Latest News

Showing posts with label Hari Sabat. Show all posts
Showing posts with label Hari Sabat. Show all posts

Wednesday, January 23, 2019

LARANGAN DAN KEHARUSAN PADA HARI SABAT TUHAN

LARANGAN DAN KEHARUSAN PADA HARI SABAT TUHAN

LARANGAN DAN KEHARUSAN PADA HARI SABAT TUHAN. Keluaran 20:8-11 - (8) Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: (9) enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, (10) tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. (11) Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.

Ay 8 mengatakan bahwa kita harus mengingat dan menguduskan hari Sabat.
Arti kata kudus:
Terpisah dari / berbeda dengan.
Misalnya:
bangsa Israel disebut sebagai bangsa yang kudus (Im 20:24,26).
orang Kristen disebut sebagai orang kudus (Efesus 1:1  1Pet 2:9).
Diperuntukkan bagi Allah.
bangsa Israel adalah bangsa milik Allah (Im 20:26).
orang Kristen juga menjadi milik Allah (1Petrus 2:9).

Kalau kita diperintahkan untuk menguduskan hari Sabat, maka itu berarti kita harus memisahkan hari Sabat dari hari-hari yang lain, atau kita harus membedakan hari Sabat dari hari-hari yang lain (arti 1), dan kita harus menggunakan hari Sabat itu untuk Tuhan (arti 2).

Apa tindakan konkrit yang dilarang dan yang harus dilakukan untuk menguduskan hari Sabat itu?

1) Pada hari Sabat, kita dilarang bekerja.
Pada hari-hari biasa, kita bekerja, dan kita harus membedakan hari Sabat, dengan tidak bekerja pada hari itu. Kalau kita tetap bekerja pada hari Sabat, maka kita menyamakan hari itu dengan hari-hari yang lain, dan itu berarti kita tidak menguduskannya.

2) Pada hari Sabat, kita harus berbakti kepada Tuhan.
D. L. Moody: Men seem to think they have a right to change the holy day into a holiday (= Manusia kelihatannya mengira bahwa mereka mempunyai hak untuk mengubah hari yang kudus menjadi hari libur) - D. L. Moody On The Ten Commandments, hal 58.

BACA JUGA: TUJUAN KEDATANGAN YESUS KE DALAM DUNIA

Sekarang, mari kita menyoroti kedua hal di atas dengan lebih terperinci:

1) Larangan bekerja pada hari Sabat.

a) Penambahan peraturan / larangan Sabat oleh orang-orang Yahudi.
Hukum hari Sabat ditambahi dengan begitu banyak larangan dan peraturan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.

1. Banyaknya peraturan orang-orang Yahudi tentang hari Sabat.

William Barclay (tentang Yoh 3:1-6): In the Bible itself we are simply told that we must remember the Sabbath day to keep it holy and that on that day no work must be done, either by a man or by his servants or his animals. Not content with that, the later Jews spent hour after hour and generation after generation defining what work is and listing the things that may and may not be done on the Sabbath day. The Mishnah is the codified scribal law. The scribes spent their lives working out these rules and regulations. In the Mishnah the section on the Sabbath extends to no fewer than twenty-four chapters. The Talmud is the explanatory commentary on the Mishnah, and in the Jerusalem Talmud the section explaining the Sabbath law runs to sixty-four and a half columns; and in the Babylonian Talmud it runs to one hundred and fifty-six double folio pages. And we are told about a rabbi who spent two and a half years in studying one of the twenty-four chapters of the Mishnah” (= Dalam Alkitab sendiri kita hanya diberitahu bahwa kita harus mengingat hari Sabat dan menguduskannya dan bahwa pada hari itu tidak ada pekerjaan yang boleh dilakukan, apakah oleh seorang manusia atau oleh pelayan-pelayannya atau binatang-binatangnya. Tidak puas dengan itu, orang-orang Yahudi belakangan menghabiskan jam demi jam dan generasi demi generasi untuk mendefinisikan apakah pekerjaan itu dan membuat daftar hal-hal yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat. Mishnah merupakan hukum dari ahli-ahli Taurat yang telah disusun dalam sebuah buku. Ahli-ahli Taurat menghabiskan hidup mereka untuk menyusun / menentukan peraturan-peraturan ini. Dalam Mishnah bagian / bab tentang hari Sabat mencapai tidak kurang dari 24 pasal. Kitab Talmud merupakan buku tafsiran yang menjelaskan tentang Mishnah, dan dalam Talmud Yerusalem bagian / bab yang menjelaskan tentang hari Sabat mencapai 64,5 kolom / artikel; dan dalam Talmud Babilonia itu mencapai 156 halaman dobel-folio. Dan kita diberi tahu tentang seorang rabi yang menghabiskan 2,5 tahun untuk mempelajari satu dari 24 pasal dari Mishnah) - hal 121.

2. Macam-macam larangan dalam kalangan agama Yahudi berkenaan dengan hari Sabat.

a. Larangan membawa beban dan mempersiapkan makanan.
menuai, menampi, dan mengirik, dan mempersiapkan makanan.
merupakan sesuatu yang dilarang untuk membawa beban. Tetapi apakah beban itu? Beban adalah apapun yang sama beratnya dengan 2 buah ara kering, anggur yang cukup untuk membuat satu gelas minuman, susu yang cukup untuk satu teguk, madu cukup untuk diberikan pada suatu luka, minyak cukup untuk mengurapi anggota yang kecil, air cukup untuk membasahkan salep mata, kertas cukup untuk menuliskan pemberitahuan suatu rumah cukai, tinta cukup untuk menuliskan 2 huruf dari alfabet, bambu cukup untuk membuat sebuah pena, dan seterusnya tanpa ada akhirnya.
Demikianlah mereka menghabiskan banyak waktu untuk berdebat apakah seseorang boleh atau tidak boleh mengangkat sebuah lampu dari satu tempat ke tempat lain pada hari Sabat, apakah seorang perempuan boleh memakai rambut palsu, bahkan apakah seseorang boleh pergi keluar pada hari Sabat dengan gigi palsu atau kaki palsu, apakah seseorang boleh mengangkat anaknya pada hari Sabat.
seseorang berdosa jika ia membawa sebuah jarum di jubahnya pada hari Sabat.
bros dari jenis apapun tidak boleh dipakai pada hari Sabat.
Seseorang tidak boleh keluar pada hari Sabat dengan sandal yang menggunakan paku, karena berat dari paku-paku itu merupakan suatu beban, dan membawa beban berarti melanggar hari Sabat.

b. Larangan bepergian / melakukan perjalanan jauh.
Perjalanan pada hari Sabat dibatasi pada 2000 hasta, yaitu 1000 yard.
Catatan: 1 yard = 3 kaki (kira-kira 91,5 cm). Berdasarkan kata-kata Barclay ini, jarak yang boleh ditempuh pada hari Sabat hanyalah sekitar 914 meter.

BACA JUGA: DOA PEREMPUAN KANAAN KEPADA ALLAH

c. Larangan mengobati / menyembuhkan.
Dalam kasus dimana nyawa ada dalam bahaya maka boleh dilakukan penanganan, khususnya seperti kasus penyakit telinga, hidung, tenggorokan, dan mata. Tetapi bahkan dalam kasus seperti itu, langkah-langkah bisa diambil hanya untuk mencegah kematian / supaya orang itu jangan menjadi lebih buruk, tetapi bukan untuk menyembuhkannya / membuatnya lebih baik.
Seorang perempuan yang mau melahirkan boleh ditolong pada hari Sabat.
Jika sebuah tembok rubuh dan menimpa seseorang, secukupnya boleh disingkirkan untuk melihat apakah ia mati atau hidup; jika ia hidup ia boleh ditolong, jika ia mati mayatnya harus dibiarkan sampai hari berikutnya.
Perban biasa boleh diberikan pada suatu luka, tetapi bukan perban yang menggunakan obat.
Dilarang untuk membetulkan letak dari kaki / tangan yang patah. Tulang patah tidak boleh dirawat. Air dingin tidak boleh dituangkan pada tangan atau kaki yang terkilir / keluar dari posisinya.

d. Larangan menulis.
Menulis pada hari Sabat berarti bekerja. Tetapi menulis perlu didefinisikan. Ia yang menulis 2 huruf dari alfabet dengan tangan kanan atau tangan kirinya, apakah dari satu jenis atau 2 jenis, jika huruf-huruf itu ditulis dengan tinta yang berbeda atau dalam bahasa yang berbeda, bersalah. Bahkan jika ia menulis 2 huruf karena lupa, ia bersalah, apakah ia telah menulis huruf-huruf itu dengan tinta atau dengan cat, kapur merah, benda tajam, atau apapun yang membuat tanda permanen. Juga ia yang menulis pada 2 dinding yang membentuk suatu sudut, atau pada 2 lembaran dari buku catatan / rekeningnya sehingga huruf-huruf itu bisa dibaca bersama-sama, ia bersalah ... Tetapi jika seseorang menulis dengan cairan gelap, dengan air buah, atau di tanah di jalanan, atau pada pasir, atau pada apapun yang tidak membuat tanda permanen, ia tidak bersalah. ... Jika ia menulis satu huruf di tanah, dan satu di dinding rumah, atau pada 2 halaman dari suatu buku, sehingga huruf-huruf itu tidak bisa dibaca bersama-sama, ia tidak bersalah.

e. Larangan menyalakan api / lampu.
Sampai hari ini ada orang-orang Yahudi orthodox yang ketat di negeri ini yang tidak akan memperbaiki nyala api pada hari Sabat atau menyalakan skakelar lampu. Jika api harus dikobarkan seorang non Yahudi digunakan untuk melakukannya. Jika seorang Yahudi cukup kaya, ia kadang-kadang akan memasang skakelar waktu yang akan menyalakan lampu (secara otomatis) pada sore hari pada hari Sabat tanpa ia melakukannya sendiri.

f. Larangan membuat simpul.
Mengikat / membuat simpul pada hari Sabat adalah bekerja; dan seseorang sama bersalahnya dengan membuat simpul maupun melepaskan / menguraikannya. Tetapi suatu simpul perlu didefinisikan. Ada yang boleh dibuat, ada yang tidak boleh.
Simpul yang dilarang: simpul dari penunggang-penunggang unta dan simpul dari pelaut.
Simpul yang bisa dibuat / diikat atau dilepaskan / diuraikan dengan satu tangan adalah simpul yang boleh dilakukan.
Seorang perempuan boleh mengikat suatu celah pada pakaiannya (?) dan tali pada topi dan pada sabuknya, tali pengikat dari sepatu atau sandal, dari kantong kulit dari anggur dan minyak.

g. Larangan berperang / membela diri.
William Barclay (tentang Mark 3:1-6): a strict Jew would not even defend his life on the Sabbath (= seorang Yahudi yang ketat bahkan tidak akan mempertahankan dirinya / nyawanya pada hari Sabat) - hal 67-68.
Orang-orang Syria dan Romawi pernah mengalahkan orang-orang Yahudi dengan cara berperang pada hari Sabat, dan orang-orang Yahudi itu sama sekali tidak mau membela diri sehingga mereka dapat dibunuh dengan mudah.
Salah satu cerita dimana orang-orang Yahudi tidak mau berperang dan rela membiarkan diri dibunuh, karena musuh menyerang pada hari Sabat, terdapat dalam kitab Apocrypha, yaitu 1Makabe 2:31-38. Pada saat itu sekitar 1000 orang Yahudi dibunuh pada hari Sabat. Ini menyebabkan seorang Yahudi yang bernama Matatias lalu mengubah prinsip itu, dan memutuskan untuk berperang kalau diserang pada hari Sabat (1Makabe 2:41).
Catatan:
Kitab apocrypha tidak kita akui sebagai Firman Tuhan, tetapi paling-paling sebagai buku kuno / sejarah.
Larangan perang / pembelaan diri pada hari Sabat ini kelihatannya bertentangan dengan peristiwa dalam Yos 6:15  1Raja 20:29  2Raja 3:9.

h. Macam-macam larangan yang lain.
Seseorang tidak boleh mengisi tempat minyak dengan minyak dan meletakkannya di sisi lampu dan memasukkan ujung sumbu ke dalamnya.
Jika seseorang mematikan sebuah lampu pada hari Sabat untuk menghemat lampu atau minyak atau sumbunya, ia bersalah.
Seseorang tidak boleh menggunting kuku jarinya atau mencabut rambut dari kepalanya atau janggutnya.
Dilarang yang melakukan hubungan sex dengan istrinya.
Dilarang menunggang binatang apapun, atau bepergian dengan kapal di laut.
Dilarang memukul atau membunuh apapun, atau menangkap seekor binatang, burung, atau ikan.
Dilarang berpuasa pada hari Sabat.
Puasa justru dilarang pada hari Sabat, karena hari Sabat dianggap sebagai hari pesta / perayaan. Makanan justru merupakan bagian penting dari perayaan hari Sabat - From Sabbath to Lords Day, hal 50.

i. C. Rowland mengatakan bahwa ada kelompok Yahudi yang bernama The Essenes, yang bahkan melarang seseorang buang air besar pada hari Sabat! - From Sabbath to Lords Day, hal 46.

