mendadak dalam sejarah dunia.” 

Tentu orang Reformed tidak percaya hal seperti ini. Ia bangun dan menuliskan kalimat yang Tuhan wahyukan kepadanya, menyimpan, dan memberitahukan kepada beberapa orang terpenting. Saya tidak mengerti kenapa negara ini akan jadi besar dan suatu kali akan hilang. Ini membuktikan, bahwa tidak ada rezim dan pemerintah yang bisa merajalela terus dalam sejarah. Tidak ada kerajaan yang kekal di dunia. Seperti dikatakan Plato, di dunia sementara, relatif, dan berguncang, tidak mungkin kita mendapat yang kekal, mutlak, dan yang tidak berguncang. Ibrani berkata, “Kita telah mendapatkan kerajaan yang tidak terguncangkan itu.” Maka kita harus dengan segala perasaan takut, dan dalam kesucian mengabdi pada Tuhan di sorga. 

Saya membaca ucapan Washington ketika berusia 23 tahun di catatan kaki buku Prof. Chang Lit-sen dari Gordon-Conwell Seminary. Dan 51 tahun kemudian, lima tahun terakhir ini saya melihat Amerika merosot. Ketika Amerika sedang berusaha menghentikan ancaman perkembangan Tiongkok, mendadak Twin Tower di New York dibom Al-Qaeda. Dalam beberapa minggu, Amerika rugi puluhan miliar dolar. Maka Amerika berputar konsentrasi menghantam Irak dan Saddam Hussein, tidak lagi menggubris Tiongkok. Akibatnya, dalam 13 tahun, Tiongkok menjadi adikuasa ekonomi, tidak bisa dibendung lagi. Selama 15 tahun ini, Amerika merosot, ekonominya terus turun, dan sekarang berhutang pada Tiongkok triliunan dolar. Negara kaya itu kini jatuh miskin dengan hutang yang sangat besar.

Contoh kedua, Rusia, sebuah negara agrikultural yang berpusat di Kremlin dengan Tsar menjadi kaisar yang menguasai hidup mati Rusia. Gereja Russian Orthodox didirikan sekitar 1.013 tahun lalu, ketika misionari masuk ke Kiev. Pada saat 1.000 tahun Injil masuk ke Rusia, saya ada di Kiev. Mereka menjadi orang Kristen yang percaya Tuhan, tetapi imannya takhayul dan theologinya kacau. Saat itu, wahyu takhayulnya banyak sekali. Kaisar terakhir, yaitu Tsar Nicholas II mempunyai imam yang sebenarnya adalah dukun, namanya Rasputin. Ia berada di Kremlin menguasai politik dan agama, sehingga tidak ada yang berani menyentuh dia. Rasputin akhirnya ditembak 17 kali dan belum jatuh, ia berjalan terus, karena ada kuasa setan dalam dirinya; tetapi ia dianggap sebagai wakil Tuhan di kekaisaran. 

Tahun 1917, Lenin menggulingkan Tsar, membangun negara komunis pertama di bumi. Banyak yang dibantai, darah berceceran di Lapangan Merah dan St. Petersburg. Tujuh tahun kemudian, pada tahun 1924 Lenin meninggal. Sehari sebelum meninggal, ia memanggil para comrades-nya dan berkata, “Demi menguatkan Partai Komunis, saya harus membunuh semua lawan. Saya kira ini sudah beres, tetapi di luar dugaan saya kebencian sudah menjadi akar racun yang menjalar di Partai Komunis Rusia. Sampai hari ini akar kebencian makin meluas dan tak ada yang bisa mengendalikannya. Saya melihat hari depan Rusia gelap, tidak ada harapan untuk berubah menjadi baik, kecuali Rusia menghasilkan 50 orang suci yang beribadah kepada Tuhan lagi.” Inilah ucapan terakhir pemimpin komunis pertama dunia sebelum meninggal. Mereka merasa aneh, tidak mengerti apa yang Lenin maksudkan. Hari itu diperintahkan, demi untuk mengingat bagaimana keadaan sang pemimpin ketika meninggal, agar mejanya, kursinya, bukunya, penanya, tintanya terletak di mana, harus tetap di situ, tidak boleh diubah tempatnya; dan Alkitablah buku terakhir yang dibaca Lenin.

Mengapa kita berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu”? Karena kita tahu, kerajaan dunia ini tidak beres. Kita tahu tidak seorang pun dapat menyelesaikan masalah manusia dengan kebijaksanaan manusia yang berada di dalam dosa ini. Namun sebagai orang Kristen, kita harus menyucikan hidup kita dan memuliakan Allah agar dapat menjadi saksi-Nya di dunia ini. Melihat dunia yang pesimis, janganlah kita ikut pesimis, melainkan menjadi positif, tetap optimis melakukan kehendak Tuhan di tengah keadaan yang terlihat tidak mungkin. Mari kita menjadi orang Kristen yang memuliakan Tuhan di dalam dunia yang kacau ini. 

Bacaan : Matius 6:9-13.

DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13 :JADILAH KEHENDAK-MU (1)

Ketika kita mengharapkan datangnya Kerajaan Allah, kita harus menyadari bahwa kita masih memiliki tugas yang sangat berat, yaitu kita harus bersaksi bagi Kristus. Kita hidup di dunia ini mewakili Kristus, memasyhurkan dan memuliakan nama Tuhan. Maka kita harus bertahan, bersabar, konsisten, tekun mengikuti dan mencari kehendak Tuhan. Di sini Yesus menyambung Doa Bapa Kami dengan kalimat “Jadilah kehendak-Mu.”

Kerajaan dunia tidak memiliki sasaran, tujuan, dan rencana kekekalan. Seperti telah dikatakan, Toynbee menegaskan “Enam ribu tahun sejarah manusia, hanya membuktikan satu kalimat Alkitab “Upah dosa adalah maut.” Kita perlu berdoa, “Biarlah Kerajaan-Mu tiba” karena manusia belum pernah mencapai negara atau masyarakat yang adil dan makmur. Orang Kristen hidup di dunia untuk menjalankan kehendak sorgawi. Hidup di dunia tetapi hatinya di sorga. Janganlah kita menjadi orang Kristen yang hidup di dunia, hatinya juga di dunia. Jika hatimu, seperti tubuhmu, ada di dunia, tidak heran engkau akan berzinah, korupsi, tamak, menipu, dan tidak jujur seperti orang-orang non-Kristen. Tetapi orang Kristen yang cinta Tuhan, tubuhnya di bumi, hatinya di sorga. Kita berkata, “Bapa di sorga, biarlah semua orang menguduskan nama-Mu, dan aku sendiri menguduskan nama-Mu. Kehendak-Mu terjadi di sorga dan dalam diriku sendiri. Kerajaan-Mu datang ke dunia, akan aku sambut kedatangan-Mu di dunia.” Dengan demikian kita memiliki ide yang tinggi ketika menghadapi fakta dunia yang rusak ini.

Saya selalu berkata kepada dunia bahwa saya sangat pesimis dengan dunia ini dan pada hari depan manusia duniawi, tetapi saya sangat positif dan optimis untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan, sekuat tenaga membanting tulang untuk mentransformasi, mengubah, dan membawa manusia mengenal Tuhan. Ini adalah suatu kehidupan yang bersifat paradoks dan terlihat kontradiksi. Hidup sulit, sambil pesimis juga optimis; sambil negatif juga positif; sambil kecewa juga berpengharapan. Inilah paradoks pelayanan yang setia pada Tuhan. Kuatkanlah dirimu, perbuatlah dengan sekuat tenagamu. Yesus berkata, “Kehendak-Mu jadilah, di bumi seperti di sorga.”

Merindukan kehendak Tuhan berarti Tuhan memiliki rencana di dunia ini yang perlu kita tahu. Seluruh alam semesta memiliki tujuan. Allah menciptakan segala sesuatu dengan maksud dan kehendak-Nya. Hanya orang komunis, atheis, dan orang bodoh yang berkata bahwa hidup ini tanpa tujuan. Manusia berbeda dari binatang, karena binatang tidak tahu tujuan hidupnya. Sapi ketika dipotong dia menangis, babi ketika dipotong dia lari-lari, sehingga orang Tionghoa memiliki perkataan, “Sapi tahu mati, tidak tahu lari; babi tahu lari, tidak tahu mati.” Tetapi keduanya tidak tahu apa arti hidupnya. Jika engkau adalah manusia, engkau tetap merasa hidup tidak ada artinya, tidak punya tujuan, dan tidak punya makna, maka engkau tidak berbeda dari sapi dan babi. Sebenarnya manusia bukan tidak punya arah, tetapi arahnya hanyalah uang. Ada orang yang hanya tahu uang, selain itu dia tidak tahu apa-apa. Kita bekerja keras, membanting tulang, bukan tanpa arti dan tanpa tujuan. Tujuan dan makna ini bukan menurut kemauan diri sendiri. Ada orang yang mencari seks, mencari uang, mencari pangkat, nama besar, atau kekuasaan. Semuanya ini adalah ambisi liar yang tidak berarti. Jika engkau tidak tahu tujuan Tuhan menciptakan manusia dan alam semesta, maka engkau akan membuang hidupmu dengan sia-sia dan membuang waktu yang Tuhan berikan, dan akhirnya mati dalam kekecewaan yang tidak ada artinya.

Di dalam pandangan Allah, bumi adalah fokus dari seluruh alam semesta ini. Sekalipun bumi kecil sekali dibanding matahari yang 1.300.000 kali lebih besar, tetapi matahari tidak sepenting bumi. Dari seluruh alam semesta, dengan berbagai galaksi, berjuta planet, hanya ada satu planet yang menjadi titik fokus, yaitu bumi. Bumi begitu penting, sehingga Tuhan memberikan nilai mineral 500 kali lebih banyak dari Merkurius dan 500 juta kali lebih banyak dari bintang lainnya dalam tata surya kita. 

Tidak ada satu pun planet di tata surya kita yang memiliki mineral material yang begitu mahal seperti di bumi. Bumi punya mutiara, berlian, air, batu bara, dan semua yang paling mahal. Namun, bukan itu yang paling bernilai. Yang paling bernilai adalah manusia. Dan dari semua manusia, pusatnya adalah orang Kristen yang sejati, orang Kristen yang Reformed. Orang Kristen Reformed menjadi pusat alam semesta, karena Reformed mengerti kedaulatan Allah. Hanya orang Reformed yang mengakui, menerima, dan takluk kepada kedaulatan Allah. Itu sebabnya, orang Reformed menjadi satu-satunya titik fokus dari rencana Allah.

Orang Kristen Reformed adalah orang-orang yang ingin menggenapkan kehendak Allah. Jika kita percaya dan tahu bahwa hidup kita berarti dan memiliki tujuan, maka tidak mungkin kita akan malas. Berapa banyak waktu telah kita boroskan, hari-hari kita lewatkan dengan sia-sia, hidup berjudi, berzinah, berbohong, menipu orang lain, korupsi, dan lain-lain. Firman Tuhan menyatakan “Bertobatlah! Hidup kembali menurut dan menaati firman!” Kiranya engkau mau mulai mencari dengan sungguh-sungguh kehendak Tuhan bagimu, bertekad tidak mau lagi menghamburkan waktu dengan sia-sia, mau kembali kepada Tuhan, mengabdi, mengerti, dan fokus pada kebenaran Tuhan, serta mengerjakan rencana yang Tuhan tetapkan.

Sebelum dunia ini kiamat, engkau akan kiamat terlebih dahulu, karena pada suatu hari engkau akan menghembuskan nafas yang terakhir, jantung berhenti berdetak, dan engkau berjumpa dengan Tuhan. Setiap orang, percaya atau tidak percaya kepada Tuhan, akan berdiri di hadapan Tuhan. Tuhan bukan ada karena engkau percaya Dia ada. Tuhanlah yang mengakibatkan dan menghakimi engkau percaya atau tidak percaya. Allah berada pada diri-Nya sendiri, tidak bergantung orang percaya atau tidak percaya kepada-Nya.

Saat itulah Allah akan menguji apakah kita telah menyelesaikan tugas dan menggenapkan kehendak Tuhan yang Ia ingin kita kerjakan. Allah berkata kepada orang Israel, “Dengan ilah palsu manakah hendak kaubandingkan Aku? Aku yang menunjukkan hari-hari dan tujuan terakhir.” Tidak ada ilah yang mau tahu sejarah mengarah ke mana, tidak ada ilah atau dewa yang memberikan rencana ke depan dan tujuan akhir (eskatos). Hanya Tuhan kita yang mencipta dunia dengan tujuan menuju kemuliaan-Nya yang ultimat. Namun sayang, banyak manusia tidak mau tahu, berfoya-foya dan bermain-main, mempermainkan Tuhan. Orang yang mempermainkan Tuhan bukan sedang bermain-main dengan Tuhan, tetapi sedang mempermainkan diri sendiri untuk membuang diri ke dalam api neraka.

Di Gerika ada dua pemahat terbaik, yaitu Phidias dan Praxiteles. Mereka menemukan Hukum Emas (golden rule) dalam pembentukan arsitektur, tubuh, dan muka manusia. Hukum emas itu adalah suatu perbandingan skala yang sangat unik yang membuat komposisi menjadi indah, yaitu perbandingan 2:3. Sebenarnya ini juga merupakan komposisi manusia. Dengan demikian Phidias dan Praxiteles bisa membuat ukiran manusia yang paling indah. Salah satu karya yang paling indah adalah Venus de Milo yang ada di museum Louvre di Paris. Namun, pada satu hari saya membaca dalam sebuah pameran di Smithsonian Museum, Washington D.C., tertulis: “Kecantikan sempurna, tetapi tanpa makna. Kesempurnaan tetapi tanpa arah.” Kalimat ini merangsang pikiran saya. Hal ini mengingatkan saya para perkataan Paul Tillich: “Dunia Gerika adalah dunia plastik, tanpa asal, tanpa makna, dan tanpa tujuan. Filsafat dan pandang dunia Gerika bersifat sistem tertutup.” Yang penting cantik, lalu untuk apa, mengapa? Tanpa makna, tanpa tujuan. Ketika mereka mengukir laki-laki, mereka mengukir Apollo Belvedere. Ini dianggap ukiran pria yang paling ganteng dan paling indah di sepanjang sejarah, tetapi tetap tanpa arah. Manusia cantik, ganteng, tapi tanpa arah, ketika mati akan ke mana? Semua yang diukir adalah orang muda, yang cantik dan ganteng. Nanti kalau sudah tua menjadi jelek sekali.

Dua ribu empat ratus tahun kemudian, orang-orang Renaissance menggabungkan pikiran Gerika dengan pikiran Kristen. Kekristenan sendiri tidak menghasilkan karya yang terlalu cantik pada abad pertama, karena terlalu mementingkan hal rohani. Kita melihat, ketika Michaelangelo mengukir Daud yang sedang mau berperang melawan Goliat, kita melihat bagaimana keindahan seni Gerika kini diberi arah, tujuan, dan makna, yang terlihat dari ekspresi dan dinamika yang terlihat dalam ukiran tersebut. Terlihat bagaimana Daud yang dalam suasana perang. Tangannya yang kokoh sedang mempersiapkan batu dan ali-ali, dan matanya tajam memandang ke arah musuhnya. Maka, di sini terlihat bahwa hidup dan tindakan bukan tanpa arti. Maka seni mengalami perubahan besar. Kita perlu mempelajari seni dan sejarahnya, serta mengerti perbedaan di setiap zaman.

Pandangan Daud yang begitu tajam mengungkapkan suatu semangat perjuangan (fighting spirit) yang dimiliki oleh orang Kristen. Inilah harusnya menjadi semangat perjuangan orang-orang Reformed. Ketika kita melihat mata Daud, kita melihat bagaimana ia sedang memandang Goliat, seolah berkata “Siapa engkau! Orang kafir yang tidak disunat berani menghujat Allahku? Hari ini aku akan membawa kamu kepada kematian. Biarpun badanmu raksasa, tetapi engkau akan dimakan anjing, darahmu akan dijilat anjing, dan saya akan memotong kepalamu untuk kemuliaan Tuhan.” Begitu banyak orang Reformed yang tahunya hanya memegang doktrin yang benar, tetapi tidak pernah berjuang bagi kekristenan, tidak berani berperang melawan setan, dan tidak pernah berperang memenangkan orang-orang yang sekarang berada di dalam cengkeraman setan untuk membawa mereka kembali kepada Kerajaan Yesus Kristus.

Hanya penginjilan yang akan membuat gereja hidup. Sebuah gereja yang tidak menginjili adalah gereja yang bunuh diri. Memiliki semangat perjuangan seperti Daud, di mana kita bertekad hidup untuk Kristus, hidup untuk Injil, hidup untuk penginjilan, dan hidup menjadi berkat bagi orang lain, dan semua apa pun yang kita lakukan akan kita lakukan demi Injil. Dengan demikian akan banyak orang yang akan mendapatkan manfaat di dalam Injil, seperti kita yang telah pernah mendapatkannya. Paulus berkata, “Aku mengerjakan segala sesuatu bukan bagi diriku, melainkan bagi Injil, agar banyak orang mendapat berkat seperti aku di dalam Injil.” Jika kita menetapkan diri untuk mengerjakan kehendak dan rencana Tuhan di dalam diri kita, maka kita akan mengerti kalimat ini.

“Allahku, biarlah kehendak-Mu jadi di bumi seperti di sorga, karena kehendak Allah di sorga tidak mengalami hambatan apa pun, tetapi di dunia ini, kehendak Allah mengalami hambatan dari manusia ciptaan Tuhan sendiri.” Doa kita berharap agar seperti di sorga kehendak-Mu tidak dilawan, kiranya demikian pula kehendak Tuhan tidak dilawan di bumi ini. Dimulai dari saya tidak mau melawan kehendak-Mu, kiranya seluruh dunia mulai terpengaruh dan mulai belajar tidak melawan kehendak Tuhan. Kiranya engkau bersedia membiarkan kehendak Tuhan terjadi, rencana dan tujuan Tuhan juga digenapkan di dunia ini. 

Bacaan : Matius 6:9-13.

DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13:JADILAH KEHENDAK-MU (2)

Dari pernyataan “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga,” terkandung arti yang dalam, yaitu tujuan ilahi atas ciptaan Tuhan; suatu telos (tujuan akhir) yang Tuhan ingin capai di dalam seluruh rencana penciptaan-Nya yang tidak boleh dilawan oleh manusia. Jika kita hidup tanpa sasaran, tanpa makna, dan segala kelakuan, usaha, dan pikiran kita tidak bertujuan, hidup kita sebenarnya sia-sia, tidak berbeda dengan hewan. Hewan hidup tidak bertujuan, tetapi manusia yang bertanggung jawab memiliki tujuan.

A. Objek Penyembahan dan Tujuan Hidup

Banyak orang berkata, “Saya percaya hidup memiliki tujuan, tidak mungkin orang hidup sembarangan.” Tetapi persoalannya, siapa yang menentukan tujuan hidupmu? Banyak orang yang tidak bisa menjawab hal ini, atau mau tidak mau pada akhirnya mengungkapkan keegoisannya, yaitu tujuan itu ditetapkan sendiri. Jika saya menetapkan tujuan dan sasaran hidup saya sendiri, hak dan kualifikasi apa yang memperbolehkan saya untuk menentukan sasaran dan tujuan hidup saya sendiri? Bukankah saya terbatas, penuh kesalahan, dan tidak layak untuk menentukan sesuatu yang lebih tinggi dari diri saya sendiri? Jika hidup itu lebih rendah dari saya, maka saya adalah manusia yang tidak bernilai. Plato berkata, “Segala yang indah, yang lebih tinggi dari kita, kita harus mencarinya; bukan mencari yang lebih rendah. Jika mencari yang lebih rendah dan lebih tidak bernilai dari saya, maka saya tidak punya ide, pemikiran sempurna, dan kemutlakan berjuang sebagai dorongan bagi saya.”

Justru saya didorong karena melihat diri tidak cukup, terbatas, mau menerobos keterbatasan, dan menuju yang sempurna. Paulus berkata, “Aku selalu melupakan apa yang di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di depanku, untuk menuju ke sasaran yang tertinggi.” Target tertinggi adalah Yesus. Hidup harus memiliki makna dan arti. Tetapi, banyak yang telah memperilah yang bukan Allah, lalu menganggap telah menerima sesuatu dari ilah yang mereka buat. Tuhan disebut Tuhan, karena Ia sendiri yang menyatakan, “Akulah Tuhan.” Bukan karena Dia disebut Tuhan lalu menjadi Tuhan. Karena Dia TUHAN maka kita harus mengakui Dia sebagai Tuhan.

1. Menyembah Materi Ciptaan

Tuhan adalah Tuhan karena Ia Pencipta segalanya. Maka, yang dicipta tidak mungkin sebanding dan setara dengan Tuhan. Manusia berusaha memakai sesuatu dijadikan objek penyembahannya, lalu dianggap lebih tinggi dari dirinya. Itu hal yang tidak masuk akal. Manusia mencipta ilah, lalu menganggap ilah yang dicipta itu berhak disembah, didoakan, dan dijadikan objek penyembahan, padahal doa yang ditujukan pada ilah yang dicipta adalah pemikiran yang salah. Manusia yang rendah dan kurang pengetahuan memperilah kayu, batu, bintang, gunung, laut, sungai, dan berbagai objek lainnya. Semua itu diciptakan oleh Tuhan bagi manusia dan lebih rendah dari manusia, bukan menjadi tujuan penyembahan manusia. Mereka disebut allah karena dianggap dan dijadikan ilah oleh manusia. Mereka dari tempat yang rendah ditinggikan ke tempat tertinggi, untuk menggantikan Allah yang ada di tempat tertinggi. Allahlah yang tertinggi dan semua ciptaan di bawah dan bagi manusia. Maka manusia menundukkan, menggunakan, menguasai semua ciptaan yang Allah ciptakan sebagai anugerah Tuhan untuk bersyukur kepada Tuhan yang memberi anugerah. Manusia yang kurang pengetahuan, pengertian, pendidikan, intelektual, telah menyembah patung, kayu, batu, dan ciptaan lainnya, menjadikan ilah sebagai tujuan dan target penyembahan mereka.

2. Menyembah Manusia

Ada model kedua, yang tidak menyembah materi atau ciptaan lainnya, tetapi menyembah diri dan sesama manusia. Jika di antara manusia ada yang lebih hebat, lebih pandai, lebih berjasa, lebih berkuasa dari manusia biasa pada umumnya, maka ia dianggap ilah. Manusia kagum pada manusia lain yang dipandang begitu hebat, sampai akhirnya kelebihan orang lain itu menjadi suatu daya tarik untuk manusia sujud dan menyembah dia. Orang yang rendah pengetahuannya menyembah ciptaan sebagai ilah. Orang yang biasa menyembah orang yang luar biasa sebagai ilah. Tetapi tetap dia adalah ilah palsu. Ketika engkau menjadikan orang besar sebagai ilahmu, itu adalah pelanggaran hukum Tuhan.

B. Allah Penentu Tujuan Hidup

Yang menentukan hari depan saya, tujuan alam semesta, tujuan umat Tuhan dan semua ciptaan lainnya adalah Allah, karena Allah lebih besar dan lebih tinggi dari manusia. Allah mempunyai tujuan, target, rencana, dan kehendak yang lebih tinggi dari manusia. Ia berkata, “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di sorga.” Umat Tuhan sadar dan berdoa, agar kehendak Allah terjadi di dunia. Itu berarti orang Kristen berdoa meminta dunia ini, hidup kita, gereja, keluarga, negara, dan setiap generasi melihat tujuan Allah bagi kita semua, sehingga kehendak Allah itu boleh dilaksanakan di dunia, seperti apa yang Allah kehendaki di sorga. Kehendak Allah di sorga harus dilaksanakan di dunia ini karena kehendak Allah di sorga adalah kehendak yang tertinggi, yang tidak ada lawannya, tidak ada yang boleh menolak atau memberontak kepada-Nya.

Di sorga tidak ada siapa pun yang memberontak dan melawan Allah, sementara di dunia, manusia memberontak kepada Allah. Manusia bisa memberontak kepada Allah karena Allah mencipta manusia dengan kehormatan yang terbesar, yaitu memberikan hak bebas kepada manusia dan kemungkinan manusia dapat melawan Dia. Manusia diberi hak, kekuatan, kemungkinan, dan kesempatan untuk boleh melawan Tuhan. Ketika Allah menciptakan manusia dengan memberikan hak kebebasan melawan Dia, berarti Allah telah menciptakan makhluk yang paling berbahaya bagi diri-Nya sendiri. Allah memperbolehkan manusia melawan Dia. Inilah bahaya paling besar bagi Allah dan kebebasan paling besar bagi manusia. Maka banyak orang berani berkata, “Tuhan, saya tidak mau taat kepada-Mu.” Tuhan seolah-olah tidak apa-apa, tidak membalas atau langsung menghukum, dan membiarkan mereka. 

Hitler, Stalin, Mao Zedong, Milošević, Hussein, dan Muammar Gaddafi sepertinya dibiarkan oleh Tuhan membunuh begitu banyak orang dengan sewenang-wenang dan diberi kesempatan untuk melakukan berbagai kejahatan. Terkadang kita sulit mengerti apa yang kita lihat. Tetapi jika kita berpikir dengan tenang, apakah memang lebih baik jika Allah tidak memberikan kebebasan kepada manusia, lalu mencipta manusia seperti robot yang seluruh geraknya terkontrol dan tidak bisa melakukan apa pun yang melawan Tuhan. Tentulah mudah bagi Tuhan untuk membuat manusia yang bagaikan robot atau hewan. Tetapi manusia tidak dilahirkan sebagai robot atau hewan.

C. Manusia, Anugerah, dan Tanggung Jawab 

Manusia dilahirkan sebagai manusia, karena Tuhan begitu menghormati kita, memberikan hak terbesar yaitu memiliki kebebasan untuk melawan Tuhan, Sang Pencipta. Namun, hak ini diberikan bukan untuk manusia boleh sewenang-wenang dan tidak bertanggung jawab, melainkan diberikan agar kita bertanggung jawab secara serius di hadapan Allah. Anugerah menuntut kewajiban dan tanggung jawab. Jika Allah sudah memberi anugerah, maka Allah menuntut kewajiban. Ketika Tuhan memberi kebebasan dan kita menikmatinya sambil menghina Tuhan, janganlah lupa bahwa suatu hari kebebasan itu harus kembali dan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Jika Allah memberikan toleransi dan tidak menghukum kita, itu karena Ia masih menunggu dan memberikan anugerah umum agar kita bertobat, bukan karena Ia setuju kita berbuat dosa.

Terkadang Tuhan melihat dan mengizinkan manusia biadab melakukan apa saja yang melawan kehendak-Nya dan Tuhan diam. Pada saat Tuhan diam, kita harus sadar bahwa inilah hal yang paling serius dalam sejarah. Banyak orang tidak sadar akan hal ini. Inilah sifat ilahi yang jarang dibicarakan di dalam pembahasan Theologi Sistematika. Allah terkadang tidak mencegah, sebaliknya membiarkan manusia berbuat dosa dan sepertinya tidak menghukum mereka. Ketika Tuhan diam, saat itu manusia yang berbijaksana akan terangsang memikirkan kebesaran Tuhan dan kelemahan manusia. Pada saat Yesus dihakimi oleh Pilatus dan Kayafas, Ia diam dan sama sekali tidak menjawab. Ketika itu Ia sedang menumpuk dan menabung kemarahan-Nya, menanti sampai akhir, bagaimana Ia akan menghakimi mereka.

Dalam Kitab Yesaya, Tuhan berkata, “Aku sudah lama diam, engkau masih belum takut?” Saya gemetar membaca ayat itu. Biarlah kita memiliki kepekaan setiap jam setiap detik, merasakan kebesaran Tuhan dan keajaiban kebijaksanaan Tuhan yang melampaui segala hikmat dan pikiran manusia. Manusia boleh melawan Tuhan, bukan karena Tuhan lemah, tidak bisa membela diri ketika dilawan, melainkan karena Tuhan telah memberikan hak dan kebebasan boleh melawan Dia. Kita tidak boleh sombong, karena bagaimanapun kita harus berdiri di hadapan Allah. Hanyalah manusia yang berbijaksana, akan taat kepada Kristus dan berkata, “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.” Setiap kali saya membaca ayat ini saya mengubahnya menjadi, “Jadilah kehendak-Mu di dalam diri Stephen Tong, seperti kehendak-Mu dijadikan di sorga.”

Kiranya orang Kristen Reformed tidak memperalat, mempermainkan, dan mempergunakan Allah, menjadikan Dia pembantu untuk menggenapi kehendaknya, tetapi menaklukkan diri untuk menggenapi kehendak Allah. Hanya ada dua macam orang Kristen. Pertama, yang berkata, “Tuhan, kerjakan ini dan itu. Tuhan, ini yang saya kehendaki, jadikan saya kaya, sembuhkan saya, jadikan saya makmur, sukses, dan seterusnya. Tuhan, taatlah kepada saya dan jadilah kehendakku.” Orang seperti ini mau menjadikan Tuhan sebagai pembantunya. Seharusnya, engkau seperti orang jenis yang kedua, yang berkata, “Tuhan, aku mau takluk kepada Tuhan. Jadilah kehendak-Mu di atas bumi, di dalam diri saya, keluarga saya, seperti di sorga.” Kita harus taat karena di sorga tidak ada yang melawan, memberontak, dan menolak kehendak Allah. Tetapi Kerajaan Allah dan kehendak Allah di dunia banyak ditolak dan dibenci oleh manusia. Marilah kita kembali kepada Tuhan dan berkata, “Aku mau taat kehendak-Mu.”

Orang rendah menjadikan batu, pohon, bintang, matahari, bulan, gunung, dan laut menjadi dewa mereka. Orang yang lebih pandai menjadikan diri, manusia hebat, dan orang-orang yang berjasa militer, sebagai dewa mereka. Orang yang paling tinggi dan berpengetahuan bijaksana paling hebat ialah orang yang membuat ilah melalui pikiran mereka dan menjadikan ilah rasional di dalam penyembahan mereka. Dengan daya kreatif manusia, logika, dan epistemologi, manusia menciptakan dan membayangkan ilah-ilah yang mereka inginkan.

Orang yang memiliki kemampuan berpikir bebas (independent thinking ability) ialah orang yang kreatif. Saya suka berpikir kreatif, individual, dan otonom. Saya tidak mau ikut tradisi, ikatan, dan aturan orang lain. Namun, bukan berarti saya suka memberontak terhadap peraturan yang ada. Bagaimana engkau memikirkan siapa Allah bukan menurut doktrin, tradisi, agama, atau justru memikirkan Allah menurut pikiran kreatifmu. Jangan lupa ilah yang engkau pikir melalui kreativitasmu ialah ilah buatan pikiranmu. Maka, Van Til berkata, “Allah yang dibicarakan Plato, Aristoteles, sampai abad ke-20 bukanlah Allah sejati yang diperbincangkan, tetapi hanya bayang-bayang Allah yang dilihat mereka.” Seorang theolog jika tidak takut kepada Allah, hanya mengerti secara kognitif, hanya berbicara tentang Allah dalam pikirannya, bukanlah Allah di dalam Alkitab. Demikian juga menurut Kierkegaard, Allah bukanlah tema atau topik yang didiskusikan di kelas. Allah ialah Objek di mana kita harus menyembah di hadapan-Nya. 

Menurut saya, pikiran kreatif Kierkegaard berdasarkan pengertian Alkitab, melalui pertemuannya dengan Allah yang mewahyukan diri melalui Alkitab, bukan melalui pikiran kreatif bebasnya. Pikiran dari Ferdinand Bauer hingga von Harnack, Wilhelm Herrmann, Troeltsch, dan semua theolog Tübingen School sampai The Liberate Theology dari pertengahan abad ke-19 hingga akhir, dihancurkan oleh pikiran Kierkegaard. Jadi, Kierkegaard bukan di dalam tradisi doktor atau tradisi kognitif, ia betul-betul takut akan Tuhan, sehingga akhirnya Tuhan memberikan kekuatan kepadanya.

Karl Barth berkata, “Allah ialah “Yang Lain”, yang sama sekali lain dari semua. Allah itu lebih dari yang engkau pikirkan.” Jadi, menurut Karl Barth, Allah jauh lebih tinggi, lebih luas, dan lebih hebat dari semua pikiran yang mungkin kita capai dan pikirkan. Di sini kita melihat kontribusi Karl Barth agar manusia tidak sombong karena menganggap diri sudah mengerti tentang Allah. Karl Barth memberikan kesadaran bahwa manusia terbatas, tidak bisa mengerti Allah dengan sepenuhnya. Tetapi ia juga memberikan mara bahaya, seolah-olah manusia tidak mungkin mengenal Allah, akhirnya kita menjadi sama sekali tidak mengetahui siapa Allah, menjadi agnostik baru. Jika Allah itu tidak bisa dimengerti, bagaimana manusia bisa mengerti Allah? Jika Allah lebih daripada segala yang kita mungkin mengerti, bagaimana manusia bisa mengetahui siapa Allah itu? Agnostik berarti percaya bahwa kita tidak mungkin bisa tahu. Tokoh agnostik paling terkenal abad ke-20 ialah Thomas Henry Huxley dan Herbert Spencer.

Mereka berkata, “Saya tidak mengkritik atau menghakimi, tidak mengatakan tidak ada, saya hanya mengatakan bahwa manusia tidak mungkin mengerti Allah.” Kalimat ini bersumber dari Immanuel Kant, yang berkata bahwa segala yang kita mungkin tahu, pasti ada gejalanya. Maka dari gejala kita mengetahui sesuatu. Sesuatu yang tidak ada gejalanya, kita tidak bisa tahu keberadaannya. Yang tidak ada gejalanya tidak berada di dalam dunia gejala (dunia fenomenal), tetapi di dalam dunia noumenal. Maka, Kant membagi pengetahuan ke dalam dua area, yaitu area mungkin tahu dan area tidak mungkin tahu. Yang mungkin tahu bisa kita cari melalui pengalaman, perhitungan, perbandingan, pengukuran, dan akan dapat memberikan jawaban yang pasti. Itulah ilmu pasti. Yang pasti inilah ilmu pengetahuan dan dapat dimengerti manusia. Tetapi Kant juga mengatakan bahwa ada tiga hal yang tidak mungkin kita tahu, yaitu: a) Allah, karena fenomenanya tidak ada; b) Kebebasan, yang bukan fenomena, dan c) Imortalitas, yaitu hal yang tidak bisa rusak. Jika kita mengatakan bahwa manusia setelah mati tidak selesai, karena manusia memiliki jiwa, maka jiwa yang bersifat tidak bisa rusak dan hilang ini tidak dapat diukur dan dimengerti. Itu sebab, Kant disebut sebagai Bapa Agnostik Modern. Herbert Spencer dan Thomas Huxley merupakan penerus Kant.

Jika orang Kristen mengikuti filsafat Kant, maka iman Kristen tidak lagi memiliki pengharapan. Namun, kita tahu bahwa kita masih bisa mengerti Allah, karena Allah yang tidak kelihatan telah menyatakan diri-Nya melalui Kristus yang kelihatan. Allah yang imortal mengirim Anak-Nya berinkarnasi ke dunia menjadi manusia yang bisa kita mengerti dan ketahui, dan Ia telah mati bagi kita. Allah berkata, “Dengan siapa engkau membandingkan Aku? Apakah engkau membandingkan Aku dengan ilah-ilah palsu?” Yesaya mencatat hal yang paling besar dalam sifat ilahi, yaitu segala sesuatu yang terjadi ditetapkan Tuhan.

