Latest News

Showing posts with label Roma 8. Show all posts
Showing posts with label Roma 8. Show all posts

Monday, July 20, 2020

ALLAH TURUT BEKERJA DALAM SEGALA SESUATU (1): Roma 8:28



I) Terjemahan. 

Roma 8:28 - Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”. 

KJV: And we know that all things work together for good to them that love God, to them who are called according to his purpose [= Dan kita tahu bahwa segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah, untuk mereka yang dipanggil sesuai rencanaNya].

RSV: We know that in everything God works for good with those who love him, who are called according to his purpose [= Kita tahu bahwa dalam segala sesuatu Allah bekerja untuk kebaikan dengan mereka yang mengasihiNya, yang dipanggil sesuai rencanaNya].

NIV: And we know that in all things God works for the good of those who love him, who have been called according to his purpose [= Dan kita tahu bahwa dalam segala sesuatu Allah bekerja untuk kebaikan dari mereka yang mengasihiNya, yang telah dipanggil sesuai rencanaNya].

NASB: And we know that God causes all things to work together for good to those who love God, to those who are called according to His purpose [= Dan kita tahu bahwa Allah menyebabkan segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah, bagi mereka yang dipanggil sesuai rencanaNya].

Ada 3 hal yang jelas harus dibetulkan dari Kitab Suci Indonesia, yaitu: 

1. Kata sekarang dalam Kitab Suci Indonesia seharusnya tidak ada.

2. Kata-kata turut bekerja seharusnya adalah bekerja sama.

3. Kata terpanggil seharusnya adalah dipanggil.

Tetapi ada satu hal yang sangat membingungkan, yaitu: siapa / apa yang menjadi subyek dari Roma 8:28 ini? Dalam Kitab Suci Indonesia, RSV, NIV, NASB subyek dari Roma 8:28 adalah Allah / God. 

Roma 8:28 - Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”.

RSV: We know that in everything God works for good with those who love him, who are called according to his purpose [= Kita tahu bahwa dalam segala sesuatu Allah bekerja untuk kebaikan dengan mereka yang mengasihiNya, yang dipanggil sesuai rencanaNya].

NIV: And we know that in all things God works for the good of those who love him, who have been called according to his purpose [= Dan kita tahu bahwa dalam segala sesuatu Allah bekerja untuk kebaikan dari mereka yang mengasihiNya, yang telah dipanggil sesuai rencanaNya].

NASB: And we know that God causes all things to work together for good to those who love God, to those who are called according to His purpose [= Dan kita tahu bahwa Allah menyebabkan segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah, bagi mereka yang dipanggil sesuai rencanaNya].

Tetapi kata Allah yang pertama, yang dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia menjadi subyek kalimat, dan yang diterjemahkan dari kata Yunani HO THEOS [= the God], diragukan keasliannya. 

Mengapa diragukan keasliannya? Karena ada manuscript yang mempunyai kata HO THEOS, ada yang tidak. Bandingkan dengan terjemahan KJV yang tidak mempunyai kata Allah yang pertama itu.

KJV: And we know that all things work together for good to them that love God, to them who are called according to his purpose [= Dan kita tahu bahwa segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah, untuk mereka yang dipanggil sesuai rencanaNya].

Berbicara tentang kata-kata HO THEOS yang ditambahkan sebagai subyek itu William G. T. Shedd mengatakan bahwa: this is rejected by most editors [= ini ditolak oleh kebanyakan editor] - hal 262. 

Tentang penambahan HO THEOS ini William Hendriksen berkata:

Though no one knows how this variant originated, its acceptance results in a sentence that would make Paul a rather clumsy stylist.” [= Sekalipun tidak seorangpun tahu bagaimana asal usul dari hal yang berbeda ini, penerimaannya menghasilkan suatu kalimat yang membuat Paulus seorang pengarang yang gayanya agak janggal.] - hal 279.

Kalau HO THEOS itu dianggap sebagai penambahan, sehingga itu bukanlah subyek dari kalimat ini, lalu apa / siapa subyek kalimat ini? Ada beberapa pandangan: 

1) Subyeknya adalah segala sesuatu, seperti dalam terjemahan KJV. 

KJV: And we know that all things work together for good to them that love God, to them who are called according to his purpose [= Dan kita tahu bahwa segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah, untuk mereka yang dipanggil sesuai rencanaNya].

