Latest News

Showing posts with label Filsafat Pelayanan. Show all posts
Showing posts with label Filsafat Pelayanan. Show all posts

Monday, January 28, 2019

NIAT DAN KUASA PELAYANAN


NIAT DAN KUASA PELAYANAN

NIAT DAN KUASA PELAYANAN. Ada orang yang berpikir bahwa ia ingin menjadi penguasa dan semua orang lain yang mengganggu atau menghalangi keinginannya harus disingkirkan. Orang seperti ini tidak suka jika di kelasnya ada orang yang lebih pandai darinya, ada orang lebih terkenal darinya. Akibatnya, banyak orang pandai dibenci oleh orang-orang bodoh. Kalau Indonesia seperti ini, celakalah negara ini. Semua orang pandai pergi ke luar negeri karena tidak memiliki tempat di dalam negeri. 

Betapapun negara memiliki kekayaan alam, jika tidak ada orang yang berakhlak dan berotak maka seluruh sumber daya akan habis dengan sia-sia. Negara-negara bijak saat ini berusaha keras menarik orang-orang pandai dari negara lain untuk masuk ke negaranya dan membangun negaranya. Mereka berani memberikan beasiswa untuk orang-orang terpandai kemudian memberikan pekerjaan dan honor yang tinggi sehingga mereka tidak kembali lagi ke negara asalnya. Yang tersisa di negara asal adalah orang-orang bodoh yang tidak memiliki potensi besar untuk mengembangkan negara. Tetapi karena tidak ada lagi orang pandai maka orang-orang bodoh ini merasa bahwa dirinyalah yang paling pandai. Akibatnya, negara pandai akan semakin pandai dan negara bodoh semakin bodoh; negara kaya semakin kaya dan negara miskin semakin miskin.

Di sebuah ibukota di Asia Tenggara, ada gunung sampah dan banyak orang hidup di sana dengan mencari rezeki di tengah-tengah sampah tersebut; hal ini hampir tidak kita temui di Eropa Barat maupun di Amerika Utara. Ini adalah akibat dari peranan pikiran dan gerakan reformasi. Para reformator telah membukakan kebenaran firman Tuhan tentang bagaimana seharusnya orang Kristen mengelola bumi ini. Akibatnya, dalam 500 tahun bangsa-bangsa yang dipengaruhi reformasi maju begitu pesat lebih dari ribuan tahun sebelumnya. Semua negara maju setelah reformasi memikirkan mungkinkah manusia memiliki hidup yang celaka? Kalau mungkin, bagaimana manusia meningkatkan kualitas hidupnya sehingga tidak hidup celaka. 

Di Kalimantan saya melihat rumah-rumah sepanjang puluhan kilometer yang semuanya memiliki jendela kecil. Ternyata alasannya adalah karena takut maling masuk. Mereka tidak memikirkan bagaimana oksigen masuk, udara masuk, sinar matahari masuk, dan semua kesegaran lainnya. Pikiran mereka sudah dihantui oleh hal-hal yang begitu negatif, dibelenggu oleh kebodohan nenek moyang. Jikalau satu bangsa tidak memiliki penerobosan, tidak ada pencerahan, maka bangsa itu akan menjadi bodoh. Orang bodoh yang mementingkan wibawa, hak, kulit muka, pasti tidak mau ditegur; dan ketika tidak ada yang menegur ia merasa dihormati. 

Mengapa kita menangis? Menangis karena kita terganggu, ditegur, atau tidak mendapatkan apa yang kita inginkan? Hal-hal seperti ini menjadikan manusia menjadi sangat rendah. Manusia yang mau maju tidak akan diikat oleh kesulitan. Dia mau menerima teguran dan memperbaiki diri. Jika engkau mengilahkan wajahmu, perasaanmu, engkau tidak akan maju. Kita perlu terus belajar mengoreksi diri, bertumbuh, dan hidup semakin bertanggung jawab dengan semua yang Tuhan percayakan kepada kita.

Amerika Serikat hanya berpenduduk 7% dari populasi dunia, tetapi menghabiskan 65% sumber daya alam dunia. Ini adalah sebuah pemborosan besar yang legal. Memang tidak ada yang dicuri, tidak ada cara yang tidak legal, tetapi tindakan ini telah menghabiskan apa yang merupakan hak anak cucu kita. Sebuah perampokan terselubung terhadap mereka yang tidak mengerti dan tidak berdaya. Bensin dihabiskan oleh generasi kita, batu bara dikuras, seluruh sumber energi dibersihkan dengan tidak menyisakan bagi generasi yang akan datang karena kita tidak peduli dengan nasib mereka. Ini adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab. Kepekaan dan pengertian seperti ini harus ditenun dengan theologi, iman, dan kepercayaan yang benar sehingga kita menjadi manusia yang bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Kiranya banyak orang semakin sadar akan pentingnya Gerakan Reformed Injili di dalam perjuang

Tuhan berkata satu kalimat dari takhta-Nya, ”Siapakah yang boleh Aku utus?” Seorang anak muda yang hari itu ada di Bait Allah berespons terhadap panggilan Allah. Dia sedang berbakti kepada Tuhan dan dia melihat kemuliaan Tuhan Allah dari surga turun ke seluruh muka bumi. Maka, saat dia melihat ke atas dia melihat Tuhan bersemayam di takhta-Nya dan serafim mengelilingi takhta dengan masing-masing enam sayap; dua sayap untuk menutupi muka, dua sayap untuk menutupi kaki, dan dua sayap lagi untuk terbang. Ini adalah suatu gambaran tentang pelayanan yang begitu kudus dan anggun yang menjadi teladan bagi setiap orang yang melayani. 

Seorang pelayan yang melayani Tuhan dengan rajin mempunyai dua sayap terbang untuk terus menjalankan kehendak Tuhan Allah. Sayap serafim itu tidak berhenti. Tuhan memberikan enam sayap bukan untuk cadangan terbang, tetapi untuk keseimbangan yaitu menutupi hal lain yang merupakan kesombongan. Pelayanan bukan untuk menonjolkan diri. Barangsiapa yang hanya rajin menonjolkan diri artinya belum mengerti arti pelayanan. Kalau engkau begitu cinta Tuhan, tetapi tidak diberi satu kali kesempatan naik mimbar, engkau tidak boleh menolak. Kalau pelayananmu tidak dikenal oleh manusia, tidak apa-apa karena ada dua sayap untuk menutup muka, bukan untuk mau dikenal manusia atau menonjolkan diri. 

Anak-anak muda, khususnya di dalam gerakan Reformed, jangan hanya mau melayani karena engkau diberikan kesempatan untuk boleh terkenal. Engkau harus belajar ada sayap untuk menutupi mukamu. Tidak apa-apa orang tidak melihat atau tidak mengenal saya! Saya pernah bertemu dengan orang yang menjadi ketua majelis sebuah gereja selama 12 tahun, namun ketika ia tidak terpilih lagi di tahun ke-13, ia marah luar biasa. Lalu, selama setahun itu ia tidak pergi ke gereja. Ia tidak seperti serafim yang menutupi mukanya dengan dua sayap. Dua sayap lagi menutup kakinya untuk menyatakan bahwa ia tidak mencari kemuliaan diri melalui apa yang ia kerjakan. Inilah sikap melayani yang sungguh. Dua sayap dipakai untuk terbang, untuk melayani dengan tiada lelah. 

Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan di dalam pelayanan. Yang pertama, seorang hamba Tuhan yang selalu mementingkan hari depan, dia belum tua; seorang hamba Tuhan yang selalu menceritakan kesuksesan masa lampau dan selalu mengungkit jasa di masa lampau, adalah hamba Tuhan yang sudah tua walaupun usianya masih muda. Seberapa jauh kita sudah mementingkan pekerjaan Tuhan? Saya menghargai seorang mahasiswa theologi yang begitu memperhatikan kesulitan dan pergumulan temannya. Seorang yang memperhatikan kesulitan dan pergumulan orang lain lebih dari kepentingan dirinya sendiri adalah orang yang memiliki hati gembala. Banyak hamba Tuhan hanya memperhatikan keuntungan diri sendiri dan tidak memikirkan kepentingan orang lain.

Yang kedua, saya menemukan juga “di mana pantatmu berada di situ hatimu berada”. Saya terpaksa menggunakan istilah yang terasa kasar untuk menggambarkan adanya orang-orang atau jemaat yang melekat dengan satu gereja karena di situ ia ditawari kedudukan yang tinggi walaupun ia tahu gereja itu tidak benar. Ada gereja-gereja yang sengaja menawarkan kedudukan dan posisi penting untuk menarik hamba Tuhan dari gereja lain. Hamba Tuhan yang sangat menginginkan kedudukan dan posisi seperti ini akan rela meninggalkan posisinya yang sekarang untuk mengejar tawaran yang baru, tidak peduli apakah Tuhan menghendaki hal itu atau tidak. Tetapi ada hamba Tuhan atau jemaat yang datang dan melekat di satu gereja karena dia sungguh-sungguh menggumulkannya di hadapan Tuhan bagaimana ia bisa semakin bertumbuh dan melayani Tuhan dengan benar di situ. Semua orang yang mengutamakan kehendak Tuhan, rindu melayani Tuhan, mengutamakan pimpinan Roh Kudus, mengutamakan rencana dan strategi yang Tuhan pimpin dengan motivasi yang benar-benar murni dan suci, adalah hamba Tuhan yang sejati. 

Tetapi bagaimana kita bisa terlepas dari belenggu-belenggu ini? Saya ingin melatih satu zaman, satu generasi, di mana ada pemuda-pemudi yang mempunyai beberapa pagar, lalu untuk menembus semua pagar ini ada satu strategi.

Pagar pertama, adanya kebenaran. Percayakah Anda bahwa di dalam alam semesta ini ada kebenaran? Seharusnya kita mengakui adanya Kebenaran di dalam alam semesta. Jika ada, di manakah kebenaran itu bisa ditemukan? Inilah pagar pertama. 

Pagar kedua, apa yang dibicarakan di dalam lingkup agama? Di dalam lingkup alam ada kebenaran fisika, kebenaran kimia, kebenaran geologi, kebenaran astronomi, dan keseluruhan kebenaran itu bisa dihitung, dianalisis, serta diobservasi. Itulah kebenaran yang disebut natural science atau pengetahuan tentang alam. Tetapi, pengetahuan tentang alam tidak pernah memberikan jawaban kepada kita, mengapa saya saya harus berbuat jujur, tulus, dan ikhlas. Alam semesta tidak mempunyai hak karena bukan merupakan kategori untuk menuju kepada etika dan kebenaran tentang hidup. Maka, di dalam agamalah orang membicarakan apa yang baik dan apa yang jahat. Kalau ada kebenaran maka pasti bukan hanya kebenaran alam semesta saja. Kebenaran alam semesta adalah kebenaran yang sangat rendah karena berada di dalam wilayah ciptaan. Sedangkan yang dicipta berada dalam keadaan yang akan mati karena dosa. Secara materi, alam diselidiki oleh ciptaan yang memiliki mentalitas, intelektual, pengertian, dan kreativitas; dan ciptaan yang paling tinggi itu adalah manusia. Sebagian dari diri manusia adalah bagian yang bersifat materi, tubuh, alam, tetapi sebagian dari diri kita yang dicipta memiliki kesadaran diri yang tidak ada di dalam binatang. 

Di dalam diri manusia ada bagian yang lebih tinggi yaitu adanya kesadaran akan adanya keberadaan Tuhan Allah. Kita sadar ada dunia, ini telah membuat manusia berbeda dengan dunia. Saya ada di dalam dunia, tetapi saya bukan dunia, dunia bukan saya. Saya sadar saya memerlukan dunia, tetapi saya bukan dunia karena saya manusia. Kesadaran yang lebih tinggi lagi adalah saya percaya selain dunia, ada yang menguasai saya dan menguasai dunia. Dia melampaui saya, Dia itu Allah. Maka, kini kita melihat adanya kebenaran agama, tetapi kebenaran agama masih berbeda-beda. Kita meruncing lagi mencari kebenaran agama yang sesungguhnya, kita melihat bahwa kebenaran itu harus dari wahyu Tuhan sendiri. Maka, agama-agama yang tidak mengakui secara benar adanya wahyu Allah, tidak membawa kebenaran agama sejati. Mereka tidak pernah berani mengatakan “Allah berkata...” Agama-agama ini menekankan timbulnya kesadaran pada pendiri mereka. Wahyu menjadikan manusia pasif, sebagai penerima; sedangkan kesadaran menjadikan manusia aktif. 

Ada beberapa agama yang mengakui memiliki wahyu. Sebelum Kristus, ada dua macam agama yang mengaku memiliki wahyu, yaitu agama Yahudi – agama monoteisme dari Abraham yang dipanggil oleh Tuhan sampai Musa yang menuliskan seluruh wahyu Tuhan di dalam penciptaan sampai diberikan-Nya Taurat; dan agama Zoroastrianisme – yang bersifat dualisme, ada dewa yang suci, yang terang dan baik namanya Ahura Mazda, dan ada dewa yang jahat, kotor dan gelap namanya Angra Mainyu. Setelah Kristus, ada lagi satu agama yang menyatakan mendapatkan wahyu yaitu agama Islam. Muhammad yang dilahirkan setelah tahun 570 Masehi mengatakan bahwa pada usia 40 tahun dia bertemu dengan malaikat Gabriel yang meminta untuk menuliskan Kitab maka dia menerima wahyu Al’quran. Jadi, dalam sejarah, yang betul-betul menerima dan berani menyatakan menerima wahyu hanya ada tiga agama besar: agama Yahudi, agama Kristen, dan agama Islam. Di manakah kebenaran agama yang benar? Mari kita membandingkan agama Yahudikah, agama Islamkah, atau agama Kristenkah? Perlahan-lahan engkau akan menemukan bahwa agama Kristen yang lebih benar karena kebenaran di dalam Yesus Kristus konsisten. Dia suci, adil, cinta kasih, tidak berdosa yang mengakibatkan kita melihat bahwa Dia yang memberikan wahyu kepada kita juga mengirimkan Kristus untuk membuktikan keseluruhan apa yang diwahyukan-Nya.

Kini kita perlu menyeleksi pagar kita untuk masuk lebih dalam. Di dalam Kristus saya menerima kebenaran. Maka, pagar ketiga adalah di gereja mana saya bisa menemukan kebenaran yang paling akurat? Engkau mengatakan bukan bidat-bidat atau ajaran-ajaran Kristen yang sesat yang kuinginkan, tetapi di mana? Di sini kita diajar untuk memperhatikan konsistensi kebenaran yang diberitakan. Semua gereja percaya ada Allah, mengabarkan Yesus, percaya bahwa Yesus disalib, tetapi bagaimana dengan pemberitaan Alkitab secara konsisten dari awal sampai akhir? Mencari kebenaran bukan jalan pintas, untuk menemukan ketepatan interpretasi kebenaran diperlukan suatu pengertian yang teliti dan luas. Maka, hanya di mana pimpinan Tuhan berada, di situ hati kita boleh berada. Pimpinan Tuhan tanpa kebenaran itu omong kosong, pimpinan Roh Kudus tanpa sesuai dengan Kitab Suci itu bohong. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran. 