Allah bukanlah Allah yang tidak bersasaran, dan iman Kristen bukanlah iman yang tidak bertujuan. Iman kita adalah iman yang menuju pada titik final yang sudah Tuhan tentukan di dalam sejarah yang menuju kepada rencana, tujuan, dan kehendak Allah. Orang Kristen tidak perlu takut pada komunisme, atheisme, post-modernisme, dan segala pikiran manusia yang rasionya dicipta, terbatas, berdosa, dan tak bersasaran. Orang Kristen mempunyai Alkitab dan sasaran. Kita tahu bahwa Allah yang menciptakan segalanya adalah Allah yang telah memberikan sasaran, menunjukkan tujuan, merencanakan strategi untuk penggenapan rencana-Nya di hari kiamat. Kehendak Tuhan yang mulia akan dinyatakan dalam rencana yang tersedia, tertarget, terstrategi, dan berkuasa. Sekalipun begitu banyak yang melawan dan berencana menghancurkan rencana Tuhan, semuanya tidak mungkin berhasil, karena rencana Allah akhirnya yang akan terjadi menurut apa yang ditetapkan Allah. Dialah Tuhan yang berencana dan mempunyai kehendak sampai akhir.

Allah bukan produksi rasio, karena rasio ciptaan Allah. Kita menaklukkan otak, emosi, kemauan, dan kelakuan kita kepada kebenaran Allah, cinta Allah yang suci, kehendak Allah yang kekal, dan pimpinan Roh Kudus. Itulah yang diajarkan di dalam Theologi Reformed. Reformed bukan hanya karena mengerti predestinasi, melainkan seluruh hidup kita harus takluk kepada Tuhan. 

Bacaan : Matius 6:9-13.

DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13:BERILAH KAMI MAKANAN SECUKUPNYA

Doa Tuhan Yesus yang keempat, “Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Manusia yang bertubuh memiliki kebutuhan materi. Manusia membutuhkan pakaian, makanan, rumah, kendaraan, vitamin, dan uang, agar kita tidak kedinginan, kelaparan, kelelahan, dan tidak sakit. Pertanyaan penting adalah berapa banyak uang yang kita butuhkan. Adalah kurang ajar, jika engkau mengatakan bahwa engkau membutuhkan uang sebanyak-banyaknya, dan yang paling baik adalah kalau seluruh dunia bisa diberikan kepadamu. Di sini kita melihat satu kondisi paradoks.

A. Kebutuhan Materi

Di satu pihak kita perlu uang, tetapi jika kita minta lebih, itu disebut serakah. Serakah dipandang sebagai dosa oleh Alkitab. Tetapi jika saya mengatakan tidak perlu, saya berbohong. Maka batasannya adalah antara perlu dan serakah. Tuhan Yesus berkata, “Secukupnya.” Ketika Tuhan memberikan lebih, kita harus bersyukur, tetapi tidak terus meminta tidak habis-habisnya. Manusia rusak dan hancur karena serakah. Banyak orang ketika berada dalam kondisi berkecukupan, hidupnya penuh dengan sejahtera. Tetapi setelah berlebihan dan memiliki banyak istri, hidupnya bagaikan neraka. Pada saat masih miskin, semua berdoa dengan serius dan berbakti kepada Tuhan; begitu sudah kaya, membeli pedang dan saling membunuh. Jangan beranggapan bahwa kekayaan selalu menjadi berkat. Orang yang mengerti “puas” adalah orang yang bahagia dan senantiasa bersukacita.

Semua doa yang diajarkan Tuhan berbeda dengan doa yang berasal dari inisiatif manusia. Doa manusia berdasarkan kebutuhan yang berpusat pada diri, ambisi, dan keinginan yang sekunder. Di dalam Doa Bapa Kami, kita diajarkan untuk mengutamakan Tuhan dan mengembalikan kemuliaan kepada Tuhan. Kita minta Tuhan menjadikan kehendak-Nya di dunia. Kemahakuasaan Tuhan bukan dipergunakan untuk mendapatkan keinginan kita secara tamak.

Manusia yang terbatas, percaya bahwa Tuhan itu ada dan Ia berkuasa menyelesaikan kesulitan manusia. Kita berdoa, “Berilah kami makanan yang secukupnya hari ini.” Tuhan mengajarkan bahwa kita masih memerlukan makanan dan materi yang cukup untuk mengisi kebutuhan jasmani kita. Manusia tidak diciptakan hanya roh saja seperti malaikat, juga bukan tubuh saja seperti hewan. Manusia diciptakan dari materi tetapi juga menuntut berkat rohani. Manusia diciptakan di dunia, tetapi bisa menengadah ke langit di atas, menuntut dunia rohani yang lebih tinggi dari dunia materi di bawah. Kita diciptakan di dua wilayah: (1) lingkaran ke bawah dikaitkan dengan materi dan kebutuhan yang fana; dan (2) lingkaran ke atas dikaitkan dengan Tuhan, kekekalan, dan kemuliaan yang tidak layu selamanya. Lingkaran ke bawah perlu makanan dan lingkaran ke atas perlu firman Tuhan. Maka, Alkitab dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru berkata, “Manusia hidup bukan bersandarkan roti saja, tetapi bersandarkan setiap kalimat yang keluar dari mulut Allah.”

Di Taman Eden, ada makanan yang diperlukan, tetapi ada firman yang mengatur. Segala fasilitas hanya mengisi kebutuhan jasmani, sementara pengaturan perlu kebijaksanaan dari atas. Segala sesuatu ada di dalam prinsip ini. Saya boleh mempunyai banyak pakaian dan makanan, tetapi semua itu tidak terlalu penting, karena yang terpenting adalah kebenaran untuk mengatur semua itu. Jadilah manusia yang bisa diatur, diatasi, dikuasai, dan bisa memperalat materi untuk tujuan yang lebih tinggi.

B. Empat Kebutuhan Dunia

Di ayat berikutnya, Tuhan Yesus mengatakan tentang empat kebutuhan di dunia, yaitu: (a) kebutuhan materi; (b) kebutuhan relasi antar-sesama manusia; (c) kebutuhan mengerti relasi manusia dengan setan; dan (d) moralitas kita di hadapan Tuhan. Keempat hal ini menyangkut kehidupan manusia. Kegiatan penginjilan adalah hal rohani, tetapi untuk menginjili perlu membangun panggung, mengatur sound system, tiket pesawat, yang semuanya membutuhkan uang. Jadi, perlunya uang dan benda merupakan fakta yang tidak bisa disangkal. Tetapi itu bukan yang terpenting. Firman Tuhan yang bisa mengatasi materi, yang bisa menguasai, mengatur, dan mengalahkan ikatan materi, lebih penting. Maka kita perlu mengakui bahwa kita memerlukan materi dan uang, hanya kita perlu mengetahui peranannya di mana. Materi bukanlah tujuan dan ilah di mana kita harus bersandar kepadanya, melainkan merupakan pemberian Tuhan agar kita bisa diisi dan disambung hidupnya untuk melayani Tuhan. Materi hanya diperalat untuk mengisi kebutuhan sementara kita, dan di dalam hidup kesementaraan ini kita menyembah Allah yang kekal. Maka, yang utama dan mutlak haruslah diutamakan dan dimutlakkan, sementara yang tidak utama dan tidak mutlak janganlah diutamakan atau dimutlakkan.

C. Kekayaan atau Kemiskinan

Tuhan mengajarkan, “Berilah makanan yang secukupnya hari ini,” bukan besok, lusa, atau kemarin. Tuhan ingin mengajarkan bahwa beban yang ditanggung setiap hari sudah cukup. Ada orang yang tidak pernah puas, dan ketika sudah cukup masih belum puas dan mau meminta lebih banyak lagi, minta terus tidak habis-habisnya. Jika manusia tidak pernah puas, maka ia akan terjerumus ke dalam kekosongan yang tidak hentinya, sehingga ketika ia kelihatan sudah begitu kaya, tetapi pada hakikatnya ia miskin sekali. Pengemis besar adalah orang yang sudah ada tetapi tidak pernah puas dan selalu merasa kurang dan terus rakus. Pengemis kecil di jalanan minta uang, pengemis besar di tingkat tertinggi rakusnya luar biasa tidak ada habisnya, ingin seluruh dunia menjadi miliknya. Tuhan melihat di dunia banyak pengemis. Yang miskin di pinggir jalan minta uang, yang kaya di atas berebut kekayaan secara tidak jujur menjadikan uang orang lain miliknya sendiri. Secara rohani, orang yang merasa puas adalah orang kaya. Bahkan bukan saja merasa puas, tetapi ia bisa membagikan uangnya untuk menolong orang lain yang lebih miskin.

Cara Tuhan dan manusia menilai berbeda. Cara Tuhan mengukur selalu bersifat antitesis. Tuhan melihat dari uang yang Ia berikan, berapa engkau simpan untuk diri, untuk Tuhan, dan untuk orang lain. Penilaian seperti ini bisa kita lihat dari Alkitab. Tuhan mengajak murid-murid-Nya melihat janda yang memberi dua keping perak, jumlah untuk bisa menghidupi keluarga dalam satu hari. Tuhan berkata bahwa ini adalah pernyataan cinta Tuhan, lebih dari orang kaya yang memberikan banyak uang karena diberikan dari sisa yang ia tidak perlukan. Jika engkau merasa puas dan merasa cukup, serta bersukacita akan Tuhan yang memberi kecukupan kepadamu, engkau orang yang diperkenan Tuhan. Tetapi jika Tuhan sudah memberikan begitu banyak dan tetap dirasa masih kurang, mengomel, merasa tidak puas dan rakus, maka Tuhan akan melihat engkau sebagai pengemis besar yang tiada hentinya bersungut-sungut dan mencela Tuhan. Alkitab berkata bahwa Tuhan berkata kepada orang kaya yang mau mengikut Dia, “Juallah semua hartamu, berikan kepada orang miskin, lalu ikutlah Aku.” Dan orang kaya itu langsung berkata, “Selamat tinggal.” Ia pergi karena hartanya banyak. Hartanya telah menjadi penghambat untuk ia datang dan mengikut Tuhan. Orang yang mengikut Tuhan hingga ke sorga adalah orang yang senantiasa bersyukur mengatakan, “Aku pernah meninggalkan segalanya demi mengikut Engkau dan segala yang aku tinggalkan sebenarnya fana dan dapat rusak, tetapi mengikut Engkau akan bahagia selama-lamanya.”

D. Bijaksana untuk Bahagia

Manusia sulit menerima apa yang Tuhan atur, karena manusia memiliki ambisi dan aspirasi liar yang melebihi anugerah Tuhan. Manusia tidak bisa maju tanpa ambisi. Tetapi manusia yang maju terus tanpa tahu kapan harus berhenti, bagaikan mobil yang memiliki gas tanpa rem. Ia pasti akan celaka. Kita perlu batas untuk tahu bagaimana puas. Setiap kita ingin bahagia tetapi di belakangnya ada prinsip bagaimana menikmati bahagia. Jika kita tahu bahagia, tetapi tidak tahu menikmatinya, kita bodoh. Mempunyai pengertian bagaimana mengatur adalah kebijaksanaan yang tinggi. Itulah yang dituntut Alkitab, “Marilah kita mencari dahulu Kerajaan Allah dan menuntut kebenaran Allah adalah hal yang utama, yang lainnya akan ditambahkan kepada kita.” Alkitab tidak mengatakan diberikan, tetapi ditambahkan.

Ketika orang Israel keluar dari Mesir, mereka berbicara dengan Musa, “Bukankah kami di Mesir duduk di sebelah dapur besar, makan daging sampai kenyang? Mengapa engkau membawa kami ke padang belantara yang tidak ada makanan dan minumannya? Apakah engkau mau menguburkan seluruh Israel di padang belantara ini?” Musa sulit menjawab, karena Tuhan yang menyuruh dia mengeluarkan Israel dari perbudakan Mesir. Musa hanya bisa menangis di hadapan Tuhan. Di Mesir umat Israel menjadi budak, diperkosa, ditindas, tetapi kenyang; di padang gurun bebas menjadi anak Tuhan dan menyembah Tuhan tetapi hampir mati kelaparan. Di sini kita melihat gambaran dua macam orang Kristen. Ada satu golongan yang marah dan bersungut-sungut kepada Tuhan mengapa menjadi Kristen dan hidup susah. Lebih baik menjadi orang kafir tidak takut Tuhan dan berani menipu tetapi kaya. Apakah benar kaya lebih penting daripada jujur?

Tuhan berkata kepada Musa, “Musa, berbicaralah kepada bani Israel, mulai esok Aku akan menurunkan manna dari langit dan mereka akan makan sampai kenyang. Setiap hari tidak akan kekurangan meskipun mereka tidak makan daging dan enak seperti di Mesir. Allah adalah Allah yang akan memelihara umat Israel.” Setiap hari manna turun dari sorga dan tiap orang Israel harus bangun pagi-pagi, karena begitu matahari terbit manna akan hancur dan hilang. Semua yang malas tidak mau bangun tidak usah makan. Tuhan memberikan makanan yang secukupnya bagi setiap orang Israel. Tuhan tidak memberi kurang. Saat itu ada sekitar dua juta orang Israel yang keluar dari Mesir. Ada yang berusaha rakus mengambil banyak-banyak, tetapi ketika tidak habis dimakan ia akan rusak. Tuhan mengajarkan orang Israel untuk percaya pada pemeliharaan Tuhan. Allah tidak akan menghadang atau menyiksa manusia. Siapa pun yang merindukan Tuhan, firman, dan kebenaran, Tuhan akan memberikan secukupnya kepadanya. Tuhan akan memuaskan kita.

Pada suatu hari Tuhan berkata kepada Nabi Elia, “Pergilah ke gunung ini, masuk ke kota itu, carilah seorang janda di kota Sarfat. Tinggallah di rumahnya dan makan dari dia.” Selama ini Elia dipelihara oleh burung gagak yang diperintah oleh Tuhan setiap hari memberikan roti bagi Elia. Sampai tiba saatnya, Tuhan memerintahkan Elia ke rumah janda di kota Sarfat. Terkadang sulit mengerti bagaimana seorang nabi pria seperti Elia disuruh Tuhan tinggal dan menginap di rumah seorang janda, yang tentunya bisa menimbulkan kesan yang tidak baik. Perintah Tuhan terkadang sulit dimengerti oleh pikiran manusia secara umum. Namun, pimpinan Tuhan tetap harus ditaati. Janda ini sangat berkekurangan. Tepung dan minyak yang ia miliki sudah sangat sedikit. Tersisa untuk satu kali makan saja dan setelah itu habis dan ia dan anaknya akan kelaparan. Tetapi justru di saat seperti itu Tuhan memerintahkan Elia untuk tinggal dan makan di rumah janda itu. Janda ini begitu mencintai Tuhan dan hamba Tuhan, sehingga ia memberikan makanan yang sudah terakhir itu kepada Elia terlebih dahulu, dan keajaiban pun terjadi. Tepung dan minyak itu tidak pernah habis. Tiap hari janda ini bisa membuat roti. Tiap hari tetap ada makanan yang mereka bisa makan, sampai masa kelaparan itu lewat. Di sini kita melihat pemeliharaan Tuhan bagi mereka yang mengutamakan dan taat kepada Tuhan.

Pelajaran ini saya kaitkan dengan Doa Bapa Kami, “Berilah kepada kami makanan kami yang secukupnya hari ini.” Kita tidak tahu berapa lama Elia tinggal di rumah janda itu. Tetapi setiap hari tepung dan minyak itu habis dipergunakan dan besoknya ada lagi. Anehnya Tuhan tidak sekaligus memberikan seratus kilo tepung dan sepuluh botol minyak misalnya, sehingga tidak perlu setiap hari khawatir tepungnya akan habis. Terkadang Tuhan tidak memberi terlalu berlebih agar kita mau belajar bersandar dan setiap hari berdoa kepada-Nya. Kita tidak boleh bersandar kepada kekayaan kita. Jika kita memiliki iman yang cukup bersandar kepada Tuhan, maka Tuhan pasti tidak akan melupakan kita. 

Apa artinya engkau mendapatkan seluruh isi dunia ini tetapi kehilangan nyawamu. Sebaliknya, apa ruginya ketika engkau hanya cukup setiap hari tetapi penuh sukacita. Orang di hadapan Tuhan yang dianggap kaya adalah orang yang puas dengan apa yang Tuhan berikan, bahkan masih bisa menyisakan untuk orang miskin. Kaum miskin bisa jadi adalah orang yang mempunyai banyak tetapi tidak pernah puas, masih terus rakus, dan menipu. Marilah kita mempunyai cara penilaian yang berbeda dari dunia ini dan seturut kebijaksanaan dari sorga. Dengan demikian kita mengetahui hubungan kita dengan materi.

E. Relasi dengan Sesama

Setelah membicarakan tentang relasi manusia dengan materi, maka kini Tuhan mengajarkan berdoa tentang relasi manusia dengan sesamanya, yaitu hubungan antar manusia. Dunia Barat terus memikirkan pentingnya IQ (Intelligence Quotient). Barulah dua puluh tahun terakhir ini banyak manusia sadar bahwa yang lebih penting bukan IQ tetapi EQ (Emotional Quotient). Orang sukses bukan yang pintar otaknya, tetapi yang memiliki hubungan baik antar sesama manusia. Jika hubungan antar manusia tidak terpelihara dengan baik, banyak hal akan hancur. Hubungan antar-pribadi menjadi kesulitan kedua yang diletakkan di dalam Doa Bapa Kami. Kesulitannya adalah jika secara tidak sengaja kita dimusuhi orang. Kesulitan antara manusia dan manusia adalah perbedaan konsep hingga menimbulkan cekcok, berselisih, marah, bagaimana kita menyelesaikannya. Ini menjadi doa yang Tuhan Yesus ajarkan, “Ampunilah kesalahan kami sebagaimana kami mengampuni semua orang yang bersalah kepada kami.” Urutan ini berbeda dengan urutan keselamatan, karena Tuhan mengampuni kita terlebih dahulu barulah kita bisa mengampuni orang lain. Tetapi doa ini terbalik, “Ampunilah kami seperti kami sudah mengampuni orang lain.” Di sini ada rahasia penting mengapa Tuhan Yesus yang seharusnya menjadi inisiator justru terlihat pasif.

Ketika kita berdoa, kita sudah memiliki Tuhan. Jadi, kita sudah menjadi anak Tuhan yang telah mengalami pengampunan Tuhan. Maka, orang yang sudah diampuni oleh Tuhan seharusnya terlebih dahulu mengampuni orang lain, barulah Tuhan akan mengampuni dia. Dengan demikian orang yang sudah diampuni Tuhan harus menjadi inisiator dalam mengampuni orang lain. Baru dengan demikian ia layak kembali meminta Tuhan mengampuni dia. Di sini kita melihat dua lapisan, yaitu pertama, pengampunan yang Tuhan berikan dan merupakan inisiatif Tuhan. Engkau diselamatkan, diperanakkan, dan diampuni terlebih dahulu menjadi anak-anak Allah. Setelah menjadi anak Allah, engkau berdoa. Ini lapisan kedua, di mana kita harus mengampuni orang karena kita sudah diampuni oleh Tuhan. Baru dengan itu kita bisa kembali berdoa untuk minta ampun dari Tuhan atas kesalahan-kesalahan dan dosa kita. Seperti orang yang berhutang Rp. 100 juta dan dibebaskan, lalu menangkap orang yang berhutang kepadanya Rp. 10 ribu. Dia lupa hutangnya Rp. 100 juta sudah diampuni. Ketika tuannya tahu, maka tuan itu kembali menangkap orang itu dan menghukumnya dengan keras. Maka doa ini berarti jika kita sudah menjadi anak, kita harus meneladani apa yang Tuhan lakukan kepada kita. Itulah sebabnya doa ini terkesan terbalik, yaitu Tuhan akan mengampuni kita jika kita sudah mengampuni orang lain.

Tuhan mau mengampuni dosa kita, juga sesudah kita diselamatkan. Bertobat bukan hanya satu kali yaitu ketika pertama kali menerima Tuhan Yesus. Berdoa minta ampun dan keselamatan dari Tuhan memang cukup hanya satu kali, tetapi bertobat minta Tuhan memberikan kesucian dan hidup terus bersandar kepada Tuhan sepanjang hari adalah hal yang harus kita lakukan setiap hari. Di dalam Kitab Wahyu, Tuhan empat kali berkata kepada empat gereja, yang sudah Kristen, untuk bertobat. 

Di dalam Wahyu 2 dan 3, ada empat gereja di mana Tuhan meneriakkan, “Bertobatlah!” Tuhan berkata kepada jemaat di Efesus, Pergamus, Sardis, dan Laodikia agar mereka bertobat. Pertobatan untuk menerima keselamatan memang hanya satu kali, tetapi pertobatan dari dosa dan memelihara kesucian dilakukan setiap hari. Untuk pertobatan yang pertama kali, Allah adalah inisiator. Itu bukan hasil doamu atau Tuhan terpaksa atau dipaksa mengikuti permintaanmu. Tetapi setelah engkau diampuni dan mengalami keselamatan, maka engkau harus menjadi inisiator mengampuni orang lain. Jika engkau tidak mau mengampuni orang lain, engkau tidak berhak datang lagi kepada Tuhan dan tidak bisa lagi berdoa, “Ampunilah kami,” karena Tuhan tidak akan mengampuni engkau.

Kalimat Doa Bapa Kami mengajarkan kita untuk berdoa memohon pengampunan lagi dari Tuhan dengan dasar kita telah mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita. Jika setelah diselamatkan, seseorang berdosa lagi dan tidak ada pengampunan lagi bagi dirinya, maka ia pasti binasa. Tetapi di lain pihak, kita tidak mungkin bisa suci selamanya. Kita sering kali bersalah kepada orang lain dan juga kepada diri kita sendiri. Di dalam 1 Yohanes 5 dikatakan, “Barang siapa tidak mengasihani orang lain, Tuhan juga tidak mengasihaninya.” Prinsipnya sama, barang siapa tidak mengampuni dosa orang lain, jangan harap Tuhan mau mengampuni dosanya. Dosa yang diampuni adalah dosa yang diakui. Dosa yang tidak diakui tidak diampuni. Ini menyangkut keselamatan. Tuhan adalah inisiator dan aktif. Ia mendorong kita untuk bertobat, mengaku dosa, barulah dosa kita diampuni. Tetapi setelah itu engkau harus jadi inisiator. Setelah Tuhan mengampuni kamu, engkau harus menjadi inisiator, harus belajar mengampuni dan punya hati lapang. Setelah kita bisa mengampuni orang lain, barulah kita bisa kembali kepada Tuhan dan berdoa, “Ampunilah kami seperti kami telah mengampuni kesalahan orang lain.”

Kiranya Tuhan memberi kekuatan kepada kita untuk menjadi pelaksana, untuk meneladani dan mengikuti segala teladan yang diberikan Tuhan kepada kita. 

Bacaan : Matius 6:9-13. 

DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13:AMPUNILAH KESALAHAN KAMI 

Doa Bapa Kami berbeda dari semua doa agama lain. Dapat dikatakan bahwa tidak ada pengajaran dari pendiri agama lain yang memperkenalkan dirinya mengenal Allah sejati dan mengutarakan permintaan mereka kepada Tuhan di sorga. Hanya Tuhan Yesus yang diutus Allah menjadi manusia, sehingga Ia dapat mengerti kesusahan manusia dan mendidik manusia yang diciptakan untuk mengabdi dan berdoa kepada Allah sesuai dengan struktur kebenaran yang sempurna. 

Dalam Doa Bapa Kami, pertama-tama ada tiga hal tentang hubungan manusia dengan Allah, sesudah itu ada empat hal tentang hubungan manusia dengan dunia materi, sesama manusia dan dengan setan, lalu tiga hal lagi tentang bagaimana kita mengerti kehendak Allah, barulah penutup. Doa bukanlah memaksa Allah untuk mengikuti hawa nafsu dan ambisi manusia yang mau memperalat Allah dengan dalih Allah Mahakuasa. Sering kali manusia mau menjadikan Allah sebagai alat atau pembantu yang menggenapi keinginannya. Doa adalah hubungan yang erat, relasi rohani antara yang dicipta dan Yang Mencipta. “Bapa Kami yang ada di sorga.” Ia tidak dekat dengan kita di bumi, Dia jauh di sorga, tetapi dekat dengan kita dalam relasi, karena kita sudah menjadi anak-Nya. Kita boleh menyebut Dia sebagai Bapa. “Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, dan jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga” mengandung tiga permohonan, bukan tentang apa yang kita perlu, tetapi bagaimana menyesuaikan diri dengan apa yang Tuhan tetapkan di dalam rencana-Nya yang kekal. Orang yang berdoa seperti ini mengerti isi hati Tuhan, tidak egois, dan mau hidup sesuai dengan rencana, kehendak, dan kemuliaan Allah yang kekal. 

Kedua, manusia, yang diciptakan menurut peta dan teladan Allah, akibat kejatuhan ke dalam dosa, telah hidup dengan penuh kesusahan. Ada tiga problem yang harus kita atasi, yaitu: a. Problem antara kita dan kebutuhan materi yang merupakan kebutuhan jasmani di dalam tubuh; b. Problem manusia dan manusia, yang dipenuhi dengan kesalah-mengertian, kebencian, iri hati, dan gesekan; c. Problem menghadapi serangan, ujian, dan pencobaan setan yang ingin kita berbuat dosa. Di sini kita minta pertolongan Tuhan untuk melepaskan kita. Kita telah membahas tentang kebutuhan makanan yang kita perlukan, dan kini kita berdoa, “Ampunilah kami seperti kami sudah mengampuni orang lain.” Ini adalah doa tentang hubungan antar-pribadi. 

Saya adalah manusia yang hidup di dunia dan tidak bisa lepas dari hubungan dengan manusia lain, dan tidak bisa hidup semau sendiri. Saya harus hidup harmonis, damai, rukun dengan sesama manusia yang berbeda konsep, agama, ideologi, adat kebiasaan, dan pembawaan karakternya. Manusia berbeda dari hewan. Hewan lebih dilihat kesamaannya, sementara manusia dikenal dengan keunikan dan kepribadiannya yang berbeda dengan orang lain. Maka ketika kita hidup di dunia, kita tidak bisa lepas dari hubungan dengan materi dan sesama. Ketika manusia hidup bersama, semakin lama semakin akan dirasakan perbedaannya. Di sini kita perlu belajar memperbaiki hubungan antarmanusia. Kita perlu belajar melihat banyak kelebihan orang lain, bukan mencari kekurangan dan kesalahan orang lain. Pada saat kita membangun suatu komunitas, yang paling penting adalah memperbaiki hubungan antarpribadi. Hanya dengan demikian akan terbentuk komunitas yang baik. Menurut Empedocles, filsuf Gerika 2.400 tahun yang lalu, ada dua unsur yang membuat perubahan dalam fenomena relasi seluruh alam semesta, yaitu cinta kasih dan kebencian. Di mana ada cinta kasih, manusia saling mendekat, bersatu, saling mengampuni, dan saling mengerti. Di mana ada kebencian, manusia saling menolak, menggeser satu terhadap yang lain, bertentangan, berperang, dan menghancurkan. Hanya ada dua kekuatan ini yang menentukan relasi antarmanusia. Jika kekuatan cinta kasih melebihi kekuatan benci, maka pembentukan, penggenapan, dan kesempurnaan terjadi. Tetapi jika kebencian melebihi cinta kasih, maka kerusakan, pemberontakan, dan kehancuran terjadi. 

Ketika terjadi benturan, Tuhan Yesus mengajarkan dalam doa ini, “Ampunilah kami seperti kami telah mengampuni orang lain.” Tidak ada seorang pun yang tidak bersalah. Memang kesulitan kita di dunia ini, yang pertama adalah antara saya dan dunia materi; tetapi kemudian yang kedua adalah antara saya dan sesama saya. Ada orang yang mencintai materi sampai dibuang Tuhan; ada orang yang begitu mencintai Tuhan dan tidak mau materi sampai kelaparan, kurang sehat, dan akhirnya sakit. Tuhan meminta hubungan kita dengan dunia materi secukupnya saja. 

Inilah sikap yang menyatakan kepuasan, tidak serakah, berambisi liar, atau memaksa Tuhan, tetapi sebaliknya bisa mensyukuri dengan penuh sukacita. Jika Tuhan memberikan banyak, ingatlah orang lain yang membutuhkan. Ada tertulis: “Jika ada kelebihan di tanganmu, berikan kepada mereka yang patut” (Amsal 3). Orang yang patut diberi adalah orang yang sendiri selalu merasa tidak patut. Orang yang tidak patut diberi adalah orang yang selalu merasa diri patut, bahkan lebih dari patut, di mana mereka mau merampas milik orang lain. 

Tuhan kemudian berkata, “Ampunilah kami, ya Tuhan, sebagaimana kami telah mengampuni orang lain.” Ayat ini tidak boleh ditafsir sebagai suatu pemaksaan untuk Tuhan harus mengampuni saya karena saya sudah mengampuni orang lain. Jika ditafsirkan demikian, berarti Allah tidak pernah bisa mengampuni orang lain dan tidak tahu bagaimana mengampuni orang. Itu berarti Allah harus belajar dari kita, karena kita yang mengampuni orang lain, lalu Allah diperintahkan untuk mengampuni kita. Ini adalah pembalikan fakta sifat ilahi dan pembalikan kebenaran Alkitab yang diwahyukan kepada kita. Alkitab berkata tidak ada seorang pun yang berinisiatif mengampuni orang lain. Orang yang belum percaya jika berbuat baik selalu dalam rangka mengambil jasa, menganggap diri lebih baik dari orang lain. Sifat pembenaran diri seperti ini membuat mereka dibuang oleh Tuhan. Dosa paling besar adalah menganggap diri tidak berdosa dan lebih baik dari orang lain. Ini yang membuat orang Farisi dibuang oleh Tuhan Yesus. Mereka sudah menerima Taurat, mendapatkan keunikan dan hak istimewa dari Tuhan sebagai orang Yahudi, tetapi mereka tidak peduli dan malah menjadi sombong. 

Tuhan membenci orang yang membenarkan diri, belum bisa berbuat baik tetapi sudah menganggap diri baik, belum sempurna menjalankan Taurat tetapi sudah menghina mereka yang tidak mempunyai Taurat. Jika Tuhan mengampuni engkau, lalu engkau mengerti bahwa orang berdosa seperti dirimu masih mau diampuni karena Tuhan begitu baik kepadamu, maka engkau bisa mulai belajar mengampuni orang lain. Inilah pikiran yang benar. 

Alkitab mencatat: “Barang siapa yang menerima Dia, diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya kepada Anak Tunggal Allah” (Yoh. 1:12). Maka Doa Bapa Kami bukan doa orang non-Kristen, melainkan doa anak-anak Tuhan yang sudah diampuni. Jika kita sudah diampuni, kita bisa berdoa demikian, karena kita sudah menjalankan firman. 

Maka kita mengerti bahwa Tuhan sudah mengampuni kita terlebih dahulu, lalu mereka yang sudah diampuni tergerak dan bersyukur, lalu mulai mengampuni orang lain. Jadi bukan manusia yang berinisiatif, melainkan Tuhan yang berinisiatif mengampuni. Aku pernah diampuni Tuhan, maka aku harus mengampuni orang lain. Aku pernah diberi kematian Yesus di kayu salib, maka aku harus belajar bagaimana menyerahkan diri berkorban bagi orang lain. Inilah urutan yang benar. Allah memberikan anugerah-Nya terlebih dahulu kepada kita. Anugerah diberikan bukan karena jasa, kelakuan, atau kelayakan kita. Paulus berkata, bukan melalui kelakuan kita yang baik, jasa yang kita raih, atau kelayakan kita, maka kita patut diberi, melainkan justru karena kita tidak layak, maka anugerah itu diberikan kepada kita. Hari ini saya diampuni dosanya, diberikan kesehatan, dapat melayani, dan bersaksi adalah semata-mata karena anugerah. Anugerah Tuhan lebih dahulu dari semua reaksi manusia kepada Tuhan. 

Dasar pemikiran ini dimulai dari Alkitab dan dimengerti pertama kali oleh Agustinus pada abad 4. Ia berkata, “Saya berdoa kepada Tuhan, lalu Tuhan memberikan berkat kepada saya. Tetapi mengapa saya bisa berdoa kepada Tuhan? Bukan karena saya pandai, berjasa, atau cukup iman. Saya tidak memiliki apa-apa di hadapan Tuhan.” Di sini ia memberikan pertanyaan yang sangat penting, “Jika Tuhan tidak memberikan anugerah, bisakah saya berdoa?” Di sini kita melihat diputarnya prinsip theologi sejak 1.600 tahun yang lalu oleh pemikiran Agustinus. Ia memikirkan “siapa yang pertama”? Aku cinta dan datang kepada Tuhan karena Tuhan terlebih dahulu cinta dan datang kepada saya. Saya bisa meminta kepada-Nya karena Ia mengirimkan Roh Kudus yang membuat saya bisa meminta. Segala yang baik dimulai dari Tuhan. Ia yang mulai dan berinisiatif. Akibatnya, kita dapat bereaksi dan berterima kasih kepada-Nya. Dengan prinsip inilah kita membaptiskan anak-anak. Ketika Tuhan memberikan anugerah, orang itu belum dilahirkan, maka anugerah Tuhan lebih dahulu dari eksistensi dan reaksi orang itu kepada Tuhan. 

Paulus berkata, “Ketika aku masih berada di dalam rahim ibuku, Tuhan sudah memanggilku.” Bagaimana mungkin seseorang yang berada di dalam rahim ibunya bisa mendengar panggilan Tuhan dan bereaksi kepada-Nya? Ia menarik mundur tiga puluh tahun sebelum ia lahir untuk menyatakan bagaimana Tuhan sudah terlebih dahulu memanggilnya. Belum cukup dengan itu, di Efesus 1 ia menarik mundur lagi beribu-ribu tahun yaitu sebelum dunia diciptakan. Tuhan telah memanggil saya sebelum saya ada di dalam dunia. Maksudnya, Allah yang berencana, bukan secara mendadak, tetapi telah terencana di dalam kekekalan. Seluruh sejarah direncanakan oleh Allah sebelum dunia diciptakan. Allah yang berbijaksana adalah Allah yang kekal, yang berkehendak dan yang menetapkan rencana-Nya sebelum dunia diciptakan. Ketika Allah memanggil, engkau belum ada, tetapi dalam pikiran Allah engkau sudah ada. Itu berarti Tuhan terlebih dahulu berinisiatif. 

Anugerah Allah mendahului keberadaan dan reaksi kita kepada Tuhan. Setelah Tuhan menetapkan lalu menciptakan, beribu-ribu tahun kemudian barulah engkau lahir. Setelah engkau lahir, engkau berkesempatan mendengar Injil, digerakkan oleh Roh Kudus, akhirnya engkau sadar dan bertobat. Itu bukan rencanamu, tetapi rencana Allah. Respons itu mengakibatkan kita bersaksi kepada sesama kita. Maka anugerah Allah mendahului respons manusia. Kita berani membaptiskan anak-anak dari keluarga Kristen karena alasan ini. Seorang anak dalam keluarga Kristen berarti Tuhan memberikan anugerah kepada anak itu. Sebelum ia bisa bereaksi, Tuhan sudah mencintai dia. Maka janganlah engkau mengabaikan kewajiban sebagai orang tua untuk membimbing anak-anak itu beriman kepada Tuhan, karena di dalam keluarga non-Kristen, mereka tidak mempunyai kesempatan mendengar ayahnya berdoa dan membaca Alkitab. Anak itu dari kecil dipupuk dengan janji ayah-ibu: “Engkau memberikan anak kepada kami, maka kami akan mendidik dia baik-baik dengan firman-Mu.” Ketika anakmu dibaptis, engkau sudah berjanji terlebih dahulu. Suatu hari anakmu akan dilahirkan kembali dan belajar bagaimana Tuhan mengampuni dia, dan ia harus mengampuni orang lain. Ketika engkau taat kepada Tuhan, engkau akan berhasil. Engkau akan menghasilkan buah sebagai bukti engkau sudah mendapat anugerah keselamatan dari Tuhan. Setelah engkau menerima anugerah, kini engkau melaksanakannya. Iman tanpa kelakuan, mati adanya. Hidup beriman sejati akan mengakibatkan kelakuan sejati.