Ada banyak text-text Kitab Suci yang menunjukkan pertentangan antara Yesus dan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berkenaan dengan larangan / peraturan hari Sabat, seperti dalam Matius 12:1-13 (bdk. Markus 2:23-3:6  Lukas 6:1-11)  Lukas 13:10-17  Lukas 14:1-6  Yohanes 5:1-18  Yohanes 7:22-23  Yohanes 9:1-16. Dari text-text yang menunjukkan pertentangan antara Yesus dan orang-orang Yahudi dalam persoalan hukum Sabat ini, kita bisa menyimpulkan bahwa dalam pandangan Yesus ada hal-hal / pekerjaan yang boleh dilakukan pada hari Sabat, yaitu:

Pekerjaan / hal darurat yang betul-betul dibutuhkan.
Lukas 14:5 - Kemudian Ia berkata kepada mereka: Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?.
Pekerjaan yang berhubungan dengan keadaan darurat ini jelas mencakup perang / pembelaan diri. Bdk. Yos 6:15  1Raja 20:29  2Raja 3:9.

Menolong orang / berbuat baik.
Mat 12:10-13 - (10) Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka bertanya kepadaNya: Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat? Maksud mereka ialah supaya dapat mempersalahkan Dia. (11) Tetapi Yesus berkata kepada mereka: Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? (12) Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat. (13) Lalu kata Yesus kepada orang itu: Ulurkanlah tanganmu! Dan ia mengulurkannya, maka pulihlah tangannya itu, dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain.
Karena itu janganlah menggunakan hukum Sabat ini sebagai alasan untuk tidak menolong orang yang membutuhkan pertolongan.

Diijinkannya kita untuk berbuat baik pada hari Sabat menyebabkan adanya tempat-tempat yang boleh tetap buka pada hari Sabat, seperti rumah sakit, apotik. Tetapi motivasinya bukan untuk mencari uang, tetapi untuk berbuat baik / melayani / menolong orang. Tentu bukannya semua lalu digratiskan. Mereka tetap boleh menarik bayaran, tetapi itu tidak boleh menjadi motivasi mereka.

Melayani Tuhan.
Matius 12:5 - Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?.

Jadi, hamba Tuhan yang bekerja / melayani pada hari Minggu, tidak bersalah. Sebaliknya, ia melakukan sesuatu yang baik. Pelayanan pada hari Minggu bukanlah termasuk bekerja, dan karena itu bukan merupakan pelanggaran terhadap hukum hari Sabat.

Tetapi lalu bagaimana dengan istirahat Sabat bagi hamba Tuhan? Ada orang-orang yang mengatakan bahwa hamba Tuhan harus mempunyai hari Sabat / hari istirahat di luar hari Minggu. Tetapi dari Kitab Suci maupun dari buku-buku manapun, saya tidak pernah membaca / menemukan bahwa imam-imam pada jaman Perjanjian Lama mempunyai hari Sabat / hari istirahat di luar hari Sabtu. Jadi, menurut saya, Kitab Suci tidak mengharuskan hamba Tuhan untuk mempunyai satu hari istirahat, tetapi juga tidak melarangnya. Kalau seorang hamba Tuhan ingin mempunyai hari istirahat, dan memilih satu hari tertentu (selain Minggu) sebagai hari istirahatnya, saya berpendapat bahwa ia berhak melakukannya.

b) Ada banyak hal / pekerjaan yang memang tidak boleh kita lakukan pada hari Sabat.
Kalau orang-orang Yahudi menambahi larangan / peraturan Sabat sehingga menjadi terlalu ketat, maka pada jaman sekarang, boleh dikatakan semua orang Kristen jatuh (mungkin secara jauh lebih buruk) pada extrim sebaliknya, yaitu mengabaikan sebagian / seluruh larangan / peraturan Sabat. Karena itu, perhatikanlah hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat di bawah ini:

1. Kita tidak boleh melakukan pekerjaan sehari-hari.

Keluaran 20:9-10 - (9) enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, (10) tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.

a. Perhatikan Keluaran 20:9 - enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu.

Kita tidak boleh menjadi pemalas yang tidak mau bekerja. Kita disuruh untuk bekerja. Tetapi, semua pekerjaan itu harus dilakukan dalam 6 hari. Untuk itu perhatikan kata segala dalam ay 9 di atas. Saya berpendapat bahwa penekanan dari ay 9 ini bukanlah bahwa kita harus bekerja selama 6 hari itu, tetapi bahwa segala pekerjaan harus diselesaikan dalam 6 hari sehingga tidak ada pekerjaan yang tersisa untuk hari Sabat. Jadi, bekerja ataupun lembur pada hari Sabat jelas tidak diijinkan. Pada masa sibukpun hari Sabat harus tetap menjadi hari istirahat.
Bdk. Keluaran 34:21 - Enam harilah lamanya engkau bekerja, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah engkau berhenti, dan dalam musim membajak dan musim menuai haruslah engkau memelihara hari perhentian juga.
Masa menabur dan menuai jelas merupakan masa paling sibuk. Tetapi Firman Tuhan tidak mengenal kompromi dan tetap memerintahkan untuk memelihara Sabat sebagai hari perhentian / istirahat pada saat seperti itu.
Penerapan:
Ini berlaku untuk siswa / mahasiswa yang sedang ujian. Kalau mereka kuatir tidak lulus karena harus punya 1 hari istirahat dalam 1 minggu, maka perlu mereka camkan bahwa Tuhan bisa memberkati masa belajar 6 hari, dibandingkan dengan masa belajar 7 hari tanpa istirahat, dalam 1 minggu!
Ini juga berlaku untuk orang yang merasa bahwa dengan bekerja 7 hari dalam 1 minggu ia masih belum mendapat uang yang cukup untuk hidupnya. Bagaimana mungkin harus membuang 1 hari untuk istirahat? Ingat, Tuhan bisa memberkati 6 hari kerja lebih dari 7 hari kerja dalam 1 minggu! Bdk. Mat 6:33 - Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Bandingkan dengan orang yang 100 % gajinya tidak mencukupi, tetapi dengan memberikan 10 % untuk Tuhan sebagai persembahan persepuluhan, malah dengan 90 % ia bisa mencukupi hidupnya. Tuhan ada di atas matematik! Ini juga berlaku bagi orang-orang, yang karena ingin memelihara hari Sabat, tidak bekerja / belajar pada hari itu!

Kalau kita melanggar hukum hari Sabat dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan, maka perhatikan kutipan di bawah ini.
D. L. Moody: When the children of Israel went into the Promised Land, God told them to let their land rest every seven years, and He would give them as much in six years as in seven. For four hundred and ninety years they disregarded that law. But mark you, Nebuchadnezzar came and took them off into Babylon, and kept them seventy years in captivity, and the land had its seventy sabbaths of rest. Seven times seventy is four hundred and ninety. So they did not gain much by breaking this law. You can give God His day, or He will take it (= Pada waktu bangsa Israel masuk ke Tanah Perjanjian, Allah memberitahu mereka untuk membiarkan tanah mereka beristirahat setiap 7 tahun, dan Ia akan memberikan kepada mereka sama banyaknya dalam 6 tahun seperti dalam 7 tahun. Selama 490 tahun mereka mengabaikan hukum tersebut. Tetapi perhatikan, Nebukadnezar datang dan membawa mereka ke Babilonia, dan menaruh mereka 70 tahun dalam pembuangan, dan tanah itu mendapatkan 70 x istirahat Sabatnya. 7 x 70 = 490. Jadi, mereka tidak mendapatkan keuntungan dengan melanggar hukum ini. Kamu bisa memberikan kepada Allah hariNya, atau Ia akan mengambilnya sendiri) - D. L. Moody On The Ten Commandments, hal 61.

b. Perhatikan Kel 20:10 - tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.

Ada beberapa hal yang harus ditekankan / dijelaskan tentang Kel 20:10 ini:
seluruh, bukan sebagian dari, hari ketujuh itu adalah hari Sabat Tuhan! Jadi, jangan mempunyai pandangan bahwa kalau saudara sudah berbakti kepada Tuhan pada hari Minggu, maka saudara boleh menggunakan sisa hari itu sesuka saudara sendiri! Seluruh hari Minggu adalah hari Sabat Tuhan!
bukan hanya kita yang tidak boleh bekerja, tetapi juga pegawai, anak-anak, dan bahkan binatang!
Kita tidak boleh mempekerjakan pegawai  / pelayan, dan kita juga tidak boleh menyuruh anak kita untuk belajar! Mereka juga membutuhkan istirahat! Ada 6 hari untuk bekerja / belajar bagi mereka; biarkan mereka beristirahat pada hari Sabat.
Ini perlu dicamkan oleh para boss, yang sering mengharuskan pegawai-pegawainya untuk lembur / tetap bekerja pada hari Minggu.
Ini juga perlu dicamkan oleh para orang tua, khususnya mereka yang kadang-kadang menghukum anaknya dengan melarang pergi ke gereja dan menyuruhnya belajar di rumah, karena anak itu mendapatkan nilai / rapor yang jelek. Hukumlah anak dengan cara lain, bukan dengan menyuruh mereka berdosa dengan melanggar peraturan Sabat!
mengapa istri tidak disebutkan?
Matthew Henry mengatakan bahwa istri tidak disebutkan, karena ia dianggap sebagai satu dengan suami.

Sekarang mari kita melihat 2 text Kitab Suci lain (selain Kel 20:9-10), yang menekankan larangan bekerja pada hari Sabat, dan juga beberapa komentar dari para penafsir tentang text-text tersebut.

Text pertama: Yer 17:21-27 - (21) Beginilah firman TUHAN: Berawas-awaslah demi nyawamu! Janganlah mengangkut barang-barang pada hari Sabat dan membawanya melalui pintu-pintu gerbang Yerusalem! (22) Janganlah membawa barang-barang dari rumahmu ke luar pada hari Sabat dan janganlah lakukan sesuatu pekerjaan, tetapi kuduskanlah hari Sabat seperti yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyangmu. (23) Namun mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memperhatikannya, melainkan mereka berkeras kepala, sehingga tidak mau mendengarkan dan tidak mau menerima tegoran. (24) Apabila kamu sungguh-sungguh mendengarkan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan tidak membawa masuk barang-barang melalui pintu-pintu gerbang kota ini pada hari Sabat, tetapi menguduskan hari Sabat dan tidak melakukan sesuatu pekerjaan pada hari itu, (25) maka melalui pintu-pintu gerbang kota ini akan berarak masuk raja-raja dan pemuka-pemuka, yang akan duduk di atas takhta Daud, dengan mengendarai kereta dan kuda: mereka dan pemuka-pemuka mereka, orang-orang Yehuda dan penduduk Yerusalem. Dan kota ini akan didiami orang untuk selama-lamanya. (26) Orang akan datang dari kota-kota Yehuda dan dari tempat-tempat sekitar Yerusalem, dari tanah Benyamin dan dari Daerah Bukit, dari pegunungan dan dari tanah Negeb, dengan membawa korban bakaran, korban sembelihan, korban sajian dan kemenyan, membawa korban syukur ke dalam rumah TUHAN. (27) Tetapi apabila kamu tidak mendengarkan perintahKu untuk menguduskan hari Sabat dan untuk tidak masuk mengangkut barang-barang melalui pintu-pintu gerbang Yerusalem pada hari Sabat, maka di pintu-pintu gerbangnya Aku akan menyalakan api, yang akan memakan habis puri-puri Yerusalem, dan yang tidak akan terpadamkan..