Kiranya engkau boleh senantiasa dipagari oleh kebenaran yang sejati yang membuat hidupmu semakin memuliakan Allah dan berkenan kepada-Nya. 

NIAT DAN KUASA PELAYANAN 2

Peranan Gereja yang sejati dan theologi yang sejati sangat berkaitan erat. Tahukah Anda bahwa di sepanjang sejarah gereja di Indonesia, yang sudah berjalan sekitar 400 tahun ini, GRII (Gereja Reformed Injili Indonesia) adalah satu-satunya gereja yang mempersiapkan dan memaparkan pendidikan theologi yang begitu luas, bukan hanya untuk hamba Tuhan saja, tetapi juga untuk setiap orang Kristen yang mau belajar. 

Di mana-mana, di setiap kota, GRII berusaha untuk menyelenggarakan Sekolah Theologi untuk awam dan berbagai pembinaan termasuk NREC. Mengapa? Karena kita tidak perlu takut untuk mengajarkan apa yang kita beritakan, sehingga setiap orang bisa membandingkan dan melihat pertanggungjawaban theologis yang ada di dalamnya. Setiap orang yang belajar di STRI (Sekolah Theologi Reformed Injili – untuk awam di setiap kota) tidak harus masuk ke GRII dan tidak juga harus berbakti di GRII. Kita percaya tidak ada satu orang pun yang berhak memaksa orang untuk masuk ke gereja tertentu, apalagi menjadi anggota gereja tertentu. GRII adalah gereja; sebuah wadah yang disediakan bagi mereka yang mau menemukan kebenaran. Setiap orang boleh hadir, boleh mencari, boleh membuktikan, dan boleh mengesahkannya. Tugas kita adalah “Mempersiapkan umat Allah, mempersiapkan wadah kebenaran, mempersiapkan mimbar untuk memberitakan Injil Allah.”

Di tengah-tengah kekristenan, kita mengenal ada banyak arus pemikiran theologi. Theologi Kristen ada beberapa macam, seperti: Theologi Katolik, Theologi Ortodoks, Theologi Injili, Theologi Karismatik, Theologi Radikalisme, Theologi Reformed, dan berbagai macam theologi lain yang tidak berstruktur hingga bidat. Kita perlu belajar melihat theologi-theologi ini kemudian menguji dan membandingkan yang mana yang sungguh-sungguh setia dan konsisten kepada kebenaran Alkitab. Inilah sikap orang Kristen yang bertanggung jawab. Orang Kristen yang sungguh adalah orang Kristen yang mau beriman atas Firman yang adalah kebenaran. Theologi Reformed mengajarkan bukan hanya untuk percaya, tetapi mengetahui apa yang dipercaya dan mengapa percaya. Kita tidak boleh menjadi orang Kristen yang sembarangan. Tetapi bagaimana kita bisa menjadi orang Kristen yang tidak sembarangan?

Pertama, kejujuran adalah sikap utama untuk diperkenan oleh Tuhan. Barangsiapa jujur, ia akan diperlakukan oleh Tuhan dengan jujur: barangsiapa bersih, ia akan diperlakukan oleh Tuhan dengan bersih; barangsiapa serong dan bengkok, ia akan diperlakukan oleh Tuhan dengan cara yang bengkok pula. Ini adalah ajaran Alkitab. Ketika Allah dengan begitu jujur dan terbuka memaparkan segala sesuatu kepada kita, kita terlalu berbahagia. 

Dua kali di dalam Alkitab dikatakan: “Tuhan tidak mau menyimpan segala sesuatu pun untuk tidak diketahui oleh sahabat-Nya.” Satu kali dinyatakan kepada Abraham dan satu lagi kepada Daud. Daud adalah seorang yang diperkenan di dalam hati Tuhan dan Abraham disebut sebagai kawan Allah. Dari sedemikian banyak manusia, Abraham telah dipilih oleh Allah untuk menjadi sahabat-Nya. Sungguh betapa eksklusif dan betapa bahagianya status ini. Tuhan mau membongkar isi hati-Nya kepada Abraham. Dia rela menyatakan isi hati-Nya kepada Abraham. Tuhan tidak menyembunyikan diri sehingga manusia yang mencari Dia bisa tersesat. Ketika manusia sungguh-sungguh dengan jujur mau mencari Tuhan maka Tuhan akan berkenan ditemui.

Kedua, engkau berjiwa mau dididik. Orang yang mau dididik adalah orang yang rendah hati, yang terus-menerus mau mencari kesempatan untuk maju. Dia akan belajar dari siapapun yang bisa mendidik dan membangun dirinya. Orang seperti ini adalah orang-orang yang mau diajar oleh Tuhan, mau mengerti isi hati Tuhan, dan mau dibentuk oleh Tuhan. 

Jika engkau hanya mau menyatakan pikiran, pandangan, pendirianmu, dan tidak pernah mau diajar, dididik, dibentuk oleh Tuhan, maka engkau tidak akan bisa bertumbuh dan tidak mungkin mengenal Allah. Ada orang yang mendengarkan khotbah sambil dengan teliti mencatat dan mau belajar dari firman Tuhan yang begitu setia dikhotbahkan, tetapi ada juga yang mengkritik karena tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan. Orang yang tidak bisa mendengarkan apa yang orang lain katakan, tidak mau belajar mengerti apa yang orang lain katakan, melainkan hanya mau orang lain mendengarkan apa yang dia katakan, dan hanya mau orang lain mengikuti apa yang dia pikirkan, pasti akan dibenci oleh semua orang. 

Kiranya kita tidak menjadi orang-orang yang demikian. Kita perlu belajar menjadi orang yang tulus, yang terbuka, yang mau diajar oleh Tuhan dan kebenaran-Nya, dan kemudian menyimpan rahasia Kristus di dalam hati kita untuk kita jalankan dalam hidup kita.

Ketiga, sungguh dan rajin membandingkan segala sesuatu yang berbeda. Kita perlu dengan teliti membedakan berbagai agama dengan cara mempelajari agama, membedakan konsep wahyu dengan cara mempelajari doktrin wahyu. Kita perlu belajar membedakan berbagai teori etika, teori politik, teori kehidupan, pelajari dan bedakan semua. Semua yang engkau bisa kumpulkan, coba bandingkan. Orang Tionghoa mengatakan: “Orang tidak mengerti apa-apa, tidak apa-apa, asal dia bisa membandingkan dengan teliti.” 

Orang yang memiliki pengalaman pertama kali, mungkin tidak bisa mengetahui dengan baik tentang sesuatu hal, tetapi melalui pengalaman membandingkan dengan teliti, maka ia mulai mengerti dan mulai mengetahui yang mana bagus atau jelek. Kita perlu melihat dan membandingkan dengan teliti. Ada orang yang kelihatan hebat di luar, tetapi sebenarnya hanya heboh di dalam. Ada orang yang kelihatan begitu sederhana dan bodoh, tetapi ternyata ia sangat pandai. Banyak orang muda yang selalu menganggap dirinya pandai dan hebat. Ia belum belajar membandingkan dengan baik. Setelah ia membandingkan dengan banyak orang yang jauh lebih hebat dan lebih pandai dari dirinya, ia baru sadar bahwa ia tidak sedemikian hebat.

Keempat, rajin dan tetap rendah hati. Tuhan senang dengan orang yang sungguh-sungguh rajin, yang mau bekerja keras untuk Tuhan tanpa memperhitungkan untung-rugi sendiri. Dan ketika ia sudah berhasil, ia tidak menjadi sombong, tetapi tetap rendah hati karena ia sadar bahwa semua hidupnya adalah anugerah. Jika ia rajin dan rendah hati maka Tuhan akan memakai orang Kristen yang semacam ini. Ketika kita melayani Tuhan, Tuhan ingin kita tidak melayani dengan malas. 

Setiap pekerjaan Tuhan adalah pekerjaan yang harus dikerjakan dengan kesungguhan, dengan kerajinan untuk bisa mendapatkan hasil yang terbaik. Dan setelah engkau mendapatkan hasilnya, itu bukanlah suatu kesempatan untuk menjadikan engkau sombong, melainkan harus tetap dengan rendah hati mengakui pimpinan dan pertolongan Tuhan. Kristus menjadi teladan betapa Ia melayani Bapa-Nya dengan begitu rajin dan rendah hati. Pelayanan sedemikian adalah pelayanan yang diperkenan oleh Bapa. Biarlah kita bersiap, mencari kebenaran dengan sungguh, melayani dengan sungguh, sehingga bisa menjadi orang yang sungguh-sungguh dipakai Tuhan. Soli Deo Gloria.

NIAT DAN KUASA PELAYANAN 3

Ketika Yohanes Pembaptis akan dikaruniakan bagi dunia ini, malaikat diutus dengan membawa satu kalimat penting, “Dia akan mempunyai niat dan kuasa dari Elia.” (Lukas 1:17). Di dalam Kitab Suci, Elia dan Yohanes Pembaptis dikategorikan sama-sama mengembalikan hati umat kepada Bapa dan mengembalikan hati Bapa kepada anak-anak-Nya. Kedua orang ini sama-sama memiliki kesuksesan yang luar biasa, seorang di dalam Perjanjian Lama dan seorang di dalam Perjanjian Baru untuk membangkitkan kebangunan rohani seluruh bangsa agar kembali kepada Tuhan.

Tema kita adalah “Niat (Semangat) dan Kuasa”. Saya melihat dua hal ini hilang dari pelayanan kekristenan di abad ke-20. Niat berada dalam lingkup keinginan. Keinginan, perasaan, dan pikiran adalah tiga unsur pembentuk sesuatu yang disebut pribadi. Unsur pertama adalah pikiran (rasio) lalu kedua, emosi, dan ketiga, kemauan/keinginan. Rasio menyebabkan kita bisa menganalisis, berpikir, mengingat, menyelidiki, merenung, dan berimajinasi. Rasio berkaitan erat dengan pengertian. Emosi mengakibatkan kita bisa senang, susah, marah, benci, dan bisa memiliki api perjuangan, karena ada suatu dorongan kuat untuk menuju kepada apa yang kita benci atau kita cintai. Kemauan menentukan arah hidup kita dari apa yang kita pikirkan, kita cintai, kita senangi. 

Jika kita memiliki ketiga unsur tersebut dengan stabil dan seimbang maka hidup kita akan sehat. Jika kita mempunyai rasio kuat tetapi emosi lemah; atau emosi kuat tetapi kemauan lemah; atau emosi kuat tetapi rasio lemah, dan seterusnya, akan membuat orang tidak bisa hidup dengan baik. Theologi Reformed ingin kita memikirkan firman Tuhan dengan baik dan seimbang. Iman Reformed ingin kita menjadi orang intelektual yang rasional, tetapi tidak jatuh ke Rasionalisme. Kita tidak menyembah rasio. Rasio harus ditaklukkan ke bawah Firman yang diwahyukan oleh Tuhan, barulah rasio itu berarah benar. 

Di Regent College, Vancouver, saya berkhotbah, “Kamu theolog-theolog Barat selalu menaruh theologi di dalam kulkas. Sekarang demi nama Tuhan, saya harap kalian mengeluarkan theologi yang dingin itu dan membuatnya panas.” Kita dipanggil menjadi orang yang mengubah dunia, kita harus mempunyai api. Oleh karena itu, otak, emosi, kemauan, ketiga hal ini harus menjadi satu garis, disinkronkan, diimbangkan agar kita mempunyai kekuatan untuk menampilkan sesuatu, untuk menarik perhatian orang lain. Jika kebaktian kita dingin, orang tidak ingin datang. Orang tertarik pertama-tama karena ada kehangatan, ada api. Banyak orang Protestan setelah lulus sekolah theologi semakin dingin dan mati. Saya sudah berkhotbah tentang “Pengudusan Emosi” tetapi belum berbicara tentang Pengudusan Rasio dan Pengudusan Kehendak. Niat, api, dan perjuangan perlu dikuduskan. Di seluruh dunia saya belum menemukan buku dan tema ini dibahas dengan tuntas.

Alkitab mengatakan, “Anak yang dilahirkan, yaitu Yohanes, akan seperti Elia, mempunyai niat dari Elia, mempunyai kuasa seperti Elia.” Doktrin sangat penting, tetapi Yohanes Pembaptis bukan hanya memiliki doktrin, melainkan juga mempunyai niat dan kuasa. Alkitab menunjukkan kepada kita bahwa orang-orang yang dipakai Tuhan dan memiliki massa yang besar memiliki unsur niat dan kuasa ini. 

Niat itu ada di mana? Apakah niat itu ada di dalam hatimu? Ketika saya baru bertobat di usia 17 tahun, belum banyak mengerti theologi dan belum tahu bagaimana berkhotbah, tetapi karena kerinduan memberitakan Injil pada anak-anak, maka saya kumpulkan anak-anak untuk mendengar saya berkhotbah. Di situ saya belajar bagaimana membuat mereka agar tidak pergi meninggalkan saya. Saya harus membuat mereka terus tertarik. Ketika saya berkhotbah, saya tidak mengizinkan satu detik pun setan masuk dan ambil bagian, saya tidak mengizinkan satu detik pun pikiran lain masuk dan mengganggu. Akibatnya, pendengar terus dipimpin untuk mendengar firman Tuhan sampai pada waktu panggilan untuk menerima Tuhan. Niat ingin orang mendengar firman tanpa diganggu itu begitu kuat. Ketika muda, saya berkhotbah tanpa gelar, tanpa pengalaman, yang ada adalah niat yang kuat untuk mau dipakai Tuhan. Ketika orang memuji, saya merasa senang, tetapi saya langsung ditegur oleh Roh Kudus. Saya minta ampun karena mau mencuri kemuliaan Tuhan. Maka, saya harus mati terhadap semua pujian.

Di dalam Perjanjian Lama ada seorang bernama Elia, di dalam Perjanjian Baru ada Yohanes Pembaptis. Elia berbeda dari Yesaya. Yesaya berasal dari keluarga bangsawan, kaya, dan berkedudukan tinggi. Elia berasal dari desa kecil bernama Tisbe (1Raj. 17:1), tidak ada reputasi orang tua, posisi keluarga, maupun kebanggaan pribadi. Tetapi Tuhan bisa memakainya begitu luar biasa. Elia begitu berani dalam pelayanannya karena dia begitu dekat dengan Tuhan. Kini di Indonesia perlu orang-orang yang memiliki niat seperti Elia. Elia begitu melihat takhta Tuhan sehingga ia sama sekali tidak peduli dengan takhta politik atau takhta lainnya. Yohanes Pembaptis juga demikian. Banyak orang berpikir bahwa jadi pendeta adalah hal yang hina dan berjuang untuk takhta Tuhan adalah hal yang sia-sia. Tetapi bagi saya tidak. Elia dan Yohanes Pembaptis menunjukkan bahwa mereka adalah orang yang memiliki niat begitu kuat, berjuang demi takhta Tuhan. 

