Latest News

Showing posts with label Firman Tertulis. Show all posts
Showing posts with label Firman Tertulis. Show all posts

Wednesday, January 23, 2019

ROH KUDUS

DOKTRIN ROH KUDUS

DOKTRIN ROH KUDUS .Turunnya Roh Kudus ke dunia adalah pemberian terbesar Allah bagi Gereja. Hidup kekal adalah janji terbesar Allah. Hidup kekal diberikan melalui Roh Kudus yang membawa kita untuk taat kepada Kristus. Inilah definisi orang Kristen sejati menurut 1 Petrus 1:2, yang mencakup karya Tiga Pribadi Allah Tritunggal: i) dipilih oleh Allah; ii) dikuduskan oleh Roh Kudus; dan iii) taat pada Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Satu ayat yang mengungkapkan doktrin Predestinasi, Tritunggal, Kesela­matan, dan Karya Roh Kudus dengan begitu tepat, singkat, dan sempurna. Orang-orang dari segala bangsa, segala tempat, segala zaman yang dipilih oleh Allah Bapa dan digerakkan oleh Roh Kudus dari pasif menjadi aktif, dari tak mengerti menjadi mengerti, dari membangkang menjadi taat pada Yesus Kristus, menerima percikan darah-Nya, dan dikumpulkan menjadi Gereja yang kudus (sifat gereja) dan Am (universal).
PENGANTAR: DOKTRIN ROH KUDUS 
Di segala zaman, selalu ada orang yang sulit untuk mengerti doktrin Allah Tritunggal, Kristologi, Soteriologi, terlebih lagi doktrin Roh Kudus. Juga terdapat banyak orang yang tidak mengerti dengan benar, tetapi berani untuk bersuara lantang dan berbicara seperti orang yang mengerti. Orang-orang yang tak mau mempelajari doktrin dengan sungguh-sungguh, secara sadar atau tidak sadar telah menanamkan benih salah-mengerti di dalam diri jemaat yang mengakibatkan perpecahan gereja yang tak pernah ada habisnya. Sejak 30 tahun silam, pernyataan: “Jangan ke Gereja Protestan, GRII, Katholik... karena di sana tidak ada Roh Kudus” terus menjalar, membuat orang tidak mau mendengar khotbah yang penting dan benar. Di tempat dan pada saat seseorang menyampaikan berita Injil yang murni, menelaah Alkitab secara akurat dan mendalam, membawa orang kembali pada firman Tuhan, ada suara yang mencegah orang Kristen untuk mendengar. Mungkinkah suara itu berasal dari Tuhan? Tentu tidak! Roh Kudus yang sudah mewahyukan kebenaran kepada nabi-nabi di Perjanjian Lama dan kepada rasul-rasul di Perjanjian Baru untuk menulis Alkitab, tentu ingin agar manusia mengerti kebenaran dan beriman. Suara seperti itu bertentangan dengan suara Roh Kudus.

Pekerjaan Roh Kudus terbesar adalah:

1). Roh Kudus Menurunkan Firman Tertulis

Firman harus menjadi dasar agar kita mengerti, beriman, dan beroleh hidup. Firman sebagai dasar karena melalui firman yang Allah wahyukan di Kitab Suci, kita dapat mengenal Allah dengan benar. Jadi, bentuk pertama dari firman yang diturunkan oleh Roh Kudus dari sorga ke dunia adalah Alkitab, dan iman datang dari mendengar firman Tuhan yang sejati. Firman itu tertanam di hati kita sebagai benih yang hidup, yang berakar ke bawah, dan berbuah ke atas. Jadi, iman bukan datang dari diri kita sendiri. Kalau ada seseorang yang sakit dan memerlukan banyak dana lalu mendengar ada orang mengatakan, “Ayo ikut kebaktian, kau akan sembuh,” dia akan pergi. Saat diminta untuk beriman, dia mengatakan, “Tuhan, aku beriman, sembuhkan aku.” Imannya adalah iman ingin sembuh, ini tidak sesuai dengan prinsip Alkitab bahwa iman datang dari mendengar Firman. Tentu bukan maksud saya untuk mengatakan bahwa manusia sendiri tak mungkin punya iman. Karena tertulis di Alkitab, orang datang pada Tuhan karena percaya ada Tuhan dan percaya Dia memberi pahala pada orang yang mencari Dia. Itu berarti bahwa manusia punya iman natural, yang oleh Theologi Reformed disebut anugerah umum. Anugerah umum berasal dari Tuhan namun anugerah umum harus disusul dengan anugerah keselamatan. Jadi, mengapa dikatakan “orang yang datang kepada Tuhan karena ingin sembuh tak sesuai dengan prinsip Alkitab?” Karena menuntut berkat, kaya, lancar, sukses, dan makmur terdapat di semua agama. Itu sebabnya orang pergi ke Gunung Kawi, Sam Po Kong, kelenteng, kuil-kuil, dan lain-lain. Mengapa orang menuntut semua itu? Karena sifat egois manusia. Itu sebabnya orang melakukan korupsi, berbisnis curang, dan menipu untuk memperkaya diri. Maka kata Yesus, “Jika engkau tidak menyangkal diri, engkau tidak layak mengikut Aku.” Jadi, orang yang percaya hanya berdasarkan iman natural tidak bisa menjadi orang Kristen yang baik. Dia perlu mendengar Firman kebenaran. Firman kebenaran akan menerangi dia untuk mengoreksi diri, melepaskannya dari egoisme, belajar mengikuti Tuhan dengan taat, memikul salib, dan menjadi orang yang berkenan pada Tuhan yang di sorga. Jadi, iman yang kau dapat melalui mendengar Firman adalah kekuatan yang akan mengarahkanmu untuk memuliakan Tuhan dan hidupmu menjadi mulia.

Pekerjaan Roh Kudus yang terbesar adalah menurunkan Firman dari sorga dalam bentuk tulisan, satu-satunya kitab yang  diwahyukan oleh Allah. Mengapa Tuhan memberikan kita Alkitab? Karena Dia telah memberikan kita potensi untuk mengerti kebenaran. Jadi, Tuhan menciptakan manusia yang memiliki potensi untuk mengerti kebenaran, Tuhan juga menyatakan kebenaran pada manusia. Ini merupakan pengertian organik dan struktur epistemologi dalam iman Kristen. Jadi, di antara semua mahluk yang diciptakan oleh Tuhan, hanya manusia yang diciptakan seturut peta teladan-Nya, diberi potensi untuk menjalin hubungan dengan-Nya, mengerti kebenaran, dan diberikan kesempatan untuk mengerti kebenaran-Nya. Ada kebenaran yang tersimpan di dalam alam, ada juga kebenaran yang melampaui kebenaran alam – yang berkaitan dengan arti hidup, makna perjuangan, dan ke mana setelah kematian – yang tak mungkin kita dapatkan melalui penelitian ilmiah. Untuk itu Tuhan mewahyukan Kitab Suci untuk mengungkapkan rahasia-rahasia yang secara objektif berlaku di seluruh dunia; menggerakkan orang-orang untuk menerjemahkannya ke banyak bahasa supaya semua bangsa mengerti. Maka, selain memberi firman-Nya yang berbentuk tulisan di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Allah juga mendampingi, memberi pencerahan, memimpin orang yang membacanya, from literal to spiritual understanding, from written word to the truth of God. Jadi, biar kita renungkan dengan tenang, jangan terlalu percaya terhadap penilaian orang, “Ini ada Roh Kudus, itu tidak ada Roh Kudus.” Yang perlu kita ketahui adalah “What does the Bible say” dan biar Roh Kudus memimpin rasio kita untuk mengerti, bukan hanya isi tetapi juga metodenya agar kita tidak menjadi kacau.

2). Roh Kudus Menurunkan Kristus

Roh Kudus menurunkan Firman dari sorga dalam bentuk manusia. Yesus Kristus adalah satu-satunya orang yang menyatakan sifat ilahi dalam tubuh yang berdaging. Yesus Kristus hidup di sejarah. Itulah inkarnasi. Maka kedua hal ini: Firman yang tertulis dan Firman yang hidup dalam sejarah – sebagai Sang Kudus yang tidak berdosa, yang langsung memberitakan Firman dengan otoritas tertinggi – memimpin seluruh umat manusia melewati perjuangan dan tantangan filsafat di segala zaman; menjadi standar untuk memeriksa, mempertumbuhkan, dan melengkapi orang-orang beriman. Kita dapat membaca firman dan mengerti kebenaran yang diwahyukan Allah, juga dapat melihat teladan hidup yang Yesus berikan. Coba bandingkan Kitab Suci dengan semua buku lain, pasti kau akan menemukan wibawa yang tak ada pada buku lain. Di sana terdapat sekitar 7.800 kali pernyataan: “Beginilah Firman Allah....” Hal-hal dalam Alkitab sudah teruji ribuan tahun dan terbukti sebagai satu-satunya kebenaran yang tiada-taranya, yang kekal, dan tak mengenal kompromi. Jadi, pertama, bukan karena aku beragama Kristen maka kekristenan menjadi kebenaran. Kebenaran tak perlu melewati proses menjadi, kebenaran tak akan pernah berubah, dari sebelum dunia diciptakan sampai kesudahannya. Misalnya 2 + 2 = 4, tak perlu menunggu kau menyetujuinya baru menjadi kebenaran karena dari kekal sampai kekal 2 + 2 = 4. Saya percaya kebenaran Firman karena Firman diwahyukan oleh Allah dan tidak pernah berubah kebenarannya. Tidak ada seorang pun yang dapat mengubah kebenaran, justru kebenaranlah yang mengubah kita. Hal kedua, bukan karena sejak kecil aku percaya kepada Yesus maka Yesuslah yang terbaik. Karena aku menemukan tidak ada orang yang hidupnya sesempurna, sesuci, seadil Kristus, maka aku percaya kepada Dia. Pengertian seperti ini bukan didasarkan atas emosi yang meluap-luap atau karena khotbah seseorang yang begitu mahir dalam mempengaruhi emosi massa. Oleh sebab itu, setiap hamba Tuhan harus menguraikan kebenaran dengan penuh tanggung jawab, memohon Tuhan untuk menaklukkan rasio pendengar yang Dia ciptakan untuk kembali kepada kebenaran. Iman adalah rasio yang terhilang, yang mau kembali dan tunduk pada kebenaran yang mencarinya. Karena bukan rasio yang mencari kebenaran, tetapi kebenaranlah yang mencari dan menaklukkan rasio. Inilah titik-tolak Alkitab yang begitu berbeda dari semua agama, “Bukan kau yang mencari Aku, Akulah yang mengirim Anak-Ku ke dunia untuk mencari dan menyelamatkan orang yang tersesat.” Maka Yesus bukan lahir melalui hukum genetika melainkan melalui mujizat: Roh Kudus menaungi anak dara Maria. Mujizat yang tidak pernah dan tidak akan mungkin diulang: anak dara melahirkan anak laki-laki. Lalu, mengapa Alkitab mengatakan bahwa inkarnasi juga merupakan pekerjaan Roh Kudus? Karena Roh Kudus menaungi Maria yang masih perawan, meminjam kandungannya untuk menurunkan Firman dalam bentuk manusia. Jadi, karena Firman datang dengan bentuk literal yaitu Kitab Suci dan dalam bentuk manusia yaitu Kristus lahir dalam sejarah, maka dunia dapat mengenal kebenaran dari Alkitab dan menerima keselamatan dari Yesus Kristus yang merupakan pengharapan bagi dunia. Maka, salah satu tugas Gereja yang terpenting adalah mempelajari Firman dan mengerti Firman.

Orang mengatakan, “Gereja ini, pendeta ini tidak ada Roh Kudus, karena dia tidak bisa berbahasa roh, tertawa-tawa, melakukan mujizat.” Padahal mengenal Roh Kudus melalui fenomena yang dimutlakkan adalah suatu perkara yang mengerikan. Secara sadar ataupun tidak sadar, banyak orang telah tertipu oleh banyak pemimpin gereja yang tak bertanggungjawab sehingga mengalami kerugian seumur hidupnya.

Doktrin Roh Kudus sangat penting. Kita tidak boleh diselewengkan, ditipu, dan digeser dari kebenaran firman Tuhan tentang doktrin ini. Kita mengenal Allah melalui Kristus, mengenal Kristus melalui Roh Kudus, dan mengenal Roh Kudus melalui Kitab Suci. Jadi, Allah Bapa adalah Bapa yang suci, Allah Anak adalah Anak yang suci, Allah Roh Kudus adalah Roh yang suci, orang Kristen adalah kaum pilihan yang suci, dan Kitab Suci adalah kitab yang suci. Pusatnya adalah Roh Kudus yang mewahyukan Firman dan yang memuliakan Kristus; memperanakan orang Kristen dan membawanya kembali kepada Allah. Maka, salah mengartikan Roh Suci sama dengan salah menggunakan kunci yang akibatnya adalah salah mengartikan Kristus dan Kitab Suci. Itu sebabnya, Iblis senang mengganggu Gereja dengan cara mengacaukan pengertian orang Kristen terhadap doktrin Roh Kudus. Itu sebabnya, mungkin banyak orang tidak mengerti mengapa Stephen Tong terus menerus menyerang ajaran Kharismatik. Sebenarnya, kalau orang-orang Kharismatik mau rendah hati, dia akan menjadi berkat yang besar. Orang yang menerima urapan Roh Kudus, taat pada Firman, diperanakan pula, dan dipimpin oleh-Nya adalah orang yang berkarisma. Jadi, setiap orang Kristen sejati seturut sifatnya bisa disebut orang karismatik (orang-orang yang berkarisma). Sayangnya, orang-orang Kharismatik telah memutlakkan yang tak mutlak dan berubah menjadi ekstrim, menyimpang dari kharismatik yang asal lalu mulai menuding orang, “Kamu tidak punya Roh Kudus.” Tidak banyak gereja benar yang mereka serang, berani berbalik dan mendebat mereka. Maka Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) bangkit menjadi saksi Tuhan di antara kubu Liberal (yang secara sadar atau tidak sadar telah melawan Alkitab) dan kubu Kharismatik (yang begitu berapi-api tetapi salah menginterpretasikan Alkitab) untuk membawa mereka yang menyimpang agar kembali kepada ajaran yang sempurna dan sehat. Anda sendiri dapat membuktikan bahwa selama 20 tahun ini kami membahas Kitab Suci ayat per ayat, tidak satu pun yang dilewatkan, karena kita percaya bahwa kebenaran Alkitab adalah komprehensif dan dapat dimengerti. Juga tak ada satu pernyataan pun yang mengatakan bahwa ada satu ayat di Alkitab yang tak berkuasa. Rick Warren membandingkan puluhan jenis terjemahan Alkitab dan akhirnya memilih untuk memakai terjemahan yang lebih mudah diterima tanpa memedulikan ketetapan dan kesetiaan terjemahan itu pada naskah aslinya. Akhirnya, orang menjadi ambigu, tidak mengetahui yang benar atau salah.

Mengapa Roh Kudus diturunkan? Di Perjanjian Lama Tuhan berjanji dan janji itu digenapkan di Perjanjian Baru. Tuhan mengirim Yohanes Pembaptis untuk mempersiapkan kedatangan Kristus, Raja dari Kerajaan Allah. Dia berseru, “Bertobatlah kamu….” mengisyaratkan bahwa Kristus akan masuk ke dalam hatimu dan mendirikan Kerajaan-Nya yang mulia di bumi. Barangsiapa mau menjadi umat-Nya, ia harus bertobat. Berita ini bukan diserukan di Yerusalem atau di Bait Allah, tetapi di padang gurun. Alkitab mencatat bahwa Yohanes Pembaptis adalah orang yang dipenuhi Roh Kudus sejak di dalam rahim ibunya. Dia menyampaikan berita Allah dengan sangat berkuasa. Berita tersebut menggetarkan tentara Romawi yang ikut mendengarkan sampai-sampai ia bertanya apa yang harus diperbuatnya. Yohanes Pembaptis memintanya untuk menanggalkan senjatanya kemudian memberikan pengertian sistem politik sepanjang zaman, yaitu: i) cukupkan dirimu dengan apa yang kamu miliki; dan ii) jangan merugikan orang dengan senjatamu. Jawaban ini menunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis sunguh-sungguh mengerti akan prinsip dan teladan hidup orang Kristen sepanjang zaman.

Meski sebagai manusia, Yohanes Pembaptis pernah ragu “Yesus adalah Mesias atau bukan”. Yesus tidak menegur dia atau menarik kembali tugas yang dipercayakan kepadanya. Yesus hanya mengatakan kepada utusan Yohanes, “Beritahu padanya, orang buta melihat, orang timpang berjalan, orang mati dibangkitkan....” – memintanya untuk mempertimbangkan sendiri. Yohanes Pembaptis adalah tokoh yang besar, tetapi dia tidak pernah melakukan mujizat satu kali pun, tidak pernah berbahasa roh. Jadi, apakah dia mempunyai Roh Kudus atau tidak? Roh Kudus memenuhi dia sejak di rahim ibunya dan sampai mati tak meninggalkan dia. Jika demikian, siapakah yang memberikan hak kepada seseorang untuk memvonis seseorang tidak memiliki Roh Kudus karena tidak bisa berbahasa roh atau melakukan mujizat?

Kapankah terjadinya penyelewengan pemahaman seperti itu? Di tahun 1901, di sebuah rumah di Azusa Street, Los Angeles, seorang yang baru pindah dari Topeca mengatakan, “Gereja sudah tidak beres, tidak bertumbuh.” Pada tahun 1905, orang yang menyetujui konsepnya bertambah menjadi lima orang kemudian membentuk persekutuan dan mulai memisahkan diri dari gereja, karena menemukan apa yang kemudian disebut dan terkenal sebagai Iman Apostolik. Apa itu “Iman Apostolik” atau “Iman Rasuli”? Itu adalah iman yang ditandai dengan berglosolalia (berbahasa lidah), melakukan mujizat, menyembuhkan orang sakit, dan mengusir setan. Ini disebut sebagai “Gejala Generasi ke-4”. Jemaat “disadarkan” bahwa selama 1.900 tahun, tak ada hal-hal itu di tengah-tengah orang Kristen. Maka, mereka berdoa, meminta Tuhan untuk mengembalikan gereja pada Iman Rasuli, tetapi tanpa pengakuan Iman Rasuli. Jadi, gereja terpecah menjadi dua, yaitu orang Liberal yang membuang Pengakuan Iman Rasuli: iman kepercayaan yang penting, yang diturunkan dari para rasul; dan membuang ketuhanan Kristus, hanya menerima moralitas Kristus saja. Maka, semua buku yang ditulis oleh orang Liberal tak ada sebutan “Tuhan Yesus”. Sementara orang Pentakosta dan Kharismatik menemukan Iman Rasuli yang dimengerti dari segi supranatural, terus menyebut “Yesus, Yesus” namun tidak menyebut Yesus sebagai Tuhan. Jika kita memperhatikan kunci di Alkitab, “Barangsiapa tak digerakkan oleh Roh Kudus, dia tak mungkin menyebut Yesus sebagai Tuhan”. Dan faktanya adalah baik Liberal maupun Kharismatik sama-sama tidak menyebut Yesus adalah Tuhan. Jadi, bolehkah Pengakuan Iman Rasuli diwakili dengan berbahasa roh, menyembuhkan, mengusir setan, dan melakukan mujizat? Perhatikan: Adakah Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bahwa orang yang percaya kepada Dia harus bisa bahasa roh? Tidak. Alkitab justru memberikan kita satu peringatan: “Pada hari itu, bukan semua orang yang memanggil Aku ‘Tuhan, Tuhan’ boleh masuk sorga (Mat. 7:21-23). Lalu mengapa ada orang yang mengajarkan, “Sebutlah Yesus Tuhan, kau pasti diselamatkan.” Padahal kata Yesus, “Bukan semua orang yang menyebut-nyebut Aku: “Tuhan, Tuhan” masuk sorga. Hanya mereka yang melakukan kehendak Tuhan dapat masuk ke sorga?” Orang Liberal mengatakan, “Kami tidak percaya Yesus adalah Tuhan, tapi kami meneladani moral Yesus.” Orang yang belajar theologi tapi hatinya tak mau taat pada Tuhan, semakin belajar malah semakin jauh dari Tuhan.Sementara orang Kharismatik bukannya meneladani sifat moral Yesus, melainkan mendemonstrasikan kuasa dan menyatakan Roh Kudus ada di tengah-tengah mereka. Maka, tidak heran banyak pemimpin Kharismatik yang jatuh dalam perzinahan, menggunakan ayat-ayat Alkitab untuk memperkaya diri, maupun merampas perpuluhan jemaat menjadi milik pribadi. Kebangunan rohani hanya menekankan percaya kepada Tuhan maka segala penyakitmu akan disembuhkan dan menjadi kaya. Ini adalah doktrin “undian” yang mereka ciptakan untuk menarik banyak orang. Dan setelah menjadi banyak lalu mengatakan, “Jumlah kami banyak maka kami adalah Kristen yang benar. Kami mempunyai Roh Kudus.” Tipuan setan ini telah berlangsung selamar seratus tahunan ini dan membuat banyak orang semakin kabur dan bingung (blur), maka kita perlu sadar (blink). Rasul Petrus berkata, “Tuhan, aku tak pernah makan daging dari binatang yang haram.” Tuhan berkata, “Makan!” Itulah revolusi. Petrus menolak karena ia mengikuti rutinitas dan tidak mau berubah sehingga hidupnya jadi kabur (blur) dan disusul dengan kekosongan (blank). Itulah yang terjadi dengan gereja kalau membuang sifat ketuhanan Yesus.Hanya mau menerima sifat moral-Nya atau membuang sifat moral-Nya akan membuat gereja menjadi kosong ataupun bertumbuh pesat, tetapi moral pendetanya begitu bejat dan masih berani mengaku bahwa dirinya memiliki Roh Kudus karena bisa berglosolalia. Matius 7:21-23 memberikan gambaran yang jelas bahwa terhadap orang yang banyak bernubuat, mengusir setan, melakukan tanda ajaib dengan nama-Mu (nama Tuhan Yesus), Tuhan Yesus menjawab bahwa Ia tidak pernah mengenal mereka. Hanya mereka yang sungguh-sungguh menjalankan kehendak Allah saja yang berhak masuk ke dalam Kerajaan Allah. Firman Tuhan tidak bisa dimanipulasi.

Roh Kudus memenuhi Yohanes Pembaptis dan katanya, “Aku hanya membaptis kamu dengan air.” Mengapa? Karena dia mengakui bahwa dirinya adalah manusia yang dicipta. Tidak mungkin ia menggunakan air yang dicipta untuk membersihkan dosa sesamanya yang juga dicipta. Jadi, dia membaptis orang hanya untuk menandai pertobatan seseorang. Dan sebenarnya, kau bertobat bukan kepadaku, melainkan kepada Tuhan. Gerakan “Pria Sejati” (serial seminar yang banyak diadakan saat ini) membuat orang yang tadinya malu mengaku dosa kepada sesamanya namun setelah melihat banyak orang, bahkan pendeta, majelis di kelompok itu melakukan hal yang sama, menjadi berani mengaku dosa sambil menganggap bahwa mengaku dosa adalah sesuatu yang mulia. Dan karena semua orang di sana ternyata sama lalu saling menghibur. Lambat-laun hal itu justru menjadi bahan tertawaan dunia, “Ternyata orang Kristen juga sama, selingkuh, hidup moralnya rusak.” Tuhan menginginkan kita menjadi kelompok orang yang suci. Tuhan tidak menginginkan kita untuk selingkuh lalu mengaku dosa tanpa merasakan malu yang mendalam. Tentu bukan maksud saya untuk mengkritik orang yang mau mengaku salah, bertobat, dan berjanji untuk tidak mengulanginya. Karena faktanya, setan akan membuatmu mengalami apa yang dikatakan pepatah Tionghoa “fan zui he qun ganshou ku gu du gan”; waktu bersalah tak merasa tersendiri karena ada banyak orang yang senasib denganmu, sementara waktu menderita, merasa begitu tersendiri, orang yang paling susah di dunia. Itulah cara yang sejak dahulu dipakai oleh setan untuk merusak Gereja. Kiranya Tuhan memberikan saya kompas di hati, kepekaan yang luar biasa untuk menjadi pemimpin yang berdiri di atas menara pengawal untuk mengingatkan Gereja akan bahaya yang mengancam.

