Latest News

Showing posts with label Tafsiran. Show all posts
Showing posts with label Tafsiran. Show all posts

Wednesday, January 30, 2019

APAKAH ADA KONTRADIKSI DI DALAM ALKITAB


APAKAH ADA KONTRADIKSI DI DALAM ALKITAB .Selain doktrin tentang Kristus (Kristologi), doktrin dalam Alkitab yang paling banyak diserang adalah doktrin tentang Alkitab itu sendiri (Bibliologi). Baik orang liberal maupun non-Kristen berlomba meruntuhkan keagungan firman Tuhan. Salah satu serangan yang dilancarkan terhadap otoritas Alkitab berkenaan dengan “kontradiksi” di dalamnya. Apa yang ingin dicapai dalam serangan ini sudah sangat jelas dan tepat. Jika Alkitab mengandung kontradiksi, maka itu sudah menjadi bukti yang cukup untuk menunjukkan kesalahan Akitab, karena tidak ada kontradiksi yang semuanya benar (kontradiksi hanya memberi dua pilihan: salah satu benar atau semuanya salah). Jika Alkitab mengandung kesalahan, maka Alkitab bukanlah firman Tuhan (Tuhan tidak dapat melakukan kesalahan). Pendeknya, jika ada satu kontradiksi saja di dalam Alkitab maka doktrin tentang pengilhaman Alkitab (2Tim 3:16; 2Pet 1:20-21) pasti akan

Walaupun orang liberal dan non-Kristen berusaha meruntuhkan otoritas Alkitab, mereka tidak bisa melakukan apapun terhadapnya. Firman Tuhan bagaikan palu yang menghancurkan gunng batu (Yer 23:29b); apalah artinya kesombongan intelektual manusia di hadapan firman Allah? “Kebodohan” Allah saja sudah cukup memalukan orang bijak dan “kelemahan” Allah selalu berhasil meniadakan orang yang kuat, seperti yang dikatakan dalam 1Korintus 1:25 “karena kebodohan Allah lebih berhikmat daripada hikmat manusia dan kelemahan Allah lebih kuat daripada kekuatan manusia” (ASV/KJV/NIV/NASB/RSV).
Dalam makalah ini kita tidak mungkin membahas semua teks yang dipersoalkan oleh orang liberal dan non-Kristen. Upaya ini pasti akan menuntut beberapa buku yang khusus memberikan jawaban detil. Saya hanya akan memaparkan dua hal: (1) prinsip teologis yang penting; (2) jawaban umum terhadap problem kontradiksi.

Prinsip teologi yang penting
Sebelum memberikan jawaban rasional terhadap tuduhan adanya kontradiksi dalam Alkitab, kita perlu memberikan jawaban iman. Jawaban ini tidak dimaksudkan sebagai pembelaan yang membabi-buta. Hal ini justru perlu ditegakkan sejak awal. Kita mengakui Alkitab sebagai firman Tuhan bukan karena kita sudah menyelidiki semua isinya dan tidak menemukan kontradiksi di dalamnya. Kita percaya lebih dahulu (atau lebih tepatnya, Allah membuat kita percaya) bahwa Alkitab adalah firman Tuhan, setelah itu kita baru menyelidiki seluruh isinya dan akhirnya menemukan bahwa memang tidak ada kontradiksi di dalamnya.

Pemikir Kristen jaman skolastik yang bernama Anselmus mengajarkan “aku percaya supaya aku mengerti”. Dalam tradisi Reformed juga diajarkan hal yang mirip dengan itu, yaitu “Kesaksian Roh Kudus dalam Hati Kita” (The Inner Testimony of the Holy Spirit). Kita menerima otoritas Alkitab bukan karena pencapaian intelektual, tetapi pekerjaan Roh Kudus dalam diri kita. Sebaliknya, tidak peduli sebagus apapun argumen yang kita berikan, hal itu tetap akan dipandang sebagai kebodohan oleh orang liberal dan non-Kristen (1Kor 2:14 “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani”).

Apa saja yang perlu kita pahami? Pertama, seluruh bagian Alkitab adalah diilhamkan oleh Allah (2Tim 3:16 “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk…). Kata pasa grafh (“segala tulisan”) merupakan istilah teknis (technicus terminus) untuk kitab-kitab PL. Hal ini sesuai dengan pemakaian kata grafh dalam PB yang memang sering dipakai untuk merujuk pada suatu kitab atau teks tertentu dalam PL. Di samping itu Paulus jelas tidak mungkin mengatakan kalau “segala tulisan” apapun yang ditulis manusia adalah diilhamkan Allah. Dia pasti sedang memikirkan tulisan-tulisan PL.

Selanjutnya, kita perlu mengetahui ketidaktepatan terjemahan dalam bagian ini. Penerjemah LAI:TB membedakan fungsi kata sifat “diilhamkan Allah” (qeopneustos) dan “bermanfaat (wfelimos) di ayat ini. Kata qeopneustos dipahami sebagai kata sifat attributif (“yang diilhamkan Allah”), sedangkan kata wfelimos dipahami sebagai kata sifat predikatif (“[adalah] bermanfaat”). Terjemahan seperti ini mengandung dua kesalahan: secara tata bahasa maupun teologis. Dari sisi tata bahasa, terjemahan ini jelas tidak konsisten. Walaupun kata qeopneustos bisa menerangkan pasa grafh, namun kata sambung kai (“dan”) yang menghubungkan qeopneustos dan wfelimos seharusnya mendorong kita memahami qeopneustos dan wfelimos sebagai dua kata yang sejajar (hampir semua versi Inggris – kecuali ASV – memilih ini). Dari sisi teologis, terjemahan LAI:TB bisa memberikan kesan yang salah. Jika pasa graph = tulisan PL, maka terjemahan LAI:TB “segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat” dapat memberi kesan bahwa ada tulisan PL tertentu yang tidak diilhamkan.
Doktrin tentang inspirasi Alkitab ini hanya dapat diterima dengan iman. Semua agama yang mengakui otoritas kitab sucinya juga mengambil sikap seperti ini. Tidak ada cara apapun untuk membuktikan proses pengilhaman. Proses ini bersifat supranatural dan tidak kasad mata. Tidak seorang pun mampu membuktikan adanya proses pengilhaman. Kita hanya bisa menunjukkan bahwa suatu kitab suci memiliki sifat-sifat tertentu yang sesuai dengan pengilhaman, misalnya ketidakbersalahan, penggenapan semua nubuat di dalamnya, kesatuan di antara semua tulisannya (tidak ada kontradiksi), dsb. Semua ini tidak membuktikan adanya inspirasi, tetapi mendukung konsep tersebut. Jadi, kita harus memahami bahwa masalah inspirasi Alkitab adalah masalah iman, sedangkan masalah “kontradiksi” dalam Alkitab adalah masalah teologis-rasional. Kita bisa menjelaskan bahwa suatu teks tidak berkontradiksi dengan teks yang lain, tetapi hal itu tidak secara otomatis membuktikan bahwa Alkitab adalah firman Allah.

Kedua, sebagai sebuah kumpulan tulisan yang diilhamkan oleh Allah, maka Alkitab pasti tidak mengandung kesalahan (inerrant and infallible) dalam bentuk apapun (kontradiksi, kebohongan) dan dalam bidang apapun (iman, etika, sejarah, sains), seperti yang dinyatakan sendiri oleh para penulis “supaya Engkau ternyata benar dalam segala firman-Mu, dan menang, jika Engkau dihakimi” (Mzm 51:6; Rom 3:4). Mazmur 33:4a memberikan kesaksian yang serupa “sebab firman TUHAN itu benar”.

Ketiga, sebagai kumpulan tulisan yang diilhamkan oleh Allah, maka Alkitab pasti memiliki kesatuan dalam taraf tertentu. Hal ini dapat dibenarkan, karena Penulis Utama Alkitab adalah satu, yaitu Allah, walaupun Ia memakai beragam orang untuk menuliskan firman-Nya. Dengan demikian, kita perlu menghidupkan kembali slogan lama “Biarlah Kitab Suci menafsirkan dirinya sendiri” (Let the Scriptures interpret themselves). Setiap kali kita melihat suatu “kontradiksi”, maka sikap pertama yang kita ambil adalah “hal itu bukan kontradiksi”. Kitalah yang belum mampu memahami hal tersebut. Setelah mengambil sikap ini, kita kemudian berusaha menyelidiki secara seksama untuk mencari solusi bagi “kontradiksi” tersebut.
Penyebab munculnya “kontradiksi”

Dalam bagian sebelumnya kita sudah membahas bahwa tidak ada kontradiksi di dalam Alkitab. Dalam kenyataannya kita kadangkala menemukan dua teks yang tampaknya mengajarkan hal yang bertentangan. Sebagai contoh: apakah pencobaan itu harus dihindari (Mat 6:13a; 26:41) atau disyukuri (Yak 1:2)? Apakah Allah bisa menyesal (Kej 6:6) atau tidak (Bil 23:19)? Kasus semacam ini masih bisa kita perpanjang lagi. Inti permasalahannya adalah “jika Alkitab tidak mungkin salah, mengapa kita menemukan hal-hal semacam ini?”

Ternyata jika kita menyelidiki semua kasus yang selama ini dianggap kontradiksi, maka kita akan menemukan beberapa penjelasan umum yang dapat dijadikan dasar untuk menjelaskan semua problem teks tersebut. Pertama, kontradiksi kadangkala hanya terjadi pada level terjemahan, bukan dalam naskah asli Alkitab. Dengan kata lain kesalahan terletak pada penerjemah, bukan pada Alkitabnya. Contoh paling baik untuk kasus seperti ini adalah isu tentang pencobaan (Mat 6:13; 26:41; Yak 1:2). Dalam LAI:TB kata peirasmos di Yakobus 1:2 secara salah telah diterjemahkan “pencobaan”, padahal kata ini sebenarnya bisa berarti “ujian”. Sesuai dengan konteks Yakobus 1:2-4, terutama ayat 3 “ujian terhadap imanmu”, peirasmos di sini seharusnya diterjemahkan “ujian”. Hampir semua versi Inggris modern (RSV/NASB/NIV) memakai kata “trials” (ujian). Jika demikian, maka kita langsung dapat melihat bahwa tidak ada kontradiksi antara Yakobus 1:2 dan Matius 6:13/26:41: kita harus mensyukuri ujian [dari Tuhan], tetapi kita perlu menghindari pencobaan [dari iblis].

Kedua, kontradiksi seringkali terjadi karena belum ditemukan data historis atau arkheologis yang cukup. Dalam beberapa kasus suatu teks yang dulu dianggap salah ternyata menurut penemuan arkheologi terbaru dapat dijelaskan dengan baik. Sebagai contoh, Alkitab mencatat raja terakhir Babel adalah Belsyazar (Dan 5:30), padahal menurut penemuan arkheologi pada jaman dulu raja terakhir adalah Nabonidus, ayah Belsyazar. Setelah ditemukan penemuan arkheologi yang lebih baru lagi maka diketahuilah bahwa sekalipun Nabonidus adalah pemegang kekuasaan secara legal (de jure) namun secara praktis (de facto) kekuasaan itu dijalankan oleh Beltsyazar, karena Nobonidus tidak berdomisili di Babilonia untuk kepentingan lain. Tentang hal ini pun Alkitan sebenarnya sudah memberi petunjuk implisit. Dalam Daniel 5:29b dijelaskan bahwa Belsyazar mengangkat Daniel menjadi orang ketiga di kerajaannya.

Contoh lain tentang hal ini adalah posisi Yesus ketika Ia menyembuhkan orang buta di Yerikho: apakah orang ini disembuhkan pada saat Yesus masuk ke kota Yerikho (Mar 10:46) atau keluar dari kota itu (Luk 18:35)? Ada banyak alternatif solusi bagi hal ini. Orang buta ini memohon kesembuhan sejak Yesus masuk ke Yerikho, tetapi Yesus sengaja menguji iman orang ini sampai Ia keluar dari Yerikho. Solusi lain yang lebih masuk akal adalah dengan memperhatikan penemuan arkheologis yang ada. Pada waktu itu memang ada Yerikho lama dan baru yang letaknya memang berdekatan dan sedikit overlapping. “Masuk” dan “keluar” dalam peristiwa ini harus dipahami sebagai rujukan pada kota lama dan baru.

Ketiga, kontradiksi kadangkala terjadi karena pembaca modern tidak mengetahui bagaimana suatu kitab kuno ditulis. Para penyerang Akitab paling senang membandingkan kitab-kitab injil untuk menunjukkan kontradiksi di dalamnya, karena kitab-kitab injil seringkali menuliskan peristiwa yang sama namun pencatatannya berbeda. Ada beberapa kasus yang sering dipermasalahkan: apakah perwira di Kapernaum datang sendiri kepada Yesus (Mat 8:5) atau dia menyuruh utusan-utusannya (Luk 7:3)? apakah Yesus menyucikan bait Allah di awal pelayanan-Nya (Yoh 2:13-22) atau beberapa waktu sebelum Dia disalibkan (Mat 21:12-13; Mar 11:15-17; Luk 19:45-46)? Kasus-kasus semacam ini dengan mudah kita perbanyak. Orang yang tidak mengetahui cara penulisan kitab kuno pasti mudah terjebak pada kesalahan seperti ini.

Jika kita diperhadapkan pada persoalan di atas, maka kita harus mengetahui bahwa penulisan kitab sejarah kuno pasti melibatkan seleksi data dan peredaksiannya sesuai dengan tujuan yang akan diraih. Penulisan sejarah modern pun masih memegang prinsip yang sama. Kita tidak mungkin menuliskan semua fakta, karena tidak semua data merupakan sesuatu yang penting. Para ahli sejarah biasanya membedakan antara fakta (“apa yang terjadi”) dan peristiwa (“fakta yang signifikan karena membawa pengaruh”). Selain itu, penulis sejarah juga akan menyeleksi peristiwa-peristiwa yang sesuai dengan tujuan mereka. Mereka memang tidak harus menuliskan semua peristiwa. Tentang hal ini salah seorang penulis sejarah kuno bahkan secara eksplisit menyatakan dalam pendahuluan bukunya.
Dalam konteks kitab-kitab injil kita perlu memahami bahwa masing-masing penulis memiliki tujuan penulisan yang khusus dan unik, sekalipun mereka semua menampilkan Yesus yang sama. Tujuan yang khusus ini tentu saja mempengaruhi cara mereka menulis. Suatu peristiwa sangat mungkin mengajarkan beragam hal yang berbeda, tetapi masing-masing penulis kitab injil hanya menyoroti salah satu aspek di dalamnya. Dalam kasus perwira di Kapernaum, Matius ingin menekankan iman perwira ini sehingga beberapa bagian yang berpotensi menghalangi pembaca menangkap inti akan sebisa mungkin dihilangkan, misalnya kedatangan para tua-tua Yahudi yang menceritakan kebaikan perwira tersebut. Di sisi lain Lukas ingin menekankan kerendahhatian dari perwira ini sehingga dia merasa perlu menceritakan perkataan para tua-tua yang menggambarkan hal tersebut. Di antara dua catatan ini, catatan Lukas tampaknya lebih mendekati peristiwa aslinya. Bagaimanapun hal ini tidak berarti bahwa Matius telah membohongi pembacanya. Siapa pun yang datang kepada Yesus – baik perwira itu secara langsung atau melalui tua-tua Yahudi – intinya tetap sama, yaitu permohonan ini datang langsung dari si perwira. Sama seperti seorang lurah yang menyampaikan keputusan gubernur: pengumuman ini dapat dipahami sebagai perintah langsung dari gubernur, sekalipun yang membacakannya adalah seorang lurah.

Untuk memperjelas keterangan di atas, saya akan memberikan sebuah ilustrasi: suatu kecelakaan terjadi di depan mata empat orang pemuda (sebut saja pemuda A, B, C, dan D). Masing-masing mereka diberi sebuah kertas untuk menuliskan apa yang mereka lihat. Apakah mereka akan menuliskan setiap detil yang ada? Tentu saja tidak! Mereka hanya akan menceritakan apa yang menurut mereka menarik. Dengan demikian apakah keterangan mereka akan sama? Pasti berbeda! Apakah hal ini berarti bahwa mereka tidak setia terhadap historisitas dari kejadian tersebut? Tentu saja tidak, sejauh apa yang mereka tuliskan tidak berkontradiksi dengan fakta yang ada. Mereka berhak menuliskan kejadian yang sama dengan cara yang berbeda. Begitu pula dengan para penulis kitab injil.

Keempat, kontradiksi biasanya hanya dilihat oleh mereka yang kurang teliti dalam membaca Alkitab. Penyelidikan yang cermat akan membawa kita pada keyakinan yang lebih kuat terhadap kebenaran Alkitab. Mereka yang kurang teliti membaca Alkitab seringkali mempersoalkan beberapa hal berikut ini: apakah Allah bisa menyesal (Kej 6:6) atau tidak (Bil 23:19)? Di manakah Yesus naik ke surga: Betania (Luk 24:50-51) atau Bukit Zaitun (Kis 1:9, 12)? Apakah hamba perwira di Kapernaum disembuhkan Yesus seketika (Mat 8:13) atau setelah suruhan perwira itu sampai ke rumah (Luk 7:10)? Apakah pohon ara yang dikutuk Yesus langsung mati (Mat 21:19-20) atau baru keesokan harinya (Mar 11:13-14, 20-21)?

BACA JUGA: BUKTI KASIH ALLAH KEPADA KITA (Roma 5:8)

Berikut ini adalah jawaban sederhana terhadap persoalan di atas. Allah tidak mungkin menyesal karena Dia mahatahu dan mahakuasa sehingga apapun yang Dia rencanakan pasti akan terjadi (Ay 42:2). Tindakan “menyesal” harus dipahami sebagai cara Allah mengekspresikan diri-Nya dalam perasaan manusia (Bil 23:19 “Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal”). Contoh yang paling jelas tentang hal ini adalah 1Samuel 15, karena dalam pasal ini dikatakan bahwa Allah menyesal (ayat 11, 35) sekaligus tidak menyesal (ayat 29). Penulis pasal ini jelas bukan orang bodoh yang tidak tahu kalau catatannya dalam satu pasal dan letak ayat yang berdekatan adalah kontradiktif. 1Samuel 15:29 merupakan kuncinya “Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal”. Posisi persis ketika Yesus naik ke surga adalah di desa Betania, namun desa ini memang terletak di Bukit Zaitun (Luk 19:29). Hamba perwira di Kapernaum memang langsung sembuh seketika (Mat 8:13 “maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya”), tetapi para utusan tidak bisa menyaksikan hal ini. Mereka baru melihat kesembuhan itu setelah mereka sampai ke rumah (Luk 7:10 “dan setelah orang-orang yang disuruh itu kembali ke rumah, didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali”). Solusi untuk kasus pohon ara yang dikutuk sama persis dengan kasus hamba perwira di atas: pohon itu memang langsung kering, tetapi Markus sengaja menceritakannya secara terpisah untuk mengapit kisah penyucian bait Allah guna menekankan bahwa dua peristiwa tersebut memiliki makna yang sama, yaitu penghukuman.
Kelima, kontradiksi juga seringkali terjadi karena pembaca tidak mengetahui konteks budaya, keagamaan atau historis Alkitab. Sebagian orang seringkali mempermasalahkan tentang siapa yang menyebabkan Daud menghitung rakyatnya dan akhirnya dihukum oleh Tuhan: iblis (1Taw 21:1) atau Tuhan sendiri (2Sam 24:1)? Pertanyaan seperti ini menunjukkan bahwa yang bertanya tidak memahami konteks jaman dulu. Bagi orang waktu itu maupun bangsa Israel secara khusus, Allah berada di balik semua peristiwa yang terjadi, baik yang buruk maupun yang baik. Tindakan Daud bisa dikatakan berasal dari Tuhan karena tidak ada satu peristiwa apapun di dunia ini yang dapat terjadi tanpa kehendak-Nya, namun bukan Allah yang langsung menyebabkan Daud berdosa. Iblislah yang melakukan hal itu. Contoh yang paling jelas tentang hal ini adalah kisah pencobaan yang dialami oleh Ayub. Sekalipun yang mendatangkan musibah kepadanya adalah iblis (melalui peristiwa alam dan orang-orang jahat), namun Ayub berkata “Tuhan yang memberi Tuhan yang mengambil” (Ay 1:21) dan “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” (ay 2:10).

Terakhir, kontradiksi seringkali diciptakan sendiri oleh mereka yang memang tidak mempercayai Alkitab. Mereka memutarbalikkan kebenaran menurut kefasikan mereka (2Pet 3:16). Terhadap orang-orang seperti ini, kita tidak perlu berbantah-bantah dengan dia karena mereka tidak serius mencari kebenaran (Ams 26:4). Mereka justru ingin melawan kebenaran itu. Kita hanya perlu memberitakan kebenaran seperti yang kita yakini.

Penutup:APAKAH ADA KONTRADIKSI DI DALAM ALKITAB

Semua jawaban di atas jelas bukanlah jawaban tuntas atas semua kesulitan yang ada. Bagaimanapun jawaban ini diharapkan dapat memberikan pedoman yang komprehensif dalam menyelesaikan teks-teks yang tampak kontradiktif. Pembahasan lebih detil dan mendalam dapat dilihat dalam seri buku “Hard Sayings of…” (diterjemahkan dan diterbitkan oleh penerbit SAAT, Malang; “Ucapan-ucapan Yang Sulit…”) atau “Encyclopedia of Bible Difficulties” (Gleason L. Archer, diterjemahkan dan diterbitkan oleh Gandum Mas). Tuhan memberkati kita semua.
APAKAH ADA KONTRADIKSI DI DALAM ALKITAB
-AMIN-

Yakub Tri Handoko, Th. M.
https://teologiareformed.blogspot.com/2018/06/apakah-ada-kontradiksi-di-dalam-alkitab.html#

BUKTI ALKITAB ADALAH FIRMAN ALLAH



BUKTI ALKITAB ADALAH FIRMAN ALLAH (1)
Pelajaran terpenting sebagai orang yang sudah percaya kepada Yesus Kristus adalah belajar tentang Alkitab adalah Firman Allah, untuk itu mari kita simak poin-poin pentingnya di BUKTI ALKITAB ADALAH FIRMAN ALLAH :
I) Macam-macam pandangan terhadap Alkitab Adalah Firman Allah.

Orang / golongan yang berbeda tentu akan mempunyai pandangan yang berbeda tentang Alkitab. Di sini saya hanya akan membahas pandangan terhadap Alkitab dari orang-orang yang dianggap sebagai orang kristen.

A) Pandangan Liberal pada
Golongan Liberal beranggapan bahwa Kitab Suci atau Alkitab bukanlah Firman Allah, atau bahwa Kitab Suci mengandung Firman Allah.

Kalau dikatakan bahwa cincin ini mengandung emas, maka artinya adalah bahwa cincin ini tidak terbuat dari emas murni, tetapi ada campuran logam lain. Demikian juga kalau dikatakan bahwa Kitab Suci mengandung Firman Allah, maka itu berarti bahwa dalam Kitab Suci ada bagian-bagian yang adalah Firman Allah, dan ada juga bagian-bagian yang bukan Firman Allah. Dan bagian-bagian yang bukan Firman Allah itu tentu saja bisa salah.

