Latest News

Showing posts with label Duta Kristus. Show all posts
Showing posts with label Duta Kristus. Show all posts

Wednesday, January 23, 2019

AWASILAH DIRIMU SENDIRI DAN AJARANMU

AWASILAH DIRIMU SENDIRI DAN AJARANMU

AWASILAH DIRIMU SENDIRI DAN AJARANMU . “Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.” (1 Timotius 4:16)                                        

Di dalam  ayat ini  kita melihat  relasi keseimbangan  yang sangat esensi: (1)  dirimu dengan  ajaranmu, (2)  ajaranmu dengan keselamatan, dan (3)  yang  mengajar  dengan  yang  diajar  di  dalam  dan  mengenai keselamatan.   Kita hanya  akan memikirkan  relasi yang  pertama, yakni antara dirimu dengan ajaranmu.

AWASILAH DIRIMU
Yesus Kristus  pernah berkata:  "Kamu dapat  membedakan musim ini, tetapi  kamu   tidak  dapat   melihat  dan   membedakan   zaman   ini."(Matius 6:2-3)   Jikalau kita sebagai orang Kristen tidak dapat melihat dan membedakan  zaman dimana  kita hidup, maka kita akan gagal di dalam menunaikan tugas  dan tanggung  jawab kita  di  zaman  dan  dunia  ini. Sebagai orang  Kristen kita  harus mempunyai  pikiran yang kritis, juga penglihatan rohani yang tajam, di tengah-tengah paradoksi zaman ini; di tengah perkembangan  serta kemajuan ilmiah dan teknologi di satu pihak, dan  di   pihak  lain   pergolakan  politik,  pertukaran  pemerintahan, perubahan zaman, kekacauan, tekanan, dan ketegangan hidup.
Tuhan Yesus juga menegur orang-orang pada zamanNya: "Angkatan yang jahat dan tidak setia."(Matius 12:39)  Atau "Suatu generasi yang jahat dan berzinah."   (An evil and adulterous generation).  Di zaman sekarang ini bukankah kita menyaksikan hal yang sama -- kejahatan dan perzinahan -- di  bagian mana  pun di  dunia ini?   Mengenai  zaman ini,  di dalam Matius 17:17 Tuhan Yesus juga berkata, "Angkatan yang tidak percaya dan sesat."     Lebih  tepat   dikatakan  "Generasi  tanpa  iman  dan  suka menentang." (Faithless  and perverse generation)  Kita perlu memikirkan apa arti  perkataan Yesus  Kristus ini: "Kita hidup di zaman yang tidak percaya atau  tanpa iman."   Kita perhatikan, dalam perkembangan ilmiah dan  teknologi   sekarang  ini  terjadi  suatu  zaman  baru  dari  ilmu pengetahuan dan  tekhnologi.  Dan sekarang telah muncul apa yang disebut IMAN BARU  DARI ALIRAN ILMIAH (new faith of scienticism) yang bertujuan menggantikan iman  yang alkitabiah  (biblical faith).  
Zaman nuklir ini sudah menghapuskan  iman yang  banyak terukir  pada masa  yang  lampau. Misalnya jika kita memikirkan perbedaan antara Abraham dengan kita yang hidup pada  zaman sekarang  ini,   Abraham tidak pernah membaca Alkitab atau buku-buku  rohani yang  belum ada  pada zamannya.   Tetapi, ketika Abraham mendengar  satu kalimat Firman Tuhan, Abraham langsung percaya, memegang, dan melakukannya.   Sebab itu  Abraham disebut  "Bapa  orang beriman."  Kita sekarang yang mempunyai dan membaca Alkitab serta buku-buku rohani,  bahkan mendengarkan  khotbah-khotbah setiap minggu, sukar melaksanakan Firman  Tuhan dalam  kehidupan kita  sehari-hari.
Inilah tanda-tanda generasi  yang kurang  atau tanpa  iman.   Kalau  di  dalam kekristenan saja  sudah ada gejala generasi yang tidak percaya, apalagi di luar kekristenan.  Kita memang tidak dapat menyangkal ada kuasa baru (new power) dalam  ilmu pengetahuan,  yang menjawab persoalan-persoalan hidup  manusia  hanya  dengan  memencet  tombol-tombol  komputer  lebih daripada menaikkan  doa kepada Tuhan.  Di dalam tangan manusia sekarang ada kuasa,  dan bagi  manusia dengan dengan pikiran yang terbatas kuasa itu menjadi allah atau ilah.  Jadi di dalam formula atau cara yang baru sekali lagi kita mendengar apa yang pernah dikatakan setan kepada nenek moyang kita,  Adam, "Kamu  akan menjadi Allah."  Jikalau manusia merasa bisa seperti Allah, maka manusia akan berpikir tidak perlu lagi percaya kepadaNya.   Di zaman angkatan yang tidak percaya seperti inilah sekali lagi Firman  Tuhan  memperingatkan  kita:  "Awasilah  dirimu."    Atau, "Perhatikanlah  dan  peliharakanlah  dirimu."  (KJV:  "Take  heed  unto thyself.")
Dalam hubungan  vertikal kita  dengan  Tuhan  dan  dalam  hubungan horizontal kita  dengan sesama,  kita  perlu  memperhatikan  diri  kita sendiri. Mengapa?