Kata Yohanes Pembaptis, “Aku hanya membaptismu dengan air (baptisan air tak menyelamatkan), tetapi Dia – yang datang sesudahku dan sebenarnya sudah ada sebelum aku – karena Dia adalah Sang Kekal maka Dia akan membaptismu dengan Roh Kudus. Jadi, baptisan Roh Kudus dilakukan oleh Allah yang menjelma menjadi manusia – yang kelihatannya sama seperti orang pada umumnya padahal Dia adalah Allah. Maka sejak tahun 1990, ketika GRII pertama kali membaptis, saya selalu mengatakan, “Aku membaptis engkau dengan air yang melambangkan Roh Kudus turun atasmu, membawamu bergabung ke dalam GRII, ke tubuh Kristus.” Air dicurahkan dari atas kepala sebagai lambang Roh Kudus yang turun dari atas. Maka saya percaya bahwa baptis percik lebih sesuai dengan Alkitab karena Roh Kudus dicurahkan dari atas dan kau harus dilahirkan dari atas. Maka, jangan ikut-ikutan atau ditakuti-takuti oleh orang yang mengkritik atau menyerang, “Jikalau engkau tidak dibaptis selam, engkau tidak diselamatkan.” Prinsip yang Alkitab berikan melampaui tafsiran manusia. Ketika Yohanes membaptis, adakah yang menyaksikannya? Ada banyak. Namun ketika Tuhan Yesus membaptis orang dengan Roh Kudus, adakah yang menyaksikannya? Tidak, karena Dia sudah naik ke sorga. Jadi, apakah bukti seseorang sudah menerima baptisan Roh Kudus? Ia akan menjadi semakin setia kepada Firman, semakin taat dan semakin menjalankan kebenaran firman Tuhan.

Kiranya Tuhan memimpin setiap kita untuk hidup semakin dipenuhi oleh Roh Kudus, semakin mengerti Firman, semakin setia di dalam kebenaran Firman, dan hidup seturut kebenaran Firman.
Bacaan : Kisah Para Rasul 8:14-25, 10:23-48, 19:1-7

Turunnya Roh Kudus ke dalam dunia merupakan pemberian Allah yang terbesar bagi Gereja. Janji Allah yang terbesar adalah hidup kekal, dan hidup kekal diberikan melalui Roh Kudus yang membawa kita untuk taat kepada Kristus. Namun, hanya empat pasal di dalam Kisah Para Rasul (pasal 2, 8, 10, dan 19) yang mencatat bahwa Roh Kudus turun. Pertama, Roh Kudus turun di hari Pentakosta. Ini adalah penggenapan janji dalam Perjanjian Lama. Hanya tujuh kali Alkitab mencatat tentang baptisan Roh Kudus. Baptisan Roh Kudus berarti Tuhan Yesus membersihkan kita melalui Roh Kudus. Roh Kudus bukanlah Inisiator. Alkitab dengan jelas mencatat bahwa Yesus membaptiskan kita dengan Roh Kudus, Pribadi Ketiga Allah Tritunggal yang tidak kelihatan. Sehingga Yesus menjadi Pembaptis dan Roh Kudus dipakai oleh Yesus untuk membersihkan orang yang dipilih, yang sekaligus mengubah status orang itu dari orang berdosa menjadi orang suci. Ketika Yesus sudah naik ke surga, Dia juga melakukan baptisan itu sebagai Pribadi Kedua yang sekarang tidak lagi kelihatan, menggunakan Pribadi Ketiga yang juga tidak kelihatan. Jadi, yang tidak kelihatan memakai yang tidak kelihatan untuk membersihkan yang kelihatan. Kita semua perlu Yesus untuk membersihkan kita dengan Pribadi Ketiga dari Allah Tritunggal, yaitu Roh Kudus.

Mengapa selain di dalam Kisah Para Rasul tidak ada bagian lain yang mencatat tentang turunnya Roh Kudus? Dalam sejarah Gereja, kita juga tidak melihat adanya bapa-bapa Gereja yang mencatat Roh Kudus turun kepada mereka. Tidak ada satu pun dari para tokoh Reformator yang mengatakan Roh Kudus turun kepada mereka dan sampai abad ke-20, Roh Kudus juga tidak turun kepada manusia lagi. Roh Kudus turun sebanyak empat kali: di Yerusalem, di Samaria, di rumah Kornelius di Yope, dan terakhir di Efesus. Dari Yerusalem sampai ke Efesus berarti dari kota paling dekat sampai kota paling jauh, dari tempat orang Yahudi sampai tempat orang kafir, dari tempat paling tepi lalu menyeberang ke benua Eropa. Artinya, Kerajaan Surga dimulai dari inti (pusat) yaitu Yerusalem, bertumbuh, berkembang, mengalir, dan meluas sampai ke tempat paling ujung. Roh Kudus turun sebanyak empat kali mewakili empat titik awal dan empat lapisan wilayah penginjilan yang baru. Mulai dari Yerusalem lalu bergeser terus sampai ujung bumi. Hal ini berkait dengan janji Yesus Kristus, yaitu: ”Kalau Roh Kudus turun kepada kamu, maka kamu akan mendapatkan kuasa untuk bersaksi bagi Aku dari Yerusalem, Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung bumi.” (Kis. 1:8). Semua pengajaran Kitab Suci adalah menyatu. Untuk mempunyai pengertian yang menyatu diperlukan satu kepekaan yang luar biasa dan diperlukan satu penyelidikan yang tuntas. Roh Kudus turun di Yerusalem, Samaria, rumah Kornelius (Yudea), dan Efesus (ujung bumi). Melalui keempat lingkaran ini, seluruh muka bumi sudah diwakili oleh keempat kota ini. Maka, genaplah seluruh penyataan bahwa Injil dikabarkan ke seluruh dunia. Maka, kita mengerti mengapa Roh Kudus tidak turun lagi di tempat lain.

Yerusalem, tempat pertama, menjadi tempat yang paling penting karena bersifat kolektif, universal, dan bersifat mewakili seluruhnya. Di dalam Kitab Suci ada satu prinsip bahwa yang pertama itu bersifat wakil. Adam disebut orang pertama yang mewakili semua orang yang berdosa dan Yesus mewakili semua orang yang diselamatkan. Di dalam Adam, kehendak manusia melawan kehendak Allah; di dalam Yesus, kehendak manusia Yesus ditaklukkan ke dalam kehendak Allah. Di dalam Adam, dia berdosa; di dalam Yesus Kristus, Dia kudus. Di dalam Adam, ada dosa yang mengakibatkan maut; di dalam Kristus, ada kesucian yang memberikan hidup. Di dalam Adam, semua mati; di dalam Kristus, semua akan bangkit. Di dalam Adam, manusia binasa; di dalam Kristus, manusia memperoleh hidup yang kekal. Kedua orang ini menjadi titik permulaan/starting point yang mewakili dua aliran hidup yang berbeda.

Kota Yerusalem menerima Roh Kudus sebanyak satu kali dan bersifat perwakilan. Sebanyak 120 orang menerima dan sesudah itu mereka mengabarkan Injil dengan karunia dari Roh Kudus ke berbagai bahasa yang mengakibatkan orang-orang dari 15 tempat yang berbeda mengerti firman Tuhan. Injil bukan dimonopoli oleh orang Yahudi. Ketika manusia meninggikan nama Kristus, di situ bahasa dipersatukan lagi. Turunnya Roh Kudus adalah bersifat kolektif (satu kali untuk selama-lamanya) dan universal (tidak perlu Roh Kudus turun lagi). Tetapi untuk sampai ke ujung bumi, tahapnya ada empat. Setiap tempat akan mengalami hal yang sama dan keempat tempat ini mewakili setiap orang dari setiap zaman.

Waktu engkau menerima Roh Kudus, apakah Roh Kudus turun lagi dari surga? Tidak perlu! Sejak pertama kali Roh Kudus turun di Yerusalem, itu menjadi suatu jaminan bahwa Roh akan diberikan kepada setiap orang yang sungguh-sungguh percaya. Jadi, baptisan Roh Kudus di dalam pasal kedua adalah baptisan Roh Kudus yang bersifat representatif. Oleh sebab itu, Gereja yang kudus dan am terjadi pada waktu rasul-rasul menerima Roh Kudus di pasal kedua. Ketika rasul-rasul menerima Roh Kudus, apakah mereka sudah percaya kepada Yesus? Apakah mereka sudah diutus oleh Yesus untuk mengabarkan Injil? Sudah. Apakah mereka sudah dibaptiskan? Pernahkah Petrus dibaptis dalam nama Yesus? Siapakah yang membaptiskan Petrus, Yohanes, Yakobus, dan para rasul yang lain? Apakah mereka saling membaptis dan menumpangkan tangan? Alkitab tidak pernah mencatat mereka menerima baptisan dalam nama Yesus. Mereka dipilih langsung oleh Yesus, mengikut Yesus selama tiga setengah tahun dan dikuduskan oleh Yesus dengan Roh Kudus. Mereka menerima Roh Kudus secara langsung melalui hembusan itu. Sekarang Benny Hinn ikut-ikutan, padahal di Alkitab dikatakan bahwa yang menghembuskan Roh Kudus adalah Yesus. Kalau seorang hamba Tuhan tidak mau mengerti Alkitab dan menyamakan diri dengan Yesus, pasti menjadi bidat. Bagaimana pintar dan hebatnya otakmu, jangan sembarangan membuat inovasi sendiri sehingga akhirnya memperkirakan dirimu sebagai Allah. Sekarang banyak orang Pantekosta suka tumpang tangan karena memakai ayat-ayat ini. Padahal Paulus, Petrus, dan lain-lain tidak pernah menghembuskan Roh Kudus. Lalu banyak orang heran, kalau bukan dari Tuhan, mengapa bisa “jatuh”? Justru jatuh itu adalah kuasa supernatural. Supranatural kalau sudah terjadi, kita terkejut dan kagum, tetapi apakah semua hal supra-alam itu pasti dari Tuhan Allah? Waktu Musa membuang tongkatnya, tongkat itu menjadi ular, ahli sihir langsung melakukan yang sama. Musa sebagai hamba Tuhan yang sadar, mereka hamba Tuhan yang belum sadar mau ikut-ikutan. Pada waktu tongkat Musa menjadi ular, ular Musa menelan ular dari ahli sihir itu. Lalu ular Musa menjadi tongkat lagi dan ular dari ahli sihir itu hilang. Jangan melihat sebagian dan jangan melihat permulaan dan gejala, tetapi lihatlah bagaimana kuasa Tuhan bekerja. Hanya orang bodoh yang mengatakan bahwa semua adalah sama. Apakah semua universitas sama? Apakah semua perempuan sama sehingga ketika engkau mau menikah, engkau tidak perlu memilih karena semua perempuan sama? Orang yang tidak mengerti tidak menuntut karena semuanya dianggap sama. Untuk mengerti perbedaan diperlukan pikiran, observasi, pengujian, dan pengertian tingkat value.

Mengapa saat Benny Hinn menghembus, orang bisa jatuh? Apakah itu kuasa Roh Kudus? Bukan! Dari mana tahu bukan dari Roh Tuhan? Karena Roh Tuhan adalah Roh kebenaran. Roh yang mewahyukan kebenaran dan memberikan kita Kitab Suci, dan di dalam Kitab Suci tidak ada orang meniup kemudian orang jatuh. Roh Kudus adalah Roh yang membangunkan bukan menjatuhkan. Maka seharusnya ketika orang mendapatkan Roh Kudus, ia menjadi bangun. Tetapi mengapa justru banyak yang jatuh? Apakah karena di hadapan Tuhan lalu rendah hati dan jatuh? Adakah orang yang di hadapan Tuhan jatuh? Banyak, tapi jatuhnya ke mana? Tidak semua jatuh itu sama. Apakah Alkitab mencatat ada orang jatuh lalu tutup mata dan menjadi tidak sadar karena Roh Kudus? Tidak ada! Tidak semua gejala supra alam sama dengan yang ada di dalam Alkitab. Itu roh lain. Mungkin dari setan atau mungkin dari kuasa manusia yang tidak taat kepada Tuhan. Tuhan mengizinkan seseorang memamerkan suatu kuasa supernatural yang berada dalam potensi manusia tetapi diarahkan pada hal yang lain. Kalau itu sesuai dengan Roh Kudus, pasti di dalam Alkitab ada hal yang sama.

Pernah seorang hamba Tuhan bertanya kepada saya setelah ada pengkhotbah yang berbicara di gerejanya dan akhirnya ketika ia memanggil orang ke depan, banyak yang jatuh. Saya memberikan pertanyaan padanya, apakah mereka jatuh sesudah atau sebelum tumpang tangan? Ia menjawab sesudah tumpang tangan. Lalu saya bertanya lagi, adakah di dalam Alkitab orang yang ditumpang tangan akhirnya jatuh? Tidak ada bukan? Pernahkah Yesus tumpang tangan lalu semua jatuh satu per satu? Tidak ada! Apakah berarti ia lebih hebat dari Yesus? Jangan sembarangan memberi konklusi! Karena di dalam Kitab Suci yang diwahyukan Roh Kudus, tidak pernah terjadi hal ini. Kedua, ke mana arah jatuh mereka? Apakah ke kanan, kiri, depan, atau belakang? Semuanya jatuh ke belakang. Jatuh ke belakang sangat berbahaya karena kalau terbentur dan kena saraf yang penting, maka bisa mengakibatkan kematian. Mungkinkah ketika Roh Kudus memenuhi seseorang, Roh Kudus menyebabkan seseorang terjatuh ke belakang secara tidak sadar? Mereka yang jatuh harus ditahan oleh orang lain supaya tidak terkena benturan karena mereka sendiri tidak mempunyai kekuatan untuk memelihara dirinya sendiri. Jadi, percayakah engkau bahwa ini adalah pekerjaan Roh Kudus? Pertama, tidak ada tercatat di dalam Alkitab. Kedua,mengapa tidak jatuh ke kanan, kiri, atau depan, tapi hanya jatuh ke belakang? Ketiga,mengapa perlu seseorang untuk menahan supaya tidak terbentur? Karena dia tidak bisa membela dan melindungi diri. Semua pengawasan terhadap diri dan kekuatan untuk sadar akan bahaya sudah tidak ada. Lalu saya tanya, “Do you think, do you believe, do you confirm that is the work of the Holy Spirit?” Roh datang untuk membangunkan, Roh datang untuk mencelikkan, Roh datang untuk membuka mata, Roh datang untuk menyadarkan, tetapi Roh bukan datang untuk mengacaukan, Roh bukan datang untuk menjadikan orang menjadi tidak sadar, Roh bukan datang untuk menidurkan, dan Roh bukan datang untuk menjatuhkan.

Baptisan Roh Kudus adalah pembersihan. Istilah baptisan, pembersihan, harus dikaitkan dengan hidup suci, kebenaran, dan hidup lebih dekat dengan Tuhan. Baptisan bukan untuk mendapat karunia lidah karena karunia lidah pun harus diuji terlebih dahulu. Kalau kaum intelektual tidak bisa membedakan hal rohani dan tidak bisa mengonfirmasikan itu sesuai dengan Kitab Suci atau tidak, sehingga menerima semua itu, maka engkau akan menjadi alat Iblis untuk menghancurkan Kekristenan. Saya tidak peduli apakah engkau senang atau tidak mendengar hal-hal seperti ini, tetapi gereja ini tidak main-main. Waktu Roh Kudus turun pertama kali di Yerusalem, rasul-rasul tidak dibaptiskan dalam nama Yesus Kristus atau dalam nama kudus Allah Tritunggal karena mereka menerima panggilan untuk diutus dan membaptiskan sehingga mereka tidak perlu dibaptiskan. Semua gelar doktor diterima dari seorang guru yang memberikan gelar doktor. Tetapi gelar doktor pertama pasti diberikan oleh guru yang tidak ada gelar doktornya. Sebab dialah yang pertama. Jadi, semua rasul tidak perlu dibaptiskan karena mereka langsung menerima panggilan, langsung diutus, langsung diperintahkan oleh Yesus untuk pergi membaptiskan orang lain. Maka, tidak ada rasul yang perlu dibaptiskan.

Pasal ke-8 mencatat bahwa mereka sudah dibaptiskan dalam nama Yesus tetapi tidak ada Roh Kudus. Mengapa menerima Yesus saja masih tidak cukup? Mengapa sesudah dibaptiskan dalam nama Yesus masih perlu menerima Roh Kudus? Petrus mengatakan, ”Hanya dibaptis dalam nama Yesus tidak cukup, perlu Roh Kudus.” Mengapa perlu Roh Kudus? Karena Gereja adalah orang yang beriman dan iman adalah reaksi manusia kepada kebenaran dan kebenaran hanya diwahyukan oleh Roh Kudus. Sedangkan dibaptiskan dalam nama Yesus adalah satu wadah, satu upacara memakai air namun air tidak pernah membersihkan kita. Itu sebabnya di dalam Gereja Reformed Injili Indonesia, setiap kali saya membaptiskan, saya memakai air membaptiskan engkau untuk melambangkan Roh Kudus turun kepada kamu. Hanya lambang! Saya hanya hamba Tuhan, saya bukan Allah, maka saya tidak bisa menyucikan orang. Saya hanya melakukan ini sebagai lambang menyatakan hadirnya iman dan pengalaman sejati Anda di dalam rohmu. Engkau tetap membutuhkan Roh Kudus untuk membersihkan engkau, bukan saya. Maka Petrus mengatakan tidak cukup. Baptisan dalam nama Yesus tidak cukup karena harus menerima Roh Kudus. Karena itu, Petrus menumpangkan tangan ke atas mereka dan Roh turun. Mengapa harus Petrus yang menumpangkan tangan? Mengapa setelah Filipus mengabarkan Injil lalu membaptiskan mereka yang menerima Tuhan menjadi orang Kristen tidaklah cukup? Karena Gereja harus dibangun di atas rasul dan nabi, bukan nabi dan rasul. Hal ini muncul secara jelas di dalam Perjanjian Baru sebanyak tiga kali dan urutannya tidak pernah terbalik (1Kor. 12:28 dan Ef. 4:11, Ef. 2:20). Kitab Suci begitu ketat. Jangan memperalat Kitab Suci lalu bersaksi ke sana-sini membawa cerita diri. Berapa banyak pendeta yang menceritakan mimpi mereka lalu mengatakan, “Tuhan berkata kepadaku…”? Semua perkataan Tuhan sudah dicatat di dalam Kitab Suci dan tidak perlu ditambah lagi; apalagi dengan mimpi-mimpi yang tidak sesuai dengan firman yang tercatat di dalam Alkitab. Ketika Petrus mengatakan, “Engkau harus mendapat Roh Kudus,” dia tumpang tangan. Dia tumpang tangan justru kepada orang yang sudah menerima baptisan tentang Yesus. Mengapa mereka sudah menerima baptisan di dalam Yesus, sedangkan Petrus ataupun Yohanes sendiri belum pernah menerima baptisan dalam nama Yesus? Ini karena Petrus dan Yohanes adalah rasul.

Perjanjian Lama ditulis oleh nabi. Perjanjian Lama dahulu baru Perjanjian Baru, bukan? Dengan demikian, mereka semua tahu bahwa nabi mendahului rasul. Rasul mendahului nabi karena Perjanjian Baru adalah penggenapan Perjanjian Lama dan kunci untuk mengerti Perjanjian Lama. Perjanjian Baru terkandung di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Lama baru digenapi oleh Perjanjian Baru. Dengan demikian, kita tidak boleh melihat dari Perjanjian Lama karena akan kabur, tetapi dari Perjanjian Baru melihat Perjanjian Lama akan jelas karena sudah genap. Perjanjian Baru adalah satu penggenapan, satu bangunan yang sudah betul-betul selesai. Lalu dari Perjanjian Baru melihat Perjanjian Lama. Misalnya di Perjanjian Lama ditulis, “Kami seperti domba tersesat, semua dosa ditanggungkan pada Dia.” Di Perjanjian Baru melihat Yesus di kayu salib baru kita mengerti ketika Dia mengatakan, “Bapa, ampunilah mereka.” Yesus layak memohon doa pengampunan ini karena Ia adalah Wakil yang menggantikan. Kita baru mengerti apa yang dikatakan di dalam Yesaya 53 dan gabungan Kisah Para Rasul 8 dan 10 yang terjadi di dalam Perjanjian Baru. Yohanes Pembaptis hanya melayani selama satu tahun lalu dibunuh. Yesus mengatakan bahwa tidak ada nabi yang dibangkitkan lebih besar dari Yohanes Pembaptis karena dialah yang menggenapinya. Nabi lain hanya melihat dari jauh sedangkan Yohanes Pembaptis benar-benar melihat dari dekat bahwa Yesus adalah Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Ia juga melihat bagaimana Yesus adalah sungguh-sungguh Manusia Allah dimana Roh Kudus dicurahkan ke atas-Nya. Rasul-rasul yang tidak pernah dibaptiskan dalam nama Yesus mengatakan bahwa dibaptiskan dalam nama Yesus saja tidak cukup, kamu harus menerima Roh Kudus lalu mereka menumpangkan tangan ke atas jemaat.