Contoh:

1) Dalam Majalah PENUNTUN terbitan GKI Jawa Barat, vol 2, No 6, Januari - Maret 1996, ada artikel yang berjudul Keselamatan dalam pandangan Yesus, ditulis oleh Pdt. Jahja Sunarya, S. Th., dan dalam artikel itu ada kata-kata sebagai berikut:
Jelas, betapa berartinya peranan penulis dalam menampilkan Yesus. Jika demikian, apakah tidak mungkin penulis telah menambahi atau mengurangi, bahkan keliru dalam menafsirkan / mengerti, pengajaran Yesus? Jawabnya tentu saja mungkin. Sebab ternyata injil yang tertua, yaitu injil karangan Markus, ditulis sekitar tahun 60. Itu berarti injil ini ditulis setelah sekitar tahun 30 (tigapuluh) saat peristiwa Yesus terjadi. Kita dapat membayangkan kesulitan Markus ketika menyusun Injilnya. Ia harus memilah-milah kisah-kisah lisan yang ada dan ingatan-ingatan yang tidak beraturan untuk menyajikannya dalam wujud tulisan yang memiliki alur logika yang jelas dan teratur” - hal 181.

2) Dalam Majalah Kairos’ terbitan GKI, bulan Mei 1994, ada surat pembaca dari Robert Setio Ph. D. (yang sekarang menjadi pendeta GKI) yang mengatakan sebagai berikut:
Liputan Kairos tentang proses pembuatan Alkitab dalam edisi bulan Maret yang baru lalu merupakan sumbangan yang berharga bagi umat Kristen di Indonesia (GKI) yang, dalam bayangan saya, jarang atau bahkan tidak pernah sama sekali mendengar rahasia tersebut. Liputan tersebut sekaligus juga merupakan peringatan bagi golongan tertentu yang begitu saja menyamakan Firman Allah dengan Alkitab. Bukankah proses terjadinya Alkitab itu rumit dan melalui seleksi serta penafsiran yang bisa jadi memiliki motif politik / ideologis?” - hal 5.

Golongan Liberal memang mempunyai ciri khas merendahkan otoritas Kitab Suci, baik dalam hidup, kepercayaan, maupun ajaran mereka. Karena itu kalau saudara bertemu dengan orang (khususnya hamba Tuhan!) yang dengan gampang mengabaikan / mengesampingkan / menyalahkan Kitab Suci, saudara perlu berhati-hati, karena mungkin sekali itu adalah orang dari golongan Liberal.

Kalau saudara bertemu dengan orang yang mengatakan bahwa Kitab Suci hanya mengandung Firman Allah, maka untuk menghancurkan pandangannya, tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan ini:

a) Kalau memang Alkitab hanya mengandung Firman Allah, lalu bagian mana yang adalah Firman Allah, dan bagian mana yang bukan Firman Allah?

b) Apa kriteria yang engkau pakai untuk menentukan bagian yang satu sebagai Firman Allah dan bagian yang lain sebagai bukan Firman Allah? Dan dari mana engkau mendapatkan kriteria seperti itu?

c) Dengan otoritas apa / siapa engkau bisa menetapkan bagian yang satu sebagai Firman Allah dan bagian yang lain sebagai bukan Firman Allah? Bukankah seharusnya Kitab Suci yang adalah Firman Allah itulah yang menghakimi manusia (Yoh 12:47-48), dan bukan manusia yang menghakimi Kitab Suci?
Yohanes 12:47-48 - (47) Dan jikalau seorang mendengar perkataanKu, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. (48) Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataanKu, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman”.

B) Pandangan Liberal yang terselubung.

Satu hal lagi yang perlu diwaspadai adalah orang / gereja Liberal yang slogannya tetap benar, yaitu Alkitab adalah Firman Allah, tetapi, ini hanya kedok belaka, karena:

1) Penguraian slogan itu bertentangan dengan slogannya.
Dengan kata lain, slogannya benar, yaitu bahwa Alkitab adalah Firman Allah, tetapi pada waktu slogan itu diuraikan / dijabarkan, maka terlihat bahwa maksudnya sama sekali bukanlah bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang sejati.

Contoh:

a) Dalam Majalah PENUNTUN yang dikeluarkan oleh GKI Jawa Barat, vol. 1, No. 2, Januari - Maret 1995, hal 116, bagian Pengantar Redaksi, ada kata-kata sebagai berikut: Tulisan yang menyoroti tema sajian ini disiapkan oleh Pdt. Eka Darmaputera, Ph.D. Sementara ia menegaskan bahwa firman Allah itu senantiasa lebih luas dari Alkitab, ia pun menekankan bahwa Alkitab itu betul-betul firman Allah yang sampai kepada manusia dalam matra ganda, yang tidak tercampur tetapi juga tidak terpisah, yaitu matra ilahi adikodrati dan matra insani kodrati. Dengan pendekatan seperti ini, ia berusaha menempatkan posisinya seimbang di antara kalangan yang menekankan bahwa Alkitab adalah firman Allah dan kalangan yang menegaskan bahwa Alkitab mengandung firman Allah”.

Kalau saudara memperhatikan bagian yang saya beri garis bawah tunggal maka kelihatannya orang ini mempunyai pandangan Injili yang benar. Tetapi kalau saudara memperhatikan bagian yang saya beri garis bawah ganda, maka terlihat dengan jelas bahwa sebenarnya tidak demikian!

Selanjutnya dalam artikel berjudul Alkitab dan Firman Allah yang ditulis oleh Pdt. Eka Darmaputera, Ph. D. dalam majalah tersebut di atas, dikatakan sebagai berikut:
Kalau Anda bertanya kepada saya: Apakah saya percaya Alkitab adalah Firman Allah?, maka dengan segera dan tanpa ragu saya akan menjawab, Ya, saya percaya dengan segenap hati!. Saya pun sungguh-sungguh berharap agar setiap warga jemaat dan setiap pendeta (khususnya, seluruh anggota dan pendeta GKI) juga mengaminkannya. Apa sebab? Sebab itu pula yang kita amin kan sebelum kita menerima baptisan dan pentahbisan kita ! (hal 121).

Dilihat dari kata-kata ini, maka kelihatannya pendeta tersebut mempunyai pandangan / slogan yang injili. Tetapi dalam bagian lain dari artikel yang sama ia berkata sebagai berikut:
Apakah sisi lain dari kebenaran yang harus kita pahami? Yaitu ini: bahwa sekalipun kita mengamini bahwa Alkitab adalah firman Allah, itu samasekali tidak berarti bahwa Alkitab adalah identik dengan firman Allah, atau bahwa firman Allah adalah identik dengan Alkitab! TIDAK! ... Yang ingin saya kemukakan adalah, bahwa Alkitab dan Firman Allah adalah dua pengertian yang berbeda. Tidak identik. Saya percaya dengan segenap hati bahwa Alkitab adalah firman Allah, namun itu tidak berarti bahwa saya percaya firman Allah identik dengan Alkitab (hal 122).
Firman Allah, secara teologis, adalah Yesus Kristus, bukan Alkitab! (hal 123).
Dengan demikian, yang ingin saya katakan adalah: Alkitab tetap mempunyai otoritas tertinggi bagi orang kristen dalam pemahaman dan ajaran imannya, tanpa mengidentikkan Alkitab itu dengan firman Allah sendiri (hal 123).
Penulis-penulis Alkitab adalah manusia-manusia seperti kita, yang di samping keterbatasan-keterbatasan pribadinya, juga dibentuk oleh lingkungan sosio-kultural mereka dan oleh tingkat perkembangan peradaban serta ilmu pengetahuan di zaman mereka. Keterbatasan manusiawi ini memang dapat teratasi sekiranya Tuhan hanya memakai mereka sebagai benda-benda mati, seperti pena atau pensil yang kita pakai untuk menuliskan kehendak kita. Namun jelas sekali, Tuhan tidak memakai mereka dengan cara seperti itu. Sebab sekiranya cara itulah yang dipakai oleh Tuhan, maka pastilah seluruh Alkitab paling sedikit akan mempunyai gaya bahasa dan mempergunakan kosa kata yang sama. Ternyata tidak! Perhatikan betapa berbedanya bentuk dan gaya kitab Kejadian dengan kitab Tawarikh, antara kitab Imamat dan kitab Mazmur, antara kitab Yesaya dan kitab Kidung Agung, dan sebagainya. Perhatikan pula gaya yang amat pribadi dari surat-surat Paulus. Itu berarti Tuhan memakai para penulis itu dengan seluruh kepribadian mereka, dengan segala kelebihan dan ... keterbatasan mereka! Benar bahwa Alkitab itu diwahyukan oleh Allah. Namun wahyu itu disampaikan kepada kita melalui manusia. Manusia yang dipakai oleh Allah bukan sebagai pena atau pensil, melainkan sebagai pribadi-pribadi yang hidup. Keadaannya dapat Anda bayangkan demikian. Anda ingin menyampaikan sebuah berita dukacita kepada seseorang yang mengalami musibah ditinggalkan kekasihnya secara tiba-tiba oleh karena kecelakaan. Namun Anda tidak menyampaikan berita ini secara langsung kepada yang bersangkutan. Anda meminta pertolongan beberapa orang untuk menyampaikan berita itu. Apa yang terjadi? Orang-orang itu akan menyampaikan berita yang sama. Tetapi sekaligus, berita yang sama itu akan disampaikan dalam bentuk dan cara yang amat berbeda-beda. Saya bayangkan, pasti tidak ada seorangpun yang secara langsung akan mengatakan: Hei, Bung, kekasih Anda mati kecelakaan sore tadi!. Masing-masing akan menambahkan bumbu-bumbu dan bunga-bunga untuk berita yang satu itu, sesuai dengan gaya mereka masing-masing. ... Kalau kita membaca Alkitab, kita harus menerima kedua-duanya. Disitu kita berhadapan dengan yang sepenuhnya ilahi dan sekaligus yang sepenuhnya manusiawi, dan menghargai yang manusiawi sebagai sarana untuk berjumpa dengan yang ilahi. Di dalam dan melalui yang terbatas dan tidak sempurna, Allah mau menyatakan kehendakNya yang kudus, kekal, mutlak dan universal. Itulah sebabnya Alkitab tidak hanya dibaca, apalagi sekedar untuk dipajang! Alkitab adalah firman Allah yang harus senantiasa kita gumuli, kita pelajari, kita cermati. Supaya ketika kita membaca Alkitab, kita berjumpa dengan Firman Allah!” (hal 128-129).
Dilihat dari bagian-bagian ini terlihat bahwa orang ini sama sekali tidak mempunyai pandangan injili tentang Alkitab sebagai firman Allah.

b) Hal yang serupa juga dilakukan oleh Pdt. Yohanes Bambang Mulyono, S. Th. dari GKI yang menulis buku yang berjudul ‘Tuhan ajarlah aku’. Ada bagian-bagian dari buku itu yang seolah-olah menunjukkan bahwa ia percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah, misalnya:
kita juga tidak setuju dengan paham liberalisme yang menolak Alkitab sebagai firman Allah (hal 28).
Oleh karena itu penulisan Alkitab merupakan hasil inspirasi dan pengilhaman Roh Kudus sendiri (bdk. 2Timotius 3:16) (hal 131).
Sebagai jemaat Allah kita mengakui kewibawaan Alkitab sebagai Firman Allah yang menuntun kepada keselamatan dan menjadi dasar normatif bagi kehidupan serta tingkah laku kita (hal 211).

Tetapi dalam bagian lain dari bukunya ia menunjukkan warna aslinya, karena ia berkata:
Oleh karena itu firman Allah sejati tidak pernah hanya merupa-kan suatu kumpulan ayat-ayat dalam Kitab Suci. Pendewa-dewa-an kumpulan ayat-ayat dalam Kitab Suci sebenarnya sama saja dengan pemberhalaan. Iman kristen menyadari, bahwa firman Allah sejati menjelma menjadi Yesus Kristus yang adalah Anak Allah. Artinya firman Allah sejati tidak pernah menjelma menjadi sebuah buku yang turun dari sorga (hal 77).
Atas dasar pemikiran yang demikian, theologia Alkitab tidak pernah mendudukkan Alkitab sejajar dengan Firman Allah sen-diri. Alkitab adalah alat yang dipakai oleh Allah untuk menyam-paikan firmanNya. Sedangkan firman Allah yang sejati (realitas obyektif-ilahi) menjelma menjadi manusia yang kelihatan dan yang menyejarah. Sebab itu sikap penghargaan kita yang tinggi terhadap Alkitab sebagai alat dari firman Allah tidak boleh mele-bihi penghargaan kita kepada Yesus Kristus. Jadi Alkitab berada di bawah kuasa pribadi Yesus Kristus, tidak boleh sebaliknya! (hal 214).

Dari kedua contoh di atas ini (point a dan b di atas) bisa kita lihat dan simpulkan bahwa kalau dalam suatu khotbah / tulisan seorang pendeta terdapat suatu kalimat / kata-kata yang benar / injili, itu belum menjamin bahwa ia pasti bukan orang Liberal.

2) Prakteknya berbeda dengan slogannya.
Dengan kata lain, sekalipun slogannya benar, yaitu Alkitab adalah Firman Allah tetapi ternyata prakteknya sama sekali tidak menunjukkan kepercayaan bahwa Alkitab adalah Firman Allah.

Contoh: ada hamba Tuhan / gereja yang menyebut Punya Bukti Ilmiah Alkitab adalah Firman Allah, tetapi dalam prakteknya:
a) Mereka tidak menekankan pengajaran Alkitab.
Misalnya: dalam gerejanya tidak ada Pemahaman Alkitab, dan / atau dalam ajaran / khotbahnya Alkitab tidak digali dengan serius.
b) Mereka sering tidak menggubris Alkitab, dan mereka bahkan menginjak-injak Alkitab.
Misalnya: banyak gereja / pendeta yang mau melakukan pemberkatan nikah kristen dengan non kristen, atau bahkan secara terang-terangan mengijinkan pelaksanaan hal ini dalam tata gereja mereka, padahal hal ini jelas bertentangan dengan 2Kor 6:14 - Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?.

Karena itu, kalau saudara bertemu dengan seorang pendeta / pengkhotbah / gereja yang mempunyai slogan yang benar, jangan terlalu cepat percaya. Selidikilah lebih jauh / teliti bagaimana pendeta / pengkhotbah / gereja itu menguraikan slogannya, dan selidikilah juga apakah prakteknya sesuai dengan slogannya.

Mana yang lebih berbahaya: Liberalisme yang terang-terangan atau Liberalisme yang terselubung? Jawabannya jelas adalah Liberalisme yang terselubung. Sama seperti uang palsu yang makin mendekati aslinya tentu lebih membahayakan dari pada uang palsu yang tidak terlalu mirip dengan uang aslinya, demikian juga Liberalisme yang terselubung, yang lebih mirip dengan ajaran yang Alkitabiah / Injili, tentu lebih berbahaya dari pada Liberalisme yang terang-terangan, yang terlihat pertentangannya secara menyolok dengan ajaran yang Alkitabiah / Injili.

C) Pandangan Neo-Orthodox
Tokoh dari pandangan ini adalah Karl Barth, yang mengajar / beranggapan bahwa Kitab Suci menjadi / adalah Firman Allah, kalau Allah memakainya untuk berbicara kepada kita (atau, kalau kita merasakan Allah berbicara kepada kita melalui FirmanNya). Tetapi kalau Allah tidak memakainya untuk berbicara kepada kita (atau, kalau kita tidak merasakan bahwa Allah berbicara kepada kita melalui FirmanNya), maka Kitab Suci bukanlah Firman Allah. Jadi Kitab Suci adalah Firman Allah secara subyektif, bukan secara obyektif.

Ini jelas juga merupakan ajaran yang sesat, karena kalau demikian, Firman Allah tidak bisa menghakimi manusia pada akhir jaman (bdk. Yohanes 12:47-48 Ro 2:12), karena manusia yang tidak merasa bahwa Allah menegur dosanya, sebetulnya tidak pernah menerima teguran dari Firman Allah.

Ada ajaran populer dalam kalangan Kharismatik yang mirip dengan ajaran Neo-Orthodox ini, yaitu ajaran tentang RHEMA. Mereka membedakan kata-kata Yunani RHEMA dan LOGOS (yang sebetulnya sama-sama berarti kata / firman) dengan cara sebagai berikut:

1) John F. MacArthur, Jr., seorang anti Kharismatik, dalam bukunya yang berjudul The Charismatics, hal 69, berkata bahwa Charles Farah, seorang profesor di Oral Roberts University mengatakan sebagai berikut: LOGOS is the objective, historic word and RHEMA is the personal, subjective word (= LOGOS adalah firman yang bersifat sejarah dan obyektif dan RHEMA adalah firman yang bersifat pribadi dan subyektif).
Dan dalam buku yang sama hal 70 John F. MacArthur, Jr. berkata bahwa Charles Farah juga berkata bahwa:
The LOGOS becomes RHEMA when it speaks to you (= LOGOS menjadi RHEMA kalau itu berbicara kepadamu).
The LOGOS is legal while the RHEMA is experiential [= LOGOS itu bersifat hukum (?) sedangkan RHEMA adalah sesuatu yang dialami].
The LOGOS does not always become the RHEMA, Gods word to you(= LOGOS tidak selalu menjadi RHEMA, firman Allah bagimu).

2) Orang Kharismatik sering berkata: Kalau RHEMAnya turun ....
Ini berarti bahwa ia mendapat suatu pimpinan / perintah secara pribadi dari Tuhan, langsung kepada hati / pikirannya. Dan RHEMA yang turun itu bisa berupa ayat Kitab Suci ataupun tidak.

Dasar Kitab Suci yang dipakai oleh orang-orang Kharismatik:
Lukas 3:2 - datanglah firman (RHEMA) Allah kepada Yohanes.
Markus 14:72 dan Matius 26:75 (dua ayat ini paralel) - Petrus teringat akan kata-kata (RHEMA) Tuhan Yesus.
Juga Lukas 24:8 dan Kis 11:16 menggunakan kata RHEMA.

Kesalahan ajaran ini:

a) Markus 14:72 dan Matius 26:75 paralel dengan Lukas 22:61, tetapi, kalau Markus 14:72 dan Matius 26:75 menggunakan RHEMA, maka Lukas 22:61 ternyata menggunakan LOGOS!

Matius 26:75 - Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali. Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.
Kata apa yang saya garisbawahi seharusnya adalah firman, dan dalam bahasa Yunani digunakan kata RHEMA.
Markus 14:72 - Dan pada saat itu berkokoklah ayam untuk kedua kalinya. Maka teringatlah Petrus, bahwa Yesus telah berkata kepadanya: Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali. Lalu menangislah ia tersedu-sedu.
Kata-kata yang saya garisbawahi seharusnya berbunyi firman yang dikatakan Yesus kepadanya, dan kata firman dalam bahasa Yunaninya adalah RHEMA.
Lukas 22:61 - Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku..
Kata-kata yang saya garisbawahi itu seharusnya berbunyi teringatlah Petrus firman dari Tuhan tetapi kata firman di sini menggunakan kata Yunani LOGOS!
Kalau RHEMA memang berbeda dengan LOGOS, bagaimana mungkin dari 3 ayat paralel di atas ini, yang 2 menggunakan RHEMA dan yang 1 menggunakan LOGOS?

Demikian juga, kalau Lukas 24:8 dan Kis 11:16 menggunakan kata RHEMA, maka Kis 20:35 menggunakan LOGOS, padahal ketiga ayat ini sama-sama berbicara tentang seseorang yang teringat akan kata-kata Yesus!
Lukas 24:8 - Maka teringatlah mereka akan perkataan (Yunani: RHEMA) Yesus itu.
Kis 11:16 - Maka teringatlah aku akan perkataan (Yunani: RHEMA) Tuhan: Yohanes membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.
Kis 20:35 - Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan (Yunani: LOGOS) Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima..

Dari contoh-contoh ini terlihat bahwa LOGOS dan RHEMA digunakan secara interchangeable (= bisa dibolak-balik) dan tidak ada batasan yang terlalu jelas antara RHEMA dan LOGOS! Mungkin bisa disamakan seperti kata tembok dan dinding.
Karena itu membedakan RHEMA dan LOGOS seperti yang dilakukan oleh theologia populer jaman sekarang, adalah sesuatu yang tidak berdasar!

b) Mereka berkata bahwa kalau firman itu berbicara kepada kita, maka LOGOS itu berubah menjadi RHEMA.
Tetapi dalam Kis 2:41 4:4 8:14 11:1 13:48 sekalipun firman itu jelas berbicara kepada orang-orang itu (karena mereka bertobat), tetapi toh digunakan kata LOGOS dan bukannya RHEMA!
Demikian juga 1Petrus 1:23 menggunakan kata LOGOS, padahal firman di sini adalah firman yang melahirbarukan (ini lahir baru dalam arti luas)!
Kis 2:41 - Orang-orang yang menerima perkataannya (Yunani: LOGOS) itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
Kis 4:4 - Tetapi di antara orang yang mendengar ajaran (Yunani: LOGOS) itu banyak yang menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki.
Kis 8:14 - Ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima firman (Yunani: LOGOS) Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ.
Kis 13:48 - Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman (Yunani: LOGOS) Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya.
1Petrus 1:23 - Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman (Yunani: LOGOS) Allah, yang hidup dan yang kekal.

c) Ajaran yang berkata The LOGOS does not always become the RHEMA, Gods word to you (= LOGOS tidak selalu menjadi RHEMA, firman Allah bagimu), jelas sekali berbau ajaran sesat Neo Orthodox, karena ajaran Neo Orthodox juga berkata bahwa kata-kata dalam Kitab Suci hanya menjadi firman Allah kalau berbicara kepada kita.

d) Ajaran yang salah tentang RHEMA ini sangat berbahaya, karena ini menyebabkan banyak orang lalu mencari RHEMA tersebut dalam hati mereka, sehingga lalu mengabaikan Kitab Suci!
Memang Roh Kudus bisa mengingatkan kita akan Firman Tuhan (Yoh 14:26), tetapi kalau kita tidak pernah belajar / mengerti Kitab Suci / Firman Tuhan, maka tidak ada sesuatu yang bisa Ia ingatkan kepada kita! Karena itu, belajar Kitab Suci dengan sungguh-sungguh dan tekun haruslah menjadi prioritas dalam hidup kita!

D) Pandangan Orthodox
Kitab Suci adalah Firman Allah secara obyektif. Jadi, apakah Kitab Suci itu diberitakan atau tidak, didengar oleh manusia atau tidak (bdk. Yeh 2:4-7), dimengerti atau tidak, ditaati atau tidak, Kitab Suci tetap adalah Firman Allah.
Yeh 2:4-7 - (4) Kepada keturunan inilah, yang keras kepala dan tegar hati, Aku mengutus engkau dan harus kaukatakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH. (5) Dan baik mereka mendengarkan atau tidak - sebab mereka adalah kaum pemberontak - mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka. (6) Dan engkau, anak manusia, janganlah takut melihat mereka maupun mendengarkan kata-katanya, biarpun engkau di tengah-tengah onak dan duri dan engkau tinggal dekat kalajengking. Janganlah takut mendengarkan kata-kata mereka dan janganlah gentar melihat mukanya, sebab mereka adalah kaum pemberontak. (7) Sampaikanlah perkataan-perkataanKu kepada mereka, baik mereka mau mendengarkan atau tidak, sebab mereka adalah pemberontak.

Dan pada waktu manusia mendengar pemberitaan Kitab Suci, apakah ia merasakan Allah menggunakannya untuk berbicara kepadanya atau tidak, Kitab Suci itu tetap adalah Firman Allah. Inilah pandangan yang benar yang harus kita terima.

BUKTI ALKITAB ADALAH FIRMAN ALLAH (2)

II) Bukti Alkitab adalah Firman Allah.

A) Pengakuan dari dalam Alkitab sendiri.

1) Dalam Alkitab berulang-ulang dikatakan Allah / Tuhan berfirman.
Contoh:
Yeremia 1:2,4,7 - (2) Dalam zaman Yosia bin Amon, raja Yehuda, dalam tahun yang ketiga belas dari pemerintahannya datanglah firman TUHAN kepada Yeremia. ... (4) Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: ... (7) Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan.