PERTAMA,  siapakah diri  kita dalam  hubungan  kita dengan Tuhan?   Berdasarkan  Firman Tuhan di dalam I Korintus 6:19 kita tahu bahwa  diri kita  bukanlah milik  kita sendiri  (Ye are not your own). Dasar hukumnya kuat: "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar."  (ayat 20)   Kita  telah dibeli  dengan tunai  -- bukan secara angsuran  atau kredit  -- melalui  pengorbanan Kristus  di  kayu salib.   Jika demikian,  pertama kita perlu memikirkan, berapa mahalkah diri kita?   Lebih  mahal daripada  perak, emas, atau batu permata yang bersifat fana,  karena kita  ditebus dengan  darah Kristus  yang  mahal (PRECIOUS BLOOD  OF CHRIST)  yang bersifat  kekal.(1 Petrus 1:18-19).
Hanya pada  waktu seorang  Kristen menyadari dan yakin dirinya demikian mahal, dia akan menghargai dirinya.  Mengapa banyak orang Kristen tidak menghargai dirinya  sendiri, hidup  sembarangan dan  tidak berarti apa-apa?   Sebab mereka  mengira terlalu  murah  dan  mudah  menjadi  orang Kristen.   Lalu kita  memikirkan, jikalau diri kita dibeli, berarti ada transaksi jual  beli dan  pembayaran; pembayaran  itu diberikan  kepada siapa?   Bukan kepada setan.  Setan tidak berhak atas diri kita, karena bukan setan  yang menciptakan  manusia.  Tetapi manusia yang diciptakan Allah menurut  gambar dan  rupaNya telah jatuh ke dalam dosa, sehingga manusia berada di bawah penguasaan tawanan setan, dan perlu dibebaskan.
Pembayaran atas  manusia  diberikan  kepada  Allah. Mengapa? Karena manusia telah  berbuat dosa  dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23)   Orang berdosa  telah kehilangan  kemuliaan Allah;  semua  orang telah kehilangan  statusnya di  hadapan Allah.   Sebab  itu pembayaran harus diberikan  kepada Allah untuk mendapatkan kembali kemuliaan Allah yang telah  hilang dari  hidup manusia  berdosa.   Artinya, pada  waktu orang berdosa  datang dan  menerima Kristus menjadi Juruselamatnya, dia mendapatkan  kembali  kemuliaan  Allah  dalam  hidupnya.    Sebab  itu, "Hendaklah kamu  memuliakan Allah."  (I Korintus  6:20)
Orang  dunia, orang berdosa  yang belum ditebus, tidak mungkin memuliakan Allah dalam pengertian yang sebenarnya. Sebaliknya, hidup orang Kristen yang tidak memuliakan Allah  merupakan penghinaan  terhadap pekerjaan  Kristus  di atas kayu salib.  Maka kepada setiap orang Kristen dikatakan: "Awasilah dirimu."   Diri kita  sangat bernilai.   Sudahkah  kita menghargai diri kita?    Jikalau  kita  mempunyai  barang  berharga,  kita  tentu  akan menyimpannya  di  tempat  yang  aman,  karena  kita  bertanggung  jawab memelihara barang  yang sangat  berharga itu.  Jikalau kita sadar, diri kita begitu  mahal di  hadapan Tuhan,  siapakah yang  bertanggung jawab memelihara diri  kita?   Tentu Tuhan  bertanggung jawab memelihara diri kita,  sekalipun  dunia  bergolak  dan  hilang  lenyap.    Kalau  Tuhan bertanggung jawab,  maka Dia  juga berhak  atas diri  kita.   Sebab itu dikatakan "YOU ARE NOT YOUR OWN" (tidak memakai kata 'possess')
Apakah bedanya OWNER  (pemilik) dengan  POSSESSOR (penguasa)?    OWNER  adalah pemilik yang  sebenarnya,  yang  berhak  terhadap  sesuatu  sepenuhnya, sedangkan POSSESSOR  hanyalah penguasa yang dipercayakan sesuatu, bukan pemilik yang sesungguhnya.  Pada siapakah penguasaan atas hidup, waktu, pikiran, tenaga,  talenta, dan  harta kekayaan  kita?   Pada diri  kita sendiri.   Tetapi semuanya  itu sebenarnya  milik Tuhan.  Maka Tuhanlah yang berhak  memakai semua  itu, bukan  diri kita  sendiri.   Di tengah krisis manusia  (Anthropological  Crisis)  zaman  sekarang  ini,  Tuhan bertanggung jawab,  tetapi  juga  berhak  atas  diri  dan  hidup  kita.
Sudahkah kita  memberikan hak atas diri kita itu kepada Tuhan?  Relakah kita menyerahkan  diri kita  kepada Pemiliknya?   Kalau  orang  Kristen tetap memegang  hak atas dirinya itu, ia tidak bisa berkarya bagi Tuhan dan menyatakan  arti eksistensi atau kehadirannya di dunia.  Jadi dalam hubungan vertikal  dengan Tuhan,  kita perlu  ingat :   "YOU ARE NOT YOUR OWN."
KEDUA, siapakah diri kita dalam hubungan dengan sesama?  "Kami ini adalah utusan-utusan  (duta-duta) Kristus."  (II Korintus  5:20)   Kata yang digunakan  Rasul Paulus  secara khusus  di sini adalah PRESBIOTES. (Latin: LEGATUS,  Inggris: AMBASSADOR)   Di dalam kekaisaran Romawi ada dua macam propinsi: Yang dikontrol oleh Senat (senatorial province) dan yang langsung  dikuasai oleh  Kaisar (imperial province)  Propinsi yang di bawah  Senat biasanya  tidak membahayakan  dan tidak  sering terjadi kekacauan  atau   permberontakan,  sehingga  tidak  ditempatkan  laskar Romawi.     Tetapi  di  daerah-daerah  yang  sering  terjadi  huru-hara ditempatkan laskar-laskar  Romawi dan  langsung diperintah oleh Kaisar. Di SENATORIAL PROVINCE kaisar tidak bisa berada di tempat itu, maka dia mengutus seorang  duta yang  bertindak atas  nama kaisar.   Utusan  ini disebut PRESBIOTES,  yang menerima  tugas  langsung  untuk  menjalankan perintah kaisar.   Paulus  menganggap dirinya  sebagai presbiotes  yang diutus Kristus  untuk melakukan  tugas Kristus  di dunia  atas namaNya. Kedua, setelah  suatu  negara  atau  daerah  ditaklukkan  oleh  tentara Romawi, maka  Senat akan  memutuskan negara/daerah itu menjadi keluarga kekaisaran Romawi.   Untuk  itu Senat akan mengutus beberapa orang yang juga disebut  presbiotes bersama-sama  jenderal yang mengalahkan daerah atau  negara   itu  guna   mengadakan  suatu   negosiasi  (perundingan) menentukan tapal batas, peraturan, atau undang-undang yang akan berlaku di situ.   Setelah  semua pekerjaan  itu selesai, mereka menyerahkannya kepada Senat  untuk disetujui dan diratifikasi.
Jadi presbiotes adalah orang  yang  bertugas  mempersiapkan  atau menjadikan  penduduk  suatu daerah/negara sebagai  keluarga kekaisaran  Romawi.  Paulus menggunakan sebutan presbiotes  ini untuk  dirinya karena  dia menganggap  dirinya bukan saja  diutus oleh  Kristus untuk  mengerjakan pekerjaan  Kristus, tetapi juga  bagaimana mempersiapkan  dan membawa  orang-orang di dunia ini masuk  ke dalam  keluarga Allah.   Sebagai  orang Kristen kita juga adalah duta-duta  Kristus untuk melakukan pekerjaanNya di dunia ini dan membawa orang-orang lain supaya menjadi anggota keluarga Allah.  Inilah misi, tugas, dan tanggung jawab kita terhadap dunia ini.