Kalau di Samaria perlu tumpang tangan oleh rasul, apakah berarti di kota-kota saat ini juga perlu ada rasul yang datang? Tidak. Mengapa waktu itu perlu rasul, sekarang tidak? Mengapa sida-sida yang pulang ke Ethiopia dan gereja di Ethiopia tidak perlu rasul? Keempat kali Roh Kudus turun mewakili keempat tempat di mana Injil akan dipelopori ke seluruh dunia. Pada pasal kedua, mereka tidak sadar bahwa Roh Kudus belum mewahyukan seluruh Kitab Suci sampai sempurna sehingga tidak ada satu pun gereja yang boleh menganggap diri sudah sah. Kecuali di Yerusalem yang menjadi kolektif, representatif, universal sekali untuk selama-lamanya. Roh Kudus turun langsung atas rasul, itulah gereja yang sah, gereja induk, gereja permulaan, gereja menjadi dasar gereja seluruh dunia, maka semua gereja yang lain tidak sah. Mengapa? Karena di Efesus 2:20, Gereja didirikan atas dasar rasul dan nabi. Di Samaria, Injil sudah diberitakan, banyak yang sudah menerima Tuhan dan sudah dibaptiskan. Gereja yang benar harus memiliki dasar “Yesus mati bagi aku, Yesus bangkit kembali.” Inilah Injil. Tetapi siapa memberitakan Injil ini? Saya hanya percaya Yesus yang dikabarkan oleh Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Seluruh Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berbicara tentang Yesus. Perjanjian Lama ditulis oleh nabi, Perjanjian Baru ditulis oleh rasul. Jadi, Gereja ini berdiri di atas Kristus, dan bukan saja demikan, nabi dan rasul memberikan dasar kepada kita dan keduanya bersaksi tentang Kristus. Tetapi bagi jemaat Samaria, saat itu mereka hanya memiliki Perjanjian Lama. Perjanjian Baru belum dicatat sehingga gereja itu belum memiliki dasar rasul dan nabi. Mereka percaya nabi hanya karena dulu masih belum Kristen, sebagai orang Yahudi pernah mendengar. Tetapi sekarang mereka tidak ada dasar, Yesus itu disaksikan oleh siapa? Disaksikan oleh rasul sedangkan Filipus bukan rasul. Di dalam Alkitab ada dua Filipus: Filipus yang adalah rasul dari kedua belas rasul yang dipanggil oleh Tuhan Yesus sendiri, dan seorang Kristen di Yerusalem yang akhirnya dipilih menjadi majelis (diaken). Jadi, rasul dipilih oleh Tuhan sendiri. Majelis dipilih dari jemaat sehingga majelis yang suka mengabarkan Injil sangat baik, tetapi dia tidak bisa mewakili rasul. Tempat di mana rasul tidak bisa pergi maka majelis yang pergi. Ketika Filipus yang adalah majelis memberitakan Injil di Samaria, banyak orang percaya namun ini belum cukup, walaupun sudah didirikan gereja di sana. Mengapa? Karena hanya ada Perjanjian Lama dan belum ada Perjanjian Baru, maka Petrus dan Yohanes diutus untuk mengonfirmasikan gereja karena mereka adalah rasul.

Bacaan :  Kisah Para Rasul 10:23-48

Dalam Kisah Para Rasul 10 terlihat bahwa Petrus dan Kornelius adalah dua pihak yang tidak saling mengenal. Tetapi Tuhan mendengar doa Kornelius dan menghendaki agar Petrus pergi menemui Kornelius. Jadi, Tuhan yang mempersatukan kedua orang yang tidak saling mengenal itu. Tuhan menerima doa Kornelius lalu memberitahukan kepadanya untuk pergi mencari Petrus di kota Yope. Jika memang kehendak Tuhan, maka tidak mungkin hanya satu pihak yang digerakkan. Tuhan juga berkata kepada Petrus bahwa akan ada orang yang disuruh oleh Tuhan untuk datang kepadanya. Inilah cara Tuhan. Jika Roh Kudus bekerja, maka Ia akan mengerjakannya dari kedua belah pihak. Ini prinsip Alkitab.

Tetapi ketika Petrus diundang ke rumah Kornelius, Petrus tidak senang. Orang Yahudi tidak mau bergaul dengan orang kafir yang tidak bersunat. Oleh karena itu, Tuhan memberikan penglihatan dan perintah untuk memakan binatang-binatang yang tidak halal secara konsep orang Yahudi. Petrus menolak walaupun Tuhan meminta Petrus untuk memakannya hingga tiga kali. Lalu, Tuhan menjelaskan bahwa “yang disucikan oleh Tuhan, tidak boleh diharamkan oleh manusia”. Di sini kita mempelajari bahwa bukan Allah yang plin-plandengan peraturan di dalam Perjanjian Lama, tetapi Tuhan bisa mengubah status dari yang haram menjadi tidak haram. Inilah konsep penebusan, pengampunan, dan pendamaian hidup baru yang Tuhan kerjakan. Terkadang manusia merasa sulit untuk menerima perubahan seperti ini. Kita harus belajar bahwa cara Tuhan sering kali sangat dinamis. Orang yang tidak bisa mengikuti dinamika pimpinan Roh Kudus akan meninggalkan Tuhan.

Mengapa Tuhan tidak lagi memakai bahasa Ibrani untuk mewahyukan Perjanjian Baru? Mengapakah penulisan Perjanjian Baru dipercayakan kepada orang-orang dari Galilea dan bukan dari Yerusalem? Karena orang-orang di Yerusalem sudah membentuk suatu kebudayaan yang kaku, yang membatasi dan membelenggu diri, namun mereka mengira mereka setia. Padahal  itulah  yang  membuat  mereka harus membunuh Yesus. Ketika Yesus menyembuhkan orang yang sakit selama 38 tahun (Yoh. 5) pada hari Sabat, orang Yahudi tidak bisa menerimanya. Bagi mereka hal itu tidak boleh dikerjakan pada hari Sabat. Konsep mereka adalah setia kepada Tuhan dengan memelihara hari Sabat. Konsep yang salah dipakai untuk mempersalahkan Kristus yang benar dan menyalibkan Dia. Kebudayaan seperti ini banyak terjadi di dalam gereja karena kita secara tidak sadar tidak melihat cara Tuhan berubah.

Kornelius adalah orang Yunani pertama yang menerima Roh Kudus. Tidak mudah untuk menemukan orang saleh seperti Kornelius di tengah-tengah orang Yahudi. Ia adalah seorang yang beribadah kepada Tuhan. Sekalipun ia adalah orang Yunani, ia tidak percaya kepada roh-roh atau mitos-mitos dewa mereka. Inilah orang pilihan Tuhan. Ada orang-orang Kristen yang hidupnya lebih bobrok daripada orang beragama lain. Mengapa ada orang beragama lain yang bisa hidup lebih baik? Karena ada anugerah umum yang membuat orang-orang bukan Kristen bisa lebih mau belajar daripada orang Kristen. Anugerah khusus diberikan bagi mereka yang sungguh-sungguh mengenal dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, sementara anugerah umum diberikan kepada setiap orang. Jika engkau mendapat kesempatan untuk percaya kepada Yesus Kristus, tetapi engkau mengabaikan tanggung jawabmu untuk merespons dengan benar, maka engkau akan menghilangkan anugerah umum yang engkau miliki. Itu suatu bahaya besar.

Anugerah bagi Semua Bangsa

Petrus diperintahkan untuk pergi ke rumah Kornelius. Ini berarti di luar orang Yahudi, ada bangsa-bangsa yang takut kepada Tuhan dan Allah mengasihi mereka.  Hal ini menghentikan bangsa Yahudi dari memonopoli anugerah Tuhan dan menghina orang kafir. Saya mengatakan hal ini karena saya telah melihat dengan jelas bahwa banyak orang Kristen yang menghina orang beragama lain. Padahal, mungkin saja masih banyak orang Kristen yang sedang indekos di luar dan juga mungkin saja ada anak-anak setan yang saat ini sedang indekos di dalam Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII). Kita harus mawas diri dan tidak boleh menghina orang lain. Kita harus menjadi orang Kristen yang takut kepada Tuhan dan adil kepada sesama manusia. Mungkin saja ketika Tuhan memanggil orang yangindekos di luar untuk menjadi orang Kristen, mereka akan jauh lebih berpotensi daripada mereka yang adalah keturunan majelis atau pendeta. Allah yang sanggup mengubah seluruh dunia juga sanggup mengubah orang berdosa menjadi orang Kristen. Kalimat-kalimat seperti ini sudah muncul dalam Alkitab. Waktu Yohanes Pembaptis melihat orang Farisi datang kepada dia, dia mengatakan, “Siapakah yang mengajarkan engkau untuk melarikan diri dari hukuman Allah? Hai, engkau keturunan ular beludak.”

Tidak ada orang yang berkhotbah sekeras itu. Khotbah yang begitu keras seperti inilah – namun tetap harus dikhotbahkan – yang membuat ribuan orang datang. Khotbah yang menjunjung tinggi dan menerima orang-orang kaya saja justru membuat orang lari. Hanya beberapa orang kaya yang tetap di situ karena mereka senang disanjung. Orang yang sadar ketika ditegur dan mau berubah, itulah orang yang mencari kehendak Tuhan. Lalu Yohanes Pembaptis berkata, “Jika engkau tidak bertobat, tidak menyatakan buah pertobatanmu, seperti hatimu yang sudah bertobat, Tuhan akan membuang kamu seperti ke dalam api dan akan hangus. Jangan kira di dalam hatimu ada Abraham sebagai nenek moyangmu. Tuhan sanggup membangkitkan batu-batu ini menjadi anak-anak keturunan Abraham.” Yohanes Pembaptis melihat adanya bahaya pada orang Yahudi karena hati mereka yang sudah membatu. “Aku akan mengambil hatimu yang keras dan menggantinya dengan hati yang berdaging yang lembut, yang mengedarkan darah untuk menghidupkan dirimu” (Yeh. 36:26-27). Ayat ini mengandung arti diperanakkan pula. Yohanes Pembaptis begitu sungguh-sungguh dibakar oleh firman Tuhan, dengan api Roh Kudus dia berkhotbah dan menemukan apa yang menjadi kebahayaan bagi orang Yahudi yang akan dibuang oleh Tuhan.

Orang Kafir yang Tidak Kafir

Orang kafir pertama di seluruh dunia yang menerima Roh Kudus adalah Kornelius, yang disebut sebagai orang saleh. Dia bukan orang Israel dan bukan orang Yahudi, tetapi dia takut kepada Tuhan dan cinta kepada sesama manusia. Dia berdoa di hadapan Tuhan, dia beramal kepada orang miskin. Lalu ada malaikat yang datang dan berkata, “Hai Kornelius, semua doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau.” (Kis. 10:4). Jangan kita menyangka bahwa Tuhan tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh manusia. Tuhan menyelidiki sampai kepada kedalaman lubuk hati kita. Orang Yunani mengenal banyak dewa. Dewa tertinggi yang menguasai semua dewa disebut oleh orang Romawi sebagai Jupiter; orang Yunani menyebutnya Zeus. Dewi Aphrodite orang Yunani disebut Venus oleh orang Romawi. Orang Yunani memiliki dewa-dewa yang menguasai api, air, laut, dan lain-lain. Ketika dewa itu sampai ke Romawi, nama mereka berubah. Inilah yang disebut naturalisasi. Ada orang Yunani yang kemudian berpikir mengapa banyak dewa mereka tidak beres. Hercules yang begitu kuat mempunyai kelemahan di tumitnya. Jika tumitnya dipanah, maka ia akan mati. Mungkinkah dewa bisa mati? Selain itu, dewa-dewa Yunani sendiri amoral. Dewa paling tinggi kalau sudah melihat dewi yang cantik, langsung birahi seperti orang mencari pelacur. Mereka merampas istri orang lain sampai suaminya menjadi begitu sedih namun tidak mungkin melawan karena lawannya adalah kepala dewa. Maka, beberapa orang Yunani mulai melihat ketidakberesan dewa-dewa mereka dan mulai mempercayai Allah-nya orang Yahudi. Orang Yahudi percaya pada Allah Abraham yang Maha Esa, suci, adil, dan baik. Hukum Taurat yang diturunkan membuktikan Allah itu adil, suci, dan baik.

Kornelius adalah orang kafir yang hatinya kembali kepada Tuhan. Ada orang-orang yang belum mengenal Yesus Kristus tetapi sudah dipersiapkan Tuhan untuk meninggalkan ajaran yang salah dan yang mau kembali kepada ajaran yang benar. Inilah orang-orang yang disebut beribadah, saleh, dan takut akan Tuhan. Jika engkau bukan orang Kristen tetapi menuntut kebenaran dengan serius, pada akhirnya engkau bisa menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh meski engkau belum dibaptis. Banyak orang Yahudi berpikir secara sempit sehingga mereka tidak pergi menjalankan Amanat Agung. Kesempitan nasionalisme menyebabkan gereja tidak bisa bertumbuh secara global. Sebelum naik ke sorga, Yesus mengatakan, “Pergi, jadikanlah segala bangsa murid-Ku.” Banyak orang mengerti perintah ini hanya secara kognitif dan tidak mengabarkan Injil, khususnya kepada mereka yang dianggap kafir. Banyak orang tidak mau datang mendengar khotbah di Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) karena sudah diracuni kalimat, “Stephen Tong tidak ada Roh Kudus, karena tidak bisa bahasa Roh.” Mereka mengaitkan Roh Kudus hanya dengan bahasa lidah. Hal ini membuat banyak orang mengikat diri sehingga sulit untuk membuka diri. Ada banyak ikatan yang mematikan kerohanian kita sehingga kita tidak bisa bertumbuh.

Tuhan sanggup mengubah yang najis menjadi suci. Ketika Petrus mengerti hal ini, ia taat dan pergi. Di sini terdapat satu prinsip yang penting, yaitu: jika kedua pihak sama-sama mendapatkan pimpinan Roh Kudus, maka kedua pihak harus sinkron. Ini prinsip Alkitab. Ada seorang pendeta yang mengharuskan dua orang yang tidak saling mengenal untuk menikah. Setelah keduanya menikah, mereka ribut tidak ada habis-habisnya. Ini bukan menaati perintah Tuhan, tetapi menaati pendeta dengan bodoh. Pernah terjadi di sebuah sekolah theologi, mendadak ada 5 murid yang tidak mau masuk kelas. Sampai hari ketiga mereka tetap tidak masuk kelas. Ketika ditanya, mereka menjawab, “Roh kudus berkata hari ini kami tidak boleh masuk sekolah.” Di hari keenam mereka semua masuk dan dosen bertanya, “Mengapa hari ini masuk?” Mereka menjawab, “Karena Roh Kudus menyuruh kami masuk.” Lalu setelah mengadakan rapat, dosen mengatakan, “Sekarang Roh Kudus menyuruh kami untuk mengusir kalian semua keluar dari sekolah ini.” Tidak boleh seenaknya saja memakai Roh Kudus sebagai backing.

Saat itu Tuhan tidak memakai Paulus meskipun Paulus adalah rasul untuk orang kafir, karena untuk melakukan konfirmasi seperti ini, posisi Paulus masih sangat junior, sementara Petrus adalah kepala para rasul. Dalam Kisah Para Rasul 2, Roh Kudus turun dan Petrus ada di situ. Dalam Kisah Para Rasul 8, Filipus mengabarkan Injil, mereka percaya dan sudah dibaptiskan dalam nama Yesus; tetapi karena Filipus bukan rasul, maka Petrus dan Yohanes sebagai rasul tetap harus datang. Pada waktu itu, Petrus mewakili semua rasul yang paling bersifat otoritatif dan dia harus mewakili keabsahan Gereja tanpa kompromi. Tetapi setelah Kisah Para Rasul 10, peranan Petrus mulai mundur dan peranan Paulus mulai naik. Kisah Para Rasul pasal 1 hingga 11 diwakili oleh Petrus, sesudah itu sisanya diwakili oleh Paulus. Petrus mewakili pemberitaan Injil di Yerusalem, Samaria, dan Kornelius (Yudea); dan sesudah itu ke ujung bumi yang diwakili oleh Paulus. Ketika Alexander Agung berperang, dia akhirnya sampai ke ujung pantai Spanyol dan tidak melihat siapa pun lagi di seberang, maka ada pandangan bahwa Spanyol adalah ujung dunia. Tiga ratus delapan puluh tahun kemudian Paulus berkata bahwa ia memberitakan Injil sampai ke Spanyol untuk menggenapkan Amanat Agung Tuhan Yesus.

Mengapa Kaisarea?

Empat tempat di mana Roh Kudus turun yaitu Yerusalem, Samaria, Yudea, dan Efesus, yang mewakili Yerusalem, Yudea, Samaria, dan ujung bumi. Empat kali Roh Kudus turun, empat kali Roh Kudus membaptiskan orang. Ini mewakili empat tahap penginjilan di dalam seluruh sejarah dunia. Tahapan yang sedang kita bicarakan adalah tahap yang ketiga. Mengapa Samaria terlebih dahulu baru Yudea? Kaisarea sekalipun masih berada di dalam wilayah Yudea, tetapi yang menerima Injil adalah orang kafir; sementara Samaria sekalipun di luar Yudea, tetapi yang menerima Injil adalah orang Yahudi. Maka urutan kedua dan ketiga dibalik. Di sini kita melihat bahwa Injil tiba kepada orang Yahudi dahulu kemudian orang Yunani. Ini adalah rencana Allah yang tidak boleh diubah.

Waktu Petrus pergi, ia mulai berkhotbah dengan kalimat bahwa ia adalah orang Yahudi, dan orang Yahudi biasanya tidak masuk ke dalam rumah orang kafir; tetapi ia datang karena ia baru sadar bahwa Tuhan menerima setiap orang yang takut kepada-Nya dan beramal baik kepada sesamanya. Inilah pertama kalinya dalam seluruh Kitab Suci di mana seseorang yang merepresentasikan orang Yahudi harus mengaku bahwa Allah menerima orang kafir. Hal ini tidak mudah. Pengakuan pertama bahwa “Barangsiapa yang takut kepada Allah, barangsiapa yang melakukan amal kepada orang miskin, diperkenan oleh Tuhan” harus keluar dari mulut rasul yang paling senior, yaitu Petrus. Ini semua diatur begitu rupa. Tidak mudah bagi orang Yahudi saat itu untuk menerima orang kafir. Ketika terjadi revolusi di Iran, dan Shah Palevi diusir dari Iran, dia mempunyai sebidang tanah yang cukup besar di Beverly Hills, Los Angeles, tetapi Amerika menolak dia untuk tinggal di Amerika. Anwar Sadat, Presiden Mesir saat itu mengatakan satu kalimat yang mengejutkan saya, “Shah Palevi, jika tidak ada tempat bagimu, datanglah ke Mesir, karena kami sudah terkenal keramahannya sejak Yesus dalam kesulitan, ia melarikan diri ke Mesir.”

Jika kita melihat khotbah Petrus di dalam ayat yang kita renungkan, Petrus sama sekali tidak berbicara tentang Roh Kudus. Setelah Petrus berkhotbah, Roh Kudus turun. Sekarang banyak gereja yang terus berkhotbah tentang Roh Kudus, tetapi ini adalah suatu bahaya besar karena tidak mengetahui bahwa Roh Kudus hanya memenuhi seseorang jika orang itu meninggikan Kristus. Benny Hinn, Kenneth Copeland, dan banyak pendeta Karismatik lain yang terus berkhotbah tentang Roh Kudus namun mereka tidak menjunjung tinggi Kristus. Mereka beranggapan bahwa sekarang masanya sudah lewat, sekarang adalah masa menjunjung tinggi kemakmuran dan kekayaan. Sama seperti orang yang beli lotere. Janganlah kita menyangka bahwa di mana terdapat banyak orang maka di situ ada kebenaran. Saya tidak mengatakan bahwa kebenaran pasti tidak ada pada banyaknya orang. Saya mengatakan bahwa banyaknya orang tidak menentukan adanya kebenaran. Ada banyak orang yang beli lotere, tetapi yang dapat lotere sangat sedikit. Banyak orang tidak mendapatkan lotere, tetapi tetap banyak orang mau beli lotere. Mengapa? Karena itu lotere. Jadi, jika sekarang engkau membuka “Company of Lottery” pasti banyak orang akan datang. Kalau dikatakan, “percaya pasti akan disembuhkan, percaya akan diberkati, berdagang akan menang, akan kaya”, itu namanya gereja lotere. Gereja lotere pasti banyak yang datang, tetapi yang dapat lotere di gereja itu juga tidak banyak. Perhatikanlah, di seluruh bagian yang kita baca, Petrus tidak berkhotbah tentang Roh Kudus. Tetapi, setelah ia selesai berkhotbah, Roh Kudus turun atas orang-orang yang mendengar. Ini adalah karena ia meninggikan Kristus. Roh Kudus akan hadir hanya pada gereja yang meninggikan Kristus dan memberitakan salib. Gereja sejati adalah gereja yang memberitakan Injil yang sejati, yaitu Injil Kristus. Di gereja-gereja seperti ini Roh Kudus pasti akan bekerja. Kisah Para Rasul 5:32 mengatakan, “… kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia.” Kalimat ini lebih jelas diterjemahkan sebagai berikut, “Kami yang bersaksi bagi hal-hal ini, disertai oleh Roh Kudus yang bersaksi bagi hal-hal ini kepada orang yang taat kepada Allah.” Kami bersaksi bagi Injil dan Roh Kudus juga akan bersaksi bagi Injil, karena Dia bersaksi bagi orang-orang yang akan taat kepada Tuhan. Ketika engkau tunduk kepada Allah, taat pada perintah-perintah-Nya, engkau akan menerima kesaksian dari Roh Kudus sebagaimana kita bersaksi tentang Kristus. Roh Kudus hanya mendampingi, mengurapi, dan bekerja sama dengan mereka yang sungguh-sungguh mengabarkan Injil.

Gereja Orang Kafir

Di dalam seluruh Kitab Suci, pertama kali Roh Kudus dicurahkan kepada orang kafir dicatat dalam Kisah Para Rasul 10. Ini adalah ketiga kalinya terjadi baptisan Roh Kudus, yaitu Yesus memakai Roh Kudus untuk membersihkan orang berdosa menjadi orang suci. Pertanyaan selanjutnya, “Waktu mereka menerima Roh Kudus turun kepada diri mereka, apakah mereka sudah dibaptis?” Belum! “Apakah sebelumnya sudah pernah mendengar Injil Yesus?” Belum! “Mereka sebelumnya beragama apa?” Agama yang percaya ada satu Allah di sorga, harus hidup dengan takut kepada-Nya dan harus berbuat baik kepada orang miskin. “Orang yang belum mendengar Injil mana bisa percaya Yesus? Orang yang belum percaya, mana bisa dibaptiskan?”  Mereka belum mendengar Injil, belum pernah tahu akan nama Yesus, belum pernah dibaptiskan, belum pernah menjadi orang Kristen, tetapi sekarang sudah dibentuk oleh Tuhan dengan persiapan yang luar biasa. Tuhan membentuk sekelompok orang di sana untuk dipersiapkan menjadi gereja dan Tuhan mempersiapkan hati Petrus supaya mau pergi ke situ, seperti minyak bertemu api dan terbakar. Ini adalah suatu persiapan dari dua pihak yang dikerjakan oleh satu Tuhan. Di satu pihak, Tuhan menggerakkan Kornelius untuk pergi ke rumah Simon dan meminta Petrus yang tinggal di situ untuk berkhotbah. Dan di pihak lain, Tuhan memerintahkan Petrus untuk pergi berkhotbah di situ. Herannya, Kornelius lebih cepat bereaksi daripada Petrus yang adalah rasul, sampai Tuhan berkata, “Yang Kukuduskan jangan engkau anggap najis,” baru Petrus pergi. Jadi, jangan mengira bahwa engkau lebih taat, banyak orang kafir yang lebih bersedia taat kepada Tuhan. Lalu Petrus pergi dan ia berkhotbah. Begitu Petrus berkhotbah sampai pada kalimat tentang Kristus yang mati dan bangkit, Roh Kudus turun dan mereka memuji Tuhan serta berbicara dalam bahasa asing. Lalu Petrus mengatakan, “Kalau begini, orang kafir dapat menerima Roh Kudus.” Itu berarti Tuhan tidak memandang bulu, Tuhan tidak membeda-bedakan. Kalau mereka yang kafir pun diberikan Roh Kudus, siapa yang bisa melarang mereka untuk dibaptis. Maka Petrus mengatakan, “Sekarang baptiskan mereka dalam nama Allah Tritunggal, Allah Bapa, Allah Anak yaitu Yesus Kristus, dan Allah Roh Kudus.” Sesudah itu mereka menjadi gereja pertama di dunia yang terbentuk dari orang kafir.
Di dalam Kisah Para Rasul 8, prosesnya adalah menerima Injil, percaya, dibaptis, baru menerima Roh Kudus. Sedangkan di Kisah Para Rasul 10, prosesnya adalah mendengar Injil, menerima Roh Kudus, percaya, lalu dibaptis. Gereja sejati harus mengikuti proses kedua yaitu seturut dengan pasal 10. Proses di pasal 8 terjadi karena saat itu tidak ada rasul di situ. Gereja tanpa rasul bukan gereja, gereja yang tidak disahkan oleh rasul saat itu adalah gereja liar. Hal ini terlihat dari cerita Simon si Penyihir (Kis. 8:9-25). Ia sudah dibaptis dan mendekati Filipus serta melayani bersama Filipus yang kurang mengenal siapa dia. Tetapi Petrus sebagai rasul tahu dan berkata, “Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang … sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan.” Baru Filipus sadar bahwa dia tidak mengenal Simon. Maka Petrus diperlukan untuk melihat. Dalam Efesus 2:20, gereja didirikan di atas rasul dan nabi. Kita berdiri di atas Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Pada saat itu, Alkitab belum lengkap ditulis sebagai Kitab Suci dan tidak ada seorang pun yang bisa menjadi pengabsahan dari suatu Gereja, kecuali Petrus yang harus diutus. Gereja-gereja di berbagai kota harus mengacu kepada empat tempat di mana Roh Kudus turun, yang mewakili gereja-gereja di seluruh dunia.