Dahulu ada seorang profesor musik berkata kepada saya, “Kemarilah, saya akan jadikan kamu penyanyi terkenal. Dulu saya pernah ingin jadi pengkhotbah, tapi sekarang saya jadi musisi terkenal.” Saya menjawab, “Saya dulu ingin jadi musisi terkenal, tetapi sekarang saya pengkhotbah.” Yang berniat jadi orang kaya banyak, yang berniat jadi presiden banyak, yang berniat cari kedudukan banyak. Yang berniat untuk Kerajaan Tuhan, yang berniat untuk sungguh-sungguh memuliakan Tuhan sedikit sekali. Tapi malaikat berkata, “Yang akan engkau lahirkan akan memiliki roh (keinginan) dan kuasa seperti Elia.” Di dalam Perjanjian Lama, Elia adalah orang yang paling tersendiri, yang paling tidak dimengerti, dan mempunyai begitu banyak musuh. Tetapi dia telah mengakibatkan kebangunan suatu bangsa. Itu terjadi karena dia bersandar penuh kepada Tuhan. Dia hidup bersandar kepada Tuhan bukan kepada orang, dia hidup beriman kepada Tuhan. Saya boleh pakai pakaian yang paling sederhana, makan makanan yang paling murah, tetapi saya tidak boleh berkompromi dan tidak taat kepada Tuhan. Tuhan perintahkan ke mana, saya ke sana. Di sana bagaimana susah pun, saya tetap taat. 

Setelah selesai pengujian, Tuhan berkata, “Pergi ke seorang janda.” Jika saya diberi perintah seperti ini, saya enggan sekali karena khawatir nanti disangka saya berbuat yang tidak baik dengan janda tersebut. Terkadang Tuhan memberi perintah yang tidak lazim dan engkau tetap harus menjalankannya. Elia berkata, “Saya mau menginap di sini.” Kalau sekarang ada pendeta mau menginap di rumah saya, saya harus menguji dia apakah benar dia pendeta atau pendusta. Bukan saja Elia tinggal di rumah janda itu, tetapi ia juga minta diberi makan. Janda itu berkata kepada Elia, “Aku dan anakku dalam bahaya kelaparan. Aku tidak punya uang dan suamiku sudah mati, sisa satu anak dan anak ini perlu sekali makanan.” Janda ini hanya memiliki sedikit minyak dan sedikit tepung. Jika itu dijadikan roti maka itulah makanan terakhir bagi janda dan anaknya setelah itu mereka akan mati kelaparan. Sekarang roti terakhir ini diminta oleh hamba Tuhan. Janda ini adalah seorang yang mengutamakan Tuhan dan mengutamakan orang lain. Hari ini orang Kristen semacam ini sangat sedikit. Ia berpikir bahwa dia dan anaknya tidak apa tidak makan, asal hamba Tuhan itu bisa makan dan hidup. Ia lebih mengutamakan pekerjaan Tuhan. Namun, hal ini tidak berarti memberikan hak kepada para pendeta untuk minta diutamakan. Elia diperlakukan seperti ini karena sebuah perintah khusus, bukan karena keinginan dirinya sendiri. Namun setelah itu, ternyata minyak dan tepung itu tidak habis. Tuhan Allah memelihara janda dan anaknya melalui Elia. Ini membuktikan bahwa Allah kita adalah Allah yang hidup. Ia senantiasa bekerja dan Ia tidak meninggalkan anak-anak-Nya. 

Gerakan Reformed di Indonesia memerlukan mujizat. Mujizat apa? Mujizat orang berniat, berniat membangkitkan Gerakan Reformed, dan yang berniat harus rela berkorban. Ketika saya pertama kali memulai gerakan yang Tuhan berikan, saya harus pergi meninggalkan kota Malang walaupun di sana saya telah memiliki jaminan hidup, rumah, dan lain-lain. Saya pergi ke Jakarta, memulai Gerakan Reformed Injili ini dengan 730 hari sama sekali tidak menerima honor dan tidak mempunyai rumah. Inilah pelayanan. Ketika Tuhan memberikan perintah, tidak ada bantahan, tidak ada penolakan, yang ada hanyalah ketaatan dan kerelaan berkorban. Inilah niat untuk mau mengerjakan pekerjaan Tuhan. Niat itu disertai dengan mau sengsara, mau menderita, mau berkorban, mau menyangkal diri, mau pikul salib, mau taat pimpinan Tuhan, mau dilatih, mau diuji, mau miskin, mau berada di dalam segala situasi yang lain dari pengharapan dan yang Saudara pikirkan. 

Demikian pula ketika niat untuk membawa satu zaman dari sebuah trend yang membawa gereja ke musik sampah untuk kembali mengerti musik yang agung dan bernilai tinggi. Saya melayani musik gerejawi selama 52 tahun. Sejak pertama hingga sekarang saya belum pernah menerima honor untuk itu dan saya belum pernah meminta kepada orang kaya untuk dibiayai. Saya membeli skor musik dengan uang saya sendiri. Ketika pertama kali mendirikan Jakarta Oratorio Society (JOS), banyak orang menertawakan mengapa ada orang yang mau menyanyikan lagu-lagu tua. Saya sangat menghargai orang-orang yang dari pertama mencurahkan keringat, berkorban untuk menggarap musik bermutu sampai sekarang. Kita telah mementaskan lagu-lagu dari oratorio Messiah yang dihadiri oleh 9.100 orang dalam dua kali pagelaran. Ini belum pernah terjadi dalam sejarah musik Indonesia. Inilah hadirin terbesar dalam sebuah performance musik klasik di sepanjang sejarah Indonesia. Kita berjuang agar ribuan orang mengerti dan menikmati theologi yang terbaik. Kita berjuang agar ribuan orang mengerti dan menikmati musik yang terbaik. Mengapa Symphony no. 9 dari Beethoven hanya dihadiri oleh 400 orang kalau bisa dihadiri oleh 1.000 orang? Kita harus berusaha agar ribuan orang bisa mengerti theologi yang benar, etika yang benar, pendidikan yang benar, dan untuk itu perlu niat yang kuat. 

Saya tidak tahu bagaimana Elia berdoa, tetapi yang saya tahu adalah Elia naik ke atas bukit dan kepalanya ditaruh di kedua pahanya (1Raj. 18:42). Elia begitu merendahkan diri dan hanya minta kehendak Tuhan yang jadi. Di hadapan Ahab, dia berdiri tegak; di hadapan Tuhan Allah, Elia berlutut. Di hadapan manusia, tidak berkompromi; di hadapan Allah, tidak berani membangkang. Itulah niat pelayanan! Itulah orang yang mau dipakai oleh Tuhan! Setelah selesai berdoa, Elia menghadap Ahab, keberaniannya sama sekali tidak di-korting. Ketika Elia menegur Ahab, isteri Ahab yang jahat ikut mendengarkan dan mengajar Ahab untuk tidak melakukan keadilan, melainkan agar memakai kuasa dengan sewenang-wenang untuk merebut tanah warisan milik orang yang tidak mau menjualnya. Ketika Ahab masuk ke dalam tanah itu dan melewati sebuah taman, ia bertemu dengan Elia. Dua orang musuh berhadapan muka. Ini adalah momen eksistensial; saya sadar ada kamu, dan kamu sadar ada saya. Engkau nabi, saya raja. Ahab menuduh Elia sebagai penyebab Israel tidak mendapat hujan. Sebaliknya Elia menyatakan bahwa itu adalah akibat tindakan raja dan seluruh keluarganya. Elia sama sekali tidak takut menghadapi Ahab. 

Bagi Elia, Tuhan itulah Penguasa sejati dan aku melayani Dia. Niat pelayanan seperti ini yang membuat raja pun tidak berani berbuat apa-apa. Elia hanya takut dan taat kepada Tuhan. Semua perintah dan perkataan Tuhan yang harus ia sampaikan, ia segera menyampaikannya dengan setia. Elia punya niat kuat, niat untuk membawa seluruh umat Israel kembali kepada Tuhan. Sekarang umat Israel sedang dibawa menjadi penyembah Baal karena mengikuti raja yang salah. Pemimpin yang serong akan membawa rakyatnya serong, pemimpin bidat akan membawa pengikutnya menjadi bidat. Pemimpin yang tidak takut kepada Tuhan akan membawa seluruh rakyatnya untuk membabi-buta mengikutinya. Elia ingin seluruh rakyat bertobat dan berbalik kepada Allah. Mereka harus beribadah dan hanya menyembah kepada Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub. Elia ingin agar niat kuat ini menjadi fakta, untuk itu dia mau dikuduskan dan hidupnya dipakai sepenuhnya oleh Tuhan.

Saat itu ada 400 nabi Baal yang didukung oleh Raja Ahab. Di pihak lawan hanya ada Elia seorang diri. Nabi-nabi Baal mendapat backing politik dan militer yang kuat. Elia tidak mendapatkan dukungan politik dan militer. Ahab membayar mereka dengan honor yang tinggi sehingga hidup mereka terjamin. Akibatnya, mereka menjadi budak Ahab dan mengikuti apa yang Ahab inginkan. Rakyat diarahkan oleh nabi-nabi palsu ini untuk menyembah Baal, satu persatu pindah dari menyembah Allah kepada kuil-kuil Baal yang semakin banyak dibangun. Elia harus melawan mereka semua seorang diri. Sungguh suatu perjuangan yang sangat berat. Apa gunanya berjuang, kalau akhirnya hanya akan berkorban dan tidak mendapat apa-apa? Bukankah lebih enak jika berkompromi saja? Tidak! Elia tidak berkompromi, Elia tidak menghitung untung-rugi bagi dirinya sendiri. Dia dengan berani menantang dan menunjukkan bahwa Baal bukan Allah yang sejati. Untuk itu ia berani naik ke Bukit Karmel. Elia dan Yohanes Pembaptis sama-sama memiliki hati yang ingin mengembalikan hati rakyat kepada Tuhan dan mengembalikan cinta kasih Tuhan kepada rakyat, sehingga anak-anak kembali kepada Bapa dan hati Bapa kepada anak-anak-Nya. 

Elia membuktikan bahwa Tuhan itu begitu riil. Ia berdoa, “Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak, dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini. Supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali.” (1Raj. 18:36-37). Kalimat yang penting “nyatakanlah (biarlah orang tahu) bahwa Engkaulah Allah yang sejati.” 

Ketika saya muda, saya datang ke Jakarta dan berkhotbah. Waktu itu saya berkhotbah begitu keras dan tegas, banyak orang menghina saya dan menganggap saya terlalu sombong karena menyatakan bahwa merokok itu berdosa, hidup itu harus suci, tidak boleh mabuk, dan harus kembali kepada firman Tuhan. Yang dari kubu Liberal menghina, yang dari Karismatik juga menghina. Tetapi pada saat itu ada seorang hamba Tuhan senior, yaitu Pdt. H.F. Tan, yang selalu menyediakan mimbar untuk saya berteriak suara yang berbeda dari banyak gereja lain. Saat itu banyak orang belum mengenal apa itu Theologi Reformed, bahkan mendengar istilah itu pun tidak pernah. Dan saat saya mengkhotbahkan dan meneriakkannya, banyak pendeta yang tidak setuju dan menghina. Tetapi ada sekelompok orang yang oleh Tuhan dipersiapkan untuk mau mendengar apa yang saya teriakkan. Mereka mulai belajar dan mau mencoba mengerti. Ketika engkau setia kepada firman dan memberitakan firman, lalu ada orang-orang yang melawan atau menghina engkau, janganlah engkau takut, karena selalu ada umat Tuhan di kota itu (Kis. 18:10). 

Pdt. Rudie Gunawan pernah memberitahu saya bahwa ada 33 kota yang membutuhkan dan menanti Theologi Reformed, tetapi ketika saya muda, kondisinya berbeda. Saat itu ratusan undangan khotbah saya terima dan saya harus memilih ke mana saya mengisi. Kalau saya salah pilih, saya pasti akan dipukul oleh Tuhan. Karena itu saya harus ketat dan tahu bagaimana memilih dengan benar. Saya tidak boleh memilih karena gereja itu kaya, bisa memberi honor besar, atau mempunyai banyak fasilitas. Di situ perlu bergumul untuk tahu cara memilih yang benar. Saya harus memilih berdasarkan potensi hari depan, memilih gereja yang sedang berada dalam pergumulan doktrin dan membutuhkan penguatan. 

Akhirnya begitu banyak pelayanan yang harus saya kerjakan. Seumur hidup hampir tidak ada waktu libur bagi diri saya sendiri. Baru menikah 3 hari, saya sudah harus pergi selama 60 hari untuk pelayanan sebanyak 220 kali khotbah. Di antaranya ada seri 10 hari dengan 6 khotbah setiap hari. Selesai khotbah di hari terakhir, saya sudah tidak bisa bangun lagi. Setelah 45 menit saya letakkan kepala di mimbar, baru isteri saya menuntun saya pulang. Kami pergi tanpa tahu apakah nanti ada uang untuk pulang. Kami hanya berpikir untuk melayani. Kami membawa sedikit emas tukar cincin perkawinan, sehingga jika tidak ada uang kami masih bisa jual emas untuk membeli tiket pulang. Inilah niat pelayanan, niat ingin membawa bangsa ini kembali kepada Tuhan. Saya tidak pernah minta tiket dari gereja terlebih dahulu atau bicara dengan orang kaya. 

Saya pernah mau naik kereta dan sudah punya karcis, tetapi kereta penuh. Akhirnya saya harus meletakkan koper di tangga kereta lalu kaki saya menginjak koper, berdiri berpegangan di pintu kereta selama 8 jam dengan tertiup angin. Saya bukan pendeta besar yang enak-enak naik pesawat kelas bisnis atau kelas utama. Ketika saya sekolah theologi, saya diberi beasiswa karena saya miskin sekali. Setelah lulus saya diundang menjadi dosen di sekolah saya. Karena saya diberi beasiswa maka semua honor dari sekolah selama 4 tahun saya kembalikan ke dalam kotak persembahan. Saya hidup dari pelayanan di Surabaya setiap 3 hari dalam satu minggu. Saya diberi uang pelayanan dengan sangat minim. Dari uang itu, sebesar 60% saya berikan ke ibu saya karena saya makan gratis di rumah. Ibu juga adalah manusia yang butuh uang untuk membeli beras, membeli makanan. Sisanya 40%, sebesar 10% saya berikan untuk persembahan dan sisanya untuk kebutuhan pribadi. Setiap kali ke Surabaya saya harus naik kendaraan tetapi saya tidak punya uang lagi untuk naik bis. Maka, saya harus mencegat truk yang lewat karena hanya membayar sepertiga dari tiket bis. Akibatnya terkadang bau ikan asin, bau sayur. Begitu sampai saya harus segera mandi baru melayani. 