Namun ada orang-orang yang mau diampuni tetapi tidak mau mengampuni. Bahkan ia menuntut Tuhan harus melayani dia. Kita sudah mendapat pengampunan dari Tuhan, mengapa tidak mengampuni orang lain? Maka setelah mengajarkan Doa Bapa Kami, Tuhan Yesus menambahkan, “Karena jika engkau mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga; tetapi jika engkau tidak mengampuni orang, maka Bapamu juga tidak akan mengampuni kamu.” Dari seluruh Doa Bapa Kami, hal ini saja yang diberikan penekanan oleh Tuhan Yesus. Di sini kita melihat urutan penting. Pertama, ketika kita menerima pengampunan Tuhan, Tuhan berinisiatif dan kita pasif. Kita tidak layak, tidak berjasa, dan tidak berkelakuan cukup baik. Inilah anugerah. 

Keselamatan, pengampunan dosa, dan dijadikan anak Allah, adalah anugerah. Roma 6:23 mengatakan: “Upah dosa adalah maut, tetapi anugerah Tuhan adalah hidup yang kekal di dalam Kristus Yesus Tuhan kita.” Maka, upah yang patut adalah maut. Anugerah itu tidak patut. Kita seharusnya binasa karena kita berdosa. Tetapi jika saya diselamatkan, dosa saya diampuni dan dilahirkan kembali, itu bukan tugas dan kewajiban Allah, karena Allah tidak pernah berhutang kepada manusia. Manusialah yang bersalah kepada Allah. Maka, jika kita diselamatkan, itu semata-mata adalah anugerah. 

Semua anugerah yang kita terima adalah karena Tuhan Yesus sudah membayar harga. Setiap kali kita menerima anugerah, kita harus selalu ingat bahwa ada orang yang sudah membayar harganya bagi kita. Pembayaran yang Kristus lakukan adalah mati di kayu salib, dibuang Allah, dipisahkan dari anugerah Allah, sehingga Ia harus berteriak, “Eli, Eli, lama sabakhtani” yang artinya “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku.” Allah berinisiatif dengan anugerah-Nya sebelum kita bereaksi kepada-Nya. Anak-anak memang belum beriman kepada Tuhan, namun sudah diberkati Tuhan karena telah dipilih sebelum dunia diciptakan untuk dilahirkan dalam keluarga orang percaya. 

Jika ada orang yang bertanya, “Tidak tahukah kamu bahwa dosamu besar jika anak-anak yang dibaptiskan ketika nanti menjadi besar melawan Tuhan?” Hendaklah kita menjawab, “Apakah yang dibaptis dewasa tidak ada yang memberontak?” Sama saja. Mary Slessor dibaptis pada usia tujuh tahun dan Matthew Henry dibaptis usia sepuluh tahun. Mereka adalah orang-orang yang agung di dalam sejarah. Mary Slessor menjadi misionaris wanita yang teragung di Afrika. Matthew Henry adalah penulis tafsiran Alkitab yang begitu luar biasa bagusnya. Di dalam tafsirannya yang terdiri dari enam jilid, terdapat lebih dari 6.500.000 kata. Tuhan mengampuni kita terlebih dahulu sebelum kita mengampuni orang lain. Mintalah pengampunan dari Tuhan melalui pertobatan untuk diselamatkan. Itu hanya satu kali seumur hidup kita. Tetapi pertobatan untuk kehidupan yang suci haruslah dilakukan tiap hari. Doktrin ini perlu kita mengerti. Setiap hari kita minta Tuhan mengampuni kita, menyucikan kita, dan membersihkan kita. Untuk permohonan yang kedua ini kita perlu terlebih dahulu mengampuni orang lain baru boleh berdoa. Yang pertama, kita tidak perlu mengampuni orang lain terlebih dahulu karena engkau tidak mungkin mengampuni orang lain, sebelum engkau menerima pengampunan dari Tuhan. Tetapi untuk yang kedua, permohonan ini harus didahului dengan kita mengampuni orang lain, barulah kita boleh berdoa. 

Orang yang penuh kebencian, tidak pernah mengampuni orang lain, tidak mungkin mendapat berkat dari Tuhan. Saya memiliki dua dalil. Jika seseorang dengan sengaja menjatuhkan engkau, tetapi engkau tidak bersalah, seperti apa yang dituduhkan mereka, engkau tidak usah takut: (a) Orang yang tidak ikut mempertumbuhkanmu, saat mau menjatuhkan engkau, pasti Tuhan tidak izinkan; (b) Jika engkau jujur, setia, dan lapang dada di hadapan Tuhan, dengan rajin mengerjakan pekerjaan Tuhan, sekalipun orang mau melawan engkau, jika Tuhan pelihara, maka mereka tidak akan berhasil. Jika Tuhan melihat kemurnianmu, Ia tidak mengizinkan orang menjatuhkan engkau dan mereka tidak akan berhasil. Maka kita bisa tenang. 

Tetapi orang yang sudah melawan kita, jika ia bersalah, sadar, dan mengaku salah, kita harus mengampuni dia. Jika dia tidak mengaku salah, kita pun boleh mengampuni dia. Tuhan yang adil akan mengadili semua pada hari terakhir. Jika hingga hari terakhir dia baru sadar ia bersalah dan tidak ada waktu lagi untuk bertobat, Tuhanlah yang akan menghadapi dia. Tetapi dalam hal ini, kita sendiri harus tetap setia kepada Tuhan, harus berlapang dada dan bersedia mengampuni orang lain. 

DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13
“Ampunilah kami sebagaimana kami mengampuni orang lain.” 

Jika semua manusia bertobat satu kali, mengapa Tuhan masih meminta gereja-Nya bertobat? Di dalam Wahyu 2 dan 3 tertulis surat kepada tujuh jemaat. Di dalamnya ada empat kali teriakan “Bertobatlah kamu.” Bukankah mereka sudah diselamatkan? Bukankah mereka juga sudah bergereja? Secara status memang mereka sudah suci, tetapi kondisi sehari-hari belum suci, sehingga mereka harus senantiasa meminta pengampunan dari Tuhan. Maka, di dalam Doa Bapa Kami, kalimat ini bukan dimaksudkan untuk meminta pengampunan agar diselamatkan, tetapi untuk kesalahan yang kita perbuat sehari-hari. Sebelum engkau berani berdoa seperti ini, engkau harus terlebih dahulu mengampuni orang lain. 

Kiranya pengertian Doa Bapa Kami ini bisa kita mengerti dengan mendalam, akurat, dan tidak menyeleweng untuk menunjang hidup kita di dalam relasi kita dengan Tuhan maupun dengan sesama. 

Bacaan : Matius 6:9-13. 

DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13 :JANGANLAH MEMBAWA KAMI KE DALAM PENCOBAAN (1) 

Doa Bapa Kami mengungkapkan bagaimana seharusnya kita meminta kepada Tuhan segala kebutuhan yang hanya mungkin diisi dan diberikan oleh Allah saja. Doa ini berbeda dengan semua doa dalam agama lain yang berpusat pada diri (antroposentris), mengejar kepentingan kebutuhan diri, dan memakai kekuasaan dan kemahakuasaan Allah Bapa untuk diperalat manusia. 

Doa Bapa Kami yang diajarkan langsung oleh Putra Allah yang tunggal, Pribadi Kedua Allah Tritunggal, merupakan doa yang berpusat pada Allah, tetapi tidak melupakan kebutuhan manusia. Di mana kita berdoa, kiranya nama Allah dikuduskan, Kerajaan Allah datang ke dunia, dan kehendak Allah terjadi di bumi seperti di sorga. Inilah tiga permintaan yang berpusat kepada Allah Tritunggal. Setelah itu, barulah kita meminta Tuhan memelihara dan memberikan apa yang kita butuhkan di dalam dunia ini. 

Di dalam Doa Bapa Kami, ada empat kesulitan pergumulan manusia di hadapan Allah, yaitu: 1. Hubungan saya dengan materi; 

2. Hubungan saya dengan manusia; 

3. Hubungan saya dengan setan; dan 

4. Hubungan saya dengan segala kejahatan yang akan membawa saya pada kecelakaan kekal dan kebinasaan. 

Dan Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan untuk mengatasi keempat masalah ini. 

Pertama, saya berdoa karena saya diciptakan sebagai manusia rohani dan jasmani, yang memiliki jiwa kekal dan sekaligus tubuh sementara. Di dalam kesementaraan, kita membutuhkan makanan, seks, kebutuhan materi, dan semua itu diciptakan oleh Tuhan untuk kita. Maka, kita memohon agar kita diberikan apa yang kita perlukan hari ini secukupnya. Kita tidak boleh tamak. 

Kedua, ampuni aku seperti aku sudah mengampuni orang yang bersalah kepadaku. Inilah permintaan untuk membereskan relasi antarpribadi, hubungan sosial masyarakat, di tengah dunia ini. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, sehingga kita berhubungan dan berinteraksi dengan manusia lain. Namun demikian, interaksi antarmanusia terbatas dengan kemampuan pikiran, pengalaman, kebijaksanaan, pengertian kebenaran, dan pengetahuan tentang orang lain. Maka sering terjadi perselisihan, salah komunikasi, dan salah mengerti maksud orang lain. Manusia tidak bisa menghindar dari kemungkinan gesekan. Jika terjadi kesalahpahaman, maka dendam, benci, dan pertentangan dengan orang lain akan menjadi bibit atau akar yang menjalar dan menyebabkan rusaknya hubungan. Maka kita perlu berdoa, ampunilah kami sebagaimana kami mengampuni orang lain. Yang berdoa seperti ini adalah anak-anak Tuhan, karena bisa menyebut Bapa di sorga. Hanya orang yang sudah menjadi anak Tuhan, yang diharapkan menjalankan kehendak Tuhan. Jika engkau sudah menjadi anak Tuhan, engkau tahu sudah diampuni, barulah mengampuni orang lain sebagai tindakan ketaatan untuk membuktikan bahwa imanmu tidak mati. Dengan itu barulah engkau berhak berdoa kepada Tuhan, ampunilah kesalahan kami, seperti kami sudah mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Di sini kita mengerti bahwa kita bukan meminta Tuhan mengikuti teladan kita, tetapi karena kita sudah menjalankan kewajiban kita, baru memohon Tuhan mengampuni kita. 

Kini kita akan membahas kesulitan yang ketiga, yaitu hubungan manusia dengan setan. Allah menciptakan malaikat dan penghulu malaikat. Seperti kepada manusia, Allah memberikan kebebasan kepada malaikat untuk memilih mau hidup berpusat kepada Allah atau kepada diri sendiri, mau lebih berpihak kepada kebijaksanaan Tuhan atau egoisme diri. Allah adalah Pencipta, sehingga tidak mungkin Ia dipersamakan dengan yang dicipta. Semua yang dicipta berada di bawah Pencipta dan tidak mungkin mencapai status Pencipta. Hanya Allah Pencipta yang bersifat kekal. Setan tidak pernah diciptakan oleh Tuhan, tetapi makhluk yang melawan kehendak Tuhan. Tuhan menyebutnya sebagai “setan” yang berarti “yang melawan atau menentang Tuhan”. Tuhan mengusir dia, mencampakkannya dari sorga. Yang berontak seperti ini selalu tidak mau sendirian. Ia akan menghasut, memengaruhi, dan mengatur yang lain untuk mengikuti dia memberontak. Gejala ini terjadi di mana pun. Demikian pula, ketika penghulu malaikat memberontak kepada Allah, ia berusaha memengaruhi dan mengajak banyak malaikat untuk mengikuti dia. Alkitab mencatat bahwa ada sepertiga jumlah bintang yang jatuh untuk menggambarkan kira-kira sepertiga malaikat jatuh mengikuti Iblis. Ketika Tuhan berkata, “Engkau Setan” maka semua pengikutnya menjadi roh jahat yang berada di dalam dunia kegelapan, atau yang juga disebut roh jahat di angkasa menurut Kitab Efesus. Manusia yang mengikut mereka, jiwa rohaninya dikuasai oleh roh-roh jahat ini dan mereka dipimpin oleh setan untuk melawan Tuhan. Seseorang berzinah, berjudi, atau berbuat berbagai dosa karena dipengaruhi oleh roh yang berada di angkasa. Alkitab tidak mencatat berapa banyak roh bisa memengaruhi seseorang. Bisa dimungkinkan ada beribu-ribu roh di dalam satu orang. Ketika Yesus di Dekapolis, Ia bertanya kepada seseorang yang dirasuk setan, “Siapa namamu?” dan setan itu menjawab, “Namaku Legion,” yang berarti ribuan. Berarti yang merasuk orang itu ada ribuan roh jahat. Ketika Tuhan Yesus mengusir keluar roh jahat itu, mereka berpindah ke dalam dua ribu ekor babi, yang menyebabkan babi-babi itu melompat ke dalam laut dan mati. 

1. Manusia Hidup di antara Allah dan Setan 

Kita tidak hidup netral, bebas, dan sendiri. Kita hidup di antara Allah dan setan, antara pimpinan Roh Kudus dan pengaruh roh jahat. Inilah kedudukan manusia, maka doa “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan” menjadi penting. Allah menciptakan manusia di dalam posisi yang unik, yang tidak terdapat pada malaikat, hewan, dan semua ciptaan lainnya. Sekarang ini banyak pemuda beranggapan bahwa ia masih bebas dan netral. Ini adalah penipuan Iblis yang membutakan mata manusia, sehingga engkau tanpa sadar sudah terjerumus ke dalam jurang dan sulit untuk bangkit kembali. Inilah keadaan manusia. Maka Tuhan Yesus berkata, “Janganlah membawa kami masuk ke dalam pencobaan.” Itu berarti pencobaan sudah ada dan kita tidak bisa menghindari kemungkinan dicobai. 

Di sini perlu ada hasrat di dalam hati manusia yang berdoa kepada Tuhan, “Jangan biarkan aku jatuh ke dalam jurang, walaupun jurang itu ada.” Pencobaan itu ada, tetapi saya tidak mau dibawa masuk ke dalamnya. Itu berarti, manusia harus berhati-hati agar jangan jatuh. Manusia tidak boleh sembarangan hidup dan tidak mau bersandar kepada Tuhan. Manusia yang sembarangan dan tidak bersandar kepada Tuhan akan terjerumus masuk ke dalam jurang yang menakutkan. Banyak orang beranggapan adalah lebih baik lari dari kesulitan. Banyak pemuda-pemudi yang patah hati lalu berpikir untuk bunuh diri. Alkitab berkata, jika engkau berani hidup di dunia ini dengan bersandar kepada Tuhan, engkau akan mengalahkan segala pencobaan dan mampu melewati segala kesulitan. 

Kita, orang Kristen mengetahui bahwa dunia ini mengecewakan, menakutkan, menggoda, dan menjerumuskan manusia ke dalam segala kesulitan. Namun orang Kristen berani mengumumkan perang dengan kesulitan, memelopori dan melewati hidup yang sulit dengan bersandar kepada Tuhan. Saya percaya orang Kristen harus menjadi penantang dunia. Bagaimanapun sulit dan rusaknya dunia ini, aku akan hidup bersandar kepada Tuhan, berperang melawan semua kesulitan, dan memproklamasikan kemenangan yang pasti ada padaku, karena Tuhan menyertaiku, berjanji kepadaku, dan menolong aku. Kita diciptakan di tengah Allah dan setan. Setelah setan ada barulah manusia ada. Inilah cara dan waktu Tuhan. Kita hanya memiliki dua pilihan, memihak Tuhan dan melawan setan, atau memihak setan melawan Tuhan. Di manakah posisimu? Saya berharap dan menggugah para pemuda-pemudi Kristen untuk memasang telinga bagi firman Tuhan, menjadi orang-orang yang mengubah sejarah. 

Beberapa puluh tahun yang lalu, Tuhan memanggil saya berjalan mengikuti Dia, tanpa memedulikan tradisi, warisan, hereditas, lalu saya memberikan diri kepada Tuhan dan Tuhan memberikan “peledak” di dalam hati saya. Saya telah meledakkan sejarah dan zaman ini dengan menjadikan Gerakan Reformed Injili suatu fakta dalam sejarah. Saya tahu setan tidak akan senang kepada saya dan memakai segala cara untuk menghancurkan saya. Tetapi saya tidak takut, karena saya tahu Tuhan mendampingi dan menyertai saya. Manusia hidup di dunia tidak mungkin tidak menghadapi ujian dan pencobaan. Harus ada ujian dari Tuhan dan pencobaan dari setan. Itu baru membuktikan bahwa engkau adalah manusia yang bertanggung jawab. Ketika Yesus berinkarnasi menjadi manusia, Ia dicobai oleh setan. Ia juga diuji oleh Allah, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa menghindarinya. Adam dan Yesus dicobai, kita tentu juga harus dicobai. Ketika pencobaan itu tiba, kita perlu berdoa kepada Tuhan, “Jangan pimpin saya masuk ke dalamnya.” Kita boleh tahu, boleh melewati dan mengalaminya, tetapi jangan jatuh ke dalamnya. Kita tidak boleh lupa bahwa setan sedang berusaha mencobai kita satu per satu. Yang cantik, yang ganteng, yang pandai, yang berbakat tinggi, selalu berpotensi congkak dan selalu diincar Iblis untuk dijatuhkan. Semua yang cantik, yang pandai, yang cakap, bukan karena hebat, tetapi karena engkau terlalu lemah, sehingga jika tidak ada kelebihan itu mungkin engkau sudah bunuh diri. Orang yang lemah diberi berbagai fasilitas dan kemudahan agar ia dapat bertahan dan berdiri. Justru mungkin orang yang diberi penyakit, kesulitan, dan penderitaan imannya kuat sehingga bisa menanggung semuanya itu. Pencobaan tidak bisa dihindarkan, tetapi kita harus mengalahkan pencobaan. Ibarat engkau tidak bisa mengatur burung terbang di angkasa, tetapi engkau bisa melarang dia hinggap di kepalamu. 

2. Pencobaan Mutlak Diperlukan 

Pencobaan dan ujian harus ada dan mutlak diperlukan manusia, karena tanpa pencobaan manusia tidak pernah mempunyai kemenangan sejati. Tanpa ujian, manusia tidak pernah mendapatkan peneguhan iman yang sejati. Oleh karena itu, Tuhan memperbolehkan pencobaan dan ujian berada, sehingga kita tidak bisa menolaknya. Pencobaan dan ujian berbeda dari aspek sumber dan tujuannya. Kita perlu melihat tiga perbedaan ini: 

a) Dari sumbernya: Pencobaan dari Iblis, ujian dari Allah; 

b) Dari sifat dan motivasinya: Pencobaan bersifat jahat, ujian bersifat baik, karena yang mencobai adalah setan, musuh Allah, dan akan memusuhi semua yang taat kepada Tuhan, sedangkan ujian adalah dari Allah yang menciptakan manusia dan ingin menyempurnakan manusia yang dicipta; pencobaan bermotivasi merusak untuk menghancurkan, menjatuhkan, memelaratkan, dan menarik engkau turun dari status bersandar kepada Tuhan, sementara ujian malah ingin memperkuat, memurnikan, dan membersihkan hatimu. Ada tiga pekerjaan setan yang paling utama, yaitu: menentang Tuhan, mencobai manusia, dan menuduh orang Kristen. Ada tiga pekerjaan Allah yang paling utama, yaitu: mencipta, menebus, dan mewahyukan kebenaran. Allah menciptakan manusia seturut peta teladan-Nya, menebus kita menjadi anak-anak Allah, dan mewahyukan kebenaran agar orang bisa mengerti kebenaran rencana Allah; 

c) Dari tujuan dan akibatnya: Setelah tujuan Iblis tercapai, manusia bersekongkol dengannya, berbuat dosa, menyukai kegelapan dan kejahatan; sebaliknya, setelah kita diuji oleh Tuhan kita menjadi bersih seperti emas murni. Sebagaimana tidak ada emas, mutiara, dan berlian yang tidak melewati api dan diasah, demikian pula manusia yang mau dimurnikan. Berlian harus dipotong, diasah, dibakar barulah mencapai tujuan akhirnya. Tidak ada orang yang waktu dilahirkan sudah menjadi perkakas yang berguna. Kita dilahirkan sebagai barang mentah (raw material). Barang mentah belum bisa dipergunakan. Setelah diolah, diuji, dan dipoles akhir, barulah kita bisa dipakai. Tidak ada orang memakai berlian yang masih berbentuk batu. Batu besar itu perlu dipotong dan diasah, barulah menjadi berlian kecil yang sangat berharga. Kita adalah barang mentah yang dipilih oleh Tuhan, diproses, diuji, dan digarap sehingga akhirnya bisa menjadi berlian yang bersinar. Tuhan Yesus berkata kepada Petrus, “Petrus, ikutlah Aku. Aku akan menjadikan kamu penjala manusia.” Petrus sekarang penjala ikan, dan Tuhan Yesus mau menjadikannya penjala manusia. Menjadikan seorang manusia menjadi anak Allah melalui khotbah, pelatihan, teladan, dan bimbingan sampai orang itu jadi, tidaklah mudah. 

Socrates berkata, “Hidup yang tak teruji tidak layak dihidupi.” Orang yang tidak pernah diuji tidak layak hidup di dunia. Socrates bukanlah orang Kristen, tetapi sebagai filsuf ia mengerti bahwa manusia perlu diuji untuk bisa sukses dan baru layak hidup di dunia. Anak Allah pun tidak terkecuali perlu diuji. Ketika Tuhan Yesus datang ke dunia, Ia dibiarkan menghadapi setan, hidup dalam kemiskinan, lahir dalam keluarga tukang kayu. Saya percaya Tuhan Yesus dari kecil hingga usia 30 tahun hidup begitu sederhana seperti rakyat biasa, agar Ia bisa mengerti kesusahan rakyat. Agar kita bisa menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh mengabdi kepada Tuhan, kita perlu mengetahui bagaimana menghadapi ujian dan pencobaan. 

3. Apa Hubungan Ujian dan Pencobaan? 

Ketika setan mau melawan, menyerang, dan menghancurkan seseorang, pasti ia mencobai orang itu. Ketika pencobaan itu terlalu berat, Tuhan tidak akan mengizinkannya. Maka, batasan sampai mana pencobaan boleh dijalankan, itu bukan ditentukan oleh setan, tetapi ditentukan oleh Tuhan. Melihat kalimat Paulus, “Tidak ada pencobaan yang melampaui kekuatanmu, karena Tuhan tahu sampai di mana kekuatan kita.” Maka kita tidak perlu takut, seberapa pun susahnya kita diserang setan, tidak mungkin melampaui batas yang Tuhan tetapkan. Ketika setan datang kepada Allah, setan melihat Ayub sebagai orang milik Tuhan yang sungguh-sungguh berbakti kepada Allah. Ia mulai menantang Allah, “Ayub berbakti kepada-Mu karena Engkau memberi segala kekayaan, juga anak dan lingkungan yang memuaskan dia. Seandainya ia tidak diberi kekayaan, tidak diberkati seperti itu, pasti ia akan meninggalkan Engkau.” Tuhan menerima tantangan Iblis. Tuhan menjawab, “Aku serahkan Ayub ke dalam tanganmu. Engkau boleh mencobai dia, tetapi tidak boleh membunuhnya.” 

Maka di sini Allah memberikan batasan kepada Iblis ketika ia akan mencobai Ayub. Iblis menerima tawaran itu, ia akan melakukan semua, kecuali nyawa Ayub. Seluruh kekayaannya dihabisi, anaknya mati semua, dan tubuhnya dibuat penuh luka. Belum cukup hal itu, teman-teman Ayub datang dan mulai menghina dia. Ayub berusaha menjelaskan, “Saya sebenarnya tidak berdosa apa-apa. Mengapa aku harus dihukum seperti ini? Di manakah Tuhan?” Tetapi Tuhan diam saja. Di sini Ayub mulai mengeluarkan kalimat penyelewengan, mulai meragukan Tuhan. Apakah ini ujian atau pencobaan? Hal ini merupakan inisiatif dari setan. Setan mulai dengan menuduh umat Tuhan, menghancurkan iman anak Tuhan. Inilah pencobaan Iblis. Tuhan mengetahui semua hal ini dan Tuhan mengizinkan hal itu terjadi. Apakah itu berarti Tuhan bekerja sama dengan setan untuk merugikan manusia? Tuhan tidak mau merugikan manusia, tetapi Tuhan sedang memperalat setan untuk membuktikan bahwa setan akan kalah. Jika Tuhan mengizinkan setan mengganggu engkau masuk ke dalam kesulitan besar, janganlah engkau tergesa-gesa marah dan melawan Tuhan. Tuhan berkata, “Akulah yang akan memimpin engkau melewati kesulitan, kepahitan, dan segala kesengsaraan penderitaan yang begitu keras, tetapi pada akhirnya hari kemuliaan akan Kuberikan kepadamu.” 

Orang Kristen yang terlalu cepat melawan Tuhan, bodohnya sama seperti istri Ayub. Ia berkata kepada Ayub, “Untuk apa engkau berbakti kepada Tuhan? Rumah berantakan, Tuhan tidak menjaga kita, anak kita mati. Buanglah Tuhanmu.” Ayub menjawab, “Mengapa engkau menjadi wanita bodoh, berkata kalimat yang mencela Tuhan? Tuhanlah yang memberi, Tuhanlah yang berhak mengambil kembali.” Saat Tuhan memberikan sesuatu kepadamu, bukan karena engkau baik, tetapi semata-mata karena anugerah. Ketika engkau menerima anugerah, engkau menjadi senang. Saat anugerah diambil kembali, engkau marah-marah kepada Dia. Di dalam satu keluarga ada dua pendapat. Satu yang memuji Tuhan, bahkan ketika semua anaknya mati dalam satu hari. Ia tahu bahwa ia tidak layak menerima semua yang Tuhan beri. Maka jika Tuhan mengambil kembali semua, itu adalah hak Tuhan dan ia siap taat. Istri Ayub bukan saja tidak mau mendengar kalimat bijaksana, tetapi ia tetap bertahan mempersalahkan Tuhan. Akhirnya ia meninggalkan Ayub. Dalam kasus ini, belum tentu istrinya bercerai dengan Ayub. Meninggalkan Ayub karena Ayub terlihat begitu kotor dan bau. Tetapi Tuhan tetap menyertai Ayub. Tuhan tidak pernah membuang Ayub. Akhirnya Tuhan memberikan sepuluh anak lagi, dan dua kali lipat unta, lembu, dan dombanya. Anak tidak dua kali lipat juga, karena anak bersifat kekal, sehingga sudah ada sepuluh anak di sorga, dan kini sebenarnya sudah lipat dua dengan yang baru didapat. Tetapi lembu, unta, dan domba harus dua kali lipat. Maka, di dalam Kitab Ayub kita dapat mempelajari bahwa jiwa bersifat kekal. Firman Tuhan mengandung makna yang luar biasa yang jika kita tidak melihat dengan teliti, kita tidak menemukannya. Namun, ketika kita menyelidikinya, kita baru mengetahui bahwa kebenaran Tuhan begitu ajaib dan begitu limpah adanya. 

Ketika Ayub menderita, itu adalah pencobaan dari setan yang dibatasi oleh Tuhan. Setelah setan mencobai Ayub, Tuhan memperalat pencobaan itu menjadi ujian bagi Ayub. Maka bukan Allah bekerja sama dengan setan, tetapi Allah memperalat niat jahat setan untuk menggenapi niat baik Allah, sehingga Allah tetap menang adanya. Di dalam kesulitan, penderitaan, kelaparan, kematian, dan wabah, sering kita menganggap Tuhan kalah dan setan menang. Tuhan hanya tersenyum di sorga, “Aku memiliki rencana, strategi, dan cara-Ku sendiri.” Oleh karena itu, di dalam kesulitan, di dalam pencobaan setan, jangan kita marah kepada Tuhan dan tawar hati. Tuhan berkata, “Aku tidak pernah meninggalkan engkau. Aku tidak pernah membuang engkau. Jika sudah genap, maka engkau akan melihat kemuliaan.” 

Mari kita berkata kepada Tuhan, “Jangan membawa kami masuk ke dalam pencobaan.” 

Bacaan : Matius 6:9-13.

DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13:JANGANLAH MEMBAWA KAMI KE DALAM PENCOBAAN (2)

Topik “Janganlah membawa kami masuk ke dalam pencobaan” adalah problema ke-3 hidup manusia di dunia ini. Kita telah membicarakan tiga hal tentang Allah: Nama-Mu dikuduskan, Kerajaan-Mu datang, dan kehendak-Mu jadilah. Angka 3 adalah angka Allah. Kita memulai Doa Bapa Kami dengan memandang Tuhan, dan sesudah itu disambut dengan empat hal tentang manusia. Angka 4 adalah angka manusia. 

Manusia dicipta Tuhan di dalam status unik dan sebagai pribadi yang harus bertanggung jawab. Tuhan menciptakan manusia yang unik, berbahaya, dan statusnya berada di antara Allah dan setan. Allah berkata, “Marilah Kita menciptakan manusia menurut peta teladan Kita.” Salah satu elemen peta teladan Allah yang berhubungan dengan ayat ini adalah tentang kedaulatan. Allah memiliki kedaulatan. Kedaulatan berarti kebebasan sepenuhnya ada pada diri Allah sendiri, yang tidak pernah perlu ada desakan dari luar atau unsur pengaruh luar. Ia sendiri yang menetapkan arah-Nya. Allah kita ialah Allah yang berdaulat dan mewahyukan bahwa Allah adalah satu-satunya yang bekerja secara sendiri. Allah demikian barulah bisa disebut Allah. 

Saya tidak setuju dengan pernyataan John Stott bahwa kebebasan Allah itu tidak mutlak. Jika tidak mutlak, bolehkah disebut sebagai Allah? John Stott berargumen bahwa kebebasan Allah tidak mutlak karena Allah tidak berdosa, tidak menyangkal diri, tidak bisa melakukan hal yang tidak baik, yang tidak suci, tidak berdasarkan kemurahan, dan tidak berdasarkan keadilan. Mungkinkah pikiran manusia menggabungkan kemutlakan kebebasan Allah dengan kondisi Allah yang tidak melawan semua kehendak Allah? 

Jika Allah suci, adil, dan baik adanya, maka Allah tidak mungkin berbuat yang tidak suci, tidak adil. Jika demikian, Allah tidak berkemampuan dan berkebebasan berbuat yang tidak baik. Maka saya menggabungkan kedua konsep ini. Allah bebas penuh dan mutlak, tetapi kebebasan Allah yang mutlak sekaligus berkait dengan kerelaan Allah menaklukkan hak kebebasan-Nya ke bawah atribut moral-Nya. Dengan demikian Allah bukan tidak terbatas, tetapi Ia sendiri rela mengikat diri. Allah tetap bebas, tetapi Ia sengaja membatasi kebebasan-Nya di dalam kedaulatan-Nya untuk tidak keluar dari kebajikan dan keadilan-Nya. Dengan demikian Allah kita adalah Allah yang bertanggung jawab dan tidak dibatasi oleh siapa pun. 

Alkitab berkata, “Allah tidak berubah dan tidak ada gerakan dari bayangan-Nya.” Di dalam bayangan-Nya tidak ada goncangan atau pemindahan. Bayangan adalah perpanjangan garis antara cahaya dan keberadaan kita. Jika saya makin dekat dengan terang, terjadi perubahan bayangan. Ketika saya makin mendekati titik terang, bayangan saya semakin besar. Hal ini memberikan pengertian kepada kita, bahwa ketika kita semakin dekat dengan Tuhan, setan semakin giat bekerja, ketika kita semakin dekat Tuhan, kegelapan semakin merajalela. Sampai ketika kita sangat dekat dengan terang, saat itu kita menjadi penudung terang dan belakang kita, yaitu eksistensi dari ekspansi bayangan gelap tadi. 

Namun, pada saat kita sudah begitu dekat sampai menyatu dengan terang itu, mendadak bayangan gelap itu hilang dan semua menjadi terang. Ketika kita berada di depan terang, bayangan itu kurus; tetapi semakin dekat, bayangan itu menjadi semakin gemuk dan membesar. Ketika kita sudah dekat sekali, kita akan menudungi seluruh terang, maka gelap di belakang kita menjadi begitu besar sampai seperti tak berhingga. Namun, ketika kita melangkah mendekat lagi sampai bersatu dengan terang, gelap itu sama sekali hilang. Di situ terjadi kondisi jarak nol (zero distance), sehingga tidak ada bayangan. 

Jika saya bersatu dengan terang, menyatu dan tidak ada jarak. Di situ saya dan terang adalah satu. Sekarang hal itu tidak mungkin terjadi, karena kita sedang melalui perjalanan umat tebusan, di mana kita belajar semakin dekat dengan Tuhan, tidak mungkin bersatu dengan terang. Tetapi dalam Efesus 1:10 dikatakan sampai akhirnya segala sesuatu akan bersatu di dalam Kristus. Inilah waktu di mana dunia kiamat dan kehendak Tuhan jadi. Pada saat dunia kiamat dan kehendak Tuhan jadi, semua yang ditebus, dipilih, diperanakkan, dan diperbarui, bersatu dalam Kristus dan Kristus berada di dalam Allah sendiri. Pada saat itulah kita baru mengerti apa artinya “Allah itu terang” (God is light). Di titik pusat terang itu, tidak mungkin kita bisa melihat bayangan apa pun, karena bayangan itu ada akibat adanya jarak antara eksistensi dan sumber terang. 

Ketika manusia berada di dalam Tuhan dan kita menemukan Tuhan berada di dalam dirinya dan dirinya menyatu dengan Sumber Terang. Tuhan tidak berjarak dengan terang, karena Ia adalah terang. Di dalam agama lain, ada dua istilah, yaitu Allah yang penuh rahmat dan Allah yang penuh kasih setia (rahmaniah dan rahimiah). Tetapi itu hanyalah sifat Allah, bukan pribadi Allah itu sendiri. Di dalam kekristenan, kita tahu bahwa Allah itu adalah kasih, terang, kebenaran, dan kemurahan itu sendiri. Maka tidak ada jarak antara Allah dan moralitas dan kebajikan Allah. Maka dengan demikian, dalam Allah tidak ada kegelapan, bayangan ataupun perubahan bayangan. Perubahan bayangan terjadi karena saya berpindah tempat, sehingga ada perubahan jarak antara saya dan terang. 

Ketika Allah menciptakan manusia, manusia berada di tengah antara Allah dan setan. Ini merupakan suatu kesulitan, maka manusia diberi kebebasan. Kebebasan manusia tidak mutlak, karena kebebasan ini bukan milik diri, sehingga harus dihakimi Allah pada hari terakhir. Suatu hari kita harus berdiri di hadapan Tuhan, lalu memperhitungkan apa yang pernah kita lakukan berdasarkan keputusan kehendak bebas kita masing-masing. Kebebasan Allah tidak perlu sumber, karena Allah sendiri adalah Sumber alam semesta. Kebebasan Allah mutlak, karena Allah tidak perlu bertanggung jawab kepada “sesuatu” yang lebih tinggi dari diri-Nya. Allah sendirilah Oknum tertinggi, yang kekal, dan selamanya. Kebebasan manusia adalah kebebasan yang diberi. Kekuatan dan kesempatan kebebasan itu pun juga diberi. Bahkan kekuatan menggunakan kebebasan untuk melawan Tuhan juga diberikan oleh Tuhan. Tetapi, mengapa Tuhan memberikan kekuatan, kesempatan, kebebasan untuk bisa dan boleh melawan Dia? “Kemauan” merupakan tema besar yang dibicarakan oleh semua agama. Buddha berkata, “Sengsara datang dari kemauan. Orang yang tidak pernah menginginkan apa pun akan terhindar dari sengsara. Tetapi yang punya keinginan, keinginannya mendesak dia menuju kesengsaraan yang tidak habis-habis. Kemiskinan datang dari perbandingan. Jika engkau membandingkan diri dengan orang lain, akhirnya timbul keinginan, dan dari keinginan yang jahat timbul iri hati. Dari situ penderitaan yang tidak habis-habis akan engkau tanggung. Jika engkau tidak pernah menginginkan sesuatu, maka engkau tidak akan pernah iri hati dan tidak akan menuntut apa pun di luar kemampuanmu. Dengan demikian engkau akan tenang dan damai menerima apa yang ada.” Ketika engkau menyalahgunakan kebebasan yang dianugerahkan Tuhan kepadamu, engkau akan mati, membunuh diri sendiri dan rusak sendiri. Inilah suatu paradoks antara kebahagiaan dan kebahayaan. 