2) Dalam Alkitab berulangkali dikatakan bahwa Allah menyuruh orang menuliskan FirmanNya.
Contoh:
Keluaran 34:27 - Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Tuliskanlah segala firman ini, sebab berdasarkan firman ini telah Kuadakan perjanjian dengan engkau dan dengan Israel..
Yer 30:1-2 - (1) Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya: (2) Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tuliskanlah segala perkataan yang telah Kufirmankan kepadamu itu dalam suatu kitab”.
Yer 36:2-4,28,32 - (2) Ambillah kitab gulungan dan tulislah di dalamnya segala perkataan yang telah Kufirmankan kepadamu mengenai Israel, Yehuda dan segala bangsa, dari sejak Aku berbicara kepadamu, yakni dari sejak zaman Yosia, sampai waktu ini. (3) Mungkin apabila kaum Yehuda mendengar tentang segala malapetaka yang Aku rancangkan hendak mendatangkannya kepada mereka, maka mereka masing-masing akan bertobat dari tingkah langkahnya yang jahat itu, sehingga Aku mengampuni kesalahan dan dosa mereka. (4) Jadi Yeremia memanggil Barukh bin Neria, lalu Barukh menuliskan dalam kitab gulungan itu langsung dari mulut Yeremia segala perkataan yang telah difirmankan TUHAN kepadanya. ... (28) Ambil pulalah gulungan lain, tuliskanlah di dalamnya segala perkataan yang semula ada di dalam gulungan yang pertama yang dibakar oleh Yoyakim, raja Yehuda. ... (32) Maka Yeremia mengambil gulungan lain dan memberikannya kepada juru tulis Barukh bin Neria yang menuliskan di dalamnya langsung dari mulut Yeremia segala perkataan yang ada di dalam kitab yang telah dibakar Yoyakim, raja Yehuda dalam api itu. Lagipula masih ditambahi dengan banyak perkataan seperti itu.
Wah 1:11,19 - (11) katanya: Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia. ... (19) Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini.

3) Roma 3:1-2 secara jelas menyebutkan bahwa Alkitab (Perjanjian Lama) adalah Firman Allah (yang dipercayakan kepada orang Israel / Yahudi).
Roma 3:1-2 - (1) Jika demikian, apakah kelebihan orang Yahudi dan apakah gunanya sunat? (2) Banyak sekali, dan di dalam segala hal. Pertama-tama: sebab kepada merekalah dipercayakan firman Allah”.
Text ini menunjukkan bahwa Perjanjian Baru mengakui Perjanjian Lama sebagai Firman Allah.

4) Kata-kata nabi / penulis Perjanjian Lama dianggap sebagai kata-kata Tuhan / Roh Kudus.
Contoh:
a) Bandingkan Yesaya 7:13-14 dengan Matius 1:22-23.
Yesaya 7:13-14 - (13) Lalu berkatalah nabi Yesaya: Baiklah dengarkan, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga? (14) Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.
Matius 1:22-23 - (22) Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: (23) Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel - yang berarti: Allah menyertai kita.
Mat 1:23 jelas merupakan kutipan dari Yes 7:14, tetapi kalau dalam Yes 7:13 dikatakan bahwa itu merupakan kata-kata nabi Yesaya, maka dalam Mat 1:22 dikatakan bahwa itu difirmankan Tuhan oleh / melalui nabi (Yesaya).
b) Bandingkan Mazmur 95:7b-9 dengan Ibrani 3:7-9.
Mazmur 95:7b-9 - (7b) Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suaraNya! (8) Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, (9) pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatanKu.
Ibrani 3:7-9 - (7) Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: Pada hari ini, jika kamu mendengar suaraNya, (8) janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, (9) di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatanKu, empat puluh tahun lamanya.
Ibr 3:7 ini jelas mengutip kata-kata dalam Maz 95:7b. Tetapi kata-kata pemazmur itu dikatakan oleh Ibr 3:7 sebagai dikatakan Roh Kudus.

B) Bukti-bukti lain Alkitab adalah Firman Allah.

1) Alkitab bisa bersatu dan harmonis, padahal Alkitab ditulis dalam jangka waktu 1500-1600 tahun, oleh kurang lebih 40 orang, yang:

a) Hidup pada jaman yang berbeda.
Memang ada yang hidup sejaman, seperti Matius dengan Yohanes. Tetapi banyak juga yang hidup pada jaman yang berbeda seperti Musa, Daud, Yohanes, dan sebagainya.

b) Mempunyai latar belakang yang berbeda (ada yang petani, gembala, nabi, nelayan, raja, dsb).

c) Banyak yang tidak kenal satu sama lain.

Sekarang pikirkan: bagaimana mungkin 40 penulis ini, yang hidup pada jaman berbeda, dengan latar belakang yang berbeda dan banyak yang tidak saling mengenal, bisa menuliskan kitab-kitab, yang lalu bisa bersatu dan harmonis seperti Kitab Suci kita?

Illustrasi: Kalau saya memberikan 40 buku kepada 40 orang dan menyuruh mereka menuliskan suatu karangan sesuka hati mereka, maka hasilnya pasti tidak akan bisa dikumpulkan menjadi satu buku. Mengapa? Karena isinya pasti akan bertentangan satu sama lain, atau sama sekali tidak berhubungan satu sama lain.
Tetapi akan lain ceritanya kalau saya mengontrol / mengarahkan 40 orang itu, misalnya dengan menyuruh si A mengarang tentang mata manusia, si B tentang telinga manusia, si C tentang jantung manusia, si D tentang paru-paru manusia dst, maka besar kemungkinan hasilnya bisa dibukukan menjadi satu, menjadi buku biologi.

Jadi, kalau hasil dari 40 penulis Alkitab itu bisa dibukukan menjadi suatu buku yang bersatu dan harmonis, maka pastilah ada Satu Orang yang menguasai / mengontrol dan mengarahkan ke 40 penulis tersebut. Dan siapakah yang bisa menguasai / mengontrol dan mengarahkan 40 orang yang hidup dalam jangka waktu 1500-1600 tahun? Hanya ada Satu Orang yang bisa melakukan hal itu, dan itu adalah Allah sendiri.

2) Alkitab tidak bisa habis dipelajari.
Kalau saudara mempelajari buku lain, bagaimanapun tebalnya buku itu, maka pada suatu saat buku itu akan habis dipelajari dan saudara tidak akan bisa menambah pengetahuan apa-apa lagi dari buku itu. Tetapi Alkitab sudah dipelajari oleh jutaan manusia selama ribuan tahun, dan tidak ada seorangpun yang bisa tamat belajar Alkitab!
Ada yang mengatakan bahwa kalau buku lain itu seperti bak, yang sekalipun besar, tetapi kalau terus diambili airnya, maka airnya akan habis. Tetapi Alkitab seperti sebuah sumber, yang sekalipun terus diambili airnya, tidak akan pernah habis.
Kalau saudara belajar Alkitab, sekalipun makin lama saudara akan makin banyak mengerti tentang Alkitab, tetapi anehnya saudara akan melihat bahwa makin banyak juga hal-hal yang belum saudara mengerti tentang Alkitab.
Ini menunjukkan:
a) Alkitab merupakan buku yang aneh sendirian, karena Alkitab adalah Firman Allah.
b) Manusia tidak bisa mempelajari Alkitab secara tuntas, apalagi mengarangnya!

3) Semua nubuat / ramalan dalam Alkitab terjadi dengan tepat.

Manusia bisa meramal dengan:
a) Ilmu pengetahuan.
Misalnya: ramalan cuaca, ramalan akan terjadinya gerhana, ramalan dari dokter tentang umur seseorang (yang sudah sakit berat).
b) Kuasa gelap.
Ini macamnya banyak sekali, seperti penggunaan jailangkung, cucing, ramalan dengan melihat garis tangan (guamia), dsb.
Tetapi ramalan-ramalan itu pasti kadang-kadang meleset. Ramalan dengan menggunakan ilmu pengetahuan sering meleset, baik sedikit atau banyak. Yang paling banyak meleset mungkin adalah ramalan cuaca! Saya sering mendengar ramalan yang diberikan melalui kuasa gelap, seperti jailangkung, dan saya tahu sendiri ada ramalan-ramalan yang tepat, tetapi saya juga tahu sendiri ada yang meleset!

Tetapi semua nubuat / ramalan dalam Kitab Suci terjadi dengan tepat.
Contoh:
1. Yesaya 7:14 - Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.
Ada banyak ramalan murahan, yang memang kemungkinan untuk terjadi cukup besar. Misalnya kalau sekarang sedang musim hujan dan seseorang meramal nanti malam akan hujan. Atau seseorang yang meramal bahwa saudara akan mendapat problem dalam bulan ini. Ini banyak cocoknya, karena siapa yang bisa tidak mengalami problem dalam 1 bulan penuh?
Tetapi nubuat dalam Yesaya 7:14 ini sama sekali bukan ramalan murahan. Yesaya menubuatkan bahwa seorang perempuan muda (seharusnya perawan) akan mengandung dan sebagainya. Ini nubuat yang betul-betul tidak masuk akal, tetapi toh terjadi dengan tepat! Bdk. Mat 1:20-23 - (20) Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. (21) Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka. (22) Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: (23) Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel - yang berarti: Allah menyertai kita. Dan hebatnya nubuat ini diberikan sekitar 700 tahun sebelum kelahiran Kristus!
2. Mikha 5:1 - Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.
Nabi Mikha menubuatkan tempat / kota kelahiran dari Kristus, juga pada sekitar 700 tahun sebelum kelahiran Kristus!
3. Yesaya 53:3-7,9 - (3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. (4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. (7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. ... (9) Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya.
Bdk. Maz 22:2,8,9,16,17,19 - (2) Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. ... (8) Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya: (9) Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadanya? ... (16) kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku. (17) Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. ... (19) Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku.
Dalam text dari Yes 53 dan Maz 22, penderitaan dan kematian Kristus dinubuatkan secara cukup terperinci, dan semua terjadi dengan tepat!
4. Matius 24:2 - Ia berkata kepada mereka: Kamu melihat semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satu batupun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan..
Nubuat dari Yesus ini juga tidak masuk akal. Kalaupun ada gempa bumi dengan kekuatan 10 pada skala Richter, mungkinkah Bait Allah itu akan hancur sedemikian rupa sehingga tidak ada satu batu yang melekat pada batu yang lain? Rasanya tidak mungkin bukan? Tetapi ada orang yang mengatakan bahwa nubuat ini terjadi dengan tepat pada saat orang-orang Romawi menyerbu Yerusalem dan membakar Bait Allah. Lapisan emasnya meleleh dan masuk ke celah-celah batu, dan untuk mendapatkannya orang-orang lalu membelah batu-batu itu sehingga betul-betul tidak ada satu batu melekat pada batu yang lain!

BACA JUGA: BAHASA ANTHROPOMORPHISME

Memang dalam Kitab Suci ada nubuat / ramalan yang belum terjadi, seperti nubuat tentang kedatangan Kristus untuk keduakalinya. Tetapi tidak ada satupun nubuat yang meleset.

Bandingkan 2 kelompok ayat di bawah ini:

1. Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa hanya Allah yang bisa menubuatkan / meramalkan apa yang akan terjadi:
a. Yesaya 41:26-27 - (26) Siapakah yang memberitahukannya dari mulanya, sehingga kami mengetahuinya, dan dari dahulu, sehingga kami mengatakan: Benarlah dia? Sungguh, tidak ada orang yang memberitahukannya, tidak ada orang yang mengabarkannya, tidak ada orang yang mendengar sepatah katapun dari padamu. (27) Sebagai yang pertama Aku memberitahukannya kepada Sion, dan Aku memberikan orang yang membawa kabar baik kepada Yerusalem.
b. Yesaya 42:9 - Nubuat-nubuat yang dahulu sekarang sudah menjadi kenyataan, hal-hal yang baru hendak Kuberitahukan. Sebelum hal-hal itu muncul, Aku mengabarkannya kepadamu..
c. Yesaya 43:12 - Akulah yang memberitahukan, menyelamatkan dan mengabarkan, dan bukannya allah asing yang ada di antaramu. Kamulah saksi-saksiKu, demikianlah firman TUHAN, dan Akulah Allah.
d. Yesaya 45:21 - Beritahukanlah dan kemukakanlah alasanmu, ya, biarlah mereka berunding bersama-sama: Siapakah yang mengabarkan hal ini dari zaman purbakala, dan memberitahukannya dari sejak dahulu? Bukankah Aku, TUHAN? Tidak ada yang lain, tidak ada Allah selain dari padaKu! Allah yang adil dan Juruselamat, tidak ada yang lain kecuali Aku!.
e. Yesaya 46:9-10 - (9) Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, (10) yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan.
f. Yesaya 48:5 - maka Aku memberitahukannya kepadamu dari sejak dahulu; sebelum hal itu menjadi kenyataan, Aku mengabarkannya kepadamu, supaya jangan engkau berkata: Berhalaku yang melakukannya, patung pahatanku dan patung tuanganku yang memerintahkannya.

2. Ayat-ayat dimana Allah menantang dewa-dewa / allah-allah lain / berhala-berhala dan nabi-nabi palsu mereka untuk menubuatkan / meramalkan apa yang akan terjadi:
a. Yesaya 41:22-23 - (22) Biarlah mereka maju dan memberitahukan kepada kami apa yang akan terjadi! Nubuat yang dahulu, beritahukanlah apa artinya, supaya kami memperhatikannya, atau hal-hal yang akan datang, kabarkanlah kepada kami, supaya kami mengetahui kesudahannya! (23) Beritahukanlah hal-hal yang akan datang kemudian, supaya kami mengetahui, bahwa kamu ini sungguh allah; bertindak sajalah, biar secara baik ataupun secara buruk, supaya kami bersama-sama tercengang melihatnya!.
b. Yesaya 43:9 - Biarlah berhimpun bersama-sama segala bangsa-bangsa, dan biarlah berkumpul suku-suku bangsa! Siapakah di antara mereka yang dapat memberitahukan hal-hal ini, yang dapat mengabarkan kepada kita hal-hal yang dahulu? Biarlah mereka membawa saksi-saksinya, supaya mereka nyata benar; biarlah orang mendengarnya dan berkata: Benar demikian!.
c. Yesaya 44:7 - Siapakah seperti Aku? Biarlah ia menyerukannya, biarlah ia memberitahukannya dan membentangkannya kepadaKu! Siapakah yang mengabarkan dari dahulu kala hal-hal yang akan datang? Apa yang akan tiba, biarlah mereka memberitahukannya kepada kami!.
d. Yesaya 45:21 - Beritahukanlah dan kemukakanlah alasanmu, ya, biarlah mereka berunding bersama-sama: Siapakah yang mengabarkan hal ini dari zaman purbakala, dan memberitahukannya dari sejak dahulu? Bukankah Aku, TUHAN? Tidak ada yang lain, tidak ada Allah selain dari padaKu! Allah yang adil dan Juruselamat, tidak ada yang lain kecuali Aku!.
e. Yesaya 47:13-15 - (13) Engkau telah payah karena banyaknya nasihat! Biarlah tampil dan menyelamatkan engkau orang-orang yang meneliti segala penjuru langit, yang menilik bintang-bintang dan yang pada setiap bulan baru memberitahukan apa yang akan terjadi atasmu! (14) Sesungguhnya, mereka sebagai jerami yang dibakar api; mereka tidak dapat melepaskan nyawanya dari kuasa nyala api; api itu bukan bara api untuk memanaskan diri, bukan api untuk berdiang! (15) Demikianlah faedahnya bagimu dari tukang-tukang jampi itu, yang telah kaurepotkan dari sejak kecilmu; masing-masing mereka terhuyung-huyung ke segala jurusan, tidak ada yang dapat menyelamatkan engkau.
f. Yesaya 48:14 - Berhimpunlah kamu sekalian dan dengarlah! Siapakah di antara mereka memberitahukan semuanya ini? Dia yang dikasihi TUHAN akan melaksanakan kehendak TUHAN terhadap Babel dan menunjukkan kekuatan tangan TUHAN kepada orang Kasdim.

Jelas bahwa hanya Tuhan yang bisa menubuatkan masa depan, berhala tidak bisa. Dan memang, Kitab Suci agama lain mana yang mempunyai nubuat-nubuat seperti dalam Kitab Suci kita? Kitab Suci agama lain dipenuhi dengan ajaran, tetapi tidak ada nubuat! Nubuat-nubuat yang digenapi secara sempurna dalam Kitab Suci kita ini, merupakan keunggulan Kitab Suci kita, dan membuktikan bahwa Kitab Suci kita memang adalah Firman Allah.

4) Alkitab tahu bahwa bumi ini bulat, dan tidak disangga oleh tiang-tiang, jauh sebelum manusia mengetahuinya (Yesaya 40:22 Ayub 26:7).
Yesaya 40:22a berbunyi: Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi.
Ayub 26:7 berbunyi: Allah membentangkan utara di atas kekosongan, dan menggantungkan bumi pada kehampaan.
Dulu manusia beranggapan bahwa bumi ini datar seperti meja. Manusia baru mengetahui bahwa bumi ini bulat pada abad 15, tepatnya pada tahun 1492 (Columbus). Tetapi hal itu ternyata sudah tertulis dalam Kitab Yesaya (abad 7 S.M., atau lebih dari 2000 tahun sebelum Columbus!), dan bahkan dalam kitab Ayub yang lebih kuno lagi sudah dikatakan bahwa bumi tidak digantung atau disangga tiang-tiang (sekelilingnya kosong)! Dari mana penulis-penulis Alkitab itu mengetahui hal itu? Pada saat itu tidak ada seorang manusiapun yang tahu tentang hal itu. Jelas bahwa mereka mengetahui hal itu dari Allah!

5) Musa tidak mungkin bisa mendapatkan 10 hukum Tuhan, khususnya hukum 1 dan hukum 2, dari siapapun kecuali dari Allah.

The Biblical Illustrator (tentang Keluaran 20:1-dst): Said a lawyer of eminence, who was led to renounce his infidelity by the study of the Decalogue: I have been looking into the nature of that law: I have been trying to see whether I can add anything to it, or take anything from it, so as to make it better. Sir, I cannot; it is perfect. And then, having shown this to be so, he concluded: I have been thinking where did Moses get that law? I have read history. The Egyptians and the adjacent nations were idolaters: so were the Greeks and Romans: and the wisest and best Greeks and Romans never gave a code of morals like this. Where did he get it? He could not have soared so far above his age as to have devised it himself. It came down from heaven. I am convinced of the truth of the religion of the Bible. (= ).

6) Alkitab tetap terpelihara sampai sekarang padahal:

a) Alkitab adalah buku yang paling kuno. Tidak ada buku yang setua Alkitab. Kitab Kejadian sudah berusia 3500 tahun!

b) Banyak orang menyerang Alkitab untuk menghancurkannya.
Ada serangan yang bersifat fisik, yang menghancurkan manuscript-manuscript / naskah-naskah Alkitab, dan ada serangan yang berupa ajaran-ajaran sesat, yang menyerang ajaran-ajaran Alkitab, supaya manusia tidak mempercayainya. Tetapi ternyata, Alkitab tidak bisa musnah, sebaliknya makin populer!
Misalnya:
Seorang bernama Tom Paine menulis buku yang berjudul The Age of Reason yang menyerang Alkitab, dan ia meramalkan bahwa bukunya akan laris di seluruh dunia sedangkan Alkitab hanya akan dijumpai di museum. Tetapi kenyataannya, sekarang Alkitab bisa dijumpai dimana-mana dan buku The Age of Reason itu yang hanya bisa dijumpai di museum.
Mirip dengan itu, seorang yang bernama Voltaire mengatakan: 100 tahun setelah kematianku, Alkitab hanya akan ada di museum. Tetapi ternyata 100 tahun setelah kematiannya, tempat dimana ia mengucapkan kata-kata itu jatuh ke tangan Geneva Bible Society, dan ruangan itu diisi penuh dengan Alkitab dari lantai sampai langit-langitnya.

Tetap terpeliharanya dan makin tersebarnya Alkitab, sekalipun diserang selama ribuan tahun, menunjukkan secara jelas bahwa Allah melindungi buku karanganNya itu!

7) Alkitab bisa berbicara kepada kita!
Kesaksian:
a) Pada waktu saya dipanggil Tuhan, keluarga saya mengatai saya sebagai gila, karena meninggalkan I.T.S. tingkat V untuk menjadi hamba Tuhan. Ternyata pada saat teduh bersama dengan keluarga, ayat yang diambil oleh buku saat teduhnya adalah dari Kis 26:24 - Sementara Paulus mengemukakan semuanya itu untuk mempertanggung-jawabkan pekerjaannya, berkatalah Festus dengan suara keras: Engkau gila, Paulus! Ilmumu yang banyak itu membuat engkau gila., dan lalu renungannya berkata: Orang kristen sering dianggap gila oleh dunia, tetapi sebetulnya bukan orang kristen yang gila, tetapi dunialah yang gila. Saya betul-betul terharu melihat bagaimana Tuhan berbicara membela saya melalui Alkitab / firmanNya!
b) Yesaya 40:27-31 Yesaya 41:8-10 berbicara kepada saya pada waktu Sekolah Theologia di Amerika.
Pada saat itu saya baru di Amerika belum sampai 1 bulan, dan problem saya bukan main banyaknya. Satu teman saya menghibur saya dengan membacakan kedua text ini.
Yesaya 40:27-31 - (27) Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku? (28) Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertianNya. (29) Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. (30) Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, (31) tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.
Yesaya 41:8-10 - (8) Tetapi engkau, hai Israel, hambaKu, hai Yakub, yang telah Kupilih, keturunan Abraham, yang Kukasihi; (9) engkau yang telah Kuambil dari ujung-ujung bumi dan yang telah Kupanggil dari penjuru-penjurunya, Aku berkata kepadamu: Engkau hambaKu, Aku telah memilih engkau dan tidak menolak engkau; (10) janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kananKu yang membawa kemenangan.
Pada waktu teman saya itu membacakan ayat-ayat Kitab Suci ini, saya betul-betul merasa seolah-olah Tuhan ada di depan saya dan berbicara kepada saya. Kata-kata dari Alkitab itu sangat mengena, dan khususnya Yes 41:9a itu sangat cocok karena saya adalah orang Indonesia yang saat itu berada di Amerika. Dan selama 3 tahun saya sekolah di Amerika, berulang kali pada saat dalam penderitaan, saya membaca ulang text ini dan berulang kali juga Tuhan menghibur dan menguatkan saya. Ia memang berbicara menggunakan Alkitab yang adalah FirmanNya!

BUKTI ALKITAB ADALAH FIRMAN ALLAH (3)

III) Konsekwensi dari Alkitab sebagai Firman Allah.

A) Alkitab adalah satu-satunya Firman Allah yang sejati

Satu hal yang perlu ditekankan adalah: kalau kita memang percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah, kita juga harus percaya bahwa Alkitab adalah satu-satunya Firman Allah. Memang semua agama mempunyai Kitab Sucinya sendiri-sendiri, dan setiap agama mengakui Kitab Sucinya sebagai Firman Allah. Tetapi, karena Kitab Suci dari agama yang satu bukan hanya berbeda tetapi bahkan bertentangan dengan Kitab Suci dari agama yang lain, maka tidak mungkin semua Kitab Suci - Kitab Suci itu adalah Firman Allah. Allah itu esa, dan Ia tidak berbicara dengan lidah yang bercabang. Karena itu, hanya ada satu Kitab Suci saja yang betul-betul adalah Firman Allah. Kalau kita mengakui Alkitab kita sebagai Firman Allah, maka kita tidak boleh mengakui Kitab Suci agama lain juga sebagai Firman Allah. Ini adalah sesuatu yang logis, bukan sikap fanatik yang picik / extrim!

B) Alkitab tidak ada salahnya (infallible & inerrant).