KRITERIA SEORANG DUTA KRISTUS
Sebagai duta-duta Kristus ada dua kriteria penting yang harus kita perhatikan:   
Pertama, warna  hidup yang tidak sama.  Misalnya, seorang Indonesia yang menjadi duta besar di Amerika; dia berada di tempat yang bahasa, kebiasaan, atau cara hidupnya tidak sama dengan tempat asalnya. Tetapi dia  tetap warga  negara Indonesia.   Jadi dia harus menunjukkan perbedaan warna  hidup yang  tidak sama.   Sebagai  orang Kristen  kita menjalankan kehidupan  di dunia,  tetapi kita  tidak sama dengan dunia. Kita sebagai duta-duta Kristus harus dapat menunjukkan warna hidup yang tidak sama  dengan  orang-orang  dunia  yang  belum  mengenal  Kristus. Seorang duta  hanya bisa  berhasil kalau  dia dapat  menunjukkan  warna hidup yang  tidak sama.   Demikian  juga  seorang  Kristen  hanya  bisa berhasil menjalankan  misinya sebagai  duta  Kristus  kalau  ia  berani menunjukkan perbedaan warna hidupnya.
Kedua, kehormatan  dan misi.   Kehormatan  suatu negara ditentukan oleh  dutanya;   bagaimana  orang  menilai  suatu  bangsa  atau  negara ditentukan oleh  apa yang  mereka dengar  dan lihat  dari perkataan dan
perbuatan dutanya.   Jadi,  di atas  diri seorang  duta terletak  suatu kehormatan  bangsa,  dan  ini  merupakan  tanggung  jawab  yang  besar. Demikian juga kehormatan Kristus dan gerejaNya berada di atas diri kita sebagai duta-dutaNya.   Bagaimana pandangan orang lain terhadap Kristus dan gerejaNya  sering dilihat  dari bagaimana  kesaksian hidup  kita di hadapan mereka.   Karena  kita mempunyai misi yang berat ini, maka kita harus dapat melihat dan membedakan zaman ini.  Seorang duta yang diutus oleh suatu  negara tentu  dipilih yang  terbaik, dan  dia akan berusaha memberikan yang  terbaik bagi  negaranya.   Sebagai duta  Kristus  kita adalah yang  terbaik yang diutus Tuhan ke dalam dunia ini.  Masalahnya, sudahkah kita  memberikan dan  melakukan yang  terbaik bagi Tuhan kita? Sebab itu  Paulus memperingati  kita: Awasilah  dirimu.  Kita mempunyai status sebagai  duta Kristus,  tetapi juga  mempunyai misi dan tanggungjawab dalam kehidupan kita.