Mengapa perlu kebebasan? Jika manusia tidak diberi kebebasan, manusia tidak mungkin bisa salah pilih, tidak bisa diadili, dan masuk neraka. Setelah manusia menggunakan kebebasan, barulah ia bisa diadili. Sesudah seseorang mempunyai, menggunakan kebebasan, dan mendapat celaka barulah menyadari bahwa lebih baik tidak punya kebebasan agar tidak celaka. Kebebasan jika sudah kita pakai, seharusnya kita tidak boleh tolak dan lawan. Manusia menolak kebebasan setelah dia sadar bahwa kebebasan itu telah menimbulkan kesulitan dan celaka. Ia pikir kebebasan itu memberikan kebahagiaan. Dan memang kebebasan memberikan kebahagiaan tetapi juga mengandung bahaya. Ketika kita mau menikmati kebahagiaan kita juga harus sadar adanya bahaya dan bisa menjadi celaka. Maka kita tidak boleh mempersalahkan Allah mengapa memberikan kemungkinan kebahagiaan dan sekaligus kemungkinan bahaya. 

Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia agar manusia boleh menjadi makhluk yang memiliki nilai moral. Orang yang tidak memiliki nilai moral, tidak mungkin bisa memilih. Seseorang tidak mungkin menjadi baik jika tidak ada ujian. Seseorang tidak bisa dikatakan baik jika ia tidak memiliki kesempatan untuk bisa berbuat jahat. Jika jalan hanya bisa lurus, tidak mungkin ke kiri atau ke kanan, maka engkau tidak bisa memilih. Jika tidak ada kebebasan maka tidak ada moral, karena manusia tidak punya pertimbangan untuk memilih yang benar. Tuhan tidak ingin manusia menjadi robot yang tidak mempunyai pilihan. Itulah sebabnya Tuhan menciptakan engkau di antara Allah dan setan, sehingga ada pilihan untuk engkau mau memihak Allah melawan setan, atau memihak setan melawan Allah. Di situlah Tuhan memberikan kebebasan dalam kondisi awal sebagai kebebasan pertama. Kebebasan pertama yang ada pada Adam berbeda sekali dengan kebebasan keturunan Adam yang sudah lahir di dalam dosa. Kebebasan Adam adalah kebebasan yang netral, mewakili kebebasan seluruh manusia. Kebebasan kita setelah Adam adalah kebebasan yang bisa dan ingin memilih dosa, tetapi tidak mungkin memilih Tuhan. Inilah perbedaan kebebasan sebelum dan sesudah kejatuhan manusia ke dalam dosa. 

Agustinus membedakan empat tingkat: a) bisa berdosa; b) tidak bisa tidak berdosa; c) bisa tidak berdosa; dan d) tidak bisa berdosa, kondisi di mana kita sudah ditebus dan disempurnakan oleh Kristus melalui ujian pencobaan, yang akhirnya kemenangan Kristus memberikan hidup baru dalam kekekalan, membuat engkau mencapai kemungkinan untuk tidak berbuat dosa lagi selama-lamanya. Di dalam tahap akhir ini, kelengkapan Yesus pada hari kiamat membawa engkau ke sorga dan tidak mungkin berdosa lagi (non posse peccare). 

Kebebasan ini berbeda dengan kebebasan Allah. Kebebasan Allah adalah kebebasan mutlak. Kebebasan mutlak Allah adalah kebebasan mutlak yang diletakkan di bawah, yang tunduk, takluk, dan taat kepada segala atribut moral Allah, sehingga Allah rela menjadi Allah yang tidak berdosa. Allah rela menjadi Allah yang setia selamanya tidak berubah.

Ketika Adam dicipta di Taman Eden, Allah membiarkan ular masuk ke Taman Eden di mana pohon terlarang ada di situ. Allah sendiri berada di situ dan berfirman kepada Adam. Kalimat pertama Allah, “Adam, semua buah dalam taman ini boleh kamu makan buahnya, tetapi buah dari pohon terlarang, yaitu pohon pengetahuan tentang hal yang baik dan yang jahat jangan kaumakan buahnya.” Ini adalah 1) perintah, 2) hukum, 3) larangan dan 4) batasan bagi kebebasan. Allah memberikan kebebasan kepada manusia. Allah juga memberikan pembatasan untuk mengikat kebebasan itu sampai batas tertentu. Ketika Allah mengatakan hal pertama, kedua, ketiga, keempat, semua menjadi satu, yaitu, “Jika engkau mendengar kalimat-Ku, engkau taat firman-Ku, maka hubunganmu dengan materi, sesama manusia, setan, dan nasib kekekalanmu akan beres.” Ini adalah theologi dasar yang tercantum di dalam Kejadian 3. Juga di sini terjadi kekacauan epistemologi dan pluralisme dari semua pikiran yang memutlakkan yang tidak mutlak dan menidakmutlakkan yang mutlak. 

Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi berdasarkan setiap kalimat yang keluar dari mulut Allah. Prinsip ini sudah terlihat di dalam Kejadian 3. Allah menciptakan manusia di tengah Allah dan setan bukan kebetulan. Itu adalah rencana kekal Allah. Tetapi setan tidak tinggal diam. Setan berusaha menarik manusia agar tidak netral lagi. Ia akan membuat manusia memihak dia dan melawan Tuhan, sehingga engkau menjadi alat di tangannya untuk menjadi pengacau rencana dunia rohani. Di tengah kedua hal ini kita harus memilih.

Yesus berkata, “Berdoalah kepada Bapamu, jangan bawa aku ke dalam pencobaan.” Itu berarti pencobaan secara objektif ada, dan engkau tidak bisa tidak harus menghadapi pencobaan. Allah memiliki tujuan bagi kita, maka Allah menetapkan tujuan hidup kita menurut apa yang Tuhan wahyukan kepada kita. Setan bertujuan memperalat kita, agar tujuannya tercapai dan kita dikorbankan. Perbedaannya ialah, Allah memberi sengsara untuk menguji kita, sedangkan setan memberi hiburan untuk menggoda kita. Setiap manusia harus mempunyai ujian dan pencobaan, dicoba dan diuji sebagaimana Adam dicobai Iblis dan dituntut Allah. Akhirnya ketika dalam ujian, Tuhan menyerahkan Adam untuk digoda oleh setan, dan Adam gagal. Sebagaimana Ayub dicobai setan dan Tuhan memakai pencobaan itu sebagai ujian untuk membuktikan bahwa Ayub setia, tekun, dan sabar mengikut Tuhan. 

Adalah rencana Tuhan bahwa setiap manusia harus diuji dan dicobai. Ketika Kristus menjadi manusia pun, Ia tidak luput dari rencana ini. Oleh karena itu, jangan menganggap engkau boleh menghindar dari hal ini. Tuhan membiarkan setan mencobai engkau. Jika akhirnya, dengan kebebasanmu engkau tidak mau mengikut Dia, Tuhan akan menghargai kebebasanmu, namun engkau akan dihakimi Tuhan pada hari kiamat. Allah tidak mencobai seseorang dan Ia sendiri tidak dicobai.

Seperti telah diungkap sebelumnya, pencobaan dan ujian memiliki tiga perbedaan: a) berbeda sumber; b) berbeda motivasi; dan c) berbeda tujuan. Kontras ini dinyatakan dengan bagaimana benih wanita akan melawan ular dan benih ular akan melawan benih wanita. Juga Allah menyatakan dalam Kitab Yeremia, “Israel, Aku tidak pernah mempunyai niat buruk kepadamu.” Setan juga tidak pernah mempunyai niat baik kepada kita. Setan berusaha berbuat jahat, menghancurkan, dan mematikan kita. Inilah tujuan setan. Maka kita perlu berdoa seperti yang Tuhan Yesus ajarkan, “Janganlah bawa kami ke dalam pencobaan.” Itu berarti kita harus putus hubungan dengan setan. 

Di dalam Alkitab berulang kali Yesus berkata, “Apa hubungan-Ku dengan engkau?” Yesus pernah mengatakan perkataan ini kepada Maria, ibu jasmani-Nya. Dalam hal ini Yesus ingin mengatakan bahwa untuk melakukan mujizat, engkau tidak berbagian. Allah yang melakukan mujizat, bukan manusia. Kini kita perlu mengerti hubungan antara pencobaan dan ujian dari Tuhan. 

Jika pencobaan dari Iblis dan ujian dari Tuhan, apakah ada hubungan antara keduanya? Allah tidak pernah berniat jahat, mungkinkah Allah bekerja sama dengan setan untuk mencobai manusia? Ketika Ayub dicobai setan, pada saat yang sama ia sedang diuji oleh Allah. Allah sama sekali tidak memperalat setan untuk merugikan Ayub. Sementara Tuhan memperkenankan setan memakai Allah untuk menyusahkan Ayub. Di sini kita melihat Allah membiarkan hal itu, karena ada tujuan yang lebih tinggi. Ketika setan mau merusak Ayub, ia tahu bahwa ia tidak punya kuasa dan kebebasan mutlak. Itu sebab ia harus datang kepada Allah. Apakah itu berarti setan bisa masuk sorga? 

Pengertian ini melampaui keadaan tiga dimensi kesementaraan. Konsep ini melampaui ruang dan waktu. Konsep kita tentang Allah adalah Allah yang melampaui ruang dan melampaui waktu. Ketika Allah sedang rapat dengan malaikat Tuhan, setan menghadap Allah. Itu berarti Allah melihat apa yang setan lakukan. Setan berkata, “Saya melihat dia takut Tuhan. Tetapi ia baik karena Engkau memberkati dia. Coba angkat semua berkatnya, pasti ia akan melawan Engkau.” Tuhan tertawa, apakah umat Tuhan yang sejati hanya menjadi umat ketika mendapat berkat. Maka Tuhan menyerahkan Ayub untuk dicobai Iblis. Namun, Iblis tetap tidak boleh mengambil nyawanya. 

Di sini kita melihat prinsip bagaimana Tuhan memberi ujian kepada manusia, tetapi ada batasnya. Janganlah manusia bodoh dengan memarahi Tuhan ketika sedang diuji oleh Tuhan. Setan turun ke dunia di mana Ayub berada. Unta, domba, lembu, bahkan kesepuluh anak Ayub diambil oleh setan. Ini ujian yang terlalu berat dan sangat menakutkan bagi setiap kita. Saat itu Tuhan dengan diam-diam melihat. Apakah Tuhan memperalat setan untuk mempermainkan manusia? Tidak. Tuhan sedang memberikan ujian melalui pencobaan yang dilakukan oleh setan. 

Tuhan akan membuktikan bahwa milik-Nya akan menang dalam ujian, tidak akan jatuh setelah dicobai, dan akhirnya tetap cinta Tuhan. Tuhan berkata, “Bukan Aku tidak tahu engkau baik. Aku akan membuktikan pada orang lain, anak-Ku baik, dan bisa tahan uji.” Kalimat terkenal Socrates, “Hidup yang tidak teruji tidak layak dihidupi.” Ketika Tuhan menguji engkau, janganlah melarikan diri, jangan mencela Allah, atau marah kepada Tuhan. Ketika Ayub dicobai dan diserang setan, Allah bukan sedang memperalat setan, tetapi itu adalah keinginan setan untuk merusak anak Tuhan. 

Demikian pula ketika Tuhan memakai Yudas menjual Yesus, itu bukan Allah memperalat Yudas. Yesus berkata, “Yang engkau ingin kerjakan, kerjakan sekarang.” Itu pekerjaan yang diinginkan oleh Yudas, bukan yang direncanakan Allah. Dan karena manusia ingin berbuat dosa, Allah membiarkan manusia berbuat dosa. Melalui dosa dan pencobaan itu, Tuhan mengizinkan manusia diberi ujian dan pencobaan untuk membuktikan sesuatu yang tidak ada pada hewan. Tujuan Iblis adalah membawa engkau ke dalam dosa, tetapi tujuan Allah adalah untuk membawa engkau berbagian dalam kesucian Tuhan. Dengan demikian, kita tahu bahwa Allah tidak berbuat salah. 

Ketika pencobaan dan godaan mengelilingi kita dan ketika tangan setan mau merusak dan membawa kita jatuh ke dalam dosa, kita harus berdoa, “Jangan bawa aku ke dalam pencobaan.” Inilah kalimat penting dalam hubungan kita dengan setan yang boleh kita doakan di hadapan Tuhan. 

Bacaan : Matius 6:9-13. 

DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13 :JANGANLAH MEMBAWA KAMI KE DALAM PENCOBAAN (3) 

Kita telah membahas bahwa di dalam kehidupan ada empat masalah yaitu: a) kebutuhan jasmani; b) kesulitan hubungan antarpribadi (interpersonal relationship); c) bagaimana menghadapi dosa dan meraih kemenangan; dan d) bagaimana lepas dari kejahatan dan tidak menuju ke neraka. 

Socrates pernah berkata, “The unexamined life is not worth living” (Hidup yang tak teruji tidak layak dihidupi). Kesulitan Socrates adalah dia tidak pernah tahu apa ukuran ujian yang tertinggi. Semua filsuf tahu adanya ujian, dan ujian datang melalui penderitaan, bencana alam, dan kemelut antarpribadi. Itulah ujian yang sengit dan sulit dalam kehidupan manusia. Socrates tidak mengerti bahwa ada Allah yang menguji manusia, karena ia hidup di era 2.400 tahun yang lalu dan hidup di tengah masyarakat yang berkebudayaan mitologi Yunani (Gerika) kuno. Dewa-dewa Gerika ialah dewa-dewa yang sendirinya jatuh ke dalam dosa, berzinah, mabuk, mencuri, dan tidak memiliki karakter moral yang bisa menjadi teladan sempurna bagi manusia. Para filsuf memiliki pikiran yang mendalam, namun bagaimanapun dalamnya, tetap tidak mirip dengan firman Tuhan dan tidak sebanding dengan wahyu Tuhan. 

Allah menguji manusia dan Allah mengizinkan setan mencobai manusia. Terjepit di antara kedua hal ini, manusia mengalami hidup yang penuh kesulitan, pemilihan, dan dalam kondisi tidak menentu. Ujian dari Allah dan pencobaan dari Iblis memiliki tiga perbedaan hakiki, yaitu: sumber, tujuan, dan akibat. Tujuan yang ditetapkan Allah bersifat anggun, suci, mulia, dan indah. Sementara tujuan yang diinginkan Iblis bersifat rendah, hina, merusak, dan menghancurkan. Jika kita menemukan kesulitan dan tidak mempunyai kebijaksanaan untuk membedakan dari mana, untuk apa, dan apa akibat dari kesulitan yang kita alami, maka kita akan menjadi orang bodoh yang buta rohani, sehingga kita akan ditipu oleh kesulitan-kesulitan itu dan tidak mendapatkan makna yang berarti di balik semua kesulitan tersebut. 

Allah yang menjadi sumber ujian ialah Allah yang baik, sementara setan adalah sumber pencobaan yang jahat. Yang baik dan yang jahat senantiasa ada di sekitar kita sehingga mau tidak mau kita harus memilih. Manusia cenderung berada dalam posisi yang pasif dalam hal ini, sehingga manusia tidak memilih ujian atau pencobaan yang ia alami. Tidak tentu Tuhan akan menguji engkau seperti menguji Ayub dan Daud. Cara Tuhan menguji adalah berdasarkan kebijaksanaan Allah yang tertinggi. Kedaulatan-Nya tidak boleh diganggu gugat. 

Ketika kita minta diuji oleh Tuhan, itu berarti kita sudah siap menerima segala ujian yang sulit. Sedangkan untuk pencobaan, kita tidak perlu berinisiatif untuk meminta kepada setan. Setan bersifat jahat, kita tidak perlu menantang dia untuk mencobai kita. Ia memiliki rencana yang sangat keji, sehingga engkau tidak perlu banyak bicara dengan dia, dan tidak perlu bergaul dengan setan. Pencobaan dan ujian harus ada, bahkan Anak Allah pun tak terkecuali ketika Ia hadir di dunia. Ia harus menderita dan belajar taat. Maka, manusia tidak mungkin meniadakan pencobaan Iblis. Di sini Yesus juga seperti Adam. Adam dicobai dan diuji, Yesus juga dicobai dan diuji. Dalam hal ini, Allah mungkin dapat menggunakan pencobaan Iblis untuk menjadi alat ujian bagi manusia yang dipilih-Nya, demikian pula setan mungkin memperalat ujian Tuhan Allah untuk menjadi kesempatan ia mencobai manusia agar manusia jatuh. 

Pada saat Allah menguji seseorang, Ia mempunyai niat tertinggi yaitu mengharapkan anak-anak-Nya menang mengatasi dan melewati ujian yang Ia berikan sehingga boleh mencapai kesempurnaan yang lebih tinggi derajatnya. Ketika setan melihat Allah sedang menguji seseorang, ia memakai kesempatan itu untuk menjatuhkan manusia, sehingga manusia menjadi hancur karena melawan Tuhan dan masuk ke dalam jeratnya. Maka, jelas di sini bukan berarti Allah bekerja sama dengan setan, tetapi setan memakai kesempatan Allah menguji manusia untuk menjatuhkan manusia. Di sini kita melihat setan memiliki niat jahat, sementara Tuhan memiliki niat baik. Ketika setan berusaha menjatuhkan engkau, Allah memberi kekuatan kepadamu untuk bisa mengalahkan pencobaan, sehingga dengan demikian orang Kristen bisa menjadi lebih murni, menang, dan mempunyai kesempurnaan. Ayub berkata, “Setelah aku diuji, aku akan menjadi emas murni” (Ayb. 23:10). Menjadi emas murni berarti melewati api, dibakar dengan panas tinggi, dilelehkan, dan akhirnya kotorannya bisa dipisahkan. Orang suci di Perjanjian Lama membuktikan bagaimana mereka tahan uji, setia, dan jujur mengikuti Tuhan, sehingga terbukti juga bahwa ujian Tuhan menjadi manfaat yang besar bagi mereka. Ketika Tuhan Yesus berkata, “Jangan bawa kami masuk ke dalam pencobaan,” Ia tidak menyinggung tentang ujian, melainkan melihat aspek negatif dan tujuan buruk Iblis yang memakai pencobaan untuk menjatuhkan, menodai, dan menjerat kita di dalam kejahatan. Oleh karena itu kita perlu berdoa, “Allahku, Tuhanku, Engkau menciptakan aku di posisi genting, di antara baik dan jahat, antara Allah dan setan, antara hidup dan mati. Kini, demi berkenan pada-Mu, jauhkan aku dari pencobaan.” 

Ketika kita masuk ke dalam pencobaan, terkadang Tuhan membiarkan kita. Namun, pada saat tangan-Nya melepaskan kita, mata-Nya tidak meninggalkan kita. Tuhan melepaskan tangan-Nya untuk menguji kita, melatih kita, dan memupuk kita mandiri dan tidak jatuh, karena kita dilatih untuk waspada. Namun, apabila saat itu kita kurang waspada dan mulai terjatuh, mata-Nya tidak meninggalkan dan membiarkan kita. Ia siap segera menolong kita untuk kembali. Secara sepintas, menjadi orang Kristen terlihat lebih tidak enak dari orang bukan Kristen, karena menjadi lebih sulit dibandingkan dengan bukan Kristen. Sebelum menjadi orang Kristen, engkau tidak mempunyai musuh karena Tuhan mengasihi dan setan membiarkan engkau, sehingga engkau bisa hidup lancar semau sendiri. Tetapi setelah menerima Tuhan, setan mulai tidak rela melepaskan engkau, maka ia mulai menyerangmu. Setelah engkau menjadi Kristen, engkau mengalami gangguan Iblis, ikatan dari Tuhan dan firman, serta teguran dari Roh Kudus. 

Janganlah kita menganggap kebebasan sebagai kenikmatan. Kebebasan yang tidak diikat oleh kebenaran akan menjadi kebuasan yang tidak terbatas. Kebebasan yang tidak diganggu Tuhan adalah kebebasan yang akan membunuh diri tanpa sadar. Ketika Yesus di dunia, Dia adalah manusia utuh yang sempurna seperti engkau dan saya, yang akan menjadi teladan yang memimpin saya dan engkau keluar dari dosa, masuk ke dalam kemenangan kebenaran Tuhan. Alkitab berkata, “Yesus adalah kapten keselamatan kita.” Ia pemimpin yang berjalan di depan, kapten dan sekaligus teladan bagi kita. 

Ketika Yesus di dunia, Ia juga dicobai oleh setan dan diuji oleh Tuhan Allah. Ketika Allah menguji Yesus, Kitab Ibrani berkata, “Sekalipun Anak, Ia harus melewati penderitaan untuk belajar taat.” Adam sebagai manusia yang dicipta harus melalui pencobaan dan ujian; Yesus sebagai Allah yang tidak dicipta, ketika datang sebagai manusia dan hidup di dalam dunia, Ia tetap dicobai oleh setan dan diuji oleh Allah. Maka, penderitaan yang dialami Yesus melampaui semua manusia yang pernah hidup di dunia. Penderitaan yang dialami Yesus adalah penderitaan yang paling keji, paling menakutkan, dan paling berat yang mungkin diterima manusia. 

Tanpa mengerti kesengsaraan yang diderita oleh Tuhan Yesus, tidak ada orang bisa mencintai Tuhan. Alkitab berkata bahwa sebelum Tuhan Yesus memulai pekerjaan sebagai Mesias, Ia mulai dengan berpuasa empat puluh hari. Setelah empat puluh hari tidak makan, Ia mempersiapkan diri untuk menjadi hamba Tuhan, menjadi Mesias, kemudian datanglah pencobaan Iblis. Setan disebut dengan tiga istilah: 1) Perintang Tuhan, di mana terhadap Tuhan, manusia, dan orang Kristen, ia memiliki rencana negatif, agar Tuhan ditentang dan kehendak-Nya tidak tergenapi dan gagal total; 2) Pencoba manusia, agar manusia berdosa tidak memuliakan Tuhan; dan 3) Pengadu orang suci, orang suci dibongkar dosanya di hadapan Tuhan, agar Tuhan benci orang kudus-Nya dan membuang mereka. Namun, semua upaya Iblis tidak ada yang sukses, karena Tuhan memelihara segalanya. Memang pada keadaan tertentu Tuhan mengizinkan setan untuk mencobai manusia sesuai penetapan Tuhan di mana setiap manusia harus dicobai. 

Alkitab berkata, setelah Tuhan Yesus berpuasa empat puluh hari, maka Ia lapar. Ketika Yesus lapar, setan datang kepada-Nya dan berkata, “Jika Engkau Anak Allah, ubahlah batu-batu ini menjadi roti.” Ini adalah pencobaan bagi Yesus di mana kalimat itu seolah-olah mencurigai apakah Dia benar-benar Anak Allah. Tuhan Yesus dicobai karena pimpinan Tuhan. Jika bukan karena kehendak Tuhan, tidak mungkin Tuhan memimpin orang untuk dicobai. Oleh karena itu, jangan kita beranggapan bahwa pencobaan adalah rencana setan yang tidak ada hubungannya dengan Allah. Jangan engkau beranggapan adalah suatu kebetulan engkau jatuh dan akhirnya setan menang, sehingga engkau bertemu dengan pencobaan. Dalam Matius 4:1 dan Lukas 4:1 dikatakan, “Roh Tuhan memimpin Yesus ke padang belantara untuk dicobai setan.” Dalam ayat yang singkat ini kita melihat pimpinan Roh Kudus yang negatif. Pimpinan Roh Kudus yang positif sering kali dibicarakan orang, seperti Roh Kudus memimpin kita menjadi orang suci, memimpin kita memberitakan Injil, mengerti firman Tuhan, mengasihi sesama, dan menghasilkan buah Roh Kudus. Tetapi Roh Kudus juga memimpin Yesus ke padang belantara untuk dicobai oleh setan. 

Apakah Tuhan Allah suka kita bertemu setan untuk dicobai setan? Jika Tuhan tidak suka mengapa kita dipimpin untuk bertemu dan dicobai oleh setan? Bukankah Allah adalah Allah yang baik dan tidak memiliki rencana yang buruk? Di sini kita sering kali tidak mengerti, suatu pimpinan yang terlihat jahat, namun menjadi suatu kebajikan bagi kita yang melampaui pikiran kita. Untuk apa Yesus dibawa ke padang belantara? Untuk meditasi? Untuk membaca Alkitab? Untuk mencari kehendak Tuhan? Atau, untuk dipersiapkan memberitakan Injil ke seluruh dunia? Yesus dipimpin Roh Kudus masuk ke padang belantara untuk dicobai oleh setan. Apakah engkau bersedia memikul salib mengikut Tuhan? Jika pendetamu tidak mau memikul salib, jangan dengarkan dia. Jangan kita berpikir jika anak kita semakin kaya, itu berarti pimpinan Tuhan. Relakah engkau ketika anakmu tidak mendapat honor tetapi tetap melayani Tuhan? Tuhan berkata, “Filipus, engkau sudah sukses, sudah ribuan orang mendengar khotbahmu, sekarang pergi ke padang belantara yang sepi dan tidak ada siapa-siapa.” Ini pimpinan Tuhan. Orang yang sudah sukses di kota besar kemudian dipindahkan ke desa yang kecil. Banyak pendeta yang sukses tidak mau dipindahkan ke desa kecil. Yesus tahu bahwa pimpinan Allah yang negatif maupun positif harus Ia terima semua. Allah memerintahkan Dia ke padang belantara, maka Ia pergi. Allah membiarkan Ia bertemu dengan setan, maka Ia bertemu dengan setan. Ia juga taat ketika Ia dibiarkan dicobai oleh setan. Ketaatan seperti inilah ketaatan Kristen. Kristus adalah penghulu semua orang Kristen, di mana Ia menjadi teladan bagi kita masing-masing. 

Ketika Musa akan dipakai menjadi pemimpin Israel, ia tidak bisa langsung menjalankan tugasnya. Ia terlebih dahulu harus pergi ke padang belantara, dikejar oleh Firaun, dan hampir dibunuh mati. Empat puluh tahun ia berada di padang belantara, barulah ia boleh memimpin umat Israel. Barang siapa yang mau menjadi besar, ia harus melayani sesamanya. Jika engkau mau melayani, maka engkau harus merendahkan diri. 

Ketika Yesus dicobai, setan mencobai Dia dengan tiga inti, tiga wadah, tiga cara yang mewakili semua pencobaan apa pun kepada siapa pun di sepanjang sejarah umat manusia. Pertama, setan berkata, “Jadikan batu ini menjadi roti.” Yesus tidak menerima tawaran ini. Lalu, setan membawa Yesus ke tempat paling tinggi dari Bait Allah, untuk memberikan gambaran kedudukan yang paling tinggi, lalu berkata, “Loncatlah ke bawah, maka pasti malaikat akan bersiap menatang-Mu agar jangan kaki-Mu terantuk pada batu.” Dan Yesus tidak mau taat pada perintah setan. Sesudah itu, setan membawa Yesus ke gunung yang sangat tinggi dan memberikan penglihatan seluruh dunia dengan semua kekayaan dan kemakmurannya. Lalu setan berkata, “Semua ini kuberikan kepada-Mu asal Engkau mau menyembahku.” Yesus mengatakan, “Enyahlah engkau!” Yesus tidak mau menerima permintaan setan. 

Sekali saja Ia menganggukkan kepala kepada setan, seluruh dunia menjadi milik Yesus. Jika seluruh dunia menjadi milik Yesus, maka Yesus tidak perlu susah-susah memberitakan Injil, karena semua orang langsung menjadi milik-Nya. Tetapi Yesus tidak mau, karena jika Yesus mengangguk kepada setan, maka memang seluruh dunia menjadi milik-Nya, menjadi milik Yesus, tetapi milik Yesus yang takluk dan taat kepada setan. Ini adalah hal yang sangat mengerikan. Maka, pemimpin gereja tidak boleh takluk kepada setan, tidak boleh mengikuti kemauan Iblis. Pemimpin gereja harus menjadi contoh seperti Tuhan Yesus menolak setan. 

Ketiga pencobaan yang dialami Tuhan Yesus mewakili tiga hal, yaitu: nafsu mata, nafsu daging, dan nafsu kecongkakan dunia. Banyak orang ingin kaya, ingin makmur, dan sukses berdagang. Semua Theologi Sukses dan Theologi Kemakmuran melawan kehendak Allah. Mereka ingin kesuksesan dunia agar mereka bisa bangga. Orang ingin memiliki rumah besar, perusahaan besar, untung besar, agar ia bisa sombong. Banyak orang tidak sadar bahwa uang yang Tuhan berikan kepada kita hanyalah pinjaman dari Tuhan untuk menguji kita. Tuhan meminjamkan harta di tangan kita lalu melihat bagaimana kita memakai uang itu. Jika orang kaya memberikan satu miliar rupiah yang adalah seperseribu penghasilannya, dibandingkan orang miskin yang memberikan seratus ribu rupiah dan itu adalah dua puluh persen dari penghasilannya, maka Tuhan akan lebih mengasihi orang miskin ini. Ketika Tuhan ingin melihat bagaimana engkau menggunakan harta yang Ia percayakan, setan juga mencobai engkau memakai uang tersebut. Dengan banyak uang, orang lebih mudah mendapatkan banyak istri, membeli banyak apartemen untuk wanita simpanannya, dan mendapatkan banyak wanita cantik untuk tidur dengan dia. Semua ini adalah nafsu mata, nafsu daging, dan kecongkakan masa kini. Setan mencobai manusia dengan ratusan ribu pencobaan yang semuanya berada di dalam tiga kategori ini. Dan semua ini telah dikalahkan oleh Yesus. Maka, Yesus menjadi teladan bagi kita bagaimana Ia mengerti pimpinan Roh Kudus. Ia taat bukan kepada setan, tetapi kepada pimpinan Roh Kudus. Pada saat terakhir, Yesus tidak berkompromi lagi dan mengusir, “Enyahlah engkau! Tidak ada hubungan apa pun antara diri-Ku dengan engkau.” Yesus tidak mau dicobai dan ini menjadi teladan bagi kita yang berdoa, “Janganlah membawa aku masuk ke dalam pencobaan.” Kita tahu pencobaan itu ada dan harus. Tiap hari pencobaan dan godaan setan ada di sekeliling kita. Tetapi kita juga harus tahu, setiap hari menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Yesus. Orang yang tidak bisa mengikut Yesus adalah orang yang masuk ke dalam pencobaan. Maka kita berdoa, “Jangan pimpin aku masuk ke dalam pencobaan.” Pencobaan memang sangat kuat daya tariknya, begitu menggiurkan, dan pencobaan hadir tiap hari, di mana pun juga. Namun yang penting, jangan engkau jatuh masuk ke dalam pencobaan. Biarlah kita menjadi orang Kristen yang patuh kepada Tuhan, setia kepada firman, dan sungguh-sungguh menaati semua perintah Tuhan. Kita berdoa dengan sungguh-sungguh, “Jangan bawa aku masuk ke dalam pencobaan.” Jika engkau mengalahkan pencobaan dan mengatasi ujian dari Tuhan, ada pahala besar di sorga yang menantimu. 

Dunia ini memerlukan orang-orang suci yang menjadi teladan, di dalam gereja perlu orang yang menjadi contoh bagi para pemuda-pemudi, di rumah tangga perlu orang tua yang memakai kebenaran untuk menaklukkan anak-anaknya. Anak-anak tidak mendengarkan engkau karena engkau sudah jatuh ke dalam dosa. Orang tua tidak berani mengajar anak dengan ketat, karena dirinya sendiri tidak beres. Maukah engkau berkata kepada Tuhan, “Hari ini beri aku kekuatan dan pimpinan agar aku jangan masuk ke dalam pencobaan”? Tuhan hanya memberikan kekuatan kepada mereka yang mau taat dan mau dipimpin oleh-Nya. 

Bacaan : Matius 6:9-13 

DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13:LEPASKANLAH KAMI DARI PADA YANG JAHAT (1) 

Doa Bapa Kami penting, karena secara hakikat dan sifatnya, memiliki perbedaan kualitatif dengan semua doa di sepanjang sejarah dan dari semua agama. Tidak pernah ada doa yang mencapai mutu doa seperti yang Tuhan Yesus ajarkan ini. Manusia berdoa dengan naluri manusia secara individual, natural, dan semaunya sendiri, sehingga manusia berdoa tanpa prinsip, jalur, pengaturan, dan pengajaran yang benar. Dalam doa Kristen diajarkan bahwa Tuhan Yesus, Anak Allah yang tunggal, yang berinkarnasi, memimpin kita kembali kepada Allah. Kita berdoa dengan prinsip yang diajarkan oleh Tuhan untuk kita bisa kembali kepada Tuhan. 

Di Alkitab dicatat bagaimana nabi-nabi Baal berdoa sambil memukul dan menoreh diri dengan pisau dan batu, tetapi akhirnya doa mereka tidak didengar dan tidak ada api yang turun membakar korban mereka. Akhirnya mereka berhenti berdoa dengan kecewa. Setelah itu Elia berkata, “Hai bangsa Israel, datanglah mendekat!” Elia memanggil umat Israel, meninggalkan mezbah Baal dan datang ke mezbah Tuhan. Kemudian Elia menengadah dan berkata, “Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub, …” Elia berdoa jelas kepada siapa. Ia menyebutkan Allah itu Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub. Ia berdoa, “Nyatakanlah kepada umat-Mu bahwa Engkau ialah Allah, dan nyatakanlah kepada mereka bahwa aku ini hamba-Mu.” Dua kalimat ini sangat menggerakkan saya. Elia tidak ingin menjadi terkenal. Ia minta Allah menyatakan diri, dan dia hanyalah hamba Allah. Selesai Elia berdoa, api dari langit menghanguskan korban bakaran yang sudah disiram air itu. Orang baru tahu bahwa Yahweh ialah Allah, Baal bukan Allah, dan kebangunan rohani terjadi. 

Doa yang penting dan sejati membangun pekerjaan Tuhan, membawa kembali umat Tuhan. Doa ini merupakan doa yang digerakkan Tuhan untuk melihat bagaimana Tuhan bekerja membangun gereja dan umat-Nya. Doa yang benar dan yang tidak benar berbeda secara kualitatif. Banyak orang Kristen ketika melihat orang kafir berdoa dengan sungguh-sungguh mulai menjadi minder dan merasa diri tidak beres. Banyak orang Kristen yang kurang berdoa. 

Tetapi ketika orang kafir berdoa sungguh-sungguh, bukan berarti menunjukkan doa mereka lebih baik. Mereka berdoa dengan sungguh, tetapi tanpa mengenal dengan sungguh siapa Allah yang kepada-Nya mereka berdoa. Mereka hanya berdoa dengan pikiran positif yang mereka anggap penting, yaitu meminta apa yang mereka rasa perlu. Pikirannya: “Aku terbatas, datang kepada Dia yang tidak terbatas, berdoa meminta apa yang aku inginkan, dan Dia yang tidak terbatas harus mendengar dan memenuhi apa yang saya butuhkan.” Inilah gejala doa dari berbagai agama. Makin merasa perlu, makin merasa kurang, mereka makin sungguh-sungguh dan merasa dekat dengan Tuhan. Cara pendekatan mereka kepada Tuhan melalui berbagai upacara, ritual, doa, dan kegiatan agama bersama, akhirnya tanpa sadar telah menimbulkan efek samping di mana mereka menjadi sombong dan merasa lebih rohani dari orang lain. 