1) Yang inerrant (= tidak ada salahnya), adalah Kitab Suci asli (autograph), yang sudah tidak ada lagi.

a) Manuscript-manuscript / naskah-naskah hasil salinan sudah tidak lagi inerrant, apalagi Kitab Suci yang sudah diterjemahan dari bahasa asli ke bahasa lain.
Karena itu kita tidak perlu bingung pada waktu ada orang yang membuktikan bahwa ada kontradiksi / kesalahan dalam Alkitab. Mengapa? Karena autograph sudah tidak ada lagi, sehingga tidak ada orang yang bisa membuktikan bahwa autographnya yang salah atau mengandung kontradiksi. Kalau salinan / copy mengandung kontradiksi / kesalahan, kita dengan mudah bisa berkata bahwa dalam hal itu telah terjadi kesalahan penyalinan.

b) Ada orang kristen / hamba Tuhan yang mempercayai bahwa Alkitab kita yang sekarang inipun tidak ada salahnya. Ini adalah pandangan yang mungkin sekali tulus dan bermotivasi benar (untuk membela Tuhan / Firman Tuhan / kekristenan), tetapi bagaimanapun juga ini jelas merupakan pandangan yang salah dan bodoh! Hal ini bisa dibuktikan dari adanya:
1. Perbedaan-perbedaan antara manuscript yang satu dan manuscript yang lain.
2. Kontradiksi yang tidak mungkin bisa diharmoniskan dalam Kitab Suci.
Misalnya: 2Taw 22:2 dan 2Raja 8:26 adalah ayat-ayat yang paralel, yang sama-sama menceritakan naiknya Ahazia ke takhta kerajaan. Tetapi kalau 2Taw 22:2 mengatakan bahwa Ahazia berusia 42 tahun pada waktu ia menjadi raja, maka bagian paralelnya, yaitu 2Raja 8:26, mengatakan bahwa Ahazia berusia 22 tahun pada waktu ia menjadi raja. Ini betul-betul kontradiksi yang tidak bisa diharmoniskan, dan semua orang yang bisa menggunakan logika / akal sehatnya pasti setuju bahwa 2 kebenaran tidak mungkin bisa bertentangan. Pada saat terjadi pertentangan antara 2 hal, maka pasti salah satu salah atau bahkan kedua-duanya salah.
2Taw 22:2 - Ahazia berumur empat puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan setahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Atalya, cucu Omri.
2Raja 8:26 - Ia berumur dua puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan setahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Atalya, cucu Omri raja Israel.
Catatan: dalam NIV, untuk 2Taw 22:2 dituliskan twenty two (= dua puluh dua), sehingga menjadi sama dengan dalam 2Raja 8:26. Tetapi pada catatan kakinya dituliskan bahwa itu didapatkan dari beberapa naskah LXX / Septuaginta (Perjanjian Lama yang diterjemahkan ke bahasa Yunani) dan Alkitab bahasa Syria / Aram, sedangkan dalam bahasa Ibrani forty two (= empat puluh dua).
Jadi, kalau kita melihat naskah dalam bahasa asli, yaitu Ibrani, maka kedua ayat di atas bertentangan! Ini menunjukkan bahwa salah satu pasti salah, dan dengan demikian, naskah-naskah itu sudah tidak lagi inerrant!

c) Mengapa Allah tidak menjaga supaya copy-copy / manuscript-manuscript itu juga inerrant? Mungkin tidak ada jawaban yang pasti tentang hal ini, tetapi seorang penafsir dan ahli theologia Reformed yang bernama William G. T. Shedd menjawab pertanyaan ini dengan kata-kata sebagai berikut:
Why did not God inspire the copyists as well as the original authors? Why did he begin with absolute inerrancy, and end with relative inerrancy? For the same reason that, generally, he begins with the supernatural and end with the natural. For illustration, the first founding of his church, in both the Old and New dispensations, was marked by miracles; but the development of it is marked only by his operations in nature, providence and grace. The miracle was needed in order to begin the kingdom of God in this sinful world, but is not needed in order to its continuance and progress. And the same is true of the revelation of God in his written Word. This must begin in a miracle. The truths and facts of revealed religion, as distinguished from natural, must be supernaturally communicated to a few particular persons especially chosen for this purpose. Inspiration comes under the category of the miracle. It is as miraculous as raising the dead. To expect, therefore, that God would continue inspiration to copyists after having given it to prophets and apostles, would be like expecting that because in the first century he empowered men to raise the dead, he would continue to do so in all centuries (= Mengapa Allah tidak mengilhami para penyalin sama seperti para pengarang orisinil? Mengapa Ia mulai dengan ketidakbersalahan yang mutlak dan mengakhiri dengan ketidak-bersalahan yang relatif? Karena alasan yang sama dimana Ia bia-sanya mulai dengan hal-hal supranatural dan mengakhiri dengan hal-hal yang natural / alamiah. Sebagai ilustrasi: pendirian pertama dari gereja, baik dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, ditandai oleh mujijat-mujijat; tetapi perkembangan gereja hanya ditandai oleh pekerjaanNya dalam alam, providensia dan kasih karunia. Mujijat itu dibutuhkan untuk memulai Kerajaan Allah dalam dunia yang berdosa ini, tetapi itu tidak dibutuhkan untuk kelanjutan dan kemajuannya. Dan hal yang sama juga benar untuk wahyu Allah dalam Firman tertulisNya. Ini harus dimulai dengan mujijat. Kebenaran dan fakta dari agama yang diwahyukan, berbeda dengan yang alamiah, harus diberikan secara supranatural kepada beberapa orang tertentu yang dipilih secara khusus untuk tujuan ini. Pengilhaman termasuk kategori mujijat. Itu sama mujijatnya dengan pembangkitan orang mati. Karena itu, mengharapkan bahwa Allah terus mengilhami para penyalin setelah memberikannya kepada nabi-nabi dan rasul-rasul, sama seperti mengharapkan bahwa karena pada abad pertama Ia memberikan kuasa kepada manusia untuk membangkitkan orang mati, Ia akan terus melakukan hal itu dalam semua abad) - Calvinism: Pure and Mixed, hal 135-136.

d) Satu hal lagi yang ingin saya persoalkan adalah suatu pertanyaan yang mungkin sekali akan muncul dalam persoalan ini, yaitu: apa gunanya kita mempercayai bahwa Alkitab asli (autograph) itu inerrant / tidak ada salahnya, padahal autograph / Alkitab asli itu sudah tidak ada lagi, dan manuscript-manuscript / naskah-naskah yang ada sudah tidak lagi inerrant? Bukankah itu menjadi sama saja dengan kepercayaan bahwa autographnyapun ada salahnya? Saya menjawab: tidak sama. Mengapa? Karena jika autographnya ada salahnya, maka kita tidak mempunyai cara / jalan untuk mengetahui bagian mana yang salah dan bagian mana yang benar. Tetapi jika manuscript yang salah, kita bisa mengetahui hal itu, karena biasanya akan terjadi perbedaan manuscript yang satu dengan manuscript yang lain.

e) Sekalipun Kitab Suci kita yang sekarang ini ada salahnya, tetapi hal ini tidak perlu menggoncangkan iman kita terhadap Kitab Suci, karena:

1. Persentase kesalahan itu sangat kecil, mungkin di bawah 1 %, dan dengan membanding-bandingkan manuscript-manuscript yang ada, seringkali kita bisa mendeteksi adanya kesalahan, dan bahkan mengetahui yang mana yang salah dan yang mana yang benar.

2. Kita boleh percaya bahwa Allah pasti melindungi FirmanNya dari kesalahan-kesalahan yang fatal. Apa dasar dari kepercayaan ini? Dasarnya adalah kebijaksanaan Tuhan. Tidak mungkin Tuhan membiarkan kesalahan besar / fatal masuk ke dalam FirmanNya!

Tentang ketelitian para penyalin dalam menyalin manuscript-manuscript, perhatikan 2 kutipan di bawah ini.

Eerdmans Family Encyclopedia of the Bible: Until 1947 the oldest known Hebrew manuscripts of the Old Testament dated from the ninth and tenth centuries AD. They were copies of the first five books of the Bible - the Pentateuch. Then in 1947 came the remarkable discovery of the Dead Sea Scrolls. ... These manuscripts are about a thousand years earlier than the ninth century AD documents. Amongst the Dead Sea Scrolls are copies of all the Old Testament books except Esther. These early manuscripts from Qumran are very important because they have essentially the same text as the ninth-century manuscripts. The text of the Old Testament had changed very little for a thousand years. The careful copyists had made few errors or alteration. ... we can be confident that the Old Testament as we now have it is substantially the same as its authors wrote many centuries ago [= Sampai tahun 1947 manuscripts Ibrani dari Perjanjian Lama tertua yang dikenal, berasal dari abad ke 9 dan ke 10 Masehi. Lalu pada tahun 1947 terjadilah penemuan yang luar biasa tentang Dead Sea Scrolls (gulungan-gulungan manuscript dari Laut Mati). ... Manuscript-manuscript ini berumur sekitar 1000 tahun lebih kuno dari pada dokumen-dokumen pada abad ke 9 Masehi. Di antara gulungan-gulungan dari Laut Mati itu ada naskah-naskah dari kitab-kitab Perjanjian Lama kecuali Ester. Manuscript-manuscript dari Qumran ini sangat penting karena mereka pada dasarnya memiliki text yang sama dengan manuscript dari abad ke 9 itu. Text dari Perjanjian Lama telah berubah sangat sedikit untuk waktu 1000 tahun. Penyalin-penyalin yang teliti telah membuat sedikit kesalahan atau perubahan. ... kita bisa yakin bahwa Perjanjian Lama seperti yang kita miliki sekarang pada pokoknya adalah sama seperti yang ditulis oleh para pengarangnya berabad-abad yang lalu] - hal 65-66.

Eerdmans Family Encyclopedia of the Bible: Over the last 250 years many careful scholars have worked hard to make sure that we have a New Testament which is as close as possible to what its authors originally wrote. The few small areas of doubt which remain are over minor matters of wording. But none of these questions raises any doubt whatever about the basic meaning of the New Testament (= Selama 250 tahun terakhir ini banyak ahli-ahli yang teliti yang telah bekerja keras untuk memastikan bahwa kita memiliki Perjanjian Baru yang sedekat mungkin dengan apa yang ditulis secara orisinil oleh para pengarangnya. Sedikit daerah-daerah keragu-raguan yang tertinggal hanyalah tentang persoalan kecil tentang penyusunan kata. Tetapi tidak ada dari pertanyaan-pertanyaan ini yang menimbulkan keraguan apapun tentang arti dasar dari Perjanjian Baru) - hal 68.

f) Untuk mengatasi kesalahan-kesalahan yang ada dalam Kitab Suci, penting sekali untuk membanding-bandingkan beberapa terjemahan Kitab Suci, misalnya Alkitab terjemahan baru, Alkitab terjemahan lama, TB2-LAI, Alkitab bahasa Inggris (NASB, NIV, KJV, RSV, ASV, dll), Alkitab bahasa Jawa, Alkitab bahasa Belanda, Alkitab bahasa Tionghoa, dsb. Dengan membandingkan terjemahan-terjemahan Kitab Suci tersebut, kita dapat mendeteksi kesalahan-kesalahan itu dan mungkin mengoreksinya.
Cara-cara lain yang bisa digunakan adalah dengan mengikuti Pemahaman Alkitab yang baik, atau dengan menggunakan buku-buku tafsiran. Jaman sekarang ini bisa didapatkan oleh orang awam dari internet.

Perlu diingat bahwa kita tidak selalu bisa tahu penjelasan yang pasti dari hal-hal yang kelihatannya bertentangan dalam Alkitab. Dalam hal ini perhatikan 2 kutipan di bawah ini.

John Murray:
Oftentimes, though we may not be able to demonstrate the harmony of Scripture, we are able to show that there is no necessary contradiction (= Seringkali, sekalipun kita tidak bisa menunjukkan keharmonisan Kitab Suci, kita bisa menunjukkan bahwa di sana tidak harus terjadi kontradiksi) - Collected Writings of John Murray, vol I, hal 10.

Sebagai contoh, kalau kita membandingkan Mat 5:1 dengan Luk 6:17, maka kita akan bingung dimana khotbah di bukit diberikan oleh Yesus.
Matius 5:1 - Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-muridNya kepadaNya.
Lukas 6:17 - Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-muridNya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon.

Kata-kata ‘naiklah Ia ke atas bukit’ dalam Matius 5:1 kelihatannya bertentangan dengan bagian paralelnya, yaitu Lukas 6:17 yang mengatakan: Lalu Ia turun ... pada suatu tempat yang datar’. Bukankah naik bertentangan dengan turun, dan bukit bertentangan dengan suatu tempat yang datar?
Bagaimana mengharmoniskan 2 bagian yang kelihatannya bertentangan / kontradiksi ini?
John Stott mengatakan bahwa mungkin tempat datar itu terletak di bukit. Matius menyoroti secara global dan karena itu ia berkata naiklah Ia ke atas bukit; sedangkan Lukas menyoroti bagian / daerah yang lebih kecil, sehingga ia berkata turun ke tempat yang datar.

penyorotan Matius

penyorotan Lukas

tempat datar

Bukit

Apakah memang ini merupakan penjelasan yang benar? Kita tidak tahu, tetapi yang pasti, dengan adanya penjelasan seperti ini jelas bahwa Mat 5:1 tidak harus bertentangan dengan Lukas 6:17.

E. J. Young:
When therefore we meet difficulties in the Bible let us reserve judgment. If any explanation is not at hand, let us freely acknowledge that we do not know all things, that we do not know the solution. Rather than hastily to proclaim the presence of an error is it not the part of wisdom to acknowledge our ignorance? (= Karena itu pada waktu kita menjumpai problem dalam Alkitab baiklah kita menahan diri dari penghakiman. Jika tidak ada penjelasan yang tersedia, baiklah kita dengan bebas mengakui bahwa kita tidak mengetahui segala sesuatu, bahwa kita tidak mengetahui penyelesaiannya. Dari pada dengan tergesa-gesa menyatakan adanya kesalahan, tidakkah merupakan bagian dari hikmat untuk mengakui ketidak-tahuan kita?) - Thy Word Is Truth, hal 182.

Memang belajar Firman Tuhan itu tidak mudah. Tidak ada jalan pintas. Tetapi asal saudara sungguh-sungguh rindu pada Firman Tuhan dan senantiasa berdoa supaya Tuhan memimpin dan menolong saudara untuk mengerti FirmanNya, maka saudara boleh yakin bahwa Dia, yang adalah Gembala yang baik, pastilah akan memimpin saudara pada jalan yang benar.

2) Dasar dari kepercayaan terhadap inerrancy of the Bible (= ketidak-bersalahan Alkitab).

a) Kalau Kitab Suci memang adalah Firman Allah, bagaimana Allah bisa salah dalam berbicara?
E. J. Young: We must maintain that the original of Scripture is infallible for the simple reason that it came to us directly from God Himself (= Kita harus mempertahankan bahwa Kitab Suci yang orisinil tidak ada salahnya karena alasan yang sederhana dimana Kitab Suci itu datang kepada kita langsung dari Allah sendiri) - Thy Word Is Truth, hal 87.

Banyak orang Liberal yang mengatakan bahwa karena Allah menuliskan firmanNya menggunakan manusia, maka adanya faktor manusia ini memungkinkan, atau bahkan memastikan, terjadinya kesalahan dalam Kitab Suci. Terhadap pandangan seperti ini, ada 2 hal yang bisa diberikan sebagai jawaban:

1. Kalau Kitab Suci salah, maka Allahlah yang harus dipersalahkan.
E. J. Young:
If actual error is found in the Bible, it is God, not the human writers, who is responsible for that error. From this conclusion there is no escape (= Jika ada kesalahan yang sungguh-sungguh ditemukan dalam Alkitab, maka Allahlah, bukan para penulis manusia, yang bertanggung jawab untuk kesalahan itu. Ini adalah kesimpulan yang tidak terhindarkan) - Thy Word Is Truth, hal 182.

2. Sekalipun Allah menggunakan manusia dalam menuliskan FirmanNya / Kitab Suci, itu tidak berarti bahwa Kitab Suci harus mengandung kesalahan, karena:

a. Allah itu mahakuasa!
Tidak bisakah Ia menggunakan manusia sedemikian rupa sehingga Kitab Suci betul-betul tanpa salah? Dalam diri Yesus, yang juga mempunyai faktor ilahi dan manusia, Allah bisa menjaga sehingga Yesus suci murni. Lalu mengapa ini tidak bisa Ia lakukan dalam menulis FirmanNya?

b. Allah sudah mempersiapkan penulis manusia itu sedemikian rupa sehingga ia menjadi alat yang cocok sempurna untuk menuliskan firmanNya. Dengan demikian, sekalipun kepribadian, pengalaman, dan pemikiran dari penulis itu masuk ke dalam Kitab Suci yang ia tuliskan, tetapi semua itu cocok sempurna dengan yang Tuhan kehendaki, sehingga apa yang ia tuliskan betul-betul adalah firman Allah.
E. J. Young mengutip kata-kata B. B. Warfield sebagai berikut:
As light that passes through the coloured glass of a cathedral window, we are told, is light from heaven, but is stained by the tints of the glass through which it passes; so any word of God which is passed through the mind and soul of a man must come out discoloured by the personality through which it is given, and just to that degree ceases to be the pure word of God. But what if this personality has itself been formed by God into precisely the personality it is, for the express purpose of communicating to the word given through it just the colouring which it gives it? What if the colours of the stained-glass window have been designed by the architect for express purpose of giving to the light that floods the cathedral precisely the tone and quality it receives from them? What if the word of God that comes to His people is framed by God into the word of God it is, precisely by means of the qualities of the men formed by Him for the purpose, through which it is given? (= Sebagaimana sinar yang melalui kaca berwarna dari jendela suatu katedral, adalah sinar dari surga, tetapi dikotori oleh warna-warna dari kaca yang dilaluinya; begitu juga dikatakan bahwa firman Allah yang melalui pikiran dan jiwa manusia pasti keluar dengan dikotori oleh kepribadian melalui mana firman itu diberikan, dan sampai pada tingkat itu berhenti menjadi firman yang murni dari Allah. Tetapi bagaimana jika kepribadian ini telah dibentuk oleh Allah menjadi kepribadian yang persis cocok sehingga mewarnai firman yang melaluinya sesuai tujuan Allah? Bagaimana jika warna dari jendela dengan kaca berwarna telah direncanakan oleh sang arsitek, dengan tujuan memberikan sinar yang memasuki katedral itu sifat dan kwalitet yang diterimanya dari warna-warna itu, persis seperti yang dikehendakinya? Bagaimana jika firman Allah yang datang kepada umatNya dibentuk oleh Allah menjadi firman Allah, dengan memakai kwalitet dari orang-orang yang dibentuk olehNya untuk tujuan itu, melalui siapa firman itu diberikan?) - Thy Word Is Truth, hal 64.

William G. T. Shedd: The infallibility of Scripture is denied upon the ground that it contains a human element. The human is fallible and liable to error. If therefore the Bible has a human element in it, as is conceded, it cannot be free from all error. This is one of the principal arguments urged by those who assert the fallibility of Scripture. This objection overlooks the fact, that the human element in the Bible is so modified by the divine element with which it is blended, as to differ from the merely ordinary human. The written Word is indeed Divine-human, like the incarnate Word. But the human element in Scripture, like the human nature in our Lord, is preserved from the defects of the common human, and becomes the pure and ideal human. ... Those who contend that the Bible is fallible because it contains a human element commit the same error, in kind, with those who assert that Jesus Christ was sinful because he had a human nature in his complex person. Both alike overlook the fact that when the human is supernaturally brought into connection with the divine, it is greatly modified and improved, and obtains some characteristics that do not belong to it of and by itself alone (= Ketidak-bersalahan Kitab Suci ditolak dengan dasar bahwa Kitab Suci mengandung elemen manusia. Elemen manusia ini bisa salah. Karena itu jika Alkitab mempunyai elemen manusia di dalamnya, seperti yang memang kita akui, maka Kitab Suci tidak bisa bebas dari semua kesalahan. Ini merupakan salah satu argumentasi utama yang diberikan oleh mereka yang menegaskan kebersalahan Kitab Suci. Keberatan ini melupakan / mengabaikan fakta bahwa elemen manusia dalam Alkitab begitu dimodifikasi oleh elemen ilahi dengan apa elemen manusia itu dicampurkan, sehingga berbeda dengan semata-mata manusia biasa. Firman yang tertulis memang adalah ilahi-manusiawi, seperti Firman yang berinkarnasi. Tetapi elemen manusia dalam Kitab Suci, seperti hakekat manusia dalam Tuhan kita, dijaga / dilindungi dari kesalahan dari manusia biasa / umum, dan menjadi manusia yang murni dan ideal. ... Mereka yang berpendapat bahwa Alkitab bisa salah karena Alkitab mengandung elemen manusia, melakukan kesalahan yang sejenis, dengan mereka yang menegaskan bahwa Yesus Kristus berdosa karena Ia mempunyai hakekat manusia dalam pribadiNya yang komplex. Keduanya melupakan / mengabaikan fakta bahwa pada waktu elemen manusia itu dihubungkan secara supranatural dengan elemen ilahi, maka elemen manusia itu sangat dimodifikasi dan diperbaiki / ditingkatkan, dan mendapatkan beberapa sifat yang tidak dimilikinya dari dan oleh dirinya sendiri) - Shedds Dogmatic Theology, vol I, hal 101,102,103.

b) Kalau Kitab Suci mengandung kesalahan, mengapa Tuhan melarang kita mengubah Kitab Suci, baik mengurangi maupun menambahi Kitab Suci?
Ulangan 4:2 - Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu.
Ulangan 12:32 - Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu lakukan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.
Amsal 30:6 - Jangan menambahi firmanNya, supaya engkau tidak ditegurNya dan dianggap pendusta.
Matius 5:19 - Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
Wahyu 22:18-19 - (18) Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. (19) Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini..

Kalau Kitab Suci memang ada salahnya, bukankah seharusnya bagian yang salah itu bisa diubah atau dibuang dan diganti dengan yang benar?

3) Apa pentingnya kepercayaan terhadap inerrancy of the Bible?
Kepercayaan ini penting karena kalau kita mempelajari Kitab Suci dengan anggapan bahwa Kitab Suci itu ada salahnya, maka pada waktu kita melihat ada 2 bagian dari Kitab Suci yang kelihatan bertentangan, kita dengan mudah akan mengambil kesimpulan bahwa salah satu dari dua bagian itu adalah salah. Tetapi kalau kita beranggapan bahwa Kitab Suci tidak ada salahnya, maka kita akan berusaha untuk mengharmoniskan kedua bagian yang kelihatannya bertentangan itu.

Contoh: perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
Lukas 14:26 - Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu.
Keluaran 20:12 - Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.
Keluaran 20:13 - Jangan membunuh.
Matius 22:39 - Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Matius 10:37 - Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu.

Lukas 14:26 (harus membenci keluarga), kelihatannya bertentangan dengan Keluaran 20:12 (hormatilah ayahmu dan ibumu), Keluaran 20:13 (jangan membunuh), dan Matius 22:39 (kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri). Ayat yang bisa mengharmoniskan bagian-bagian tersebut adalah bagian paralel dari Lukas 14:27 tersebut, yaitu Matius 10:37 (tidak boleh mengasihi keluarga lebih dari Yesus).