Yang dilarang oleh text ini sebetulnya bukan mengangkut barang, tetapi mengangkut barang dengan tujuan berjualan / berdagang. Jadi, text ini jelas menentang orang berjualan pada hari Sabat. Dan kalau menjual dilarang, maka membeli pasti juga tidak boleh.

Text kedua: Neh 13:15-22 - (15) Pada masa itu kulihat di Yehuda orang-orang mengirik memeras anggur pada hari Sabat, pula orang-orang yang membawa berkas-berkas gandum dan memuatnya di atas keledai, juga anggur, buah anggur dan buah ara dan pelbagai muatan yang mereka bawa ke Yerusalem pada hari Sabat. Aku memperingatkan mereka ketika mereka menjual bahan-bahan makanan. (16) Juga orang Tirus yang tinggal di situ membawa ikan dan pelbagai barang dagangan dan menjual itu kepada orang-orang Yehuda pada hari Sabat, bahkan di Yerusalem. (17) Lalu aku menyesali pemuka-pemuka orang Yehuda, kataku kepada mereka: Kejahatan apa yang kamu lakukan ini dengan melanggar kekudusan hari Sabat? (18) Bukankah nenek moyangmu telah berbuat demikian, sehingga Allah kita mendatangkan seluruh malapetaka ini atas kita dan atas kota ini? Apakah kamu bermaksud memperbesar murka yang menimpa Israel dengan melanggar kekudusan hari Sabat? (19) Kalau sudah remang-remang di pintu-pintu gerbang Yerusalem menjelang hari Sabat, kusuruh tutup pintu-pintu dan kuperintahkan supaya jangan dibuka sampai lewat hari Sabat. Dan aku tempatkan beberapa orang dari anak buahku di pintu-pintu gerbang, supaya tidak ada muatan yang masuk pada hari Sabat. (20) Tetapi orang-orang yang berdagang dan berjualan rupa-rupa barang itu kemudian bermalam juga di luar tembok Yerusalem satu dua kali. (21) Lalu aku memperingatkan mereka, kataku: Mengapa kamu bermalam di depan tembok? Kalau kamu berbuat itu sekali lagi akan kukenakan tanganku kepadamu. Sejak waktu itu mereka tidak datang lagi pada hari Sabat. (22) Juga kusuruh orang-orang Lewi mentahirkan dirinya dan datang menjaga pintu-pintu gerbang untuk menguduskan hari Sabat. Ya Allahku, ingatlah kepadaku juga karena hal itu dan sayangilah aku menurut kasih setiaMu yang besar!.
Catatan: agak aneh bahwa anak buah Nehemia dan orang-orang Lewi itu diijinkan (bahkan disuruh) bekerja menjaga pintu gerbang (ay 19,22). Kok boleh mereka bekerja? Mungkin itu dianggap sebagai pelayanan.

Secara hurufiah, Nehemia hanya melarang berjualan, bukan membeli. Tetapi Matthew Henry mengecam baik yang berjualan maupun yang membeli (demikian juga dengan Albert Barnes dalam komentarnya tentang Yer 17:21). Dan memang, kalau orang dilarang berjualan, maka sudah jelas bahwa orang juga dilarang membeli, karena para pembeli ini memotivasi para penjual untuk terus berjualan pada hari Sabat.
Jadi, shopping / berbelanja pada hari Sabat / Minggu jelas merupakan suatu pelanggaran terhadap hukum keempat ini. Ini semua juga memotivasi pemilik toko untuk tetap buka pada hari Sabat / Minggu.

BACA JUGA: AMANAT AGUNG YESUS KRISTUS

2. Kita tidak boleh memasak / mempersiapkan makanan.
Calvin menganggap bahwa memasak makanan termasuk pekerjaan yang dilarang pada hari Sabat. Dan bahwa Kitab Suci memang melarang untuk memasak / mempersiapkan makanan pada hari Sabat, terlihat dari text-text di bawah ini:

a. Kel 16:4-5,22-30 - (4) Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari, supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut hukumKu atau tidak. (5) Dan pada hari yang keenam, apabila mereka memasak yang dibawa mereka pulang, maka yang dibawa itu akan terdapat dua kali lipat banyaknya dari apa yang dipungut mereka sehari-hari. ... (22) Dan pada hari yang keenam mereka memungut roti itu dua kali lipat banyaknya, dua gomer untuk tiap-tiap orang; dan datanglah semua pemimpin jemaah memberitahukannya kepada Musa. (23) Lalu berkatalah Musa kepada mereka: Inilah yang dimaksudkan TUHAN: Besok adalah hari perhentian penuh, sabat yang kudus bagi TUHAN; maka roti yang perlu kamu bakar, bakarlah, dan apa yang perlu kamu masak, masaklah; dan segala kelebihannya biarkanlah di tempatnya untuk disimpan sampai pagi. (24) Mereka membiarkannya di tempatnya sampai keesokan harinya, seperti yang diperintahkan Musa; lalu tidaklah berbau busuk dan tidak ada ulat di dalamnya. (25) Selanjutnya kata Musa: Makanlah itu pada hari ini, sebab hari ini adalah sabat untuk TUHAN, pada hari ini tidaklah kamu mendapatnya di padang. (26) Enam hari lamanya kamu memungutnya, tetapi pada hari yang ketujuh ada sabat; maka roti itu tidak ada pada hari itu. (27) Tetapi ketika pada hari ketujuh ada dari bangsa itu yang keluar memungutnya, tidaklah mereka mendapatnya. (28) Sebab itu TUHAN berfirman kepada Musa: Berapa lama lagi kamu menolak mengikuti segala perintahKu dan hukumKu? (29) Perhatikanlah, TUHAN telah memberikan sabat itu kepadamu; itulah sebabnya pada hari keenam Ia memberikan kepadamu roti untuk dua hari. Tinggallah kamu di tempatmu masing-masing, seorangpun tidak boleh keluar dari tempatnya pada hari ketujuh itu. (30) Lalu beristirahatlah bangsa itu pada hari ketujuh.

Jelas bahwa text tentang manna ini melarang untuk mengumpulkan manna dan memasaknya pada hari Sabat.

Matthew Henry (tentang Kel 16:22-31): On that day they were to fetch in enough for two days, and to prepare it, v. 23. The law was very strict, that they must bake and seeth, the day before, and not on the sabbath day [= Pada hari itu (hari sebelum hari Sabat) mereka harus mengambil (manna) cukup untuk dua hari, dan mempersiapkannya, ay 23. Hukum itu sangat ketat, dan mereka harus membakarnya dan memasak / merebusnya pada hari sebelumnya, dan bukan pada hari Sabat].

Barnes Notes (tentang Kel 16:25): Eat that today. ... The people were to abstain from the ordinary work of every day life: they were not to collect food, nor, as it would seem, even to prepare it as on other days (= Makanlah itu pada hari ini. Bangsa itu harus menjauhkan diri dari pekerjaan biasa dari kehidupan sehari-hari: mereka tidak boleh mengumpulkan makanan, ataupun, seperti terlihat, bahkan mempersiapkan makanan seperti pada hari-hari yang lain).

b. Kel 35:2-3 - (2) Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada perhentian kudus bagimu, yakni sabat, hari perhentian penuh bagi TUHAN; setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, haruslah dihukum mati. (3) Janganlah kamu memasang api di manapun dalam tempat kediamanmu pada hari Sabat..

Adam Clarke menganggap bahwa larangan menyalakan api di sini hanya api untuk bekerja atau memasak makanan. Tetapi menyalakan api untuk memberi terang / panas, tidak dilarang.

c. Bil 15:32-36 - (32) Ketika orang Israel ada di padang gurun, didapati merekalah seorang yang mengumpulkan kayu api pada hari Sabat. (33) Lalu orang-orang yang mendapati dia sedang mengumpulkan kayu api itu, menghadapkan dia kepada Musa dan Harun dan segenap umat itu. (34) Orang itu dimasukkan dalam tahanan, oleh karena belum ditentukan apa yang harus dilakukan kepadanya. (35) Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Orang itu pastilah dihukum mati; segenap umat Israel harus melontari dia dengan batu di luar tempat perkemahan. (36) Lalu segenap umat menggiring dia ke luar tempat perkemahan, kemudian dia dilontari dengan batu, sehingga ia mati, seperti yang difirmankan TUHAN kepada Musa.

Thomas Watson: It would seem a small thing to pick up a few sticks to make a fire; but God would not have this day violated in the smallest matters (= Kelihatannya merupakan suatu hal kecil / remeh untuk mengambil beberapa ranting untuk membuat api; tetapi Allah tidak menghendaki hari ini dilanggar dalam hal-hal yang paling kecil) - The Ten Commandments, hal 99.

Karena dilarangnya seseorang memasak / mempersiapkan makanan pada hari Sabat, maka pemilik warung / restoran yang tetap berjualan makanan pada hari Sabat jelas melanggar peraturan Sabat; bukan hanya larangan bekerja dan mempekerjakan orang, tetapi juga larangan memasak makanan.
Sekarang, kalau kita melarang orang buka restoran / warung pada hari Sabat, masuk akalkah kalau kita diperbolehkan membeli makanan? Kalau mau konsisten, jelas bahwa kita juga tidak boleh membeli makanan, karena ini akan memotivasi orang-orang untuk makin membuka restoran / warungnya. Tetapi ini merupakan hal yang hampir tak ada orang Kristen yang memperhatikannya. Saya menganggap bahwa tidak boleh membeli makanan merupakan sesuatu yang sangat sukar untuk ditaati. Kita tidak boleh memasak, dan kita tidak boleh membeli makanan. Jadi kita harus makan makanan yang sudah dimasak pada hari sebelum Sabat (Kel 16:23-25).
Lalu bagaimana dengan gereja yang mengundang hamba Tuhan dari luar kota? Biasanya hamba Tuhan itu diajak untuk makan di restoran! Kalau tidak, lalu bagaimana? Harus diajak makan di rumah, untuk makan makanan yang dimasak kemarinnya? Atau gereja harus masak sendiri? Apakah dibedakan memasak makanan biasa, dan memasak makanan untuk hamba Tuhan sebagai suatu tindakan pelayanan?

3. Kita tidak boleh melakukan perjalanan (kecuali untuk pergi ke gereja / melakukan pelayanan), dan kita juga tidak boleh melakukan hal-hal demi kesenangan diri kita sendiri, termasuk rekreasi.

Bdk. Yesaya 58:13-14 - (13) Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudusKu; apabila engkau menyebutkan hari Sabat hari kenikmatan, dan hari kudus TUHAN hari yang mulia; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, (14) maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya.

Bandingkan ay 13nya dengan terjemahan dari KJV dan NIV.
KJV: If thou turn away thy foot from the sabbath, from doing thy pleasure on my holy day; and call the sabbath a delight, the holy of the LORD, honourable; and shalt honour him, not doing thine own ways, nor finding thine own pleasure, nor speaking thine own words: (= Jika engkau membalikkan / memalingkan kakimu dari hari Sabat, dari melakukan kesenanganmu pada hari kudusKu; dan menyebut hari Sabat suatu kesenangan, hari yang kudus dari TUHAN, terhormat; dan menghormatiNya, tidak melakukan jalanmu sendiri, ataupun mencari kesenanganmu sendiri, ataupun mengucapkan kata-katamu sendiri).
NIV: ‘If you keep your feet from breaking the Sabbath and from doing as you please on my holy day, if you call the Sabbath a delight and the LORDs holy day honorable, and if you honor it by not going your own way and not doing as you please or speaking idle words,’ (= Jika engkau menjaga kakimu dari pelanggaran hari Sabat dan dari melakukan seperti yang engkau sukai pada hari kudusKu, jika engkau menyebut hari Sabat suatu kesukaan dan hari kudus TUHAN terhormat, dan jika engkau menghormatinya dengan tidak pergi melakukan jalanmu dan tidak melakukan yang engkau senangi atau mengucapkan kata-kata kosong / omong kosong).

