Latest News

Showing posts with label Infabilitas Alkitab. Show all posts
Showing posts with label Infabilitas Alkitab. Show all posts

Wednesday, January 30, 2019

INERRANSI DAN INFABILITAS ALKITAB (Ketidakeliruan dan Ketidaksalahan Alkitab)


INERRANSI DAN INFABILITAS ALKITAB (Ketidakeliruan dan Ketidaksalahan Alkitab). Seberapa jauh Alkitab dapat dipercaya? Hal ini telah menjadi salah satu masalah besar di abad ini. Apakah Alkitab tidak dapat keliru (inerransi) dan tidak dapat salah (infabilitas)? Para kritikus selama berabad-abad khusus pada masa pencerahan dan pasca pencerahan telah menganggap Kekristenan sebagai agama yang tidak masuk akal (irasional) karena kepercayaan pada Alkitab yang dianggap banyak mengandung kesalahan dan kontradiktif. Terhadap kritik dari mereka yang menganggap bahwa Alkitab mengandung kesalahan dan kekeliruan sehingga orang Kristen dituduh mempercayai Kitab yang kontradiktif (suatu kepercayaan yang tidak masuk akal), maka orang Kristen telah melakukan pembelaan bahwa apa yang dituduhkan itu TIDAK BENAR.

PARADOKSI ATAU KONTRADIKSI ?
Kekristenan Injil Konservatif mengakui inerransi dan infabilitas Alkitab. Inerransi Alkitab berarti bahwa Alkitab tidak mengandung kekeliruan, sedangkan infabilitas berarti Alkitab bebas dari kecenderungan melakukan kesalahan. Karena Alkitab diispirasikan oleh Allah, maka Alkitab tidak dapat salah atau tidak memiliki kekeliruan. Ketidakkeliruan Alkitab berarti bahwa Alkitab hanya mengatakan yang benar.

Alkitab dalam naskah aslinya apabila ditafsirkan dengan benar akan nyata sepenuhnya benar dalam setiap pengajarannya, baik pengajaran yang berkaitan dengan doktrin, sejarah, ilmu pengetahuan, geografi, geologi, arkeologi, fililogi atau disiplin lain dan pengetahuan lainnya. Dengan demikian Alkitab itu memiliki kredibilitas. Kredibilitas berarti dapat dipercaya. Sebuah buku dianggap dapat dipercaya jika ia benar secara keseluruhan sehingga dapat dipercaya sebagai pegangan dan pedoman hidup.

Apa yang dianggap kesalahan dan kontradiksi oleh para kritikus sebenarnya adalah kesulitan, misteri dan paradoksi. Kontradiksi itu tidak dapat dijelaskan dan melanggar hukum logika, tetapi kesulitan, misteri dan paradoksi itu tidak melanggar hukum logika. Kesulitan bisa dicari solusinya. Misteri adalah hal-hal yang belum ditemukan jawabannya tetapi suatu saat pada masa yang akan datang akan disingkapkan dan ditemukan jawabannya.

Paradoksi bukanlah kontradiksi! Kontradiksi tidak dapat dijelaskan, sedangkan paradoksi dapat dijelaskan. Paradoksi sepertinya bertentangan tetapi bila dicermati maka akan ditemukan penjelasannya. Karena itu Augustinus memberikan pernyataan yang tegas mengenai situasi ini, “Jika kita bingung karena adanya hal-hal yang kelihatannya bertolak belakang di dalam Alkitab, kita tidak boleh berkata, pengarang kitab ini salah, tetapi bisa jadi
(1) manuskrip atau salinan naskah kunonya yang cacat, atau
(2) penerjemahannya keliru, atau
(3) kita memang belum mengerti”.
CONTOH PARADOKSI DI PERJANJIAN BARU
Berikut ini tiga contoh dalam Perjanjian Baru yang oleh para kritikus dianggap sebagai kesalahan dan kontradiksi Alkitab, padahal sebenarnya adalah kesulitan, misteri dan paradoksi.