Orang tidak ada yang tahu bagaimana saya hidup dan melayani. Saya tidak pernah sekolah di luar negeri karena tidak mungkin. Sekarang setelah menjadi gembala gereja besar, saya bisa mendukung orang lain untuk sekolah ke luar negeri. Tetapi setelah didukung, sama sekali tidak mau kembali bahkan menelepon pun tidak. Saya seumur hidup melihat begitu banyak sandiwara. Saya kira-kira bisa menilai manusia maunya apa, jiwanya sampai di mana, dan kerohaniannya sampai di mana. Saya tidak ingin anak-anak saya terlalu manja. Pendeta lain mau memakai uang gereja untuk biaya sekolah anaknya. Anak saya tidak saya perkenankan pakai satu rupiah pun uang gereja untuk sekolah. Kalau niat tidak kuat, percuma ada gelar. 

Ada seseorang dengan gelar Ph.D. lulusan Calvin Seminary yang akhirnya tidak di dalam Gerakan ini. Saya merasa Tuhan tidak mengizinkan karena dia hanya memiliki pengetahuan saja tanpa niat yang kuat. Percuma ada gelar tinggi jika tidak ada niat dan kuasa yang kuat dari Tuhan. Perlu niat dan kuasa seperti Elia, bukan hanya gelar dan pengetahuan. “Carilah wajah-Ku dan kuasa-Ku”, kata Tuhan. Banyak orang bergelar tinggi, tetapi niatnya bukan untuk Tuhan melainkan untuk dirinya sendiri, akhirnya Tuhan tidak memakai dia. Banyak orang mempunyai pengertian tinggi, tetapi bukan mengandalkan kuasa Tuhan melainkan bersandar pada orang kaya, akhirnya Tuhan juga tidak mau memakai dia dengan besar. Kalau seorang majelis di GRII, sekalipun dia kaya tetapi tidak mau ikut kebaktian doa, tidak bisa sehati dan sinkron di dalam Gerakan, saya menganjurkan untuk lepas. Banyak gereja takut kalau orang kaya dilepaskan nanti akan kekurangan uang. Uang bukan datang dari orang kaya, tetapi dari Tuhan. 

Niat, kemauan, ketaatan, sinkronisasi, pengertian akan pimpinan Roh Kudus adalah hal-hal yang sangat penting dan harus diutamakan. Ketika gereja berada di dalam kesulitan, siapa yang mau terjun turut bekerja; ketika gereja membangun, siapa yang sungguh-sungguh mau berbagian dengan keras; ketika ada pelayanan yang penting, siapa yang sungguh-sungguh menyerahkan diri dan turut berkorban di dalamnya?

Kita bukan siapa-siapa, Allah adalah segala sesuatu. Elia, sekalipun memiliki niat pelayanan yang sedemikian kuat dan iman yang begitu besar, tetap adalah seorang manusia yang lemah. Ketika menunggu hujan pertama kali setelah seribu hari, tiga setengah tahun tidak hujan dan tanah sudah sangat kering, Elia menyuruh bujangnya ke pinggir laut untuk melihat apakah sudah ada awan. Sampai tujuh kali bujangnya harus pergi dan kembali sebelum ia melihat ada awan yang kecil sekali naik di horizon. Maka Elia menyuruh bujangnya memberitahu Ahab agar segera turun dari gunung dan keretanya diberi tenda, karena akan turun hujan lebat dalam waktu singkat. 

Mengapa Elia begitu yakin akan ada hujan yang lebat setelah melihat awan yang begitu kecil? Ini karena Elia tahu bahwa Tuhan sudah menjawab doanya. Inilah niat pelayanan. Banyak pemimpin Kristen begitu tidak beriman, begitu ketakutan dengan segala ancaman dunia. Iman harus nyata dalam niat perjuangan pelayanan. Elia membuktikan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya yang setia. Elia memang berbeda dari banyak nabi yang lain. Elia tidak menulis buku. Tidak ada satu pun bagian dari Alkitab yang dia tulis, namun ia memiliki niat untuk melayani Allah, keinginan dan niat keras untuk mau sepenuhnya taat mengikuti kehendak Tuhan.

Elia memiliki kuasa yang sangat besar, sampai ketika ada orang-orang yang dengan sengaja memanggil dia dengan tidak hormat, ia berkata, “Kalau benar aku abdi Allah, biarlah turun api dari langit memakan engkau habis dengan kelima puluh anak buahmu." Maka turunlah api dari langit memakan dia habis dengan kelima puluh anak buahnya. Itu terjadi hingga dua kali dan barulah ketika datang perwira yang ketiga, yang menghadap dia dengan begitu hormat, hal itu tidak terjadi (2Raj. 1:1-18). 

Saat ini banyak konglomerat yang sambil menyebut hamba Tuhan sambil menghina Tuhan. Kalian para hamba Tuhan ingat jangan karena ada orang memberi engkau amplop yang besar maka engkau menjadi begitu bersahabat dan tunduk kepadanya. Tuhan ingin hamba Tuhan seperti singa bukan seperti anjing yang mudah goyang ekor kepada orang yang memberinya makan. Elia hanya takut kepada Tuhan Allah sehingga kuasa Tuhan terus berada bersama Elia, sampai akhirnya Elia dibawa kembali ke surga dengan kereta kuda berapi. Elia membawa umat kembali kepada Bapa. Jika Yehovah adalah Allah, mari kita melayani Dia; jika Baal adalah Allah, layanilah dia. Jangan bercabang hati. Elia tidak mau berkompromi. Inilah niat pelayanan Elia yang penuh kuasa. 

Demikian pula dengan Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis melihat Herodes mengambil isteri kakaknya karena tamak pada perempuan yang cantik. Ini melanggar hukum Tuhan. Tuhan tidak menghendaki orang merampas isteri orang lain. Maka Yohanes Pembaptis menegur Herodes, “Engkau berdosa!” Semua orang setuju akan teguran itu, kecuali Herodes. Ia tahu ia berdosa, tetapi ia tidak terima ditegur di depan umum. Maka, ia memerintahkan tentara untuk menangkap Yohanes Pembaptis dan memenjarakannya. Tuhan mengizinkan Yohanes Pembaptis dipenjarakan. Mengapa demikian? Bukankah Tuhan yang mengutus Yohanes Pembaptis untuk berkhotbah dengan begitu berani? Mengapa Tuhan membiarkan orang yang berkhotbah setia dimasukkan ke dalam penjara dan tidak keluar lagi? Terkadang kita heran dan tidak mengerti cara Tuhan. Tuhan akan berkata, “Kehendak-Ku engkau tidak akan mengerti, tetapi engkau harus tetap taat.” 

Niat untuk taat, niat untuk sungguh-sungguh berani, telah mengakibatkan Yohanes Pembaptis seperti Elia, membawa bangsanya kembali kepada Tuhan. Kita melihat inilah orang-orang yang dipakai Tuhan. Saya sangat menekankan akan niat dan kuasa pelayanan yang sangat dibutuhkan oleh Gerakan ini untuk bisa menjadi berkat bagi seluruh dunia. Biarlah kita memiliki niat yang kuat dan berkata kepada Tuhan, “Pakailah saya!” 

NIAT DAN KUASA PELAYANAN 4

Kita telah melihat bagaimana Tuhan membangkitkan Yohanes Pembaptis untuk melanjutkan pelayanan seperti yang telah dilakukan oleh Elia dalam Perjanjian Lama. Elia merupakan nabi yang boleh dikatakan sebagai wakil dari semua nabi dalam Perjanjian Lama setelah Musa. Elia tidak pernah menulis buku, tidak seperti Yesaya atau Yehezkiel. Namun dia adalah orang yang sungguh-sungguh berjuang, berperang sepanjang hidup untuk membela kebenaran dan membawa manusia agar kembali kepada Tuhan. Keberanian dan kuasa pengurapan Tuhan atas Elia hampir tidak ada bandingannya. 

Ketika Elia melayani, bukan tidak ada nabi-nabi yang akademis, yang belajar banyak, tetapi mereka tidak berani berperang seperti Elia. Ada banyak sekolah nabi saat itu, tetapi tidak menghasilkan nabi yang setia kepada Tuhan dan berani berperang demi kebenaran dan kemuliaan Tuhan. Demikian juga ketika Elia diperintahkan oleh Tuhan untuk mengurapi penggantinya, Elia tidak disuruh oleh Tuhan ke salah satu sekolah nabi untuk mengurapi salah satu mahasiswa di situ atau dosen di situ, tetapi Tuhan mengutus Elia untuk mendatangi Elisa, seorang petani yang sedang membajak sawahnya. Saya tidak pernah habis mengerti mengapa begitu banyak sekolah nabi, tetapi tidak satu pun dari mereka yang Tuhan mau pakai. Bukankah ini suatu ironi?

Ada tiga jabatan penting di dalam Perjanjian Lama, yaitu Raja, Imam, dan Nabi. Seorang raja harus diurapi oleh nabi atau imam baru bisa menjabat; seorang imam juga harus diurapi sebelum bisa menjabat; tetapi tidak setiap nabi diurapi terlebih dahulu. Demikian juga Tuhan menjanjikan raja harus dari keturunan Daud; dan imam harus dari keturunan Harun yang kemudian dipersempit harus dari keluarga Zadok; tetapi tidak demikian dengan nabi. Raja menguasai bidang politik; imam menguasai bidang agama; nabi berbicara di semua bidang karena ia harus menjadi pembawa pesan Allah kepada seluruh manusia. Nabi berbicara berkenaan dengan masyarakat, politik, etika, agama, bahkan ekonomi. Maka nabi memiliki pelayanan yang sangat unik. Ia harus sangat peka akan suara Roh Kudus dan harus menyampaikan perkataan yang sesuai dengan pimpinan dan kehendak Tuhan serta kebutuhan zaman. Setelah ia mengatakan hal itu, mungkin sekali ia akan dibenci, dipenjara, dianiaya, disiksa, atau bahkan dibunuh. Tuhan tidak memilih seseorang dari sekolah nabi, bukan orang yang lulus sekolah theologi dengan cum laude atau summa cum laude, tetapi orang yang memiliki hati yang hanya diketahui oleh Tuhan sendiri. Inilah Elisa. Ketika Tuhan memanggil dia, dia membuang semua dan mengikuti Elia. 

Sekarang banyak orang kaya yang mau dipanggil Tuhan, tetapi tidak mau melepaskan dagangannya. Mau ikut melayani tetapi tidak mau melepaskan dagangannya, alasannya adalah untuk kepentingan anak dan isterinya. Tetapi kita melihat di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, orang-orang yang dipakai Tuhan dengan luar biasa memiliki ciri khas yang sama, yaitu mereka meninggalkan semua milik mereka dan mengikuti Tuhan. 

Apakah ini bukan suatu tema yang penting untuk abad ini? Sekarang banyak pendeta Karismatik yang masih berdagang, melakukan investasi, dan memiliki kekayaan yang luar biasa banyak dari usahanya. Hal ini mulai masuk ke dalam Gerakan Reformed, di mana orang mau ikut Reformed tetapi tidak mau melepaskan semua untuk mengikut Tuhan. Kalau memang tidak memiliki panggilan, silahkan engkau tetap menjadi pengusaha dan boleh belajar theologi, tetapi engkau bukan orang yang dipanggil dalam pekerjaan Tuhan sepenuh waktu. Saya tidak setuju orang yang mau menjadi pendeta sekaligus berdagang. Mau naik mimbar, sekaligus mau jual-beli saham dan sebagainya. Silahkan engkau menjadi orang awam atau tua-tua atau majelis yang mengerti theologi Reformed, memelihara dan menjaga ketat kepercayaan Kristennya, karena orang tidak bisa membedakan siapa manusia yang menyerahkan diri seluruhnya untuk melayani Tuhan atau manusia yang masih mau separuh-separuh. 

Seorang guru bertanya kepada muridnya: “Apakah kalian mau menjadi seperti Lazarus atau seperti orang kaya?” Tidak ada yang berani menjawab. Lalu untuk kedua kalinya guru ini bertanya lagi pertanyaan yang sama. Seorang anak menjawab: “Waktu hidup mau seperti orang kaya, waktu mati mau seperti Lazarus.” Hari ini begitu banyak orang mau memilih jalan ini. Kita memiliki wadah untuk orang awam yang mau belajar theologi, yaitu di STRI, dan kita memiliki sekolah untuk mereka yang terpanggil dan mau dilatih menjadi hamba Tuhan full-time, yaitu Institut Reformed. Kita mengizinkan orang awam belajar theologi supaya mereka mengawasi doktrin sambil memiliki jabatan dalam masyarakat. Tetapi mereka yang terpanggil dan mau menjadi hamba Tuhan harus melepaskan semua hal untuk hidup dalam pelayanan pekerjaan Tuhan.

Mengapa Tuhan menyuruh Elia mencari Elisa? Dari pelayanan dan teladan Elisa sampai akhir, kita melihat bahwa Tuhan tidak salah memilih Elisa. Elisa memiliki niat dan kuasa seperti Elia. Orang seperti ini di Perjanjian Baru adalah Yohanes Pembaptis. Ketika Elisa dipilih, ia tidak menjadi sombong. Dia tahu Tuhan memilih dan mau memakai dia, tetapi dia juga tahu bahwa waktunya belum tiba maka ia menunggu dengan taat. Kita harus menunggu hingga momen Tuhan tiba. Elisa dipanggil Tuhan, tetapi Elisa dipanggil dengan syarat yang lambat laun kelihatan, yang pada awalnya sama sekali tidak diberitahu apa-apa. Elia disuruh melantik dan memanggil Elisa. Elia adalah seorang yang tidak banyak bicara. Seorang yang terlalu banyak bicara selalu membuang waktu dan membocorkan banyak rahasia kekuatan Tuhan. Orang yang betul-betul mau mengamati pimpinan Tuhan, jarang berbicara. Elisa tidak banyak bicara, Elia juga tidak banyak bicara. Sejak Elisa dipanggil sampai Elia dipanggil kembali oleh Tuhan naik ke surga, diperkirakan memakan waktu cukup lama, mungkin 5 hingga 7 tahun. Alkitab hanya menuliskan bahwa selama itu Elisa hanya menjadi seperti budak Elia yang menuang air untuk Elia. Sekarang banyak murid yang baru belajar dua semester sudah mau menjadi seperti pengkhotbah besar, merasa lebih hebat dari gurunya. Belum sempat membalas budi sudah memberontak melawan gurunya, atau mencuri khotbah gurunya lalu mengkhotbahkan sehingga orang memuji dan memandang kepadanya sambil melupakan gurunya. Elia mungkin dianggap kejam atau terlalu ketat karena tidak memberikan kesempatan bagi Elisa untuk melayani. Sepertinya Elisa tidak diberi kesempatan sama sekali, tetapi ini adalah cara Alkitab. Elisa menjadi orang yang menuang air untuk Elia sehingga bisa diam dan terus mengamat-amati gurunya. Ia belajar memandang kepada gurunya, belajar mencontoh, dan merendahkan diri sendiri, menanti dengan sabar hingga waktu Tuhan tiba.