William Hendriksen: As I see it, every attempt to avoid making all things the subject of the clause has failed. The old - yes, very old! - rendering, namely, ... all things work together for good should stand.” [= Sebagaimana saya melihatnya, setiap usaha untuk menghindari segala sesuatu sebagai subyek dari anak kalimat itu telah gagal. Terjemahan yang kuno, ya, terjemahan yang sangat kuno, yaitu, ... segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan harus bertahan] - hal 280. 

F. F. Bruce (Tyndale): Grammatically all things may be either subject or object of the verb work together;” [= Secara gramatika segala sesuatu bisa menjadi subyek atau obyek dari kata kerja bekerja bersama-sama;] - hal 175. 

Saya heran terhadap kata-kata Hendriksen yang mengatakan bahwa segala sesuatu adalah subyek, dan juga kata-kata F. F. Bruce yang mengatakan bahwa secara gramatika segala sesuatu itu bisa menjadi subyek. Mengapa? Karena kata SUNERGEI [= works together / bekerja bersama-sama] adalah kata kerja bentuk tunggal, sehingga tidak mungkin all things / segala sesuatu [Yunani: PANTA] yang ada dalam bentuk jamak merupakan subyeknya. 

2) Subyeknya adalah he [= ia]. 

Perlu diketahui bahwa kata SUNERGEI sebetulnya berarti ‘he works together [= ia bekerja bersama-sama].

Tetapi sekarang siapa yang dimaksud dengan he [= ia] itu?

a) Martin Luther menganggap bahwa he [= ia] di sini menunjuk kepada Roh Kudus, yang dibicarakan dalam ay 26-27. Terjemahan NEB juga seperti ini. 

Tetapi Hendriksen mengatakan bahwa kalau subyek dalam ay 28 adalah Roh Kudus, maka kata He / Ia dan His / Nya dalam ay 29 juga harus menunjuk kepada Roh Kudus, dan itu berarti bahwa Yesus disebut sebagai The Son of the Holy Spirit [= Anak dari Roh Kudus], dan ini jelas tidak bisa diterima!

Ay 26-29: (26) Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. (27) Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus. (28) Kita tahu sekarang, bahwa Allah (Ia) turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana (Allah). (29) Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. 

b) Kata he [= ia] itu menunjuk kepada Allah. 

F. F. Bruce (Tyndale): Grammatically all things may be either subject or object of the verb work together; it is more probably the object. The subject will then be he, which some ancient texts (including P46) make more explicit by the addition of the nominative God (an addition which makes the sentence excessively heavy).” [= Secara gramatika segala sesuatu bisa menjadi subyek atau obyek dari kata kerja bekerja bersama-sama; itu lebih mungkin merupakan obyek. Jadi subyeknya adalah ia, yang beberapa text kuno (termasuk P46) membuatnya lebih explicit dengan penambahan nominatif / subyek Allah (suatu penambahan yang membuat kalimatnya sangat berat).] - hal 175.

Bruce M. Metzger yang beranggapan bahwa kata-kata HO THEOS merupakan penambahan, berkata sebagai berikut: Since SUNERGEI may be taken to imply a personal subject, HO THEOS seems to have been a natural explanatory addition made by an Alexandrian editor [= Karena SUNERGEI bisa dianggap mempunyai subyek yang bersifat pribadi, HO THEOS kelihatannya merupakan penjelasan yang wajar yang dibuat oleh seorang editor Alexandrian] - hal 518. 

Hendriksen mengatakan bahwa terjemahan manapun yang dipilih, maka: the result remains about the same, namely, that in Gods all-embracing providence all things work together for good to those who love God.” [= hasilnya tetap kira-kira sama, yaitu, bahwa dalam providensia Allah yang mencakup segala sesuatu, segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah.] - hal 280. 