Kata-kata tidak menginjak-injak hukum Sabat diterjemahkan ‘membalikkan / memalingkan kakimu dari hari Sabat oleh KJV, dan menjaga kakimu dari pelanggaran hari Sabat oleh NIV.

Kata-kata urusanmu sebetulnya adalah kesenanganmu (KJV).

Jadi, ada 2 hal yang ditekankan:

a. Harus menjaga kaki dari pelanggaran Sabat.

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yes 58:13): Foot. - the instrument of motion ... men are not to travel for mere pleasure on the Sabbath (= Kaki. - alat dari gerakan ... manusia tidak boleh bepergian semata-mata untuk kesenangan pada hari Sabat).

Satu hal yang harus diperhatikan adalah: kalau pada hari Sabat kita melakukan perjalanan, apalagi yang jauh, maka kita sukar terhindar dari membeli makanan dan bahan bakar kendaraan.

b. Jangan mencari kesenangan diri sendiri.

Matthew Henry (tentang Yes 58:13-14): we must turn away our foot from doing out (our?) pleasure on that holy day, that is, from living at large, and taking a liberty to do what we please on sabbath days, without the control and restraint of conscience, or from indulging ourselves in the pleasures of sense, ... On sabbath days we must not walk in our own ways (that is, not follow our callings), not find our own pleasure (that is, not follow our sports and recreations) [= kita harus memalingkan kaki kita dari melakukan kesenangan kita pada hari kudus itu, yaitu, dari hidup bebas, dan bersikap terlalu bebas untuk melakukan apa yang kita senangi pada hari-hari Sabat, tanpa kontrol dan pengekangan hati nurani, atau dari pemuasan diri kita sendiri dalam kesenangan-kesenangan perasaan / tubuh, ... Pada hari Sabat kita tidak boleh berjalan / hidup dalam jalan kita sendiri (yaitu, tidak mengikuti pekerjaan kita), atau mencari kesenangan kita sendiri (yaitu tidak mengikuti kesenangan dan rekreasi kita)].
Catatan: saya tidak tahu apakah hubungan sex juga dilarang pada hari Sabat. Orang-orang Yahudi melarangnya, tetapi saya tidak menemukan kata-kata yang explicit dari para penafsir yang melarang orang Kristen melakukan hubungan sex pada hari Sabat. Tetapi dari kata-kata Matthew Henry di atas, bisa saja disimpulkan demikian.

Mungkin saudara berpikir bahwa kalau pada hari Sabat kita tidak boleh bepergian, piknik, melakukan kesenangan-kesenangan, dsb, apakah kita tidak akan mengalami stres? Albert Barnes mengatakan bahwa orang Kristen seharusnya mendapatkan kesenangan dalam diri Tuhan sendiri, sehingga mentaati hukum Sabat ini menyebabkan mereka mendapatkan sukacita.

Barnes Notes (tentang Yes 58:13): And call the Sabbath a delight. This appropriately expresses the feelings of all who have any just views of the Sabbath. To them it is not wearisome, nor are its hours heavy. They love the day of sweet and holy rest. They esteem it a privilege, not a task, to be permitted once a week to disburden their minds of the cares, and toils, and anxieties of life. It is a delight to them to recall the memory of the institution of the Sabbath, when God rested from his labors; to recall the resurrection of the Lord Jesus, to the memory of which the Christian Sabbath is consecrated; to be permitted to devote a whole day to prayer and praise, to the public and private worship of God, to services that expand the intellect and purify the heart. To the father of a family it is the source of unspeakable delight that he may conduct his children to the house of God, and that he may instruct them in the ways of religion. To the Christian man of business, the farmer, and the professional man, it is a pleasure that he may suspend his cares, and may uninterruptedly think of God and of heaven. To all who have any just feeling, the Sabbath is a delight; and for them to be compelled to forego its sacred rest would be an unspeakable calamity (= Dan menyebut hari Sabat suatu kesenangan. Ini dengan tepat menyatakan perasaan dari semua orang yang mempunyai pandangan yang benar tentang hari Sabat. Bagi mereka, itu bukanlah sesuatu yang menjemukan, dan saat-saatnya bukanlah merupakan sesuatu yang berat. Mereka mengasihi hari istirahat yang manis dan kudus itu. Mereka menilainya sebagai suatu hak, bukan sebagai suatu kewajiban, untuk diijinkan sekali seminggu untuk melepaskan beban pikiran mereka dari kekuatiran, dan kerja keras, dan keinginan-keinginan dari kehidupan. Itu merupakan suatu kesenangan bagi mereka untuk mengingat ingatan tentang penegakan dari hari Sabat, dimana Allah beristirahat dari pekerjaanNya; untuk mengingat kebangkitan Tuhan Yesus, pada ingatan mana hari Sabat Kristen diabdikan; untuk diijinkan untuk membaktikan seluruh hari itu bagi doa dan pujian, bagi ibadah kepada Allah secara umum dan pribadi, bagi kebaktian-kebaktian yang mengembangkan intelek dan memurnikan hati. Bagi ayah dari suatu keluarga, merupakan sumber dari kesenangan yang tidak terkatakan bahwa ia bisa memimpin anak-anaknya ke rumah Allah, dan bahwa ia bisa mengajar mereka dalam cara-cara agama. Bagi orang bisnis, petani, dan orang-orang profesional Kristen, merupakan suatu kesenangan bahwa ia bisa menunda / menghentikan kekuatirannya, dan bisa berpikiir tentang Allah dan tentang surga tanpa diganggu. Bagi semua yang mempunyai pikiran yang benar, hari Sabat merupakan suatu kesenangan, dan kalau mereka dipaksa untuk tidak melaksanakan istirahatnya yang kudus, maka itu merupakan suatu bencana yang tidak terkatakan).

Barnes Notes (tentang Yes 58:14): Then shalt thou delight thyself in the LORD. That is, as a consequence of properly observing the Sabbath, thou shalt find pleasure in Yahweh. It will be a pleasure to draw near to him, and you shall no longer be left to barren ordinances and to unanswered prayers. The delight or pleasure which Gods people have in him is a direct and necessary consequence of the proper observance of the Sabbath. It is on that day set apart by his own authority, for his own service, that he chooses to meet with his people, and to commune with them and bless them; and no one ever properly observed the Sabbath who did not find, as a consequence, that he had augmented pleasure in the existence, the character, and the service of Yahweh. Compare Job 22:21-26, where the principle stated here - that the observance of the law of God will lead to happiness in the Almighty - is beautifully illustrated (= maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN. Yaitu, sebagai akibat dari ketaatan / penghormatan yang benar terhadap hari Sabat, engkau akan mendapatkan kesenangan dalam Yahweh. Merupakan suatu kesenangan untuk mendekat kepadaNya, dan engkau tidak akan ditinggalkan pada peraturan-peraturan yang tandus dan pada doa-doa yang tidak dijawab. Kesenangan yang didapatkan umat Allah dalam Dia merupakan akibat yang langsung dan yang harus terjadi dari pengamatan / penghormatan yang benar terhadap hari Sabat. Pada hari itulah, yang Ia pisahkan dengan otoritasNya sendiri, bagi ibadahNya sendiri, Ia memilih untuk bertemu dengan umatNya, dan untuk berkomunikasi secara akrab dengan mereka dan memberkati mereka; dan tidak seorangpun yang memelihara hari Sabat secara benar yang tidak mendapati, sebagai akibatnya, bahwa ia telah menambah kesenangan dalam keberadaan, karakter, dan pelayanan / ibadah dari Yahweh. Bandingkan dengan Ayub 22:21-26, dimana prinsip yang dinyatakan di sini - bahwa pemeliharaan / ketaatan pada hukum Allah akan membawa pada kebahagiaan dalam Yang Maha Kuasa - dijelaskan secara indah).

Bdk. Ayub 22:21-26 - (21) Berlakulah ramah terhadap Dia, supaya engkau tenteram; dengan demikian engkau memperoleh keuntungan. (22) Terimalah apa yang diajarkan mulutNya, dan taruhlah firmanNya dalam hatimu. (23) Apabila engkau bertobat kepada Yang Mahakuasa, dan merendahkan diri; apabila engkau menjauhkan kecurangan dari dalam kemahmu, (24) membuang biji emas ke dalam debu, emas Ofir ke tengah batu-batu sungai, (25) dan apabila Yang Mahakuasa menjadi timbunan emasmu, dan kekayaan perakmu, (26) maka sungguh-sungguh engkau akan bersenang-senang karena Yang Mahakuasa, dan akan menengadah kepada Allah.

Catatan: kata-kata Albert Barnes ini memang benar, tetapi saya beranggapan bahwa membutuhkan tingkat kerohanian yang sangat tinggi untuk bisa sepenuhnya menjadi seperti ini.

Bahwa seluruh hari Sabat harus digunakan bagi Allah, dan karena itu kita dlarang memikirkan pekerjaan duniawi dan melakukan rekreasi, juga dinyatakan dalam Westminster Confession of Faith.

Westminster Confession of Faith: “This Sabbath is then kept holy unto the Lord, when men, after a due preparing of their hearts, and ordering of their common affairs beforehand, do not only observe an holy rest, all the day, from their own works, words, and thoughts about their worldly employments and recreations, but also are taken up, the whole time, in the public and private exercises of His worship, and in the duties of necessity and mercy” (= Maka hari Sabat ini dipelihara / dijaga kudus bagi Tuhan, pada waktu manusia, setelah mempersiapkan hati mereka dengan seharusnya, dan mengatur / mengurus urusan-urusan biasa mereka sebelumnya, tidak hanya memelihara suatu istirahat yang kudus, seluruh hari itu, dari pekerjaan, dari kata-kata dan dari pemikiran mereka sendiri tentang pekerjaan-pekerjaan duniawi mereka, dan rekreasi-rekreasi, tetapi juga membaktikan, seluruh waktu, dalam pelaksanaan ibadahNya secara umum dan pribadi, dan dalam kewajiban-kewajiban yang memang mutlak harus dilakukan dan belas kasihan) - Chapter XXI, No 8.

4. Membangun Kemah Sucipun tidak boleh dilakukan pada hari Sabat.
Sekalipun pelayanan merupakan pekerjaan yang diijinkan untuk dilakukan pada hari Sabat, tetapi membangun Kemah Suci / Bait Allah / gedung gereja, tidak sama dengan pelayanan. Ini dilarang!

Kel 31:12-17 - (12) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: (13) Katakanlah kepada orang Israel, demikian: Akan tetapi hari-hari SabatKu harus kamu pelihara, sebab itulah peringatan antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan kamu. (14) Haruslah kamu pelihara hari Sabat, sebab itulah hari kudus bagimu; siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat itu, pastilah ia dihukum mati, sebab setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, orang itu harus dilenyapkan dari antara bangsanya. (15) Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, hari kudus bagi TUHAN: setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat, pastilah ia dihukum mati. (16) Maka haruslah orang Israel memelihara hari Sabat, dengan merayakan sabat, turun-temurun, menjadi perjanjian kekal. (17) Antara Aku dan orang Israel maka inilah suatu peringatan untuk selama-lamanya, sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, dan pada hari yang ketujuh Ia berhenti bekerja untuk beristirahat..