Di dalam doa yang salah, kita bukan saja bersalah kepada Tuhan, kepada diri, tetapi juga jatuh ke dalam dosa kesombongan. Kita merasa diri lebih tinggi dan bahkan menganggap diri seperti Allah. Salah satu bahaya dan kejahatan yang paling berani dilakukan manusia justru dilakukan oleh pemimpin-pemimpin agama. Seperti pada era Revolusi Perancis tahun 1789, di Paris ada kalimat, “Dunia ini mana mungkin damai dan aman, kecuali kita memakai usus kardinal yang terakhir di dunia untuk mengikat, memeras, dan membunuh Paus terakhir di dunia.” Itu berarti mereka begitu membenci pemimpin agama sampai ke tulang sumsum. Saat itu, para kardinal dan pemimpin-pemimpin gereja sedemikian bersekongkol dengan orang-orang kaya yang jahat dan mereka lebih mementingkan uang ketimbang kerohanian. Ketika beribadah mereka berada di tempat paling tinggi seperti seorang paling rohani di dunia, tetapi kejahatan mereka tidak kalah jahat dengan orang-orang yang belum mengenal Tuhan. 

Saat ini Eropa menjadi sekuler akibat benih yang ditanam oleh kepura-puraan agama, yang kini telah berbuah. Eropa yang pernah menjadi pusat agama Kristen kini telah mengalami Post-Christian Era (masa pasca-kekristenan). Erosi, penggerogotan akibat kekristenan palsu, kurangnya motivasi yang suci, dan kurangnya niat yang bersih untuk mengikut Tuhan telah menghancurkan kerohanian masyarakat di Eropa. Itu sebabnya Tuhan Yesus harus mengajarkan kepada manusia bagaimana berdoa. Apakah kita telah sungguh-sungguh tahu kepada siapa kita berdoa? 

Alkitab berkata, “Kuduskanlah nama-Mu.” Tuhan yang suci harus dikuduskan. Ia tidak perlu dikuduskan oleh manusia, karena Ia kudus pada diri-Nya. Tetapi orang Kristen yang mencintai Tuhan dan menjadi anak Tuhan selalu mengharapkan nama Tuhan dikuduskan di dalam diri setiap manusia, seperti Tuhan telah dikuduskan di dalam hati kita masing-masing. Bukan karena ada orang yang menguduskan, barulah Allah menjadi kudus. Allah memang kudus, adil, suci, setia, pemurah, penuh kebajikan, dan cinta kasih ada di dalam diri-Nya, yang tidak pernah berubah dari kekal sampai kekal. 

Semua orang yang mengenal Tuhan harus berdoa agar Tuhan juga dikenal oleh orang lain. Semua orang yang tahu Tuhan itu suci harus mengharapkan Tuhan juga dikuduskan oleh orang lain. Ada agama yang berdoa kepada allah yang mereka anggap supranatural, tidak terbatas, lebih dari alam, dan di atas dirinya sendiri. Tetapi ada juga agama yang tidak memiliki pengertian Allah secara khusus. Agama seperti ini tidak percaya ada Allah di luar tetapi percaya bahwa ada sifat di dalam diri yang merupakan sifat Allah. Ini sebenarnya adalah agama atheis. Maka, agama-agama seperti ini bukan berdoa kepada Allah di sorga, tetapi mereka menutup mata, melipat tangan, dan diam merenung tentang dirinya sendiri. Agama seperti ini tidak menghormati Allah yang sejati karena ia merasa sudah begitu sempurna dan mendapatkan kehormatan dan kesempurnaan diri di mana “di langit atas dan di bumi bawah, akulah yang paling terhormat”. 

Hal seperti ini mirip dengan suatu bentuk aktualisasi diri. Maka tujuan agama di sini adalah aku harus menyatakan diri, mengaktualisasikan diri, mengekspresikan diri, mencapai diri yang maksimal melalui meditasi yang dalam. Saat itulah seseorang akan mencapai kesempurnaan. Di saat seseorang sudah sempurna, engkau tidak perlu lagi berdoa karena engkau sudah memiliki sifat ilahi itu secara sempurna di dalam diri. Jadi, mereka tidak berdoa kepada Bapa di sorga, tetapi kepada diri di dalam. 

Di dalam ajaran Agustinus ada kalimat yang seperti mirip, “Allah dicari di mana? Aku mencari Engkau di luar, akhirnya aku sadar bahwa Engkau ada di dalam aku, maka aku berputar arah dari mencari Tuhan di luar menjadi mencari Tuhan di dalam. Ketika aku mencari Allah yang berada di dalam diriku, akhirnya kutemukan Engkau lebih dalam dari sedalam-dalamnya aku, sehingga aku takluk kepada-Mu.” Di dalam buku Tiongkok kuno ada batasan menjadikan luar dan dalam, dan kalimat menakutkan di dalam filsafat Tionghoa yaitu “Besar sampai tidak ada luarnya, kecil sampai tidak ada dalamnya.” 

Ini menggambarkan ketidakterbatasan yang melampaui kemungkinan kita berpikir. Ketika kita berada di dalam lingkup penghitungan, kita berada di dalam lingkaran yang dapat dihitung. Kita bisa menghitung mulai dari nol ke atas (plus) atau ke bawah (minus). Tetapi jika minus diteruskan kita tidak tahu batasnya di mana, demikian pula ketika plus diteruskan kita tidak tahu selesai di mana. Tetapi bagaimanapun besar atau kecil, itu masih bisa diukur, karena itu bersifat terbatas. Namun, di dalam kerohanian, kita melampaui semua pengertian penghitungan. Ketika agama ingin mencapai aktualisasi diri yang paling maksimal, di mana mendapatkan sifat agama di dalam diri yang diperkembangkan sampai tidak terbatas, maka akhirnya engkau akan mencapai kesempurnaan tanpa keinginan, tanpa nafsu, dan kemurnian sempurna. Inilah tujuan akhir kehidupan. Hal seperti ini tidak ada dalam Doa Bapa Kami. 

Dalam Doa Bapa Kami, saya adalah saya, Allah adalah Allah. Saya yang dicipta, Allah yang menciptakan saya. Maka saya sedang berdoa kepada Allah yang menciptakan saya. Saya di sini, berdoa kepada Allah di sana; saya di bumi berdoa kepada Allah di sorga. Maka selalu ada perbedaan kualitatif (qualitative difference) yang membedakan antara Dia yang tidak terbatas dan saya yang terbatas, di mana saya membutuhkan Dia, dan saya harus datang kepada-Nya. Ketika engkau berdoa kepada Tuhan, engkau berdoa kepada The Holy Other, yaitu Dia yang sama sekali berbeda, yang lebih tinggi darimu, yang bukan dipengaruhi olehmu, apalagi diciptakan olehmu. Kalau tidak demikian, tanpa sadar agama adalah upaya manusia menciptakan allah bagi dirinya lalu berdoa kepada allah yang ia ciptakan. Kekristenan tidak demikian. 

Kekristenan berdoa kepada Allah yang mencipta. Allah itu adalah Allah yang melindungi dan memberikan kasih-Nya kepada saya, tetapi juga pada suatu hari akan mengadili saya. Ia akan menyempurnakan saya jika saya hidup mengikuti prinsip dan ajaran-Nya, belajar di dalam diri Yesus. Dan di lain pihak, Ia akan menghancurkan mereka yang tidak datang kepada-Nya, yang hidup egois mengikuti diri sendiri, tidak mau menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti Kristus untuk menjadi murid-Nya. 

Di dalam hubungan kita dengan Pribadi yang Terbesar, dosa akan merintangi dan memutuskan hubungan kita sehingga doa kita tidak didengar dan anugerah-Nya tidak menjawab kita. Kita menjadi terisolasi. Itu sebab Yesus mengajarkan, “Lepaskan kami dari si jahat.” Jangan pernah berharap di dunia ini ada satu inci tempat di mana tidak ada dosa dan perselisihan. Jangan pernah berharap di dunia ini ada tempat seperti sorga atau Firdaus. Engkau hanya bisa berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu.” Itu berarti already and not yet (sudah dan belum). Secara posisi dan hakikat, Tuhan sudah menjanjikan Kerajaan-Nya kepada kita, tetapi secara wujud, Kerajaan itu belum tiba. Kita harus terus berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu.” Sebelum Kerajaan itu datang, bumi ini tidak mungkin ada daerah yang bersih sempurna, masyarakat yang tidak berdosa, tidak ada konflik, tidak ada permusuhan. 

Sejak pertama kali Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah langsung memberi tahu bahwa akan terus ada konflik antara keturunan perempuan dan keturunan ular. Itu akan terus terjadi sampai Yesus datang kembali. Ini bukan prediksi, tetapi pernyataan Tuhan, nubuat Tuhan Allah sendiri, yang memberi tahu kepada kita bagaimana orang Kristen hidup di dunia ini. Ketika ada satu orang menang, yang kalah akan segera memusuhi. Perlawanan terus berlangsung dan tidak habis-habisnya. Jangan pernah berharap ada satu hari di mana seluruh kebajikan akan menang, pihak yang terang akan menghabisi pihak yang gelap sehingga sama sekali tidak ada kegelapan lagi, karena permusuhan akan terus terjadi hingga hari kiamat. Orang Kristen bukan Zoroasterism, Manichaeism, Dualism, tetapi kita percaya bahwa kedua unsur ini terus ada sampai pada hari terakhir di mana Tuhan sendiri yang akan mengalahkan kegelapan dan memenangkan semua hal. Sebelum Tuhan mengalahkan kegelapan, kita berdoa kepada Tuhan, “Lepaskan aku dari yang jahat.” 

1 Yohanes 5:19 mengatakan: “Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.” Tidak ada satu pun agama yang mengerti kalimat ini, tidak ada satu pun pendiri agama yang bisa membatalkan hal ini. Seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat. Kita berada di dunia yang untuk sementara ini dikuasai oleh setan. Setan memiliki hak yang diberikan oleh Tuhan untuk sementara boleh menguasai sekian banyak orang di dunia. Ketika engkau menjadi Kristen, percaya kepada Tuhan Yesus, menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamatmu, mengakui dosamu dan diberikan hidup yang baru, maka engkau menjadi salah satu orang yang paling berbahagia, yang dipilih oleh Tuhan menjadi kaum pilihan-Nya, keluar dari jerat dan kejahatan dunia ini. Tuhan Yesus berkata di dalam Yohanes 17:15, “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.” Orang percaya bisa mengalahkan yang jahat dengan iman. 

Di dalam 1 Yohanes 5:4-5 dikatakan: “Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?” Pergumulan kita di dunia, permusuhan kita dengan setan, tidak pernah berhenti. Tidak ada seorang pun yang memiliki cukup kekuatan untuk melawan siasat setan. Jangan lupa, setan jauh lebih pandai dari manusia. Jika manusia berpengalaman bijaksana berpuluh-puluh tahun, setan berpengalaman ribuan tahun. Jika engkau berharap bersandar pada kepandaian dan pengalamanmu untuk bisa menghancurkan kuasa setan, maka setan akan tertawa dan mempermainkan engkau. 

Hari pertama Adam diciptakan dan diletakkan di Taman Eden, hari itu juga setan mulai mengganggu. Tidak ada satu pun tempat di mana tidak ada gangguan Iblis yang membuat kita bisa hidup nyaman. Kita harus diuji oleh Tuhan dan dicobai oleh setan. Tidak ada satu pun yang terkecuali. Kita hidup di antara dua kutub. Orang Kristen hidup susah karena diserang, direbut, dirayu oleh setan dan dipertahankan oleh Tuhan. Tuhan memberikan firman untuk menjagamu dan memberikan janji agar engkau bisa tetap di dalam; tetapi di lain pihak, setan memberikan teori yang lain agar engkau menolak firman dan merebut engkau keluar dari perlindungan Tuhan sehingga engkau bisa diganggu. Kita tidak mungkin hidup netral, sebebas mungkin, dan senantiasa menang, kecuali kita bersandar kepada Tuhan. Maka sebagai orang Kristen, khususnya anggota gereja, saya minta setiap saat rendah hati, bersandar kepada Tuhan, minta kekuatan Tuhan, dan mau senantiasa berada di pangkuan Tuhan. Janganlah kalian menganggap diri cukup lalu menjadi sombong dan meninggalkan Tuhan. 

Tuhan mengizinkan semua hal ini terjadi agar melalui setiap ujian, iman kita disempurnakan, dan melalui setiap pencobaan, kita bisa menjadi pemenang. Jika kita tidak pernah diuji dan menang atas pencobaan, kesempurnaan yang kita miliki adalah kesempurnaan yang belum matang, yang belum teruji, dan palsu. Kesempurnaan sejati adalah ketika kita meneladani Yesus, yang sekalipun adalah Anak Allah, tetap dicobai dan menderita, agar melalui penderitaan yang sengit Ia belajar taat kepada Bapa dan nyata kesempurnaan-Nya. Ketika Adam berbuat dosa, Tuhan langsung memanggil dia, “Adam, di manakah engkau?” Adam telah meninggalkan posisi yang Allah tetapkan dan tempat yang Tuhan sediakan untuk ia bisa menjadi saksi Tuhan. Kini Adam bersekongkol dan memihak setan untuk melawan Tuhan. Setelah Adam berdosa ada empat hal yang nyata: 1) takut; 2) menyangkal kewajiban; 3) menutupi dosa; 4) mempersalahkan orang lain. Ini adalah gejala yang dilakukan setiap orang yang berdosa. 

Reaksi pertama setelah engkau berdosa adalah perasaan takut. Manusia takut hukuman Tuhan, padahal Tuhan bukan menciptakan engkau untuk dihukum, melainkan diberikan anugerah, keselamatan, dan berkat untuk dinikmati. Kedua, setelah berdosa, manusia selalu takut kepada Tuhan lalu tidak mau mengakui kewajibannya, tidak mau mengakui kesalahannya, melarikan diri dari tuduhan, menindas teriakan hati nurani, dan berusaha membuat alasan untuk menutup kemungkinan dihukum. Dosa dibongkar oleh Roh Kudus, dan ini cara Tuhan. Ketika engkau berdosa, engkau takut dan menutupi dosamu, ketahuilah bahwa Allah tidak bisa ditipu manusia. Manusia mudah ditipu oleh Iblis dengan theologi yang salah, dengan Theologi Kemakmuran, Theologi Sukses, Theologi Kekayaan, dan akibatnya setiap kali ada kesulitan atau dosa, manusia mempersalahkan setan dan setiap ada berkat selalu dianggap dari Tuhan. 

Kita tidak boleh ditipu, banyak berkat, kekayaan, keuntungan yang sangat mungkin dari setan, dan sebaliknya banyak kesulitan, kerugian yang mungkin dari Allah. Jika engkau tidak mempunyai perasaan yang suci di hadapan Tuhan, hidup mengabdi dan taat kepada Dia, engkau sering dibutakan oleh Iblis. Tuhan berkata, “Adam, di mana engkau?” Dan setelah Adam keluar, Allah bertanya, “Mengapa engkau makan buah yang Aku larang?” Adam mulai mempersalahkan istrinya. Ia berkata, “Perempuan yang Engkau berikan kepadaku, dialah yang memberikan kepadaku.” Inilah reaksi yang keempat, yaitu mempersalahkan orang lain. Jika engkau bersalah, engkau perlu rendah hati, jujur, dan Tuhan akan mengembalikan engkau melalui Roh Kudus ke jalan yang benar. Tetapi jika engkau mulai saling mempersalahkan, suami mempersalahkan istri, istri mempersalahkan suami, anak mempersalahkan orang tua, orang tua mempersalahkan anak, dan semua orang bersalah tidak mau mengaku dan mempersalahkan orang lain, bagaimana dunia masih ada pengharapan? 

Tuhan tidak mau berdebat. Ketika Allah bertanya kepada Hawa, Hawa mempersalahkan ular. Semua alasan mereka tidak Tuhan jawab. Tuhan bukan Allah yang suka berdebat dan membela diri, tetapi Tuhan mempunyai hak memberikan hukuman. Tuhan berkata kepada Adam, “Sepanjang hidupmu engkau harus membanting tulang, berpeluh untuk bisa menyambung hidup.” Pria itu harus bekerja berat. Oleh karena itu, para wanita yang di rumah, baik-baiklah dengan suamimu. Ia bekerja berat untuk mencari nafkah, ketika pulang jangan ribut dengan dia. Coba lebih memerhatikan dan mendoakan dia. Wanita juga dihukum oleh Tuhan, dengan kesakitan ia melahirkan anak. Dan kepada ular Tuhan berkata, “Engkau harus merayap di tanah seumur hidupmu.” Hukuman turun ke dunia, mulai benih ular akan menjadi kebencian terhadap benih perempuan, dan benih perempuan tetap harus berusaha dan akhirnya mengalahkan benih ular. Permusuhan ini sudah ada dan tidak ada seorang pun yang bisa menolak, menyangkal, atau lari darinya. Dunia ini sudah menjadi dunia yang tidak ada solusinya, sampai Kristus datang kembali. Dunia tidak mungkin damai karena ada permusuhan antara keturunan perempuan dan benih ular. Benih ular terus mengintai dan segala gerakan Tuhan akan dihancurkan. 

Sebelum engkau menjadi Kristen, Tuhan tidak memusuhimu karena Ia mengasihi dunia, setan juga tidak memusuhi engkau karena ia mau merayu engkau menjadi miliknya. Tetapi setelah engkau menjadi Kristen, Allah tidak mengizinkan engkau menyeleweng dan setan tidak mengizinkan engkau menaati Tuhan, sehingga engkau mulai mengalami kesulitan. Barang siapa menjadi Kristen sejati, ia harus menyangkal diri, tidak lagi egois, dan mulai belajar mengikut Tuhan, memikul salib, sedia dianiaya, barulah ia bisa masuk Kerajaan Allah. Barang siapa mau hidup beribadah kepada Tuhan, dia akan menderita aniaya (2Timotius 3:12) dan ia akan dibenci oleh dunia. Yesus berkata, “Mereka membenci engkau karena sebelumnya mereka sudah membenci Aku terlebih dahulu” (Yohanes 15:18). Di dalam 1 Yohanes 5:19 dikatakan: “... seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.” 

Setan tidak akan melepaskan manusia. Siapa yang diciptakan menurut peta teladan Allah dan menjadi saksi Kristus akan menjadi mangsa dan sasaran serangan Iblis. Maka engkau perlu berdoa, “Lepaskan aku dari yang jahat.” Inilah doa yang mengakhiri semua doa yang diajarkan Tuhan Yesus kepada orang Kristen. Tuhan mengajarkan empat hal yang harus kita doakan: 1) engkau dan kebutuhan materi; 2) engkau dan relasi antar manusia; 3) engkau dan pencobaan yang menjatuhkan engkau; dan 4) engkau dan rencana Tuhan dalam kekekalan. Setan tidak tinggal diam, tidak membiarkan engkau sukses, lancar, dan tidak ada gangguan. Ia akan terus mengganggu. Kita bersandar terus pada Tuhan. Si jahat itu bukan Kristen, tetapi dia yang menipu Adam dan Hawa. Jangan kita memusuhi siapa pun yang Kristen, tetapi memusuhi mereka yang di dalam dunia roh yang mengganggu Gereja-Nya. 

Bacaan : Matius 6:9-13 

DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13:LEPASKANLAH KAMI DARI PADA YANG JAHAT (2) 

Doa Bapa Kami yang diajarkan Tuhan Yesus adalah doa yang menghidupkan kerohanian kita, karena manusia hidup bukan hanya bersandarkan pada roti saja, melainkan dari setiap kalimat yang keluar dari mulut Allah. Banyak doa agama-agama yang berdasarkan egoisme, keserakahan, dan kehidupan yang berpusat pada diri. Doa yang memalukan adalah doa yang mencerminkan keserakahan, yang berlawanan dengan kalimat Tuhan Yesus, “Barangsiapa mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya.” 

Doa banyak orang tidak berdasarkan penyangkalan diri, tetapi upaya pengisian diri. Itu membuktikan bahwa manusia tidak layak menjadi murid Yesus. Banyak doa yang sedemikian giat, semakin sungguh-sungguh, semakin kelihatan beribadah, justru semakin menyatakan egoisme diri, sehingga manusia tidak bisa memperkenan Tuhan. Banyak orang yang beranggapan bahwa ketika manusia berdoa dengan sungguh, mereka dapat memperalat Tuhan dan Tuhan akan memberikan anugerah-Nya kepada mereka. Jika seseorang tidak mau menyangkal diri, tidak mau menjalankan firman Tuhan, tetapi berdoa dan mendapat berkat, jangan ia berpikir bahwa berkat itu datang dari Tuhan. Justru di sini jerat, tipu muslihat, yang besar yang tidak disadari banyak agamawan. 

Di dalam Yakobus 1:17 tertulis, “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang.” Tuhan yang menjadi sumber segala terang, Ia memberikan berkat yang baik. Jadi, ketika engkau berdoa meminta anak di gunung tertentu atau kepada ilah lain, dan ketika engkau mendapatkan anak, anak itu sebenarnya berasal dari Allah, bukan dari setan. Ketika engkau meminta kekayaan kepada dukun dan akhirnya engkau menjadi kaya, kekayaan itu berasal dari Allah, bukan dari dukun. Tetapi, ada juga anugerah dan kekayaan yang bukan dari Tuhan. Kekayaan, kelancaran, kesuksesan, dan kemakmuran bisa juga dari setan. Kesuksesan yang baik berasal dari Allah, tetapi kesuksesan yang tidak baik berasal dari setan. Jika engkau berdagang dengan benar dan mendapat kekayaan bersih, itu dari Tuhan. Tetapi memperoleh kekayaan melalui cara yang tidak benar adalah kekayaan dari setan. Jadi, hanya orang Kristenlah yang dapat membedakan sifat dan sumber berkat. Jika engkau tidak dapat membedakan semua ini, engkau akan masuk ke dalam pencobaan dan jerat Iblis. Itulah sebabnya, setelah Yesus mengajarkan, “Berdoalah, jangan membawa kami masuk ke dalam pencobaan,” Ia segera melanjutkan dengan, “tetapi lepaskan kami dari yang Jahat.” 

Ketika seseorang berdoa kepada dewa, ilah, atau berhala, ia selalu menyatakan apa yang ia kehendaki berdasarkan egoisme dari pendosa itu sendiri. Terkadang ada imbalan dan ia mendapatkan apa yang ia minta, ia bisa menikmatinya dan menganggap dewa itu asli. Di sini orang tersebut sudah jatuh ke dalam tipu muslihat si Jahat, karena ia meminta kekayaan dunia untuk dirinya. Ia tidak meminta kehendak dan rencana Tuhan terjadi dan tergenapi, kesucian Tuhan dinyatakan, dan kemuliaan Tuhan dinikmati oleh Tuhan sendiri. Dan ia tidak dapat membedakan siapa yang bajik dan siapa yang jahat. Oleh karena itu, barang siapa yang meminta kebajikan dan keuntungan untuk dirinya sendiri, ia sudah jatuh ke dalam jerat si Jahat. 

Terlalu banyak orang yang bergantung pada perasaannya untuk menjadi ukuran menentukan orang baik, khususnya para wanita. Akhirnya ia masuk ke dalam jerat setan tanpa ia sadari. Ia beranggapan bahwa yang baik adalah orang yang lembut kepadanya, sementara yang keras atau tegas dianggap tidak baik. Tuhan ialah Tuhan yang memukul dan menghajar, memberi ganjaran, melatih, bahkan terkadang mengizinkan umat-Nya mengalami kepahitan, kesulitan, dan sengsara. Tetapi Tuhan berkata, “Aku tidak pernah berniat jahat kepadamu, tetapi Aku mempunyai niat kebajikan, untuk mencintai, melatih, menguji, membuat engkau dilengkapi, dan disempurnakan.” 

Tahukah engkau bahwa kebaikan Tuhan tidak bisa diukur melalui bagaimana Tuhan menghajar engkau? Pada saat setan berkata kepada Yesus, “Seluruh dunia, kekayaan, dan kemuliaan aku berikan kepada-Mu,” itu menjadi kesempatan untuk Yesus bisa menjadi kaya atau menerima semua berkat dan menganggap setan begitu baik. Sementara Allah begitu kejam, menyuruh-Nya lahir di palungan dan mati di kayu salib. Kesimpulannya adalah Allah begitu jahat dan setan begitu baik. Tetapi Yesus tidak bisa dijebak dengan cara penilaian sedemikian. Maka Ia berkata, “Enyahlah engkau, Iblis,” karena Ia tahu setan itu jahat adanya. 

Kalimat terakhir dalam doa di mana kita meminta Allah membantu kita di dalam empat urusan yang paling penting ini ialah, bagaimana Engkau melepaskan aku dari yang Jahat. Untuk itu kita perlu tahu bahwa setan itu jahat, rencananya jahat, dan segala pemberiannya juga jahat. Ada cukup banyak orang, yang dengan uang mau mengerjakan apa saja yang diperintahkan. Inilah dunia. Engkau mempunyai pengetahuan tinggi dan pengertian yang dalam, tetapi jiwamu jatuh ke dalam dosa. Yesus tidak berkata, “Lepaskan dari kebodohan, kemiskinan, kelemahan, dan penyakit.” Yesus berkata, “Lepaskan kami dari si Jahat.” 

Ada orang yang penuh penyakit, ekonominya lemah, dan kelihatan gagal dalam dunia, tetapi bijaksana dan mempunyai sumbangsih yang diingat sejarah ribuan tahun. Tetapi, juga banyak orang yang mendapat keuntungan banyak, memakai cara yang paling buruk untuk mendapatkan keuntungan, misalnya dengan menjual diri, dengan kelakuan yang tidak senonoh, atau memakai berbagai tipu muslihat. Itu bukanlah orang yang bijaksana, bukan orang yang baik, tetapi orang yang telah menjual diri kepada si Jahat dan si Jahat itu memberikan kekayaan kepada kita. 

Di Jerman ada cerita tentang Dokter Faustus, seorang dokter yang ingin kaya, tetapi ia tidak kaya, maka ia terus-menerus minta kaya. Dia mengatakan, “Siapa saja yang bisa memberikan kekayaan kepadaku, aku akan ikut dia.” Satu malam setan datang dan berkata, “Engkau ingin kaya? Aku akan memberikannya asal engkau mau menyembahku.” Penawaran yang sama pernah setan lakukan kepada Yesus di padang belantara. Setan berjanji dalam beberapa tahun Faustus akan menjadi orang terkaya, tetapi jiwanya menjadi milik setan. Faustus tidak percaya manusia memiliki jiwa, maka ia menganggap remeh masalah jiwa dan kekekalan. Ia menyetujui penawaran setan. Sejak saat itu, Dokter Faustus berubah hidupnya dan benar-benar ia mulai menjadi kaya, bahkan semakin lama semakin kaya. Tetapi pada saat kaya, Dokter Faustus mulai menyesal mengapa ia membiarkan nyawanya, jiwanya, hidupnya menjadi milik setan. Ia berusaha melarikan diri, tetapi setan mengejarnya dan akhirnya ia binasa di tangan setan. Cerita ini memberi peringatan kepada orang-orang di Eropa. Cerita ini menjadi sangat terkenal dan para pemusik agung sering mengangkat cerita Dr. Faustus menjadi karya musik mereka. Salah satu yang pernah dipentaskan adalah The Damnation of Dr. Faust dari Hector Berlioz. 

Kita belajar berdoa, “Lepaskan kami dari yang Jahat.” Banyak pemuda yang pandai, berintelektual tinggi, pandai dalam studi, tetapi akhirnya gagal, kena AIDS atau narkoba. Mereka mempunyai kepandaian akademis, tetapi tidak memiliki kepandaian melawan setan. Di dalam Kisah Para Rasul pasal 7, sejenak sebelum Stefanus dirajam batu sampai mati, ia berkata, “Ia mengirimkan Yang Suci itu, Yang Benar itu, datang kepadamu, dan kamu membunuh-Nya.” Orang Yahudi tidak pernah mempunyai minat atau rencana membunuh yang paling baik atau yang paling suci, tetapi justru karena mereka tidak tahu bahwa Yesuslah yang paling baik dan paling suci itu, akhirnya Yesus pun mati di tangan mereka. Mereka tidak sadar bahwa mereka telah jatuh ke dalam permainan dan rencana setan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengajar, “Lepaskan kami dari yang Jahat.” 

Selain engkau berbakti kepada Allah, kita perlu menyadari bahwa lawan Allah adalah setan. Si Jahat adalah penantang dan lawan dari si Bajik. Saat ini, banyak gereja besar di Eropa yang kosong, yang berbakti tinggal sedikit. Hal itu karena mereka hanya melihat diri mereka berbakti kepada Allah tetapi tidak tahu bagaimana rencana setan menghancurkan kekristenan. Kita perlu memiliki kepekaan dan ketajaman untuk mau tahu kehendak Tuhan dan mengerti apa peperangan antara Tuhan dan setan, sehingga gereja bisa sekuat tenaga melarikan diri dari gangguan dan tipu muslihat setan. Saya sadar bahwa ketika saya tua, setan akan memakai segala cara untuk menghancurkan saya. 

Tuhan mempunyai rencana yang baik bagimu, sering kali engkau anggap sepi, dan rencana setan untuk membinasakanmu juga tidak engkau sadari. Jika rencana ini dari sorga, itu akan membawamu kepada kebenaran, kesucian, dan kekekalan. Tetapi jika itu rencana dari si Jahat, maka itu akan membinasakan. Manusia sering kali ditipu dengan cara mementingkan yang lahiriah, di mana engkau bisa kaya, cantik, lancar, makmur, dan sukses. Penipuan ini selalu dari gejala yang dianggap bernilai tetapi sebenarnya tidak bernilai. Si Jahat begitu pandai menipu manusia, mengelabui mata kita, membuat hati kita senang, lalu engkau menjual diri kepadanya. Seperti Yudas menginginkan tiga puluh keping perak, akhirnya ia kehilangan nyawanya selamanya. Jika kita membandingkan tiga puluh keping perak dengan berjuta-juta keping perak di dunia, tentulah sama sekali tidak bernilai. Tetapi, kita perlu sadar bahwa jiwamu yang memiliki sifat kekekalan ini luar biasa bernilai, karena demi satu jiwa Tuhan Yesus mau turun dari sorga hingga dipaku di kayu salib untuk menyelamatkan engkau. Alangkah sayangnya engkau tidak menilai yang paling bernilai, sementara mengangkat yang tidak bernilai seolah-olah begitu bernilai. Penilaian yang salah membuat manusia buta rohani, mudah ditipu, dan akhirnya jatuh ke dalam jerat si Jahat. “Lepaskan kami dari yang Jahat,” adalah kalimat puncak Doa Bapa Kami. Kita berdoa agar Allah melepaskan, membebaskan, dan menghindarkan kita masuk ke dalam tangan si Jahat. Menjadi orang Kristen bukan untuk mendapatkan berkat dan kekayaan, tetapi meminta kebijaksanaan dari Tuhan untuk menilai, serta melihat penipuan dan tipu muslihat setan. Mari kita belajar, bukan meminta kekayaan, tetapi meminta agar Tuhan memberikan kita kebijaksanaan supaya seumur hidup kita tidak bersalah. 

Setan mempunyai cara penilaian yang salah yang telah membutakan mata kita, dan membawa kita menuju kepada apa yang ia mau. Banyak orang belajar akademi. Akademi memberikan isi, tetapi tidak memberikan fondasi. Seorang filsuf Tionghoa yang terkenal, Fung Yu-Lan, di masa tuanya menulis buku The History of Chinese Philosophy, yang pada pendahuluannya ada satu kalimat yang penting, yaitu, “Ketika engkau belajar filsafat, engkau jangan hanya mengerti isi dari karya-karya tersebut, tetapi engkau perlu mencari motivasi dari sang filsuf ketika menuliskan buku itu.” Kalimat yang menggugah hati saya dari karya Colin Brown, seorang filsuf dan theolog dari Skotlandia, mengatakan, “Sesungguhnya David Hume menulis Treatise on Human Understanding, bukan untuk mengajarkan tentang pengertian manusia, namun ingin mengatakan kepada orang Inggris, bahwa orang Skotlandia lebih intelektual ketimbang orang Inggris.” Tetapi ketika referendum orang Skotlandia ingin membebaskan diri dari Inggris, hanya 45% yang setuju. Saya rasa yang 45% itu yang lebih pandai dari yang 55% sisanya. Tetapi, nasib dunia sering ditentukan oleh demokrasi. 

Dua orang paling penting di Gerika Kuno yaitu Plato dan Aristoteles, berkata, “Bagaimana mungkin nasib negara diserahkan kepada penduduk yang kebanyakan tidak pandai? Bolehkah nasib negara bergantung pada demokrasi, yang berdasarkan pungutan suara terbanyak, dimenangkan oleh orang-orang yang tidak pandai?” Jika yang melakukan pemungutan suara adalah orang-orang pandai, maka negara bahagia. Saya menulis dalam buku saya, bahwa demokrasi hanya berfungsi baik jika: a) massa diberi pendidikan yang merata dan pandai; b) pendidikan memberikan informasi yang transparan dan bisa dipercaya. Jika kedua unsur tersebut tidak ada, maka demokrasi akan menghancurkan negara. 

Skotlandia telah menghasilkan orang penting dalam sejarah, yaitu John Knox. Ia pergi dari Edinburgh ke Jenewa, belajar Theologi Reformed dan mandat budaya dari Kitab Suci di bawah John Calvin. Ketika ia kembali dan melihat negaranya begitu bobrok, raja berzinah, dan istana penuh amoralitas, ia mulai mengajak masyarakat kembali kepada firman. John Knox mulai mengajar melalui khotbah-khotbahnya dan mencerdaskan bangsa. Inilah yang saya sedang kerjakan di Indonesia. Saya harap engkau menjadi cerdas, membongkar pikiranmu, menggali potensimu, menemukan kejujuran dan kesungguhan dalam hubunganmu dengan Tuhan. Akhirnya Skotlandia mulai mengerti dan berubah. Skotlandia saat itu diperintah oleh ratu yang kejam sekali, yaitu Ratu “Bloody” Mary, ratu yang suka menumpahkan darah rakyat. Suatu hari Mary mengancam John Knox, “Jika engkau tidak mau menjadi Katolik, saya akan membunuh kamu.” Malam itu ia mati terlebih dahulu, karena Tuhan tidak mengizinkan apa yang ingin ia lakukan. John Knox menjadi jiwa Skotlandia, menjadi guru bangsa. Ratu Inggris Mary mati terlebih dahulu karena Tuhan memelihara John Knox. 

Adam Smith, melalui buku The Richness of the Nations, membicarakan doktrin kekayaan dunia melalui pasar bebas yang berpikir bahwa ekonomi diperkuat melalui persaingan yang sehat. Teori ini berlawanan dengan teori Karl Marx. Marx melihat penganiayaan orang kaya kepada orang miskin sebagai penindasan kaum buruh. Ia melihat kelemahan itu tetapi tidak mengetahui bagaimana menyelesaikannya. David Hume menulis buku untuk memberitahukan dunia bahwa orang Skotlandia lebih pandai dari orang Inggris. Inggris menghasilkan Newton, Shakespeare, Tennyson, Browning, tetapi Skotlandia yang memiliki kepandaian. Saya rasa kita harus belajar bijaksana untuk tidak terlalu cepat menilai atau menerima sesuatu, lalu tertipu oleh profit yang kita inginkan. Ingatlah, di belakangmu ada siasat setan dan Tuhan Yesus berkata, “Enyahlah engkau, setan. Pergi dari hadapan-Ku.” Ia sama sekali tidak berunding, berdiskusi, bahkan tidak mau tahu berapa keuntungan yang bisa Ia terima dan berapa banyak negara dan kekayaannya yang akan diberikan kepada-Nya. Yesus yang seperti inilah yang baru berhak mengajarkan Doa Bapa Kami, “Lepaskan aku dari si Jahat.” 