Saya ingin saudara perhatikan, saat itu murid di sekolah nabi juga memiliki kepekaan dan mereka mengetahui bahwa Elia akan dipanggil Tuhan sehingga bukan sekolah itu yang salah mendidik. Mereka mendidik dengan baik dan murid-muridnya memiliki kepekaan seperti Elisa. Elisa juga bukan sekedar seorang pembantu, tetapi ia juga belajar dan memiliki kepekaan akan pimpinan Tuhan. Kita melihat bahwa para murid di sekolah nabi juga mengetahui tentang kepergian Elia. Tetapi dari semua murid di sekolah nabi, Elisa adalah murid pribadi yang dididik oleh guru pribadi, yaitu Elia. Dan Elisa memiliki kepekaan seperti yang dimiliki oleh mereka yang sekolah theologi. Orang yang masuk sekolah theologi tidak boleh menghina mereka yang tidak sekolah theologi, dan orang yang tidak masuk sekolah theologi tidak boleh rendah diri. 

Ketika muda, banyak rekan saya pergi sekolah ke luar negeri, saya tidak bisa pergi karena saya tidak memiliki kewarganegaraan (stateless) dan miskin sekali. Saya bertumbuh menjadi anak yang miskin dan minder. Tetapi saya bersandar kepada Tuhan dan selangkah demi selangkah mendapatkan kekuatan rohani untuk menjadi hamba Tuhan yang diakui di dunia. Elisa terus mengikuti gurunya sekalipun Elia berusaha untuk memisahkan diri dari Elisa, tetapi Elisa bersikeras untuk senantiasa mengikuti sang guru. Kita harus terus mengikut Tuhan dan setia mengikut Tuhan walaupun banyak hambatan yang berusaha menghentikan langkah kita. 

Ketika Elia terus berusaha untuk memisahkan diri, Elisa semakin teguh mengikuti gurunya. Di sini saya melihat betapa hamba Tuhan yang begitu gigih mau mengikuti Tuhan adalah hamba Tuhan yang akan dipakai Tuhan dengan besar. Yakub begitu gigih mempertahankan Malaikat yang bergumul dengan dia dan akhirnya dia diberkati oleh Tuhan. Kita juga harus sungguh dan gigih bertekad mengikut Tuhan dan tidak mau melepaskan-Nya sedikit pun. Kiranya kita mempunyai niat yang kuat sehingga menghasilkan suatu kegigihan. Niat yang kuat untuk mau dipakai Tuhan, mau diberkati, niat untuk tidak mau kompromi, dan tidak mau dibuang oleh Tuhan. 

Orang yang sungguh-sungguh gigih dalam hal yang berkenan di hadapan Tuhan akan sangat diperkenan Tuhan. Murid di sekolah nabi banyak, tetapi yang gigih hanya satu. Ini yang membedakan Elisa dari yang lain. Banyak pendeta puas dengan apa yang dia sudah capai, puas sudah lulus ujian, puas sudah bisa menggembala gereja kecil, akhirnya pelayanannya menjadi kendur. Semua titik omega harus segera ditransformasi menjadi titik alfa yang baru. Barulah dengan demikian hari depan kita akan senantiasa cerah. 

Ketika saya sudah mencapai usia 50 tahun, saya menjadikannya sebagai awal untuk berjuang mengerjakan panggilan Tuhan dalam Gerakan Reformed Injili ini; ketika menginjak usia 60 tahun, saya minta kekuatan dari Tuhan untuk melayani 5 negara setiap minggu; dan kini di usia 70 tahun, saya mau mulai memperluas Gerakan Reformed Injili ini bukan hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia. Siapa yang menjadikan hari wisudanya sebagai akhir segala sesuatu, celakalah dia. Saya akan terus mentransformasi titik omega menjadi titik alfa yang baru hingga kematian tiba. Kekuatan detik terakhir adalah potensi yang bisa besar sekali, jauh melampaui potensi pertama kita berjuang. 

George Whitfield, ketika pertama kali berkhotbah yang hadir sebanyak dua ratus orang; hari kedua sebanyak seribu orang; hari ketiga sebanyak empat sampai lima ribu orang, hari keempat sebanyak sepuluh ribu orang, dan hari kelima sebanyak dua puluh ribu orang. Berarti kenaikan hari terakhir adalah sepuluh ribu orang. Peningkatan ini sepuluh kali lebih besar dari peningkatan hari pertama ke hari kedua. Seringkali di saat kita merasa paling lemah, paling lelah, di situ Tuhan bekerja semakin dahsyat dan semakin besar. Banyak orang yang semakin tua menjadi semakin kehilangan semangat. Saya berjuang untuk semakin hari semakin bersemangat.

Ketika Elisa begitu gigih mengikuti Elia, akhirnya Elia memperkenankan Elisa ikut. Ketika tiba di tepi sungai dan tidak ada jembatan maka Elia berdoa dan sungai pun terbelah lalu mereka berjalan menyeberang. Pengalaman seperti ini tidak akan pernah dialami Elisa apabila ia menyerah dan meninggalkan Elia. Maka akhirnya hanya Elisa yang melihat bagaimana gurunya diangkat dengan kereta dan kuda api. Jika tidak, ia tidak pernah membayangkan dan tidak pernah mengetahui betapa besar kuasa gurunya, dan betapa besar kuasa Allah yang menyertai gurunya. 

Ketika Haydn mementaskan “Die Schöpfung” di Vienna, Beethoven hadir. Dia sebenarnya kurang menghargai Haydn, gurunya ini, karena dia lebih menghargai Mozart. Ketika pentas selesai, Haydn menyatakan bahwa apa yang dipentaskan sungguh adalah anugerah Tuhan, lalu ia terjatuh pingsan di podium. Beethoven maju dan mengangkat bangkit gurunya yang sudah sangat tua. Dia mengakui bahwa pada awalnya dia berpikir bahwa gurunya sudah tidak memiliki apa-apa, tetapi ternyata masih banyak hal yang belum dia ketahui tentang gurunya ini. Setelah itu, dia begitu menghargai gurunya. Ternyata Haydn masih memiliki musik, inspirasi, gairah, dan keindahan. Ketika kita rendah hati, kita bisa belajar banyak dari orang-orang yang sudah tua yang sering kali tidak kita sadari. Jika Elisa beranggapan bahwa dia sudah cukup mengenal Elia maka ia akan kehilangan momen, sebuah kesempatan indah melihat bagaimana Allah mengangkat Elia. 

Ketika Elia sudah mau pergi, ia menawarkan apa yang Elisa harapkan dari dirinya. Elisa bukan seorang yang kecil hati. Ia tidak meminta hal-hal sepele untuk kepentingan dirinya. Ia meminta “Roh yang menggerakkan Elia dilipat dua kali ganda untuk menggerakkan dirinya.” Ini adalah sebuah permintaan yang luar biasa. Tidak ada orang yang berdoa dan memohon seperti ini. Elisa mau melayani lebih besar, lebih luas, lebih berat, dan lebih banyak dua kali dari Elia. Ia minta digerakkan oleh Roh Kudus dua kali ganda kekuatannya untuk melayani Tuhan. 

Ketika saya memikirkan ayat ini, saya pernah ingin masuk ke ruang Dr. Andrew Gih dan meminta untuk didoakan agar saya mendapatkan Roh yang menggerakkan saya dua kali lebih besar dari yang menggerakkan Dr. Gih. Ketika itu saya berpikir di zaman Dr. Gih orang yang mendengar khotbahnya belum sebanyak zaman saya. Maka di zaman saya dibutuhkan pelayanan dua kali lebih giat dan lebih luas. Kalau pengetahuan orang di zaman Dr. Gih belum sedemikian banyak, maka di zaman saya orang-orang yang harus dilayani memiliki pengetahuan yang jauh lebih banyak. Maka dibutuhkan kekuatan dan gerakan dua kali ganda untuk bisa melayani zaman saya. 

Kini saya sudah menggerakkan Gerakan Reformed Injili. Saya berharap murid-murid saya ada yang berkerinduan dan bertekad minta digerakkan oleh Roh Kudus dua kali lebih besar dan lebih kuat dari yang sudah saya kerjakan. Niat dan kuasa Tuhan ini yang menjadi tanda dari manusia-manusia yang rindu melestarikan dan menggarap Kerajaan Tuhan di dunia ini di sepanjang sejarah. 

Akhirnya kita melihat bagaimana Tuhan mengabulkan permohonan Elisa. Paling tidak kita melihat jika Elia melakukan tujuh kali mujizat maka Elisa melakukan empat belas kali mujizat. Elia membangkitkan seorang anak maka Elisa membangkitkan anak perempuan Sunem, dan setelah Elisa mati, tulangnya masih berkuasa membangkitkan orang mati. Orang kalau miskin uang tidak apa-apa, tetapi jangan dia miskin iman, miskin pengharapan, miskin kasih, miskin kuasa, dan miskin pelayanan. Jika demikian maka ia betul-betul miskin adanya.

Di dalam Perjanjian Baru, Tuhan membangkitkan Yohanes Pembaptis yang memiliki niat dan kuasa pelayanan yang sama. Alkitab tidak mencatat apapun yang Yohanes kerjakan hingga usianya yang ketigapuluh. Di usia 30 tahun ia bangkit dan berseru: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Allah sudah dekat.” Dia menunggu hingga usia 30 tahun baru melayani, ia tidak pernah mau lebih cepat. Hari ini banyak orang tua mau anaknya cepat-cepat sukses, akhirnya membuat banyak anak stress dan depresi. 

Anak saya pernah saya minta untuk tinggal kelas agar dia memiliki keleluasaan untuk bisa mempelajari banyak hal dengan tanpa tertekan dan depresi. Tunggu, jangan sembarangan mau cepat. Yohanes baru muncul di usia 30 tahun, Tuhan Yesus juga mulai melayani di usia 30 tahun. Kita harus menanti waktu Tuhan yang tepat untuk mulai. Orang yang tidak mengerti Theologi Kairos (theology of time), tidak akan bisa dipakai Tuhan secara besar. 

Saat ini gereja lebih sibuk dengan urusan administrasi dan sistem organisasi, bukan bagaimana peka akan pimpinan Tuhan dan menanti waktu Tuhan. Gereja Reformed Injili Indonesia tidak mau terjebak di dalamnya. Gereja-gereja seperti itu kehilangan visi, kehilangan dinamika, kehilangan panggilan, dan kehilangan kesegaran, keinginan dan niat untuk melayani Tuhan dengan urapan Roh Kudus. Kita melihat bagaimana cabang-cabang GRII sekarang berkembang tanpa perlu dukungan dari Pusat. Mereka bisa kuat dan mampu untuk menggarap pekerjaan Tuhan dari awal secara mandiri. Yohanes Pembaptis melayani dengan niat, tanpa dukungan pemerintah, dukungan bait Allah, atau dukungan politik dan lainnya. Ia hidup sederhana di padang gurun dan melayani Tuhan dengan kuasa yang luar biasa. Mungkin ketika Yohanes mulai melayani, orang tuanya sudah tidak ada karena Yohanes dilahirkan pada saat orang tuanya sudah cukup tua maka ia harus betul-betul berjuang sendiri. Orang-orang yang dipakai Tuhan kebanyakan adalah orang-orang yang memahami dan pernah mengalami kepedihan, kesulitan, berbagai macam kesusahan atau kesengsaraan. 

Saya mendidik anak-anak saya untuk belajar mengerti dan mengalami berbagai macam kesulitan sehingga dia bisa semakin dipakai Tuhan. Kesulitan-kesulitan itu akan membangkitkan niat perjuangan yang kuat di dalam dirinya. Dengan demikian mereka bisa menjadi orang-orang yang berguna karena dipakai Tuhan. Ketika orang bertanya apakah anak saya akan menggantikan saya, maka dengan tegas saya mengatakan bahwa saya tidak pernah berpikir bahwa anak saya akan mengambil-alih posisi saya. Kecuali engkau merasa dia memiliki kualitas yang cukup maka biarlah dia tetap belajar dari nol dan bertumbuh atau melayani menjadi misionaris di tempat lain baru dipakai oleh Tuhan.

Elia juga tidak pernah memanjakan Elisa. Yohanes Pembaptis juga tidak dimanjakan oleh orang tuanya. Yohanes Pembaptis makan belalang dan madu hutan, melayani di padang gurun, tetapi sama sekali tidak pandang bulu, tidak tergiur dengan orang kaya, tidak menyenangkan politikus ataupun bersandar pada kuasa militer. Dia adalah orang yang sepenuhnya bersandar kepada Tuhan dan berkhotbah dengan berani dan tegas tanpa kompromi menegur Herodes. Dia memberikan penghiburan dan petunjuk serta memberi pengharapan hadirnya Kerajaan Allah. Dia menuntut agar setiap orang bertobat dari dosa mereka. Ketika orang Farisi yang munafik datang maka dengan berani dia menegur mereka bagai ular beludak. Selama lebih dari 400 tahun orang tidak pernah lagi mendengarkan khotbah yang jujur, berani, dan sedemikian tegas. Yohanes Pembaptis dengan niat yang sungguh dan kuasa urapan Tuhan menyatakan kebenaran dengan begitu berani, rela menderita, rela bekerja keras tanpa upah. 

Ketika seorang pendeta bertanya: “Apakah engkau mau bekerja untuk Tuhan 11 jam dengan upah 1 dinar, atau lebih memilih kerja untuk Tuhan 1 jam dapat 1 dinar?” Hampir semua jemaat memilih yang kedua, hati saya begitu sedih. Gerakan Reformed Injili akan hancur jika jemaat Reformed hanya mau bekerja 1 jam untuk Tuhan untuk mendapat upah 1 dinar. Ternyata banyak orang Kristen yang mau tidak usah bekerja untuk Tuhan, tetapi mendapat banyak berkat dari Tuhan. Kalau punya sikap seperti ini, apa bedanya dengan maling? Saya mau bekerja berat untuk Tuhan walau hanya mendapatkan sedikit upah. Mungkin orang akan menganggap saya orang bodoh, tetapi justru Tuhan berkenan atas orang-orang yang rela mengabdikan hidup untuk Tuhan walau tidak dijanjikan upah apapun. Ketika kita sungguh-sungguh mengabdikan hidup kita untuk Tuhan sepenuhnya, Tuhan juga tidak tentu rela membuat kita tersiksa. Ia akan memberkati kita dan berkenan akan kita. 