Bacaan : Kisah Para Rasul 19

Di dalam seluruh Kisah Para Rasul, hanya empat kali dicatat bahwa Roh Kudus turun, dan di dalam Kisah Para Rasul 1:5-8, dicatat Yesus pertama kali menubuatkan turunnya Roh Kudus. Ini merupakan suatu penggenapan janji yang sudah dinubuatkan di dalam seluruh Perjanjian Lama dan diingatkan oleh Yohanes Pembaptis, lalu dikonfirmasikan oleh Yesus Kristus sendiri. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dicipta dengan sifat rohani. Rohani manusia kalau tidak terus dipimpin oleh Roh Allah sendiri pasti akan menyeleweng. Kalau majelis gereja tidak mau belajar Firman Tuhan tetapi ikut-ikutan menghalalkan segala cara untuk bisa menjadikan gereja kelihatan maju, bagaimana bisa bertanggung jawab di hadapan Tuhan? Banyak penyelewengan terjadi diawali karena adanya ketakutan kalau gereja kosong, maka semua program yang bisa meramaikan gereja langsung dibawa masuk. Kalau memang cara tersebut digunakan oleh orang-orang Kristen, maka Tuhan Yesus tidak perlu naik ke atas kayu salib. Waktu Yesus melakukan mujizat yang mengenyangkan lima ribu orang, yang datang mendengar khotbah adalah dua belas ribu orang. Kemudian Yesus mengatakan, daging-Ku boleh dimakan dan darah-Ku boleh diminum maka banyak orang yang telah makan roti dan ikan setelah mendengar kalimat Tuhan Yesus, pergi meninggalkan Dia. Hanya dua belas orang murid yang tetap mengikuti-Nya. Yesus Kristus tidak berkompromi, akhirnya banyak orang merasa sulit mengikuti khotbah-Nya, sulit menerima doktrin-Nya, lalu mereka pergi. Yesus akhirnya naik ke atas kayu salib. Dia tidak mau mengkompromikan kebenaran dan tidak mengadopsi prinsip market-oriented (berorientasi pada keinginan pasar). Seumur hidup saya tidak pernah menjalankan market-oriented ministry (pelayanan berorientasi pasar) dan tidak menjadi audience-pleaser(penyenang pendengar). Ini bukan sikap yang seharusnya kita tunjukkan di hadapan Tuhan. Gereja didirikan untuk mengajarkan kebenaran yang boleh diuji beribu-ribu tahun karena yang diajarkan adalah Firman Tuhan.

1. Roh Kudus di Yerusalem

Tuhan Yesus berkata, “Beberapa hari lagi, Roh akan turun kepadamu.”  Ini membuktikan engkau akan dibaptiskan dengan Roh Kudus atau oleh Roh Kudus. Bukan Roh Kudus yang membaptiskan, melainkan Tuhan Yesus yang membaptiskan memakai Roh Kudus. Makna baptisan yang paling utama adalah pembersihan. Dibaptiskan dengan air memberikan gambaran kepada kita bahwa melalui air yang mencuci, kita beroleh pembersihan. Dibersihkan oleh Roh Kudus berarti Roh Kudus membersihkan kita, mengubah status manusia dari orang berdosa menjadi orang yang disucikan, menjadikan kita kaum kudus, Gereja yang kudus dan am. Kudus berarti dibersihkan, am berarti bergabung dengan seluruh bangsa menjadi tubuh Kristus.

Kisah Para Rasul 10 mencatat bahwa Petrus pergi ke Kaisarea dan di sana Kornelius beserta semua kawan, sahabat, dan sanak saudaranya  mendengarkan Firman Tuhan yang diberitakan oleh Petrus. Tuhan menggerakkan Petrus untuk pergi ke rumah Kornelius, meski pada awalnya Petrus tidak mau karena Kornelius adalah orang kafir. Akhirnya Tuhan mengatakan satu kalimat, “Apa yang Aku kuduskan, jangan kamu anggap najis.” Dalam hal ini, bukan Allah yang berubah, juga bukan Petrus yang berubah, tetapi Allah mengubah manusia dan manusia harus taat. Jangan menganggap bahwa Allah berubah karena Dia memerintahkan sesuatu yang berlawanan dengan Alkitab. Di dalam Alkitab diperintahkan tidak boleh makan dan sekarang Tuhan Allah mengatakan boleh makan, di situ bukan Allah  yang berubah, tetapi karena yang najis sudah dikuduskan maka Allah  mengizinkan. Jadi, orang Kristen harus belajar sungguh-sungguh. Banyak pendeta berkhotbah hanya copybahan dari internet tanpa tahu apakah sumbernya benar atau tidak. Lalu, orang Kristen percaya saja apa yang dikhotbahkan pendetanya, akhirnya yang dikhotbahkan salah tapi didengar banyak orang. Itulah sebabnya didirikan Gereja Reformed Injili ini, supaya kita mengajar zaman ini bahwa kita harus kembali kepada Firman yang benar, kembali kepada ajaran yang ketat, kembali kepada kesetiaan tanpa kompromi. Ketika Petrus tiba di rumah Kornelius, banyak orang telah berkumpul dan haus akan Firman. Mereka begitu rendah hati dan mau mendengar Firman dengan sungguh. Petrus memberitakan Yesus yang mati disalib dan bangkit kembali.

2. Roh Kudus di Samaria

Peristiwa ini berbeda dari peristiwa Samaria karena sebelum Petrus tiba di Samaria, mereka sudah mendengar Injil dari Filipus. Setelah mendengar Injil mereka percaya lalu dibaptis oleh Filipus. Tetapi Filipus bukan rasul sehingga belum cukup. Orang-orang Karismatik melihat penumpangan tangan Petrus merupakan hal yang umum dan tidak melihat pentingnya posisi rasul yang mengkonfirmasi baptisan, sehingga mereka melihat bahwa baptisan saja belum cukup, perlu ada penumpangan tangan untuk menerima Roh Kudus. Padahal jika memang demikian, kita melihat sama sekali tidak ada penumpangan tangan di Kisah Para Rasul 10 maupun di Yerusalem (Kis. 2) namun Roh Kudus sama-sama turun. Bahkan para rasul juga tidak melalui baptisan dahulu, tetapi mereka sudah mengikuti Tuhan Yesus selama tiga tahun lebih dan menerima Roh Kudus. Maka, kita tidak bisa menggunakan satu cara di Kisah Para Rasul 8 sebagai cara yang harus ditiru dan dipakai untuk semua orang. Itu tidak benar. Demikian juga di Yerusalem, ada gejala angin kencang dan ada lidah-lidah api yang turun, tetapi tanda seperti ini tidak ada di kota-kota yang lain. Inilah hari pertama Gereja Kristen menjadi tubuh Kristus. Injil diberitakan ke segala bangsa yang tidak mengerti bahasa Ibrani. Berbahasa lidah pada hari itu adalah mereka bisa mengerti Injil di dalam berbagai bahasa mereka, tidak seperti sekarang di mana orang yang berbahasa lidah justru membuat orang lain makin tidak mengerti Injil.

3. Roh Kudus di rumah Kornelius (Yudea)

Peristiwa ketiga terjadi di rumah Kornelius. Kornelius bukan orang Kristen bahkan bukan berlatar belakang Yahudi. Kornelius adalah orang Yunani yang taat beribadah. Ia tidak puas dengan mitologi mereka dan akhirnya ia melihat orang Yahudi yang percaya kepada Allah yang satu-satunya. Mereka tidak percaya lagi kepada dewa-dewa mereka yang mempunyai moral yang rendah dan mereka mau kembali kepada Tuhan Allah yang satu. Mereka percaya kepada Allah lalu berbuat baik. Namun orang ini belum Kristen. Terkadang kita melihat ada orang belum Kristen yang bisa hidup lebih baik dari orang Kristen. Tuhan menerima dan berkenan pada orang yang bukan Kristen tetapi takut akan Allah, melakukan kebajikan dan begitu rela menolong orang miskin. Itu dinyatakan oleh Petrus, “Saya sekarang tahu, semua orang yang berbuat baik dan orang yang takut akan Tuhan diterima oleh Tuhan.” Lalu, apakah kita diterima Tuhan karena berbuat baik? Apakah seseorang diselamatkan karena dia berbuat baik? Tidak demikian. Allah suka orang berbuat baik, tetapi bukan berarti dia diselamatkan. Tuhan suka orang kafir yang berbuat baik. Jika memang berbuat baik bisa masuk surga maka Tuhan Yesus tidak perlu diutus ke dunia dan diselamatkan. Ada perbedaan mendasar antara mereka yang berbuat baik dan diterima oleh Tuhan dengan mereka yang akhirnya menerima Tuhan dan percaya kepada Yesus lalu diselamatkan. Bedanya adalah mereka perlu mengenal Injil. Alangkah sayangnya orang yang baik tetapi tidak mengenal Tuhan. Oleh karena itu, Injil perlu dikabarkan kepada mereka. Itulah sebabnya Petrus diutus untuk memberitakan Injil.

Ketika Petrus memberitakan Injil di rumah Kornelius, Roh Kudus turun ke atas mereka. Tidak ada penumpangan tangan, namun mereka menerima Roh Kudus. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa penumpangan tangan bukan syarat untuk seseorang menerima Roh Kudus.

4. Roh Kudus di Efesus

Peristiwa yang keempat tercatat di dalam Kisah Para Rasul 19. Kali ini kita melihat Apolos sedang berada di Korintus sementara Paulus sudah menjelajah banyak daerah dan tiba di Efesus. Di situ terdapat beberapa orang murid. Mereka sudah belajar dan mau menjadi orang Kristen. Mereka mendengarkan khotbah Apolos yang memberitakan tentang Yohanes Pembaptis yang meminta pertobatan. Mereka bertobat dan mau dibaptiskan dengan baptisan Yohanes Pembaptis. Apolos, seperti juga Filipus, bukanlah rasul, maka gereja yang didirikan pada saat itu belum sah. Menurut Efesus 2:20, Gereja harus didirikan di atas dasar para rasul dan para nabi. Nabi dari Perjanjian Lama dan rasul dari Perjanjian Baru. Setelah itu, Apolos pergi ke Korintus dan Paulus tiba di Efesus. Ketika orang-orang di Efesus ditanya apakah mereka sudah menerima Roh Kudus ketika percaya, mereka mengatakan bahwa mereka belum menerima Roh Kudus walaupun mereka sudah menjadi murid. Bahkan mereka sama sekali belum pernah mendengar tentang Roh Kudus. Bagi orang Karismatik, jika peristiwa seperti ini terjadi maka harus dilakukan penumpangan tangan. Tetapi kita melihat di sini, Paulus justru menanyakan kepada mereka dengan baptisan mana mereka dibaptis, dan mereka mengatakan bahwa mereka dibaptis dengan baptisan Yohanes Pembaptis. Baptisan Yohanes Pembaptis adalah baptisan pertobatan, tetapi bukan untuk orang yang percaya dan menerima Tuhan Yesus. Mereka harus datang kepada Dia yang datang sesudah Yohanes Pembaptis, yaitu Yesus Kristus. Memang mereka menjadi murid Yohanes Pembaptis, tetapi mereka belum mendengar tentang Roh Kudus. Maka, mereka kemudian dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Dan ketika Paulus menumpangkan tangan itu, Roh Kudus turun ke atas mereka, lalu mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat. Inilah peristiwa terakhir yang dicatat di dalam Alkitab tentang datangnya Roh Kudus ke dunia.

Landasan Gereja

Mengapa Gereja harus diletakkan di atas dasar para rasul dan para nabi? Bahkan mengapa tidak nabi dahulu baru rasul? Di dalam Efesus 4:11 dicatat, “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar”. Di sini kita melihat lima jabatan dituliskan. Ada dua yang utama diletakkan di depan, yaitu rasul dan nabi. Jika kita bandingkan dengan 1 Korintus 12:28a, ditulis: “Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar.” Dari ayat-ayat ini kita melihat bahwa rasul selalu muncul lebih dahulu baru nabi. Gereja tidak bisa disebut Gereja jika ia tidak percaya dan berdiri tegak di atas kebenaran Firman Tuhan. Kunci untuk menerima dan mengenal Perjanjian Lama (PL) haruslah melalui Perjanjian Baru (PB) karena PL adalah bayang-bayang dari PB. Perjanjian Lama memberikan nubuat tentang Yesus yang akan datang. Jadi kedatangan Yesus jauh lebih penting dari PL.

Kebanyakan orang Yahudi tidak berbagian dalam keselamatan karena mereka terus berpegang pada PL dan tidak mau menerima PB, sehingga mereka masih terus menunggu Yesus yang akan datang. Justru ketika Tuhan Yesus datang, mereka memakukan Dia di atas kayu salib. Mereka membuang Yesus karena mereka tidak melihat kemuliaan Yesus dan mereka tidak bisa menerima Anak Allah yang berdaging lahir di kandang binatang. Mereka tidak bisa menerima Juruselamat yang tidak berperang melawan penjajahan Romawi. Mereka melihat Yesus hanya secara lahiriah, tidak melihat fakta dan realitas bahwa Dia adalah Anak Allah. Mereka membenci Dia kecuali Nikodemus yang mengaku, “Kalau Allah tidak menyertai Engkau, tidak ada orang bisa melakukan mujizat seperti Engkau.” Dan Yesus berkata, “Jika engkau tidak dilahirkan kembali, engkau tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Yesus begitu sungguh-sungguh ingin agar orang Kristen sungguh mengenal Dia. Kita harus sadar bahwa mengenal PL harus melalui PB.

Gereja didirikan di atas rasul dan nabi, dan yang menjadi fondasi yang mengikat keduanya ini adalah Kristus sebagai batu penjuru. Rencana Allah yang dinubuatkan di dalam Perjanjian Lama digenapkan di dalam Perjanjian Baru. Itu sebabnya, mengapa di Samaria sudah ada orang yang begitu hebat mengabarkan Injil, tetapi tidak cukup, Petrus harus diutus ke situ karena Filipus bukan rasul. Lalu Petrus pergi, tumpang tangan, dan mereka menerima Roh Kudus. Nabi sudah tidak ada lagi pada zaman itu. Tapi melalui rasul mengenal nabi, melalui Perjanjian Baru mengerti akan Perjanjian Lama. Di dalam Kisah Para Rasul 19, Apolos bukan rasul maka Paulus sebagai rasul harus pergi untuk mengesahkannya.

Gereja Masa Kini

Bagaimana dengan Gereja masa kini di mana sudah tidak ada rasul di tengah kita? Pada peristiwa keempat, tidak ada Petrus, padahal di ketiga peristiwa sebelumnya Petrus selalu ada. Jika Paulus adalah rasul orang kafir, mengapa ketika Roh Kudus pertama kali datang kepada orang kafir di rumah Kornelius, bukan Paulus tetapi Petrus? Jika Paulus diutus ke rumah Kornelius, berarti Petrus hanya untuk Yerusalem dan Samaria, sehingga Gereja pecah menjadi dua. Tetapi kita melihat Tuhan mengutus Petrus sehingga orang Yahudi dan Yunani menyetujui orang yang sama, yaitu Petrus. Dengan demikian, Gereja menjadi Gereja yang kudus dan am, tidak tergantung pada satu bangsa atau suku. Ini suatu pengaturan Tuhan.
Namun untuk yang keempat, Petrus tidak lagi diutus. Kini Paulus yang harus melakukan konfirmasi. Ketika fondasi sudah kuat, kini tugas boleh dilanjutkan oleh Paulus. Paulus menjadi rasul mengabarkan Injil ke Tesalonika, Filipi, Galatia, Kolose, Korintus; diutus sampai ke ujung bumi. Kembali menurut Kisah Para Rasul 1, Roh Kudus akan turun dari Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi. Menurut kenyataan adalah Yerusalem, Samaria, Yudea, lalu Efesus. Ini sengaja dibalik, antara urutan geografis dengan urutan suku. Alkitab begitu ketat, teliti, dan hati-hati. Kita harus teliti menemukan semua rahasia dan kita perlu bersabar. Di Efesus, Paulus melihat kalau mereka sudah percaya tetapi belum menerima Roh Kudus berarti ada pemisahan, ini tidak benar. Maka, Paulus mempertanyakan baptisan itu dan akhirnya terungkap bahwa baptisan itu masih baptisan Yohanes Pembaptis, bukan baptisan di dalam Kristus.

Gereja sekarang tetap sah walaupun tanpa rasul karena seluruh PL dan PB sudah tertulis lengkap, sehingga orang-orang bisa mengerti PL dan PB dengan lengkap, teliti, dan benar. Maka, kini tidak perlu ada penumpangan tangan dari orang-orang yang bukan rasul. Paulus menumpangkan tangan, berdoa untuk mereka, dan membaptis mereka dalam nama Yesus, karena tidak cukup dengan baptisan Yohanes Pembaptis. Baptisan Yohanes Pembaptis hanyalah bayang-bayang maka mereka harus dibaptis dalam nama Yesus Kristus. Darah Kristus, Firman-Nya, dan Roh-Nya yang membersihkan, barulah dosa seseorang bisa diampuni. Yang bisa membersihkan dosa dan menebus dosa manusia bukanlah baptisan Yohanes Pembaptis, bukan juga air baptisan yang dengan nama Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Itu ajaran Gereja Katolik. Di dalam Kitab Suci, yang menguduskan manusia hanya tiga, yaitu Firman, darah Kristus, dan Roh Kudus. Allah Bapa memakai Allah Anak dengan kuasa Roh Kudus untuk membersihkan Gereja; barulah engkau yang tadinya berdosa menjadi orang suci dan masuk ke dalam Tubuh Kristus yang disebut Gereja yang kudus dan am.

Di dalam Kisah Para Rasul 8, tidak ada baptisan ulang, sedangkan di dalam Kisah Para Rasul 19 ada baptisan lagi. Jadi, kalau para penganut Anabaptis atau orang Pantekosta mengatakan bahwa dibaptis percik tidak cukup, harus diselam lagi, jangan dengarkan mereka. Mereka memakai ayat-ayat secara sembarangan. Orang di dalam Kisah Para Rasul 19 dibaptiskan lagi karena sebelumnya mereka dibaptiskan dalam baptisan Yohanes Pembaptis, maka tidak sah. Orang di Kisah Para Rasul 8 tidak dibaptiskan lagi karena mereka sudah dibaptiskan dalam nama Yesus, sehingga sudah sah. Saat itu, Roh Kudus belum turun kepada kelompok itu karena bukan rasul yang meneguhkan Gereja. Harap kiranya engkau sekarang mengerti makna Gereja sejati. Dengan demikian, engkau boleh lebih setia dan rajin melayani Tuhan. Banyak orang meskipun sudah bergereja bertahun-tahun, tidak mendapatkan Firman Tuhan yang benar sehingga hatinya kosong sekali. Banyak yang menjadi majelis gereja, tetapi tidak mempunyai pengertian tentang Firman Tuhan dengan benar. Banyak yang diangkat menjadi majelis hanya karena mempunyai kelebihan uang dari jemaat yang lain. Kiranya kita belajar dan betul-betul mengerti Firman lalu menjadi saksi Tuhan di dunia ini.

Bahasa Lidah

Di dalam Kisah Para Rasul 2, turunnya Roh Kudus disertai dengan orang berkata-kata dalam bahasa orang lain. Di dalam Kisah Para Rasul 8, setelah penumpangan tangan Roh Kudus turun dan orang tidak berkata-kata dalam bahasa asing. Di dalam Kisah Para Rasul 10, mereka berkata-kata dalam bahasa asing dan memuji serta memuliakan Allah. Di dalam Kisah Para Rasul 19, mereka berkata-kata dalam bahasa asing dan bernubuat. Istilah bernubuat dalam bahasa Inggris adalah prophecy. Dan istilah prophecy di seluruh Perjanjian Baru berarti berkhotbah (menyampaikan Firman Tuhan). Jadi, mereka berkata-kata dalam bahasa asing lalu berkhotbah. Orang-orang ini juga ditumpangi tangan dan dibaptiskan. Di dalam Kisah Para Rasul 8, ditumpangi tangan tanpa perlu dibaptis lagi. Di dalam Kisah Para Rasul 2, tidak ditumpang tangan dan juga tidak pernah dibaptis. Di dalam Kisah Para Rasul 10, tanpa tumpang tangan Roh Kudus sudah turun. Ini semua berbeda. Ada satu gejala yang kelihatannya hampir mirip yaitu berkarunia lidah (glossolalia). Maka, orang Pantekosta sering mengatakan bahwa ini buktinya. Tetapi jika kita memeriksa dengan teliti, ternyata di dalam Kisah Para Rasul 8 tidak ada. Jadi, tidak ada satu yang mutlak. Di dalam Kisah Para Rasul 8, tidak ada angin ribut yang lewat dan juga tidak ada lidah api yang hinggap di atas kepala mereka. Kisah Para Rasul 2 adalah fondasi yang paling besar dari janji Roh Kudus yang turun kepada manusia dan sampai sekarang belum kembali. Itu sekali untuk selamanya.

Perbedaan waktu antara Kisah Para Rasul 2 dan Kisah Para Rasul 19 adalah sekitar dua puluh delapan tahun. Berarti, dalam dua puluh delapan tahun terjadi empat kali Roh Kudus turun. Terakhir kali Paulus menyebut istilah baptisan Roh Kudus adalah di 1 Korintus 12 :13. Dan ini adalah satu-satunya ayat yang memberikan arti apa yang dimaksud dengan dibaptiskan dengan Roh Kudus. Mereka sudah dibaptiskan (dalam bahasa Yunani: past participle tense, yang artinya sekali untuk selamanya). Itu berarti bukan setiap hari orang dibaptiskan dengan Roh Kudus. Siapa yang membaptiskan? Yesus Kristus, dengan memakai Roh Kudus. Ketika engkau menerima Kristus, engkau dikuduskan, engkau dibaptiskan ke dalam satu Tubuh yaitu Tubuh Kristus. Terpujilah Tuhan!