John Murray (NICNT): If after SUNERGEI we read HO THEOS ... this would not established the view that work together refers to concert with God. On that reading SUNERGEI would have to be understood transitively in the sense of cause to work together and PANTA would be accusative. But it would still be true that God makes all things to work together. As indicated above, it is by Gods providence that all things work together for good. This is expressly stated when HO THEOS is added; it is implied if HO THEOS is omitted.” [= Jika setelah SUNERGEI kita membaca HO THEOS ... ini tidak akan menegakkan pandangan bahwa bekerja bersama-sama menunjuk pada bersama-sama dengan Allah. Pada pembacaan itu SUNERGEI akan harus dimengerti secara transitif dalam arti menyebabkan bekerja bersama-sama dan PANTA akan menjadi akusatif. Tetapi akan tetap benar bahwa Allah membuat segala sesuatu bekerja bersama-sama. Seperti ditunjukkan di atas, adalah oleh providensia Allah bahwa segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan. Ini dinyatakan secara jelas / tegas jika HO THEOS ditambahkan; itu dinyatakan secara implicit jika HO THEOS dihapuskan.] - hal 314 (footnote]. 

Catatan:

1. Kata kerja transitif adalah kata kerja yang mempunyai / membutuhkan obyek, misalnya membunuh, mendustai, dsb. Lawannya adalah kata kerja intransitif, yaitu kata kerja yang tidak mempunyai / membutuhkan obyek, misalnya bersembunyi, berdusta, dsb.

2. Akusatif bisa disamakan dengan obyek.

II) Segala sesuatu. 

Roma 8:28 - Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.. 

Apa saja yang dicakup oleh kata-kata segala sesuatu ini? 

John Brown: Whatever befals the Christian contributes, directly or indirectly, to the promoting and the securing of his final happiness. ... No evil shall happen to the just. No affliction, however severe, however long continued, however apparently disastrous, and even ruinous, but shall be made to contribute to his spiritual improvement and everlasting salvation. Poverty, reproach, persecution, the loss of property, reputation, and life - all these things may happen to him - all these things are in themselves evil, but all of them in his case shall become the means of good.” [= Apapun yang menimpa orang Kristen memberikan sumbangan, secara langsung atau tidak langsung, pada kemajuan / perkembangan dan kepastian dari kebahagiaan akhirnya. ... Orang benar tidak akan ditimpa oleh bencana apapun. Tidak ada penderitaan / kesusahan / kemalangan, betapapun hebatnya, betapapun lama berlangsungnya, betapapun mendatangkan malapetaka dan bahkan menghancurkan tampaknya, yang tidak akan dibuat untuk menyumbang pada kemajuan rohani dan keselamatan kekalnya. Kemiskinan, celaan, penganiayaan, kehilangan milik, reputasi, dan kehidupan - semua hal-hal ini bisa terjadi padanya - semua hal-hal ini dalam diri mereka sendiri merupakan bencana, tetapi semua mereka dalam kasusnya akan menjadi alat / cara dari kebaikan.] - hal 247. 

Catatan: Kutipan ayat diambil dari Amsal 12:21a - Orang benar tidak akan ditimpa oleh bencana apapun,’.

Charles Hodge: All things, as usually the case with such general expressions, is to be limited to the things spoken of in the context, i.e., the suffering of the present time. ... Of course it is not intended that other events, besides afflictions, do not work together for the good of Christians, but merely that the apostle is here speaking of the sufferings of believers.” [= Segala sesuatu, seperti biasanya dalam kasus ungkapan umum seperti itu, harus dibatasi pada hal-hal yang dibicarakan dalam kontex, yaitu, penderitaan masa ini. ... Tentu saja bukan dimaksudkan bahwa peristiwa / kejadian yang lain, selain penderitaan, tidak bekerja bersama-sama untuk kebaikan orang-orang Kristen, tetapi hanya bahwa di sini sang rasul berbicara tentang penderitaan orang percaya.] - hal 280. 

Calvin: But we must remember that Paul speaks here only of adversities, as though he had said, All things which happen to the saints are so overruled by God, that what the world regards as evil, the issue shows to be good. For though what Augustine says is true, that even the sins of the saints are, through the guiding providence of God, so far from doing harm to them, that, on the contrary, they serve to advance their salvation; yet this belongs not to this passage, the subject of which is the cross.” [= Tetapi kita harus ingat bahwa di sini Paulus berbicara hanya tentang kesengsaraan / kemalangan, seakan-akan ia telah berkata: Segala sesuatu yang terjadi pada orang-orang kudus begitu dikuasai / dipengaruhi oleh Allah, sehingga apa yang dianggap bencana oleh dunia, hasilnya menunjukkan bahwa itu adalah baik. Karena sekalipun apa yang dikatakan Agustinus adalah benar, bahwa bahkan dosa-dosa dari orang-orang kudus, melalui pimpinan dari providensia Allah, adalah begitu jauh dari merugikan mereka, tetapi sebaliknya melayani untuk memajukan keselamatan; tetapi ini tidak termasuk dalam text ini, karena subyek dari text ini adalah salib / penderitaan.] - hal 315. 