1. Kematian Yudas. Injil Matius 27:5 menyebutkan bahwa kematian Yudas itu disebabkan karena ia gantung diri. Sedangkan Lukas dalam Kisah Para Rasul 1:18 menulis bahwa kematian Yudas disebabkan karena ia jatuh tertelungkup, perutnya terbelah dan semua isi perutnya tertumpah keluar. Para kritikus menuduh mana yang benar, dan menyatakan bahwa ini kontradiksi. Kekristenan menjawab bahwa ini adalah paradoksi yang bisa dijelaskan karena kedua laporan penulis Kitab itu benar adanya. Yudas memang gantung diri, kemudian oleh sesuatu hal talinya putus, ia jatuh tertelungkup, perutnya terbelah dan isi perutnya semuanya keluar. Tetapi masalah dalam kisah kematian Yudas ini belum selesai, sebab dalam Matius 27:6-7 disebutkan bahwa para imam yang membeli tanah hakal dama itu; sedangkan menurut Kisah Para Rasul 1:18 menyebutkan bahwa Yudas yang membeli tanah tersebut. Dari kedua laporan tersebut, mana yang benar ? sekali lagi Alkitab oleh para kritikus dituduh kontradiksi. Sebenarnya tidak kontradiksi tetapi sekali lagi hanya paradoksi, dan ini bisa dijelaskan. Jadi kedua laporan itu benar adanya, yaitu bahwa para imam membeli tanah tersebut atas nama Yudas (sertifikat hak milik Yudas).

2. Orang buta di Yerikho (Matius20:29-34; Markus 10:46-52; Lukas 18:35-43). Laporan tentang penyembuhan orang buta di Yeriko (salah satunya adalah Bartimeus) memuat beberapa rician yang berbeda yang oleh para kritikus dianggap sebagai masalah kekeliruan dalam Alkitab. Rincian catatan yang berbeda tersebut antara lain:
(1) Matius menulis bahwa Tuhan menyembuhkan dua orang ketika akan meninggalkan Yerikho.
(2) Laporan lainnya menyebutkan ada satu orang buta dan mencatat mujizat ini dilakukan ketika mereka memasuki Yerikho. Pertanyaannya: Bagaimana kita menyelaraskan hal ini dan menunjukkan bahwa Alkitab tidak keliru? Pertama-tama, mengenai jumlah orang buta, jika Markus dan Lukas mengatakan “hanya” satu orang buta, maka tentu saja ada kekeliruan dalam Alkitab. Namun ternyata mereka tidak menyatakan demikian. Artinya memang ada dua orang buta dan salah satunya dikenali bernama Bartimeus.

Karena Bartimeus yang dikenali maka wajar apabila Markus dan Lukas memusatkan perhatian kepadanya. Dimana ada dua, pastilah ada satu! Artinya, Markus dan Lukas memusatkan perhatian pada satu orang buta, sedang Matius pada dua orang buta. Karena itulah para kritikus harus menambahkan kata “hanya” untuk membuat laporan itu bertentangan. Selanjutnya, mengenai kapan mujizat itu terjadi, apakah ketika Yesus memasuki Yeriko atau keluar dari Yerikho? Mana yang benar?

Jawabannya sederhana seja, perlu diketahui bahwa ada dua Yerikho (Yerikho Lama dan Yerikho Baru), maka penyembuhan itu sangat mungkin terjadi sesudah rombongan Tuhan meninggalkan Yerikho Lama dan ketika hendak masuk ke Yerikho Baru. Maka menurut Matius “ketika mereka keluar” menunjuk kepada Yerikho Lama, sedangkan Markus dan Lukas menunjuk kepada Yerikho Baru. Dengan demikian tidak ada kontradiksi dalam laporan semua penulis Injil mengenai peristiwa ini

3. Penyembuhan Orang Gila (Matius 8:28-34; Markus 5:1-20; Lukas 8:36-39). Ini merupakan bagian Alkitab yang seringkali dipakai oleh para kritikus untuk menunjukkan kekeliruan Alkitab.

Terdapat dua perbedaan pokok dalam laporan tentang penyembuhan orang gila ini yang memuat rician yang berbeda sehingga dianggap sebagai masalah kekeliruan dalam Alkitab, yaitu :
(1) Matius mencatat ada dua orang gila, sementara Markus dan Lukas menyebut satu.
(2) Matius mencatat penyembuhan ini terjadi di Gadara sementara Markus dan Lukas menyebutnya di Gerasa. Pertanyaannya: Bagaimana kita menyelaraskan laporan yang berbeda ini ?