Bacaan : Kisah Para Rasul 8:14-25, 10:23-48, 19:1-7

Allah Tritunggal adalah Allah yang Mahaesa. Allah Tritunggal adalah Allah satu-satunya yang ber-Ada. Di luar Allah Mahaesa tidak ada Allah lain yang dikenal oleh orang Kristen. Orang Kristen mengenal Tuhan Allah di dalam diri Kristus yang membawa kita masuk ke dalam pengenalan terhadap Bapa-Nya. Yesus berkata bahwa tanpa Anak, tidak ada seorang pun datang kepada Bapa. Tanpa Anak yang mewahyukan Bapa, tidak ada seorang pun yang mengenal Bapa. Yang ada Anak, ada Bapa, yang tidak ada Anak, tidak ada Bapa. Sebagaimana Allah Bapa rela memperkenalkan Anak-Nya kepada manusia, maka sewaktu Anak-Nya dikirim ke dalam dunia, Dia rela memperkenalkan Bapa kepada umat-Nya. Melalui Anak, kita kembali kepada Bapa. Kristus sendiri berkata, “Aku datang dari Bapa dan masuk ke dalam dunia ini, dan Aku meninggalkan dunia ini kembali kepada Bapa.”

Setelah Kristus kembali kepada Bapa, lalu Bapa dan Kristus mengirim Roh Kudus. Kristus lahir dari Bapa di dalam kekekalan, Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak juga di dalam kekekalan. Istilah-istilah ini tidak bisa diganti dan tidak ada persamaan antara Pribadi Kedua dengan Pribadi Ketiga. Kalau Pribadi Kedua disebut Anak Allah yang tunggal, berarti satu-satunya yang boleh disebut Anak adalah Yesus Kristus. Apakah Roh Kudus adalah anak kedua? Tidak bisa, karena jika demikian Yesus bukan Anak Tunggal Allah. Roh Kudus bukan anak, tetapi Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak. Yesus adalah satu-satunya yang dilahirkan oleh Allah Bapa, tetapi Roh Kudus juga adalah Allah karena kelahiran meneruskan genetika dan menjadi satu kesinambungan sifat hidup. Yesus adalah Anak Allah yang tunggal, berarti Allah hanya melahirkan yang tunggal dan yang dilahirkan bersifat sama dengan yang melahirkan. Itu sebabnya Allah Bapa dan Allah Anak mempunyai sifat ilahi yang sama.

Bagaimana kita dilahirkan oleh Allah Roh Kudus? Alkitab mencatat, “Jikalau engkau bukan diperanakkan pula oleh Roh Kudus, engkau tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Dilahirkan oleh Roh Kudus berbeda dari dilahirkan oleh Allah Bapa. Yesus bukan ciptaan, tetapi kita adalah ciptaan. Maka, ciptaan yang dilahirkan kembali tidak pernah dilahirkan sebelumnya oleh Allah Bapa maupun oleh Allah Roh Kudus. Dengan demikian, Yesus tetap adalah satu-satunya Anak Allah yang tunggal, yang dilahirkan oleh Bapa di dalam kekekalan. Manusia dilahirkan oleh manusia dan manusia melahirkan manusia. Maka, yang dilahirkan identik dengan yang melahirkan. Inilah artinya anak. Tikus melahirkan tikus, tidak mungkin kucing melahirkan tikus. Maka, yang dilahirkan dan yang melahirkan memiliki natur yang sama. Yesus lahir dari Bapa, maka Ia bersifat ilahi. Ketika kita dicipta oleh Allah, seluruh esensi dan substansi kita adalah ciptaan. Kita bukan pencipta. Ketika kita dilahirkan kembali, dilahirkan dari atas, berarti ada hidup yang surgawi yang dikaruniakan kepada kita. Kita dicipta dengan sifat kekekalan melalui kelahiran baru kita sehingga kita boleh hidup bersama Tuhan di dalam kekekalan. Jadi, kita adalah anak adopsi, berbeda dengan Yesus yang adalah Anak Allah. Maka, manusia secara status adalah ciptaan dan di dalam kerohanian, kita adalah orang-orang yang dilahirkan kembali menjadi anak-anak Allah. Dengan demikian, status kita sebagai anak-anak Allah tidak bisa dipersamakan dengan Yesus sebagai Anak Allah.

Seperti sebuah akta yang bisa ada fotocopy-nya. Fotocopy yang sudah dilegalisir bisa dianggap setara dan sama dengan akta aslinya. Secara fisik, kita melihatnya berbeda, tetapi secara isinya adalah sama. Isi fotocopy itu sama dengan yang asli, tetapi ia tetap berbeda karena bukan aslinya. Sekalipun manusia dicipta menurut peta dan teladan Allah, dan ada kesamaan sifat dengan Allah yang direfleksikan di dalam ciptaan, manusia tetap bukan Allah. Kita dipanggil oleh Tuhan, diberikan kelahiran baru dan diadopsi menjadi anak-anak Allah. Kita tidak ada di dalam kekekalan sebelum kita berada. Kita tidak bereksistensi sebelum kita dicipta. Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus mempunyai sifat kekekalan yang tidak perlu permulaan, sedangkan kita baru ada setelah kita dicipta. Seluruh ciptaan baru berada setelah diciptakan.

Namun, manusia berbeda dari binatang dan tumbuh-tumbuhan. Ketika binatang dan tumbuhan mati, mereka menjadi tidak berada. Manusia setelah dicipta menjadi berada dan setelah itu ia dibubuhi kekekalan sehingga ia tidak bisa menjadi tidak berada lagi. Di situ manusia bersifat kekal. Kekekalan manusia ini berbeda dengan kekekalan Allah karena kekekalan Allah adalah kekekalan yang tidak pernah perlu dicipta dan tidak memerlukan permulaan. Kekekalan manusia adalah kekekalan yang dicipta dan kekekalan manusia mempunyai permulaan tetapi tidak ada akhir. Maka, secara kualitatif kita tidak boleh membandingkan sifat manusia dengan sifat ilahi Kristus yang keberadaan-Nya dari kekal sampai kekal pada diri-Nya dan dilahirkan di dalam kekekalan oleh Allah Bapa.

Banyak orang yang bukan saja tidak mengerti doktrin Allah Tritunggal, bahkan berusaha merusak kepercayaan Allah Tritunggal, seperti: Unitarianisme yang berasal dari New England, USA, di daerah Boston dan sekitarnya; Saksi Yehova yang tidak percaya kepada Allah Tritunggal; Pemahaman Theologi Liberal, yang dimulai semenjak Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher, Adolf von Harnack, Ferdinand Christian Bauer, Johann Wilhelm Herrmann. Sampai sekarang kaum Liberal tidak percaya doktrin Allah Tritunggal.

Sebagai orang Reformed, meskipun dengan rasio yang terbatas kita tetap harus mau mengerti firman Tuhan dengan tuntas. Sampai akhirnya kita mendapatkan pengertian firman Tuhan yang lebih mendalam dari kemungkinan kita bisa mengerti. Dan itu membuat kita menyembah Dia serta berkata: “Kebenaran-Mu sungguh melampaui kemampuan pengertian kami. Kami menyembah-Mu. Engkau adalah Allah yang melampaui pengetahuan manusia.”

Allah Bapa ada dari kekal sampai kekal, demikian pula Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Yang sulit dimengerti adalah mengapa di dalam kekekalan Allah yang Esa bisa berpribadi Tiga. Allah Bapa melahirkan Anak di dalam kekekalan. Kalimat ini tidak mudah dijelaskan. Allah Anak adalah Anak Tunggal, maka Roh Kudus tidak boleh memakai istilah Anak Allah. Karena itu, Roh Kudus tidak bisa dikatakan dilahirkan dari Allah Bapa. Maka, di sini ada istilah yang khusus: Yesus Kristus dilahirkan dari Bapa, tetapi Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak. Penggunaan istilah ini dengan tegas sekali dibedakan dalam ajaran Athanasius. Ajaran ini merupakan suatu ajaran ortodoks yang dipercayai oleh gereja yang sungguh-sungguh sejak zaman Agustinus. Gereja Katholik percaya akan hal ini, demikian juga para Reformator. Tetapi gereja Orthodoks Timur tidak mau mempercayai ajaran ini sehingga terjadi Skisma (Perpisahan) Besar sejak tahun 1033. Pusat gereja di Barat adalah Roma (Roma Katholik) sementara pusat gereja di Timur ini adalah Konstantinopel (Gereja Orthodoks Timur), yang kemudian pada tahun 1453 direbut oleh tentara Islam dan semua gereja dijadikan mesjid. Akhirnya, orang Islam menguasai wilayah Turki di mana terdapat tujuh gereja yang dicatat dalam Kitab Wahyu.

Konstantinopel adalah pusat pemerintahan sejak Kaisar Konstantin Agung memerintah. Ia memindahkan pusat pemerintahan dari Roma ke Konstantinopel. Konstantinopel berasal dari kata “Konstantin” dan “Polis”. Polis berarti “kota” Konstantinopel berarti “kota dari Konstantin”. Kota itu dimulai sejak abad ke-4 dan bertahan selama 1.100 tahun sebelum jatuh ke tangan orang Islam. Kota ini jatuh karena dihancurkan oleh meriam terbesar sepanjang sejarah. Teknologi orang Islam sebenarnya jauh di belakang orang Kristen, tetapi mengapa mereka bisa memiliki meriam terbesar seperti itu? Jawabannya adalah karena meriam itu dipesan dari orang Kristen. Orang Kristen membuat meriam yang sangat besar untuk menghancurkan orang Kristen sendiri. Sejak tahun 1033, kerajaan Timur tidak merasa perlu untuk tunduk di bawah Barat. Gereja Barat tidak mau mengakui gereja Timur sehingga mereka menyebut diri mereka sebagai Gereja yang Am (Katholik) dan berpusat di Vatikan, Roma. Sebenarnya, arti dari gereja yang kudus dan am adalah semua gereja secara universal yang meliputi semua gereja, baik Katholik, Orthodoks, Injili, Karismatik, Methodist, Presbiterian, Lutheran, Baptis, Anglikan, dll. Tetapi masing-masing gereja ini memiliki banyak perbedaan sehingga perlu untuk dipersatukan. Sebenarnya, yang membawa seluruh kekristenan kembali kepada hati dan kesetiaan untuk taat kepada seluruh Kitab Suci adalah Theologi Reformed, yang sekarang ini justru mau dibuang oleh banyak gereja. Banyak gereja hanya mau mempertahankan ajaran mereka masing-masing, tidak mau sungguh-sungguh kembali taat secara komprehensif (menyeluruh) dengan segenap jiwa kembali kepada Alkitab.

Pada tahun 1033, terjadi perpecahan gereja karena doktrin Roh Kudus. Tepatnya mengenai pendapat Roh Kudus dari mana. Eastern Orthodox berkata, “Kami percaya Roh Kudus keluar dari Allah Bapa.” Roma Katholik tidak setuju. Mereka berkata, “Kami percaya Roh Kudus keluar dari Allah Bapa dan Allah Anak.” Masing-masing mempertahankan pendapatnya sehingga terjadi Skisma Besar. Gereja Barat mempertahankan bahwa Roh Kudus dari Allah Bapa dan Anak karena mereka mendapatkan pengajaran ini dari seorang Bapak gereja yang agung luar biasa, yaitu Augustinus. Di dalam doktrin yang ditulis oleh Agustinus, ada satu disertasi yang penting, yaitu On Trinity. Istilah Trinity (Tritunggal) tidak ada di dalam Kitab Suci. Istilah Trinitas pertama kali dipakai oleh seorang yang bernama Tertulianus. Tertulianus menyatakan Allah Tritunggal karena Allah Bapa adalah Allah, Anak juga adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah. Itulah alasan kita percaya bahwa Allah itu Tiga Pribadi dalam Satu Esensi. Ketiga Pribadi itu adalah Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Ketiga Pribadi yang berbeda itu adalah Satu Allah secara substansi. Agustinus menegaskan bahwa Roh Allah adalah Roh dari Anak. Roh Allah keluar dari Allah sendiri dan Roh Anak juga keluar dari Anak sendiri. Maka, Allah Bapa dan Allah Anak, kedua Pribadi ini merupakan sumber bagi Pribadi yang ketiga. Gereja Timur tidak menerima konsep ini sehingga perpecahan terjadi sampai sekarang. Memecahkan sesuatu itu mudah tapi mempersatukan tidak mudah. Ingat kalimat ini!

Pada abad ke-16, terjadi perpecahan lagi yang dikenal sebagai Reformasi. Reformasi keluar dari Katholik Roma. Ini adalah perpecahan kedua kali yang terbesar di dalam sejarah. Perbedaan dari kedua perpecahan ini adalah bahwa Martin Luther, Calvin, Theodore Beza, Bullinger, Melanchton, William Farel, John Hus, John Knox, dan John Wycliff melakukan reformasi karena gereja Roma Katholik pada saat itu semakin menyeleweng. Mereka bukan mau pecah melainkan mau kembali kepada ajaran asli Alkitab.

Sampai ke abad ke-20, secara tanpa sadar terjadi perpecahan yang lebih besar lagi. Pada permulaan abad ke-20, timbul aliran Pantekosta dan Karismatik. Kali ini tidak disebut perpecahan tetapi perbedaan yang begitu besar mengakibatkan penyelewengan yang sangat besar. Sayap-sayap Pantekosta semakin lama semakin menyeleweng dari firman Tuhan. Oleh karena itu, kita tidak bisa dan tidak boleh melihat gejala lalu mengambil kesimpulan secara gegabah. Pandangan tentang Roh Kudus sekarang menjadi berbeda-beda. Perbedaan doktrin ini dimulai dari pandangan Allah Tritunggal disambung dengan doktrin Kristologi dan Pneumatologi. Gereja Advent, saksi Yehova, Mormon, dianggap bidat karena penyelewengan ajaran dalam hal Kristologi. Gereja Pantekosta dianggap ekstrim karena penyelewengan dalam doktrin (ajaran tentang) Roh Kudus.

Kita percaya bahwa Roh Kudus keluar hanya dari Allah Bapa dan Allah Anak. Istilah “dan Anak” dalam bahasa Latin adalah ‘filioque’. Pemberian terbesar Tuhan Allah kepada umat manusia adalah mengirim Kristus ke dunia. Orang-orang yang tidak sadar akan hidup kerohaniannya dan hanya hidup untuk mengejar materi, menganggap pemberian terbesar Tuhan adalah harta dan kekayaan sehingga menimbulkan Theologi Kemakmuran. Untuk mendapatkan materi, mereka memakai Tuhan sebagai media. Mereka memperalat Allah untuk mencapai sasaran materi. Padahal tujuan terakhir kita adalah bersatu dengan Allah dan materi hanyalah media. Jangan memperalat Tuhan Allah untuk mencapai materi yang jauh lebih rendah dari Tuhan. Kita selalu menganggap sasaran tertinggi adalah Tuhan Allah. Tujuan terakhir hidup manusia adalah memuliakan Allah (Soli Deo Gloria). Dunia ini hanya merupakan suatu media. Kalau saya mempunyai tubuh yang kuat, bukan minta kepada Tuhan agar saya bisa menikmatinya, tetapi sebaliknya minta kepada Tuhan agar diberikan kekuatan tubuh supaya boleh melayani Tuhan dengan baik. Kita tidak boleh memperalat Tuhan untuk kekayaan dengan berkata, “Tuhan, kalau Engkau memberikan kekayaan kepadaku, aku akan mengabdi pada-Mu.” Apapun yang engkau miliki, yang engkau minta, yang engkau kuasai haruslah untuk memuliakan Tuhan dan menggenapkan rencana-Nya. Tuhan mengontrol hidup kita karena Dia adalah Tuhan di atas segala sesuatu. Yang memiliki bakat apapun harus menyerahkannya kembali kepada Tuhan sehingga seluruh hidup tidak sia-sia.

Pemberian Allah paling besar kepada umat manusia adalah Kristus. Pemberian Allah paling besar kepada Gereja adalah Roh Kudus. Tetapi Roh Kudus tidak bisa dilihat. Kita perlu membedakan manusia yang ada Roh Kudus dengan manusia yang tidak ada Roh Kudus. Sama seperti kejujuran dan kesetiaan juga tidak bisa kita lihat. Namun yang tidak kelihatan bukan berarti tidak penting. Manusia bisa mulia, manusia bisa mempunyai nilai yang tinggi, sifat abadi yang kekal, jikalau ia mempunyai bagian yang tidak kelihatan, lebih daripada bagian yang kelihatan. Apa gunanya memiliki tubuh yang sehat jika digunakan untuk berzinah? Apa gunanya engkau cantik tapi menyeleweng? Bagi orang yang hidupnya dipimpin oleh Tuhan dan berjalan di jalan yang benar, yang tidak kelihatan jauh lebih penting daripada yang kelihatan. Yang tidak kelihatan dan yang terbesar itu adalah Allah sendiri. Allah yang tidak kelihatan turun dari surga, mendampingi manusia yang kelihatan dan membimbing seluruh hidup orang itu. Inilah Allah Roh Kudus. Ini adalah suatu pemberian yang paling penting untuk orang Kristen. Dengan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat, kita sudah menerima berkat yang paling besar yang Tuhan karuniakan kepada dunia.

Dunia dipisahkan menjadi dua jenis orang, yaitu: yang menerima Kristus dan yang tidak menerima Kristus. Ini adalah pemisahan. Orang-orang yang menerima Kristus telah menerima suatu pemberian Allah paling besar kepada dunia, menjadi orang Kristen. Namun setelah menjadi Kristen, masih ada pemberian Tuhan Allah, yaitu Pribadi Ketiga (Roh Kudus). Yesus berkata, “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur (paraklÄ“tos – Roh Kudus) itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.” Berarti Roh Kudus tidak sama dengan Yesus.

Ada pendeta yang mengajarkan Allah Tritunggal adalah pada waktu Bapa meninggalkan tempat-Nya lalu masuk ke dalam dunia dan menjadi Anak. Inkarnasi adalah Bapa menjadi Anak. Ini adalah ajaran yang salah! Roh Kudus adalah Anak yang datang kembali menjadi Roh Kudus. Ini juga adalah ajaran yang salah! Karena dalam hal ini, bukan tiga pribadi melainkan satu pribadi dengan jubah yang berbeda. Di dalam sejarah, sudah ada theologi yang percaya bahwa Allah Tritunggal sebenarnya adalah satu pribadi dengan tiga macam peran, namanya Sabellianisme. Dimulai oleh Sabellius, seorang theolog bidat. Tuhan tidak pernah berubah, Allah Bapa selama-lamanya Allah Bapa, Allah Bapa tak pernah menjadi Allah Anak; Allah Anak selamanya Allah Anak, Allah Anak tidak pernah menjadi Roh Kudus. Aku akan mengirimkan Penghibur bagimu. Saya akan mengirimkan “Pendamping Lain” bagimu. Ini yang Tuhan Yesus katakan. Kalau Yesus adalah Allah Bapa yang menjelma menjadi manusia, lalu siapa yang mengutus Dia? Yang mengutus menjadi yang diutus? Ini bukan ajaran Alkitab. Allah Bapa mengutus Allah Anak ke dunia. Ketika Yesus berada di dunia, Allah Bapa berada di surga. Dan waktu Yesus mati, Allah Bapa tidak mati. Ada ajaran yang mengatakan bahwa Allah Bapa menjadi Allah Anak. Akhirnya ada satu istilah theologi yang menyindir kesalahan doktrin ini, yang disebut sebagai patripassionate, yang berartiSang Bapa menderita. Ajaran ini mengatakan bahwa Allah Bapa yang digantung di atas kayu salib. Jika demikian, bagaimana kita dapat mengerti ketika Dia mengatakan, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku.” Siapa meninggalkan siapa, siapa yang diutus oleh siapa? Kalau yang diutus sama dengan yang mengutus, itu bukan ajaran Kristen.
Allah Bapa mempersiapkan keselamatan, lalu mengutus anak-Nya ke dunia untuk menggenapkan keselamatan. Setelah menggenapi keselamatan, Allah Anak kembali kepada Bapa dan bersama-sama dengan Bapa mengirim Roh Kudus untuk melaksanakan keselamatan.

Bagaimana cara Roh Kudus melaksanakannya? Yaitu pada waktu pendeta dan penginjil betul-betul, sungguh-sungguh jujur dan setia memberitakan Injil Yesus Kristus, maka Roh Kudus akan menyertai dia. Dan ketika khotbah tentang Kristus disampaikan, Roh Kudus akan mengunjungi setiap pendengar, mengetuk pintu dan menanyakan, “Apakah engkau telah siap? Apakah engkau bersedia? Apakah engkau mau taat? Apakah hatimu tergerak? Bersedialah dan bukalah hatimu.” Tuhan mengirim manusia yang pernah diselamatkan untuk menjadi pemberita Injil. Pada saat seseorang sungguh-sungguh memberitakan Injil, tidak mungkin Roh Kudus tidak bekerja karena Roh Kudus dikirim  untuk melaksanakan keselamatan, untuk menyaksikan dan memuliakan Kristus. Roh Kudus langsung mengetuk pintu orang-orang yang mendengar Firman, membuat mereka menangis, sadar, sedih, tertusuk oleh Injil yang begitu berkuasa, lalu menyesali dosa mereka. Roh Kudus membuka pintu hati untuk menyambut Kristus masuk. Orang berdosa bisa bertobat karena pertolongan Roh Kudus. Roh Kudus turun ke dunia untuk meneruskan pekerjaan Anak. Roh Kudus turun ke dunia di hari Pantekosta. Yesus turun ke dunia selama 33,5 tahun dan setelah itu naik ke surga. Yesus berkata, “Kalau Aku sudah pergi, Roh Kebenaran akan turun, masuk ke dalam hatimu untuk berdiam di dalam dirimu sampai selama-lamanya.” Kita harus mencintai Roh Kudus karena Dia satu kali turun dari surga dan terus berada di dunia ini, mengetuk pintu, memberikan pencerahan, keberanian, pertolongan, menggerakkan manusia untuk bertobat dan mengenal Yesus.
BACA JUGA: YAKUB, DINA DAN SIKHEM: RENUNGAN KEJADIAN 34:1-31
Pada waktu Yesus datang kembali, Roh Kudus berkata, “Jika Engkau kembali, Aku sudah mempersiapkan mempelai perempuan bagimu untuk pernikahan yang kekal, yaitu Kristus dan Gereja akan bersatu untuk selama-lamanya.” Persatuan ini dimulai dengan pesta pernikahan yang disebut perayaan Anak Domba Allah. Yesus Kristus memecahkan roti dan berkata, “Inilah dagingku yang kupecahkan bagimu, Aku tidak akan makan bersama engkau lagi sampai hari itu di dalam pesta Anak Domba Allah.” Roh Kudus mempersiapkan orang suci menjadi mempelai Kristus dan menunggu sampai Yesus datang kembali. Roh Kudus akan memberikan kekuatan kepada kita untuk berjumpa dengan Kristus di angkasa, di situ ada perjamuan Domba Allah. Undangan ini diperpanjang waktunya bagi mereka yang telah dibayar lunas oleh darah Yesus Kristus. Mereka yang telah dibersihkan oleh darah Kristus, disucikan oleh kuasa Roh Kudus, dan telah dilahirkan kembali, dipersiapkan untuk menjadi mempelai Yesus Kristus. Hingga Ia datang, Gereja-Nya akan terus disertai oleh Roh Kudus sampai kepada kesudahan zaman, sampai di dalam kekekalan.
PENUTUP: DOKTRIN ROH KUDUS 
ParaklÄ“tos, dimana kata “para” berarti “di sisi atau di samping” sehingga kata “paraklÄ“tos”berarti “Pendamping atau Penolong”. Parakletos berarti penolong yang mendampingi kita. Alkitab memakai lima istilah: terhadapmu, di sekelilingmu, di sekitar engkau, di depanmu atau yang memimpin engkau, dan yang menyertai engkau. Berbahagialah orang Kristen yang ditolong, didampingi, dihibur, dan dikuatkan oleh Roh Kudus; berbahagialah orang yang dipenuhi, diberikan pencerahan, pertolongan, teguran oleh Roh Kudus; berbahagialah orang yang diurapi, ditambah kekuatan dan diberi dukungan oleh Roh Kudus. Orang yang bahagia adalah orang yang diselamatkan oleh Tuhan, lepas dari binasa, kutukan, neraka dan hukuman yang kekal. Orang yang lebih bahagia adalah orang yang sudah diselamatkan lalu diberikan Roh Kudus untuk mendampingi, mengurapi, menguatkan, membimbing, menolong, memimpin, menjaga dia dari atas, pinggir, dan dari segala segi. Tuhan berkata Akulah perisaimu, Akulah pemimpinmu, Akulah Tuhanmu, Akulah penolongmu untuk selama-lamanya.