Jadi, Charles Hodge dan Calvin mempercayai bahwa kalau dikatakan bahwa segala sesuatu membawa kebaikan, maka kata segala sesuatu itu mencakup juga hal-hal lain selain penderitaan, dan Calvin bahkan mengatakan termasuk dosa. Itu adalah pengertian yang mereka dapatkan dari seluruh Kitab Suci. Tetapi kalau berbicara hanya tentang Ro 8:28 ini, maka Charles Hodge maupun Calvin membatasi segala sesuatu itu pada penderitaan orang kristen. 

Tetapi beberapa penafsir di bawah ini kelihatannya lebih memutlakkan arti dari kata-kata segala sesuatu itu, bahkan dalam kontext Roma 8:28. 

John Murray (NICNT): All things may not be restricted, though undoubtedly the things contemplated are particularly those that fall within the compass of believers experience, especially suffering and adversity.” [= Segala sesuatu tidak boleh dibatasi, sekalipun tidak diragukan bahwa hal-hal yang direnungkan terutama adalah hal-hal yang ada dalam batasan pengalaman orang percaya, khususnya penderitaan dan kesengsaraan / kemalangan.] - hal 314. 

William Hendriksen: All things, - no less! - cooperate for good. Not only prosperity is included but also is adversity; not only joy and happiness but also suffering and sadness (Rom. 8:18,35-37). Evil designs are by God overruled for good (Gen. 50:20; Neh. 4:15). Not only what the saints themselves experience is included but also whatever lies outside the sphere of their personal experience. Specifically, the following entities are among those that are divinely ordered and directed so that they work together for good to those who love God: the good angels (Heb. 1:14) and Satan together with his hosts (Rom. 16:20; Eph. 6:10-16); the nations of the world and their rulers (Ps. 2:2-9; 48:4-8; 149:9; Acts 9:15); rain and thunder (1Sam. 12:18-20); streams, mountains, and clouds (Ps. 46:4; 72:3; Matt. 24:30; Rev. 1:7); and even the stars in their courses (Judg. 5:20).” [= Segala sesuatu, - tidak kurang dari itu! - bekerja sama untuk kebaikan. Bukan hanya kemakmuran yang termasuk tetapi juga kesengsaraan / kemalangan; bukan hanya sukacita dan kebahagiaan tetapi juga penderitaan dan kesedihan (Roma 8:18,35-37). Rencana jahat dikuasai / dipengaruhi oleh Allah untuk kebaikan (Kej 50:20; Neh 4:15). Bukan hanya apa yang dialami oleh orang-orang kudus sendiri yang tercakup, tetapi juga apapun yang terletak di luar lingkungan pengalaman pribadi mereka. Khususnya, hal-hal berikut ini adalah hal-hal yang diatur / ditentukan dan diarahkan secara ilahi, sehingga mereka bekerja bersama-sama untuk kebaikan dari mereka yang mengasihi Allah: malaikat yang baik (Ibr 1:14) dan Setan bersama-sama dengan kelompoknya (Ro 16:20; Ef 6:10-16); bangsa-bangsa dunia dan pemerintahnya (Maz 2:2-9; 48:5-9; 149:9; Kis 9:15); hujan dan guntur (1Sam 12:18-20); sungai, gunung, dan awan (Maz 46:5; 72:3; Mat 24:30; Wah 1:7); dan bahkan bintang-bintang dalam peredarannya (Hak 5:20).] - hal 280. 