Dalam membaca text ini yang sangat perlu diperhatikan adalah letak dari text ini dalam Kitab Suci. Sangat perlu untuk diketahui dan diperhatikan, bahwa dalam Kitab Suci, text ini terletak dalam kontext perintah pembangunan Kemah Suci, yang sudah dimulai dalam Kel 25. Dan text ini didahului oleh Kel 31:1-11, yang menceritakan penunjukan Bezaleel dan Aholiab untuk mengerjakan Kemah Suci. Mengapa tahu-tahu bisa ada text seperti ini, yang menekankan hari Sabat dan keharusan istirahat pada hari itu? Jawabannya adalah: karena bahkan dalam membangun Kemah Suci sekalipun, hari Sabat harus tetap menjadi hari untuk istirahat. Pada hari itu, pembangunan Kemah Suci harus dihentikan. Jadi, pada jaman sekarang, gereja-gereja tidak boleh terus mempekerjakan tukang-tukang bangunan untuk membangun gereja pada hari Minggu. Membangun gedung gereja tidak sama dengan melayani Tuhan.

Thomas Watson: the work which had reference to a religious use might not be done on the Sabbath, as the hewing of stones for the building of the sanctuary. ... Exod. 31:15. A temple is a place of Gods worship, but it was a sin to build a temple on the Lords-day (= pekerjaan yang berhubungan dengan penggunaan agamawi tidak boleh dilakukan pada hari Sabat, seperti memotong / membentuk batu untuk pembangunan tempat kudus. ... Kel 31:15. Bait Allah / Kemah Suci adalah tempat untuk berbakti kepada Allah, tetapi merupakan suatu dosa untuk membangun Bait Allah / Kemah Suci pada hari Tuhan) - The Ten Commandments, hal 100.

Matthew Henry (tentang Kel 31:12-18): A strict command for the sanctification of the sabbath day, v. 13-17. ... Orders were now given that a tabernacle should be set up and furnished for the service of God with all possible expedition; but lest they should think that the nature of the work, and the haste that was required, would justify them in working at it on sabbath days, that they might get it done the sooner, this caution is seasonably inserted, Verily, or nevertheless, my sabbaths you shall keep. Though they must hasten the work, yet they must not make more haste than good speed; they must not break the law of the sabbath in their haste: even tabernacle-work must give way to the sabbath-rest; so jealous is God for the honour of his sabbaths (= Suatu perintah yang ketat bagi pengudusan hari Sabat, ayat 13-17. ... Sekarang perintah-perintah telah diberikan bahwa Kemah Suci harus didirikan dan diperlengkapi untuk ibadah bagi Allah dengan secepat mungkin; tetapi supaya mereka jangan berpikir bahwa sifat dari pekerjaan itu, dan ketergesa-gesaan yang dituntut, akan membenarkan mereka untuk mengerjakannya pada hari-hari Sabat, supaya mereka bisa menyelesaikannya dengan lebih cepat, peringatan ini dimasukkan tepat pada waktunya, Sesungguhnya, atau sekalipun demikian, hari-hari SabatKu harus kamu pelihara. Sekalipun mereka harus cepat-cepat mengerjakannya, tetapi mereka tidak boleh melakukan ketergesa-gesaan yang lebih dari kecepatan yang benar; mereka tidak boleh melanggar hukum dari hari Sabat dalam ketergesa-gesaan mereka: bahkan pekerjaan Kemah Suci harus memberi jalan pada istirahat hari Sabat; demikianlah hati-hatinya Allah bagi kehormatan dari hari-hari SabatNya).

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Kel 31:12-17): The reason for the fresh inculcation of the fourth commandment at this particular period was, that the great ardour and eagerness with which all classes betook themselves to the construction of the tabernacle exposed them to the temptation of encroaching on the sanctity of the appointed day of rest. They might suppose that the erection of the tabernacle was a sacred work, and that it would be a high merit - an acceptable tribute - to prosecute the undertaking without the interruption of a days repose; and therefore the caution here given, at the commencement of the undertaking, was a seasonable admonition (= Alasan untuk penanaman segar dari hukum keempat pada masa khusus ini adalah, bahwa semangat dan kesungguhan dengan mana semua golongan membaktikan diri mereka bagi pembangunan Kemah Suci, membuka diri mereka terhadap pencobaan pelanggaran pada kekudusan dari hari istirahat yang telah ditetapkan. Mereka bisa / mungkin menduga bahwa pendirian dari Kemah Suci merupakan pekerjaan yang kudus, dan bahwa merupakan suatu kebaikan yang tinggi - suatu upeti / penghormatan yang bisa diterima - untuk meneruskan usaha itu tanpa gangguan dari istirahat satu hari; dan karena itu peringatan yang diberikan di sini, pada permulaan dari usaha itu, merupakan peringatan yang tepat pada waktunya).

Barnes Notes (tentang Kel 31:12-17): It seems likely that the penal edict was especially introduced as a caution in reference to the construction of the tabernacle, lest the people, in their zeal to carry on the work, should be tempted to break the divine law for the observance of the day (= Sangat memungkinkan bahwa pengumuman / ketetapan yang berhubungan dengan hukuman, secara khusus diajukan sebagai suatu peringatan berkenaan dengan pembangunan Kemah Suci, supaya umat / bangsa itu jangan, dalam semangat mereka untuk melaksanakan pekerjaan itu, dicobai untuk melanggar hukum ilahi untuk pemeliharaan / penghormatan hari itu).

Keil & Delitzsch (tentang Kel 31:12-17): The repetition and further development of this command, which was included already in the decalogue, is quite in its proper place here, inasmuch as the thought might easily have occurred, that it was allowable to omit the keeping of the Sabbath, when the execution of so great a work in honour of Jehovah had been commanded (= Pengulangan dan pengembangan selanjutnya dari perintah ini, yang sudah dimasukkan dalam 10 hukum Tuhan, ada pada tempat yang tepat di sini, karena dengan mudah terjadi pemikiran bahwa merupakan sesuatu yang diijinkan untuk menghapuskan pemeliharaan hari Sabat, pada waktu pelaksanaan dari pekerjaan yang begitu besar dalam penghormatan terhadap Yehovah telah diperintahkan).

2) Kita harus berbakti kepada Tuhan pada hari Sabat.

Im 23:3 - Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, yakni hari pertemuan kudus; janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah sabat bagi TUHAN di segala tempat kediamanmu.

Im 19:30 - Kamu harus memelihara hari-hari sabatKu dan menghormati tempat kudusKu; Akulah TUHAN.

Maz 92:1-5 - “(1) Mazmur. Nyanyian untuk hari Sabat. (2) Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada TUHAN, dan untuk menyanyikan mazmur bagi namaMu, ya Yang Mahatinggi, (3) untuk memberitakan kasih setiaMu di waktu pagi dan kesetiaanMu di waktu malam, (4) dengan bunyi-bunyian sepuluh tali dan dengan gambus, dengan iringan kecapi. (5) Sebab telah Kaubuat aku bersukacita, ya TUHAN, dengan pekerjaanMu, karena perbuatan tanganMu aku akan bersorak-sorai.

Bil 28:9-10 - (9) Pada hari Sabat: dua ekor domba berumur setahun yang tidak bercela, dan dua persepuluh efa tepung yang terbaik sebagai korban sajian, diolah dengan minyak, serta dengan korban curahannya. (10) Itulah korban bakaran Sabat pada tiap-tiap Sabat, di samping korban bakaran yang tetap dan korban curahannya.

Yeh 46:1-3 - (1) Beginilah firman Tuhan ALLAH: Pintu gerbang pelataran dalam yang menghadap ke sebelah timur haruslah tertutup selama enam hari kerja, tetapi pada hari Sabat supaya dibuka; pada hari bulan baru juga supaya dibuka. (2) Raja itu akan masuk dari luar melalui balai gerbang dan akan berdiri dekat tiang pintu gerbang itu. Sementara itu imam-imam akan mengolah korban bakaran dan korban keselamatan raja itu dan ia akan sujud menyembah di ambang pintu gerbang itu, lalu keluar lagi. Dan pintu gerbang itu tidak boleh ditutup sampai petang hari. (3) Penduduk negeri juga harus turut sujud menyembah di hadapan TUHAN di pintu gerbang itu pada hari Sabat dan hari bulan baru.

Ada beberapa hal yang ingin saya tekankan berkenaan dengan ibadah / kebaktian pada hari Sabat.

a) Sebenarnya berbakti kepada Tuhan merupakan tujuan dari istirahat pada hari Sabat. Bukan sekedar istirahatnya semata-mata yang ditekankan, tetapi kita harus beristirahat / berhenti mengurusi urusan sehari-hari kita, supaya kita bisa menggunakan hari itu untuk berbakti kepada Tuhan.

John Murray: The weekly sabbath is based upon the divine example; the divine mode of procedure in creation determines one of the basic cycles by which human life here on earth is regulated, namely, the weekly cycle; this sequence of six days of labour and one of rest have applied to Adam in the state of innocence ... (= Sabat mingguan didasarkan pada teladan ilahi; cara / prosedur ilahi dalam penciptaan menentukan satu dari siklus dasar oleh mana kehidupan manusia di bumi diatur, yaitu, siklus mingguan; urutan enam hari kerja dan satu hari istirahat ini telah diterapkan kepada Adam dalam keadaan tidak berdosa) - Principles of Conduct, hal 34.
John Murray: Even in innocence man would have required time for specific worship. ... Unfallen man would need to suspend his weekly labours in order to refresh himself with the exercises of concentrated worship (= Bahkan dalam ketidak-berdosaan manusia membutuhkan waktu tertentu untuk ibadah / kebaktian. ... Manusia yang belum jatuh ke dalam dosa butuh untuk menghentikan pekerjaan-pekerjaan mingguannya untuk menyegarkan dirinya sendiri dan pelaksanaan dari ibadah yang terkonsentrasi) - Principles of Conduct, hal 34.

Calvin (tentang Kel 20:8): Surely God has no delight in idleness and sloth, and therefore there was no importance in the simple cessation of the labours of their hands and feet; nay, it would have been childish superstition to rest with no other view than to occupy their repose in the service of God. ... they were only called away from their own works, that, as if dead to themselves and to the world, they might wholly devote themselves to God. ... we must see what is the sum of this sanctification, viz., the death of the flesh, when men deny themselves and renounce their earthly nature, so that they may be ruled and guided by the Spirit of God (= Jelas bahwa Allah tidak menyenangi kemalasan, dan karena itu tidak ada kepentingan dalam sekedar penghentian dari pekerjaan dari tangan dan kaki mereka; tidak, merupakan suatu takhyul yang kekanak-kanakan untuk beristirahat tanpa maksud untuk mengisi istirahat mereka dalam kebaktian / pelayanan Allah. ... mereka hanya dipanggil untuk menjauh dari pekerjaan-pekerjaan mereka sendiri, supaya, seakan-akan mati bagi diri mereka sendiri dan bagi dunia, mereka bisa membaktikan diri mereka seluruhnya kepada Allah. ... kita harus melihat intisari dari pengudusan ini, yaitu mati bagi daging, pada waktu manusia menyangkal diri mereka sendiri dan meninggalkan sifat duniawi mereka, sehingga mereka bisa diatur dan dipimpin oleh Roh Allah) - hal 434.

Calvin (tentang Kel 20:8): the legitimate use of the Sabbath must be supposed to be self-renunciation, since he is in fact accounted to cease from his works who is not led by his own will nor indulges his own wishes, but who suffers himself to be directed by the Spirit of God (= penggunaan yang sah dari Sabat harus dianggap sebagai penyangkalan diri sendiri, karena ia yang dianggap berhenti dari pekerjaan-pekerjaannya sebetulnya adalah ia yang tidak dibimbing oleh kehendaknya sendiri maupun menuruti pemuasan keinginannya sendiri, tetapi ia yang membiarkan dirinya diarahkan oleh Roh Allah) - hal 436.