William G. T. Shedd: One or the other view of the Scriptures must be adopted; either that they were originally inerrant and infallible, or that they were originally errant and fallible. The first view is that of the church in all ages: the last is that of the rationalist in all ages. He who adopts the first view, will naturally bend all his efforts to eliminate the errors of copyists and harmonize discrepancies, and thereby bring the existing manuscripts nearer to the original autographs. By this process, the errors and discrepancies gradually diminish, and belief in the infallibility of Scripture is strengthened. He who adopts the second view, will naturally bend all his efforts to perpetuate the mistakes of scribes, and exaggerate and establish discrepancies. By this process, the errors and discrepancies gradually increase, and disbelief in the infallibility of Scripture is strengthened (= Salah satu dari pandangan-pandangan tentang Kitab Suci ini harus diterima; atau Kitab Suci orisinilnya itu tidak bersalah, atau Kitab Suci orisinilnya itu bersalah. Pandangan pertama adalah pandangan dari gereja dalam segala jaman: pandangan yang terakhir adalah pandangan dari para rasionalis dalam segala jaman. Ia yang menerima pandangan pertama, secara alamiah akan berusaha untuk menyingkirkan kesalahan-kesalahan dari para penyalin dan mengharmoniskan ketidaksesuaian-ketidaksesuaian, dan dengan itu membawa manuscript itu lebih dekat kepada autograph yang orisinil. Melalui proses ini, kesalahan-kesalahan dan ketidaksesuaian-ketidaksesuaian berkurang secara bertahap, dan kepercayaan terhadap ketidakbersalahan Kitab Suci dikuatkan. Ia yang menerima pandangan yang kedua, secara alamiah akan berusaha untuk mengabadikan / menghidupkan terus-menerus kesalahan-kesalahan dari ahli-ahli Taurat / para penyalin, dan melebih-lebihkan dan meneguhkan ketidaksesuaian-ketidaksesuaian itu. Melalui proses ini, kesalahan-kesalahan dan ketidaksesuaian-ketidaksesuaian bertambah secara bertahap, dan ketidak-percayaan kepada ketidakbersalahan Kitab Suci dikuatkan) - Calvinism: Pure and Mixed, hal 137.

E. J. Young: It is perfectly true that if we begin with the assumption that God exists and that the Bible is His Word, we shall wish to be guided in all our study by what the Scripture says. It is equally true that if we reject this foundational presupposition of Christianity we shall arrive at results which are hostile to supernatural Christianity. If one begins with the presuppo-sitions of unbelief, he will end with unbeliefs conclusions. If at the start we have denied that the Bible is Gods Word of if we have, whether consciously or not, modified the claims of the Scriptures, we shall come to a position which is consonant with our starting point. He who begins with the assumption that the words of the Scriptures contain error will never, if he is consistent, come to the point of view that the Scripture is the infallible Word of the one living and eternal God. He will rather conclude with a position that is consonant with his starting point. If one begins with man, he will end with man. All who study the Bible must be influenced by their foundational presuppositions (= Adalah sesuatu yang benar bahwa jika kita mulai dengan anggapan bahwa Allah ada dan bahwa Alkitab adalah FirmanNya, kita akan ingin untuk dipimpin dalam seluruh pelajaran kita oleh apa yang Kitab Suci katakan. Juga adalah sesuatu yang sama benarnya bahwa jika kita menolak anggapan dasar dari kekristenan ini, maka kita akan sampai pada hasil yang bermusuhan terhadap kekristenan yang bersifat supranatural. Jika seseorang mulai dengan anggapan dari orang yang tidak percaya, ia akan berakhir dengan kesimpulan dari orang yang tidak percaya. Jika sejak awal kita telah menolak bahwa Alkitab adalah Firman Allah, atau jika kita, secara sadar atau tidak, mengubah claim / tuntutan dari Kitab Suci, kita akan sampai pada suatu posisi yang sesuai dengan titik awal kita. Ia yang mulai dengan anggapan bahwa kata-kata dari Kitab Suci mengandung kesalahan tidak akan pernah, jika ia konsisten, sampai pada pandangan bahwa Kitab Suci adalah Firman yang tak bersalah dari Allah yang hidup dan kekal. Sebaliknya ia akan menyimpulkan dengan suatu posisi yang sesuai dengan titik awalnya. Jika seseorang mulai dengan manusia, ia akan berakhir dengan manusia. Semua yang mempelajari Alkitab pasti dipengaruhi oleh anggapan dasarnya) - Thy Word Is Truth, hal 187.

4) Kompromi terhadap doktrin Inerrancy of the Bible.
Mungkin karena tidak bisa menjawab serangan yang menunjukkan kontradiksi atau kesalahan dalam Alkitab, maka ada orang yang lalu mengambil pandangan yang berkata bahwa Kitab Suci tidak ada salahnya kalau berbicara tentang keselamatan dan iman Kristen, tetapi Kitab Suci mungkin ada salahnya dalam persoalan sejarah, geografis, dan detail-detail kecil yang lain.
Pandangan ini merupakan pandangan kompromi yang berbahaya karena:
a) Kesalahan-kesalahan dalam hal kecil / remeh membuat kita meragukan kebenaran dari hal-hal yang besar.
b) Sejarah sering menjadi dasar dari doktrin.
Misalnya:
1. Doktrin tentang dosa asal didasarkan pada fakta sejarah bahwa semua manusia berasal dari Adam.
2. Doktrin penebusan dosa didasarkan pada fakta sejarah tentang kematian Kristus.
3. Doktrin kebangkitan orang mati didasarkan atas fakta sejarah kebangkitan Kristus (1Korintus 15:12-23).
Karena itu kalau ternyata fakta-fakta sejarah ini salah atau bisa salah, maka itu berarti doktrin yang dibangun di atasnya juga salah atau bisa salah.

E. J. Young: History and faith cannot be divorced, the one from the other. Remove its historical basis and faith vanishes. ... To say that what the Bible relates of history is fallible, but what it relates of faith is infallible is to talk nonsense (= Sejarah dan iman tidak bisa dice-raikan / dipisahkan satu dengan lainnya. Buanglah dasar sejarahnya dan iman akan lenyap. ... Mengatakan bahwa apa yang Alkitab ceri-takan tentang sejarah bisa salah, tetapi apa yang Alkitab ceritakan tentang iman tidak bisa salah, adalah omong kosong) - Thy Word Is Truth, hal 101.

5) Serangan terhadap orang yang menolak Inerrancy of the Bible.
Orang yang mengatakan bahwa Kitab Suci (autographnya) ada salahnya perlu menunjukkan bagaimana ia bisa tahu yang mana yang salah dan yang mana yang benar, dan juga menjelaskan standard apa yang ia pakai untuk menyatakan kesalahan Kitab Suci itu, dan apa dasarnya ia memakai standard itu. Ia perlu ingat bahwa seharusnya Firman Tuhan itulah yang menghakimi kita (Yohanes 12:48), dan bukannya kita yang menghakimi Firman Tuhan!

Perhatikan juga beberapa kutipan kata-kata E. J. Young di bawah ini.
E. J. Young: if fallible human writers have given to us a Bible that is fallible, how are we ourselves, who most certainly are fallible, to detect in the Bible what is error and what is not? (= jika para penulis manusia yang bisa salah telah memberikan kepada kita Alkitab yang bisa salah, bagaimana kita sendiri, yang jelas juga bisa salah, bisa mendeteksi dalam Alkitab mana yang salah dan mana yang tidak?) - Thy Word Is Truth, hal 75.

E. J. Young: If God is the Creator, and man a creature, there is no way in which man can set himself up as a judge of what God has revealed. There is no independent standard which man can drag in by which he can pass judgment upon the reasonableness of Gods revelation (= Jika Allah adalah Pencipta, dan manusia adalah makhluk ciptaan, maka tidak ada kemungkinan dimana manusia bisa menempatkan dirinya sendiri sebagai hakim terhadap apa yang Allah nyatakan / wahyukan. Tidak ada standard yang independen / bebas / berdiri sendiri yang bisa dibawa oleh manusia dengan mana ia bisa menyampaikan penghakiman terhadap logisnya penyataan / wahyu Allah) - Thy Word Is Truth, hal 189.

E. J. Young: We are told that the view of approaching the Bible which we are defending in this book is old-fashioned and no longer tenable. Modern scholarship, it is asserted, has shown that this traditional (we should say, Biblical) way of coming to the Bible is no more possible. We must abandon such an old-fashioned approach to the Scriptures. If this claim of modern theology is correct then, of course, it follows that throughout the history of the Church men have been approaching the Bible in the wrong way. They have come to the Bible as to the authoritative Word of God and in the Bible they have found Jesus Christ the Saviour. They were wrong, however; they should not have regarded the Bible as the final authority. With the insights and contributions of modern scholarship, we have now learned the correct approach to the Bible. There is, however, a question which at this point should be raised. If we must now approach the Bible in a way different from that which the Church has always used, how do we know that in the future the way which now seems acceptable to us will not then have been superseded by something more suitable to the men of that time? In the years ahead the approach to the Bible which present-day scholarship advocates may be entirely out of date. If it is then out of date, the scholars of that time will presumably have to discover a method of approach which will be more relevant to their day, more in keeping with their thoughts and attitudes. Should this be the case, then it would clearly follow that the benefit and blessing which in the past has seemed to come to mankind from the Bible, really was not derived from the Bible itself but rather from mans way of looking at the Bible at any given time. For nearly two thousand years the old approach to the Bible brought blessing. Today, we are told, this approach must go; it is not scientific. Today, a new approach is requisite. Very well, this new approach supposedly meets the needs of the present day. What, however, about the future? In the future, will not some other approach to the Bible be necessary? If such is the case, it is perfectly obvious that what brings help and blessing is not the Bible itself but the approach to the Bible which we find relevant for our own day. It is then not the Bible, but rather our way of looking at the Bible that is of importance; not the Bible, but what we bring to the Bible. Thus, in effect, the demand for a new approach to the Bible amounts to nothing other than a demand that we bring to the Bible what seems to us to be relevant to our time. This is subjectivism. He who rejects the Biblical view of Scripture, no matter how much it may be disguised, has set up the human mind as an arbiter to decide how the Bible is to be regarded” [= Dikatakan bahwa pandangan untuk mendekati Alkitab yang kami pertahankan dalam buku ini sudah kuno / ketinggalan jaman dan tidak lagi bisa dipertahankan. Ditegaskan bahwa ilmu pengetahuan / kesarjanaan modern telah menunjukkan bahwa cara tradisional (kami lebih suka menyebutnya cara yang Alkitabiah) untuk datang kepada Alkitab tidak lagi memungkinkan. Kita harus meninggalkan pendekatan kuno seperti itu terhadap Kitab Suci. Jika tuntutan dari theologia modern ini benar, maka jelaslah bahwa dalam sepanjang sejarah Gereja orang-orang telah mendekati Alkitab dengan cara yang salah. Mereka telah mendatangi Alkitab sebagai Firman Allah yang mempunyai otoritas, dan dalam Alkitab mereka telah menemukan Yesus Kristus, sang Juruselamat. Tetapi mereka salah; mereka sebenarnya tidak boleh menganggap Alkitab sebagai otoritas yang terakhir / menentukan. Dengan pengertian / pengetahuan dan sumbangan pemikiran dari ilmu pengetahuan / kesarjanaan modern, sekarang kita telah belajar pendekatan yang benar terhadap Alkitab. Tetapi di sini ada satu pertanyaan yang harus ditanyakan. Jika sekarang kita harus mendekati Alkitab dengan suatu cara yang berbeda dengan cara yang telah selalu dipakai oleh Gereja, bagaimana kita tahu, bahwa pada masa yang akan datang, cara yang sekarang bisa kita terima tidak akan digantikan oleh sesuatu yang lebih cocok untuk orang-orang pada jaman itu? Pada masa yang akan datang, pendekatan terhadap Alkitab yang pada saat ini dinasehatkan, mungkin sepenuhnya akan menjadi kuno / ketinggalan jaman. Jika itu menjadi kuno, maka para ahli pada jaman itu mungkin akan menemukan suatu metode pendekatan yang lebih relevan untuk jaman mereka, lebih sesuai dengan pemikiran dan pendirian mereka. Jika ini adalah kasusnya, maka jelaslah bahwa keuntungan dan berkat yang pada masa lalu kelihatannya datang kepada umat manusia dari Alkitab, sebetulnya bukan didapatkan dari Alkitab itu sendiri tetapi dari cara manusia memandang Alkitab pada satu saat tertentu. Selama hampir 2000 tahun pendekatan lama terhadap Alkitab telah membawa berkat. Sekarang dikatakan bahwa pendekatan ini harus dibuang; itu tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan. Sekarang dibutuhkan suatu pendekatan yang baru. Baiklah, pendekatan yang baru ini dianggap cocok untuk jaman ini. Tetapi bagaimana tentang masa yang akan datang? Pada masa yang akan datang, tidakkah diperlukan suatu pendekatan yang lain terhadap Alkitab? Jika demikian kasusnya, maka jelaslah bahwa apa yang membawa pertolongan dan berkat bukanlah Alkitab itu sendiri tetapi pendekatan terhadap Alkitab yang kita anggap relevan untuk jaman kita. Jadi yang penting bukanlah Alkitab, tetapi cara kita memandang pada Alkitab; bukan Alkitab, tetapi apa yang kita bawa kepada Alkitab. Jadi sebetulnya, tuntutan untuk adanya pendekatan yang baru terhadap Alkitab tidak lain adalah suatu tuntutan bahwa kita membawa kepada Alkitab apa yang kelihatan bagi kita sesuatu yang relevan dengan jaman kita. Ini adalah subyektivitas. Ia yang menolak pandangan yang Alkitabiah tentang Kitab Suci, tidak peduli bagaimana hal itu disamarkan, telah menjadikan pikiran manusia sebagai wasit / hakim untuk memutuskan bagaimana Alkitab itu harus dilihat / diperhatikan] - Thy Word Is Truth, hal 190-191.

6) Penjelasan lebih lanjut tentang arti inerrancy of the Bible.
Dalam persoalan inerrancy ini perlu diingat beberapa hal yang penting:

a) Tentang bilangan, Kitab Suci sering memberikan:
1. Hanya perkiraan saja. Misalnya: pada waktu Tuhan Yesus memberi makan 5000 orang laki-laki.
2. Pembulatan. Misalnya: Keluaran 12:40 menyebutkan 430 tahun, tetapi Kejadian 15:13 dan Kis 7:6 menyebutkan 400 tahun. Bilangan 400 ini mungkin merupakan pembulatan. Tak ada orang yang akan menyalahkan kalau seseorang yang berusia 49,5 tahun mengatakan usianya 49 tahun, atau 50 tahun.

b) Pada waktu mengutip, kutipan sering hanya diambil artinya lalu dikatakan dengan kata-kata sendiri (paraphrased). Ini pada umumnya terjadi pada waktu Yesus dan rasul-rasul, atau penulis Perjanjian Baru, mengutip Perjanjian Lama. Ini tidak terlalu berbeda dengan seorang pengkhotbah yang mengutip ayat Kitab Suci dengan hanya mengambil artinya, atau dengan menggunakan kata-katanya sendiri tetapi tidak mengubah arti ayat tersebut.

c) Pada waktu melukiskan sesuatu, Alkitab sering melukiskannya dari sudut peninjauan manusia, atau bagaimana kelihatannya hal itu oleh manusia.

Misalnya:

1. Mazmur 19:5-7 dan Yos 10:12-13 seolah-olah menunjukkan bahwa mataharilah yang beredar / mengelilingi bumi.
Mazmur 19:5b-7 - (5b) Ia memasang kemah di langit untuk matahari, (6) yang keluar bagaikan pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya. (7) Dari ujung langit ia terbit, dan ia beredar sampai ke ujung yang lain; tidak ada yang terlindung dari panas sinarnya.
Yos 10:12-13 - (12) Lalu Yosua berbicara kepada TUHAN pada hari TUHAN menyerahkan orang Amori itu kepada orang Israel; ia berkata di hadapan orang Israel: Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di atas lembah Ayalon! (13) Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya. Bukankah hal itu telah tertulis dalam Kitab Orang Jujur? Matahari tidak bergerak di tengah langit dan lambat-lambat terbenam kira-kira sehari penuh”.

Perlu diingat bahwa Kitab Suci bukanlah kitab ilmu pengetahuan, sehingga Kitab Suci menuliskan peristiwa itu bukan dari sudut ilmu pengetahuan, tetapi dari sudut penglihatan manusia. Karena mata manusia melihat bahwa matahari bergerak mengelilingi bumi, maka Kitab Suci menuliskan demikian. Jadi dalam hal ini tidak bisa dikatakan bahwa Kitab Suci salah atau bertentangan dengan ilmu pengetahuan.

William G. T. Shedd: The inspired writers were permitted to employ the astronomy and physics of the people and age to which they themselves belonged, because the true astronomy and physics would have been unintelligible. If the account of the miracle of Joshua had been related in the terms of the Copernican astronomy; if Joshua had said, Earth stand thou still, instead of, Sun stand thou still; it could not have been understood (= Penulis-penulis yang diilhami diijinkan untuk menggunakan ilmu perbintangan dan fisika dari orang dan jaman mereka sendiri, karena ilmu perbintangan dan fisika yang benar tidak akan dimengerti pada saat itu. Jika cerita tentang mujijat Yosua diceritakan dengan istilah-istilah dari ilmu perbintangan Copernicus; jika Yosua berkata: Bumi berhentilah engkau, dan bukannya Matahari berhentilah engkau; itu tidak bisa dimengerti pada saat itu) - Shedds Dogmatic Theology, vol I, hal 104.

Shedd lalu menambahkan: The modern astronomer himself describes the sun as rising and setting (= Ahli ilmu perbintangan modern sendiri menggambarkan matahari sebagai terbit dan terbenam) - Shedds Dogmatic Theology, vol I, hal 104.

Shedd menambahkan lagi: The purpose of the scriptures, says Baronius, is to teach man how to go to heaven, and not how the heavens go. (= Tujuan dari Kitab Suci, kata Baronius, adalah untuk mengajar manusia tentang jalan ke surga, dan bukannya bagaimana surga / langit berjalan) - Shedds Dogmatic Theology, vol I, hal 104.

Saya berpendapat bahwa Allah menunjukkan hikmat yang luar biasa dalam mengatur sehingga Kitab Suci ditulis bukan menurut ilmu pengetahuan modern / fakta. Seandainya Kitab Suci ditulis menurut ilmu pengetahuan modern / fakta, orang-orang jaman sekarang bisa mengertinya, tetapi orang-orang jaman dahulu akan bingung, dan mungkin akan membuang Alkitab.

2. Kejadian 1:14-16 menunjukkan bahwa Allah menciptakan benda-benda penerang, yaitu matahari, bulan dan bintang-bintang.
Kej 1:14-16 - (14) Berfirmanlah Allah: Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, (15) dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi. Dan jadilah demikian. (16) Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang.

Ada 2 hal yang perlu disoroti di sini:
a. Bulan dikatakan sebagai benda penerang, padahal jelas bahwa sebetulnya bulan bukanlah benda terang, karena bulan hanyalah memantulkan sinar dari matahari. Tetapi karena dari sudut pandang manusia bulan itu terang, maka Kitab Suci menggambarkannya sebagai benda penerang.
b. Dikatakan bahwa matahari dan bulan adalah benda penerang yang besar. Secara implicit ini menunjukkan bahwa bintang-bintang adalah benda penerang yang kecil. Padahal kita tahu bahwa bintang-bintang itu jauh lebih besar dari pada bulan dan bahkan banyak yang lebih besar dari matahari. Tetapi karena dari sudut pandang manusia kelihatannya matahari dan bulan lebih besar dari bintang-bintang, maka Kitab Suci lalu menggambarkannya demikian.

Seandainya Musa menuliskan berdasarkan fakta / pengetahuan modern, maka Kej 1:16 kira-kira akan berbunyi sebagai berikut: Maka Allah menjadikan 2 benda yang kecil, yang satu adalah benda terang untuk menguasai siang dan yang lain adalah benda gelap yang memantulkan sinar untuk menguasai malam. Dan Allah juga menjadikan banyak bintang yang jauh lebih besar dari kedua benda tadi.
Coba pikirkan: seandainya dituliskan seperti itu, mungkinkah orang-orang jaman dahulu bisa mengerti ayat ini? Apakah mereka tidak menjadi bingung semua dan menganggap Kitab Suci sebagai suatu omong kosong yang bertentangan dengan fakta?
Karena itulah Allah mengatur sehingga Musa (dan juga penulis-penulis Kitab Suci yang lain) seringkali tidak menuliskan menurut fakta / pengetahuan modern, tetapi menurut kelihatannya. Dan lagi-lagi ini tidak bisa dijadikan sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Kitab Suci salah atau bertentangan dengan ilmu pengetahuan.

d) Pada waktu Kitab Suci mencatat kata-kata setan atau manusia, yang adalah salah, itu tidak berarti Kitab Sucinya salah / tidak inerrant. Sekalipun kata-kata setan / manusia itu salah, tetapi mereka memang mengucapkan kata-kata yang salah itu dan Alkitab mencatatnya secara akurat, dan karena itu Alkitab tetap benar / inerrant.

E. J. Young: All that the Bible-believing Christian asserts when he declares that the Bible is inerrant is that the Bible in its statements is not contrary to fact. It records things as they actually were (= Semua yang ditegaskan oleh orang kristen yang percaya Alkitab pada waktu ia menyatakan bahwa Alkitab tidak ada salahnya adalah bahwa Alkitab dalam pernyataannya tidak bertentangan dengan fakta. Alkitab mencatat hal-hal sebagaimana adanya hal-hal itu) - Thy Word Is Truth, hal 135.

C) Alkitab tidak boleh ditambahi ataupun dikurangi.

1) Kanon dan pengkanonan Alkitab sebagai firman Allah.

a) Sebelum kita berbicara tentang penambahan atau pengurangan terhadap Alkitab, maka kita harus lebih dulu mengetahui kitab-kitab mana yang termasuk dalam Alkitab dan kitab-kitab mana yang tidak termasuk dalam Alkitab. Alkitab yang kita akui terdiri dari 66 kitab, yaitu 39 kitab-kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab-kitab Perjanjian Baru. Ini disebut dengan istilah kanon Alkitab.
BACA JUGA: INERRANSI DAN INFABILITAS ALKITAB (Ketidakeliruan dan Ketidaksalahan Alkitab) b) Apa artinya kata kanon?
Halleys Bible Handbook: The word Canon, literally meaning cane, or measuring rod, came to be used as the name of the list of books which were recognized as the genuine, original inspired, authoritative WORD OF GOD, the rule of Faith (= Kata kanon secara hurufiah berarti tongkat, atau tongkat pengukur, yang lalu digunakan sebagai nama dari daftar kitab-kitab yang diakui sebagai Firman Allah yang asli, asal mulanya diilhamkan, dan berotoritas, standard dari Iman) - hal 404.

c) Tentang kanon Perjanjian Lama tidak ada persoalan, karena pada jaman Yesus hidup di dunia ini, kanon Perjanjian Lama itu sudah lengkap dan tertentu / pasti. Dan Yesus tidak mengubahnya sehingga dianggap sebagai menyetujuinya.

Eerdmans Family Encyclopedia of the Bible: It is not possible to know for certain how the Old Testament came together in the collection of books we know now. But we do know which books made up the Old Testament in the period just before the birth of Jesus, and we can know which books Jesus and his apostles would have regarded as their Bible. ... It is clear that by the time of Jesus the Hebrew Scriptures usually consisted of the thirty-nine books we know today as the Old Testament (= Tidak memungkinkan untuk mengetahui dengan pasti bagaimana Perjanjian Lama bisa terkumpul bersama-sama dalam kumpulan kitab-kitab yang kita ketahui sekarang. Tetapi kami tahu kitab-kitab mana yang membentuk Perjanjian Lama pada jaman persis sebelum kelahiran Yesus, dan kami tahu kitab-kitab mana yang dianggap oleh Yesus dan rasul-rasulNya sebagai Alkitab mereka. ... Adalah jelas bahwa pada jaman Yesus Kitab Suci Ibrani umumnya terdiri dari 39 kitab yang kita kenal sekarang sebagai Perjanjian Lama) - hal 66.