Dari sejak remaja saya sudah membiasakan diri tidak menggunakan uang dari orang tua. Dari penghasilan saya, saya selalu menyisihkan 20% untuk penginjilan. Saya membeli traktat, tiket kereta Surabaya-Probolinggo pulang pergi hanya supaya saya bisa membagikan traktat di dalam kereta. Saya juga membeli piringan hitam bekas untuk musik-musik klasik, lalu mendengarkan dan menghafal satu per satu setiap concerto, oratorio, opera, cantata, sonata, dan symphony yang paling penting di dalam sejarah sampai saya mengumpulkan lebih dari 600 piringan hitam. 

Ketika saya masuk sekolah theologi, saya serahkan kembali semua piringan hitam itu secara gratis ke toko di mana dulu saya membelinya. Dari dulu saya suka arloji, dan ketika saya berusia 15 tahun saya membeli dua arloji baru, satu untuk diri sendiri dan satu untuk kakak. Ketika saya masuk ke sekolah theologi, ada bisikan dalam hati saya bahwa saya masih memiliki satu arloji berlapis emas yang mahal dan paling saya cinta. Mengapa tidak menyerahkan itu juga untuk Tuhan? Maka dengan sangat berat hati saya menjual arloji itu dan seluruh uangnya saya persembahkan untuk pekerjaan Tuhan. 

PENUTUP: NIAT DAN KUASA PELAYANAN

Saya telah menyerahkan segalanya untuk Tuhan. Tuhan melihat itu semua dan kini Dia menggantikan semua itu berlipat kali ganda untuk kembali saya persembahkan untuk museum, concert hall, dan semua pekerjaan Tuhan lainnya. Tuhan tidak pernah merugikan umat-Nya yang sungguh-sungguh mencintai Dia dan mau mengorbankan diri bagi-Nya. Jikalau engkau sungguh-sungguh mencintai Dia dan mau menyerahkan semua, jujur hidup miskin, pada akhirnya Tuhan mengembalikan semua itu kepada kamu. Alangkah indahnya orang yang hidupnya di dalam tangan Tuhan. Alangkah indahnya orang Kristen yang memikirkan bukan rencanaku atau hari depanku atau profit-ku, melainkan yang memikirkan kehendak Tuhan terjadilah, Kerajaan Tuhan tibalah, dan nama Tuhan dipermuliakan, karena Tuhan yang empunya kerajaan, dan kuasa, dan kemuliaan sampai selama-lamanya.

Mari kita memperbaiki kerohanian kita; mari kita membersihkan motivasi pelayanan kita; mari kita mengoreksi semua penyelewengan kita; mari kita meminta kepada Tuhan untuk membenahi pelayanan kita sampai kita betul-betul menjadi orang yang berkenan di tangan Tuhan. Mari kita berdoa: “Tuhan, dengan niat seperti ini kiranya Engkau memenuhi aku dan memberikan kuasa-Mu kepadaku.” NIAT DAN KUASA PELAYANAN.

Amin.

Dr Stephen Tong
Source : https://teologiareformed.blogspot.com/2018/06/niat-dan-kuasa-pelayanan.html#

Sunday, January 27, 2019

Gentleman and Small Man

Gentleman and Small Man
Gentleman and Small Man (Bagian 1)

Kongfuzu tidak membagi manusia ke dalam kategori orang berdosa dan orang benar, melainkan君子 dan 小人(‘jun zi’dan ‘xiao ren’), gentleman and small man. A gentleman has a great personality, bertanggung jawab atas semua tindakannya, benar-benar menjalankan kebajikan yang dia ketahui. Sementara xiao ren atau little man, selalu bertindak sembunyi-sembunyi, tak pernah mau berterus terang.

Setelah kita mempelajari semuanya, barulah kita merasa malu karena kita yang mengaku bahwa ajaran Kristen melampaui semua filsafat, karakter kita kalah dengan mereka yang hanya menerima wahyu umum. Ajaran Kongfuzu bukanlah wahyu umum tetapi hanya merupakan man’s response towards God’s general revelation. Maka tak heran kalau ada pertentangan antara filsafat Kongfuzu dan Alkitab. Tapi setidaknya kita tahu bahwa Kongfuzu tidak hanya mengajar satu ide karena dia sendiri juga menjalankannya. Kejujuran inilah yang membuat dia menjadi begitu agung dan dihormati oleh banyak orang. Saya berharap dia diterima oleh Tuhan. Adakah Alkitab menyinggung keselamatan untuk orang-orang yang seperti dia? Dalam Kisah Para Rasul 10, komentar Petrus setelah menyaksikan peristiwa yang terjadi di rumah Kornelius: “Ternyata orang yang takut Tuhan dan menjalankan kebenaran, diperkenan oleh Tuhan.” Tentu bukan maksud saya mengatakan bahwa orang-orang seperti Kornelius dapat menerima keselamatan secara otomatis, tapi kepada orang-orang seperti itulah Petrus diutus memberitakan Injil Yesus Kristus agar mereka diselamatkan. Dan sebenarnya, sebelum Petrus ke sana, kebajikan mereka sudah Tuhan perkenan.

Dalam ajaran Kongfuzu terdapat banyak istilah “jun zi”. Ada yang dia ajarkan dan ada yang didefinisikan oleh murid-muridnya. Kita hanya membahas ajaran Kongfuzu sendiri.

1. jun zi yu yu yi, xiao ren yu yu li; 君子喻於義,小人喻於利;seorang gentleman, meski merugi tetap memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Tapi small man, hanya mengutamakan profit. Memang, zhe shi jie li hai zhe gai shi fei; 這世界利害遮蓋是非; dunia kita mengedepankan untung-rugi, bahkan mengizinkan untung-rugi menudungi benar-tidak benar, maka orang yang sebelum berkawan dengan orang lain sudah mempertimbangkan untung-ruginya dulu, suka dekat dengan orang-orang yang menurut dia bakal mendatangkan banyak keuntungan baginya, tak peduli terhadap banyaknya kesalahan yang telah mereka perbuat, dia adalah xiao ren, little man. Itu sebabnya saya mengharapkan semua hamba Tuhan, majelis, penatua, setiap orang Kristen mengerti ajaran Kongfuzu, agar kita menjadi orang Kristen yang lebih bertanggung jawab. Yesus berkata, “Jika kebenaranmu tak melebihi kebenaran orang Farisi, engkau tak dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Itu sebabnya orang Kristen perlu introspeksi diri: apa yang menjadi titik fokus kita dalam segala hal yang kita lakukan, profit atau kebenaran?

2. jun zi shang da, xiao ren xia da; 君子上達,小人下達;gentlemen selalu berjuang untuk lebih maju, bagai mendayung perahu ke tempat yang lebih tinggi, begitu susah payah, menguras semua tenaga yang ada. Tapi small man hanya memikirkan hal-hal yang remeh sampai-sampai mau merendahkan martabat dirinya, tak segan melakukan hal-hal yang tidak beres. Ya, saat meluncur ke bawah memang terasa enak dan mudah. Suatu kali, Henry Alfred Kissinger berkata kepada Zhou En Lai: “Prime Minister Zhou, may I ask you a question?” “Yes” “Mengapa saat orang Tionghoa berjalan, selalu membungkuk, tidak seperti orang Amerika, berjalan dengan tegak, gagah?” Zhou En Lai yang sangat pintar menjawabnya: “Karena orang Tionghoa sedang mendaki gunung, sementara kalian, turun gunung”. Itulah kepiawaiannya menghadapi situasi yang genting, dapat menjawab dengan tepat, maka Kissinger sangat menghormati dia dan memandangnya sebagai high class politician. Bahkan Mao Ze Dong meski pernah beberapa kali mencoba untuk mendongkel dia, tetap tidak berhasil. Apa sebabnya? Karena dia memilih untuk menjadi second man, tidak pernah membuat atasannya merasa terancam. Tidak melakukan apa yang terdapat di peribahasa Tionghoa ‘gong gao zhen zhu’(功高震主) karena sangat berjasa tuannya pun dibuatnya gentar’. Maka orang menjulukinya bu dao weng (不倒翁), boneka yang bagian bawahnya bulat, kalau didorong akan bergoyang ke kanan dan ke kiri beberapa kali lalu tegak kembali. Suatu kali saat dia berkunjung ke Rusia, Kruschev menyatakan ketidaksenangan terhadapnya dengan mengeluarkan ingus di sapu tangan dan memasukkannya ke saku. Zhou En Lai juga ikut-ikutan membuang ingus di sapu tangan lalu membuangnya. Maksudnya, kau merasa tidak senang tapi masih menyimpannya, sementara aku, kalau tak senang, ya dibuang saja.

3. jun zi you san wei; 君子有三畏; gentleman takut akan tiga perkara: 1. wei tian ming (畏天命) takut pada mandat sorga, tak berani tak menjalankannya atau menunda-nundanya; 2. wei da ren (畏大人) takut pada pembesar; 3. wei sheng ren zhi yan (畏聖人之言) takut pada perkataan orang suci. Kalau menggunakan versi kita: 'jalankan Firman Tuhan, taati kebijaksanaan orang-orang yang berpengalaman dan kata-kata nabi.'

4. jun zi qiu zhu ji; 君子求諸己;A gentleman demands from himself; gentleman selalu menuntut diri begitu rupa, menunaikan semua tugas dengan baik. Xiao ren qiu zhu ren; 小人求諸人;small man only demands from others; small man selalu menuntut dan mempersalahkan orang lain. Jadi, orang yang selalu menuntut, mendisiplin, mengintrospeksi diri adalah gentleman, dan orang yang hanya tahu menuntut orang lain, dirinya sendiri tak melakukan apapun adalah small man. Mirip dengan teguran Yesus Kristus kepada orang Farisi yang terus menyuruh orang melakukan ini dan itu tapi dirinya sendiri tak melakukan apapun. Tapi waktu engkau membandingkan statement Kongfuzu yang mirip dengan statement Yesus Kristus, misalnya ajaran Kongfuzu: ‘Apa yang tak kau inginkan, jangan kau lakukan pada orang lain’, sementara ajaran Yesus Kristus: ‘Kau ingin diperlakukan seperti apa, lakukan itu pada orang lain’, maka engkau akan menemukan mana yang aktif. Ajaran Yesus menuntut kita untuk rela berkorban – dinamis; melakukan dulu apa yang engkau inginkan. Maka masyarakat yang mengadopsi ajaran Kristen selalu dinamis dan punya inisiatif, sementara masyarakat yang menganut ajaran Kongfuzu ‘Engkau tak menggangguku, aku juga tak mengganggumu’ – cenderung pasif, statis.

5. jun zi bu qi; 君子不器;gentleman tak seperti bejana yang hanya punya satu fungsi. Misalnya gelas hanya dipakai untuk minum. Gentleman harus belajar sebanyak mungkin sehingga hidupnya dapat berguna bagi banyak hal. Itulah yang membedakan orang Tionghoa dan orang Barat. Orang Tionghoa jarang sekali yang jadi specialist, mayoritasnya generalist, bisa ini, bisa itu, tapi tak ada yang mereka dalami. Sementara orang Barat, banyak yang jadi specialist, khusus meneliti satu hal sampai mendalam, bagaimana dengan hal-hal lain? Tak tahu sama sekali. Saya punya sebuah buku yang saya beli 35 tahun silam, hanya judulnya saja sudah sangat menarik: ‘Between Japanese and Jewish’. Ayah dari penulisnya adalah orang Yahudi dan ibunya adalah orang Jepang, maka dia menyelidiki, membandingkan kebudayaan kedua orang tuanya dan menyimpulkan: orang Timur adalah generalist bukan specialist, sementara orang Barat, mayoritas adalah specialist bukan generalist. Dan Israel adalah satu-satunya bangsa yang menuntut untuk jadi generalist dulu baru mengkhususkan diri jadi specialist. Dengan begitu karyamu akan sangat mengejutkan. Jepang meniru falsafah ini tapi tertinggal jauh dari orang Yahudi. Sekarang sudah tak ada buku yang menyajikan studi banding antara Asia dan Barat. Sungguh sangat ironis, orang Indonesia yang punya kesempatan studi di Australia, Amerika, setelah pulang pemikirannya sudah Americanized, tak tahu akan ajaran Chinese dan Indonesia yang baik. Sebaliknya, orang yang memahami betul akan ajaran Chinese dan Indonesia tak pernah studi ke luar negeri, dan tak punya pemikiran global. Maka sebagai orang Kristen, selain mempelajari Alkitab juga perlu mempelajari pemikiran orang non-Kristen. Karena jun zi bu qi; a gentleman is so useful in so many aspects, because he learns so many things. Seorang anak dari Profesor saya mempelajari teknik pesawat, ironisnya setelah lulus tak pernah mendapatkan pekerjaan. Saya bertanya kepada ayahnya: “Mengapa bisa begitu?” “Dia studi teknik pesawat khusus bagian propeler dan begitu dia selesai studi, dunia tak lagi menggunakan pesawat propeler tapi menggunakan jet. Jadi meski dia memperoleh gelar, ilmu yang dia miliki tak pernah terpakai karena dia hanya menekuni satu bidang, tak tahu yang lain. Padahal arti dari istilah ‘Doktor’ di bahasa Mandarin adalah orang yang berpengetahuan luas, bukan hanya ahli dalam satu hal.

6. Jun zi zhou er bu bi, xiao ren bi er bu zhou; 君子周而不比,小人比而不周;gentleman menyatu dengan semua orang, bukan membentuk klik, kelompok eksklusif. Sebaliknya small man hanya berkumpul dengan orang-orang tertentu, tak mau tahu dengan yang lain. Jadi, gentleman memperhatikan masyarakat secara menyeluruh, utuh, sedangkan small man hanya mementingkan segelintir orang yang baik dengannya. Kadang-kadang di gereja juga terdapat orang-orang seperti ini, hanya mau bergaul dengan orang yang cocok dengannya. Kalau ditanya mengapa? Karena bicaranya klop, bisa diajak bicara dari hati ke hati. Itu bukan persekutuan melainkan geng. Bisakah kau berdiskusi dengan orang yang tidak cocok denganmu? Persatukan seluruhnya bukan hanya mementingkan segelintir orang yang cocok denganmu.