Calvin (tentang Kel 20:8): There is indeed no moment which should be allowed to pass in which we are not attentive to the consideration of the wisdom, power, goodness, and justice of God in His admirable creation and government of the world; but, since our minds are fickle, and apt therefore to be forgetful or distracted, God, in his indulgence providing against our infirmities, separates one day from the rest, and commands that it should be free from all earthly business and cares, so that nothing may stand in the way of that holy occupation. On this ground He did not merely wish that people should rest at home, but that they should meet in the sanctuary, there to engage themselves in prayer and sacrifices, and to make progress in religious knowledge through the interpretation of the Law (= Memang tidak ada saat / waktu yang boleh dibiarkan berlalu dalam mana kita tidak memberi perhatian pada pertimbangan / perenungan tentang hikmat, kuasa, kebaikan, dan keadilan dari Allah dalam penciptaanNya dan pemerintahanNya atas alam semesta yang mengagumkan; tetapi karena pikiran kita plin-plan, dan karena itu condong untuk lupa atau disimpangkan, maka Allah, dalam kebaikanNya bersiap-siap untuk menghadapi kelemahan-kelemahan kita, memisahkan satu hari dari yang lainnya, dan memerintahkan bahwa hari itu harus bebas dari semua kesibukan dan kekuatiran duniawi, sehingga tidak ada apapun yang menghalangi pekerjaan / kesibukan kudus itu. Berdasarkan hal ini Ia tidak semata-mata menginginkan supaya manusia harus beristirahat di rumah, tetapi supaya mereka bertemu di tempat kudus, menyibukkan diri mereka sendiri dalam doa dan korban-korban di sana, dan untuk membuat kemajuan dalam pengetahuan agamawi melalui penafsiran dari hukum Taurat) - hal 437.

Matthew Henry (tentang Yer 17:19-27): They must apply themselves to that which is the proper work and business of the day: Hallow you the sabbath, that is, consecrate it to the honour of God and spend it in his service and worship. It is in order to this that worldly business must be laid aside, that we may be entire for, and intent upon, that work, which requires and deserves the whole man” (= Mereka harus menerapkan kepada diri mereka sendiri pekerjaan dan kesibukan yang benar pada hari itu: Kuduskanlah hari Sabat, yaitu, kuduskanlah hari itu bagi kehormatan Allah dan habiskanlah / gunakanlah hari itu untuk pelayanan dan penyembahan / ibadah. Adalah untuk tujuan ini maka kesibukan / urusan duniawi harus disingkirkan, supaya kita bisa sepenuhnya untuk, dan bersungguh-sungguh untuk, pekerjaan itu, yang membutuhkan / menuntut dan layak mendapatkan seluruh manusia).

Jamieson, Fausset & Brown: the physical rest, though necessarily made prominent in the prohibitory form of the enactment ... did not certainly comprehend the whole or the chief object of the institution. Such abstinence from any manner of work would not be equivalent to keeping holy the Sabbath day. It is a part - an important, but not the principal, end of it, which was to afford an opportunity of worshipping God [= istirahat fisik, sekalipun perlu ditonjolkan dalam bentuk larangan dari undang-undang ... jelas tidak meliputi seluruh hukum ataupun merupakan tujuan utama dari hukum. Tindakan menjauhkan diri dari setiap bentuk pekerjaan seperti itu tidak akan sama dengan menjaga kekudusan hari Sabat. Itu merupakan sebagian, suatu tujuan yang penting tetapi bukan tujuan yang utama darinya, yang adalah mengadakan suatu kesempatan untuk berbakti kepada Allah].

Jadi, melakukan hal-hal dalam kebaktian, seperti berdoa, menyanyi, mendengar / belajar Firman Tuhan, dan bahkan melayani, jelas bukan dosa, tetapi bahkan merupakan hal-hal yang harus dilakukan pada hari Sabat, dan merupakan tujuan utama adanya hari Sabat.

Bdk. Maz 92:1-5 - (1) Mazmur. Nyanyian untuk hari Sabat. (2) Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada TUHAN, dan untuk menyanyikan mazmur bagi namaMu, ya Yang Mahatinggi, (3) untuk memberitakan kasih setiaMu di waktu pagi dan kesetiaanMu di waktu malam, (4) dengan bunyi-bunyian sepuluh tali dan dengan gambus, dengan iringan kecapi. (5) Sebab telah Kaubuat aku bersukacita, ya TUHAN, dengan pekerjaanMu, karena perbuatan tanganMu aku akan bersorak-sorai.
Catatan: memang ayat 1 (yang saya garis-bawahi), sebetulnya bukan termasuk dalam Kitab Suci. Kalau saudara menggunakan Kitab Suci bahasa Inggris maka bagian ini diletakkan di atas sebagai judul, dan ay 2 dalam Kitab Suci Indonesia merupakan ay 1 dalam Kitab Suci bahasa Inggris. Ay 1 dalam Kitab Suci Indonesia ini merupakan sesuatu yang ditambahkan kepada mazmur ini, dan seringkali bisa membuat kita lebih mengerti latar belakang mazmur tersebut. Tetapi bagian seperti ini tidak selalu benar. Kalau ay 1 dalam Kitab Suci Indonesia ini benar, maka kontext dari bagian ini adalah nyanyian untuk hari Sabat.

Matthew Henry (tentang Maz 92): This psalm was appointed to be sung, at least it usually was sung, in the house of the sanctuary on the sabbath day (= Mazmur ini ditetapkan untuk dinyanyikan, setidaknya itu biasanya dinyanyikan, dalam tempat kudus pada hari Sabat).

Matthew Henry (tentang Maz 92): The sabbath day must be a day, not only of holy rest, but of holy work, and the rest is in order to the work (= Hari Sabat haruslah menjadi suatu hari, bukan hanya dari istirahat yang kudus, tetapi pekerjaan yang kudus, dan istirahat itu tujuannya untuk pekerjaan itu).

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Maz 92): this psalm is for the holy convocation on the Sabbath (Lev. 23:3). On it the Church is to rest from her own works, and to triumph in the Lords work (Ps. 92:4) in saving her and destroying her foes [= mazmur ini adalah untuk pertemuan kudus pada hari Sabat (Im 23:3). Pada hari itu Gereja harus beristirahat dari pekerjaan-pekerjaannya sendiri, dan bersukacita dalam pekerjaan Tuhan (Maz 92:4) dalam menyelamatkannya dan menghancurkan musuh-musuhnya].

b) Kalau ada orang yang pada hari Sabat hanya beristirahat tetapi tidak berbakti, maka ada juga yang sebaliknya. Mereka berbakti, tetapi lalu bekerja lagi setelah kebaktian itu selesai. Atau, mereka bekerja dulu, dan lalu pada sore hari baru berbakti kepada Tuhan  / ke gereja. Ini tetap salah, karena seluruh hari Sabat itu harus untuk Tuhan.

Thomas Watson: The Lord forbade manna to be gathered on the Sabbath. ... One might think it would have been allowed, as manna was the staff of their life; and the time when it fell was between five and six in the morning, so that they might have gathered it betimes, and all the rest of the Sabbath might have been employed in Gods worship; and besides, they needed not to have taken any great journey for it, for it was but stepping out of their doors, and it fell about their tents: and yet they might not gather it on the Sabbath: and for purposing only to do it, God was very angry (= Tuhan melarang manna dikumpulkan pada hari Sabat. ... Seseorang bisa berpikir bahwa itu akan diijinkan, karena manna merupakan bahan pokok dari kehidupan mereka; dan saat dimana manna itu jatuh adalah di antara pk 5 dan pk 6 pagi, sehingga mereka bisa mengumpulkannya sangat pagi, dan seluruh sisa dari hari Sabat bisa digunakan dalam ibadah kepada Allah; dan disamping itu, mereka tidak perlu melakukan perjalanan yang jauh untuk hal itu, karena mereka hanya perlu melangkah keluar pintu mereka dan manna itu jatuh di sekitar tenda-tenda mereka: tetapi toh mereka tidak boleh mengumpulkan manna itu pada hari Sabat: dan hanya karena adanya maksud seperti itu sudah membuat Allah sangat marah) - The Ten Commandments, hal 99.

c) Sebetulnya, pergi ke gereja pada hari Sabat / Minggu itu bukan hanya merupakan kewajiban kita, tetapi juga kebutuhan kita.

Thomas Watson: The Sabbath-day is for our interest; it promotes holiness in us. The business of week-days makes us forgetful of God and our souls: the Sabbath brings him back to our remembrance (= Hari Sabat adalah untuk kepentingan kita; itu memajukan kekudusan dalam diri kita. Kesibukan dari hari-hari dalam minggu itu membuat kita lupa kepada Allah dan jiwa kita: hari Sabat membawa Dia kembali pada ingatan kita) - The Ten Commandments, hal 94.

Seseorang mengatakan: After looking at the earth for six days we need the Lords day to look up (= Setelah melihat pada bumi / dunia selama 6 hari, kita membutuhkan hari Tuhan untuk melihat ke atas).

d) Kita harus berbakti kepada Tuhan di gereja (Im 19:30  26:2  Luk 4:16).
Im 19:30 - Kamu harus memelihara hari-hari sabatKu dan menghormati tempat kudusKu; Akulah TUHAN.
Im 26:2 - Kamu harus memelihara hari-hari SabatKu dan menghormati tempat kudusKu, Akulah TUHAN.
Luk 4:16 - Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaanNya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.

Dari 2 ayat dalam kitab Imamat di atas bisa terlihat dengan jelas bahwa pemeliharaan hari Sabat dihubungkan dengan tindakan menghormati tempat kudus Allah. Jadi, jelas bahwa pada hari Sabat kita memang harus berbakti kepada Tuhan.
Jadi, berbakti kepada Tuhan, bukanlah sekedar merupakan anjuran, tetapi merupakan suatu keharusan. Jadi, kalau kita tidak melakukannya, kita berdosa.

Ada beberapa hal yang ingin saya persoalkan:

1. Kita tidak boleh berbakti di rumah sendiri (kecuali kalau rumah saudara memang dijadikan gereja).
Ada orang-orang yang berbakti kepada Tuhan di rumahnya sendiri (membaca Kitab Suci sendiri, berdoa sendiri, menyanyi sendiri, dsb). Dengan adanya Mimbar agama Kristen di TV pada hari Minggu, hal ini bisa dilakukan oleh makin banyak orang.

Tetapi ini bukan cara berbakti yang benar, dan ini terlihat dari:

a. Ul 12:5-7 - (5) Tetapi tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, dari segala sukumu sebagai kediamanNya untuk menegakkan namaNya di sana, tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi. (6) Ke sanalah harus kamu bawa korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu, korban nazarmu dan korban sukarelamu, anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu. (7) Di sanalah kamu makan di hadapan TUHAN, Allahmu, dan bersukaria, kamu dan seisi rumahmu, karena dalam segala usahamu engkau diberkati oleh TUHAN, Allahmu.

Sebelum jaman Musa, maka tempat ibadah kepada Tuhan belum ditetapkan, dan karena itu orang boleh beribadah di mana-mana. Tetapi sejak jaman Musa, Tuhan menetapkan satu tempat ibadah tertentu. Tetapi penetapan tempatnya juga bisa berubah.
pada jaman Israel ada di padang gurun, tentu saja Kemah Sucinya berpindah-pindah sesuai dengan keberadaan mereka.
pada jaman Eli dan Samuel, Kemah Suci ada di Silo (1Sam 1:3,9,24  1Sam 2:14  1Sam 3:21  1Sam 4:3).
pada jaman Daud, Kemah Suci dipindahkan ke Yerusalem (2Sam 6).

Tetapi pada jaman Perjanjian Baru, tidak ada tempat yang ditetapkan.
Yoh 4:20-24 - (20) Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah. (21) Kata Yesus kepadanya: Percayalah kepadaKu, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. (22) Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. (23) Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. (24) Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran..