AWASILAH AJARANMU
Pengajaran berhubungan  dengan theologia, karena theologia berasal dari kata  Yunani THEOS (Allah) dan LOGOS (firman, kalam, atau doktrin) Jikalau orang Kristen tidak memperhatikan dan memikirkan hal ini dengan serius, maka  ada suatu  bahaya yang  akan mengancam  kehidupan gereja. Pandangan keliru  yang telah  merasuki banyak  orang Kristen  sekarang; Pengajaran tidak  penting  dan  theologia  tidak  perlu,  yang  penting pengalaman dan  giat bekerja  bagi Tuhan.   Padahal  tanpa doktrin yang benar, maka  segala pelayanan  kita tidak  mempunyai arah  dan  tujuan. Tanpa theologia  yang kuat,  masa depan  gereja akan  suram.
Di dalam Alkitab kita  dapat melihat  banyak contoh.   Bileam disebut nabi palsu dan akhirnya  dibinasakan Tuhan  karena  pengajarannya  salah.    Orang Kristen harus  kembali kepada  pengajaran Alkitab  yang benar.    Dalam hidup pelayananNya,  Tuhan Yesus  sangat menekankan pengajaran di dalam khotbah-khotbahNya.   Contoh pengajaran  di dalam  Kristologi:  Kristus adalah Allah  sejati dan  manusia sejati.   Kalau  Yesus Kristus  bukan Allah sejati,  Dia tidak  dapat menjadi  Juruselamat manusia; kalau Dia hanya manusia  sejati, tetapi bukan Allah, maka Dia tidak dapat bangkit dari antara  orang mati.   Juga,  kalau Yesus bukan manusia sejati, Dia tidak akan dapat mati di atas kayu salib menggantikan kita.
Di tengah  perkembangan persekutuan-persekutuan  yang cukup banyak sekarang ini,  kita perlu  memperhatikan: Orang yang berdiri berkhotbah harus terlebih  dahulu belajar  baik-baik.  Jangan sembarangan mengajar orang lain  sebelum kita  mengerti  benar-benar  Firman  Tuhan,  karena pengertian yang  salah akan  menimbulkan kekacauan  dalam  gereja,  dan dapat membingungkan  dan membimbangkan  orang Kristen.
Sebagai  orang Kristen, hamba  Tuhan atau  jemaat, kita  harus mengerti  Firman  Tuhan       dengan benar  dan tepat,  serta secara  keseluruhan, baru  kemudian kita boleh mengajar  dan memberitakan  Injil kepada  dunia ini.   Di dalam I Timotius 4:16 ini kita melihat ada suatu relasi yang erat diantara diri dan pengajaran kita.  Kalau pengajaran kita salah/sesat, maka diri kita dan orang  lain yang  kita ajar  tidak akan  selamat.  Tidak cukup kita hanya bergiat  bagi Tuhan;  kita harus mempunyai pengajaran yang benar. Memang pengajaran tidak menyelamatkan kita, melainkan hanyalah anugerah Allah yang  kita terima  pada saat kita percaya kepada Kristus.  Tetapi seorang yang  sudah diselamatkan  harus dikuatkan dan bertumbuh menjadi orang Kristen  yang dewasa  dengan doktrin  yang benar, pengajaran yang tepat, atau  theologia yang sejati.  Hanya orang Kristen yang bertumbuh dan menjadi  kuat dalam  pengenalan akan  Tuhan yang dapat bekerja bagi Tuhan.