Halleys Bible Handbook: In Jesus day this book was called The Scriptures, and was taught regularly and read publicly in synagogs. It was commonly regarded among the people as the Word of God. Jesus himself repeatedly called it the Word of God. ... These Scriptures were composed of the 39 books which constitute our Old Testament, though under a different arrangement. ... when this group of books was completed, and set apart as the definitely recognized Word of God, is involved in obscurity. The Jews tradition was that it was done by Ezra (= Pada jaman Yesus, buku ini disebut Kitab Suci, dan diajarkan secara rutin / teratur dan dibacakan di depan umum di sinagog-sinagog. Pada umumnya itu dianggap di antara bangsa itu sebagai Firman Allah. ... Kitab Suci ini terdiri dari 39 kitab yang membentuk Perjanjian Lama kita, sekalipun susunan / urut-urutannya berbeda. ... kapan kelompok kitab-kitab ini menjadi lengkap, dan dipisahkan sebagai Firman Allah yang diakui dengan pasti, tak diketahui dengan jelas. Tradisi Yahudi mengatakan bahwa hal itu dilakukan oleh Ezra) - hal 405.

Halleys Bible Handbook: Josephus considered the Old Testament Canon as fixed from the days of Artaxerxes, time of Ezra. Here are his words: We have but 22 books, containing the history of all time, books that are believed to be divine. Of these, 5 belong to Moses, containing his laws and the tradition of the origin of mankind down to the time of his death. From the death of Moses to the reign of Artaxerxes the prophets who succeeded Moses wrote the history of the events that occurred in their own time, in 13 books. The remaining 4 books comprise hymns to God and precepts for the conduct of human life. From the days of Artaxerxes to our own times every event had indeed been recorded; but these recent records have not been deemed worthy of equal credit with those which preceded them, on account of the failure of the exact succession of the prophets. There is practical proof of the spirit in which we treat our Scriptures; for, although so great an interval of time has now passed, not a soul has ventured to add or to remove or to alter a syllable, and it is the instinct of every Jew, from the day of his birth, to consider these Scriptures as the teaching of God, and to abide by them, and, if need be, cheerfully to lay down his life in their behalf. (= Josephus menganggap bahwa kanon Perjanjian Lama sudah tertentu sejak jaman Artahsasta, jaman dari Ezra. Inilah kata-katanya: Kami mempunyai hanya 22 kitab, berisikan sejarah dari semua jaman, kitab-kitab yang dipercaya sebagai ilahi. Dari kitab-kitab ini, 5 adalah kitab-kitab Musa, berisikan hukum-hukumnya dan tradisi tentang asal usul dari umat manusia sampai pada saat kematiannya. Dari saat kematian Musa sampai pada pemerintahan Artahsasta, nabi-nabi yang menggantikan Musa menulis sejarah dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada jaman mereka sendiri, dalam 13 kitab. 4 kitab sisanya terdiri dari nyanyian pujian bagi Allah dan ajaran-ajaran tentang tingkah laku manusia. Dari jaman Artahsasta sampai jaman kita sendiri, setiap peristiwa memang telah dicatat; tetapi catatan-catatan ini tidak dianggap layak untuk mendapat penghargaan yang setara dengan kitab-kitab yang mendahului mereka, karena tidak adanya rangkaian yang tepat dari nabi-nabi. Ini merupakan bukti praktis dari semangat dalam mana kami memperlakukan Kitab Suci kami; karena, sekalipun ada masa yang begitu lama yang telah berlalu, tidak ada orang yang telah berusaha untuk menambah atau menyingkirkan atau mengubah satu suku katapun, dan merupakan naluri dari setiap orang Yahudi sejak ia lahir, untuk menganggap Kitab Suci ini sebagai ajaran dari Allah, dan untuk mematuhinya, dan jika diperlukan, dengan sukacita meletakkan nyawanya demi mereka) - hal 405-406.
Catatan:
1. Ini merupakan kutipan kata-kata Josephus dari The Works of Josephus, hal 609 (Against Apion, I, 8).
2. Mengapa Perjanjian Lama hanya 22 kitab? Penjelasannya bisa dilihat dalam kutipan di bawah ini.
Halleys Bible Handbook: The Hebrew Old Testament contains exactly the same books as our English Old Testament, but in different arrangement: ... By combining the 2 books each of Samuel, Kings and Chronicles into one, and Ezra and Nehemiah into one, and the Twelve Minor Prophets into one, these 24 books are the same as our 39. Josephus further reduces the number to 22, to make it correspond to the Hebrew alphabet by combining Ruth with Judges, and Lamentations with Jeremiah (= Perjanjian Lama bahasa Ibrani terdiri dari kitab-kitab yang persis sama seperti Perjanjian Lama bahasa Inggris kita, tetapi dalam susunan yang berbeda: ... Dengan menggabungkan 2 kitab dari Samuel, Raja-raja dan Tawarikh menjadi satu, dan menggabungkan Ezra dan Nehemia menjadi satu, dan 12 kitab nabi-nabi kecil menjadi satu, maka 24 kitab-kitab ini adalah sama dengan 39 kitab-kitab kita. Josephus selanjutnya mengurangi jumlah itu menjadi 22, untuk membuatnya sesuai dengan alfabet bahasa Ibrani, dengan menggabungkan kitab Rut dengan Hakim-hakim, dan Ratapan dengan Yeremia) - hal 26.

Halleys Bible Handbook: This testimony is of no small value. Josephus was born A. D. 37 in Jerusalem, of priestly aristocracy. He received an extensive education in Jewish and Greek culture. He was governor of Galilee and military commander in the wars with Rome, and was present at the destruction of Jerusalem. These words of Josephus are unquestionable testimony to the belief of the Jewish nation of Jesus day as to what books comprised the Hebrew Scriptures, and that that collection of books had been completed and fixed for 400 years preceding his time” (= Kesaksian ini tidak kecil nilainya. Josephus dilahirkan pada tahun 37 M. di Yerusalem, dari keluarga imam. Ia menerima pendidikan yang luas dalam kebudayaan Yahudi dan Yunani. Ia adalah gubernur dari Galilea dan komandan militer dalam perang dengan Roma, dan ia hadir pada penghancuran Yersalem. Kata-kata dari Josephus merupakan kesaksian yang tidak diragukan tentang kepercayaan dari bangsa Yahudi dari jaman Yesus berkenaan dengan kitab-kitab mana yang termasuk dalam Kitab Suci Ibrani, dan bahwa kumpulan kitab-kitab itu telah lengkap dan tertentu selama 400 tahun sebelum jamannya) - hal 406.

d) Tetapi kanon Perjanjian Baru agak sukar untuk menentukan dan melalui proses cukup lama.

Eerdmans Family Encyclopedia of the Bible: Although there is little direct evidence from the earliest years, we have a good idea of how the New Testament took on its present shape. The first gatherings of Christians probably followed the practice of the Jewish synagogues and had regular readings from the Old Testament during their meetings. Since they were worshipping Jesus Christ, it was natural to them to add an account of some part of his life and teaching. At first this may have been in the form of a first-hand account from someone who had known Jesus during his lifetime. But then, as the churches grew in numbers, and as the eye-witnesses began to die, it became necessary to write these stories down. This was the way the four Gospels (Matthew, Mark, Luke and John) came into being, and they obviously had an important place in the worship and life of the early churches. Then the apostles and other leaders had written a number of letters to various churches and individuals. Since these often gave general guidance on Christian life and beliefs, their usefulness for the whole church was soon recognized. Acts was accepted because it continued the story from Lukes Gospel. It preserved the only full account of the beginnings of Christianity. We know that by the year AD 200 the church was officially using the four Gospels - and no others, although fictitious tales about Jesus and writings by other Christian leaders who came after the apostles were in circulation. But the mainstream church clearly accepted only the Gospels of Matthew, Mark, Luke and John as their authority for the life and teaching of Jesus. By this time, too, Pauls letters were generally accepted as of equal importance with the Gospels. It was only later that the remaining books of the New Testament became generally accepted. Revelation, for example, was certainly read in the second century. But not until the third century was it circulating widely. Hebrews was read towards the end of the first century, but took longer to become accepted in the Western churches. It was not generally acknowledged by the church in the West until the fourth century, partly because of doubts as to whether Paul wrote it. It took longer, too, for 2Peter, 2 and 3 John, James and Jude to be accepted by the church as basic Scripture. Perhaps this was because of questions about the content of these books. The New Testament books were mainly used at first for public reading. If they were unsuitable for this purpose, their usefulness must have seemed limited. It is clear that no church council arbitrarily decided that certain books composed the New Testament. Rather, over a period of time, the church discovered that certain writings had a clear and general authority, and were helpful and necessary for their growth. At the Council of Laodicea (AD 363) and the Council of Carthage (AD 397) the bishops agreed on a list of books identical to our New Testament, except that at Laodicea Revelation was left out [= Sekalipun hanya ada sedikit bukti langsung dari tahun-tahun yang paling awal, kita mempunyai gagasan yang baik tentang bagaimana Perjanjian Baru mendapatkan bentuknya yang sekarang ini. Pertemuan (kebaktian) mula-mula oleh orang-orang Kristen mungkin mengikuti praktek dari sinagog-sinagog Yahudi dan mempunyai pembacaan biasa / teratur dari Perjanjian Lama dalam pertemuan / kebaktian mereka. Karena mereka menyembah Yesus Kristus, maka adalah wajar bagi mereka untuk menambahkan suatu cerita tentang beberapa bagian dari kehidupan dan ajaranNya. Mula-mula ini mungkin ada dalam bentuk cerita tangan pertama dari orang yang telah mengenal Yesus selama masa hidupNya. Tetapi lalu, karena gereja bertumbuh dalam jumlah, dan karena para saksi mata itu mati, maka menjadi perlu untuk menuliskan cerita-cerita itu. Inilah yang menyebabkan adanya keempat Injil (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes), dan keempat Injil ini jelas mendapatkan tempat yang penting dalam penyembahan dan kehidupan dari gereja-gereja mula-mula. Lalu rasul-rasul dan pemimpin-pemimpin menulis sejumlah surat kepada berbagai-bagai gereja dan individu. Karena surat-surat ini sering memberikan bimbingan umum tentang kehidupan dan kepercayaan Kristen, kegunaan surat-surat ini untuk seluruh gereja segera diakui. Kitab Kisah Rasul diterima karena kitab itu melanjutkan cerita dari Injil Lukas. Kitab ini memelihara satu-satunya cerita lengkap tentang permulaan kekristenan. Kita tahu bahwa pada tahun 200 M. gereja secara resmi menggunakan 4 Injil - dan tidak ada yang lain, sekalipun cerita-cerita fiksi tentang Yesus dan tulisan-tulisan dari pemimpin-pemimpin Kristen lain, yang datang setelah rasul-rasul, ada dalam peredaran. Tetapi aliran utama gereja secara jelas menerima hanya Injil-injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes sebagai otoritas mereka untuk kehidupan dan ajaran Yesus. Pada saat ini, juga, surat-surat Paulus secara umum diterima dan dianggap sama pentingnya dengan Injil-injil tersebut. Baru belakangan maka sisa kitab-kitab dari Perjanjian Baru diterima secara umum. Kitab Wahyu, misalnya, pasti dibaca pada abad kedua. Tetapi baru pada abad ketiga kitab ini beredar secara luas. Surat Ibrani dibaca pada akhir abad pertama, tetapi membutuhkan waktu lebih lama untuk diterima dalam gereja-gereja Barat. Surat Ibrani ini tidak diakui secara umum oleh gereja di Barat sampai abad keempat, sebagian disebabkan karena keraguan apakah Paulus menulisnya atau tidak. Juga 2Petrus, 2 dan 3 Yohanes, Yakobus, dan Yudas, membutuhkan waktu lebih lama untuk diterima oleh gereja sebagai Kitab Suci dasar. Mungkin ini disebabkan karena pertanyaan-pertanyaan tentang isi dari kitab-kitab ini. Kitab-kitab Perjanjian Baru mula-mula digunakan pada umumnya untuk pembacaan di depan umum. Jika mereka tidak cocok untuk tujuan ini, kebergunaan mereka pasti kelihatan terbatas. Adalah jelas bahwa tidak ada sidang gereja yang memutuskan secara mutlak bahwa kitab-kitab tertentu membentuk Perjanjian Baru. Tetapi sebaliknya, dalam jangka waktu tertentu, gereja mendapatkan bahwa tulisan-tulisan tertentu mempunyai otoritas yang jelas dan umum, dan membantu dan penting untuk pertumbuhan mereka. Pada sidang gereja Laodikia (tahun 363 M.) dan sidang gereja Carthage (tahun 397 M.) para uskup menyetujui suatu daftar kitab-kitab yang identik dengan Perjanjian Baru kita kecuali bahwa pada sidang gereja Laodikia kitab Wahyu dihapuskan / tidak dipertimbangkan] - hal 68.

Sekalipun kelihatannya penentuan kanon Perjanjian Baru agak meragukan dan boleh dikatakan bersifat subyektif, tetapi perlu diingat bahwa Tuhan, yang adalah pengarang sesungguhnya dari Kitab Suci, pasti memimpin gereja dalam proses kanonisasi Perjanjian Baru tersebut.
BUKTI ALKITAB ADALAH FIRMAN ALLAH (4)

2) Penambahan terhadap Alkitab.

a) Gereja Roma Katolik yang menambahi Alkitab dengan kitab-kitab Apocrypha / Deuterokanonika.
Mula-mula ada 15 kitab Apocrypha yang ditambahkan kepada Alkitab oleh orang Roma Katolik, yaitu:
Kitab Esdras yang pertama.
Kitab Esdras yang kedua.
Tobit.
Yudit.
Tambahan-tambahan pada kitab Ester.
Kebijaksanaan Salomo.
Yesus bin Sirakh.
Barukh.
Surat dari nabi Yeremia.
Doa Azarya dan Lagu pujian ketiga pemuda.
Susana.
Bel dan naga.
Doa Manasye.
Kitab Makabe yang pertama.
Kitab Makabe yang kedua.
Catatan: Dalam Kitab Suci Roma Katolik bahasa Indonesia, no 10,11,12 dijadikan satu kitab, yaitu Tambahan-tambahan pada kitab Daniel.

Tetapi 3 dari kitab-kitab Apocrypha ini akhirnya ditolak oleh Council of Trent, yaitu no 1, no 2 dan no 13, dan karena itu akhirnya hanya 12 kitab Apocrypha yang dimasukkan ke dalam Alkitab mereka.
Loraine Boettner mengatakan bahwa:
a. Kitab Esdras yang kedua ditolak karena di dalamnya ada peno-lakan terhadap doa untuk orang mati (2Esdras 7:105) - Roman Catholicism, hal 80.
b. Sebetulnya ada lebih banyak lagi kitab-kitab Apocrypha yang lain, tetapi semua ini tidak pernah dimasukkan ke dalam Kitab Suci Roma Katolik. Mengapa? Loraine Boettner menjawab:
The Council of Trent evidently selected only books that would help them in their controversy with the Reformers, and none of these gave promise of doing that (= Sidang Gereja Trent dengan jelas menyeleksi hanya buku-buku yang akan membantu mereka dalam pertentangan dengan para tokoh Reformasi, dan tidak ada satupun dari buku-buku itu menjanjikan mereka untuk melakukan hal itu) - Roman Catholicism, hal 87.

Ke 12 kitab-kitab Apocrypha ini tebalnya kira-kira 2/3 Perjanjian Baru. Dahulu, semua kitab-kitab ini diletakkan di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dan disebut dengan nama Deuterokanonika (= kanon yang kedua). Tetapi dalam The Catechism of the Catholic Church (= Katekisasi Gereja Katolik) yang dikeluarkan pada tahun 1992, kitab-kitab Deuterokanonika itu diselipkan ke sela-sela kitab-kitab Perjanjian Lama, dan dianggap sebagai Perjanjian Lama!

The Catechism of the Catholic Church, nomer 120, berbunyi sebagai berikut:
It was by the apostolic Tradition that the Church discerned which writings are to be included in the list of the sacred books. This complete list is called the canon of Scripture. It includes 46 books for the Old Testament (45 if we count Jeremiah and Lamentations as one) and 27 for the New. The Old Testament: Genesis, Exodus, Leviticus, Numbers, Deuteronomy, Joshua, Judges, Ruth, 1 and 2 Samuel, 1 and 2 Kings, 1 and 2 Chronicles, Ezra and Nehemiah, Tobit, Judith, Esther, 1 and 2 Maccabees, Job, Psalms, Proverbs, Ecclesiastes, the Song of Songs, the Wisdom of Solomon, Sirach (Ecclesiasticus), Isaiah, Jeremiah, Lamentations, Baruch, Ezekiel, Daniel, Hosea, Joel, Amos, Obadiah, Jonah, Micah, Nahum, Habakkuk, Zephaniah, Haggai, Zachariah and Malachi [= Oleh Tradisi rasulilah Gereja membedakan tulisan-tulisan mana yang harus dimasukkan dalam daftar kitab-kitab kudus. Daftar lengkap ini disebut kanon Kitab Suci. Itu mencakup 46 kitab untuk Perjanjian Lama (45 jika kita menghitung Yeremia dan Ratapan sebagai 1 kitab) dan 27 kitab untuk Perjanjian Baru. Perjanjian Lama: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan, Yosua, Hakim-Hakim, Rut, 1 dan 2Samuel, 1 dan 2 Raja-Raja, 1 dan 2 Tawarikh, Ezra dan Nehemia, Tobit, Yudit, Ester, 1 dan 2 Makabe, Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan Salomo, Sirakh, Yesaya, Yeremia, Ratapan, Barukh, Yehezkiel, Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, dan Maleakhi].
Catatan: yang saya garis bawahi adalah kitab-kitab yang tidak ada dalam Kitab Suci kristen / protestan.

The Catechism of the Catholic Church, nomer 138, berbunyi sebagai berikut:
The Church accepts and venerates as inspired the 46 books of the Old Testament and the 27 books of the New (= Gereja menerima dan menghormati 46 kitab-kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab-kitab Perjanjian Baru sebagai diilhamkan).
Catatan: bandingkan dengan Perjanjian Lama yang diakui oleh gereja kristen / protestan, yang hanya terdiri dari 39 kitab!

Dengan adanya perbedaan jumlah kitab-kitab ini, maka perlu diperdebatkan: apakah Gereja Roma Katolik yang menambahi Alkitab atau Gereja Kristen / Protestan yang mengurangi Alkitab? Dalam hal ini saya beranggapan bahwa orang-orang Yahudi harus dijadikan standard, karena kepada merekalah diberikan Perjanjian Lama. Dan mereka tidak mempunyai kitab-kitab Deuterokanonika.

Halleys Bible Handbook: The Apocrypha. This is the name usually given to the 14 books contained in some Bibles between the Old and New Testaments. They originated in the 1st to 3rd centuries B. C., mostly of uncertain authorship, and were added to the Septuagint, which was Greek translation of the Old Testament made in that period. They were not in the Hebrew Old Testament. They were written after Old Testament prophecy, oracles and direct revelation had ceased. Josephus rejected them as a whole. They were never recognized by the Jews as part of the Hebrew Scriptures” (= Kitab-kitab Apocrypha. Ini merupakan nama yang biasanya diberikan pada 14 kitab-kitab yang terdapat dalam Alkitab-Alkitab tertentu di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kitab-kitab itu berasal dari abad 1-3 S. M., kebanyakan dari pengarang yang tidak pasti, dan ditambahkan ke dalam Septuaginta, yang merupakan terjemahan bahasa Yunani dari Perjanjian Lama yang dibuat pada jaman itu. Kitab-kitab itu tidak ada dalam Perjanjian Lama bahasa Ibrani. Kitab-kitab itu ditulis setelah nubuat-nubuat, sabda-sabda dan wahyu langsung Perjanjian Lama berhenti. Josephus menolak kitab-kitab itu secara keseluruhan. Kitab-kitab itu tidak pernah diakui oleh orang-orang Yahudi sebagai bagian dari Kitab Suci Ibrani) - hal 406.

Encyclopedia Britannica 2000 juga mengatakan bahwa Alkitab Yahudi hanya mencakup Perjanjian Lama, dan tidak mencakup Deuterokanonika.

Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik Bible: “The Jewish Bible includes only the books known to Christians as the Old Testament (= Alkitab Yahudi mencakup hanya kitab-kitab yang dikenal oleh orang-orang Kristen sebagai Perjanjian Lama).

Jadi, kalau dilihat dari sudut orang-orang Yahudi, jelas bahwa bukan Gereja Kristen / Protestan yang mengurangi Alkitab, tetapi Gereja Roma Katoliklah yang menambahi Alkitab.

Kristen Protestan mempunyai alasan-alasan lain untuk menolak kitab-kitab Apocrypha / Deuterokanonika sebagai Kitab Suci, yaitu:

a. Yesus, rasul-rasul, dan Perjanjian Baru, sama sekali tidak pernah mengutip dari kitab-kitab Apocrypha / Deuterokanonika.
Dalam Perjanjian Baru, ada kira-kira 260 kutipan langsung dari Perjanjian Lama, dan juga ada kira-kira 370 penggunaan bagian-bagian Perjanjian Lama yang tidak merupakan kutipan langsung. Ini menunjukkan bahwa baik Yesus maupun rasul-rasul mengakui otoritas Perjanjian Lama sebagai Firman Allah, dan menggunakannya sebagai dasar hidup, iman dan ajaran mereka. Tetapi baik Yesus maupun rasul-rasul tidak pernah mengutip dari kitab-kitab Apocrypha / Deuterokanonika tersebut sebagai dasar ajaran mereka, padahal kitab-kitab Apocrypha / Deuterokanonika itu sudah ada / beredar pada jaman Tuhan Yesus hidup di dunia ini. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengakui kitab-kitab Apocrypha itu sebagai Firman Allah!

Halleys Bible Handbook: The Apocrypha. ... They were never quoted by Jesus, nor anywhere in the New Testament (= Kitab-kitab Apocrypha. ... Kitab-kitab ini tidak pernah dikutip oleh Yesus, atau dimanapun dalam Perjanjian Baru) - hal 406-407.

Halleys Bible Handbook: In the New Testament there are about 300 quotations from these Scriptures; and no book outside these Scriptures is thus quoted in the New Testament, with the single exception of the words of Enoch in the book of Jude. Many of these quotations are from the Septuagint version of the Old Testament, which was in common use in New Testament times; and even though the Septuagint contained the Apocryphal books there is not one quotation from the Apocryphal books. This is evidence that neither Jesus nor the Apostles recognized the Apocryphal books as part of The Scriptures. (= Dalam Perjanjian Baru ada kira-kira 300 kutipan dari Kitab Suci ini; dan tidak ada kitab di luar Kitab Suci ini yang dikutip dalam Perjanjian Baru, dengan satu perkecualian tentang kata-kata Henokh dalam kitab Yudas. Banyak dari kutipan-kutipan ini berasal dari versi Septuaginta dari Perjanjian Lama, yang biasa digunakan pada jaman Perjanjian Baru; dan sekalipun Septuaginta mencakup kitab-kitab Apokripa tetapi tidak ada satupun kutipan dari kitab-kitab Apokripa. Ini merupakan bukti bahwa baik Yesus maupun rasul-rasul tidak mengakui kitab-kitab Apokripa sebagai bagian dari Kitab Suci) - hal 405.

Catatan: bagian yang saya garis bawahi itu tidak saya setujui, dan akan saya bahas di sini.

Yudas 14-15 - (14) Juga tentang mereka Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya: Sesungguhnya Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudusNya, (15) hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik karena semua perbuatan fasik, yang mereka lakukan dan karena semua kata-kata nista, yang diucapkan orang-orang berdosa yang fasik itu terhadap Tuhan..