Marilah kita yang sudah diajar dan dididik dengan doktrin Roh Kudus yang begitu tuntas, tidak gampang ditipu dan digoncangkan oleh berbagai angin ajaran yang salah sehingga akhirnya kita jatuh. Tetapi kita berdiri tegak dan kita membawa orang lain untuk mengerti doktrin Roh Kudus yang sehat dan yang benar. 
DOKTRIN ROH KUDUS 

Amin.



Pdt. DR. Stephen Tong

https://teologiareformed.blogspot.com/2018/06/doktrin-roh-kudus.html#

======================================================================================================



Pdt.Budi Asali, M.Div.


DOKTRIN ROH KUDUS (Kepribadian Roh Kudus, Keilahian Roh Kudus dan Roh Kudus sebagai Jaminan)


DOKTRIN ROH KUDUS (Kepribadian Roh Kudus, Keilahian Roh Kudus dan Roh Kudus sebagai Jaminan)-Bukti-bukti kepribadian Roh Kudus.

1) Untuk Roh Kudus digunakan kata ganti orang.

Kis 13:2 - “Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: ‘Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagiKu untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.’”.

Di sini digunakan kata ganti orang ‘Ku’ / ‘Aku’ untuk Roh Kudus, dan ini menunjukkan bahwa Ia adalah seorang pribadi.

Charles Hodge: “The first argument for the personality of the Holy Spirit is derived from the use of the personal pronouns in relation to Him. A person is that which, when speaking, says ‘I;’ when addressed, is called ‘thou;’ and when spoken of, is called ‘he,’ or ‘him.’ ... Thus in Acts 13:2, ‘The Holy Ghost said, Separate me Barnabas and Saul, for the work whereunto I have called them.’” (= Argumentasi yang pertama untuk kepribadian dari Roh Kudus didapatkan dari penggunaan kata-kata ganti orang dalam hubungan dengan Dia. Seorang pribadi adalah ia yang, pada waktu berbicara, berkata ‘aku’; pada waktu diajak bicara disebut ‘kamu / engkau’; dan pada waktu dibicarakan, disebut ‘ia’ atau ‘nya’. ... Karena itu dalam Kis 13:2, ‘berkatalah Roh Kudus: Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagiKu untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.’.) - ‘The Holy Spirit’ , hal 4-5, CD AGES.

Ibr 10:15-17 - “(15) Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita, (16) sebab setelah Ia berfirman: ‘Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,’ Ia berfirman pula: ‘Aku akan menaruh hukumKu di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, (17) dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.’”.

KJV: ‘(15) Whereof the Holy Ghost also is a witness to us: for after that he had said before, (16) This is the covenant that I will make with them after those days, saith the Lord, I will put my laws into their hearts, and in their minds will I write them; (17) And their sins and iniquities will I remember no more’ [= (15) Tentang apa Roh Kudus juga adalah seorang saksi kepada kita: karena setelah Ia mengatakan sebelumnya: (16) Ini adalah perjanjian yang akan Kubuat dengan mereka setelah hari-hari ini, kata Tuhan, Aku akan meletakkan hukum-hukumKu ke dalam hati mereka, dan dalam pikiran mereka akan Kutuliskan mereka; (17) Dan dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan mereka tidak akan Kuingat lagi].

Dalam text ini, juga terlihat digunakannya kata ganti orang ‘Aku’ dan ‘Ku’ untuk Roh Kudus.

2) Untuk Roh Kudus digunakan kata dengan jenis kelamin laki-laki.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Yesus menyebut roh kudus sebagai ‘seorang Penolong’, dan ia berkata bahwa roh ini akan mengajar, membimbing dan berbicara (Yohanes 14:16,26; 16:13). Kata Yunani yang ia gunakan untuk penolong (parakletos) adalah kata yang berjenis laki-laki atau maskulin. Jadi ketika Yesus menyatakan apa yang akan dilakukan penolong itu, ia menggunakan kata ganti nama pribadi laki-laki (Yohanes 16:7,8). Sebaliknya, bila kata Yunani yang berjenis netral untuk roh (pneuma) digunakan, kata ganti yang netral ‘it’ dalam bahasa Inggris itulah yang digunakan. Kebanyakan penerjemah yang menganut Tritunggal menyembunyikan fakta ini, seperti diakui oleh New American Bible Katolik berke­naan Yohanes 14:17: “Kata Yunani untuk ‘Roh’ ialah berjenis netral, dan walaupun kita menggunakan kata ganti nama pribadi dalam bahasa Inggris (‘he’, ‘his’, ‘him’), kebanyakan MSS (manuskrip) Yunani menggunakan kata (bahasa Inggris) ‘it’”. Jadi bila Alkitab menggunakan kata ganti nama pribadi berjenis laki-laki sehubungan dengan parakletos dalam Yohanes 16:7,8, hal ini sesuai dengan peraturan tatabahasa, bukan menyatakan suatu dok­trin” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 22.

Ada 2 hal yang ingin saya berikan / nyatakan di sini:

a) Perlu saudara ketahui bahwa dalam bahasa Yunani semua kata benda mempunyai jenis kelamin; ada yang masculine / laki-laki, feminine / perempuan atau neuter / netral.

Kata ‘Roh’ dalam bahasa Yunani adalah PNEUMA, dan kata ini mempunyai jenis kelamin netral, dan karena itu sering digunakan kata ganti bentuk netral (Inggris ‘it’).

b) Sekalipun untuk kata PNEUMA, yang berjenis kelamin netral sering digunakan kata ganti bentuk netral, tetapi kadang-kadang tetap digunakan kata bentuk laki-laki.

1Yoh 4:4 - “Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.”.

Lit: ‘because greater is the one in you than the one in the world’ (= karena lebih besar yang di dalam kamu dari pada yang di dalam dunia).

Kata yang diterjemahkan ‘the one’ adalah HO, suatu definite article / kata sandang tertentu yang mempunyai jenis kelamin laki-laki, padahal ini jelas menunjuk kepada Roh Allah / Roh Kudus.

3) Sebutan ‘PARAKLETOS yang lain’ yang digunakan terhadap Roh Kudus (Yoh 14:16), menunjukkan bahwa Ia adalah seorang pribadi.

Dalam Yoh 14:16, Yoh 14:26, Yoh 15:26, dan Yoh 16:7, Roh Kudus disebut sebagai ‘Penolong / Penghibur’. Dalam bahasa Yunani, semua ayat ini menggunakan istilah yang sama yaitu PARAKLETOS.

Perlu juga diketahui bahwa istilah PARAKLETOS ini juga digunakan terhadap Yesus Kristus dalam 1Yoh 2:1 (Kitab Suci Indonesia menterjemahkan ‘Pengantara’). Lalu Yoh 14:16 menyebut Roh Kudus sebagai ‘PARAKLETOS (= Penolong) yang lain’.

Ada 2 kata bahasa Yunani yang berarti ‘yang lain (= another)’, yaitu ALLOS dan HETEROS. Tetapi kedua kata ini ada bedanya.

W. E. Vine: “ALLOS ... denotes another of the same sort; HETEROS ... denotes another of a different sort” (= ALLOS ... menunjuk pada ‘yang lain’ dari jenis yang sama; HETEROS ... menunjuk pada ‘yang lain’ dari jenis yang berbeda) - ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’, hal 52.

Illustrasi: Saya mempunyai satu gelas Aqua. Kalau saya mengingin­kan satu gelas Aqua ‘yang lain’, yang sama dengan yang ada pada saya ini, maka saya akan menggunakan ALLOS. Tetapi kalau saya menghendaki minuman ‘yang lain’, misalnya Coca Cola, maka saya harus menggunakan HETEROS, bukan ALLOS.

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘yang lain’ dalam Yoh 14:16 bukan­lah HETEROS, tetapi ALLOS. Andaikata yang digunakan adalah HETER­OS, maka itu akan menunjukkan adanya perbedaan sifat antara Yesus dan Roh Kudus, sehingga bisa saja Yesus adalah Allah dan merupa­kan seorang yang berpribadi, sedangkan Roh Kudus bukan. Atau bahwa Yesus itu mahakuasa, sedangkan Roh Kudus tidak. Tetapi karena kata Yunani yang digunakan adalah ALLOS, ini menunjukkan bahwa Roh Kudus, sekalipun adalah PARAKLETOS ‘yang lain’ dari pada Yesus, tetapi mempunyai sifat-sifat yang sama dengan Yesus.

Karena itu dalam komentarnya tentang ayat ini William Hendriksen, seorang penafsir Reformed, mengatakan: “He is another Helper, not a different Helper. The word ‘another’ indicates one like myself, who will take my place, do my work. Hence, if Jesus is a person, the Holy Spirit must also be a person” (= Ia adalah ‘Penolong yang lain’, bukan ‘Penolong yang berbeda’. Kata ‘yang lain’ menunjukkan seseorang seperti Aku sendiri, yang akan mengambil tempatKu, melakukan pekerjaanKu. Jadi, jika Yesus adalah seorang pribadi, Roh Kudus harus juga adalah seorang pribadi) - hal 275.

William Hendriksen bahkan melanjutkan dengan berkata: “For the same reason, if Jesus is divine, the Spirit, too, must be divine” (= Dengan alasan yang sama, jika Yesus bersifat ilahi / adalah Allah, Roh juga harus bersifat ilahi / adalah Allah) - hal 275.

4) Roh Kudus mempunyai ciri-ciri seorang pribadi, yaitu adanya:

a) Pikiran.

Yoh 14:26 - “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”.

Jadi ayat ini mengatakan bahwa fungsi Roh Kudus adalah mengajar dan mengingatkan orang percaya akan Firman Tuhan. Bahwa Roh Kudus itu bisa mengajar / mengingatkan, menunjukkan bahwa Ia mempunyai pikiran.

Ro 8:27 - “Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.”.

Ini salah terjemahan.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the mind of the Spirit’ (= pikiran dari Roh).

NWT/TDB: “the meaning of the spirit” (= maksud roh).

Kata Yunani yang dipakai adalah PHRONEMA, yang artinya memang adalah ‘way of thinking’ (= cara berpikir) atau ‘mind’ (= pikiran).

b) Perasaan.

Ef 4:30 - “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.”.

Yes 63:10 - “Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh KudusNya; maka Ia berubah menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang melawan mereka.”.

Kedua ayat ini mengatakan bahwa kita tidak boleh mendukakan / menyedihkan Roh Kudus, dan itu menunjukkan bahwa Roh Kudus mempunyai perasaan.

Juga dalam Ro 15:30 - “Tetapi demi Kristus, Tuhan kita, dan demi kasih Roh, aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, untuk bergumul bersama-sama dengan aku dalam doa kepada Allah untuk aku,”.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the love of the Spirit’ (= kasih dari Roh).

Roh Kudus tidak mungkin mempunyai kasih, kalau Ia adalah sesuatu / suatu tenaga, bukan seseorang.

c) Kehendak.

1Kor 12:11 - “Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya.”.

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Roh Kudus mempunyai kehendak.

5) Kitab Suci juga menyatakan bahwa:

a) Roh Kudus melakukan hal-hal yang dilakukan oleh seorang pribadi, seperti:

1. Mengajar dan mengingatkan.

Neh 9:20a - “Dan Engkau memberikan kepada mereka RohMu yang baik untuk mengajar mereka.”.

Luk 12:12 - “Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan.’”.

Yoh 14:26 - “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”.

2. Bersaksi.

Yoh 15:26 - “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.”.

Ro 8:16 - “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.”.

3. Menginsafkan.

Yoh 16:8 - “Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman;”.

4. Membantu dan berdoa.

Ro 8:26 - “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.”.

5. Memimpin.

Ro 8:14 - “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.”.

6. Berkata dan memerintah.

Kis 8:29 - “Lalu kata Roh kepada Filipus: ‘Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!’”.

Kis 13:2 - “Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: ‘Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagiKu untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.’”.

7. Melarang.

Kis 16:6-7 - “(6) Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia. (7) Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka.”.

8. Memutuskan.

Kis 15:28 - “Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini:”.

9. Berbicara / berkata.

2Sam 23:2 - “Roh TUHAN berbicara dengan perantaraanku, firmanNya ada di lidahku;”.

1Tim 4:1 - “Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan”.

Wah 2:7a - “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat:”. Bdk. Wah 2:7a,11,17,29 Wah 3:6,13,22.

10. Berseru.

Gal 4:6 - “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh AnakNya ke dalam hati kita, yang berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’”.

11. Mendorong orang untuk berbicara.

Kis 6:10 - “tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara.”.

2Pet 1:21 - “sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.”.

12. Menuntun.

Maz 143:10 - “Ajarlah aku melakukan kehendakMu, sebab Engkaulah Allahku! Kiranya RohMu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata!”.

13. Menetapkan orang-orang menjadi penilik / gembala gereja.

Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri.”.

14. Bernubuat / meramal.

Kis 1:16 - “‘Hai saudara-saudara, haruslah genap nas Kitab Suci, yang disampaikan Roh Kudus dengan perantaraan Daud tentang Yudas, pemimpin orang-orang yang menangkap Yesus itu.”.

Kis 1:16 (NASB): ‘Brethren, the Scripture had to be fulfilled, which the Holy Spirit foretold by the mouth of David concerning Judas, who became a guide to those who arrested Jesus’ (= Saudara-saudara, Kitab Suci harus digenapi, yang diramalkan Roh Kudus oleh mulut Daud mengenai Yudas, yang menjadi seorang pembimbing bagi mereka yang menangkap Yesus).

Kis 11:27-28 - “(27) Pada waktu itu datanglah beberapa nabi dari Yerusalem ke Antiokhia. (28) Seorang dari mereka yang bernama Agabus bangkit dan oleh kuasa Roh ia mengatakan, bahwa seluruh dunia akan ditimpa bahaya kelaparan yang besar. Hal itu terjadi juga pada zaman Klaudius.”.

Kata ‘kuasa’ yang saya coret itu seharusnya tidak ada.

Kis 21:10-11 - “(10) Setelah beberapa hari kami tinggal di situ, datanglah dari Yudea seorang nabi bernama Agabus. (11) Ia datang pada kami, lalu mengambil ikat pinggang Paulus. Sambil mengikat kaki dan tangannya sendiri ia berkata: ‘Demikianlah kata Roh Kudus: Beginilah orang yang empunya ikat pinggang ini akan diikat oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem dan diserahkan ke dalam tangan bangsa-bangsa lain.’”.

15. Memberikan sukacita dalam diri orang-orang percaya.

1Tes 1:6b - “dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus,”.

1Tes 1:6b (Literal): ‘with joy of the Holy Spirit’ (= dengan sukacita dari Roh Kudus).

Kalau Roh Kudus hanya suatu kuasa / tenaga aktif, bukan seorang Pribadi, bagaimana Ia bisa mempunyai / memberikan sukacita?

16. Menghidupkan tubuh kita yang fana.

Ro 8:11 - “Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh RohNya, yang diam di dalam kamu.”.

17. Menyelidiki, tahu apa yang ada dalam diri Allah.

1Kor 2:10-11 - “(10) Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. (11) Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah.”.

18. Menguduskan / menyucikan.

Ro 15:16 - “yaitu bahwa aku boleh menjadi pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi dalam pelayanan pemberitaan Injil Allah, supaya bangsa-bangsa bukan Yahudi dapat diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepadaNya, yang disucikan oleh Roh Kudus.”.

2Tes 2:13 - “Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai.”.

1Pet 1:2 - “yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darahNya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.”.

Hal-hal seperti ini hanya bisa dilakukan oleh ‘seseorang yang berpribadi’, bukan oleh ‘sesuatu yang tidak berpribadi’!

Herbert Lockyer: “In all, some 160 passages in the Old and New Testaments touch upon the actions of the Spirit. To deny personality to Him is to make these references meaningless and absurd” (= Secara keseluruhan, sekitar 160 text dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menyinggung tindakan-tindakan dari Roh. Menyangkal kepribadian bagi Dia sama dengan membuat ayat-ayat referensi ini tak mempunyai arti dan menggelikan) - ‘The Holy Spirit of God’, hal 31.

b) Ada hal-hal yang bisa dilakukan terhadap Roh Kudus, yang hanya bisa dilakukan terhadap seorang pribadi, seperti:

1. Mendukakan.

Yes 63:10 - “Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh KudusNya; maka Ia berubah menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang melawan mereka”.

Ef 4:30 - “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan”.

2. Menentang.

Kis 7:51 - “Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu”.

3. Menghujat.

Mat 12:31-32 - “(31) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. (32) Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak”.

4. Menghina.

Ibr 10:29 - “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?”.

5. Mendustai dan mencobai.

Kis 5:3,9 - “(3) Tetapi Petrus berkata: ‘Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? ... (9) Kata Petrus: ‘Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar.’”.

6) Mat 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

a) Penyejajaran ‘Roh Kudus’ dengan ‘Bapa dan Anak’, yang keduanya adalah pribadi.

b) Kata ‘nama’, yang tidak memungkinkan diberikan kepada Roh Kudus, seandainya Ia bukan seseorang yang berpribadi.

Jadi, kedua hal ini menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah pribadi.

Charles Hodge: “We are baptized not only in the name of the Father and of the Son, but also of the Holy Ghost. The very association of the Spirit in such a connection, with the Father and the Son, as they are admitted to be distinct persons, proves that the Spirit also is a person. Besides the use of the word EIS TO ONOMA, ‘unto the name,’ admits of no other explanation. By baptism we profess to acknowledge the Spirit as we acknowledge the Father and the Son, and we bind ourselves to the one as well as to the others” [= Kita dibaptis bukan hanya dalam nama dari Bapa dan dari Anak, tetapi juga dari Roh Kudus. Perkumpulan / persatuan dari Roh dalam hubungan seperti itu, dengan Bapa dan Anak, karena Mereka diakui sebagai pribadi-pribadi yang nyata / berbeda (distinct), membuktikan bahwa Roh juga adalah seorang pribadi. Disamping itu, penggunaan kata EIS TO ONOMA, ‘dalam nama’, tidak memungkinkan penjelasan yang lain. Dengan Baptisan kita mengaku untuk mengakui Roh seperti kita mengakui Bapa dan Anak, dan kita mengikat diri kita sendiri kepada yang satu seperti kepada yang lain] - ‘Systematic Theology’, vol I, hal 525.

7) 2Kor 13:13 - “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.”.

Ayat ini mengatakan adanya ‘persekutuan dengan Roh Kudus’ dan ini tidak mungkin kalau Roh Kudus bukan seorang pribadi.

Barnes’ Notes: “if the ‘Holy Spirit’ be merely an influence of God or an attribute of God, how strange to pray that the ‘love of God’ and the participation or fellowship of an ‘influence of God,’ or an ‘attribute of God’ might be with them!” (= jika ‘Roh Kudus’ adalah semata-mata ‘suatu pengaruh dari Allah’ atau ‘suatu sifat dari Allah’, alangkah anehnya untuk berdoa supaya ‘kasih Allah’ dan partisipasi atau persekutuan dari suatu ‘pengaruh Allah’, atau suatu ‘sifat Allah’ boleh menyertai mereka!).

Dari begitu banyaknya hal-hal ini, yang secara jelas menggambarkan Roh Kudus sebagai seorang Pribadi, betul-betul tidak bisa dimengerti bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa bisa mengatakan: “... penggunaan umum dari kata ‘roh kudus’ dalam Alkitab dengan cara yang tidak menunjukkannya sebagai suatu pribadi, ...” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 22.

Tanggapan Saksi Yehuwa:

Terhadap banyaknya hal-hal yang menunjukkan Roh Kudus sebagai seorang Pribadi ini, Saksi-Saksi Yehuwa menjawab dengan berkata bahwa penggambaran Roh Kudus sebagai person / pribadi dalam Kitab Suci hanyalah suatu personifikasi, dan itu tidak menunjukkan Roh Kudus sebagai seorang person / pribadi.

Mereka mengutip kata-kata dari seorang yang mereka sebut seorang teolog Katolik yang bernama Edmund Fortman dalam bukunya yang berjudul ‘The Triune God’ sebagai berikut: “Walaupun roh ini sering dipersonifikasikan, tampak jelas sekali bahwa para penulis kitab-kitab suci (dari Kitab-Kitab Ibrani) tidak pernah menganggap atau menyatakan bahwa roh ini adalah suatu pribadi tersendiri” - ‘Haruskah anda percaya kepada Tritung­gal?’, hal 21.

Mereka menambahkan lagi bahwa dalam Kitab Suci ada banyak hal-hal lain yang dipersonifikasikan / digambarkan sebagai pribadi, seperti:

1) Hikmat, yang dalam Luk 7:35 dikatakan mempunyai anak.

Untuk ini perhatikan Luk 7:35 versi NIV: “But wisdom is proved right by all her children” (= Tetapi hikmat dibuktikan benar oleh semua anak-anaknya).

2) Dosa / kematian dikatakan berkuasa.

Misalnya:

a) Kej 4:7 - “Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.’”.

b) Ro 5:14,21 - “(14) Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang. ... (21) supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.”.

Ini tidak menunjukkan bahwa hikmat, dosa dan kematian adalah pribadi-pribadi. Jadi, bahwa Kitab Suci mempersonifikasikan Roh Kudus, itu tidak berarti bahwa Roh Kudus adalah seorang pribadi.

Tanggapan saya:

Dalam Kitab Suci memang ada personifikasi, dimana sesuatu yang sebetulnya bukan person / pribadi tetapi digambarkan sebagai person / pribadi. Kalau Kitab Suci di tempat tertentu mempersonifikasikan sesuatu, maka dalam bagian-bagian lain dalam Kitab Suci tidak selalu hal itu dipersonifikasikan. Tetapi Roh Kudus selalu / secara terus menerus digam­barkan sebagai seorang person / pribadi. Ini menunjukkan bahwa hal itu bukanlah suatu personifikasi, tetapi merupakan penggambaran yang sebenarnya. Dan ini menunjuk­kan bahwa Roh Kudus betul-betul adalah person / pribadi.
keilahian Roh Kudus

Saksi Yehuwa mempercayai Roh Kudus hanya sebagai kuasa / tenaga Allah yang tidak berpribadi, sebetulnya sudah dengan jelas menunjukkan bahwa mereka tidak mempercayai Roh Kudus sebagai Allah / pribadi ketiga dari Allah Tritunggal.


Tetapi mereka juga mengatakan hal itu secara explicit. Dalam buku ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, dikatakan:

· “Berbagai sumber menga­kui bahwa Alkitab tidak mendukung gagasan bahwa roh kudus adalah pribadi ketiga dari suatu Tritunggal” - hal 22.