William R. Newell: This involves that billion billion control of Gods providence, - of the most infinitesimal things - to bring them about for good to Gods saints. When we reflect on the innumerable things about us, - forces seen and unseen of the mineral, vegetable, and animal worlds; of man at enmity with God; of Satan, and his principalities and powers, in deadly array; in the uncertainty and even treachery of those near and dear to us, and even of professed Christians, and of our own selves, - which we cannot trust for a moment; upon our unredeemed bodies; upon our general complete helplessness: - then, to have God say, All things are working together for your good, - reveals to us a Divine providence that is absolutely limitless!” [= Ini meliputi milyaran kontrol dari providensia Allah, - tentang hal-hal yang sangat kecil - untuk menghasilkan / menimbulkan kebaikan bagi orang-orang kudus Allah. Pada saat kita membayangkan hal-hal yang tidak terhitung di sekitar kita, kekuatan yang terlihat dan yang tak terlihat dari dunia mineral, sayur-sayuran dan binatang; tentang manusia yang bermusuhan dengan Allah; tentang Setan, dan pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasanya, dalam kesatuan tempur yang mematikan; dalam ketidakpastian dan bahkan tentang pengkhianatan dari mereka yang dekat dengan kita dan yang kita kasihi, dan bahkan dari orang yang mengaku Kristen, dan tentang diri kita sendiri, - yang tidak bisa kita percayai untuk sesaatpun; mengenai tubuh kita yang belum ditebus, mengenai keadaan kita yang tidak berdaya sepenuhnya: - maka mendapatkan Allah berkata Segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikanmu - menyatakan kepada kita providensia ilahi yang tak terbatas secara mutlak!] - hal 328-329. 

Matthew Poole: All things, even sin itself; because from their falls, Gods children arise more humble and careful. Afflictions are chiefly intended; the worst and crossest providences, those things that are evil in themselves, they work for good to the children of God.” [= Segala sesuatu, bahkan dosa sendiri; karena dari kejatuhan mereka, anak-anak Allah bangun dengan lebih rendah hati dan berhati-hati. Penderitaan adalah yang terutama dimaksudkan; providensia yang paling buruk dan menjengkelkan, hal-hal yang dalam dirinya sendiri adalah buruk / merupakan bencana, mereka bekerja untuk kebaikan bagi anak-anak Allah.] - hal 506. 

Kalau Calvin dan Matthew Poole percaya bahwa dosa sekalipun pada akhirnya membawa kebaikan bagi orang percaya, maka ada juga orang lain yang menolak pandangan itu, seperti John Brown, Pulpit Commentary dan Adam Clarke, yang saya kutip di bawah ini. 

1) John Brown: It has sometimes been asked, Does sin work for the believers good? The question is an impertinent one, for it is the sufferings of the present time that the apostle is exclusively speaking of. The uneasiness connected with sin dwelling in us is one of these sufferings, one of the chief of them; and certainly that uneasiness does work for good. It would be the reverse of good for a Christian to have no painful feelings connected with remaining, depraved principle, manifested in occasional criminal conduct. In its own nature, sin is only evil, and cannot be productive of good, though the consequences of sin, both in inward feeling and external event, have often greatly conduced to the good of the Christian.” [= Kadang-kadang ditanyakan: Apakah dosa bekerja untuk kebaikan orang percaya?. Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang tidak berhubungan, karena adalah penderitaan-penderitaan semata-mata yang pada saat ini dibicarakan oleh sang rasul. Kegelisahan yang berhubungan dengan dosa yang diam di dalam kita adalah salah satu dari penderitaan-penderitaan ini, salah satu dari penderitaan yang utama; dan jelas bahwa kegelisahan itu bekerja untuk kebaikan. Adalah merupakan kebalikan dari kebaikan bagi seorang Kristen untuk tidak mempunyai rasa sakit berhubungan dengan kecenderungan yang bejat yang tersisa yang sekali-sekali diwujudkan dalam tingkah laku yang jahat. Dalam sifat dasarnya sendiri, dosa hanyalah bencana / jahat, dan tidak bisa menghasilkan kebaikan, sekalipun konsekwensi dari dosa, baik perasaan di dalam maupun peristiwa / kejadian di luar, telah sering secara sangat besar mengakibatkan / menimbulkan kebaikan orang Kristen.] - hal 247. 

Catatan: Kata-kata John Brown ini memang meragukan. Bisa saja bahwa ia sebetulnya percaya bahwa dosa tetap membawa kebaikan, karena ia berkata bahwa konsekwensi dari dosa ... mengakibatkan / menimbulkan kebaikan orang Kristen. Tetapi kata-kata tidak bisa menghasilkan kebaikan kelihatannya bertentangan dengan kata-kata di atas, dan itu menyebabkan saya memasukkan dia dalam kelompok ini. 