Dan dalam kitab Henokh (ini tidak termasuk dalam Deuterokanonika dari Gereja Roma Katolik), ada satu ayat yaitu Henokh 1:9, yang berbunyi sebagai berikut:
Versi William Barclay: And behold! He cometh with ten thousands of his holy ones to execute judgment upon all, and to destroy all the ungodly; and to convict all flesh of all the works of their ungodliness which they have ungodly committed, and of all the hard things which ungodly sinners have spoken against him” (= Dan lihatlah! Ia datang dengan sepuluh ribu orang-orang kudusNya untuk melakukan penghakiman terhadap semua orang, dan untuk menghancurkan orang jahat; dan untuk meyakinkan semua daging / orang tentang semua kejahatan yang mereka lakukan secara jahat, dan tentang semua kata-kata keras yang diucapkan oleh orang-orang berdosa yang jahat menentang Dia) - The Letters of John and Jude, hal 196.
Henokh 1:9 Versi William Barclay ini boleh dikatakan identik dengan Yudas 14-15.
Versi Pulpit Commentary: And behold, he comes with myriads of the holy, to pass judgment upon them, and will destroy the impious, and will call to account all flesh for everything the sinners and the impious have done and committed against him (= Dan lihatlah, Ia datang dengan puluhan ribu orang kudus, untuk memberikan penghakiman terhadap mereka, dan akan menghancurkan orang jahat, dan akan meminta pertanggung-jawaban semua orang untuk setiap hal yang orang berdosa dan jahat lakukan menentang Dia) - The General Epistle of Jude, hal 12.
Henokh 1:9 versi Pulpit Commentary ini sedikit berbeda dengan Yudas 14-15, karena dalam Henokh 1:9 ini tidak ada tentang kata-kata keras dari orang-orang jahat itu. Versi Barnes Notes sama dengan Pulpit Commentary.

Kutipan dalam Yudas 14-15 ini menyebabkan banyak pertanyaan dan problem. Haruskah kita menganggap Kitab Henokh itu sebagai Kitab Suci? Atau, haruskah kita membuang surat Yudas dari Kitab Suci, seperti yang dilakukan oleh Jerome? Saya berpendapat bahwa kita tidak boleh menganggap bahwa Kitab Henokh harus dimasukkan ke dalam Kitab Suci. Tidak adanya kata-kata ada tertulis dalam Yudas 14 ini menunjukkan bahwa ia tidak sedang mengutip Kitab Suci. Kita juga tidak boleh mengeluarkan surat Yudas dari Kitab Suci. Adanya kemiripan atau kesamaan antara Yudas 14-15 dan Henokh 1:9 memberikan beberapa kemungkinan, yaitu:
Yudas mengutip dari Kitab Henokh.
Penulis kitab Henokh mengutip dari Yudas, sedangkan Yudas mengutip dari tradisi.
Yudas maupun penulis kitab Henokh mengutip dari tradisi.
Tidak ada kemungkinan untuk membuktikan bahwa kemungkinan pertamalah yang benar, sehingga adanya kemiripan / kesamaan antara Yudas 14-15 dengan Henokh 1:9 ini tidak membuktikan bahwa Yudas mengutip dari Kitab Henokh.

Mengapa Yudas mengutip nubuat itu? Dalam Kitab Suci ada banyak ayat tentang kedatangan Kristus untuk menghakimi, seperti Ul 33:5 Daniel 7:10 Zakh 14:5b. Mengapa Ia mesti mengutip dari nubuat itu dan bukannya dari ayat-ayat Kitab Suci?
Karena biasanya makin kuno suatu kutipan, makin ia dihormati. Karena itu Yudas memilih yang sekuno mungkin.
Karena Tuhan menghendaki nubuat itu, yang tadinya hanya ada dalam tradisi, masuk ke dalam Kitab Suci.
Thomas Manton: if he receives it by tradition, it is here made authentic and put into the canon (= jika ia menerimanya melalui tradisi, di sini itu dijadikan otentik / berotoritas dan dimasukkan ke dalam kanon) - Jude, hal 289.

b. Penulis kitab-kitab Apocrypha / Deuterokanonika itu sendiri tidak menunjukkan dirinya sebagai penulis Firman Tuhan yang diberikan Allah kepada manusia.
Untuk itu bandingkan Wah 22:18-19 yang terletak pada akhir Kitab Suci / Perjanjian Baru dengan 2Makabe 15:37b-38 yang terletak pada akhir dari kitab-kitab Deuterokanonika.

Wah 22:18-19 berbunyi: (18) Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. (19) Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus seperti yang tertulis di dalam kitab ini.

Dari Wahyu 22:18-19 ini terlihat dengan jelas otoritas dari tulisan rasul Yohanes ini sebagai Firman Tuhan yang tidak boleh ditambahi ataupun dikurangi.
Sekarang bandingkan dengan 2Makabe 15:37b-38 yang berbunyi sebagai berikut: (37b) Maka aku sendiripun mau mengakhiri kisah ini. (38) Jika susunannya baik lagi tepat, maka itulah yang kukehendaki. Tetapi jika susunannya hanya sedang-sedang dan setengah-setengah saja, maka hanya itulah yang mungkin bagiku”.

Ini sama sekali tidak menunjukkan orang yang menuliskan Firman Tuhan di bawah pengilhaman Roh Kudus! Perhatikan kata-kata ‘kukehendaki dan hanya itulah yang mungkin bagiku’. Bagaimana kita bisa mempercayai otoritas tulisan seperti ini, sedangkan penulisnya sendiripun tidak yakin akan kebenaran tulisannya!

c. Dalam kitab-kitab Apocrypha itu ada kesalahan-kesalahan, seperti:
Yudit 1:1,7,11 menyebut Nebukadnezar sebagai raja Asyur di Niniwe (bdk. juga dengan Yudit 1:16 2:1,4,14,21 4:1; kesalahan ini terdapat dalam sepanjang kitab Yudit), sedangkan kita tahu bahwa sebetulnya Nebukadnezar bukanlah raja Asyur tetapi raja Babilonia, dan ia tidak tinggal di Niniwe tetapi di Babel (Daniel 4:4-6,30).
Tobit 5:13 menceritakan tentang seorang malaikat yang bernama Rafael, yang berdusta dengan memperkenalkan dirinya sebagai Azarya bin Ananias, atau Azarya anak laki-laki dari Ananias.
Bagaimana mungkin kitab-kitab yang mengandung kesalahan seperti itu bisa disetingkatkan dengan Kitab Suci / Firman Tuhan?

d. Dalam kitab-kitab Apocrypha ada doktrin salvation by works (= keselamatan karena perbuatan baik) yang sesat / tidak alkitabiah.

Contoh:
Tobit 4:10 - Memang sedekah melepaskan dari maut dan tidak membiarkan orang masuk ke dalam kegelapan.
Tobit 12:9 - Memang sedekah melepaskan dari maut dan menghapus setiap dosa.
Tobit 14:10-11a - (10) Nak, ingatlah kepada apa yang telah diperbuat Nadab kepada bapa pengasuhnya, yaitu Ahikar. Bukankah Ahikar hidup-hidup diturunkan ke bagian bawah bumi? Tetapi Allah telah membalas kelaliman Nadab ke atas kepalanya sendiri. Ahikar keluar menuju cahaya, sedangkan Nadab turun ke kegelapan kekal, oleh karena ia telah berusaha membunuh Ahikar. Karena melakukan kebajikan maka Ahikar luput dari jerat maut yang dipasang baginya oleh Nadab. Sedangkan Nadab jatuh ke dalam jerat maut yang juga membinasakannya. (11a) Makanya anak-anakku, camkanlah apa yang dihasilkan oleh sedekah dan apa yang dihasilkan oleh kelaliman.
Sirakh 3:3 - Barangsiapa menghormati bapanya memulihkan dosa.

Doktrin Salvation by works (= keselamatan karena perbuatan baik) yang sesat / tidak alkitabiah ini jelas bertentangan dengan ayat-ayat di bawah ini:
Roma 3:27-28 - (27) Jika demikian, apa dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasar-kan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.
Galatia 2:16a - Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenar-kan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus.
Galatia 2:21b - ... sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.
Efesus 2:8-9 - (8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

b) Gereja-gereja Pentakosta / Kharismatik yang mengajar berdasarkan pengalaman, nubuat, Tuhan bicara, dsb.
Catatan: ajaran dari kalangan Pentakosta / Kharismatik tidak seragam, jadi tidak semua mereka mengajar seperti ini. Tetapi jelas banyak dari mereka yang mengajar seperti ini.
Memang secara sah / resmi mereka hanya mengakui 66 kitab dalam Alkitab kita sebagai Firman Allah, tetapi dalam prakteknya banyak dari mereka yang mengajar berdasarkan hal-hal lain di luar Alkitab, seperti pengalaman, nubuat, Tuhan bicara, mimpi, penglihatan dan sebagainya.

1. Pengalaman.
Memang tidak salah seseorang menyaksikan / mensharingkan apa yang ia alami, asal ia tidak menjadikan hal itu sebagai rumus, seakan-akan semua orang harus mengalami apa yang ia alami.
Pengalaman seseorang hanya boleh dijadikan rumus, yang harus juga dialami oleh orang lain, kalau pengalaman itu mempunyai dasar Kitab Suci. Misalnya Kitab Suci jelas mengajar bahwa orang yang percaya kepada Yesus akan mendapatkan damai / sukacita (Mat 11:28 Yoh 14:27 Gal 5:22). Kalau seseorang bertobat / percaya kepada Yesus, dan ia lalu mengalami damai / sukacita, maka pengalaman itu boleh dijadikan rumus.
Tetapi kalau pengalaman itu tidak mempunyai dasar Kitab Suci yang mengharuskan terjadinya hal itu, maka mereka hanya boleh mensharingkan pengalaman itu tetapi mereka seharusnya tidak boleh mengharuskan orang-orang lain untuk juga mengalaminya.
Misalnya: seseorang sakit dan berdoa dan lalu sembuh, ini boleh disharingkan tetapi tidak boleh dijadikan rumus, karena Tuhan tidak menjanjikan untuk menyembuhkan semua orang kristen yang sakit. Bahkan dalam Kitab Suci juga ada orang-orang beriman dan saleh yang sakit tetapi tidak disembuhkan, seperti Paulus sendiri dengan duri dalam dagingnya (2Kor 12:7-10).
Tetapi, dalam kalangan Pentakosta / Kharismatik, ada banyak pengalaman yang tidak mempunyai dasar Kitab Suci yang lalu dijadikan rumus, yang harus dialami oleh semua orang lain. Ini boleh dikatakan menambahi Kitab Suci.

2. Nubuat, Tuhan bicara, dsb.
Dalam kalangan Pentakosta / Kharismatik juga banyak hal-hal seperti ini, dan banyak dari mereka tetap menerima nubuat / suara Tuhan itu sekalipun itu tidak sesuai dengan Kitab Suci. Ini jelas juga merupakan penambahan terhadap Kitab Suci.

Catatan: kalau suatu gereja / seorang pendeta menambahi Kitab Suci, maka biasanya gereja / pendeta itu juga akan mengurangi Kitab Suci, yaitu bagian-bagian Kitab Suci yang bertentangan dengan apa yang ditambahkan kepada Kitab Suci oleh gereja / pendeta tersebut. Mungkin bagian-bagian itu bukan dibuang terang-terangan tetapi diabaikan / tidak pernah dibahas.

3) Pengurangan terhadap Alkitab.
Misalnya:
a) Menolak Perjanjian Baru, seperti Yudaisme / agama Yahudi.
b) Mengabaikan Perjanjian Lama.
c) Orang yang mengajar berdasarkan ayat tertentu, tetapi mengabaikan bagian-bagian lain dari Kitab Suci yang bertentangan dengan ajarannya.

4) Dalam persoalan penambahan / pengurangan terhadap Alkitab ini, ada 2 hal lagi yang perlu diketahui:

a) Dalam kebanyakan (tidak semua) Mazmur, ayat pertama, atau sebagian dari ayat pertama, dan bahkan kadang-kadang juga ayat kedua, sebetulnya tidak termasuk Kitab Suci. Karena itu dalam Akitab bahasa Inggris, bagian itu diletakkan di atas, tanpa diberi nomer ayat.
Misalnya:
Mazmur 3:1 - Mazmur Daud, ketika ia lari dari Absalom, anaknya.
Maz 4:1 - Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Mazmur Daud.
Maz 32:1a - Dari Daud. Nyanyian pengajaran.
Maz 52:1-2 - (1) Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran Daud, (2) ketika Doeg, orang Edom itu, datang memberitahukan kepada Saul, bahwa Daud telah sampai di rumah Ahimelekh.
Mazmur 54:1-2 - (1) Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Nyanyian pengajaran Daud, (2) ketika orang Zifi datang mengatakan kepada Saul: Daud bersembunyi kepada kami..
Catatan:
1. Kalau saudara menggunakan Kitab Suci bahasa Inggris maka ayat-ayat ini diletakkan di atas, terpisah dari ayat-ayat selanjutnya, yang memang betul-betul merupakan Kitab Suci.
2. Bagian-bagian seperti ini sering dipakai sebagai pembantu dalam penafsiran, yaitu untuk mengetahui latar belakang mazmur itu. Tetapi perlu dicamkan bahwa bagian ini tidak mutlak benar.

b) Dalam Alkitab ada bagian-bagian diragukan / diperdebatkan keasliannya, seperti:

1. Markus 16:8b-20 (dalam Kitab Suci Indonesia).
Markus 16:8-20 - (8b) Dengan singkat mereka sampaikan semua pesan itu kepada Petrus dan teman-temannya. Sesudah itu Yesus sendiri dengan perantaraan murid-muridNya memberitakan dari Timur ke Barat berita yang kudus dan tak terbinasakan tentang keselamatan yang kekal itu. (9) Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. (10) Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. (11) Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya. (12) Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. (13) Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada merekapun teman-teman itu tidak percaya. (14) Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitanNya. (15) Lalu Ia berkata kepada mereka: Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. (16) Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. (17) Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, (18) mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh. (19) Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. (20) Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.
Catatan: TB2-LAI meletakkan bagian ini dalam tanda kurung besar / tegak, dan dalam bagian Kata Pengantarnya (hal 3) dikatakan sebagai berikut: Dalam edisi kedua ini, teks-teks yang tidak terdapat dalam naskah-naskah yang dinilai paling baik atau kuno dicantumkan dalam tanda kurung tegak, misalnya dalam Matius 6:13. Nas-nas lain seperti Markus 16:9-20 dan Yohanes 7:53-8:11 juga diberi tanda kurung tegak.

Dalam persoalan Markus 16 ini, ada 4 golongan manuscript:
a. Memuat Markus 16:1-8a, tetapi tidak memuat Mark 16:8b dan Mark 16:9-20.
b. Memuat Markus 16:1-8a dan Mark 16:8b, tetapi tidak memuat Mark 16:9-20.
c. Memuat Mark 16:1-8a dan Mark 16:9-20, tetapi tidak memuat Mark 16:8b.
d. New Geneva Study Bible mengatakan bahwa ada beberapa manuscript yang memuat Mark 16:1-8a, Mark 16:8b, dan Mark 16:9-20.

Catatan: dalam Mark 16 ini:
NIV memberikan headnote sebagai berikut: the two most reliable early manuscripts do not have Mark 16:9-20 (= dua manuscript yang paling kuno dan paling bisa dipercaya tidak mempunyai Mark 16:9-20).
NASB memberikan footnote: Some of the oldest mss. do not contain vv 9-20 (= Beberapa dari manuscript yang paling kuno tidak mempunyai ay 9-20).
Dalam RSV diberikan footnote / catatan kaki yang berbunyi sebagai berikut: Some of the most ancient authorities bring the book to a close at the end of verse 8. One authority concludes the book by adding after verse 8 the following: But they reported briefly to Peter and those with him all that they had been told. And after this, Jesus himself sent out by means of them, from east to west, the sacred and imperishable proclamation of eternal salvation. Other authorities include the preceding passage and continue with verses 9-20. In most authorities verses 9-20 follow immediately after verse 8; a few authorities insert additional material after verse 14 (= Beberapa otoritas / manuscript yang paling kuno mengakhiri kitab ini pada akhir ayat 8. Satu otoritas / manuscript menyimpulkan kitab ini dengan menambahkan setelah ayat 8 kata-kata ini: Tetapi mereka menyampaikan secara singkat kepada Petrus dan mereka yang bersama dengan dia semua yang telah diceritakan kepada mereka. Sesudah ini, Yesus sendiri memberitakannya dengan perantaraan mereka, dari Timur ke Barat, proklamasi keselamatan yang kudus / sakral dan tak bisa binasa itu. Otoritas / manuscript yang lain memasukkan bagian sebelumnya dan melanjutkan dengan ayat 9-20. Dalam kebanyakan otoritas / manuscript ayat 9-20 langsung menyusul ayat 8; sedikit otoritas / manuscript memasukkan tambahan materi setelah ayat 14).
The New Scoffield Study Bible memberikan keterangan sebagai berikut: Verses 9-20 are not found in the two most ancient manuscripts, the Sinaiticus and Vaticanus; others have them with partial omissions and variations. But the passage is quoted by Irenaeus and Hippolytus in the second and third century (= Ayat-ayat 9-20 tidak ditemukan dalam dua manuscript yang paling kuno, Sinaiticus dan Vaticanus; manuscript-manuscript yang lain mempunyai ayat-ayat ini dengan penghapusan sebagian dan variasi-variasi / perbedaan-perbedaan. Tetapi bagian ini dikutip oleh Irenaeus dan Hippolytus dalam abad kedua dan ketiga).
New Geneva Study Bible memberikan keterangan sebagai berikut: Scholars differ regarding whether these verses were originally part of this Gospel. Some important early Greek manuscripts lack these verses, other manuscripts have vv 9-20 (known as the longer Ending), and still others have a Shorter Ending (roughly one verse long). A few manuscripts have both the Shorter Ending and the Longer Ending. Because of these differences, some scholars believe that vv 9-20 were added later and not written by Mark. On the other hand, the verses are cited by writers from the late second century and are found in the overwhelming majority of existing Greek manuscripts of the Gospel of Mark. For other scholars, these facts establish the authenticity of the passage [= Para ahli berbeda pendapat tentang apakah ayat-ayat ini merupakan bagian orisinil dari Injil ini. Beberapa manuscript Yunani kuno tidak mempunyai ayat-ayat ini, beberapa manuscript yang lain mempunyai ayat-ayat 9-20 (dikenal sebagai Akhiran yang panjang), dan ada lagi manuscript-manuscript yang lain yang mempunyai Akhiran yang pendek (kira-kira panjangnya satu ayat). Sedikit manuscript mempunyai baik Akhiran yang pendek maupun Akhiran yang panjang. Karena perbedaan-perbedaan ini, beberapa ahli percaya bahwa ayat-ayat 9-20 ditambahkan belakangan dan tidak ditulis oleh Markus. Di lain pihak, ayat-ayat ini dikutip oleh penulis-penulis dari akhir abad kedua dan ditemukan dalam kebanyakan manuscript Yunani dari Injil Markus. Untuk para ahli yang lain, fakta-fakta ini menegakkan keaslian dari bagian ini].

Pengertian bahwa Markus 16:8b-20 merupakan bagian yang diperdebatkan keasliannya merupakan hal yang penting, karena Mark 16:17-18 sering dipakai oleh banyak orang Pentakosta / Kharismatik untuk mengajarkan ajaran-ajaran yang extrim, misalnya bahwa orang kristen harus berbahasa roh, bisa memegang ular berbisa dan minum racun tanpa mendapat celaka, dsb. Tetapi ingat, bahwa bukan ini yang menyebabkan banyak orang mencurigai bahwa bagian ini tidak asli. Yang menyebabkan kecurigaan adalah adanya perbedaan manuscript.

2. Yohanes 7:53-8:11.
Yohanes 7:53-8:11 - (7:53) Lalu mereka pulang, masing-masing ke rumahnya, (8:1) tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun. (8:2) Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. (8:3) Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepadaNya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. (8:4) Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. (8:5) Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapatMu tentang hal itu? (8:6) Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkanNya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jariNya di tanah. (8:7) Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepadaNya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu. (8:8) Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. (8:9) Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. (8:10) Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau? (8:11) Jawabnya: Tidak ada, Tuhan. Lalu kata Yesus: Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang..
Catatan: TB2-LAI juga meletakkan bagian ini dalam tanda kurung besar / tegak.

Bahwa bagian ini adalah suatu bagian yang diragukan keasliannya, terlihat dari:
Di atas Yoh 7:53, NIV menuliskan kata-kata ini: The earliest and most reliable manuscripts do not have John 7:53-8:11 (= Manuscript-manuscript yang paling kuno dan paling dapat dipercaya tidak mempunyai Yoh 7:53-8:11).
NASB meletakkan seluruh bagian ini dalam tanda kurung dan memberi catatan sebagai berikut: John 7:53-8:11 is not found in most of the old manuscript (Yoh 7:53-8:11 tidak ditemukan dalam mayoritas manuscript kuno).
Footnote / catatan kaki RSV berkata sebagai berikut: The most ancient authorities omit 7.53-8.11; other authorities add the passage here or after 7.36 or after 21.25 or after Luke 21.38 with variations of text (= Otoritas-otoritas / manuscript-manuscript yang paling kuno membuang 7:53-8:11; otoritas-otoritas / manuscript-manuscript yang lain menambahkan bagian ini di sini atau setelah 7:36 atau setelah 21:25 atau setelah Luk 21:38 dengan perbedaan-perbedaan text).
ASV meletakkan bagian ini dalam kurung dan lalu memberikan catatan kaki sebagai berikut: Most of the ancient authorities omit John 7.53-8.11. Those which contain it vary much from each other (= Mayoritas otoritas-otoritas / manuscript-manuscript kuno menghapus Yoh 7:53-8:11. Mereka yang mempunyainya berbeda banyak satu dengan yang lainnya).
Dalam NEB (New English Bible), bagian ini ditulis pada akhir dari Injil Yohanes, dan diberi footnote / catatan kaki yang berbunyi sebagai berikut: This passage, which in the most widely received editions of the New Testament is printed in the text of John 7.53-8.11, has no fixed place in our ancient manuscripts. Some of them do not contain it at all. Some place it after Luke 21.38, others after John 7.36, or 7.52, or 21.24 (= Bagian ini, yang dalam edisi Perjanjian Baru yang paling banyak diterima dicetak dalam text dari Yoh 7:53-8:11, tidak mempunyai tempat yang tetap / tertentu dalam manuscript-manuscript kita yang kuno. Beberapa dari mereka tidak mempunyai bagian ini sama sekali. Beberapa menempatkannya setelah Luk 21:38, yang lain setelah Yoh 7:36, atau 7:52, atau 21:24).

3. Yoh 5:3b,4.
Yoh 5:3-5 - (3) dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. (4) Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya. (5) Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit.
Catatan: yang dipersoalkan adalah bagian yang saya garis bawahi. TB2-LAI juga meletakkan bagian ini dalam tanda kurung besar / tegak.

Bahwa bagian ini adalah bagian yang diragukan keasliannya, terlihat dari:
RSV dan NIV menghapus bagian ini dari textnya, dan hanya menuliskannya pada footnote (= catatan kaki).
NASB menuliskan bagian ini dalam textnya, tetapi meletakkannya dalam tanda kurung.

4. Semua ayat-ayat yang dalam Kitab Suci Indonesia diletakkan dalam tanda kurung besar / tegak ( [.....].
Catatan: bagian yang ada dalam tanda kurung biasa ( (.....), tidak diragukan kebenarannya. Misalnya Yoh 1:38,42.