Pertama-tama, kasus ini serupa dengan kasus penyembuhan orang buta di Yerikho di atas. Laporan Matius yang menyebut dua orang tidaklah bertolak belakang dengan laporan Markus dan Lukas yang menyebut satu orang yang kerasukan setan. Karena memang ada dua orang yang kerasukan setan seperti yang dilaporkan oleh Matius, tetapi Markus dan Lukas lebih memusatkan perhatian kepada yang lebih menonjol karena satu orang tersebut dirasuk banyak roh jahat yang menamakan diri mereka “legion”. Sebagai analogi, misalnya suatu ketika telah terjadi kecelakaan tunggal sebuah mobil dengan penumpang sebanyak 5.

Seorang wartawan inisial A datang lebih awal untuk meliput dan memberikan laporan bahwa dari 5 orang yang ada di mobil, 1 orang meninggal. Sedangkan wartawan B yang datang dua jam berikutnya melaporkan bahwa dari 5 orang yang ada di mobil itu 2 orang meninggal. Mengapa laporannya berbeda untuk kasus kecelakaan mobil yang sama? Jawabannya: memang benar bahwa pada waktu wartawan A datang hanya ada satu yang meninggal, tetapi ketika wartawan A pergi satu penumpang yang dalam keadaan kristis juga meninggal sehingga dalam laporan B ada dua yang meninggal.

Dalam kasus ini wartawan A tidak keliru karena ia melaporkan apa yang sebenarnya terjadi pada saat ia meliput kecelakaan itu. Tapi masalah ini belum selesai. Bagaimana dengan masalah lokasi tempat kejadian penyembuhan orang gila ini, Matius menyebut Gadara, sementara itu Markus dan Lukas menyebut Gerasa, mana yang benar? Keduanya benar.

BACA JUGA: DOA BAPA KAMI

Nama Gadara adalah ejaan yang benar, tetapi lambat laun orang-orang mengejanya menjadi Gerasa, dan nama Gerasa itu akhirnya lebih populer dikalangan masyarakat pada saat itu. Hal ini tidak heran sebab dalam abjad Ibrani “ד (Daleth)” atau huruf D dan bentuk “ר (Resh)” atau huruf R sangat mirip oleh sebab itu jika nama tersebut disalin dalam bentuk abjab Ibrani atau Aram ke dalam huruf huruf Yunani maka Gadara mungkin dieja secara keliru sebagai Gerasa.

Namun ejaan ini sangat populuer. Sebagai contoh, di Indonesia kota Yogyakarta lebih dikenali dan populer dengan sebutan Jogja. Jadi ketika menyebut Jogja maka yang dimaksud adalah Yogyakarta sehingga orang tidak mungkin berpikir tentang kota yang lainnya. Terlepas dari perbedaan laporan tersebut, faktanya semua laporan (Matius, Markus, Lukas) sependapat bahwa semua roh jahat yang merasuki orang gila itu pindah ke dalam kawanan babi yang menyebabkan babi-babi tersebut terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan tenggelam.

EPILOG: INERRANSI DAN INFABILITAS ALKITAB (Ketidakeliruan dan Ketidaksalahan Alkitab)

Jadi, jelas bahwa kontradiksi tidak bisa dijelaskan karena melanggar hukum logika, tetapi paradoksi bisa dijelaskan dan tidak melanggar hukum logika. Alkitab, tidak mengandung kesalahan dan kontradiksi; tetapi memang ada misteri dan paradoksi yang membutuhkan penyelidikan serta penjelasan lebih lanjut. Apa yang dijelaskan di atas hanyalah tiga dari beberapa kesulitan dalam Alkitab yang telah dianggap (dituduh) sebagai kontradiksi oleh para kritikus.

Saya perlu menegaskan sekali lagi bahwa Kekristenan adalah kepercayaan yang rasional dan dapat dipertanggung jawabkan. Hal-hal yang dianggap sebagai kesalahan (error) dan kontradiksi dalam kepercayaan Kristen sebenarnya hanyalah kesulitan (difficulty), misteri dan paradoksi yang membutuhkan penyelidikan dan penjelasan lebih lanjut. Sedangkan hal-hal yang dianggap tidak masuk akal (irasional) sebenarnya adalah melampaui akal (suprarasional). Ini tidak bertentangan dengan hukum logika tetapi ini mujizat dan supranatural.INERRANSI DAN INFABILITAS ALKITAB (Ketidakeliruan dan Ketidaksalahan Alkitab)

Pdt.Samuel T.Gunawan.

https://teologiareformed.blogspot.com/2018/10/inerransi-dan-infabilitas-alkitab.html#

Tags