· “Jadi, orang-orang Yahudi maupun orang-orang Kristen yang mula-mula tidak memandang roh kudus sebagai bagian dari suatu Tritunggal. Ajaran itu muncul berabad-abad kemudian” - hal 22.

· “Roh kudus tidak setara dengan Allah tetapi selalu dipakai olehNya dan lebih rendah daripada Dia” - hal 23.

I) Argumentasi Saksi Yehuwa.

1) Mark 13:32.

Mereka menggunakan Mark 13:32 sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Roh Kudus tidak maha tahu, dan karena itu Ia jelas bukan Allah.

“Mrk. 13:32: ‘Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja.’ (Tentu tidak akan demikian halnya andai kata Bapa, Anak dan Roh Suci setara, membentuk satu Tuhan. Dan andai kata, seperti dikatakan beberapa orang, Anak tidak tahu karena dibatasi oleh sifat manusiawinya, masih timbul pertanyaan, Mengapa Roh Suci tidak tahu?)” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 397.

Tanggapan saya:

a) Ketunggalan Bapa, Anak, dan Roh Kudus, tidak memungkinkan penafsiran Saksi Yehuwa tersebut di atas.

Mark 13:32 memang mengatakan bahwa hanya Bapa saja yang tahu tentang hari Tuhan. Tetapi perlu diingat bahwa dalam doktrin Allah Tritunggal, Anak dan Roh Kudus itu satu dengan Bapa. Jadi, pada waktu dikatakan ‘hanya Bapa saja’, dalam kata-kata itu pasti tercakup Yesus (sebagai Allah!) dan Roh Kudus. Jadi, untuk ayat-ayat yang berkenaan dengan ‘Tritunggal’, kadang-kadang kita harus menekankan ‘Tri’nya, tetapi kadang-kadang kita harus menekankan ‘tunggal’nya! Di sini kita harus menekankan ‘tunggal’nya.

Hal yang sama terjadi dalam 1Kor 8:4-6 - “(4) Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: ‘tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.’ (5) Sebab sungguhpun ada apa yang disebut ‘allah’, baik di sorga, maupun di bumi - dan memang benar ada banyak ‘allah’ dan banyak ‘tuhan’ yang demikian - (6) namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.”.

Kata-kata ‘tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa’ dan ‘hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa’ tidak boleh diartikan bahwa Yesus dan Roh Kudus bukan Allah. Baik Yesus maupun Roh Kudus satu dengan Bapa, dan karena itu Mereka tercakup dalam ungkapan itu. Juga kata-kata ‘satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus’ tidak boleh diartikan bahwa Bapa dan Roh Kudus bukan Tuhan, karena Mereka tercakup dalam ungkapan itu.

b) Bdk. 1Kor 2:10-11 - “(10) Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. (11) Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah.”.

Ayat ini mengatakan bahwa Roh Kudus tahu apa yang ada dalam diri Allah. Jadi, kalau Allah mempunyai pengetahuan tentang hari Tuhan, tidak mungkin Roh Kudusnya tidak tahu tentang hal itu.

2) Kata THEOS (= God / Allah) dan HO THEOS (= the God / sang Allah) tidak pernah dipakai terhadap Roh Kudus.

Saksi-Saksi Yehuwa berkata: “Karl Rahner, S. J. dalam Theological Investigations mengakui bahwa ‘THEOS (Allah) tetap tidak pernah digunakan untuk Roh,’ dan: ‘HO THEOS (secara aksara, Allah itu) tidak pernah digunakan dalam Perjanjian Baru untuk membicarakan tentang PNEUMA HAGION (roh suci).’” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 399.

Tanggapan saya:

a) Fanatisme terhadap kata-kata HO THEOS.

Karl Rahner ini adalah ‘teolog’ Katolik yang sama dengan yang mengatakan bahwa Yesus juga tidak pernah disebut sebagai HO THEOS (‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 28-29).

Catatan: saya tak tahu mereka mengutip dengan benar atau tidak, karena Saksi-Saksi Yehuwa sering melakukan pengutipan sebagian, yang menyebabkan artinya menjadi sangat berbeda dengan yang seharusnya.

Rupanya ‘teolog’ ini berpendapat bahwa supaya bisa dianggap sebagai Allah yang sungguh-sungguh, harus disebut dengan istilah HO THEOS, dan sebaliknya, kalau disebut HO THEOS maka itu pasti Allah yang sejati.

Ini merupakan suatu perumusan ciptaan sendiri, dan tidak mempunyai dasar Kitab Suci, dan merupakan suatu fanatisme yang bodoh terhadap kata-kata HO THEOS.

Fanatisme terhadap istilah HO THEOS ini jelas merupakan pandangan yang bodoh, karena dalam 2Kor 4:4 setan disebut dengan istilah HO THEOS.

2Kor 4:4 - “yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.”.

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘ilah’ di sini adalah HO THEOS (= the God / sang Allah)!

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the god’ (= sang allah).

NWT: ‘the god’.

TDB: ‘allah’.

Jelas bahwa di sini kata itu tidak menunjuk kepada Allah yang sejati, tetapi menunjuk kepada setan.

b) Roh Kudus pernah disebut dengan istilah ‘God’ (= Allah) atau bahkan ‘the God’ (= sang Allah), sekalipun tidak secara langsung.

1. 1Kor 3:16-17 - “(16) Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? (17) Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.”.

Dalam ay 16a Paulus berkata bahwa tubuh kita adalah ‘bait Allah’ (= rumah Allah), tetapi anehnya ia melanjutkan dengan kata-kata ‘Roh Allah diam di dalam kamu’. Kalau memang tubuh kita adalah ‘bait / rumah Allah’, maka itu seharusnya berarti bahwa ‘Allah’lah yang tinggal di dalam tubuh kita. Tetapi Paulus mengatakan ‘Roh Allah’ (= Roh Kudus) yang tinggal di dalam kita. Ini jelas menunjukkan bahwa Roh Kudus itu adalah Allah! Dan untuk kata ‘Allah’ dalam ay 16a ini digunakan kata Yunani THEOU (God / Allah).

Lalu dalam ay 17 kata ‘bait Allah’ itu muncul lagi 2 x (seharusnya hanya 2 x bukan 3 x seperti dalam Kitab Suci Indonesia), dan di situ untuk kata ‘Allah’ digunakan kata Yunani TOU THEOU, yang artinya ‘the God’. Jadi, jelas bahwa Roh Kudus disebut TOU THEOU atau ‘the God’.

2. Kis 5:3-4 - “(3) Tetapi Petrus berkata: ‘Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? (4) Selama tanah itu tidak dijual, bukan­kah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendus­tai Allah.’”.

Perhatikan bahwa dalam ay 3 Petrus berkata bahwa Ananias mendustai ‘Roh Kudus’, tetapi dalam ay 4 Petrus mengatakan bahwa Ananias mendustai ‘Allah’. Jelas bahwa dari sini harus disimpulkan bahwa ‘Roh Kudus’ itu adalah ‘Allah’. Dan kata ‘Allah’ dalam ay 4 itu adalah TO THEO (= the God / sang Allah).

Catatan: jangan terlalu mempersoalkan perbedaan antara THEOU dengan THEOS, atau antara HO THEOS dengan TO THEO. Kalau dalam bahasa Inggris maka kata ‘he’ (sebagai subyek) berubah menjadi ‘him’kalau digunakan sebagai obyek, dan berubah menjadi ‘his’ kalau digunakan sebagai kata ganti empunya. Dalam bahasa Yunani bukan hanya kata ganti orang yang bisa berubah seperti itu. Semua kata benda, nama, dan juga definite article / kata sandang tertentu, dalam bahasa Yunani bisa berubah-ubah bentuknya tergantung posisinya dalam kalimat.

3) Roh Kudus tidak pernah disebut Maha kuasa.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Kata Ibrani SHADDAI dan kata Yunani PANTOKRATOR, kedua-duanya diterjemahkan ‘Mahakuasa.’ Kedua kata dari bahasa asal ini berulang kali diterapkan pada Yehuwa, sang Bapa. (Kel 6:3; Why. 19:6) Kedua-duanya tidak pernah diterapkan kepada Yesus maupun roh suci” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 398.

Tanggapan saya:

Roh Kudus jelas maha kuasa (ini akan saya tunjukkan belakangan), tetapi itu tidak berarti bahwa istilah SHADDAY ataupun PANTOKRATOR harus digunakan terhadap Dia. Kitab Suci bisa menunjukkan kemahakuasaan Roh Kudus dengan cara lain, dan kita tidak mempunyai hak untuk mengatur Allah bagaimana Ia harus menunjukkan kemahakuasaan Roh Kudus dalam Kitab Suci.

DOKTRIN ROH KUDUS 
(Kepribadian Roh Kudus, Keilahian Roh Kudus dan Roh Kudus sebagai Jaminan) -Bukti-bukti keilahian Roh Kudus.

Mungkin tidak ada satu ayatpun dalam Kitab Suci yang secara explicit menyatakan bahwa Roh Kudus adalah Allah. Tetapi dari perbandingan ayat dengan ayat kita bisa menyimpulkan bahwa Kitab Suci memang mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah Allah.

1) Kitab Suci menggunakan sebutan ‘Roh Kudus’ dan ‘Allah’ / ‘Tuhan’ (ADONAY) / ‘TUHAN’ (YAHWEH) secara interchangeable (= bisa dibolak-balik).

Contoh:

a) Bandingkan Yes 6:8-10 dengan Kis 28:25-27.

Yes 6:8-10 - “(8) Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’. Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’. (9) Kemudian firmanNya: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! (10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya lalu berbalik dan menjadi sembuh.’”.

Kis 28:25-27 - “(25) Maka bubarlah pertemuan itu dengan tidak ada kesesuaian di antara mereka. Tetapi Paulus masih mengatakan perkataan yang satu ini: ‘Tepatlah firman yang disampaikan Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi Yesaya: (26) Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan meli­hat, namun tidak menanggap. (27) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.”.

Kalau kita membandingkan 2 bagian Kitab Suci di atas, maka jelas terlihat bahwa apa yang dikatakan Paulus dalam Kis 28:26-27 itu ia kutip dari Yes 6:8-10. Tetapi kalau dalam Yes 6:8-10 itu dikatakan bahwa itu adalah ‘suara Tuhan’ kepada nabi Yesaya, maka dalam Kis 28:25 Paulus berkata bahwa ‘firman itu disampai­kan oleh Roh Kudus’ dengan perantaraan nabi Yesaya. Ini menunjuk­kan bahwa Roh Kudus adalah Tuhan sendiri!

b) Bandingkan Ibr 3:7-11 dengan Maz 95:7b-11 dan Kel 17:1-7.

Ibr 3:7-11 - “(7) Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: ‘Pada hari ini, jika kamu mendengar suaraNya, (8) janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, (9) di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, seka­lipun mereka melihat perbuatan-perbuatanKu, empat puluh tahun lamanya. (10) Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalanKu, (11) sehingga Aku bersumpah dalam murkaKu: Mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu.’”.

Karena kata-kata dalam Ibr 3:7-11 ini merupakan kata-kata Roh Kudus, maka kata-kata ‘mencobai Aku’ berarti ‘mencobai Roh Ku­dus’.

Sekarang mari kita melihat Maz 95:7b-11, yang hampir-hampir identik dengan Ibr 3:7-11 di atas.

Maz 95:7b-11 - “(7b) Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suaraNya! (8) Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, (9) pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatanKu. (10) Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kataKu: ‘Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalanKu.’ (11) Sebab itu Aku bersumpah dalam murkaKu: ‘Mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu.’”.

Sekalipun kedua text di atas hampir identik, tetapi dalam Maz 95:7b-11 itu ada tambahan informasi yang tidak diberikan dalam Ibr 3:7-11, yaitu bahwa peristiwa itu terjadi di Masa dan Meriba. Dan peristiwa di Masa dan Meriba itu diceritakan dalam Kel 17:1-7.

Sekarang perhatikan Kel 17:7 yang berbunyi: “Dinamai­lah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: ‘Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?’”.

Jadi di sini dipakai istilah ‘mencobai TUHAN (YAHWEH)’, padahal tadi dalam Ibr 3:7-11 dikatakan bahwa mereka ‘mencobai Roh Ku­dus’. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus itu adalah TUHAN / YAHWEH!

c) Bandingkan Ibr 10:15-17 dengan Yer 31:33-34.

Ibr 10:15-17 - “(15) Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita, (16) sebab setelah Ia berfirman: ‘Inilah perjan­jian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,’ Ia berfirman pula: ‘Aku akan menaruh hukumKu di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, (17) dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.’”.

Yer 31:33-34 - “(33) Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menja­di umatKu. (34) Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.’”.

Jelas terlihat bahwa Ibr 10:16-17 merupakan kutipan sebagian (tidak seluruhnya) dari Yer 31:33,34. Tetapi dalam Yer 31 dikata­kan bahwa kata-kata itu diucapkan oleh TUHAN / YAHWEH (perhatikan kata-kata ‘firman TUHAN’ dalam Yer 31:31,32c,34b). Sedangkan dalam Ibr 10:15-17 dikatakan bahwa itu merupakan ‘kesaksian / firman Roh Kudus’ (Ibr 10:15b,16b).

Disamping itu, dalam Yer 31 itu, yang mengadakan perjanjian, yang menaruh Taurat dalam batin umatNya, dan yang mengampuni / tidak mengingat dosa umatNya, adalah TUHAN / YAHWEH sendiri. Sedangkan dalam Ibr 10:15-17, yang mengadakan perjanjian, yang menaruh hukum dalam hati, dan yang mengampuni / tidak mengingat dosa, adalah Roh Kudus.

Semua ini menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah TUHAN / YAHWEH sendiri!

d) Sekarang mari kita melihat pada Kis 5:3-4,9a yang berbunyi sebagai berikut: “(3) Tetapi Petrus berkata: ‘Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? (4) Selama tanah itu tidak dijual, bukan­kah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendus­tai Allah. ... (9a) Kata Petrus: ‘Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan (TDB:‘roh Yehuwa’)?’”.

Perhatikan bahwa kalau dalam Kis 5:3 Petrus berkata bahwa Ananias ‘mendustai Roh Kudus’, maka dalam Kis 5:4 Petrus berkata bahwa Ananias ‘mendustai Allah’. Lalu dalam Kis 5:9a Petrus berkata bahwa mereka ‘mencobai Roh Tuhan (TDB: ‘roh Yehuwa’)’. Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah Allah!

e) Mari kita melihat 1Kor 3:16 dan 1Kor 6:19.

1Kor 3:16 - “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?”.

1Kor 6:19 - “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?”.

Dalam 1Kor 3:16 Paulus berkata bahwa tubuh kita adalah ‘bait Allah’ (= rumah Allah), tetapi anehnya ia melanjutkan dengan kata-kata ‘dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu’. Kalau memang tubuh kita adalah bait / rumah Allah, maka itu seharusnya berarti bahwa ‘Allah’lah yang tinggal di dalam tubuh kita. Tetapi Paulus mengatakan ‘Roh Allah’ yang tinggal di dalam kita.

Dan dalam 1Kor 6:19 Paulus berka­ta bahwa tubuh kita adalah ‘bait Roh Kudus’.

Semua ini menunjukkan bahwa Roh Kudus / Roh Allah adalah Allah!

Tentang 1Kor 3:16, Calvin berkata: “In this passage we have an explicit testimony for maintaining the divinity of the Holy Spirit. For if he were a creature, or merely a gift, he would not make us temples of God, by dwelling in us” (= Dalam text ini kita mempunyai kesaksian yang explicit untuk mempertahankan keilahian dari Roh Kudus. Karena seandainya Ia hanya suatu ciptaan, atau semata-mata suatu karunia, maka tinggalnya Ia di dalam diri kita tidak akan menjadikan kita Bait Allah) - hal 143.

f) Yes 40:13-14 - “(13) Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepadaNya sebagai penasihat? (14) Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian?”.

Dengan membandingkan Yes 40:13 dengan Yes 40:14 maka bisa kita simpulkan bahwa ‘Roh TUHAN’ dalam Yes 40:13 itu adalah ‘TUHAN’ / YAHWEH dalam Yes 40:14.

g) Yes 63:7-14 - “(7) Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN, perbuatan TUHAN yang masyhur, sesuai dengan segala yang dilakukan TUHAN kepada kita, dan kebajikan yang besar kepada kaum Israel yang dilakukanNya kepada mereka sesuai dengan kasih sayangNya dan sesuai dengan kasih setiaNya yang besar. (8) Bukankah Ia berfirman: ‘Sungguh, merekalah umatKu, anak-anak yang tidak akan berlaku curang,’ maka Ia menjadi Juruselamat mereka (9) dalam segala kesesakan mereka. Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam kasihNya dan belas kasihanNya. Ia mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala. (10) Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh KudusNya; maka Ia berubah menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang melawan mereka. (11) Lalu teringatlah mereka kepada zaman dahulu kala, zaman Musa, hambaNya itu: Di manakah Dia yang membawa mereka naik dari laut bersama-sama dengan penggembala kambing dombaNya? Di manakah Dia yang menaruh Roh KudusNya dalam hati mereka; (12) yang dengan tanganNya yang agung menyertai Musa di sebelah kanan; yang membelah air di depan mereka untuk membuat nama abadi bagiNya; (13) yang menuntun mereka melintasi samudera raya seperti kuda melintasi padang gurun? Mereka tidak pernah tersandung, (14) seperti ternak yang turun ke dalam lembah. Roh TUHAN membawa mereka ke tempat perhentian. Demikianlah Engkau memimpin umatMu untuk membuat nama yang agung bagiMu.”.

Mulai ay 7 subyek pembicaraan adalah ‘TUHAN’ / YAHWEH, dan mulai ay 10-14, pada satu sisi terjadi semacam pencampur-adukan istilah ‘Roh Kudus’, ‘Roh TUHAN’, dan ‘TUHAN’ / YAHWEH sendiri, karena semua digambarkan memimpin bangsa Israel, tetapi pada sisi lain, istilah ‘Roh KudusNya’, dan ‘Roh TUHAN’ kelihatannya juga membedakan ‘Roh Kudus’ itu dengan ‘TUHAN’ / YAHWEH. Ini bukan kontradiksi. Ditinjau dari sudut hakekat, Allah Tritunggal hanya mempunyai satu hakekat, tetapi ditinjau dari sudut pribadi, Allah Tritunggal terdiri dari 3 pribadi yang berbeda (distinct).

2) Kitab Suci juga menunjukkan bahwa Roh Kudus mempunyai sifat-sifat Allah seperti:

a) Kekal.

Ibr 9:14 - “betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.”.

b) Mahaada.

Maz 139:7-10 - “(7) Ke mana aku dapat pergi menjauhi rohMu, ke mana aku dapat lari dari hadapanMu? (8) Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. (9) Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, (10) juga di sana tanganMu akan menuntun aku, dan tangan kananMu memegang aku.”.

c) Mahatahu.

1. 1Kor 2:10-11 - “(10) Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. (11) Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah.”.

1Kor 2:10-11 yang menunjukkan bahwa Roh Kudus itu tahu apa yang ada dalam diri Allah, jelas menunjukkan bahwa Roh Kudus itu mahatahu!

2. Yes 40:13 - “Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepadaNya sebagai penasihat?”.

d) Mahakuasa.

1. Mat 12:28 - “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.”.

Catatan: Kata ‘kuasa’ yang saya coret itu seharusnya tidak ada.

Ayat ini meninjau Yesus sebagai manusia, dan karena itu tidak dikatakan bahwa Ia mengusir setan dengan kuasaNya sendiri, tetapi dengan Roh Kudus. Bahwa Roh Kudus bisa mengusir setan, menunjukkan kemahakuasaanNya.

2. Juga fakta bahwa Roh Kudus juga adalah Pencipta (Kej 1:2 Ayub 33:4), menunjukkan bahwa Ia maha kuasa.

Jadi, sekalipun Kitab Suci tak pernah secara explicit mengatakan bahwa Roh Kudus itu ‘maha kuasa’, tetapi jelas bahwa Kitab Suci menggambarkan Roh Kudus sebagai maha kuasa.

e) Suci.

Ini terlihat dari:

1. Sebutan ‘kudus’.

2. Yes 63:10 - “Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh KudusNya; maka Ia berubah menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang melawan mereka.”.

Bahwa pemberontakan / dosa manusia mendukakan Roh Kudus, menunjukkan bahwa Ia suci.

3) Kitab Suci juga menunjukkan bahwa Roh Kudus melakukan peker­jaan-pekerjaan ilahi seperti:

a) Penciptaan (Kej 1:2 Ayub 33:4 Maz 8:4 Ayub 26:13).

1. Kej 1:2 - “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.”.

Tak ada alasan Kitab Suci menggambarkan kehadiran Roh Kudus pada saat penciptaan itu, kalau Ia tidak ikut melakukan penciptaan tersebut.

2. Ayub 33:4 - “Roh Allah telah membuat aku, dan nafas Yang Mahakuasa membuat aku hidup.”.

3. Maz 8:4 - “Jika aku melihat langitMu, buatan jariMu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan:”.

Dengan membandingkan Luk 11:20 dengan ayat paralelnya, yaitu Mat 12:28, kita bisa menarik kesimpulan bahwa ‘jari Allah’ itu adalah ‘Roh Allah’ / ‘Roh Kudus’.

Luk 11:20 - “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.”.

KJV: ‘with the finger of God’ (= dengan jari Allah).

RSV/NIV/NASB: ‘by the finger of God’ (= oleh jari Allah).

Mat 12:28 - “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu”.

Kata ‘kuasa’ yang saya coret itu seharusnya tidak ada.

4. Ayub 26:13 - “Oleh nafasNya langit menjadi cerah, tanganNya menembus ular yang tangkas.”.

Kata yang diterjemahkan ‘nafas’ di sini adalah RUAKH, dan karena itu KJV menterjemahkan ‘spirit’ (= roh).

KJV: ‘By his spirit he hath garnished the heavens’ (= Oleh RohNya Ia telah menghias langit).

b) Melahirbarukan.

Yoh 3:5-6 - “(5) Jawab Yesus: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. (6) Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.”.

c) Mengampuni dosa.

Ibr 10:15-17 - “(15) Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita, (16) sebab setelah Ia berfirman: ‘Inilah perjan­jian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,’ Ia berfirman pula: ‘Aku akan menaruh hukumKu di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, (17) dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.’”.

Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa, dan karena hanya Allah yang bisa mengampuni dosa (Mark 2:7), maka jelas bahwa Roh Kudus adalah Allah.

d) Membangkitkan Kristus, dan / atau menghidupkan tubuh kita yang fana.

Ro 8:11 - “Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh RohNya, yang diam di dalam kamu.”.