Kata-kata menyembah dalam roh di sini dikontraskan dengan kata-kata menyembah secara lahiriah. Contoh penyembahan yang lahiriah adalah penekanan tempat tertentu untuk ibadah, doa dsb (dalam kontex ini jelas inilah yang dimaksud. Bdk. ay 21). Dari sini jelas bahwa:
Orang kristen tidak punya tempat / kota suci.
Jadi, Yerusalem, maupun Israel / Kanaan bukan merupakan tempat suci bagi orang kristen!
Orang kristen tidak harus berbakti di gedung gereja.
Rumah, restoran, ruang senam, lapangan, atau tempat manapun / apapun, boleh dipakai sebagai tempat untuk berbakti.
Catatan: kalau pemerintah melarang hal-hal itu, itu lain urusan. Tetapi Kitab Suci sendiri tidak pernah melarang kebaktian di tempat-tempat seperti itu.
Orang kristen tidak perlu pergi ke suatu tempat tertentu (misalnya bukit doa) kalau mau berdoa. Memang kita harus mencari tempat yang sunyi, tetapi bukan tempat tertentu.
Orang kristen tidak perlu pergi ke tempat tertentu untuk mendapat berkat tertentu. Bandingkan dengan Gereja Roma Katolik dengan Lourdes-nya, dan juga orang-orang yang mempercayai Toronto Blessing dengan Toronto-nya.

b. Im 23:3 - Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, yakni hari pertemuan kudus; janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah sabat bagi TUHAN di segala tempat kediamanmu.
Kata-kata hari pertemuan kudus dalam terjemahan bahasa Inggris adalah sebagai berikut:
KJV: an holy convocation (= suatu pertemuan kudus).
RSV/NASB: a holy convocation (= suatu pertemuan kudus).
NIV: ‘a day of sacred assembly’ (= suatu hari pertemuan keramat / kudus).
Jadi, semua terjemahan mengandung kata pertemuan, dan itu jelas menunjuk pada ibadah bersama, bukan sendiri-sendiri.

c. Adanya Kemah Suci atau Bait Suci.
Kalau Tuhan memang menghendaki setiap orang percaya berbakti sendiri-sendiri di rumah masing-masing, untuk apa didirikan Kemah Suci / Bait Allah?

d. Adanya hamba-hamba Tuhan.
Kalau memang Tuhan menghendaki setiap orang percaya berbakti di rumahnya masing-masing, apa gunanya Tuhan menetapkan adanya hamba Tuhan / gembala (Ef 4:11), penatua dan diaken (1Tim 3:1-13), dsb?
Ef 4:11 - Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar.
1Tim 3:1-13 - (1) Benarlah perkataan ini: Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah. (2) Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, (3) bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, (4) seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. (5) Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? (6) Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. (7) Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis. (8) Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah, (9) melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci. (10) Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat. (11) Demikian pula isteri-isteri hendaklah orang terhormat, jangan pemfitnah, hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam segala hal. (12) Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. (13) Karena mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa.
Kis 14:23 - Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan mereka.
1Tim 5:17 - Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar.

e. Tidak bisanya kita bersekutu dengan saudara seiman, kalau kita berbakti sendiri di rumah masing-masing. Perlu diingat bahwa Kristen sangat menekankan persekutuan dengan saudara seiman.
Ibr 10:25 - Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

A. T. Robertson: As the custom of some is. ... Already some Christians had formed the habit of not attending public worship, a perilous habit then and now (= seperti dibiasakan oleh beberapa orang. ... Sudah ada sebagian orang Kristen yang membentuk kebiasaan untuk tidak menghadiri kebaktian umum, suatu kebiasaan yang membahayakan, dulu maupun sekarang).

Wycliffe Bible Commentary: When Christians meet together, they exhort each other to fruitful service and unbroken fellowship. The danger of apostasy lurks in the failure of believers to meet together for mutual help (= Pada waktu orang-orang kristen berkumpul / bertemu bersama-sama, mereka saling menasihati bagi pelayanan yang penuh buah dan persekutuan yang utuh. Bahaya dari kemurtadan mengintip dalam kegagalan orang-orang percaya untuk bertemu bersama-sama untuk saling menolong).

Barnes Notes: it refers to public worship. ... The command, then, here is, to meet together for the worship of God, and it is enjoined on Christians as an important duty to do it. It is implied, also, that there is blame or fault where this is neglected. ... Why those here referred to neglected public worship, is not specified. It may have been from such causes as the following. (1) some may have been deterred by the fear of persecution, as those who were thus assembled would be more exposed to danger than others. (2) some may have neglected the duty because they felt no interest in it - as professing Christians now sometimes do. (3) it is possible that some may have had doubts about the necessity and propriety of this duty, and on that account may have neglected it. (4) or it may perhaps have been, though we can hardly suppose that this reason existed, that some may have neglected it from a cause which now sometimes operates - from dissatisfaction with a preacher, or with some member or members of the church, or with some measure in the church. Whatever were the reasons, the apostle says that they should not be allowed to operate, but that Christians should regard it as a sacred duty to meet together for the worship of God. None of the causes above suggested should deter people from this duty. With all who bear the Christian name, with all who expect to make advances in piety and religious knowledge, it should be regarded as a sacred duty to assemble together for public worship. Religion is social; and our graces are to be strengthened and invigorated by waiting together on the Lord. There is an obvious propriety that people should assemble together for the worship of the Most High, and no Christian can hope that his graces will grow, or that he can perform his duty to his Maker, without uniting thus with those who love the service of God [= ini menunjuk pada kebaktian umum. ... Jadi, di sini diperintahkan untuk bertemu bersama-sama untuk menyembah Allah / berbakti kepada Allah, dan hal itu diperintahkan kepada orang-orang kristen sebagai suatu kewajiban yang penting untuk dilakukan. Secara tak langsung, juga terlihat bahwa ada kesalahan pada waktu hal itu diabaikan. ... Mengapa mereka yang dibicarakan di sini mengabaikan kebaktian umum, tidak dinyatakan. Itu bisa disebabkan oleh penyebab-penyebab sebagai berikut. (1) sebagian mungkin dihalangi oleh rasa takut terhadap penganiayaan, karena mereka yang berkumpul seperti itu akan lebih terbuka terhadap bahaya dari pada yang lain. (2) sebagian mungkin telah mengabaikan kewajiban ini karena mereka tidak merasa ingin melakukannya - seperti yang kadang-kadang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku sebagai orang Kristen pada jaman sekarang. (3) adalah mungkin bahwa sebagian mungkin mempunyai keragu-raguan tentang keharusan dan kebenaran dari kewajiban ini, dan karena itu telah mengabaikannya. (4) atau itu mungkin, sekalipun kita hampir tidak bisa menganggap bahwa alasan ini ada pada saat itu, bahwa sebagian telah mengabaikannya dari suatu penyebab yang pada jaman sekarang beroperasi - dari ketidak-puasan / ketidak-senangan terhadap sang pengkhotbah, atau terhadap jemaat tertentu dari gereja, atau terhadap tindakan-tindakan tertentu dalam gereja. Apapun alasannya, sang rasul mengatakan bahwa hal-hal itu tidak boleh diijinkan untuk beroperasi, tetapi bahwa orang-orang kristen harus menganggapnya sebagai suatu kewajiban yang sakral / kudus untuk bertemu bersama-sama bagi penyembahan terhadap Allah. Tidak ada dari penyebab-penyebab di atas yang boleh menahan orang-orang dari kewajiban ini. Bersama-sama dengan semua orang yang disebut orang Kristen, bersama-sama dengan semua orang yang berharap untuk maju dalam kesalehan dan pengetahuan agamawi, itu harus dianggap sebagai suatu kewajiban kudus untuk bertemu bersama-sama untuk melakukan kebaktian umum. Agama merupakan sesuatu yang bersifat sosial; dan kasih karunia kita harus dikuatkan dan disegarkan dengan bersama-sama melayani Tuhan. Ada kebenaran / kepantasan yang jelas bahwa orang-orang harus berkumpul bersama-sama bagi penyembahan terhadap Yang Maha Tinggi, dan tidak ada orang Kristen bisa berharap bahwa kasih karunianya akan bertumbuh, atau bahwa ia bisa melakukan kewajibanya kepada Penciptanya, tanpa bersatu seperti itu bersama mereka yang mencintai pelayanan / ibadah kepada Allah].

2. Yang dimaksud gereja adalah persekutuan orang kristen, bukan gedungnya.
Bdk. 1Kor 1:2 - “kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita”.
Kata jemaat seharusnya adalah gereja, dan yang disebut dengan gereja sebetulnya bukanlah gedungnya tetapi orangnya. Bandingkan dengan kata-kata selanjutnya dalam 1Kor 1:2 - yaitu mereka yang dikuduskan.

Jadi, sekalipun kebaktian itu tidak diadakan di gedung gereja, tetapi di restoran, hotel, rumah, dsb, itu tidak jadi soal, selama orang-orang yang mengikuti kebaktian itu adalah orang-orang kristen yang sejati (biarpun tidak semuanya, karena pasti ada lalang di antara gandum), itu tidak jadi soal.
Sekarang ada gereja-gereja (biasanya yang sudah mapan) yang mengajar jemaatnya bahwa kebaktian di ruko, restoran, hotel, rumah, dsb, itu tidak sah. Kebaktian yang sah hanyalah kebaktian yang diadakan di gedung gereja. Ini adalah omong kosong yang busuk dan kurang ajar! Ingat bahwa orang kristen abad pertama juga tidak mempunyai gedung gereja, sehingga mereka berbakti di rumah-rumah yang digunakan sebagai tempat berbakti. Kalau itu semua tidak sah, maka boleh dikatakan semua orang Kristen abad-abad awal, dan juga semua rasul-rasul, melakukan kebaktian yang tidak sah!

3. Dalam berbakti kepada Tuhan kita harus memilih gereja yang benar, karena kalau tidak, itu bukan berbakti kepada Tuhan.
Jadi, kita harus memilih gereja yang benar, yaitu gereja yang betul-betul percaya, tunduk dan mengajarkan Firman Tuhan, sebagai tempat kita berbakti.

Bdk. 1Kor 1:2 - “kepada jemaat (gereja) Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita”.
Adalah sesuatu yang aneh bahwa Paulus tetap menyebut gereja Korintus yang bejat ini dengan sebutan gereja.
Paulus yakin akan hal itu karena apa yang dialaminya dalam Kis 18:9-10 - (9) Pada suatu malam berfirmanlah Tuhan kepada Paulus di dalam suatu penglihatan: Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! (10) Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorangpun yang akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umatKu di kota ini..
Karena itulah ia yakin bahwa di tengah-tengah banyak orang kristen yang brengsek di gereja ini pasti ada sedikit yang tetap setia, dan dengan demikian gereja yang penuh dengan cacat cela ini tetap adalah gereja Tuhan.
Jadi, dalam persoalan menilai suatu gereja itu benar atau sesat, kita harus menghindari 2 pandangan / sikap extrim yang salah:

a. Pandangan bahwa suatu gereja baru bisa disebut gereja kalau gereja itu sempurna dan tidak ada cacat celanya. Tidak ada gereja seperti itu di dunia.
Calvin (tentang 1Kor 1:2): it is a dangerous temptation to think that there is no Church at all where perfect purity is not to be seen. For the man that is prepossessed with this notion, must necessarily in the end withdraw from all others, and look upon himself as the only saint in the world, or set up a peculiar sect in company with a few hypocrites (= merupakan suatu pencobaan yang berbahaya untuk berpikir bahwa di sana tidak ada Gereja sama sekali dimana kemurnian yang sempurna tidak terlihat. Karena orang yang dikuasai oleh pikiran ini, pada akhirnya pasti menarik dari semua yang lain, dan memandang dirinya sendiri sebagai satu-satunya orang suci di dunia, atau mendirikan suatu sekte khusus bersama dengan beberapa / sedikit orang-orang yang munafik) - hal 51.
Ini perlu diingat dan dicamkan, khususnya oleh orang-orang kristen tertentu, yang selalu berpindah gereja pada saat melihat adanya ketidak-beresan tertentu dalam gerejanya / pendetanya.