Pada suatu hari engkau akan berhenti hidup di dunia, selesai menjadi manusia. Jika engkau membawa keuntungan yang diberikan setan, pada saat engkau bertemu Tuhan barulah engkau tahu bahwa siasat setan membuat jiwamu binasa selamanya. Saat itu, engkau sadar bahwa semua itu hanyalah tipuan setan tetapi engkau tidak mempunyai waktu lagi untuk bertobat karena terlalu percaya kepada tipuan si Jahat. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata di dalam Doa Bapa Kami, “Tetapi lepaskanlah kami dari si Jahat.” 

Tipuan itu selalu manis dan dibungkus dengan indah luar biasa. Alangkah indahnya bila kita bisa membongkarnya, masuk ke dalam dan menemukan segala siasat yang tersembunyi. Namun itu tidak mudah. Biarlah Tuhan memberikan kekuatan kepada kita untuk bisa mengerti sampai sedalam-dalamnya dan menemukan semua siasat Iblis. Jika tidak demikian, kita menjual diri kepada setan dan mencampurkan yang baik dan jahat menjadi satu. Tuhan kiranya memberkati. 

Bacaan : Matius 6:9-13

DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13:LEPASKANLAH KAMI DARI PADA YANG JAHAT (3)

Kita telah membicarakan empat kesulitan hidup manusia, yaitu: 1) kebutuhan materi; 2) relasi interpersonal; 3) godaan dosa; dan 4) rancangan setan mencengkeram dan menghancurkan hidup manusia. Untuk itu Tuhan Yesus mengajarkan, “Lepaskan kami dari yang Jahat.”

Ada orang mengajarkan bahwa yang disebut “si Jahat” tidak perlu kita pikirkan si Jahat, tetapi yang kita urus adalah kejahatannya dan bagaimana lepas dari kejahatannya. Dengan cara berpikir seperti itu, mereka bisa berkonsentrasi pada hidup aman, sejahtera, sehat, lancar, dan tanpa gangguan. 

Bagi saya, doa ini berkonsentrasi kepada penginjilan, penyebaran firman Tuhan di dunia, karena doa ini adalah doa tentang bagaimana mengutamakan kerajaan dan kebenaran Allah. Itu yang menyebabkan saya tidak terlalu perlu banyak berdoa meminta kebutuhan saya, tetapi selalu memikirkan penginjilan dan pekerjaan Tuhan. Banyak orang Kristen hari ini sibuk memerhatikan kesehatannya, tubuhnya, keamanannya, kekayaannya, karena mereka hidup di lingkaran permukaan luar dan tidak masuk ke inti makna hidup yang sejati dan tidak pernah peduli si Jahat ada atau tidak ada.

Seseorang yang dangkal imannya atau sama sekali tidak beriman, sangat mementingkan bagaimana bisa membuktikan Allah ada atau tidak, dan juga Iblis ada atau tidak. Alkitab tidak pernah mempersoalkan hal itu. Dari sejak kalimat pertama Alkitab berkata, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Tidak ada argumen, apologetika, pembuktian, pembelaan, ataupun penjelasan tentang keberadaan Allah. Yang ada adalah langsung berupa suatu pernyataan bagaimana Allah bertindak. Allah ada bukan melalui pembuktian. Keberadaan Allah adalah fakta yang sudah ditanam oleh Allah ke dalam hati manusia. Argumen hanyalah meneguhkan mereka yang sudah percaya dan memberikan kekuatan konfirmasi bahwa yang engkau percaya tidak salah. Allah dan setan itu ada tanpa perlu pembuktian.

Banyak orang tidak percaya Allah ada, tetapi seolah-olah mereka percaya setan ada, sehingga mereka tahu bahwa kejahatan itu ada di dalam masyarakat. Namun, mereka hanya tahu dari kategori moral, bukan kategori ontologis, yaitu hakikat kejahatan itu sendiri. Allah berseberangan dengan Iblis; Allah dan setan itu ada; keduanya roh adanya. Allah adalah Roh yang dari kekal sampai kekal, sementara Iblis adalah roh yang diberi sifat kekekalan melalui penciptaan Tuhan, yang kemudian diberi izin untuk melawan Tuhan. Si Jahat bisa mengganggu pekerjaan Tuhan, mencobai dan menggoda manusia, dan terus mempersoalkan kesulitan dan kegagalan manusia di hadapan Allah, karena Tuhan mengizinkannya. Setan itu ada, tetapi kita meremehkan dan menganggapnya tidak penting, sehingga tanpa sadar kita bisa bersekongkol dengannya untuk menikmati hidup.

Ada tiga lapisan kejahatan. Kejahatan kebanyakan dipandang sebagai kejahatan yang bersifat moral dan kesulitan alamiah. Sementara si Jahat adalah ontologi (hakikat asasi) dari segala yang menjadi sumber kejahatan dan semua kekurangan natur yang menjadi penggoda bagi manusia.

Kejahatan memiliki beberapa lapisan pengertian, namun kebanyakan orang hanya melihat lapisan pertama, yaitu kejahatan alamiah. Kejahatan alamiah (natural evil) berarti manusia berada di dalam alam yang tidak sempurna, sehingga gunung bisa meletus, angin dan ombak bisa menjadi tsunami, berbagai bencana bisa menghabiskan harta kita dan mengancam kesehatan kita. Apakah Doa Bapa Kami berarti kita akan dilepaskan dari kejahatan natural ini? Hal ini yang sering kali dianggap paling penting bagi manusia yang hidupnya hanya berpusat pada hal kedagingan, hal-hal materi, dan dunia yang kelihatan, tetapi orang Kristen tidak berdoa agar sehat, damai, selamat sampai tujuan.

Lapisan kedua kejahatan melihat kejahatan sebagai suatu kegagalan moral. Ini disebut juga sebagai kejahatan moral (moral evil). Kejahatan berarti kehendak yang tidak memilih kebajikan tetapi egoisme dan merusak orang lain, tidak bertanggung jawab kepada Allah, tidak mencerminkan kesucian, keadilan, kebajikan, cinta kasih, dan kemurahan Tuhan. Tindakan-tindakan seperti ini merupakan kejahatan – yang berlawanan dengan sifat ilahi yang seharusnya menjadi dasar moralitas – akibat menyalahgunakan kebebasan yang diberikan. Banyak orang yang pernah mengalami bencana justru hidup lebih matang dan dewasa karakternya. Banyak bangsa yang mengalami banyak kesulitan dan tantangan alam justru menjadi bangsa yang berkebudayaan tinggi, berpemikiran mendalam, dan menghasilkan filsuf besar. Kesadaran pikiran yang dalam selalu dirangsang oleh penderitaan dan kesusahan hidup.

Selain kejahatan alamiah dan kejahatan moral, masih ada yang ketiga, yaitu si Jahat itu sendiri. Kita perlu mengerti kedalaman rencana setan, sehingga pembicaraan mengarah kepada kejahatan religius (religious evil), di mana terjadi pemalsuan hal yang baik jadi hal yang paling jahat. Di zaman sekarang yang paling berani membunuh bukanlah orang atheis, tetapi pemimpin agama yang menganggap dirinya paling dekat Tuhan.

Agama-agama mengajar berbuat baik, tetapi anehnya banyak pemimpin agama justru paling jahat. Ini membuktikan bahwa agama tidak menjamin engkau lepas dari kejahatan, justru agama menyelubungi kekuatan kejahatan yang paling dalam, yang menyebabkan engkau buta dan tidak sadar. Orang yang beranggapan dia berbuat baik perlu dipertanyakan berbuat baik dengan standar apa. Ini alasan mengapa Tuhan melarang manusia memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat di Taman Eden. Tuhan tidak ingin manusia makan buah pohon pengetahuan hal yang baik dan jahat, karena di seluruh Alkitab dibuktikan bahwa ajaran tentang yang baik dan jahat diberikan oleh Tuhan sendiri. Jika hanya Tuhan sendiri yang memberitahukan apa yang baik dan jahat, mustahil Tuhan tidak ingin kita mengetahui dan membedakan hal yang baik dan jahat. Jelas Tuhan mau kita mengetahui hal yang baik dan jahat, tetapi Tuhan mau kita hanya mempunyai satu kriteria dan standar untuk membedakan baik dan jahat, yaitu menurut kebijaksanaan Allah sendiri, bukan dari standar itu sendiri.

Ketika orang tua memberi tahu anaknya, “Jangan membaca buku porno; jangan mengetahui hubungan seks,” itu bukan karena anak itu tidak boleh tahu, tetapi karena belum tiba saatnya. Jika waktunya tiba, tentu ia boleh tahu apa itu seks. Yang terpenting adalah ia harus tahu melalui otoritas siapa, dalam status bagaimana, dan memakai standar apa, pengetahuan itu ia dapatkan. Ia harus belajar bahwa ada otoritas dan standar kesucian yang ditetapkan oleh Pencipta, untuk bagaimana kita mengetahui dan menikmati seks. Jika seks dimengerti dengan standar manusia yang dicipta, yang bias, yang egois dan berdosa, maka akan terjadi penyelewengan pengetahuan dan penggunaan seks.

Oleh karena itu, janganlah kejahatan dimengerti sebagai yang menguntungkan atau merugikan aku, tetapi dari ketaatan atau pelanggaran terhadap prinsip yang Tuhan tetapkan dan otoritas Allah. Maka, bencilah ibumu dan bapakmu jika mereka membiarkan engkau berdosa dan menjatuhkan engkau ke dalam jerat setan. Cintailah pendeta yang berani menegur kamu, cintailah kawanmu yang menasihati kamu untuk lepas dari kejahatan. Penipuan terbesar di seluruh alam semesta justru dalam agama, sehingga agama yang seharusnya mengajar hal yang baik telah diperalat oleh si Jahat, sehingga si Jahat itu berada di belakang tirai agama. 

Orang beragama tidak merasa salah, karena ia yakin agamanya pasti benar, sehingga ia menolak agama yang lain yang ia anggap berbeda dari agamanya. Ia beranggapan semua yang berbeda dengannya pasti salah dan jahat. Inilah kecelakaan manusia terbesar. Jika seseorang mempunyai tuhan yang palsu tetapi dianggap asli, siapa yang boleh menghinanya? Barang siapa menganjurkan dan menghina pastilah dianggap sebagai musuh dan pasti ia benci. Pertikaian agama terjadi karena semua agama beranggapan bahwa allah mereka adalah Allah yang asli sementara semua yang lain palsu. Maka yang dianggap palsu tidak boleh mempersalahkan yang dianggap asli.

Hal yang paling menakutkan bukanlah materi, kecelakaan, kerugian, tetapi menganggap allah yang palsu sebagai yang asli. Jika hal ini terjadi, tidak ada toleransi, diskusi, dan kompromi. Yang terjadi adalah duel antara aku atau kamu. Maka yang disebut kerukunan agama adalah slogan yang indah, tetapi sulit terjadi. Secara damai kita harus menghormati manusia yang lain, tetapi secara kejujuran kita tahu sebenarnya tidak ada allah yang lain dan kita tidak bisa kompromi. Semua permasalahan ini bisa kita lihat dari doa yang Tuhan Yesus ajarkan, “Lepaskan kami dari yang Jahat.” Kita bukan lepas dari kejahatan alamiah, atau kejahatan moral, tetapi lepas dari si Jahat itu sendiri.

Jika di belakang suatu hal ada si Jahat yang telah memalsukan semua yang engkau tidak sadari, lalu engkau menerimanya begitu saja, menganggapnya asli padahal bukan asli, engkau membelanya habis-habisan karena dianggap asli, sehingga seumur hidup waktumu, tenagamu, pikiranmu disita, betapa celakanya hidupmu. Manusia memerlukan agama dan agama seharusnya menjadi sarana untuk ia bisa berbuat baik, tetapi kemudian di belakang agama ada si Jahat yang mengatur dan merusak tanpa ia ketahui. Betapa menakutkan! 

Kita melihat Tuhan Yesus sudah berbicara hingga ke akar yang terdalam, namun manusia biasa tidak dapat melihatnya. Mereka hanya tahu jika naik mobil, Tuhan akan memberi mereka keselamatan tidak tabrakan. Di sini kita perlu mengerti bahwa mengambil tindakan dan pilihan bukan sekadar karena keindahan, tetapi maknanya. Ketika setan mengerjakan segalanya, ia mengetahui makna dan bagaimana menipu manusia yang diciptakan menurut peta teladan Allah. Allah menciptakan manusia untuk menjalankan kehendak-Nya, tetapi setan mencobai manusia untuk merusak kehendak Allah, dengan cara yang salah dianggap benar, yang benar dianggap salah, lalu manusia ditipu, disuap, dan diberi berbagai hal yang kelihatan manis, sehingga engkau percaya kepadanya. Dan akhirnya, engkau menerima semua yang rusak. Saya tidak dapat menerima seseorang mengatakan, “Agama itu baik, maka terimalah dan tidak perlu pikir panjang atau khawatir, karena engkau sedang menjalankan kebaikan menurut kebaikan yang saya beri tahukan kepadamu.” Mengapa kebaikan itu menurut yang orang beri tahukan, bukan menurut yang Allah beri tahukan? Bukankah seharusnya semua bersandar pada wahyu Tuhan? Saya hanya mau memegang kriteria standar dan otoritas yang Tuhan beri, bukan dari manusia. Kita perlu melihat kejahatan yang ada di belakang sesuatu yang sepintas menguntungkan saya. Inilah cara setan! Alkitab berkata, “Engkau bukan tidak tahu segala gerak Iblis.” Gerakan dari setan mulai dari awal melawan Tuhan sampai akhirnya ketika ia dibuang ke dalam lautan api.

Di dalam Gerakan Reformed Injili, kita berjuang membawa orang kembali kepada Theologi Reformed dan mengobarkan penginjilan; sementara setan juga memiliki gerakan non-reformed dan non-injili, yang melawan dan mengguncang fondasi Theologi Reformed dan meracuni berita dan tindakan penginjilan. Tuhan telah mengatakan bahwa ketika Adam berdosa memakan buah terlarang yang bisa membedakan hal yang baik dan yang jahat, maka sejak saat itu semua yang baik dan yang jahat dijelaskan berdasarkan standar manusia yang tidak lagi memakai otoritas Tuhan. Agama adalah pohon baik dan jahat yang selalu menghasilkan buah. Hanya Kristus yang mengembalikan kita kepada pohon kehidupan dan buah dari pohon kehidupan adalah Injil yang sejati dari kematian dan kebangkitan Kristus. Di antara semua agama yang membicarakan baik dan jahat, hanya Kristus satu-satunya yang membicarakan hidup dan mati. 

Demikianlah Allah mengasihi isi dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, agar barang siapa yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Ilmu berbicara tentang tahu dan tidak tahu, agama berbicara tentang baik dan jahat, filsafat berbicara tentang bijaksana dan bodoh, hanya Kristus yang berbicara tentang hidup dan mati. Semua orang di dunia membicarakan lapisan kedua hidup manusia, yaitu pengetahuan, dunia, dan kebudayaan; hanya Tuhan Yesus dan iman Kristen mengajak kita membicarakan lapisan pertama dan utama hidup manusia, yaitu masalah hidup atau binasa, hidup kekal dan mati kekal.

Yesus datang ke dunia supaya siapa yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Berbicara tentang bodoh menjadi pintar adalah akademis, mati dan hidup adalah Injil. Gereja yang hanya mementingkan pengetahuan dan akademis, tidak lagi memberitakan Injil, perlahan-lahan akan menyusut. Akademis yang kuat, tanpa kuasa menyelamatkan orang dari binasa menjadi hidup, akan membuat gereja mati. Gereja-gereja ini kehilangan prinsip yang pertama dan utama yaitu Injil. Injil berbicara tentang hidup dan mati, hidup kekal dan hukuman kekal. Binasa selama-lamanya atau mendapat hidup yang kekal jauh lebih penting ketimbang tahu hal yang baik dan jahat. Pengetahuan moral dan epistemologi adalah lapisan kedua, bukan yang utama.

Ketika Tuhan berkata kepada Adam dan Hawa, “Engkau tidak boleh makan buah terlarang itu,” di taman itu juga ada pohon kehidupan. Adam memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat, maka setelah manusia jatuh ke dalam dosa, mereka membicarakan hal yang baik dan jahat. Inilah Taurat! Tetapi itu adalah lapisan kedua. Taurat adalah tambahan karena manusia berdosa. Manusia berdosa perlu mengetahui apa itu dosa, sehingga Allah memberikan Taurat. Tetapi Taurat tidak menyelamatkan atau memberikan hidup, hanya memberikan kutukan dan vonis. Hanya Tuhan Yesus yang berkata, “Barang siapa yang binasa di dalam dosa, datanglah kepada-Ku.” Karena upah dosa adalah maut, tetapi karunia Allah di dalam Yesus adalah hidup yang kekal.

Setelah Adam berdosa, Allah memanggil dia, “Di mana engkau, Adam?” Adam berkata, “Aku berjalan di taman dan mendengar suara-Mu; aku menjadi takut dan bersembunyi.” Inilah kalimat dosa. Engkau takut karena engkau sudah melanggar. Adam sudah bersalah, sudah berdosa, maka menyembunyikan diri. Inilah atheisme. Atheisme bagaikan seorang yang berusaha menutup matahari dengan kedua tangannya. Ketika ia tidak lagi melihat matahari, ia mengatakan matahari tidak ada. Maka Tuhan berkata, “Keluar! Engkau tidak perlu bersembunyi lagi. Sekarang berdiri di hadapan-Ku. Engkau sudah melanggar, Aku akan menyelamatkan engkau, tetapi si Jahat selalu akan menjadi musuh dari Yang Kudus.” Keturunan ular akan menjadi seteru keturunan perempuan. Maka semua upaya untuk mengusahakan perdamaian dunia adalah sebuah kesia-siaan. Bertabrakan di dalam pengertian fisika adalah ketika dua benda keras sedang memperebutkan tempat yang sama pada waktu yang sama. Maka dalam hal ini, hanya Yesus yang bisa menjadi Pendamai.

Alkitab menegaskan perkataan Yesus di dalam Matius 5, “Kasihilah musuhmu. Berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Kalimat seperti ini tidak mungkin muncul di dalam berbagai literatur agama, tidak peduli berapa tingginya kepandaian akademis mereka. Sebelum Yesus, ada Musa, di zaman Yesus adalah Gamaliel dan Hillel, namun tidak mungkin ada pendamaian. Tuhan Yesus mengatakan kalimat ini, di kemudian hari Ia menjalankan perintah itu, dengan naik ke kayu salib dan berkata, “Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Di sepanjang sejarah hanya ada satu orang yang mengatakan ajaran yang sedemikian berat dan sekaligus mampu melakukan apa yang diajarkan-Nya. Itulah Yesus. Oleh karena itu, Yesaya 9:6-7 mengatakan bahwa Yesus adalah “Seorang bayi dilahirkan, seorang anak dikaruniakan bagi kita. Nama-Nya disebut Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.”

Israel tidak mungkin berdamai dengan Arab karena di dalam agama Israel tidak ada cinta kasih terhadap musuh, demikian pula di pihak lain yang ada hanyalah balas dendam. Engkau boleh menganggap diri sedang berbuat baik. Pada saat engkau menganggap diri baik, engkau paling dekat dengan si Jahat. Jangan melihat si Jahat hanya ketika engkau mengalami kecelakaan, kerugian, penyakit atau kesusahan jasmani. Lihatlah si Jahat dalam kaitan ketika engkau melawan rencana Tuhan yang menyebabkan engkau terpisah dari wajah Allah yang kekal. Kita berperang bukan dengan orang kaya atau orang berkuasa, tetapi kita berperang dengan “yang di belakang” mereka. Memang yang jahat pada akhirnya akan gagal, namun sebelum berakhir, cakarnya cukup besar. Sekarang setan terus bekerja dengan cara yang menakutkan terhadap orang Kristen, untuk menyatakan bahwa waktunya tidak lama lagi untuk ia akan hancur total. Alkitab dalam Kitab Wahyu berkata, “Ia akan dicampakkan, turun dari sorga, dan dengan marah pergi ke tengahmu.” Kita berada dalam peperangan rohani. Kita akan dianiaya, dihina, tetapi jangan takut karena Tuhan berperang melawan Iblis dengan kalimat yang paling penting, “Benih ular itu akan melukai tumitnya dan benih wanita itu akan meremukkan kepalanya.” Yesus dilukai tumit-Nya oleh setan, tetapi setan akan diremukkan kepalanya oleh Yesus.

Saya selalu ingat sejak usia tujuh belas tahun, setiap kali memimpin kebaktian, khususnya kebaktian penginjilan, saya akan berdoa lebih banyak, karena dalam penginjilan perlu kuasa dan penyertaan Tuhan yang jauh lebih besar ketimbang kebaktian Minggu. Ketika saya berkhotbah di gereja pada hari Minggu, semua sudah Kristen, sehingga saya tidak perlu berperang dengan engkau. Tetapi ketika saya sedang merebut orang non-Kristen menjadi Kristen, di belakangnya setan sedang berperang melawan Tuhan. Di sini terjadi peperangan besar. Saya harus betul-betul di belakang Tuhan. Di belakang orang yang mendengar Injil ada setan dan di peperangan itu saya hanyalah hamba Tuhan. Jika saya memihak Tuhan, saya tidak boleh kompromi karena saya ada dalam bahaya. Maka saya harus setia mati untuk Tuhan. Inilah cara pelayanan saya selama ini. Biarlah dengan itu Tuhan menyatakan kemenangan-Nya. 

Bacaan : Matius 6:9-13

DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13:ENGKAULAH YANG EMPUNYA KERAJAAN 

Kita telah membicarakan tentang lepas dari kejahatan natural (natural evil), kejahatan moral (moral evil), dan kejahatan dasar (ontological evil), yaitu si Jahat itu sendiri. Kita harus memerhatikan bagaimana lepas dari rencana si Jahat yang mau melawan Tuhan.

Tuhan menciptakan manusia sedikit lebih rendah dari malaikat, sehingga status, kuasa, dan kebijaksanaan malaikat lebih tinggi, lebih besar, dan lebih dalam dari manusia. Catatan Yehezkiel 28, “Kau tadinya di Taman Eden,” berarti Tuhan telah menciptakan penghulu malaikat yang sangat bijaksana dan menempatkannya di Taman Eden. Tetapi karena pemberontakannya ia dilempar dari sorga dan menjadi setan. Setan adalah penghalang atau penantang. Setan dilempar dari sorga, berada di angkasa untuk bekerja di hati orang yang mau taat kepadanya dan ia menjadi pemimpin roh jahat.

1 Yohanes 5:19 menuliskan bahwa seluruh dunia ada di bawah kuasa si Jahat, sehingga tidak seorang pun dapat menganggap diri terlalu pandai dan bijaksana, sehingga mengetahui semua kesulitan dan rahasia. Kita harus menjauhkan diri dari rasa terlalu percaya diri. Saya paling takut di balik agama, gereja, dan ibadah adalah setan. Maka berkali-kali saya berkata, “Hari ini, di seluruh dunia yang paling berani membunuh manusia bukanlah orang atheis, tetapi mereka yang menyebut ‘Allah’.” Mereka kira mereka sedang berbakti kepada Tuhan, tetapi mereka sedang menyembah, melayani, dan bekerja bagi si Jahat. Kita berdoa, “Jauhkan kami dari si Jahat,” berarti kita sadar kita berada di antara bajik dan jahat, terang dan gelap, suci dan najis. Kita berada di tengah kesucian dan dosa, Allah dan setan. Itu sebab, kita harus senantiasa minta kekuatan Tuhan untuk melihat dengan jelas siasat, cara, dan tipu muslihat Iblis untuk merusak kerohanian kita.

Permohonan itu dilanjutkan dengan, “Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan, dan kuasa, dan kemuliaan, sampai selama-lamanya.” Kita telah mengerti bahwa Doa Bapa Kami dimulai dengan mengutamakan Tuhan dan diakhiri dengan kembali kepada Tuhan. Doa Bapa Kami mengutamakan nama Allah, Kerajaan Allah, dan kehendak Allah, bukan keadaan, kebutuhan, keinginan, ambisi, dan segala rencana manusia yang egois. Inilah doa yang benar. Doa bukan semau diri kita memaksa Allah mengikuti kehendak kita. Doa yang sesungguhnya adalah kemauan untuk takluk kepada Tuhan, menjalankan kehendak-Nya, ingin kerajaan-Nya tiba, dan kehendak-Nya terjadi di dalam diri kita. Setelah itu kembalilah kepada Tuhan, karena Tuhanlah pemilik kerajaan, kuasa, dan kemuliaan.

Dunia ini akan lenyap. Orang Kristen justru berbeda dengan orang yang binasa di dunia, karena kita tahu bahwa kita bukan milik dunia. Yesus berkata, “Bapa, Aku berdoa bagi mereka, agar Engkau melepaskan mereka dari kejahatan, karena mereka bukan dari dunia ini. Mereka tetap hidup dalam dunia, tetapi mereka bukan milik dunia. Jika mereka milik dunia, dunia pasti mencintai mereka. Mereka bukan milik dunia, maka dunia membenci mereka.”

Di dunia ada dua macam manusia, yaitu: 1) yang dicintai Iblis, atau 2) yang dibenci Iblis. Jika engkau diterima semua pihak dengan baik, engkau telah menjadi orang yang dicintai semua orang, termasuk orang yang melawan Tuhan, maka engkau bukan orang Kristen yang normal. Jika di dunia kehadiranmu memancing permusuhan, dibenci sebagian orang di dunia, dan orang yang membenci engkau justru adalah orang yang membenci Tuhan, maka engkau orang Kristen yang normal. Jika engkau tidak pernah dikritik, dibenci, dihakimi oleh dunia, mungkin sekali engkau sudah bersatu dengan Iblis. Oleh karena itu, Alkitab berkata, “Barang siapa bersahabat dengan dunia ini, ia musuh Allah.” Barang siapa menjalankan kehendak Allah, ia pasti mengalami aniaya. Paulus berkata kepada jemaat Galatia, “Orang Kristen yang baru percaya dan mau masuk ke dalam Kerajaan Allah pasti akan mengalami berbagai kesulitan.” Paulus juga berkata kepada Timotius, “Barang siapa mau hidup beribadah pasti mengalami berbagai aniaya.” Barang siapa mencintai Tuhan akan dibenci oleh Iblis, karena Iblis membenci Tuhan. Maka Iblis membenci orang yang mencintai Tuhan. Karena Iblis membenci Tuhan, maka ia akan mencintai orang yang juga membenci Tuhan. Oleh karena itu, kalimat Doa Bapa Kami diakhiri dengan, “Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan.”


Di dunia ini saya hidup di dalam kerajaan yang sementara. Republik Indonesia adalah negara yang agung dan besar, tetapi negara ini hanya sementara. Kerajaan Romawi, Babilonia, Asyur, India, dan Tiongkok hanya sementara. Seorang nelayan bernama Yohanes berani berkata, “Dunia beserta segala nafsu duniawinya akan lenyap.” Ia melihat bahwa hanya Kerajaan Allah yang kekal keberadaannya. Ketika Hongkong diliputi kesulitan, anak muda tidak mau pergi diusir oleh polisi. Hal itu terjadi beberapa minggu. Maka di Hongkong saya menegaskan beberapa hal: 1) Mahasiswa adalah hati nurani masyarakat. Ketika mereka berontak, berarti mereka sedang menuntut sesuatu yang hakiki, yang mungkin tidak dianggap penting. Mereka melihat keseluruhan masyarakat perlu demokrasi – anak muda yang ditembak mati di Universitas Trisakti pada tahun 1998 sedang memperjuangkan demokrasi bangsa. 2) Demokrasi tidak mungkin dicapai dengan mudah, selalu melalui pertumpahan darah. Seperti ibu susah melahirkan, harus ada perdarahan ketika melahirkan bayi, demikian demokrasi memerlukan pertumpahan darah. Ini terjadi ketika Amerika melawan Inggris, di Tiongkok melawan Dinasti Qing, di Rusia dan di berbagai negara lainnya

Demokrasi menempuh jalan pertumpahan darah. Pemuda pemudi yang sedang berjuang untuk suatu target yang indah jangan ditunggangi orang jahat yang tidak bertanggung jawab. Pada saat rakyat yang bersih motivasinya sedang meminta demokrasi, biasanya selalu ada orang jahat yang berusaha menungganginya. Dunia ini tidak pernah beres atau sempurna. Egoisme orang yang ingin cepat kaya selalu mencari cara yang tidak beres untuk mempermudah diri sambil merugikan rakyat. Kita, orang Kristen, bukanlah milik kerajaan dunia yang sementara ini. Maka dalam Doa Bapa Kami Yesus berkata, “Engkaulah yang empunya Kerajaan.”

Kerajaan dunia bukan dimiliki dunia, raja dunia, pemimpin atau penguasa politik dunia. Mereka hanyalah orang yang pasti akan berlalu dan mati. Tuhan hanya untuk sementara waktu memberikan kuasa kepada mereka dan di antara mereka banyak yang semaunya sendiri menguasai orang lain. Hal seperti ini yang tidak diperkenan Tuhan. Sepanjang enam ribu tahun sejarah Tiongkok, saya melihat setiap dinasti dibangun dengan motivasi baik dan mulia yang ingin membahagiakan rakyat, tetapi semua dinasti turun dengan suram, rusak, dan jahat. Gereja juga demikian. Jika motivasi gereja sungguh-sungguh mencintai Tuhan, berdiri di atas prinsip Alkitab, akan diberkati Tuhan. Tetapi jika melupakan prinsip Alkitab, tidak menjalankan dalil yang ditetapkan dalam Alkitab, maka gereja akan menjual diri, rusak, dan mempermalukan diri.

Dunia dan kerajaannya ini tidak beres, maka Alkitab berkata, “Pada suatu hari kerajaan dunia akan menjadi Kerajaan Tuhanku dan Kerajaan Kristus yang dipilih oleh Allah.” Orang Kristen adalah orang yang dimiliki Allah, maka janganlah terlalu memandang dan berharap kepada dunia ini. Kerajaan dunia ini hanyalah bayang-bayang yang sementara dan akan lenyap, sementara Kerajaan Allah tetap kekal selama-lamanya. Maka, orang Kristen, umat pilihan Allah, harus memegang tangan Tuhan dan berkata, “Kita berharap Kerajaan Allah tiba, kehendak Tuhan dijalankan di dunia, karena dunia ini tidak beres.”

Sir Arnold Toynbee berkata, “Seluruh dunia dan kerusakan politik dunia hanya membuktikan ayat Alkitab, upah dosa adalah maut.” Sejak enam ribu tahun lalu sampai sekarang semua pemerintah ingin memberi jaminan kepada rakyatnya, rajanya, kerajaannya, wilayah dan negara, serta segala kebudayaan yang ia pimpin akan membahagiakan umat manusia. Namun tidak lama kemudian, dinasti itu jatuh, rusak, jahat, berdosa, di mana perjudian, perzinahan, dan segala kenajisan terbongkar. Yang bisa mencegah kerusakan negara ialah rakyat yang masih murni dan memiliki ideologi yang bersih.

Hal seperti itu tidak terjamin bisa terjadi, kecuali ada anak-anak muda yang bersih hatinya, yang berani muncul kembali untuk mengoreksi. Maka, kita melihat dunia dan kerajaan dunia tidak ada harapan dan suatu hari akan lewat. Anak-anak Tuhan harus sadar bahwa hanya Kerajaan Allah yang kekal adanya. Sejak Adam berbuat dosa, maka generasi kedua mereka telah saling berkelahi yang berakhir dengan dibunuhnya Habel oleh Kain. Kain yang masih hidup merajalela di dunia, mengakibatkan orang yang berkuasa di dunia ini banyak yang tidak beres. Itu berlangsung terus turun-temurun ribuan tahun hingga hari ini.

Alkitab berulang kali berkata, “Kerajaan Allah dan kuasa Allah lebih tinggi dari kerajaan dan kuasa dunia.” Selain di dalam kekristenan, di dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tidak ada yang lain yang pernah menonjolkan tentang adanya Kerajaan Allah yang lebih tinggi, abadi, dan dikerjakan mulai dari kerajaan manusia.

Ketika Abraham di dunia, ia dengan 318 orang telah berperang dengan empat negara, mengalahkan raja-rajanya, dan melepaskan Lot dari tawanan mereka. Abraham dengan 318 orang bisa mengalahkan beribu tentara musuh karena Tuhan menyertai dia. Yusuf, seorang yang dibelenggu, dijadikan budak, difitnah, dipenjarakan, akhirnya menjadi Perdana Menteri Mesir. Ini semua adalah bukti bahwa Tuhan mampu membangkitkan orang-orang yang takut akan Dia untuk berkuasa lebih besar daripada semua kuasa kerajaan dunia. Yusuf dipilih menjadi perdana menteri bukan atas kehendak manusia. Kakaknya menjual dia, mendapatkan uang, pulang dengan menipu Yakub, “Anakmu yang paling kaukasihi sudah dimakan binatang buas. Pakaiannya penuh dengan darah.” Saat itu belum ada pengujian DNA, sehingga tidak dapat membedakan darah domba atau darah singa. Tetapi Tuhan tidak bisa ditipu seperti itu. Yusuf diperdagangkan, dimasukkan ke rumah orang kaya dijadikan budak yang dihina dan dicintai majikan wanitanya yang ingin berzinah dengan dia. Ketika ia menolaknya, ia difitnah dan dimasukkan ke penjara. Tuhan kemudian melepaskan dia dengan memberikan kebijaksanaan untuk mengartikan mimpi Firaun, sehingga akhirnya diangkat menjadi Perdana Menteri Mesir.

Adanya Yusuf di Alkitab membuktikan bahwa Allah lebih tinggi dari kuasa politik manusia. Kerajaan Allah akan menguasai kerajaan manusia. Saat itu Yusuf sangat penting, karena ia adalah perdana menteri dari kerajaan terbesar saat itu. Ketika Yusuf menjadi Perdana Menteri Mesir, kekuatan Babilonia dan negara-negara lainnya sudah turun. Kerajaan Mesir menjadi kerajaan yang paling berkuasa. Di situlah Tuhan memasang Yusuf menjadi perdana menteri untuk menunjukkan Kerajaan Allah lebih tinggi dari kerajaan manusia.

Ketika orang Israel tidak diizinkan keluar dari Mesir, Tuhan berkata, “Musa, pergilah kepada Firaun. Beri tahu dia untuk melepaskan umat-Ku.” Lalu Musa menjatuhkan sepuluh tulah yang diberikan Tuhan untuk membuktikan kerajaan Mesir dan agama mereka di bawah kuasa Allah. Dari Alkitab kita terus-menerus melihat kuasa Tuhan – kuasa manusia; Kerajaan Allah – kerajaan manusia; kuasa kehendak Allah – kuasa kehendak raja, dan membuktikan bahwa kuasa sorgawi dan Kerajaan Allah jauh lebih tinggi dari kuasa duniawi dan kerajaan manusia. 

Adanya Mesir, Yusuf, Musa, membuktikan hal yang sama. Ketika Musa keluar dari Mesir, bukan memakai tentara, senapan, tetapi kuasa Tuhan menyertai dia, sehingga melalui sepuluh tulah Mesir hancur dan mereka keluar. Setelah mereka keluar, tentara Mesir mengejar mereka sampai Laut Teberau. Di situ bangsa Israel bersungut-sungut kepada Musa, “Mengapa engkau melepaskan kami, membawa kami keluar dari tanah Mesir? Selama ini kami hidup di tanah penuh daging dan bisa makan cukup. Sekarang kami dibawa ke padang gurun.” Mereka ingin kembali ke Mesir. Mereka tidak tahu bahwa menjadi budak di Mesir adalah status yang paling rendah dan hina.