7. jun zi jin er bu zheng, qun er bu dang; 君子矜而不爭,群而不黨;gentleman mempersatukan seluruhnya dengan tegas, bukan untuk mencari muka atau menyenangkan segelintir orang melainkan sanggup berkerja sama dengan semua orang. Karena jun zi he er bu tong, xiao ren tong er bu he; 君子和而不同,小人同而不和; gentleman hidup rukun dengan semua orang tapi tak dapat menyetujui pendirian yang salah. Dengan kata lain, dia memegang teguh pendiriannya namun tetap menaruh hormat kepada orang yang pendiriannya berbeda dengannya dan hidup rukun bersamanya; to agree with disagreement. Sementara small man, menyetujui semua teori, bahkan teori yang tidak benar, kompromi. Tapi di saat lain dia bisa bertengkar dengan orang begitu rupa, tak menjaga keharmonisan di masyarakat.

8. Jun zi tai er bu jiao, xiao ren jiao er bu tai; 君子泰而不驕,小人驕而不泰;gentlemen sangat stabil dan tak sombong, sedangkan small man selalu meninggikan diri tapi jiwanya tak stabil. Jadi, orang yang agung tak menonjolkan diri, begitu stabil, mantap, dan tenang. Meski dalam bahaya juga tak panik. Sementara small man selalu ingin memamerkan kehebatan diri sendiri tapi waktu kesulitan tiba dia panik luar biasa, jiwanya tak stabil. Pernah terjadi di kota Xia Men, seorang yang baru belajar ilmu bela diri merasa diri hebat dan sering memukul orang. Suatu hari datang seorang wanita tua, menepuk dia sambil berkata: “Anak muda, jangan berlagak seperti itu.” Ia menjawab dengan geram: “Hai encim tua, kalau aku mau begini, kau mau apa?” Encim itu menepuk bahunya tiga kali sambil berkata: “Jangan!” “Kau tak usah ikut campur urusanku.” “Aku hanya menasihatimu,” lalu encim itu pergi. Setelah kejadian itu, pemuda itu mulai merasa tangannya sakit, hampir tak bisa digerakkan, dia bertanya pada orang, “Mengapa ya, tanganku sakit sekali?” “Apa kau terjatuh?” “Tidak” “Tertabrak?” “Tidak, hanya ditepuk oleh seorang encim tiga kali” “Encim yang mana?” “Yang kurus, yang....” “Wah celaka, ilmu bela dirinya hebat sekali, orang yang ditepuknya bisa-bisa jadi lumpuh.” “Jadi, apa yang harus kuperbuat?” Dia mulai panik. Itulah jiao er bu tai; merasa dirinya hebat tapi tak stabil. “Kau harus mencari dia, karena hanya dia yang bisa memulihkan tanganmu.” “Dimana dia tinggal?” “Di pegunungan yang jauh sekali.” “Tanganku begini sakit, mana mungkin aku ke sana?” “Apa boleh buat, kalau kau tak menemui dia, tanganmu akan cacat.” Maka dia terpaksa pergi ke sana dan syukur, si encim ada di sana, lalu katanya: “Encim, tolong aku, tanganku sakit sekali.” Si encim melirik dia lalu katanya: “Aku tak punya waktu.” “Tolong adakan waktu buatku.” Tapi dia biarkan pemuda itu menunggu berjam-jam, minta-minta ampun, baru ditanya: “Kau adalah pemuda yang suka memukuli orang, bukan?” “Ya.” “Apakah perbuatanmu itu bisa dibenarkan?” Dia pun berlutut pada encim tua itu sambil menangis, kata encim itu: “Berdiri,” lalu tangannya dipelintir, pemuda itu berteriak sejadi-jadinya karena kesakitan. “Sekarang kau tahu apa itu sakit? Aku perintahkan kau belajar bela diri dengan baik, tapi jangan sombong. Kalau kau berani sombong, kau berurusan denganku.” Sesudah itu, dia memberinya obat dan menyuruhnya pulang. Sejak hari itu, pemuda itu berubah, tak lagi jiao er bu tai melainkan tai er bu jiao.
Gentleman and Small Man (Bagian 2)

Kongfuzu tidak membagi manusia ke dalam kategori orang berdosa dan orang benar, melainkan君子, 小人 (jun zi dan xiao ren); gentleman and small man. A gentleman has a great personality, bertanggung jawab atas semua tindakannya, benar-benar menjalankan kebajikan yang dia ketahui. Sementara xiao ren (little man), selalu bertindak sembunyi-sembunyi, tak pernah mau berterus terang.

9. Jun zi na yu yan, er min yi xing;君子欲 於言,而敏於行;gentleman slow in talking but diligent in doing; gentlemantak fasih berkata-kata tetapi mengerjakan semua hal dengan rajin, gesit, teliti, dan sungguh-sungguh; dia lebih pandai menjalankan apa yang dia ketahui ketimbang menuturkan teorinya. Ada beberapa majelis kita kalau disuruh naik ke mimbar, ketakutan bukan main bahkan kabur. Tapi kalau disuruh bekerja, seberat apa pun dia dapat mengerjakannya dengan baik. Saya menyukai orang yang menjalankan tugasnya dengan setia, kalau disuruh berbicara tak mau. Dia berbeda dengan orang yang pandai berbicara tetapi tak mau mengerjakan apa-apa atau mengerjakan dengan ogah-ogahan.

Semua bahan kuliah ini, kalaupun kau tak ingat bahasa aslinya, paling tidak kau tahu artinya dan dapat kau pakai untuk mendidik anakmu. Karena tak banyak orang seagung Kongfuzu. Coba perhatikan orang Barat yang butuh ribuan tahun untuk mengumpulkan statement-statement agung yang diucapkan si A, si B. Tapi Kongfuzu seorang diri dalam masa hidupnya yang hanya 72,5 tahun menemukan, mengajarkan, dan menjalankan ajaran yang sangat penting ini. Semua kebijaksanaan termasuk kebijaksanaan orang non-Kristen berasal dari Tuhan, bukan? Jadi mari kita saring dan wariskan pada anak cucu kita. Ajar mereka untuk menjalankan dahulu, bukan komentar dahulu. Waktu saya duduk di kelas lima, seorang guru mengatakan, “Orang Jerman bekerja dan bekerja, tak banyak berbicara. Orang Inggris sambil bekerja sambil berbicara. Orang Tionghoa hanya berbicara tak mengerjakan apa-apa.” Statement itu saya kaji dan sadar bahwa apa yang dia katakan itu benar adanya.

10. Jun zi zhen er bu liang; 君子貞而不諒; gentleman boleh saja tak peduli pada hal-hal yang remeh, tapi dia tetap mempertahankan kebenaran dengan gigih. Orang yang selalu berkutat dalam hal-hal kecil mungkin semua barangnya rapi, bersih, tapi tak pernah memberi sumbangsih apa-apa pada dunia. Seorang gentleman mengutamakan perkara besar tanpa mau kompromi, tapi ada kalanya dia mengabaikan hal-hal kecil. Seringkali isteri tak tahan melihat suaminya yang tak peduli akan hal-hal kecil, maka dia selalu memperhatikan apakah kancing bajunya sudah terpasang semuanya, adakah rambutnya kurang rapi. Padahal orang-orang seperti Albert Einstein, dia mempersiapkan kuliahnya begitu rupa sehingga waktu bel masuk kelas berbunyi dia tak menemukan ikat pinggangnya, maka dia mengenakan dasi sebagai ikat pinggangnya lalu masuk kelas memberi kuliah tanpa peduli apa pandangan orang lain terhadap dirinya. Contoh lain: James Watt, penemu mesin uap, karena begitu asyik bekerja, waktu dia ingin merebus telur, ia malah memasukkan arloji sakunya ke dalam panci. Ketika dia mau memakan telur rebusnya baru dia tahu bahwa yang ada di dalam panci itu bukan telur melainkan arloji sakunya. Contoh lain: Thomas Edison, setelah melangsungkan pernikahan di gereja dia naik kereta kuda dan semua orang bertepuk tangan memberi selamat. Ketika kereta kuda yang dia tumpangi melewati laboratoriumnya dia berkata pada isterinya, “Tunggu sebentar ya...” lalu dia masuk dan diam di sana satu hari serta lupa untuk keluar. Kadang-kadang tokoh-tokoh besar tak peduli akan urusan yang remeh. Jadi jangan memandang kecerobohannya sebagai satu kesalahan besar karena gaya hidupnya adalah zhen er bu liang. Isteri Socrates sering masak dengan susah payah tapi ternyata suaminya tidak pulang untuk makan. Karena itu dia marah besar bahkan pernah melemparkan masakan ke wajah Socrates. Karena yang jadi perhatian Socrates adalah filsafat maka kalau dia bertemu dengan orang yang mau berdebat dengannya, meski harus berdebat dua tiga jam dia akan layani sampai lupa pulang untuk makan dan akhirnya isterinya mengamuk. Maka katanya, “A good wife makes a sweet home for you, a bad wife makes you a philosopher.” Contoh lain: John Wesley, menikah saat dia berusia 45 tahun, malam harinya dia menulis di buku harian: “Dulu aku pikir orang yang tidak menikah bisa melayani pekerjaan Tuhan dengan penuh konsentrasi, namun hari ini aku menyudahi pikiran itu dan menikah”. Tapi faktanya dia salah menikah karena ia menikahi janda yang buruk paras dan galak sekali. Setiap kali berselisih pandangan dengannya ia pasti pulang ke rumah orang tuanya. John Wesley sejak usia 20 tahun, dalam setiap tahun berkhotbah seribu kali dan dalam setiap hari berkhotbah tiga sesi. Dia lakukan itu selama 45 tahun, pergi ke sini ke sana bukan dengan naik pesawat melainkan dengan menunggang kuda. Suatu hari isterinya marah-marah dengannya, dan karena bosan dengan omelan isterinya, dia mengenakan pakaian lalu turun dari apartemennya, berdiri di tepi jalan dan menunggu dokar. Isterinya terus mengomel sampai akhirnya sadar mengapa sepi sekali, ternyata John Wesley sudah tidak di dalam rumah. Ia menengok ke bawah dan melihat suaminya berdiri di sana. Maka ia mengambil satu ember air lalu dituangnya ke bawah sehingga suaminya basah kuyup. Saat itu seorang kawan lewat di sana dan bertanya, “Apa yang terjadi denganmu, John?” “Biasa, sesudah halilintar disusul dengan hujan yang lebat,” jawabnya.

11. Jun zi tan dang dang, xiao ren chang qi qi; 君子坦蕩蕩,小人常戚戚; gentleman berhati lapang meski sedang susah dan memikul beban berat; tetap ceria dan tabah. Sementara xiao ren sepanjang hari terus menggerutu, murung, tak pernah puas. Kalau kau memberinya sesuatu dia selalu berkomentar kurang besar, kurang... Kalau tak diberi apa-apa kau dianggap pelit, serba salah. Maka mana yang lebih enak, jadi gentleman atau small man? Gentleman. Maka belajarlah saat jatuh sakit tidak mengeluh, tidak takut, atau khawatir. Saya sadar menjalani hidup seperti itu memang tak gampang, tapi terus belajar sampai berhasil menghadapi segala situasi hidup dengan tabah. Sebenarnya hari Minggu lalu waktu terbang ke Singapore, saya merasa sedikit khawatir karena minggu ini setelah pulang dari Taipei, keesokan paginya harus ke kedutaan, lalu sore sampai malam harus mengajar selama tujuh jam. Apa jadinya kalau saya mengantuk atau jatuh sakit padahal peserta yang mendaftar untuk ikut kelas ini begitu banyak. Puji Tuhan, kuliah ini berlangsung sampai besok malam dan Tuhan memberikan saya kekuatan. Selesai mengajar langsung pulang dan berbaring, tidur sebentar lalu bangun dan makan. Lelah tapi penuh sukacita karena bisa menjadi berkat bagi banyak orang. Jadi bukan bersungut-sungut melainkan mengatur sedemikian rupa agar tetap bisa bersyukur pada Tuhan, Amin?

12. Jun zi yi you qiong fu?zi re, jun zi gu qiong, xiao ren qiong se lan yi; 君子亦有窮乎? 子曰,君子固窮,小人窮斯濫矣;Seorang murid Kongfuzu bertanya, “Mungkinkah orang agung jatuh miskin?” Jawabnya, “Orang agung bisa saja jatuh miskin meski begitu dia akan tetap mempertahankan karakternya.” Berbeda dengan small man yang saat miskin karakternya akan hancur. Jadi di masa jaya small man mengumbar nafsu berahinya dalam perzinahan dan ketika menjadi miskin dia mencuri, menipu, melakukan segala kejahatan – moralnya hancur-hancuran. Jika begitu maka Paulus adalah seorang yang agung karena dia mengetahui bagaimana hidup dalam kelimpahan maupun kekurangan.

13. Jun zi cheng ren zhi mei; xiao ren fan shi; 君子成人之美。小人反是; gentleman always accomplish other’s goodness; makes others more perfect; gentleman menyempurnakan keindahan orang lain sementara small manterbalik, tak senang melihat orang lain sukses. Jadi kalau ada orang memberitahu rencananya yang agung dan minta pandapatmu, jangan iri dengannya tapi restui dia, kalau perlu bantulah dia. Memang ada orang yang berpikir, apa jadinya kalau aku membantunya dan nanti dia menjadi lebih hebat dariku? Tak jadi soal. Kalau Tuhan mengizinkan dia jadi hebat biar kehendak-Nya yang jadi. Orang agung menyempurnakan keindahan bagi orang lain, tetapi small mantidak cukup lapang dada untuk menyaksikan orang lain sukses. Kriteria inilah yang membuat kita dapat mengenali dengan mudah siapa itu small man. Tentu bukan untuk meniadakan dia melainkan mendoakan, menolong dia keluar dari belenggu dirinya dan menjadi orang yang agung. Yang terpenting adalah jadilah orang agung dan didiklah anakmu mengarah pada karakter yang agung.

Saya harap kalian belajar akan hal ini, saat mau mengerjakan sesuatu jangan pikirkan susahnya dahulu tapi pikirkan kemungkinannya dahulu. Hal ini memang mudah untuk diucapkan namun tidak mudah untuk dijalankan. Tapi usahakanlah setiap kali punya kesempatan untuk menolong orang, pikirkanlah ini: “If I can give contribution to help others, that is my privilege, I should thank God.” Dengan begitu kau akan terus-menerus menjadi berkat bagi orang lain. Ketahuilah saat orang menerima berkat melaluimu, kau juga akan mengalami sukacita yang tak mungkin dapat dibeli dengan uang karena kau yang begitu remeh masih Tuhan pakai jadi berkat bagi orang lain.