John Murray (NICNT): “The Spirit referred to is none other than the Holy Spirit. He that ‘raised up Jesus from the dead’ is without question the Father ... The Father is the specific agent in the resurrection of Christ. Since the Holy Spirit is called ‘the Spirit of him that raised up Jesus from the dead’, this means that the Holy Spirit sustains a close relationship to the Father in that specific action which belongs par excellence to the Father in the economy of redemption. Just as the Holy Spirit is the Spirit of Christ because of the intimacy of relation he sustains to Christ in the messianic office which the name ‘Christ’ denotes, so he is the Spirit of the Father because of the intimacy of relation he sustains to the Father in the raising up of Jesus. ... The text followed by the version expressly indicates that the Holy Spirit will be active in the resurrection - ‘through his Spirit that dwelleth in you’. Though the Father is the specific agent in the resurrection of the believers as in that of Christ, this does not exclude the agency of the Holy Spirit. ... Hence if the Holy Spirit is active in the resurrection of believers, it would follow that he was also active in the resurrection of Christ. For the latter is the basic and the pattern for the former” (= Roh yang ditunjuk bukan lain dari Roh Kudus. Dia yang ‘membangkitkan Yesus dari orang mati’, tidak diragukan adalah sang Bapa. Bapa adalah agen spesifik dalam kebangkitan Kristus. Karena Roh Kudus disebut ‘Roh dari Dia yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati’, ini berarti bahwa Roh Kudus mempertahankan suatu hubungan yang dekat dengan Bapa, dalam tindakan spesifik itu, yang terutama menjadi milik dari Bapa dalam pengaturan penebusan. Sama seperti Roh Kudus adalah Roh Kristus karena hubungan yang intim yang Ia pertahankan dengan Kristus dalam jabatan sebagai Mesias yang ditunjukkan oleh nama ‘Kristus’, demikian pula Ia adalah Roh Bapa karena hubungan yang intim yang Ia pertahankan dengan Bapa dalam membangkitkan Yesus. ... Text itu selanjutnya menunjukkan secara jelas bahwa Roh Kudus akan aktif dalam kebangkitan - ‘melalui / oleh RohNya yang diam dalam kamu’. Sekalipun Bapa adalah agen spesifik dalam kebangkitan dari orang-orang percaya seperti dalam kebangkitan Kristus, ini tidak membuang / menyingkirkan Roh Kudus dari urusan itu. ... Karena itu, jika Roh Kudus itu aktif dalam kebangkitan orang-orang percaya, maka Ia juga aktif dalam kebangkitan Kristus. Karena yang terakhir ini adalah dasar dan pola dari yang pertama) - hal 291,292.

William Hendriksen: “In verse 11 the subject ‘He who raised Jesus - or Christ - from the dead,’ refers, of course, to the Father. ... But note how very closely the two other persons of the Holy Trinity are related to the Father, hence also to each other. That the Father acts through the Spirit is plainly stated in verse 11. That even Jesus himself did not remain entirely passive in his resurrection is implied in John 10:17,18” (= Dalam ay 11 subyek dari ‘Dia yang membangkitkan Yesus - atau Kristus - dari antara orang mati’, tentu menunjuk kepada Bapa. ... Tetapi perhatikan betapa sangat dekatnya kedua pribadi yang lain dari Tritunggal yang Kudus berhubungan dengan Bapa, dan karena itu juga satu sama lain. Bahwa Bapa bertindak melalui Roh dinyatakan dengan jelas dalam ayat 11. Bahwa bahkan Yesus sendiri tidak tinggal pasif sepenuhnya dalam kebangkitanNya dinyatakan secara tak langsung / implicit dalam Yoh 10:17-18) - hal 253.

Charles Hodge: “The argument of the apostle is, that the same Spirit which was in Christ, and raised him from the dead dwells in us, even in our bodies (1Cor. 6:19), and will assuredly raise us up. ... The same Spirit which raised Christ’s body from the grave, shall also quicken our mortal bodies” [= Argumentasi dari sang rasul adalah bahwa Roh yang sama yang ada di dalam Kristus, dan membangkitkan Dia dari antara orang mati, tinggal di dalam kita, yaitu di dalam tubuh kita (1Kor 6:19), dan pasti akan membangkitkan kita. ... Roh yang sama yang membangkitkan tubuh Kristus dari kubur, juga akan menghidupkan tubuh kita yang fana] - hal 260.

Ini semua jelas juga menunjukkan kemahakuasaan dari Roh Kudus. Sekali lagi saya tegaskan bahwa sekalipun tidak pernah dikatakan secara explicit dalam Kitab Suci bahwa Roh Kudus itu maha kuasa, dan sekalipun Roh Kudus tidak pernah disebut dengan istilah Ibrani SHADDAY ataupun istilah Yunani PANTOKRATOR, yang artinya ‘mahakuasa’, tetapi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Roh Kudus menunjukkan bahwa Ia maha kuasa. Kitab Suci tidak harus menunjukkan kemaha-kuasaan Roh Kudus dengan menggunakan kata SHADDAY atau PANTOKRATOR. Kitab Suci bebas menunjukkannya dengan cara lain.

4) Nama Roh Kudus ditempatkan dalam posisi yang sejajar dengan nama Bapa dan Anak, seperti dalam:

a) Mat 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,”.

b) 2Kor 13:13 - “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.”.

Memang kalau ada 3 nama diletakkan dalam satu ayat / text, itu tidak harus membuktikan bahwa ketiganya setingkat. Tetapi dalam kasus-kasus tertentu, 3 nama yang diletakkan berjajar bisa menunjukkan bahwa mereka setingkat. Misalnya kalau dikatakan ada konperensi tingkat tinggi 3 negara, maka kalau negara yang satu mengirimkan kepala negara, maka pasti kedua negara yang lain juga demikian. Kalau negara yang satu mengirim menteri luar negeri, maka pasti kedua negara yang lain juga demikian. Dan perlu diperhatikan bahwa dalam Mat 28:19 nama Bapa, Anak dan Roh Kudus disejajarkan bukan dalam sembarang peristiwa, tetapi dalam formula baptisan, yang merupakan sesuatu yang sakral. Adalah aneh, bahkan tidak masuk akal, kalau Yesus memerintahkan supaya seseorang dibaptis dalam nama Bapa (yang adalah Allah), Anak (yang juga adalah Allah), dan Roh Kudus (yang bukan Allah, bahkan bukan pribadi). Demikian juga dalam 2Kor 13:13 Paulus menyejajarkan Yesus, Allah (Bapa) dan Roh Kudus, bukan dalam peristiwa sembarangan, tetapi pada saat ia memberi berkat kepada gereja Korintus, yang lagi-lagi merupakan sesuatu yang sakral. Karena itu, text-text ini bisa dijadikan dasar bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus itu setingkat. Dan ini membuktikan bahwa Roh Kudus adalah Allah sendiri!

DOKTRIN ROH KUDUS 
 (Kepribadian Roh Kudus, Keilahian Roh Kudus dan Roh Kudus sebagai Jaminan) -Roh Kudus sebagai jaminan

Ef 1:13-14 - “(13) Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu. (14) Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaanNya”.

Dari kata-kata yang saya garis-bawahi itu terlihat bahwa dalam Ef 1:13-14 ini Roh Kudus disebut sebagai:

I) Yang dijanjikan.

Memang Roh Kudus berulang-ulang dijanjikan.

1) Janji tentang Roh Kudus dalam Perjanjian Lama.

Misalnya:

a) Yeh 36:26-27 - “(26) Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. (27) RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada peraturan-peraturanKu dan melakukannya”.

b) Yoel 2:28-29 - “(28) ‘Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan RohKu ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan. (29) Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan RohKu pada hari-hari itu”.

2) Janji tentang Roh Kudus dalam Perjanjian Baru.

a) Mat 3:11 - “Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasutNya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api”.

b) Yoh 7:37-39 - “(37) Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: ‘Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepadaKu dan minum! (38) Barangsiapa percaya kepadaKu, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.’ (39) Yang dimaksudkanNya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepadaNya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan”.

c) Kis 1:4,5,8 - “(4) Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang - demikian kataNya - ‘telah kamu dengar dari padaKu. (5) Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.’ ... (8) Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.

d) Luk 24:49 - “Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan BapaKu. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.’”.

Selain itu, juga banyak ayat dalam Yoh 14-16, seperti Yoh 14:16-19,26 Yoh 15:26 Yoh 16:7,13.

Janji-janji itu tergenapi pada hari Pentakosta.

Kis 2:1-4 - “(1) Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. (2) Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; (3) dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. (4) Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”.

Dan pada waktu orang-orang tertentu mengatakan bahwa mereka sedang mabuk (Kis 2:13), maka Petrus dan rasul-rasul berkata: “(14b) Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini. (15) Orang-orang ini tidak mabuk seperti yang kamu sangka, karena hari baru pukul sembilan, (16) tetapi itulah yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi Yoel: (17) Akan terjadi pada hari-hari terakhir - demikianlah firman Allah - bahwa Aku akan mencurahkan RohKu ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. (18) Juga ke atas hamba-hambaKu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan RohKu pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat” (Kisah 2:14b-18).

II) Meterai.

Arti meterai:

1) Menjamin sifat asli dari sesuatu.

Jadi, kalau kita dimeteraikan dengan Roh Kudus, itu menjamin bahwa kita betul-betul adalah anak Allah.

Ro 8:14-17 - “(14) Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. (15) Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’ (16) Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. (17) Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia”.

2) Tanda kepemilikan.

Jadi, kita dimeteraikan dengan Roh Kudus, artinya kita ditandai sebagai milik Allah.

Bdk. Ro 8:9b - “Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus”.

3) Menjamin keamanan.

Jadi, kita dimeteraikan artinya kita pasti selamat / keselamatan kita terjamin. Untuk bagian ini lihat ayat-ayat pendukungnya di bawah (2Kor 1:21-22 2Kor 5:5).

III) Jaminan.

1) Ada 2 ayat lain yang berbicara tentang Roh Kudus sebagai ‘jaminan’, yaitu:

a) 2Kor 1:21-22 - “(21) Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, (22) memeteraikan tanda milikNya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita”.

KJV: ‘Now he which stablisheth us with you in Christ, and hath anointed us, [is] God; Who hath also sealed us, and given the earnest of the Spirit in our hearts’ (= Dia yang meneguhkan kami dan kamu dalam Kristus, dan telah mengurapi kita, adalah Allah; Yang juga telah memeteraikan kita, dan telah memberikan uang muka / jaminan Roh dalam hati kita).

b) 2Kor 5:5 - “Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita”.

2) Kata bahasa asli yang diterjemahkan ‘jaminan’ adalah ARRABON, yang sebetulnya bukan merupakan kata Yunani tetapi Ibrani.

a) Arti dari kata ARRABON adalah ‘tanggungan / uang muka’.

Bdk. Kej 38:17,18,20 - “(17) Jawabnya: ‘Aku akan mengirimkan kepadamu seekor anak kambing dari kambing dombaku.’ Kata perempuan itu: ‘Asal engkau memberikan tanggungannya, sampai engkau mengirimkannya kepadaku.’ (18) Tanyanya: ‘Apakah tanggungan yang harus kuberikan kepadamu?’ Jawab perempuan itu: ‘Cap meteraimu serta kalungmu dan tongkat yang ada di tanganmu itu.’ Lalu diberikannyalah semuanya itu kepadanya, maka ia menghampirinya. Perempuan itu mengandung dari padanya. ... (20) Adapun Yehuda, ia mengirimkan anak kambing itu dengan perantaraan sahabatnya, orang Adulam itu, untuk mengambil kembali tanggungannya dari tangan perempuan itu, tetapi perempuan itu tidak dijumpainya lagi”.

Dalam Kej 38:17,18,20 ini, kata Ibrani yang diterjemahkan ‘tanggungan’ adalah ERABON / HA-ERABON [= the pledge (= jaminan / tanggungan)]. Tanggungan ini mengharuskan Yehuda untuk membayar sesuai apa yang ia janjikan.

Jadi, ‘tanggungan / uang muka’ ini mengesahkan suatu kontrak / pembelian, dan memberikan kepastian bahwa pembayaran akan dilunasi.

John Stott membedakan antara ‘uang muka’ dan ‘tanggungan’. ‘Tanggungan’ akan dikembalikan pada waktu seluruh pembayaran telah dilunasi. Tetapi ‘uang muka’ merupakan sebagian / bagian pertama dari seluruh pembayaran. Kata ARRABON bisa berarti ‘tanggungan’ ataupun ‘uang muka’, tetapi dalam ayat-ayat yang membicarakan Roh Kudus sebagai ARRABON, maka Stott memilih terjemahan ‘uang muka’. Dan kelihatannya penafsir-penafsir lain juga berpandangan sama dengan Stott.

John Stott: “‘Guarantee’ here is ARRABON, originally a Hebrew word which seems to have come into Greek usage through Phoenician traders. ... in ancient commercial transaction it signified a ‘first instalment, deposit, down payment, pledge, that pays a part of the purchase price in advance, and so secures a legal claim to the article in question, or makes a contract valid’ (AG). In this case the guarantee is not something separate from what it guarantees, but actually the first portion of it. ... A deposit on a house or in a hire-purchase agreement, ... is more than a guarantee of payment; it is itself the first instalment of the purchase price. So it is with the Holy Spirit. In giving him to us, God is not just promising us our final inheritance but actually giving us a foretaste of it, which however, ‘is only a small fraction of the future endowment’” (= ‘Jaminan’ di sini adalah ARRABON, yang sebetulnya merupakan suatu kata bahasa Ibrani yang kelihatannya digunakan dalam penggunaan Yunani melalui pedagang-pedagang Fenisia. ... dalam transaksi perdagangan kuno itu berarti suatu ‘angsuran, setoran pertama, uang muka, yang membayar di muka sebagian dari harga pembelian, dan dengan demikian menjamin tuntutan hukum terhadap benda yang dibicarakan, atau membuat suatu kontrak sah’ (AG). Dalam kasus ini, ‘jaminan’ bukanlah sesuatu yang terpisah dari apa yang dijaminnya, tetapi betul-betul bagian pertama darinya. ... suatu setoran bagi sebuah rumah atau dalam suatu perjanjian sewa-beli, adalah lebih dari suatu jaminan pembayaran; jaminan itu sendiri merupakan angsuran pertama dari harga pembelian. Demikian juga dengan Roh Kudus. Dalam memberikanNya kepada kita, Allah bukan sekedar menjanjikan kepada kita warisan akhir kita, tetapi betul-betul memberikan kita suatu cicipan darinya, tetapi yang ‘hanya merupakan suatu pecahan / bagian kecil dari anugerah / berkat di masa yang akan datang’) - ‘Ephesians’, hal 49.

Barclay: “The arrabon was a regular feature of the Greek business world. It was a part of the purchase price of anything, paid in advance as a guarantee that the rest would in due time be paid” (= ARRABON merupakan suatu karakter / bentuk umum dari dunia bisnis Yunani. Itu merupakan suatu bagian dari harga pembelian dari sesuatu, dibayarkan dimuka sebagai suatu jaminan bahwa sisanya akan dibayar pada waktunya) - ‘Ephesians’, hal 87.

Ralph P. Martin: “The use of avrrabwn (ARRABON) ... refers to a down payment, something to assure that the ‘final installment will come’ (1:22)” [= Penggunaan dari avrrabwn (ARRABON) ... menunjuk pada suatu uang muka, sesuatu untuk menjamin bahwa ‘angsuran akhir akan datang’ (1:22)] - ‘Word Biblical Commentary, II Corinthians’, hal 108.

Charles Hodge: “The word avrrabwn (ARRABON), ‘pledge,’ is a Hebrew word, which passed as a mercantile term, probably from the Phenician, into Greek and Latin. It is properly that part of the purchase money paid in advance, as a security for the remainder” [= Kata avrrabwn (ARRABON), ‘uang muka’, merupakan suatu kata bahasa Ibrani, yang disampaikan / diterima sebagai suatu istilah perdagangan, mungkin dari orang-orang Fenisia, ke dalam bahasa Yunani dan Latin. Itu sebenarnya merupakan suatu bagian dari uang pembelian yang dibayarkan di muka, sebagai suatu jaminan bagi sisanya] - ‘I & II Corinthians’, hal 401.

b) Dengan adanya ARRABON sebagai ‘uang muka’ / ‘jaminan’, apa yang kita harapkan untuk kita terima nanti?

Ef 1:14 - “Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaanNya”.

Kata ‘penebusan’ ini biasanya berarti pembebasan dari kutuk / hukuman dan pemulihan diri kita, sehingga kembali diperkenan oleh Allah. Tetapi kadang-kadang kata ‘penebusan’ ini menunjuk pada pembebasan total dari segala kejahatan, yang terjadi pada kedatangan Kristus yang keduakalinya. Arti kedua ini digunakan misalnya dalam:

1. Luk 21:28 - “Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu [NIV: ‘redemption’ (= penebusan)] sudah dekat.’”.

2. Ro 8:23 - “Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan [NIV: ‘redemption’ (= penebusan)] tubuh kita”.

3. Ef 4:30 - “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan [NIV: ‘redemption’ (= penebusan)]”.

Dan Hodge mengatakan, bahwa dalam Ef 1:14, arti kedua inilah yang harus diambil.

Charles Hodge: “The word ‘redemption,’ in its Christian sense, sometimes means that deliverance from the curse of the law and restoration to the favour of God, of which believers are in this life the subjects. Sometimes it refers to that final deliverance from all evil, which is to take a place at the second advent of Christ. ...There can be no doubt that it here refers to this final deliverance” (= Kata ‘penebusan’, dalam arti Kristennya, kadang-kadang berarti pembebasan dari kutuk hukum Taurat dan pemulihan pada perkenan Allah, tentang siapa orang-orang percaya adalah subyeknya dalam hidup ini. Kadang-kadang kata itu menunjuk pada pembebasan akhir dari semua kejahatan, yang akan terjadi pada kedatangan Kristus yang keduakalinya. ... Tidak diragukan bahwa di sini kata itu menunjuk pada pembebasan akhir ini) - ‘Ephesians’, hal 5-6.

Jadi, kalau Roh Kudus disebut sebagai ‘jaminan’ / ‘uang muka’, itu menunjukkan bahwa Ia adalah jaminan bagi keselamatan maupun berkat-berkat yang lain, termasuk surga. Roh Kudus itu menyebabkan kita bisa pasti bahwa berkat-berkat tersebut di atas akan kita terima. Dengan kata lain, Roh Kudus merupakan jaminan bagi kita bahwa keselamatan kita tidak akan bisa hilang.

Charles Hodge: “The Holy Spirit is itself ‘the earnest,’ i.e. at once the foretaste and pledge of redemption. ... So certain, therefore, as the Spirit dwells in us, so certain is our final salvation” (= Roh Kudus sendiri adalah ‘jaminan’, yaitu sekaligus merupakan cicipan dan jaminan / janji tentang penebusan. ... Karena itu, sepasti seperti Roh Kudus tinggal di dalam kita, demikianlah pastinya keselamatan akhir kita) - ‘I & II Corinthians’, hal 401.

Barclay: “What Paul is saying is that the experience of the Holy Spirit which we have in this world is a foretaste of the blessedness of heaven; and it is the guarantee that some day we will enter into full possession of the blessedness of God. The highest experiences of Christian peace and joy which this world can afford are only faint foretaste of the joy into which we will one day enter” (= Apa yang dikatakan oleh Paulus adalah bahwa pengalaman tentang Roh Kudus yang kita punyai dalam dunia ini adalah suatu cicipan dari berkat di surga; dan itu adalah jaminan bahwa pada suatu saat nanti kita akan masuk ke dalam kepemilikan penuh terhadap berkat Allah. Pengalaman tertinggi dari damai dan sukacita Kristen yang bisa diberikan dunia ini hanyalah suatu cicipan yang redup dari sukacita yang akan kita masuki pada suatu hari kelak) - ‘Ephesians’, hal 87-88.

William Hendriksen: “when God deposited the Spirit in the hearts of his children he obligated himself to bestow upon them consequently the full remainder of all the blessings of salvation merited for them by the atoning sacrifice of Christ” (= pada saat Allah memberikan Roh dalam hati dari anak-anakNya, maka sebagai akibatnya Ia mewajibkan diriNya sendiri untuk memberikan kepada mereka sisa yang tertinggal dari berkat-berkat keselamatan yang layak mereka dapatkan oleh korban penebusan Kristus) - hal 92.

Editor dari Calvin’s Commentary mengutip kata-kata Chrysostom, yang mengatakan bahwa kalau Allah memberikan Roh KudusNya sebagai jaminan / uang muka, dan Ia lalu tidak memberikan ‘sisa warisan’, maka Ia akan kehilangan Roh Kudus itu, dan ini jelas merupakan sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

BACA JUGA: DOKTRIN ROH KUDUS

Editor dari Calvin’s Commentary: “If God having given this earnest, should not also give the rest of the inheritance, he should undergoe the losse of his earnest, as Chrysostome most elegantly and soundly argueth” (= Jika Allah, setelah memberikan uang muka / jaminan ini, tidak memberikan juga sisa dari warisan, Ia harus mengalami kehilangan uang muka / jaminanNya, seperti yang diargumentasikan oleh Chrysostom dengan sangat bagus dan sehat / benar) - ‘Second Epistle to the Corinthians’, hal 140 (footnote).

c) Kata ARRABON bisa menunjuk pada cincin pertunangan / janji pernikahan.

John Stott: “It is used in modern Greek for an engagement ring” (= Itu digunakan dalam bahasa Yunani modern untuk suatu cincin pertunangan) - ‘Ephesians’, hal 49.

William Hendriksen: “He who gives the engagement ring, in pledge, expects to receive the bride. It is God who gave the ARRABON. The word ARRABON and its cognates are used in modern Greek to indicate matters pertaining to a wedding engagement” (= Ia yang memberikan cincin pertunangan sebagai jaminan, mengharapkan untuk menerima mempelai wanitanya. Allahlah yang memberikan ARRABON. Kata ARRABON dan kata-kata yang asalnya sama, digunakan dalam bahasa Yunani modern untuk menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perjanjian pernikahan) - hal 92 (footnote).

Memang hubungan Allah / Yesus dengan kita digambarkan seperti sepasang calon mempelai. Dengan adanya pemberian Roh Kudus sebagai cincin pertunangan / janji pernikahan, maka pernikahan tersebut merupakan sesuatu yang pasti terjadi.

Penutup. DOKTRIN ROH KUDUS (Kepribadian Roh Kudus, Keilahian Roh Kudus dan Roh Kudus sebagai Jaminan)

Roh Kudus hanya diberikan kepada orang-orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, dan Ia diberikan pada saat orang itu percaya.

Ef 1:13-14 - “(13) Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu. (14) Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaanNya”.
BACA JUGA: Dosa Menghujat Roh Kudus : Matius 12:22-37
Karena itu, tidak semua orang dalam gereja berhak untuk merasa terhibur oleh pemberitaan tentang Roh Kudus di atas tadi. Hanya orang kristen sejati yang berhak menerapkan penghiburan dan jaminan keselamatan tadi untuk dirinya sendiri.

Charles Hodge: “The fruits of the Spirit are the only evidence of his presence; so that while those who experience and manifest those fruits may rejoice in the certainty of salvation, those who are destitute of them have no right to appropriate to themselves the consolation of this and similar declarations of the word of God” (= Buah Roh adalah satu-satunya bukti dari kehadiranNya; sehingga sementara mereka yang mengalami dan mewujudkan buah itu boleh bersukacita dalam kepastian keselamatan, mereka yang tidak mempunyainya tidak berhak untuk mengambil bagi diri mereka sendiri penghiburan ini dan pernyataan-pernyataan yang serupa dari Firman Allah) - ‘I & II Corinthians’, hal 401.

Karena itu kalau dalam hidup saudara belum ada buah Roh sama sekali, yang menunjukkan bahwa saudara belum sungguh-sungguh percaya kepada Yesus, cepatlah percaya kepadaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara. Maka semua penghiburan dan jaminan keselamatan tadi juga berlaku bagi saudara.
DOKTRIN ROH KUDUS  (Kepribadian Roh Kudus, Keilahian Roh Kudus dan Roh Kudus sebagai Jaminan).


-AMIN-













Tags