Setelah mereka dibebaskan, mereka tidak menghargai kebebasan itu, mereka hanya ingat materi dan makanan di tanah perbudakan. Ini juga kelemahan kekristenan. Banyak orang Kristen dipimpin Tuhan kepada kemerdekaan, tetapi kita selalu ingat kenikmatan materi ketika diperbudak Iblis dan dosa. Maka Tuhan menghajar orang Israel empat puluh tahun berkeliaran di padang belantara tidak bisa masuk ke Tanah Perjanjian. Tuhan mau mengajar mereka bahwa manusia hidup bukan bersandarkan pada roti saja, tetapi bersandarkan firman yang keluar dari mulut Allah. Allah mengajar mereka agar mereka tahu bahwa “Akulah Allahmu, Akulah Rajamu.”

Setelah beberapa ratus tahun kemudian, orang Israel tetap berkata, “Kami ingin punya raja seperti orang kafir.” Samuel sedih dan menangis di hadapan Tuhan. Tuhan berkata, “Berikan yang mereka minta, tetapi beri tahu bahwa jika mempunyai raja, ia akan menarik pajak yang berat, engkau dipaksa menjadi tentara berperang, dan tidak memiliki kebebasan seperti yang mereka bayangkan.” Hidup Kristen adalah pergumulan antara setia kepada negara dunia dan setia kepada Kerajaan Allah.

Ketika kita berdoa, “Engkaulah yang empunya Kerajaan,” biarlah kita ingat bahwa kita bukan hanya Warga Negara Indonesia, tetapi juga Warga Negara Sorga. Di antara kedua kewarganegaraan ini kita harus patuh Tuhan terlebih dahulu, baru menjadi warga negara yang baik di mana pun kita berada. Kita milik Tuhan dan Kerajaan Sorga.

Orang Kristen berbeda dari orang dunia, karena orang Kristen memiliki kacamata yang bisa menerobos dan punya penglihatan yang lebih dari sekadar melihat dunia ini. Kita dapat melihat adanya Kerajaan Allah di balik kerajaan dunia, sehingga jika memungkinkan kita harus memperbaiki dunia ini. Orang Kristen tidak boleh melarikan diri dari kewajiban, melainkan harus menjadi wakil sorga di dunia, memperbaiki dunia untuk bisa lebih damai, lebih jujur, penuh cinta kasih, dan kebenaran. Kita memang tahu bahwa dunia ini tidak memuaskan, tidak beres, dan tidak sempurna, tetapi keberadaan saya akan membuat masyarakat di mana saya berada akan menjadi lebih baik. Adanya orang Kristen di Indonesia harus membuat Negara Indonesia lebih baik. Kita harus berpandangan tembus melalui dunia yang kelihatan melihat Kerajaan Allah yang tidak kelihatan.

Pada saat Nikodemus datang mencari Tuhan Yesus, ia ingin Yesus membantu dan membangun Kerajaan Israel yang baik di dunia ini. Tetapi Yesus berkata, “Tidak. Engkau harus melihat Kerajaan Sorga. Tetapi jika engkau tidak diperanakkan pula, engkau tidak dapat melihat Kerajaan Sorga.” Orang non-Kristen hanya hidup dengan pemikiran duniawi dan tidak ada pengharapan yang lain. Mereka berharap dan bersandar pada negara, pemerintahan, dan masyarakatnya. Sedangkan kita hidup bersandar dan berharap pada Tuhan yang melampaui kerajaan dunia ini menuju kerajaan kekal. Sementara di dunia, kita berdoa. “Tuhan, biarlah Kerajaan-Mu datang, karena Engkaulah yang mempunyai Kerajaan.” Ketika Nikodemus berjumpa Yesus, ia berharap Kerajaan Allah bisa cepat datang, mengubah situasi Israel, karena Israel pernah dijajah oleh Babilonia, Asyur, Makedonia, dan Romawi. Yesus menjawab, “Aku berkata kepadamu, jika engkau tidak diperanakkan oleh Roh Kudus, engkau tidak dapat melihat Kerajaan Sorga.”

Pada masa kini, kita melihat dua macam orang Kristen, yaitu: yang sudah diperanakkan pula, dan yang belum. Orang Kristen yang belum diperanakkan tidak mungkin mempunyai ketajaman mata rohani untuk menembusi dunia ini dan melihat Kerajaan Allah. Tetapi orang Kristen yang mempunyai mata rohani yang tajam, selain melihat dunia ini, juga melihat Kerajaan Sorga. Kita bekerja berat melakukan penginjilan karena kita tahu itu memberi sumbangsih kepada dunia, mempersiapkan rakyat Tuhan menjadi umat sorgawi selamanya. Jika kita tidak punya pandangan ini dan puas di dunia ini saja, hidup kita akan meninggalkan rencana Tuhan. Negara dunia saling berperang untuk mencapai kemenangan mendapat kuasa terbesar, tetapi orang Kristen tahu bahwa “Engkaulah yang empunya Kerajaan, dan kuasa, dan kemuliaan selama-lamanya.”

Fakta sejarah berkata kepada kita, kerajaan dunia jangan sombong, karena pada saat paling sombong, Tuhan akan datang untuk menghapuskannya. Sejarah telah menjadi salah satu guru terbesar bagi umat manusia dan telah mengajarkan hal paling menakutkan bahwa Tuhan tidak mengizinkan kejahatan pemerintah melewati batas. Jika kejahatan manusia sudah melewati batas, Tuhan akan berkata, “Engkau sendiri lenyaplah, kerajaanmu bukan milikmu, tetapi di dalam tangan-Ku.” Kalimat Doa Bapa Kami sungguh benar. Orang Kristen jangan lupa, semua kerajaan dan pemerintahan dunia hanya sementara. Jika Tuhan tidak menghendakinya, semua akan dihentikan.

Mari kita dengan iman yang menerobos dan penetrasi melihat Kerajaan Allah di belakang kerajaan dunia ini. Jika kita menghadapi setan, kita melihat di belakang semua bencana ada setan yang jahat sedang berkuasa; tetapi sebaliknya dengan iman kita melihat di dalam kerajaan dunia ini di belakangnya ada Kerajaan Allah. Hidup kita adalah konflik dan perang di tengah perebutan setan dan Allah. Allah mau menarik kita agar kita memihak Allah dan menjadi saksi-Nya. Setan mau merebut kita untuk menjadi anteknya melawan Tuhan. Di tengah situasi ini marilah kita berdoa, “Bapa kami yang di sorga, Engkaulah yang empunya Kerajaan, dan kuasa, dan kemuliaan sampai selama-lamanya.” 

Kiranya hidup kita sesuai dengan kehendak Allah dan menyenangkan Kerajaan Sorga, karena dunia ini akan lenyap. 

Bacaan : Matius 6:9-13

DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13 :ENGKAULAH YANG EMPUNYA KERAJAAN (2)

Dalam Doa Bapa Kami, Tuhan Yesus tidak kompromi. Dalam seluruh pikiran-Nya, Allah menjadi pusat, sumber berkat, kebenaran, dan yang menggenapi seluruh rencana kekal alam semesta. Allah kita adalah Allah yang berkehendak, berencana, mencipta, mengatur, dan memelihara segala ciptaan sampai kiamat dan kekekalan. Konsep doa ini berbeda sama sekali dengan doa pada umumnya. Doa ini berada di lingkungan atau kondisi di mana Tuhan menjadi pusat kehendak manusia, sasaran tertinggi dan terakhir dalam tujuan hidup kita. Biarlah kehendak Tuhan terjadi di dunia ini seperti di sorga. Ketika kita berdoa, kita berdoa kepada yang kekal, bijaksana, berkuasa, dan memiliki segalanya. 

Pada saat kita meminta sesuatu dari manusia, ia selalu memberikan berdasarkan kemampuan yang terbatas dan kurang bijak. Namun, jika kita minta kepada Tuhan, kita meminta langsung dari sumber segala yang diciptakan di alam semesta, pokok bijaksana dan sumber seluruh otoritas kebenaran. Oleh karena itu, datang kepada Tuhan dan meminta sesuatu kepada-Nya jauh lebih penting daripada meminta dari manusia. Pada saat kita memberi sesuatu kepada anak, kita dikondisikan dengan mentalitas, kemampuan, keterbatasan, dan pengertian kita yang terbatas dan banyak salah konsep. 

Banyak orang tua saat masih muda miskin sekali, maka ketika menjadi kaya mulai berusaha memperbaiki nasib keturunannya. Justru mungkin itu malah merusak anakmu, karena kekayaan bisa memberikan apa saja. Bagi anak itu terlalu mudah untuk memakai uang membeli mainan, dan bisa berbuat apa saja seenaknya. Mulai timbul efek samping yang tidak disadari orang tua, yaitu anak itu kehilangan jiwa perjuangan. Ia tidak lagi memiliki pengalaman berharap dan menanti untuk mendapat sesuatu. 

Pdt. Fosdick, seorang pendeta terkenal dari gereja terbesar di New York, yaitu Gereja Riverside yang dibangun oleh Rockefeller, berkata bahwa ketika ia kecil orang tuanya berjanji jika ia naik kelas dengan angka yang bagus maka akan dibelikan sepeda. Ia begitu bersukacita, dan ia menghitung masih delapan bulan lagi ia harus berjuang. Maka ia giat belajar dan berjuang dengan penuh pengharapan dan sabar untuk bisa mendapatkan sepeda. Di situ selama delapan bulan karakternya dilatih. Fosdick bercerita bahwa ketika akhirnya ia lulus dengan nilai baik dan dibelikan sepeda, ia bercucur air mata ketika membawa sepeda itu pulang. Ia mengalami sukacita yang hampir tidak pernah ia alami. Sesudah khotbah ia berkata, “Inilah kekurangan anak-anak sekarang. Karena kita sudah kaya, begitu mudah beli apa saja, uang tidak menjadi masalah, anak minta apa pun diberikan, maka anak sudah tidak lagi berjiwa menanti dan berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai dalam hidupnya.” Kelimpahan dan kenikmatan materi telah membuat kita berkekurangan dan miskin rohani. Kita harus melihat dan belajar bagaimana cara Tuhan bekerja dalam hidup kita dan mendidik anak-anak-Nya. 

Tuhan membiarkan ada yang miskin, berkekurangan, dan harus bekerja keras untuk mendapat sedikit upah. Ini yang kita lihat dari Alkitab. Bukan Allah tidak mampu, tidak rela, tetapi Ia tidak mau dan tidak rela memanjakan anak-anak-Nya dan merusak karakternya. Allah melatih kita belajar menanti, berharap, berkorban, berletih sebagai modal yang akan diganti dengan tuaian yang penuh sukacita. Jika kita diberi atau diizinkan miskin, kekurangan, gagal pada jangka waktu tertentu, jangan mengeluh atau marah kepada Tuhan. Ada rencana Tuhan yang baik bagi pembentukan karakter kita untuk menjadi lebih sempurna dan sesuai dengan kehendak-Nya.

Daud adalah orang yang paling berkenan di mata Tuhan. Ia punya kelemahan, tetapi sejak kecil mencari dan menanti Tuhan. Daud dilahirkan sebagai anak bungsu, ditekan, dianiaya, dihina kakak-kakaknya yang menganggap diri lebih berpengalaman dan lebih mampu dari Daud. Ketika Daud membawa makanan bagi kakak-kakaknya di medan perang, ia melihat Goliat yang besar tampil menjadi penantang seluruh Israel. Ketika ia ingin melawan, kakaknya menghina dia dan menyuruhnya pulang. Daud tidak mau pulang, tetapi ia menanti kesempatan yang Tuhan berikan kepadanya untuk boleh bekerja bagi satu bangsa. Ketika Daud dihina kakaknya, Saul bertanya siapa yang berani pergi berperang melawan Goliat. Saul satu kepala lebih tinggi dari semua orang Israel dan terlihat gagah perkasa, tetapi ternyata ia pengecut. Tuhan membangkitkan anak kecil seperti Daud yang berkata bahwa ia akan berperang dengan orang kafir yang kurang ajar terhadap Tuhan. Daud marah karena bangsa Israel membiarkan orang tidak bersunat mempermalukan dan memaki-maki Tuhan. 

Saya kagum akan keberanian Daud. Di manakah anak muda dan remaja yang sedemikian berani untuk Tuhan pada zaman sekarang ini? Kiranya Tuhan membangkitkan anak-anak muda yang akan meneruskan pekerjaan Tuhan yang agung ini. Kita harus terus berdoa minta Tuhan menyatakan kehendak-Nya. Namun, terkadang Tuhan menunda atau tidak menjawab. Ketika orang memberi tahu Yesus bahwa kawan-Nya, Lazarus, sedang sakit keras, Yesus tidak datang dan tidak menolong sampai ia mati. Ketika orang berpikir tubuhnya sudah mulai membusuk karena sudah empat hari mati, barulah Yesus datang ke Betania menyatakan hadirat dan anugerah Tuhan. Daud juga demikian. Ia dibiarkan mengalami kesulitan, dikejar siang malam akan diambil nyawanya oleh Saul, melarikan diri, masuk ke padang belantara, sembunyi di gua, menghindari disembelih oleh Saul yang iri kepadanya. Daud menulis Mazmur, “Aku telah bersabar dan bertekun menanti Tuhanku, dan Ia menurunkan telinga-Nya mendengar doaku.” 

Kalimat terakhir Doa Bapa Kami menyatakan bahwa segala sesuatu berasal, bergantung, dan kembali kepada Tuhan. Ini juga tertulis di Roma 11:36. Ia adalah Sumber, Sang Pencipta, Sang Penopang, dan Hakim alam semesta. Dengan itu, kita dapat mengerti dengan tenang dan stabil ketika permintaan kita tidak dikabulkan oleh Tuhan. Jangan gelisah. Jika kita tidak sabar ketika doa kita tidak dijawab oleh Tuhan, kita akan mengambil jalan pintas, dan itu bahaya sekali. Iblis sudah memasang perangkap bagi mereka yang mengambil jalan pintas. Jika Tuhan tidak menjawab atau belum mengabulkan doa kita, bukan karena Ia bisu, tetapi karena waktu-Nya belum tiba atau kita tidak memerlukannya. Tahanlah nafsu dan sabar menunggu. 

Di Alkitab kita bisa melihat tiga orang penting yang doanya tidak dikabulkan Tuhan. 

Pertama, Elia. Ketika Tuhan Yesus transfigurasi di bukit, maka yang muncul mewakili nabi bukan Yesaya, Yehezkiel, atau Daniel, tetapi Elia. Yang mewakili Taurat adalah Musa. Elia doanya begitu berkuasa. Ia berani berkata kepada Ahab, “Di hadapan Allah aku bersumpah, jika aku tidak berdoa, tiga tahun tidak ada hujan.” Ada orang begitu hebat, berani berdoa dan tahu Tuhan akan mendengar doanya. Ketika itu mereka mengalami kelaparan. Semua tanah kering, pecah, tidak ada air tiga setengah tahun lamanya. Berarti Allah sangat berkenan kepada Elia. Apa yang Elia minta diberikan-Nya. Seorang rohaniwan berpengaruh besar dan seluruh Israel dipengaruhi doanya. Yakobus 5 berkata, “Doa orang benar besar sekali khasiatnya.” Tetapi heran, Elia yang sedemikian agung pernah ditolak doanya oleh Tuhan, yaitu ketika ia minta mati. Orang yang sudah berdoa minta mati, sudah tidak punya niat hidup di dunia. Motivasi Elia berdoa minta mati sangat anggun, yaitu karena ia tidak bisa melampaui orang-orang yang lebih dulu. Elia adalah seorang yang ingin melampaui semua pendahulunya. Di seluruh Alkitab hanya ada satu kali orang muda yang minta mati dari Tuhan karena ia menyesal tidak melampaui pendahulunya, Abraham, Musa, dan lain-lain. Ini orang yang berniat besar, agung, menakutkan, dan yang membuat zaman maju. Setiap zaman, jika ada pemuda yang ingin melampaui semua pendahulunya, barulah zaman itu maju. Elia adalah orang yang ingin mendahului semua pendahulunya. Tuhan bukan saja tidak mengabulkan, tetapi Ia mengirim malaikat memberi makan roti. Setelah makan roti, ia berlari empat puluh hari. Tuhan tetap tidak menjawab dia. 

Kedua, Paulus. Paulus lemah dan minta sembuh. Ia berkata, “Ada duri yang menusuk dagingku, sehingga aku lemah. Tuhan, jika mungkin cabutlah dan singkirkan duri ini dariku.” Lalu Tuhan berkata kepadanya, “Sudah, jangan berdoa lagi.” Tuhan minta orang untuk tidak berdoa lagi, karena doanya tidak berguna, tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Tuhan menjawab, “Anugerah-Ku cukup bagimu.” Sambil ada duri, sambil ada anugerah. Saat ini banyak orang Kristen mau anugerah tetapi tidak mau duri, mau diberkati tetapi tidak mau menanggung salib, mau mendapat hadiah besar dari Tuhan, tetapi tidak mau memikul salib. Alkitab tidak menjelaskan apa yang dimaksud Paulus dengan “duri”. Alkitab menyatakan sebagai suatu pesuruh setan yang selalu mengganggu Paulus. Pesuruh setan yang diperintahkan oleh Iblis untuk mengganggu hamba Tuhan, membuat kecewa, difitnah, putus asa. Tuhan mengizinkan yang kita tidak senang datang mengganggu kita. Ketika Tuhan mengizinkan, marilah kita melihat muka Tuhan dan berkata, “Jika ini adalah kehendak-Mu, jadilah kehendak-Mu, bukan kehendakku.” 

Ketiga, Yesus. Pernahkah Yesus tidak dijawab doa-Nya? Di Getsemani, ketika Yesus berdoa, “Jika mungkin ya Bapa, singkirkan cawan ini dari pada-Ku.” Tuhan Yesus ingin kalau boleh tidak minum cawan ini. Tuhan Yesus berdoa tiga kali dan Bapa tidak mendengar. Jika Elia, seorang besar di Perjanjian Lama, Paulus, seorang rasul besar di Perjanjian Baru, bahkan Anak Allah, Tuhan Yesus doa-Nya tidak didengarkan Bapa, apa hak engkau menuntut Tuhan harus mendengar doamu? Banyak orang suci mempunyai duri, cawan pahit, dan ketidaktercapaian keinginan mereka dalam pelayanan. 

John Sung ketika tua memiliki luka besar menganga di belakang, yang begitu hancur sampai tangan bisa masuk ke dalam lubang luka itu. Begitu sakit dan menderitanya, sehingga ia harus diusung dengan dipan dari terpal. Sampai di atas mimbar, ia berpegang pada mimbar karena kakinya tidak kuat lagi, tetapi ia tetap berkhotbah dengan kuasa besar. Mengapa Tuhan tidak menyembuhkannya? Bukankah ia hamba Tuhan yang paling disayang Tuhan dan paling berkuasa? Itu semua karena Tuhan ingin setiap orang rela menanggung kesulitan yang diizinkan Tuhan. Tuhan tidak memanjakan kita ketika Ia berkata, “Anugerah-Ku cukup bagimu.” 

Yesus minta cawan itu disingkirkan. Cawan itu bukan sekadar cawan kematian, karena Tuhan Yesus tidak takut mati. Yesus memang harus mati dan Ia tidak takut mati. Ia sengaja datang ke dunia untuk mati, bahkan mati di kayu salib. Ia sangat gentar karena cawan itu adalah keterpisahan dari Allah Bapa. “Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Allah Bapa dan Allah Anak untuk satu saat tertentu harus terpisah. Bukankah persatuan ini adalah kehendak Allah? Jika Allah mempersatukan dan Allah menginginkan persatuan, mengapa Allah harus berpisah dengan Anak-Nya yang Tunggal? Martin Luther berjam-jam merenungkan ayat itu, akhirnya ia berkata, “Saya tidak mengerti,” sambil memukul meja. Bukan Allah Bapa meninggalkan Allah Anak, tetapi Allah Bapa meninggalkan Allah Anak yang menjadi manusia. Allah tidak mungkin meninggalkan Allah. 

Ketika Yesus berkata, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Yesus tidak berkata “Bapa-Ku” melainkan menggunakan “Allah-Ku”. Ketika Yesus menanggung dosa manusia, status-Nya bukan sebagai Anak Allah, tetapi sebagai Anak Allah yang berinkarnasi menjadi manusia. Maka, manusia Yesus dibuang oleh Allah Bapa. Saat itu, bukan Allah Bapa meninggalkan Allah Anak, tetapi Allah Bapa meninggalkan Allah Anak yang sedang berinkarnasi menjadi manusia. Perpisahan ini bukan rencana Allah dan bukan kehendak Yesus yang kekal. Perpisahan ini merupakan suatu keharusan mutlak karena tugas keselamatan, yaitu karena keselamatan sudah ditetapkan melalui penanggungan dosa, sehingga propisiasi itu terjadi. Penanggungan dosa melalui penggantian, suatu cara Tuhan menanggung dosa manusia, sehingga dibuangnya Anak Tunggal yang menjadi manusia.

Ketiga orang besar ini doanya tidak dijawab Tuhan, karena saat-Nya, rencana-Nya, dan anugerah-Nya, terkait menjadi satu, sehingga kita tahu. Yesus dibuang Allah karena menanggung dosa kita. Yesus mengakhiri Doa Bapa Kami dengan tiga kalimat, “Seluruh kerajaan dunia ini akan menjadi Kerajaan-Mu; Seluruh kuasa dari semua pemerintahan berasal dari Engkau; Dan seluruh kemuliaan akan kembali kepada Kristus Yesus.” Di dalam Wahyu 5:9 dikatakan, “Karena Ia pernah disembelih, Ia harus memperoleh kuasa, hikmat, kekuatan, kemuliaan, dan kehormatan. Semua kembali pada Allah dan Domba yang disembelih itu.” Melalui Kristus kita dicipta, diselamatkan, diperdamaikan, dan dipersatukan dengan Allah. 

Yesus berkata, “Engkaulah yang empunya Kerajaan,” berarti kerajaan dunia ini bukan apa-apa. Semua yang ada di dalamnya untuk sementara dipinjamkan. Negara Indonesia dipinjamkan sementara untuk diatur oleh Soekarno beberapa puluh tahun, lalu diambil kembali oleh Tuhan, dipinjamkan kembali kepada Soeharto, lalu diambil kembali lagi, dan begitu seterusnya. Mereka semua tidak memiliki Indonesia. Mereka hanya untuk sementara dipinjamkan untuk boleh berkuasa. Tuhanlah yang mempunyai Indonesia. George F. Händel meletakkan ayat Wahyu 5:9 ke dalam Oratorio Hallelujah yang digubahnya. 

Saat ini kita bukan berada pada titik akhir. Kita masih berada di dalam proses sejarah yang sedang berjalan menuju akhir, yaitu ketika Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya. Ketika Yesus hadir di dunia, setan memberi kesempatan kepada-Nya, “Saya pamerkan, lihat segala kerajaan dunia dan kemuliaannya. Saya akan berikan kepada-Mu jika Engkau mau menyembah aku.” Yesus tidak menerima tawaran itu, karena kerajaan itu milik Allah, bukan milik setan. Itu sebab, sekarang engkau harus mengerti mengapa Wahyu 5:9 ini menjadi kalimat terakhir Doa Bapa Kami. Di luar apa yang diperintahkan, dikatakan, diwahyukan, dan dijanjikan Tuhan, kita tidak boleh menerima berkat apa pun dari setan, karena setan bukan pemilik asli. Ketika setan berkata, “Sembah saya satu kali, saya berikan semua kepada-Mu,” Yesus tidak mau berdiskusi dengan Iblis lagi. Jika kita mengetahui siapa Allah dan siapa setan, kita langsung bisa membedakan dan menegakkan pendirian kita. Jika engkau sudah menyerahkan seluruh hidupmu kepada Allah, jangan lagi takluk kepada setan. 

Setan berkata, “Saya berikan semua ini kepada-Mu.” Yesus menjawab, “Enyahlah engkau!” Yang mau diberikan oleh setan, sebenarnya adalah milik Allah. Yesus sekarang sudah menjadi manusia, lebih rendah sedikit dari malaikat, sedangkan Iblis sebelumnya adalah malaikat, bahkan penghulu malaikat. Maka, ia merasa lebih tinggi dari manusia. Ketika Yesus menjelma menjadi manusia, Ia lebih rendah dari setan. Tetapi Yesus aslinya adalah Firman yang adalah Allah. Ia bukan manusia, Ia sementara turun ke dunia menjadi manusia, lebih rendah sedikit dari malaikat, demi untuk menyelamatkan kita. Di situ setan mengambil kesempatan. Padahal Allah berkata, “Biarlah segala malaikat Allah menyembah Kristus.” Sekarang malaikat yang jatuh meminta Yesus menyembah dia. Ini suatu pembalikan rohani yang rumit luar biasa. 

Orang yang pertama menemukan keagungan theologi ini bukanlah seorang theolog, tetapi seorang penyair, John Milton, seorang Puritan yang sangat cinta firman Tuhan dan mempelajarinya secara tuntas. Sekarang banyak orang Kristen yang di rumah tidak membaca Alkitab dan tidak mau menyelidiki Alkitab. John Milton menulis syair terpanjang di dalam sejarah. Sebelas tahun setelah ia buta sama sekali, ia menulis syair Paradise Lost dan Paradise Regain yang memecahkan rekor syair terpanjang dalam sejarah. Jika Homer menulis buku yang menceritakan asal-usul suatu bangsa, John Milton menulis asal-usul dunia menurut wahyu Alkitab, tentang bagaimana kita kehilangan Firdaus (Taman Eden) dan melalui Kristus kita kembali lagi ke Eden, taman yang disiapkan Tuhan. 

Pada awalnya Allah memerintahkan para malaikat untuk menyembah Sang Anak, Yesus Kristus. Tetapi ketika Yesus menjadi manusia, setan berkata, “Biarlah Yesus menyembah malaikat yang jatuh.” Tetapi di sini Yesus memiliki kepekaan yang luar biasa. Ia memiliki ketajaman pikiran yang melihat kelemahan dan semua tipuan Iblis, maka Ia tidak mau berbicara, berdiskusi, atau kompromi. Ia hanya berkata, “Enyahlah kau, setan! Karena engkau tidak berhak memberi semua itu kepada-Ku.” Ini seperti yang Tuhan Yesus ajarkan dalam Doa Bapa Kami, “Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan, dan kuasa, dan kemuliaan sampai selama-lamanya.”

Kekayaan yang bukan dari Tuhan hanya akan menambah kesulitanmu masuk sorga. Kekayaan yang dari Tuhan terkadang membuat engkau rugi terlebih dahulu dan menanggung kesulitan sebelum engkau menerima berkat dari Tuhan. Marilah kita memiliki keseimbangan dan pengertian untuk menilai semua ini. Semua keuntunganku jika dari setan, biarlah dibuang semua; semua kerugian yang diizinkan Tuhan, aku terima dan menunggu Tuhan. Semua kerugian yang direncanakan Tuhan baik untukmu. Saya mendapat atau tidak mendapat sesuatu bukanlah urusan besar, karena semua kerajaan, kuasa, dan kemuliaan adalah milik Tuhan. 

Chuck Colson menulis sebuah buku berjudul Kingdoms in Conflict. Kerajaan dunia ini selalu bertentangan dengan Kerajaan Allah. Orang Kristen hidup di tengah kedua kerajaan ini, penuh pertentangan, peperangan keuntungan dan segala aspeknya. Kita menjadi tempat pertempuran antara kedua kerajaan ini. Kerajaan Allah dan kerajaan dunia pada saat terjadi konflik kepentingan membawa kita menjadi korbannya. Maka ia berkata, bagaimana kita menjadi orang Kristen yang baik, setia kepada Kerajaan Allah, lebih baik daripada kepada kerajaan dunia. Pada saat orang Kristen hidup di negara Republik Indonesia, tetapi ia mau berbakti kepada Allah di sorga, ia akan mengalami konflik. Buku ini sangat indah, meski bukan ditulis oleh seorang theolog, tetapi pandangan theologinya sangat kuat. 

Ingatlah bahwa kerajaan bukanlah milik manusia, melainkan milik Tuhan. Ketika Tuhan meminjamkan rakyat dunia yang Ia ciptakan kepada penguasa, Ia mau menguji kesetiaanmu. Apakah engkau setia kepada kerajaan dunia atau Kerajaan Allah. Konflik kedua kerajaan ini tidak akan pernah selesai. Kalimat terakhir Yesus, “Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.” 

Biarlah ini menjadi doa kita. Saya menganjurkan engkau menjadi anggota Kerajaan Sorga yang setia, tekun mengikut Tuhan, memuliakan Tuhan, dan menyatakan kuasa kemuliaan Tuhan Allah di dalam Kerajaan-Nya, melampaui kuasa kemuliaan kerajaan dunia yang hanya sementara. Marilah menjadi wakil Tuhan, duta, dan representatif Kerajaan Allah yang memuliakan nama Tuhan di dunia ini. 

Bacaan : Matius 6:9-13

DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13 :ENGKAULAH YANG EMPUNYA KERAJAAN (3)

Tuhan Yesus menutup Doa Bapa Kami dengan kalimat, “Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan, dan kuasa, dan kemuliaan sampai selama-lamanya.” Melalui akhir Doa Bapa Kami ini kita didesak untuk memiliki perasaan tanggung jawab I-Thou relationship, “Saya sedang berdiri di hadapan Tuhan. Engkaulah yang memberi segala anugerah dan akulah yang memohon dan berdoa pada-Mu. Kiranya Engkau mendengar doaku.” Dari awal hingga akhir Doa Bapa Kami berpusat pada Bapa di sorga, yang menciptakan, menguasai, memberi, dan akhirnya menghakimi segala yang berasal dari diri-Nya sendiri. Jika konsep ini telah jelas bagi kita, maka doa kita akan beres. 

Konsep segala sesuatu adalah milik Allah harus dominan dalam hidup kita. Ketika Daniel berdoa kepada Allah dan tidak menghiraukan patung besar yang dibuat Nebukadnezar, ia tahu bahwa kerajaan, kuasa, dan kemuliaan adalah milik Allah. Alkitab berkata, segala anugerah dan hadiah yang indah berasal dari Tuhan. Banyak orang tidak mempertuhankan Tuhan dan tidak menyembah Dia sebagai Pemberi, tetapi meminta, lalu memberikan kemuliaan, pujian, bahkan mendewakan dan berterima kasih kepada setan. Ada banyak penganut agama yang ingin segala sesuatu menjadi miliknya. Mentalitas seperti ini mempunyai dua macam karakteristik, yaitu: (a) mereka salah mengerti tentang asal-usul dan pemilik segala sesuatu, dan (b) mereka pikir mereka bisa memiliki sesuatu yang bukan milik mereka. Jadi sebenarnya di dalam agama, ketika seseorang berdoa ia sedang mengutarakan kerakusan dan sifat egoisnya. Ia ingin agar segala sesuatu menjadi miliknya tanpa memedulikan bagaimana nasib orang lain. Orang Kristen tidak boleh memiliki mentalitas seperti ini, karena kita tahu bahwa kerajaan, kuasa, dan kemuliaan adalah milik Tuhan.

Banyak orang mempermasalahkan, jika dunia beserta seluruh kuasa, kekayaan, kemakmuran, dan kesuksesan adalah milik Tuhan, mengapa Tuhan memberikannya berbeda-beda kepada setiap orang. Ada sebagian orang menerima begitu besar dan ada yang tidak menerima apa-apa. Pertama, kita harus menyadari bahwa tidak semua kekayaan merupakan berkat Tuhan. Jika setan bisa menawarkan kepada Yesus segala kekayaan dunia ini, berarti ia sudah mengakui bahwa sebagian kesuksesan bisa berasal darinya. Penawaran ini bukan hanya dari Tuhan, tetapi juga dari musuh-Nya Tuhan. Oleh karena itu, janganlah sombong jika engkau kaya. Mungkin sebagian kekayaanmu dari Tuhan, tetapi sebagian lain dari setan. Engkau sendiri yang tahu berapa engkau curang untuk mendapatkan uang yang banyak. Itu berarti uang yang engkau peroleh melalui tipuan pasti bukan berasal dari Tuhan, tetapi dari setan. Setan tidak mungkin investasi tanpa mendapat untung, atau memberi kemurahan tanpa tujuan lain. Setan adalah penantang Tuhan, pencoba manusia, dan penuduh orang suci. 

Segala yang dikerjakan Iblis selalu memiliki tujuan yang tidak kelihatan, tersembunyi, dan hanya Tuhan yang tahu. Kita tidak tahu apa yang Iblis kerjakan untuk menipu, merayu, dan memberi kesempatan kepadamu untuk membuatmu menjadi kaya dan sesudah itu, apa pun yang engkau miliki akan diambil olehnya. Inilah cara dunia, yang terus menghitung untung tanpa mengetahui berapa besar kerugian yang sudah hilang. Manusia terjerumus ke dalam keuntungan terbatas, dan kehilangan kerugian yang tidak terbatas. Banyak orang tidak tahu bagaimana setan memberi sebagian materi tetapi merebut jiwamu. Manusia perlu sadar bahwa yang hilang jauh lebih berharga dari yang diterima. Ketika engkau menerima kekayaan, akhirnya tidak satu rupiah pun yang bisa engkau bawa ke kuburan dan ke dalam kekekalan. Tapi jiwamu yang kekal begitu mudahnya engkau berikan kepada setan. 

Tuhan Yesus adalah hikmat tertinggi, contoh terbaik dan pemimpin kita. Alkitab berkata, “Dialah komandan keselamatan kita, yang berdiri di depan menjadi teladan, membongkar semua rahasia setan, dan memberi contoh bagaimana menghadap Tuhan dan menghadapi musuh Tuhan.” Tuhan Yesus berkata, “Enyahlah kau!” Ia tidak berdebat, berdiskusi, atau berkompromi dengan setan. Ia tahu setan tidak berhak berdebat dengan-Nya. Tidak ada rahasia setan yang Tuhan Yesus tidak ketahui. 

Yesus yang menolak setan adalah Yesus yang mengajar kita, “Engkaulah yang empunya Kerajaan, dan kuasa, dan kemuliaan sampai selama-lamanya.” Di dalam terjemahan lain dipertegas, “Karena kuasa, dan kerajaan, dan kemuliaan semuanya hanya dimiliki oleh Engkau selama-lamanya.” Artinya, tidak ada satu kerajaan yang bukan milik Tuhan. Sekalipun mereka tidak percaya ada Allah, mereka tetap dikuasai Allah. Tidak ada satu orang yang bukan milik Tuhan. Meskipun mereka mengaku atheis, tetap menjadi atheis di tangan Tuhan. 

Jika engkau betul-betul patuh dan menjalankan kehendak Tuhan, tidak mungkin Tuhan membiarkan engkau terlantar. Jika Tuhan memperbolehkan engkau kaya, itu untuk menguji bagaimana sikapmu terhadap uang. Jika Tuhan membiarkan engkau miskin, Tuhan ingin melihat apakah engkau setia atau tidak. Tuhan memberikan kekayaan kepada seseorang dan mengizinkan orang lainnya miskin. Maka, yang kaya harus merenungkan apa artinya hubungan dia dengan kekayaannya, dan juga apa artinya ketika Tuhan mengizinkan dia mengalami kemiskinan. Kekayaan dan kemiskinan hanyalah sementara. 

Tuhan Yesus pernah berkata, bahwa di depan pintu rumah seorang kaya ada seorang miskin bernama Lazarus. Ironisnya, Tuhan tidak menyebut nama orang kaya itu. Pada akhirnya Lazarus berada di pangkuan Abraham, sementara yang kaya masuk akhirat, masuk neraka, dibakar dalam api. Jika Tuhan memberi engkau kekayaan, engkau harus jelas bahwa kekayaanmu berasal dari Tuhan. Jika Tuhan mengizinkan engkau kaya sementara engkau tidak tahu dari mana asalnya kekayaanmu, engkau harus segera mengoreksi diri dan mengintrospeksi diri. 