Contoh bagian yang diletakkan dalam tanda kurung besar / tegak:
a. Matius 6:13b - [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.].
Perlu diperhatikan bahwa ini adalah akhir dari Doa Bapa Kami yang sangat terkenal itu!
b. Mat 17:21 - [Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa.].
Pengertian bahwa ayat ini merupakan ayat yang diragukan keasliannya merupakan hal yang cukup penting karena ayat ini digunakan oleh banyak orang untuk mengajar bahwa kalau kita mau mengusir setan kita harus berdoa dan berpuasa.
Ayat paralel dari Mat 17:21, yaitu Mark 9:29 termasuk bagian Kitab Suci yang asli, karena tidak ada dalam tanda kurung besar / tegak, tetapi Mark 9:29 ini hanya berbunyi: JawabNya kepada mereka: Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa (kata berpuasa tidak ada!).
c. Markus 9:44,46 - (44) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] ... (46) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.].
d. Mark 11:26 - [Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.].
e. Mark 14:68c - [dan berkokoklah ayam].
f. Mark 15:28 - [Demikian genaplah nas Alkitab yang berbunyi: Ia akan terhitung di antara orang-orang durhaka.].
g. Kis 8:37 - [Sahut Filipus: Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh. Jawabnya: Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.].
h. 1Yohanes 5:7b-8a - (7b) [di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. (8a) Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi].
i. Dll.

Saya sendiri condong untuk tidak menerima bagian-bagian ini sebagai Alkitab / Firman Allah. Memang sikap ini mempunyai resiko. Kalau bagian-bagian itu memang adalah Alkitab, maka itu berarti saya mengurangi Alkitab. Tetapi jangan lupa bahwa sikap menerima bagian-bagian itu sebagai bagian asli dari Alkitab, juga mempunyai resikonya sendiri. Kalau bagian-bagian itu memang bukan termasuk Alkitab, maka itu berarti mereka menambahi Alkitab.

Juga perlu diperhatikan bahwa kalau saya menolak bagian-bagian ini sebagai Alkitab, ini sangat berbeda dengan orang-orang Liberal yang menolak bagian-bagian tertentu sebagai Firman Allah. Perbedaannya adalah dalam hal motivasi. Saya menolak bagian-bagian ini justru karena saya sangat menghormati Alkitab dan karena itu saya tidak mau Alkitab ditambahi dengan bagian-bagian yang sebetulnya tidak termasuk Alkitab. Tetapi kalau orang Liberal menolak bagian tertentu dari Alkitab, itu terjadi karena mereka tidak menghormati, bahkan sebaliknya meremehkan, Alkitab.

D) Kita harus mencari dan mengisi diri dengan Alkitab / Firman Allah.

1) Mencari / mengejar Firman Tuhan.
Kepercayaan terhadap Alkitab sebagai Firman Allah akan sia-sia kalau tidak disertai dengan perwujudan yang sejalan dengan kepercayaan itu. Kalau kita memang percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah, maka kita harus mengejar / mencarinya secara mati-matian.

Amsal 2:1-5 - (1) Hai anak-anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu, (2) sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, (3) ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, (4) jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, (5) maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah.

Ayat di atas mengatakan bahwa kita harus mencari hikmat / pengertian / kepandaian seperti mencari perak / harta terpendam. Tentu yang dimaksudkan bukan hikmat / pengertian / kepandaian duniawi / sekuler, tetapi yang bersifat rohani, atau Firman Tuhan. Sekarang renungkan: yang mana yang lebih giat saudara lakukan? Mencari uang / harta / kekayaan, atau mencari Firman Tuhan?
Kalau saudara tahu bahwa di suatu tempat ada harta terpendam, apakah saudara akan menunda dalam mencari / menggalinya? Apakah adanya tamu, adanya undangan pernikahan, adanya kesibukan menyebabkan saudara menunda untuk menggali harta terpendam itu? Kalau tidak, maka perhatikan bahwa ayat ini mengatakan bahwa saudara harus mengejar / mencari hikmat / Firman Tuhan seperti mengejar harta terpendam! Bukankah aneh, kalau ternyata adanya tamu, adanya undangan pernikahan, adanya kesibukan, bisa menyebabkan saudara menunda usaha saudara dalam mencari Firman Tuhan? Bukankah aneh, kalau ternyata adanya tamu, adanya undangan pernikahan, adanya kesibukan, bisa menyebabkan saudara menunda / membuang niat saudara dalam mengikuti Pemahaman Alkitab di gereja saudara?

Amsal 23:23 - Belilah kebenaran dan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian.

Membeli kebenaran, berarti kita harus rela mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan kebenaran. Pengorbanan itu bisa berupa:

a) Uang.
Misalnya:
1. Untuk naik taxi / becak.
2. Untuk membeli buku rohani / DVD khotbah.
Kebanyakan orang kristen lebih mau mengeluarkan uang untuk membeli majalah / CD lagu, dari pada untuk membeli buku rohani / DVD khotbah!
3. Untuk membayar biaya Camp / Retreat / Seminar, dsb.

b) Waktu, tenaga.
Misalnya:
1. Menempuh jarak jauh untuk belajar Firman Tuhan. Kalau saudara bisa menghadiri undangan pernikahan di tempat yang jauh, tetapi tidak mau datang ke gereja yang sekalipun jauh tetapi ajarannya bagus, maka saudara lebih mengutamakan manusia dari pada Tuhan! Ingat juga bahwa Yesus rela meninggalkan sorga dan turun ke dunia, demi menyelamatkan saudara!
2. Mengorbankan waktu bekerja untuk mencari Firman Tuhan, dengan catatan saudara bukanlah seorang pegawai, tetapi bekerja sendiri (dokter, toko, dsb).
3. Mengorbankan waktu belajar untuk mencari Firman Tuhan, tetapi tentu dengan catatan bahwa saudara tetap harus bertanggung jawab dalam soal pelajaran.

c) Pikiran.
Maulah memeras otak pada waktu belajar Firman Tuhan. Banyak orang kristen yang dalam bekerja mau memeras otak, dan dalam pelajaran sekolah mau belajar dengan serius / mempelajari hal-hal yang sukar, tetapi keberatan untuk mendengar khotbah yang sukar! Bukankah ini merupakan pengutamaan hal jasmani di atas hal rohani?

2) Mengisi diri dengan Firman Tuhan.
Kita bisa mengisi diri kita dengan Alkitab / Firman Allah dengan cara:

a) Membaca Alkitab dengan rutin (setiap hari).
Perlu diketahui bahwa Kitab Suci menggambarkan Firman Allah sebagai makanan rohani bagi kita (1Kor 3:2 1Pet 2:2), dan karena itu harus kita makan setiap hari.
1Kor 3:2 - Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya.
1Pet 2:2 - Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.
Kita bisa membaca setiap hari dengan menggunakan buku-buku Saat Teduh, dan / atau membaca Kitab Sucinya secara langsung. Untuk ini ada hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Pilihlah buku Saat Teduh yang baik.
2. Sebaiknya tetapkan waktu saat teduh itu.
Kalau saudara sudah menetapkannya pada pagi hari, maka sebaiknya lakukan itu selalu pada pagi hari. Mengapa? Karena kalau waktu untuk saat teduh itu diubah-ubah, sebentar pagi, sebentar malam, maka akan ada lebih besar kemungkinan untuk lupa mengadakan Saat Teduh itu.
3. Usahakan supaya bisa berkonsentrasi tanpa terganggu pada saat sedang bersaat teduh. Ini bisa dilakukan dengan:
a. Memberi waktu yang cukup untuk Saat Teduh itu.
Melakukan Saat Teduh dengan tergesa-gesa menyebabkan saudara tidak bisa berkonsentrasi baik dalam doa maupun pembacaan Firman Tuhannya, dan ini akan menyebabkan Saat Teduh itu menjadi sia-sia.
b. Sedapat mungkin cari tempat yang sunyi (bdk. Mark 1:35). Juga matikan hand phone, bahkan telpon biasa, juga radio, TV, dan sebagainya. Beri pesan kepada orang-orang di sekitar saudara untuk tidak mengganggu saudara pada saat sedang bersaat teduh. Pokoknya, usahakan supaya jangan ada gangguan apapun pada saat sedang bersaat teduh. Ini bukan hanya karena Tuhan harus diutamakan lebih dari semua, tetapi juga sangat penting untuk memudahkan konsentrasi dan menjaga konsentrasi pada saat sedang bersaat teduh.
4. Berdoalah sebelum membaca Saat Teduh / Alkitab, untuk meminta Tuhan memberi terang kepada saudara supaya saudara bisa mengerti.
5. Pada waktu membaca Saat Teduh, jangan hanya membaca buku Saat Teduhnya saja. Saudara harus membaca bagian Kitab Suci yang diberikan oleh buku Saat Teduh itu.
6. Kalau saudara membaca Kitab Suci secara langsung tanpa menggunakan buku Saat Teduh, maka sebaiknya saudara tidak membaca berurutan mulai Kejadian sampai Wahyu (kecuali saudara mempunyai tujuan khusus), tetapi membaca dari beberapa bagian Kitab Suci setiap hari. Misalnya, setiap hari membaca satu pasal dari Kitab Kejadian, satu pasal dari kitab Mazmur, dan satu pasal dari Injil Matius. Ini memang bukan peraturan yang mutlak, tetapi hal ini penting dan merupakan sesuatu yang bijaksana, karena:
a. Memberi saudara bacaan yang lebih bervariasi:
dalam jenis bacaan (Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, cerita, syair, amsal-amsal, peraturan-peraturan, surat, dsb). Ada orang-orang yang tidak senang dengan syair, sehingga kalau ia membaca 3 pasal dan semua termasuk syair, itu akan membosankan bagi dia.
dalam topik bacaan. Kita bisa mendapatkan teguran, hiburan, janji, perintah berkenaan dengan banyak hal, seperti doa, Firman Tuhan, dosa, pelayanan, penginjilan, persembahan, pujian, dan sebagainya.
Illustrasi: kalau saudara makan, saudara membutuhkan makanan yang bervariasi. Sekalipun daging itu penting, tetapi kalau saudara hanya makan daging, itu tidak baik. Saudara membutuhkan protein, karbohidrat, lemak, serat, vitamin, mineral, air, dan sebagainya.
b. Membaca berurutan mulai dari Kejadian sampai Wahyu bisa menyebabkan kebosanan / rasa frustrasi.
Kalau saudara membaca berurutan mulai Kejadian sampai Wahyu, maka pada hari pertama saudara pada saat saudara membaca Kej 1-3, mungkin tidak apa-apa. Demikian juga dengan hari kedua dimana saudara membaca Kej 4-6. Tetapi setelah saudara menyelesaikan Kitab Kejadian, dan masuk Kitab Keluaran, bagian pertengahan, maka saudara mungkin akan merasa jenuh membaca peraturan-peraturan yang ada di sana. Apalagi kalau saudara sudah memasuki Kitab Imamat, Kitab Bilangan, 1Tawarikh (9 pasal pertama merupakan silsilah!), dsb. Dan bagaimana kalau saudara masuk dalam kitab Wahyu? Setiap hari saudara akan membacanya mungkin tanpa mengertinya sedikitpun! Ini bisa menimbulkan kebosanan / kejenuhan dan bahkan rasa frustrasi, yang bisa membuat saudara berhenti membaca Alkitab!
Tetapi kalau saudara membaca dari 3 bagian Kitab Suci, maka kalau pada satu bagian saudara tidak mendapatkan apa-apa, maka saudara masih bisa mendapatkan sesuatu dari bagian-bagian yang lain.
7. Kalau saudara membaca Kitab Sucinya langsung dan saudara tidak bisa mengertinya, jangan itu membuat saudara frustrasi dan lalu berhenti. Sambil banyak berdoa untuk meminta pimpinan dan terang dari Tuhan, teruskanlah membaca, karena sekalipun ada bagian-bagian yang tidak bisa saudara mengerti, tetapi pasti juga akan ada bagian-bagian yang bisa saudara mengerti.
Tentang bagian-bagian yang tidak saudara mengerti itu, saudara bisa mencari pengertiannya, dengan:
a. Menanyakannya kepada pendeta saudara atau kepada orang kristen yang mempunyai pengertian Kitab Suci yang baik.
b. Membaca buku-buku yang baik, yang menjelaskan ayat-ayat itu.
c. Mencari jawabannya di internet.
8. Setelah selesai membaca Kitab Suci / Saat Teduh, berdoalah lagi untuk menanggapi apa yang sudah saudara baca.

b) Belajar Kitab Suci.
Yakobus 1:25 - Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.
Yakobus 1:25 ini menggunakan kata meneliti. Ini bukan sekedar membaca, tetapi mempelajari secara lebih serius / mendalam. Ini bisa saudara lakukan dengan mendengar khotbah / mengikuti Pemahaman Alkitab yang mendalam, mengikuti Seminar / Camp / Retreat, atau dengan membaca buku-buku rohani (tetapi awas, memilihnya harus hati-hati karena ada banyak buku yang sesat!).
Dalam belajar Kitab Suci, kita harus mau belajar dari orang lain, baik dengan mendengar khotbah / ajarannya ataupun membaca bukunya. Ada banyak orang yang cuma mau belajar langsung dari Tuhan, dan tidak mau belajar dari manusia. Ini adalah sikap bodoh dan sombong yang tidak pada tempatnya. Sekalipun Tuhan memang bisa mengajar langsung melalui Roh Kudusnya, tetapi Tuhan juga mengangkat hamba-hamba Tuhan untuk mengajar jemaat.
Efesus 4:11-15 - (11) Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, (12) untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, (13) sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, (14) sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, (15) tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.

c) Merenungkan Kitab Suci.
Mazmur 1:2 - tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
Mazmur 119:99 - Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatanMu kurenungkan”.
Merenungkan Firman membuat kita lebih menghayatinya, dan juga membuat kita bisa lebih menyadari dosa-dosa kita.
Misalnya:
1. Kalau kita mendengar / belajar tentang penderitaan dan kematian yang mengerikan yang Yesus alami bagi kita, maka dengan merenungkan hal itu, kita bisa makin merasakan cinta Tuhan kepada kita.
2. Pada waktu Firman Tuhan menegur kita dari dosa tertentu, misalnya dalam persoalan kebencian, maka kita perlu merenungkan siapa orang yang kita benci, dan kita perlu bertobat dari hal itu.

d) Menghafalkan Kitab Suci.
Yakobus 1:25 - Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.
Yakobus 1:25 ini mengatakan bukan hanya mendengar untuk melupakannya. Ini menunjukkan bahwa kita juga harus menghafalkan ayat-ayat penting dalam Kitab Suci. Menurut saya, cara yang terbaik dalam menghafalkan Kitab Suci adalah dengan memberitakannya / mengajarkannya. Dengan memberitakan / mengajarkannya, saudara akan secara otomatis menghafalkan Kitab Suci.
Menghafalkan Kitab Suci ini penting dalam menghadapi serangan setan berupa godaan untuk melakukan dosa tertentu, ataupun ajaran sesat. Bandingkan dengan Yesus yang menggunakan ayat Kitab Suci untuk menangkis serangan setan. 3 x setan menyerang, dan 3 x juga Yesus menggunakan senjata yang sama, yaitu Firman Tuhan! (bdk. Mat 4:1-11).

Catatan: Sekalipun pemberitaan Firman Tuhan yang bersifat insidentil (seperti Camp, Retreat, Seminar, KKR, dsb) itu penting, tetapi Firman Tuhan yang bersifat rutin (Kebaktian, Pemahaman Alkitab, Saat Teduh) jauh lebih penting dan berguna bagi pertumbuhan iman kita. Firman Tuhan yang bersifat insidentil hanya menjadi pelengkap, bukan dimaksudkan untuk berdiri sendiri.

Illustrasi: Ada 2 orang anak, yang pertama diberi makan biasa secara rutin (3 x sehari), yang kedua diberi makanan istimewa (di restoran yang termahal) tetapi hanya 3 bulan sekali. Yang mana yang bertumbuh?

E) Kita harus menghargai dan meninggikan otoritas Alkitab lebih dari apapun.

1) Karena Kitab Suci adalah Firman Allah, maka otoritasnya harus ditinggikan melebihi apapun, seperti:
a) Hukum / undang-undang negara.
b) Perintah / larangan orang tua, sekolah, suami / istri, pendeta / majelis / gereja, boss, dan sebagainya.
Bdk. Kis 5:29 - Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.
c) Pengakuan iman ataupun doktrin / dogma gereja.
d) Logika / pikiran kita.
d) ‘Ilmu pengetahuan.
Sebetulnya ilmu pengetahuan yang benar, dan pandangan yang benar tentang Alkitab yang ditafsirkan secara benar, tidak mungkin bertentangan, karena 2 kebenaran memang tidak mungkin bertentangan. Tetapi Alkitab bisa bertentangan dengan ilmu pengetahuan yang sebetulnya bukanlah ilmu pengetahuan.
Contoh:
Pertentangan antara Alkitab dengan teori evolusi. Dalam Kejadian 1:24-25 dikatakan bahwa Allah menciptakan binatang darat, dan dalam Kej 1:26-31 dikatakan bahwa Allah menciptakan manusia. Jadi jelas bahwa penciptaan binatang darat dan manusia adalah 2 penciptaan yang berbeda / terpisah, sekalipun terjadi dalam satu hari! Ini jelas bertentangan dengan teori evolusi, yang mengatakan bahwa manusia berasal dari binatang / monyet yang mengalami evolusi / perubahan sedikit demi sedikit sehingga akhirnya (setelah jutaan tahun) menjadi manusia! Pertentangan ini menyebabkan kita hanya bisa menerima salah satu, atau Alkitab atau teori evolusi. Kalau saudara adalah orang Kristen yang percaya pada kebenaran Alkitab / Firman Tuhan, saudara harus menolak teori evolusi!
Ingat bahwa teori evolusi ini hanyalah suatu hipotesa / dugaan, tetapi tidak punya bukti, dan karenanya sebetulnya tidak bisa disebut sebagai ilmu pengetahuan. Tetapi dimana-mana, baik dalam siaran TV, majalah, dan bahkan dalam pelajaran sekolah, teori evolusi diperlakukan seakan-akan teori ini betul-betul merupakan ilmu pengetahuan.
Dalam Koran Surya hari Minggu, tanggal 22 November 1998, ada sebuah artikel yang berjudul Coelacanth ikan fosil yang masih hidup. Dikatakan bahwa di perairan Indonesia (sekitar Manado) ditemukan ikan Coelacanth (baca: silakan), yang disebutkan sebagai mbahnya komodo, dan yang oleh ahli-ahli ilmu pengetahuan dianggap sudah punah pada sekitar 70 atau 80 juta tahun yang lalu. Ternyata pada waktu tulang-tulang dari ikan yang baru ditangkap itu dibandingkan dengan fosil ikan yang dianggap sudah berumur 80 juta tahun itu, ternyata bahwa: kita hampir tidak dapat membedakan kerangka tulang mana yang purba (80 juta tahun lalu) dengan yang sekarang. Dan ini menimbulkan pertanyaan mengapa? Mengapa organ ikan ini tetap statis untuk jangka waktu yang demikian lamanya tanpa mengalami evolusi?.
Saya berpendapat pertanyaan ini mudah sekali jawabannya, yaitu: karena evolusi tidak pernah ada!

2) Otoritas Kitab Suci juga harus ditinggikan dalam mendengar suatu ajaran.
a) Jangan mempercayai ajaran dari tokoh yang manapun, kalau ajarannya tidak mempunyai dasar Kitab Suci, apalagi bertentangan dengan Kitab Suci.
Banyak orang salah dalam hal ini, karena mereka menerima / menelan begitu saja ajaran dari tokoh tertentu atau dogma gerejanya, padahal tidak ada dasar Kitab Sucinya.
Bdk. Kis 17:11 - “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.
Perhatikan dan teladanilah orang-orang Yahudi di Berea ini, yang bahkan pada saat mendengar khotbah dari rasul Paulus, tetap mengecheknya dengan menggunakan Kitab Suci / Firman Tuhan!
b) Sebaliknya, terimalah ajaran dari anak kecil sekalipun, kalau ajarannya memang sesuai dengan Kitab Suci. Kalau anak saudara melihat / mendengar saudara berdusta, dan lalu menegur saudara, dengan mengatakan bahwa tindakan saudara itu adalah dosa, apa reaksi saudara? Marah? Mengabaikannya? Tunduk pada teguran itu?
c) Juga, jangan menolak suatu ajaran yang mempunyai dasar-dasar Kitab Suci, kecuali saudara bisa menggugurkan semua dasar Kitab Suci dari ajaran tersebut.

F) Kita harus melakukan / mentaati Kitab Suci.

Yakobus 1:22 - Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.
Tidak ada gunanya banyak belajar Kitab Suci, kalau kita tidak mentaatinya. Kalau saudara memang mempercayai bahwa Alkitab adalah Firman Allah, maka setelah mempelajarinya saudara harus mentaati ajaran Alkitab. Tidak mentaati ajaran Alkitab sama dengan tidak mentaati Allah. Tidak mempedulikan ajaran Alkitab sama dengan tidak mempedulikan Allah.

G) Kita harus memberitakan Kitab Suci.

Matius 28:19-20 - (19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman..

Penutup: BUKTI ALKITAB ADALAH FIRMAN ALLAH

Memang tidak setiap orang dipanggil menjadi pendeta / pengkhotbah, tetapi setidaknya saudara bisa melakukan hal-hal di bawah ini:
1) Memberitakan Injil secara pribadi.
2) Mengajar secara pribadi, misalnya pada waktu mendengar ada teman yang mempunyai pandangan yang salah.
3) Membagikan traktat.
4) Mendukung gereja / pendeta yang betul-betul memberitakan Injil / Firman Allah, baik melalui doa, uang, tenaga, pikiran, dsb.

Baca juga:Apakah Ada Kontradiksi Di Dalam Alkitab

Seorang yang bernama Daniel Webster berkata sebagai berikut:
If religious books are not widely circulated among the masses in this country, I do not know what is going to become of us as a nation. If truth be not diffused, error will be; if God and His Word are not known and received, the devil and his works will gain the ascendancy; if the evangelical volume does not reach every hamlet, the pages of a corrupt and licentious literature will; if the power of the Gospel is not felt throughout the length and breadth of the land, anarchy and misrule, degradation and misery, corruption and darkness, will reign without mitigation or end (= Jika buku-buku agama / rohani tidak beredar secara luas di antara rakyat dalam negara ini, saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita sebagai bangsa. Jika kebenaran tidak dise-barkan, maka kesalahanlah yang akan tersebar; jika Allah dan FirmanNya tidak diketahui / dikenal dan diterima, setan dan pekerjaannya akan mendapatkan kekuasaan / pengaruh; jika buku-buku injili tidak mencapai setiap desa, halaman-halaman yang jahat dan literatur yang tidak bermoral akan mencapainya; jika kuasa Injil tidak dirasakan diseluruh lebar dan panjang negara ini, maka anarkhi dan pemerintahan yang salah, keburukan dan kesengsaraan, korupsi / kejahatan / kecurangan dan kegelapan, akan memerintah tanpa pengurangan atau akhir).

Baca juga: KESATUAN DAN KEKUDUSAN KAUM PILIHAN

Seorang yang bernama Edmund Burke berkata:
All that is necessary for the triumph of evil is that good men do nothing (= Semua yang dibutuhkan supaya kejahatan menang adalah bahwa orang-orang yang baik tidak melakukan apa-apa) - dikutip dari buku Saat Teduh Streams in the Desert, vol 2, June 13.

Semoga kedua kutipan di atas ini bisa mendorong setiap orang kristen, terlebih lagi setiap hamba Tuhan, untuk lebih giat dalam memberitakan Injil / Firman Tuhan. Mengapa? Karena memang salah satu alasan yang menyebabkan ajaran-ajaran sesat bisa tersebar dan kejahatan bisa menang, adalah karena banyak orang kristen maupun hamba Tuhan yang tidak / kurang memberitakan Injil / Firman Tuhan.
Terima kasih telah membaca BUKTI ALKITAB ADALAH FIRMAN ALLAH di blog Teologia Reformed.GBU
-o0o-

PDT. BUDI ASALI,M.DIV.
https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/alkitab.html#

Tags