2) Pulpit Commentary: all things which enter into Gods plan for our governance, including apparently evil things which are suffered by him to befall us, must ultimately subserve his purpose and be for the fulfilling of our hope. All this, assuming that we love God; thus any carelessness or sin of ours is utterly excluded from the reckoning.” [= segala sesuatu yang masuk ke dalam rencana Allah untuk pemerintahan kita, termasuk hal-hal yang kelihatannya merupakan bencana yang dibiarkanNya menimpa kita, pasti akhirnya melayani / memajukan rencanaNya dan merupakan pemenuhan harapan kita. Semua ini, dengan suatu asumsi / anggapan bahwa kita mengasihi Allah; jadi segala kecerobohan atau dosa kita sama sekali dikeluarkan dari perhitungan.] - hal 241. 

3) Adam Clarke: They who say sin works for good to them that love God speak blasphemous nonsense. A man who now loves God is not now sinning against God;” [= Mereka yang berkata bahwa dosa bekerja untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah mengatakan omong kosong yang bersifat menghujat. Seseorang yang sekarang mengasihi Allah, sekarang tidak sedang berdosa terhadap Allah;] - hal 101. 


Catatan: saya berpendapat bahwa kata-kata mereka ini salah, karena tidak ada orang yang bisa melakukan ketaatan yang sempurna, dan karena itu sebetulnya setiap orang kristen berbuat dosa senantiasa. Misalnya perintah untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, pikiran dan sebagainya. Adakah orang yang bisa melakukannya dengan sempurna? Saya yakin tidak ada. Dengan demikian setiap orang kristen berbuat dosa setiap saat, karena melanggar perintah tersebut. Kalau orang kristen yang berbuat dosa tidak tercakup dalam Roma 8:28, maka semua orang kristen tidak tercakup! 

Juga saya ingin menanggapi kata-kata dari Adam Clarke: Seseorang yang sekarang mengasihi Allah, sekarang tidak sedang berdosa terhadap Allah;’. Saya menjawab: kita sering berbuat dosa justru karena kita mengasihi Allah. Mengapa? Karena kita bodoh, sehingga tindakan yang salah kita anggap sebagai perwujudan kasih kita kepada Allah. Misalnya: pada waktu Petrus membacok telinga hamba imam besar yang mau menangkap Yesus, tindakan itu jelas dosa, tetapi ia melakukannya karena hati yang mengasihi Tuhan! Pada waktu Elia meminta mati, ia melakukannya karena ia mengasihi Tuhan!

Karena itu, saya sendiri setuju dengan pandangan Calvin dan Matthew Poole. Saya berpendapat bahwa dosa juga membawa kebaikan bagi orang percaya, misalnya: 

a) Membuat orangnya sadar betapa penuh dengan dosanya dirinya itu.

b) Membuat orangnya sadar akan kelemahan dirinya / ketidakmampuan dirinya.

c) Membuat orangnya sadar akan pentingnya bersandar kepada Tuhan, dengan lebih banyak berdoa. Contoh untuk ke 3 point ini adalah kasus Petrus yang jatuh ke dalam dosa dimana ia menyangkal Yesus 3 x. Dosa itu menyebabkan ia sadar betapa berdosanya dirinya, betapa lemahnya dirinya, dan betapa pentingnya untuk bersandar kepada Tuhan.

d) Membuat orangnya menjadi lebih rendah hati.

e) Membuang sikap merasa dirinya sendiri benar [= self-righteous attitude].

f) Membuat orangnya lebih berhati-hati dalam menghadapi serangan setan maupun kedagingannya sendiri.

g) Membuat orangnya lebih menyadari kasih, kesabaran, dan kemurahan hati Allah yang terus mau mengampuninya.

h) Membuat orangnya lebih berbelas kasihan pada waktu menangani orang lain yang jatuh ke dalam dosa.

Penutup:ALLAH TURUT BEKERJA DALAM SEGALA SESUATU (1):

Roma 8:28 Tetapi satu hal yang sangat perlu dicamkan adalah: sekalipun dosa membawa kebaikan bagi orang percaya, kita tidak boleh sengaja berbuat dosa, dan bahkan harus berusaha mati-matian membuang dosa (bdk. Roma 6:1-2].
ALLAH TURUT BEKERJA DALAM SEGALA SESUATU (1): Roma 8:28
-bersambung-

Berbagi
Pdt. Budi Asali, M. Div

Tags