Allah menghargai kematian dan kemiskinan orang suci itu sangat tinggi; sebaliknya melihat kekayaan orang jahat itu sangat keji dan kenikmatan orang kaya yang tidak beres sebagai hal yang harus dihakimi. Kekayaan yang sementara Tuhan berikan itu hanyalah pinjaman, bukan milik. Pinjaman harus dikembalikan dan dihakimi bagaimana engkau menggunakannya. Jika untuk sementara engkau diperkenankan miskin, tidak perlu takut, karena Ia tidak akan membuat engkau miskin sampai mempermalukan nama-Nya. Alkitab memberikan keseimbangan dalam pengajaran kaya dan miskin. Uang bukanlah satu-satunya barometer untuk membuktikan saya mencintai Tuhan, tetapi uang juga menjadi ujian. 

Ketika Tuhan memberikan uang kepada kita, Tuhan berkata, “Aku mengikuti, meneliti, dan memerhatikan, apa yang engkau lakukan setelah Aku memberikan uang itu kepadamu.” Tuhan kita bukan Tuhan buta, tetapi Tuhan mempunyai mata seperti api yang menyala-nyala dan bagai pedang bermata dua. Ia akan menusuk ke dalam hati kita yang sedalam-dalamnya. Ia mengerti apa yang Ia kerjakan. Semua orang jangan bermegah atau sombong dengan kekayaannya. Tuhan bertanya, “Tahukah engkau bahwa kerajaan ini milik-Ku? Semua kuasa dan kekayaan juga milik-Ku, yang hanya untuk sementara Kuserahkan kepadamu.” Banyak orang yang ingin menjadi besar, banyak orang ingin pekerjaan Tuhan jadi, tetapi tidak mau ikut berbagian karena terlalu sulit baginya untuk mengorbankan diri. Tuhan Yesus berkata, “Sangkal dirimu, pikullah salibmu, lalu ikut Aku.” Tuhan menguji kita, memberikan segalanya dengan cuma-cuma dan kemudian melihat bagaimana kita bereaksi. Tuhan menguji kita apakah kita mengutamakan Tuhan dulu, karena Tuhan yang memberi kekayaan dan kemiskinan. 

Paulus berkata, “Aku tahu apa itu kekayaan dan kekurangan.” Paulus pernah diberi kecukupan tetapi juga pernah berkekurangan. Ketika kaya jangan menindas orang, ketika miskin jangan minta-minta. Kita harus memiliki tulang punggung yang kokoh ketika sedang diuji oleh Tuhan. Tetapi di balik itu semua, kita terlebih dahulu harus memiliki konsep yang jelas, yaitu: “Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan, dan kuasa, dan kemuliaan sampai selama-lamanya.”

Saya telah mengutip Charles “Chuck” Colson bagaimana kita berada di antara Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Sorga. Kita mengabdi kepada dua dunia, kepada negara di dunia ini dan juga kepada Allah di sorga. Suatu hari seluruh kerajaan dunia ini menjadi milik Tuhan, karena seluruh kuasa milik Tuhan. Tidak ada kuasa apa pun yang bukan dari Tuhan. Pengertian ini paling jelas tercantum dalam Roma 13:1: “Setiap orang harus takluk kepada pemerintah di atasnya, sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah.” Pemerintah dunia suka sekali dengan kalimat ini, termasuk pemerintah komunis yang tidak percaya Allah, tetap percaya bahwa kuasa harus ditaati rakyat. Negara komunis terbiasa mengeksploitasi rakyatnya. Mereka suka sekali dengan kalimat pertama, tetapi tidak suka kalimat kedua. Komunis mau rakyat taat kepadanya, tetapi ia sendiri tidak mau taat kepada Allah dan mengakui bahwa Allah yang empunya kuasa. Akibatnya, tidak ada negara komunis yang bisa terus selama-lamanya ada. Negara komunis Uni Soviet, Jerman Timur, Rumania, dan lain-lain, satu per satu tidak ada lagi. Kerajaan dunia tidak kekal. Kerajaan dunia bukan milik manusia. 

Alkitab berkata, “Kerajaan milik Allah.” Rezim demi rezim bisa berganti, tetapi kerajaan tetap milik Allah. Kita harus berkata, “Karena Kerajaan milik-Mu, maka aku wajib mengabdi kepada-Mu.” Politik berubah, sementara, dan berganti; tetapi Allah tidak berubah dan tidak berganti. Jangan pernah beranggapan bahwa kuasa ada pada pemerintah, karena pemerintah itu sendiri di tangan Tuhan. Kuasa pemerintah itu sementara, bisa berubah, tetapi yang menguasai pemerintah adalah kuasa Tuhan. Orang Kristen mengerti bahwa kalimat ini tidak main-main. Di dalam buku saya, “Kuasa Pemerintah, Kuasa Allah, dan Kuasa Rakyat,” dibicarakan siapa yang menguasai siapa. Kuasa rakyat lebih tinggi dari kuasa pemerintah, dan kuasa Allah lebih tinggi dari kuasa rakyat. Maka kuasa Allah adalah kuasa yang paling tinggi. Pemerintah mendapat mandat dari rakyat. Negara komunis melecehkan dan menindas kekristenan, tidak percaya akan kuasa Allah. Tetapi pada akhirnya, suatu hari kelak Allah akan menghentikan komunisme. Komunisme harus hancur di dunia ini. Kuasa di dunia ada pada Allah. 

Ketika di dunia, Yesus tidak mempunyai kuasa baik politik, ekonomi, akademis, militer, dan rakyat. Yesus satu-satunya pemimpin di dalam sejarah yang tidak memiliki kuasa apa pun. Ketika Ia disalib, Ia tidak mempunyai kuasa, hanya tubuh yang diserahkan, tanpa harta yang disimpan, tidak memiliki rumah, uang, usaha, pabrik, atau gedung. Tetapi Ia berkata, “Segala kuasa adalah milik Tuhan.” Kita terlalu banyak keinginan, memegang banyak hal, meminta ini dan itu, bahkan merampas hal yang tidak kekal di dunia. Tuhan Yesus tidak berkuasa, tetapi ketika Ia diadili Pilatus, tercetus kalimat dari mulut Pilatus, “Mengapa Engkau tidak menjawab? Tidak tahukah Engkau, bahwa aku berkuasa menyalibkan atau membebaskan-Mu? Aku adalah Pilatus, Gubernur Yudea, diutus Kaisar Romawi, pemimpin tertinggi di tanah Yudea.” Tuhan Yesus yang tadinya diam, kini menjawab, “Sesungguhnya, tidak ada kuasa di dalam tanganmu. Yang memberi kuasa adalah Allah. Jika kuasa bukan dari atas, engkau tidak berhak menyalibkan atau melepaskan Aku.” Pilatus tidak mengerti, karena ia hanya tahu politik yang ada di tangan dia. Tetapi Yesus berkata, “Engkau hanyalah alat kecil yang sementara dipakai Tuhan. Jangan beranggapan engkau mempunyai kuasa. Engkau tidak berkuasa menyalibkan dan melepaskan Aku, karena kuasa bukan di dalam dirimu, melainkan di tangan Tuhan.” 

Setiap kalimat Tuhan Yesus jika digabungkan akan membentuk konsistensi yang tidak dimiliki orang lain. Tuhan Yesus berkata, “Kuasa bukan padamu.” Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa kuasa milik Tuhan. Di dalam sejarah, politik berubah, tetapi semua di tangan Tuhan. Tuhanlah yang menghentikan penjajahan Belanda karena waktu mereka sudah selesai. Artinya Tuhan yang untuk sementara memperkenankan mereka 350 tahun menginjili Indonesia. Ketika Belanda tidak mementingkan Injil, tetapi mencari keuntungan yang didapat dari menjajah Indonesia, maka Allah menghentikannya. Setelah Belanda pulang, gereja-gereja di Indonesia berkembang lebih cepat. Ketika Belanda masih menjajah, gereja tidak berkembang, sehingga apabila Belanda masih menjajah sampai hari ini, tidak ada gereja besar di Indonesia, karena perkembangan gereja di tangan Tuhan. 

Masa-masa akhir Belanda di Indonesia, mereka tidak lagi mementingkan penginjilan. Inilah akhir periode penjajahan Belanda di Indonesia. Tuhan sudah mempersiapkan orang Indonesia yang suka memberitakan Injil. Ketika tahun 1965 Irian Jaya masuk ke wilayah Indonesia, yang pertama pergi memberitakan Injil adalah gereja-gereja Pantekosta, bukan Karismatik. Gereja Pantekosta masih bertheologi Injili. Pada saat itu, Gereja Pantekosta masih banyak memberitakan Yesus yang mati bagi penebusan dosa manusia. Kita harus percaya kepada Yesus. Saat ini banyak gereja tidak lagi memberitakan Yesus yang disalibkan, tetapi lebih banyak berbicara tentang kekayaan, kelancaran, dan kemakmuran, sehingga banyak gereja Injili sudah menjadi luntur. Bahkan banyak yang sudah liberal dan membuang Tuhan. Masuknya Theologi Liberal ke dalam gereja menyebabkan gereja lesu. Gereja tidak lagi mementingkan kematian dan kebangkitan Kristus di dalam Injil. Gereja-gereja seperti ini perlahan-lahan tutup pintu sendiri. Gereja yang masih mementingkan Injil dan berusaha menginjili akan terus berkembang dan diberkati Tuhan. Kuasa datang dari Tuhan. 

Ketika Tuhan Yesus di dunia, terlihat Ia tidak berkuasa, dan Pilatus yang terlihat berkuasa. Tetapi Yesus berkata, “Jangan engkau anggap memiliki kuasa. Jika bukan dari atas, engkau tidak berhak memperlakukan apa pun kepada-Ku.” Dua ribu tahun kemudian, di manakah Pilatus? Kalimat ini mengingatkan kita ketika Firaun bermimpi melihat tujuh sapi gemuk yang dimakan oleh tujuh sapi kurus. Firaun berusaha mendapatkan arti mimpinya dari para ahli sihir Mesir, para orang pandai, tetapi ia tidak mendapatkan jawaban. Ada seorang memberitahukan, “Firaun, di penjara ada seorang bernama Yusuf. Ia mampu menjelaskan arti mimpimu.” Firaun memerintahkan agar Yusuf dipanggil. Tuhan menghentikan kecelakaan Yusuf dan memberi kebijaksanaan untuk menjawab, “Firaun yang agung, Tuhan berkata, tujuh sapi gemuk melambangkan tujuh tahun kelimpahan, sehingga Mesir akan menjadi negara paling kaya karena panen yang luar biasa besarnya. Tetapi setelah itu akan datang tujuh tahun masa kelaparan di mana tidak ada makanan, karena panen besar tidak ada lagi, sehingga rakyat bisa mati kelaparan.” Firaun melihat bahaya ini, tetapi Yusuf tetap tenang. Orang yang takut akan Tuhan meskipun miskin tidak gelisah. Ia menjawab, “Firaun, engkau harus menyimpan makanan di dalam gudang. Ambil persentasi pajak dari semua petani dari hasil tanah mereka, dan disimpan di gudang kerajaan. Sesudah itu ketika masa kelaparan tiba, kita keluarkan makanan dari gudang untuk menghidupi semua rakyat yang miskin dan kelaparan.” Firaun tidak pernah terpikir ada orang pandai seperti ini, maka ia memerintahkan untuk Yusuf diangkat menjadi Perdana Menteri. Siapa yang mampu menjadikan seorang anak yang dipenjarakan dalam satu hari berubah nasibnya duduk menjadi Perdana Menteri Mesir? Pada saat Tuhan ingin mengubah situasi, Tuhan mampu membuat orang yang paling miskin masuk ke istana, orang yang berkulit hitam duduk di Gedung Putih, karena Ia yang mengatur seluruh umat manusia. Ia yang memberi atau mencabut kuasa. Yusuf naik menjadi Perdana Menteri hanya karena kuasa Tuhan. 

Demikian juga Daniel yang terkenal menjelaskan mimpi Raja Nebukadnezar dengan kebijaksanaan Tuhan dan juga diangkat menjadi Perdana Menteri Babilonia. Tetapi suatu hari Nebukadnezar menjadi sombong. Ketika ia berjalan-jalan di atas istananya pada malam hari, ia mulai merasa berjasa membangun Babilonia. Kota Babilonia menjadi kota yang terbesar, paling kaya, paling megah, di mana temboknya mencapai lima belas meter tingginya, dan lima meter lebarnya, dengan susunan batu yang beratnya ribuan kilogram. Ia berbicara dengan kalimat seolah-olah ia adalah Tuhan dan Tuhan mendengarnya. Maka Tuhan berkata, “Engkau sombong, maka Aku akan mengubah engkau.” Sejak saat itu Nebukadnezar tidak lagi makan nasi, roti, jagung, atau daging; melainkan makan rumput. Ia keluar dari istana, makan rumput seperti sapi sampai tujuh masa lamanya. Ketika ia merasa kuasanya begitu besar, merasa menjadi seperti Allah, maka Tuhan menjatuhkan dia. Ketika Raja Belsyazar menjadi sombong, berpesta dengan seribu utusan dan duta dari berbagai negara, lalu berkata, “Saya sekarang memakai barang yang paling mahal di dunia, yang dahulu bukan dipakai oleh negara, raja, ataupun rakyat, tetapi yang dipakai untuk menyembah Allah Yahweh, yang diambil dari Bait Allah di Yerusalem.” Lalu ia memerintahkan pegawainya untuk mengeluarkan barang-barang suci itu. Ketika orang-orang sedang memuji-muji Belsyazar, tiba-tiba ada suara dan tangan yang besar menulis di dinding, “Mene, mene, tekel ufarsin.” Raja menjadi pucat melihat tangan itu bukan tangan manusia, maka dipanggillah Daniel. Ketika Daniel melihat, ia tidak gelisah, khawatir, atau takut. Meskipun ada raja, tetapi Daniel punya Tuhan. Ia lalu mengartikannya: sudah, berhenti, engkau ditimbang, dan ternyata tidak cukup beratnya. Itu berarti Tuhan sudah melihat orang yang melawan Tuhan dan itulah hari terakhir ia menjadi raja. Malam itu juga, musuh Babilonia masuk kota dan Belsyazar dibunuh, kerajaan jatuh ke rezim yang baru. Jika orang Gerika masuk kota Troya dengan memakai sebuah kuda kayu yang besar, orang Media masuk Babilonia dengan menggali lubang di bawah sungai Tigris sampai tembus ke dalam kota Babilonia dan merebut istana. Segala sesuatu bisa berubah. Ketika waktunya tiba, kekuasaan akan pindah. Jangan sombong, jangan membanggakan diri dan merebut kemuliaan Tuhan, karena kerajaan dan kuasa milik Tuhan. Kiranya semua kemuliaan milik Tuhan selamanya. 

Bacaan : Matius 6:9-13

DOA BAPA KAMI: Matius 6:9 -13

Engkaulah yang Empunya Kerajaan dan Kuasa dan Kemuliaan sampai selama-lamanya (4) Kini kita akan membicarakan Allah yang empunya kemuliaan. Dari ketiga istilah ini: Kerajaan, kuasa, dan kemuliaan, kemuliaan merupakan yang paling tidak berwujud, bersifat supramaterial, dan sulit dimengerti. Kita sulit mengerti arti kemuliaan Allah. Ketika kita berbicara tentang Kerajaan Allah, kita mengetahui adanya raja, militer, dan pertahanan. Ketika bicara kuasa, kita mengetahui ada kuasa militer, ada kuasa pemerintahan. Demikian juga kuasa Allah yang melawan kuasa setan. Semua ini lebih mudah dimengerti. Namun, ketika kita berbicara tentang kemuliaan, kita mulai tercengang, bingung, dan sulit mengerti.

Di dunia ini, manusia beranggapan bahwa kemuliaan, keajaiban, kehormatan berwujud, nyata, dan kelihatan. Inilah anggapan kemuliaan yang dimengerti oleh manusia yang rendah. Hidup yang makin rendah akan makin berkaitan dengan materi; hidup yang makin tinggi akan makin memasuki wilayah yang melampaui perwujudan. Sejarah tidak memberikan kredit atau penghargaan kepada orang paling kaya, tetapi kepada mereka yang memperkaya orang lain. Dari seluruh Doa Bapa Kami, yang paling sulit diungkapkan adalah bahwa Allah yang empunya kemuliaan.

Orang yang mulia justru adalah orang yang dapat memancarkan keindahan Sang Pencipta. Itulah mulia. Semakin duniawi seseorang semakin melihat materi, yang nyata; semakin rohani seseorang semakin mementingkan yang tidak kelihatan dan yang bersifat rohani. Sejarah mengingat Agustinus, Franciscus dari Asisi, Martin Luther, John Calvin, yang semuanya adalah orang-orang yang miskin secara materi. Sejarah mengingat nama yang paling besar, yaitu Yesus, yang justru lahir di palungan binatang, mati dipaku di kayu salib, dan dikubur di kuburan orang lain. Ia tidak memiliki apa pun di tangan-Nya. Ia tidak punya uang, kekayaan, ataupun barang-barang mulia yang mahal bagi diri-Nya sendiri. Tetapi Ia memiliki keagungan yang tidak pernah bisa dilupakan orang. Dalam pandangan saya, dunia Timur mementingkan orang kaya, sementara dunia Barat mementingkan orang berjasa. Ketika orang kaya tidak diganyang di Barat, di Timur ia diiri, diserang, dibunuh, karena sistem pajak di Barat mengambil banyak uang orang kaya, sehingga masyarakat tahu uang yang mereka setor ke pajak dipakai untuk menolong orang miskin. Tetapi di Asia, banyak orang kaya sebisa mungkin melarikan pajak lalu menjadi koruptor yang tidak diketahui, sehingga makin gelap makin kaya, dan akhirnya menjadi sasaran pembunuh dari orang-orang yang iri dan benci kepadanya. 

Adam Malik, mantan Wakil Presiden Indonesia, pecinta seni Tiongkok. Ia memakai uangnya untuk membeli banyak barang. Sekarang museumnya sudah tutup. Ada sekitar 4.000 barang yang sangat bernilai. Saya sudah lebih lima puluh kali masuk museum itu. Adam Malik menjadi pecinta barang seni Tiongkok karena ia pernah menjadi Duta Besar Indonesia di Rusia, yang berkesempatan mengumpulkan icon Orthodox. Sekarang semua koleksi Adam Malik sudah dijual oleh keturunannya. Demikian pula kisah British Museum. British Museum didirikan oleh Hans Sloane. Ia mengumpulkan ratusan ribu barang dengan susah payah menggunakan uangnya sendiri. Ketika tua, ia berkata kepada pemerintah Inggris, “Saya sudah mau mati, kedua anak saya miskin sekali. Uang saya tidak serahkan untuk mereka, tetapi saya beli barang seni agar seluruh Inggris bisa mengerti kebudayaan, mengetahui jejak kristalisasi kebijaksanaan manusia yang bekerja dari zaman Mesopotamia, Mesir, sampai Inggris sekarang menjadi kerajaan terbesar di dunia. Saya menjual kepada pemerintah hanya dengan dua puluh ribu poundsterling saja.” Kongres Inggris setuju dan memberikan 20.000 poundsterling kepada Bapak Hans Sloane untuk menjadi warisan bagi kedua anak perempuannya. Sekarang British Museum menjadi salah satu museum terbesar di dunia dengan sekitar 9.000.000 koleksi. 

Yang kedua adalah St. Petersburg Hermitage Museum dengan sekitar 3.000.000 koleksi, dan ketiga adalah Metropolitan Museum of Art, New York dengan sekitar 2.900.000 koleksi. Setiap tahun lebih 15.000.000 orang masuk British Museum. Museum selalu didirikan oleh orang-orang yang punya pandangan jauh tetapi tidak dimengerti oleh orang lain. Mereka menganggap itu sebagai buang uang. Orang-orang yang tidak memiliki visi dan tidak tahu apa yang menjadi kemuliaan kebudayaan manusia, selalu mengkritik dan menghakimi orang-orang seperti ini. Orang yang mengerjakannya akhirnya baru dihargai beratus-ratus tahun setelah ia mati. 

Yesus berkata, “Yang dianggap hormat dan mulia oleh manusia, adalah hal yang dibenci Allah.” Yesus tidak memiliki materi, tetapi Ia memiliki satu hal, yaitu kemuliaan Allah. Di dalam hidup Yesus selama 33,5 tahun, kita hanya melihat kemuliaan, kebenaran, keadilan, kesucian, cinta kasih, kemurahan, dan belas kasihan Tuhan yang dinyatakan dalam hidup yang sungguh-sungguh menyatakan kehadiran Tuhan di tengah kita. “Berikan nama Dia Yesus, karena Ia akan melepaskan umat-Nya dari dosa dan Ia akan memuliakan Allah.” 

Berlian lebih mahal dari kristal, kaca, dan arang, karena pemantulan cahayanya lebih besar dan kepadatannya lebih tinggi dari benda lain. Di sini kita belajar satu hal, Tuhan itu mulia, maka manusia harus memuliakan Tuhan. Tuhan adalah Sumber, kita adalah reflektor-Nya. Orang Kristen yang sedini dan sekecil mungkin mau memikirkan kemuliaan Tuhan, seumur hidup akan belajar Alkitab baik-baik. Jika kita memuliakan Tuhan seumur hidup, kita menjadi manusia yang bernilai tinggi. 

Di dalam Westminster Shorter Catechism, pada kalimat pertama ditanyakan: Apa tujuan terbesar hidup manusia di dunia? Jawabannya adalah memuliakan Tuhan dan menikmati Tuhan. Banyak orang tidak melihat pentingnya hal ini dan juga tidak pernah mau tahu apa itu kemuliaan Tuhan. Jika tidak tahu kemuliaan Tuhan, bagaimana bisa mempersiapkan diri untuk memuliakan Tuhan? Banyak orang tidak mengerti bahwa kemuliaan Tuhan itu berharga, sehingga tidak merasa kemungkinan menikmati Tuhan jika sudah memuliakan Tuhan. Orang yang memuliakan Tuhan pada saat yang sama ia akan menikmati Tuhan. Kenikmatan di luar Tuhan itu palsu, sementara, bisa hancur, rusak, dan tidak terpelihara sampai selamanya. Kenikmatan untuk Tuhan, menikmati Tuhan, itulah kenikmatan yang selamanya tidak akan layu, rusak, hancur, dan berlalu. 

Saya merasa hidup saya bahagia karena saya selalu mau memuliakan Tuhan, sehingga saya bisa selalu menikmati Tuhan, dan saya merasa kenikmatan saya lebih besar dari banyak orang kaya. Banyak orang kaya menikmati uangnya, tetapi itu hanyalah sementara. Orang yang menuntut dan berbagian di dalam kekekalan adalah orang yang paling berbahagia. Ketika pada suatu hari kita tidak lagi dapat menikmati kehidupan materi dalam kesehatan kita, kita bersyukur karena pernah memuliakan Tuhan dan punya firman yang mengisi hati kita, sehingga bisa menikmati hidup dan memuliakan Tuhan. Inilah kenikmatan yang luar biasa sempurna dan penghiburan yang tidak habis-habisnya. 

Bersyukurlah jika di gereja kita memiliki kesempatan untuk memberitakan Injil bersama-sama. Kita bisa bersyukur melihat orang yang mendengar Injil lalu maju ke depan menerima Tuhan Yesus. Sungguh suatu sukacita yang tidak ternilai. Bersyukurlah kita bisa menikmati Tuhan dan memuliakan Tuhan. Kemuliaan Tuhan itu berasal dari Tuhan sendiri. 

Allah mencipta manusia dengan kemuliaan dan kehormatan sebagai mahkota sifat manusia. Kita adalah manusia hormat dan mulia, bukan karena kaya, punya banyak berlian, emas, atau uang, tetapi karena mempunyai kemurahan, kesucian, keadilan, cinta kasih, dan kebajikan Tuhan. Pada saat kita melihat seseorang yang sedemikian banyak menolong orang lain, menyangkal diri sendiri, berkorban demi membahagiakan orang miskin, maka kita akan hormat dan salut kepadanya. Ketika kita melihat seseorang yang merampas hak orang lain, mencuri kemuliaan orang, mencari uang dengan cara curang, maka kita akan membenci dan menghina dia. Tuhan Yesus mati dengan harus memikul salib sendiri, ditelanjangi, dipaku di kayu salib, dan tidak mempunyai uang; mati dengan begitu sederhana tetapi menjadi pernyataan kemuliaan Tuhan yang terbesar. 

Kita kembali ke dua prinsip utama, yaitu: keras ke dalam diri sendiri, dan ke luar memancarkan cahaya kemuliaan Tuhan. Inilah memuliakan Tuhan. Berlian begitu kerasnya, demikian pula orang Kristen yang berbobot dalamnya berisi. Beberapa puluh tahun yang lalu, pemerintah Korea Selatan sempat mengumumkan ditemukan sekitar 900 doktor palsu, dan yang lebih menakutkan, 580 di antaranya adalah pendeta Protestan. Banyak pendeta mau membeli gelar doktor palsu karena minder, tidak mau dianggap bodoh, lalu mau menyatakan diri sebagai doktor. Namun, akibatnya kekristenan dihina di Korea. Meskipun banyak gereja di Korea yang besar dan beranggota banyak, tetapi banyak ajaran tidak beres di dalamnya. Yang disebut mulia jika memiliki substansi di dalamnya, bukan sekadar sebuah gejala. Kalau hanya kelihatan seperti emas atau seperti berlian, tidak ada artinya. Itu penipuan diri. Tuhan Yesus berkata, “Manusia yang menginginkan dan mencari kemuliaan manusia lain bukanlah manusia sejati.” 

Ketika saya berusia belasan tahun dan membaca ayat di atas, saya gemetar. Kemuliaan bukan datang dari mana-mana, kecuali dari Allah sendiri, karena kemuliaan itu milik-Nya. Dialah yang memiliki kemuliaan selama-lamanya: “Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan selama-lamanya.” Kemuliaan adalah dari Allah karena kemuliaan ada pada diri Allah. Allah itulah diri-Nya kemuliaan. Kemuliaan manusia yang asli berasal dari peta teladan Allah. Untuk matahari bisa bersinar, ada bahan yang membakar di dalam dirinya. Untuk bersinar, matahari membakar enam juta ton materi setiap hari. Kita memiliki cahaya matahari terus-menerus sampai Yesus datang kembali. Matahari memiliki cahayanya sendiri, tetapi bulan bersinar karena refleksi dari cahaya matahari. Demikian pula hidup manusia memuliakan Tuhan, kemuliaan yang memancar dari kita bukan berasal dari kita, tetapi refleksi dari kemuliaan Tuhan. Orang Kristen memuliakan Tuhan bukan orang Kristen sendiri yang mempunyai kuasa dan cahaya kemuliaan. Orang Kristen meresap cahaya Tuhan dan memancarkannya kembali. Berlian yang ditemukan di Kalimantan tidak sebaik yang ditemukan di Afrika. Tetapi berlian Afrika baru bisa bagus jika diasah di Amsterdam. Amsterdam adalah tempat pengasahan berlian yang mampu membuat hingga berliannya mengeluarkan cahaya yang terbesar. Sudut dan derajat pemotongan berlian sangat menentukan dan membedakan cahaya yang dihasilkan. 

Sejak zaman Spinoza, Belanda sudah terkenal ahli menggosok cermin paling mahal bagi orang kaya. Belanda sudah mengerti bagaimana menggosok cermin hingga menghasilkan refleksi cahaya yang paling besar. Demikian Tuhan juga menggosok hidup kita agar kita menjadi cermin yang bisa merefleksikan kemuliaan Tuhan. Sebelum digosok, berlian terlihat tidak berbeda jauh dari batu pada umumnya, hanya lebih berat. Tetapi setelah digosok, ia akan menjadi berlian yang merefleksikan sinar dengan begitu indahnya. Demikian pula Tuhan menggosok, melatih, memberi penderitaan dan kesulitan banyak kepada kita, agar kita dapat merefleksikan kemuliaan Tuhan yang luar biasa. Janganlah marah ketika sedang digosok, dilatih, dan diberi penderitaan oleh Tuhan.

Ketika Yesus lahir, kehidupan bayi Yesus sudah mulai berkaitan dengan kemuliaan. Pada malam itu malaikat berkata, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Mahatinggi,” pada saat itulah Yesus turun. Ketika Yesus turun ke tempat terendah, itulah kemuliaan naik ke tempat tertinggi. Ajaran Alkitab ini mengandung pengertian yang sangat dalam. Jika seseorang berbobot, rela merendahkan diri, makin ia merendahkan diri, makin ia mempermuliakan Tuhan. Jika seorang yang tidak berbobot, meninggikan diri, ia makin mempermalukan dirinya. Orang yang tidak jujur, tidak berpengetahuan, maunya sombong, membual diri, congkak, semakin membual, semakin malu. Itulah beda antara setan dan Yesus. Setan yang rendah selalu ingin meninggikan diri, akhirnya dirobohkan Tuhan. Yesus yang paling tinggi merendahkan diri, akhirnya diangkat tinggi oleh Tuhan. Sekalipun sama dengan Allah, Yesus rela mengosongkan diri, akhirnya Allah meninggikan Dia melebihi siapa pun juga (Flp. 2; Kol. 1). Yesus menjadi manusia, turun dari sorga, lahir di palungan, Tuhan meninggikan Dia melebihi semua malaikat dan semua yang paling tinggi, kecuali Allah sendiri. Itulah yang disebut kemuliaan bukan dari manusia. 

Begitu banyak orang ingin mendapatkan kemuliaan dari manusia, ingin dipuji orang, ingin diangkat presiden, dan diakui oleh sekolah yang berpamor tinggi. Apa yang engkau cari dari kemuliaan manusia? Jika engkau mengerti kalimat Tuhan Yesus, “Barang siapa mencari kemuliaan manusia, ia bukan manusia sejati.” Tuhan tidak akan mengingatmu, kemuliaan yang engkau raih tidak bernilai, dan ketenaranmu akan dihancurkan oleh zaman yang lain. Sering kali saya memberi contoh, ayah Felix Mendelssohn bernama Abraham Mendelssohn adalah seorang bankir, dan kakeknya Moses Mendelssohn adalah seorang filsuf. Ayahnya ini paling kaya tetapi paling tidak diingat. Anaknya paling miskin tetapi paling diingat, karena anaknya menjadi berkat bagi beratus juta manusia dengan musiknya. Dunia selalu tidak ingat orang yang paling kaya, khususnya mereka yang hanya mementingkan dirinya sendiri, tetapi akan mengingat orang yang rela mengorbankan diri menjadi berkat bagi banyak orang. Yesus mendapatkan kalimat pertama, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Mahatinggi.” Makin Yesus merendahkan diri, malaikat makin meninggikan Dia. 

Kedua, Yesus dipermuliakan ketika Tuhan berkata, “Inilah Anak-Ku yang Aku perkenan, dengarkanlah Dia.” Yesus tidak pernah memuliakan Diri, tetapi memuliakan Allah. Dan kemuliaan yang diberikan Yesus kepada Allah adalah kemuliaan melalui penyangkalan diri, penderitaan, pengabdian yang penuh pengorbanan, sehingga Allah berkata, “Inilah Anak-Ku, dengarkanlah Dia.” Dua kali perkataan ini diucapkan, yaitu ketika Yesus dibaptis dan ketika transfigurasi di atas gunung, di mana Petrus, Yohanes, dan Yakobus melihat dengan mata mereka sendiri, Musa dan Elia menyatakan diri beserta dengan Yesus. 

Selain itu, Yesus berkata, “Bapa, muliakanlah Anak-Mu, sebagaimana Anak-Mu sudah memuliakan nama-Mu.” Langsung ada suara keras berkata, “Aku sudah memuliakan dan akan memuliakan lagi.” Kalimat Yesus itu begitu spontan dan langsung dijawab oleh Allah. Yesus tidak minta dipermuliakan oleh Herodes, Pilatus, Kayafas, atau manusia lainnya. Kemuliaan bisa bersumber dari: a) manusia, b) setan, dan c) Allah. Setan memberi investasi yang membuat engkau senang, dan setelah itu seluruh kerohanianmu dan nama Tuhan dihancurkan sekaligus. Kemuliaan dari setan harus kita tolak. Yesus menolak segala penawaran kekayaan, kemuliaan, dan kuasa dari dunia ini, “Enyahlah engkau setan, jangan bujuk Aku dengan segala kemuliaan dunia ini.” 

Kemuliaan dari manusia ada dua jenis: a) yang untuk diri sendiri, atau 2) minta orang memberinya. Begitu banyak orang meminta kemuliaan dari orang lain. Mereka mencari kemuliaan dan kehormatan palsu, karena mereka tidak mau bayar harga, tetapi mau mendapatkan. Bagi Yesus hal seperti itu tidak berarti. Kemuliaan dari Allah seperti yang Yesus katakan, “Permuliakanlah Anak-Mu, Bapa, sama seperti Anak senantiasa mempermuliakan Bapa.” Jika engkau mempermuliakan Allah, engkau berhak berdoa minta Tuhan mempermuliakan engkau. Jika hidupmu selalu mempermuliakan Tuhan, dan akibatnya engkau diejek, dianiaya, ditekan, dijual, difitnah, dipermalukan, engkau boleh berkata, “Tuhan, permuliakanlah anak-Mu ini sebagaimana anak-Mu ini sudah mempermuliakan Engkau.”



Kita hidup di dunia yang sering melecehkan dan menghina orang. Terkadang Tuhan melihat dari sorga, bagaimana engkau mempermuliakan diri, merebut kuasa Tuhan, memalsukan Kerajaan Tuhan, memakai nama Tuhan. Tuhan tenang, diam, tidak mengganggumu, sampai engkau sendiri menyatakan, bahwa kemuliaanmu itu kemuliaan fana, palsu, dan akan hancur. Bandingkan kehidupan manusia di dunia ini, antara yang paling memuliakan diri dengan yang paling merendahkan diri. Yang paling memuliakan diri, banyak menjadi diktator, dan yang paling merendahkan diri, hanya Yesus. Tuhan Yesus lahir di palungan hewan, turun dari sorga tidak membawa segala kuasa kemuliaan-Nya agar ditakuti manusia. Ia menjadi manusia yang begitu remeh, hina, diejek, difitnah, diumpat, dan akhirnya dipaku di kayu salib dan dikuburkan di kuburan orang. Tuhan Yesus berkata, “Aku akan memuliakan Engkau lebih dari semuanya.” Ketika Yesus merendahkan diri, lahir di palungan, kemuliaan Allah dinyatakan; ketika Ia dipaku di kayu salib, secara manusia Ia paling dipermalukan, ditelanjangi, dihina, digantung di tempat semua orang lewat, dengan tiga macam bahasa, “Inilah Raja Yahudi,” tetapi Allah berkata, “Ini kemuliaan-Ku.” 

Orang Kristen adalah orang yang rela dirinya dipermalukan demi kebenaran, sehingga akhirnya dipermuliakan Allah. Tuhan Yesus adalah Allah yang paling tinggi rela menjadi manusia yang paling hina, dan manusia yang paling dihina menjadi Allah yang paling ditinggikan. Allah meninggikan Kristus, lebih tinggi dari segala nama, penguasa, dan pemerintah, karena segala kemuliaan ada di tangan Tuhan. Maka Wahyu 5:9 mengatakan bahwa Dialah yang pernah disembelih, patut menerima segala kemuliaan, kehormatan, kekayaan, kebijaksanaan, kuasa, sampai selamanya. Jika Tuhan izinkan, saya rela mati dibunuh, karena setia kepada Injil, menjadi martir. Barang siapa memuliakan diri, ia akan dipermalukan Allah, tetapi barang siapa rela merendahkan diri bagi Tuhan dan Injil-Nya, ia akan dimuliakan Allah. 


Tags