b. Pandangan bahwa semua gereja adalah gereja.
Ini salah karena jelas ada gereja-gereja sesat yang bukanlah gereja dalam pandangan Tuhan.
Bahwa tidak semua gereja adalah gereja di hadapan Tuhan, terlihat dari:

istilah jemaah Iblis dalam Wah 2:9 dan Wah 3:9.
Wah 2:9 - Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu - namun engkau kaya - dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis”.
Wah 3:9 - Lihatlah, beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta, akan Kuserahkan kepadamu. Sesungguhnya Aku akan menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau.
KJV/RSV/NIV/NASB: the synagogue of Satan (= sinagog Setan).
Dalam Bil 16:3  Bil 20:4  Bil 31:16 Israel disebut sebagai jemaah / umat TUHAN. Kata sinagog berasal dari kata Yunani SUNAGOGE, yang arti hurufiahnya adalah suatu kumpulan atau jemaah. Jadi dengan kata-kata ini seakan-akan Yohanes berkata: Kamu menyebut dirimu sendiri jemaah TUHAN, padahal sebetulnya kamu adalah jemaah Iblis.
Mereka ini sama seperti orang-orang Yahudi dalam Yoh 8:37-44, yang sekalipun mengaku sebagai keturunan Abraham dan anak-anak Allah, tetapi sebetulnya adalah anak-anak setan.
Leon Morris (Tyndale) (tentang Wah 2:9): This unusual expression means that their assembly for worship does not gather Gods people but Satans (= Istilah / ungkapan yang tidak lazim ini berarti bahwa perkumpulan / persekutuan kebaktian mereka tidak mengumpulkan umat Allah tetapi umat Setan) - hal 64.
Thomas Becon: For commonly, wheresoever God buildeth a church, the devil will build a chapel just by (= Karena biasanya, dimanapun Allah membangun sebuah gereja, setan akan membangun tempat ibadah di dekatnya) - The Encyclopedia of Religious Quotations, hal 118.
Daniel Defoe, The Encyclopedia of Religious Quotations, hal 119-120:
Wherever God erects a house of prayer, (= Dimanapun Allah mendirikan rumah doa,)
The Devil always builds a chapel there; (= Setan selalu membangun tempat ibadah di sana;)
And twill be found, upon examination, (= Dan akan didapatkan, setelah diselidiki,)
The latter has the largest congregation (= Yang terakhir mempunyai jemaat yang terbesar).

istilah rumahmu’ (bukan rumahKu atau rumah BapaKu) yang digunakan oleh Yesus dalam Mat 23:38 untuk menunjuk kepada Bait Allah.
Mat 23:38 - Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi.

Perlu diingat bahwa kalau kita berbakti di gereja yang sesat, maka:

Tuhan tidak menganggap bahwa saudara sudah berbakti kepadaNya.
Bdk. Yeh 23:38-39 - (38) Selain itu hal ini juga mereka lakukan terhadap Aku, mereka menajiskan tempat kudusKu pada hari itu dan melanggar kekudusan hari-hari SabatKu. (39) Dan sedang mereka menyembelih anak-anak mereka untuk berhala-berhalanya, mereka datang pada hari itu ke tempat kudusKu dan melanggar kekudusannya. Sungguh, inilah yang dilakukan mereka di dalam rumahKu.
Perhatikan bahwa ay 39 mengatakan bahwa mereka datang ke rumah Allah, tetapi mereka menyembah berhala dan menyembelih anak-anak mereka bagi berhala / dewa. Jelas mereka sesat, dan karena itu, sekalipun mereka datang ke rumah Allah, Allah tetap menganggap mereka menajiskan tempat kudus / rumah Allah dan melanggar kekudusan Sabat (ay 38).

Kita mendukung dan memberi semangat kepada gereja sesat itu.
Kehadiran kita membuat yang hadir bertambah banyak, dan itu memberi semangat yang cukup besar kepada mereka. Apalagi kalau pada acara persembahan kita mau memberi persembahan kepada gereja sesat itu!

Jadi, kalau saudara sadar bahwa gereja saudara adalah gereja yang sesat, maka saudara harus meninggalkan gereja itu, dan pindah ke gereja yang benar. Kalau saudara segan untuk meninggalkan gereja saudara, padahal saudara tahu bahwa gereja saudara itu sesat, apapun alasannya, maka saudara perlu merenungkan pertanyaan ini secara serius: Apakah aku mengikut Kristus, atau mengikut gerejaku?.

Saya akan memberikan komentar dari beberapa penafsir tentang berbakti di gereja yang tidak benar. Kedua penafsir di bawah ini memberikan komentar tentang Luk 4:16 yang berbunyi sebagai berikut: Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaanNya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.

Adam Clarke (tentang Luk 4:16): Our Lord regularly attended the public worship of God in the synagogues; for there the Scriptures were read: other parts of the worship were very corrupt; but it was the best at that time to be found in the land. To worship God publicly is the duty of every man, and no man can be guiltless who neglects it. If a person cannot get such public worship as he likes, let him frequent such as he can get. Better to attend the most indifferent than to stay at home, especially on the Lords day. The place and the time are set apart for the worship of the true God: if others do not conduct themselves well in it, that is not your fault, and need not be any hindrance to you. You come to worship God -  do not forget your errand - and God will supply the lack in the service by the teachings of his Spirit (= Tuhan kita secara teratur menghadiri kebaktian umum Allah di sinagog-sinagog; karena di sana Kitab Suci dibacakan: bagian-bagian lain dari kebaktian itu sangat buruk / rusak; tetapi itu adalah yang terbaik pada saat itu yang bisa ditemukan di negara itu. Menyembah Allah berbakti kepada Allah secara umum merupakan kewajiban dari setiap orang, dan tidak ada orang bisa tidak bersalah kalau ia mengabaikannya. Jika seseorang tidak bisa mendapatkan kebaktian seperti yang ia inginkan, biarlah ia pergi secara tetap ke tempat yang bisa ia dapatkan. Lebih baik untuk menghadiri kebaktian / gereja yang paling acuh tak acuh dari pada tinggal di rumah, khususnya pada hari Tuhan. Tempat dan waktu dipisahkan untuk berbakti kepada Allah yang benar; jika orang-orang lain tidak bertingkah laku benar di dalamnya, itu bukan salahmu, dan tidak perlu menjadi penghalang bagimu. Kamu datang untuk berbakti kepada Allah - jangan melupakan tujuanmu - dan Allah akan menyuplai kekurangan dalam kebaktian itu oleh pengajaran RohNya).

Barnes Notes (tentang Luk 4:16): From this it appears that the Saviour regularly attended the service of the synagogue. In that service the Scriptures of the Old Testament were read, prayers were offered, and the Word of God was explained. ... There was great corruption in doctrine and practice at that time, but Christ did not on that account keep away from the place of public worship. From this we may learn: 1. That it is our duty regularly to attend public worship. 2. That it is better to attend a place of worship which is not entirely pure, or where just such doctrines are not delivered as we would wish, than not attend at all. ... At the same time, this remark should not be construed as enjoining it as our duty to attend a place where the true God is not worshipped, or where he is worshipped by pagan rites and pagan prayers. If, therefore, the Unitarian does not worship the true God, and if the Roman Catholic worships God in a manner forbidden, and offers homage to the creatures of God also, thus being guilty of idolatry, it cannot be a duty of a man to attend on such a place of worship (= Dari sini kelihatan bahwa sang Juruselamat secara teratur menghadiri kebaktian di sinagog. Dalam kebaktian itu Kitab Suci Perjanjian Lama dibacakan, doa dinaikkan, dan Firman Allah dijelaskan. ... Di sana ada keburukan / kerusakan yang besar dalam doktrin dan praktek pada jaman itu, tetapi hal itu tidak menyebabkan Kristus menjauhi tempat ibadah itu. Dari sini bisa kita pelajari: 1. Bahwa merupakan kewajiban kita untuk secara teratur menghadiri kebaktian umum. 2. Bahwa lebih baik untuk menghadiri suatu tempat ibadah / kebaktian yang tidak sepenuhnya murni, atau dimana ajaran-ajaran tidak diberikan seperti yang kita inginkan, dari pada tidak menghadiri kebaktian sama sekali. ... Pada saat yang sama, kata-kata ini tidak boleh ditafsirkan sebagai memerintahkan hal itu sebagai kewajiban kita untuk menghadiri suatu tempat ibadah dimana yang disembah bukanlah Allah yang benar, atau dimana Ia disembah dengan upacara-upacara kafir dan doa-doa kafir. Karena itu, jika Unitarian tidak menyembah Allah yang benar, dan jika Roma Katolik menyembah Allah dengan cara yang dilarang, dan juga memberikan penghormatan kepada makhluk-makhluk ciptaan dari Allah, dan dengan demikian bersalah dalam hal pemberhalaan, maka tidak bisa merupakan kewajiban seseorang untuk menghadiri tempat ibadah seperti itu) - hal 196.
Catatan: Unitarian mempercayai bahwa Allah itu tunggal secara mutlak, dan dengan demikian menyangkal keilahian Kristus, dan doktrin Allah Tritunggal.

Jadi, memang lebih baik berbakti di gereja yang jelek (bukan yang sesat) dari pada tidak berbakti sama sekali. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita boleh berbakti di gereja yang betul-betul sesat, seperti Saksi Yehuwa, Mormon, dan menurut Barnes, Gereja Roma Katolik.

e) Satu hal lain yang perlu disadari adalah bahwa membolos dari kebaktian Minggu, bukan hanya merupakan suatu dosa, tetapi juga merupakan suatu tindakan yang sangat kurang ajar kepada Tuhan.
Illustrasi: Ada seorang melihat seorang pengemis. Ia kasihan dan ingin memberinya uang. Dalam kantongnya ada 7 keping uang, dan ia lalu memberikan 6 keping kepada pengemis itu, dan menyisakan 1 keping untuk dirinya sendiri. Tetapi pengemis itu, yang melihat bahwa orang itu menyisakan satu keping untuk dirinya sendiri, lalu menyambar sisa yang 1 keping itu, dan lari. Ini betul-betul menunjukkan orang yang kurang ajar bukan? Tetapi itu coba bandingkan dengan analoginya: Allah mempunyai 7 hari, dan ia memberikan 6 hari bagi kita untuk bekerja, belajar, mengurus urusan-urusan kita dsb. Ia hanya menyisakan satu hari bagi diriNya sendiri, yaitu hari Sabat. Tetapi kita sering lalu menyambar hari yang satu itu dari tangan Allah, dan tetap menggunakannya untuk diri kita sendiri! Apa bedanya orang yang membolos dari kebaktian dengan pengemis yang kurang ajar tadi?

f) Alasan yang tidak sah dan yang sah untuk tidak berbakti pada hari Sabat.

1. Alasan yang tidak sah.
Hal-hal di bawah ini bukanlah alasan yang sah untuk membolos dari kebaktian hari Minggu, dan karena itu jangan membolos dari kebaktian hari Minggu, dengan alasan-alasan yang sangat umum di bawah ini:
ada tamu.
arisan / pertemuan RT / RW.
kerja bakti.
bekerja / lembur.
belajar.
piknik / keluar kota.
pergi ke pesta HUT.
ada acara dari para-church (persekutuan, dsb).
Para pemimpin maupun pengikut dari para-church ini harus menyadari bahwa para-church didirikan untuk mendukung gereja, dan bukannya untuk menyaingi gereja. Karena itu mereka seharusnya tidak mengadakan acara pada hari Minggu!
saudara merasa sudah mengikuti kebaktian Pernikahan.
Ingat bahwa upacara pernikahan di gereja sebetulnya bukanlah suatu kebaktian! Saya berpendapat bahwa hari Minggu bukanlah hari untuk menikah, tetapi untuk berbakti. Orang kristen seharusnya tidak menikah pada hari Minggu! Mengapa? Karena ini bukan hanya menyebabkan pengantinnya tidak bisa berbakti, tetapi juga menyebabkan banyak orang berdosa karena membolos dari kebaktian.

2. Alasan yang sah.
Alasan yang sah untuk tidak pergi ke kebaktian adalah kalau saudara sakit, dan itupun tentu bukan sembarang sakit. Sakitnya harus cukup berat (sehingga memang tidak memungkinkan saudara untuk berbakti atau berkonsentrasi dalam kebaktian), atau menular dan membahayakan. Sedangkan alasan yang lain adalah kalau terjadi hal-hal yang memang sangat extrim, seperti bencana alam, banjir yang hebat, atau kerusuhan massal.
LARANGAN DAN KEHARUSAN PADA HARI SABAT TUHAN
-AMIN-

Pdt. Budi Asali, M. Div.
https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/larangan-dan-keharusan-pada-hari-sabat.html#

Tags