Di dalam  Kisah Para  Rasul 26:24-25 kita membaca Rasul Paulus mengemukakan dan  mempertanggungjawabkan semua  pengetahuan Alkitab dan pengertian theologianya  di  hadapan  raja  Agripa  dan  para  pejabat. Sekalipun Festus  mencap  dia  gila, Paulus  hanya menjawab: "Saya tidak gila.   Saya mengatakan  kebenaran dengan  pikiran yang sehat!"  Paulus adalah seorang yang berilmu, berpengetahuan Alkitab luas, dan mempunyai pengertian tentang theologia yang sangat dalam, tetapi dia rela menjadi "gila" bagi  Tuhan; artinya, mempunyai hati yang berkobar-kobar bekerja bagi Tuhan.   Sekarang  kita melihat  dua keadaan ekstrim: Banyak orang Kristen yang  bergiat bagi  Tuhan, tetapi  tidak mempunyai  pengetahuan yang dalam  tentang kebenaran.   Sebaliknya,  banyak orang Kristen yang mengerti kebenaran sangat banyak, tetapi tidak rela bergiat bagi Tuhan.
Hari  ini   gereja  membutuhkan   orang-orang  Kristen  yang  mempunyai pengetahuan  Alkitab  yang  luas  tetapi  juga  rela  bergiat  melayani pekerjaan Tuhan.   Kita  yang hidup  di zaman ini, relakah dan sudahkah kita mengawasi diri kita dan ajaran kita untuk kemuliaan Tuhan?
AWASILAH DIRIMU SENDIRI DAN AJARANMU  
Amin.

Pdt. DR. Stephen Tong.

Tags