14. Jun zi bu ke xiao zhi er ke da shou ye; xiao ren bu ke da shou er ke xiao zhi ye;君子不可小知而可大受也; 小人不可大受而可小知也; a gentleman must not be evaluated from the small shorted because he can be trusted to do the great task; jangan terus memperhitungkan kelemahannya yang kecil, misalnya pelupa karena itu tidak fair, bukankah sudah terbukti bahwa ia sanggup mengerjakan tugas yang berat dengan tuntas? Menurut orang Tionghoa, barangsiapa lebih dulu datang mengadu dialah yang salah. Tentu kau pernah bertemu dengan orang yang setelah mendengar kau memuji si Anu hebat, langsung menimpali dengan: “Tapi tahukah kau, dia itu gini, gini, gini... bukan? Saya justru terbalik, kalau orang melapor orang ini begini, begitu, saya akan menimpali, “Tapi dia agung, sukses dalam hal ini, ini...” guna mengimbangi.

15a. Jun zi yi shi er nan yue ye; 君子易事而難說 (讀悅); gentleman is very easy to be served but very difficult to be pleased. Gentleman mudah untuk dilayani dan tidak menyusahkan orang, tidak minta untuk dilayani secara khusus – apa adanya, tapi sulit untuk membuat dia puas. Seorang tetangga saya di Malang menetapkan bahwa sayuran harus dipotong tak lebih dari 5 cm. Kalau lebih dia langsung komplain, “Apa kau berniat membuatku mati tersedak?” Maka nyonyanya susah sekali karena suaminya susah sekali dilayani, menuntut ini dan itu. Tapi kalau Anda melayani saya tentu merasa mudah karena makanan apapun (yang bisa dimakan) yang disajikan pasti saya makan, meski setiap hari saya harus pindah tempat tidur, ada tempat yang menyediakan bantal tebal, tempat lain menyediakan bantal tipis, di tempat ini harus bangun pagi buta, di tempat lain bisa bangun sedikit siang karena jadwal penerbangan yang berbeda-beda. Di bulan Januari, setiap minggu bagai hidup di empat musim, di Indonesia panas, di Taiwan dingin, saya dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan karena sudah terlatih untuk hidup sederhana. Itulah yang dimaksud dengan gentleman mudah dilayani. Tapi mengapa susah untuk membuat dia puas? Karena dia sangat idealis, punya tuntutan yang tinggi untuk karakter, pelayanan, dan tata krama. Apakah mudah untuk menyenangkan hati Tuhan? Tidak, tapi ketika Yesus inkarnasi, Ia mudah untuk dilayani. Jadi, apa yang Kongfuzu ajarkan sebenarnya sudah Yesus jalankan semuanya. Maka kalau kita membandingkan agama-agama, kita akan menemukan ada unsur-unsur penting yang mirip tapi Yesus Kristus tetaplah yang tertinggi. Karena Dia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani.

15b. Shuo zhi bu yi dao, bu shuo ye; 說之不以道,不說也;kecuali kebenaran tak ada hal lain yang dapat membuatnya senang atau puas. Jadi kalau kau ingin membuatnya senang dengan memberinya amplop yang isinya tebal, pasti ditolaknya karena dia hanya menginginkan kau melakukan hal yang benar. Maka jangan coba-coba menyenangkan dia dengan hal-hal yang bertentangan dengan kebenaran. Karena selain kebenaran tak ada hal yang dapat membuat gentleman senang. Ada seorang di Semarang, tadinya dia adalah penjudi yang selalu mujur karena setiap kali berjudi pasti menang, setiap kali ada penggerebekan dia tak ada di sana. Tapi akhirnya ia berhenti dan tak berjudi sama sekali, karena isterinya adalah orang yang agung. Setiap kali dia membawa pulang hasil judinya, berapa besar pun jumlahnya, isterinya tak mau mengambil barang sepeser. Karena dia lebih memilih makan nasi dengan garam, hidup susah, daripada makan enak dari hasil judi. Penolakan yang terus-menerus inilah yang membuat sang suami berpikir, meski orang menyebut aku penjudi yang untung tapi apa arti semua itu kalau isteriku sama sekali tak mau menyentuh uangku. Akhirnya dia mendengar Injil dan bertobat serta minta maaf pada isterinya. Dalam hal ini isterinya adalah seorang jun zi karena selain kebenaran tak ada hal lain yang dapat membuatnya senang. Jadi kalau kau asal menerima profit lalu merasa senang tanpa menanyakan dari mana datangnya profit itu, kau adalah xiao ren, small man. Apalagi kalau kau berani menipu, mencuri, menghalalkan segala cara demi memperoleh uang, maka kau adalah perampok halus. Seorang yang terkenal sekali dari Indonesia, beritanya masuk headline news di surat kabar Singapore karena dia memelihara seorang perempuan, memberinya ratusan ribu dolar untuk mencarikan perempuan-perempuan yang mau menjadi isteri mudanya. Padahal dia sudah punya banyak isteri di Indonesia. Karena perempuan itu tak berhasil memenuhi permintaannya maka dia marah dan minta perempuan itu mengembalikan uangnya. Perempuan yang sudah dia nodai itu pun mengadukan hal ini ke pengadilan, tapi karena dia berduit maka dia memenangkan perkara itu. Karena surat kabar membongkar kebobrokannya maka namanya menjadi busuk bukan kepalang. Si perempuan juga sama karena demi uang dia berani menghalalkan segala cara termasuk cara yang tidak benar.

15c. Ji qi shi ren ye, qi zhi; 及其使人也,器之;seorang gentleman dapat menggunakan orang seturut dengan bakat yang orang itu miliki. Maka waktu dia menemukan orang yang berbakat, dia akan mengangkat, membina, membuatnya jadi orang yang berguna. Lalu bagaimana pendapat Kongfuzu tentang small man? Xiao ren nan shi er yi shuo ye; 小人難事而易說也。說之雖不以道,說也;及其使人也,求備焉;small man susah untuk dilayani, minta ini minta itu tapi terus tak puas, tapi mudah dibuat senang. Tak perlu menggunakan kebenaran asal disodori perempuan untuk memuaskan berahinya atau diberi profit maka dia sudah senang. Bukan saja demikian, saat memakai orang juga menuntut orang untuk menuruti keinginannya seratus persen, susah dilayani.

Mari kita mengoreksi diri “Apakah aku termasuk gentleman or small man?” Dengan cara apa kau menyenangkan bosmu – perempuan atau kebenaran? Bosmu memujimu karena kau melakukan hal yang benar atau karena kau menyodorkan perempuan? Dunia bisnis memang sudah sangat bejat. Terlebih lima tahun silam, semua tamu luar negeri disodori pelacur agar mereka mau menandatangani kontrak dengannya. Xu Xiu Lan, seorang soloist Kristen di Hong Kong yang diundang menyanyi solo di KKR saya di Makau, waktu berada di atas feri mengatakan kepada saya, “Saya tak mau ke Indonesia.” “Mengapa?” “Negara macam apa itu, memeras perempuan. Semua bintang film luar negeri yang datang ke sana, begitu tiba paspornya ditahan, mau pulang pun tidak boleh kecuali mau tidur satu malam, bersetubuh dengan orang yang menahan paspornya. Saya adalah seorang Kristen tentu tak akan mau dipermalukan seperti ini.” Memang dunia sudah menjadi begitu bejat, banyak orang berani melakukan apa saja asal mendapatkan profit. Mereka bukan gentleman melainkan small man yang gampang dipuaskan.
Gentleman and Small Man (Bagian 3)

Kongfuzu tidak membagi manusia ke dalam kategori orang berdosa dan orang benar, melainkan君子, 小人(jun zi dan xiao ren); gentleman and small man. A gentleman has a great personality, bertanggungjawab atas semua tindakannya, benar-benar menjalankan kebajikan yang dia ketahui. Sementara xiao ren (little man), selalu bertindak sembunyi-sembunyi, tak pernah mau berterus terang.

16. Jun zi bo xue yi wen, yue zhi yi li; 君子博學於文,約之以禮;gentleman punya pengetahuan yang luas tapi membatasi penggunaannya dengan tata krama.

17. Jun zi huai de, xiao ren huai tu; 君子懷德,小人懷土;gentleman memperhatikan hukum dan moral; small manhanya menginginkan keuntungan remeh.

18. Jun zi huai xing, xiao ren huai hui; 君子懷刑,小人懷惠; hati gentleman takut akan hukuman, namun hati small man tertambat pada suap. Asal diberi sedikit uang, dia mau melakukan apa saja termasuk hal yang melanggar hukum. Karena gentleman takut dihukum, maka sebelum melakukan segalanya dia akan berpikir, “Apakah perbuatan ini bakal mendatangkan hukuman?” Karena itu dia tak bertindak semaunya. Tapi small man berbuat salah pun oke asal beroleh profit. Dia tak punya pendirian, tak dapat memilah-milah mana yang baik dan mana yang buruk.

Kongfuzu juga menyinggung soal ren; perikemanusiaan. Lima hal penting dalam ren: (i) gong; 恭; rendah hati, stabil dan betul-betul berkualitas, mengerjakan segalanya dengan penuh tanggung jawab; (ii) kuan; 寬; lapang dada, bijaksana, mau mengerti, mengampuni, dan menerima orang yang berbeda pendapat; (iii) xin; 信;sincere, honest, truthfulness; jujur, dapat dipercaya; (iv) min; 敏;gesit, tegas, diligent and responsible; (v) hui; 惠; bermurah hati kepada orang, suka memberkati, membawa berkat bagi orang lain. Kalau seseorang bisa melakukan lima prinsip ini, maka dia disebut punya perikemanusiaan yang cukup, berjiwa besar, dan murah hati. Seorang gentleman, terlebih seorang pemimpin, harus punya perikemanusiaan barulah dia bisa menjadi pemimpin yang berbobot dan betul-betul serius, berjiwa besar, jujur, dapat dipercaya, cakap dan rajin, murah hati, serta suka membahagiakan orang lain.

Murid-murid Kongfuzu juga menjabarkan istilah gentleman dan dibukukan. Kita akan membahas beberapa di antaranya. Suatu kali seorang muridnya yang bernama Zi Lu; 子路bertanya kepada Kongfuzu: “Jun zi shang yong hu; 君子尚勇乎; Guru, apakah seorang gentleman punya keberanian?” Jawab Kongfuzu: 19. Jun zi yi wei shang; 君子義爲上; gentleman mengutamakan keadilan. 20. Jun zi you yong er wu yi wei luan; 君子有勇而無義爲亂; gentlemanselain punya keberanian juga harus punya keadilan, dengan begitu dia tak akan mengacaukan segalanya. Sementara xiao ren you yong wu yi wei dao;小人有勇而無義爲盜; small man hanya punya keberanian tak punya keadilan, maka perbuatannya tak beda dengan perampok. Maksudnya adalah keberanian memang penting, tapi keberanian perlu diimbangi dengan keadilan. Saat mengajar Theologi Penginjilan, saya membandingkan dengan the perfect man, ideal man yang terdapat di filsafat Gerika, yang diwarisi dari dua buku yang sangat penting yaitu Iliad dan Odyssey, karangan seorang penyair buta yang bernama Homer. Dua buku itu mengisahkan peperangan yang terjadi di Troy. Selesai perang, mereka pulang ke Ithaca (sebuah pulau), rajanya bernama Ulysses (bahasa Gerika: Odyssey). Bagi orang Gerika, orang yang sempurna terbentuk dari empat unsur, yaitu: wisdom, righteousness, courage, dan temper (self-control), tak boleh kurang satu pun. Karena unsur pertamanya adalah kebijaksanaan, maka orang Gerika mencari kebijaksanaan, bahkan menyebut diri ‘The lover of wisdom’ (bahasa Gerika: philia artinya I love; dan sophia artinya wisdom) atau ‘philosopher’. Itu sebabnya filsafat Barat dimulai dari Gerika yang mencintai dan mencari kebijaksanaan. Setelah seseorang punya kebijaksanaan, maka dia harus punya keadilan; yi; dikaiosune. Karena semua hal yang tak adil bertentangan dengan kebijaksanaan. Sesudah punya keadilan harus punya keberanian. Perhatikan, orang Gerika meletakkan keberanian di belakang keadilan. Jadi, untuk apa seorang punya keberanian kalau ternyata keberaniannya hanya dipakai untuk membela hal yang tidak adil? Karena orang yang tidak mengimbangi keberanian dengan keadilan akan menimbulkan banyak kekacauan. Kongfuzu juga mengajarkan bahwa small man yang hanya punya keberanian, tak punya keadilan, tak beda dengan pencuri, bukan? Maka bagi Kongfuzu, seorang pemberani harus punya keadilan. Begitu juga ajaran Gerika, keadilan harus dipadukan dengan keberanian, bahkan harus diikat dengan temperance danself control agar tak menjadi liar. Surat-surat Paulus juga banyak menggunakan istilah temperance dan righteousness, tak banyak menggunakan istilah keberanian, karena baginya Christ is our wisdom. Kebijaksanaan bukan didapat dari ajaran filsafat melainkan pemberian Allah, dan keberanian harus diikat oleh kasih. Maka Alkitab jauh lebih tinggi dari semua ajaran filsafat. All things that have been thought by the culture leaders, when Bible discusses it, always in the superior level, because Bible tells us the eternal will of God. Begitu juga dengan empat unsur yang dianggap paling penting oleh filsafat Gerika ternyata hanya bersumber dari manusia - antroposentris. Ajaran di Alkitab, Allah menjadikan Kristus sebagai kebenaran, kebijaksanaan, penebusan, dan kesucian kita. Sementara di ajaran Gerika, kita tak menemukan kesucian, kasih, pengharapan, dan iman, mirip dengan ajaran Kongfuzu. Tapi ajaran Kongfuzutidak menjadikan keberanian sebagai hal yang terpenting, karena menurutnya, tanpa dibarengi keadilan, keberanian akan mendatangkan kekacauan, membuat small man mencuri.

Zi Gong, murid Kongfuzu yang terpenting pernah bertanya: “Jun zi yi you wu hu; 君子亦有惡乎; adakah sesuatu yang gentleman benci? satu pertanyaan yang bagus bukan? Karena gentleman sering dipandang sebagai orang yang sangat sempurna, adakah sesuatu yang dia benci? Zi ye, you wu. Wu cheng ren zhi e zhe, wu ju xia liu er shan shang zhe; 子曰,有惡。惡稱人之惡者,惡居下流而訕上者; jawab Kongfuzu: Ada. 21. Gentleman benci menyebarkan gosip yang menjelek-jelekkan orang lain; dia bukan membenci orangnya tapi hal-hal tak berguna seperti: mengejek orang lain di belakangnya atau menebar gosip. Bukan saja demikian, dia juga membenci bawahan yang suka memfitnah atasannya. Bukan saja demikian, 22. Gentleman juga membenci segala hal yang tak berguna dan masih saja dipertahankan begitu rupa.

Banyak ajaran Kongfuzu yang sangat agung tentang gentleman dan small man. Satu lagi: 23. Jun zi li yi xing zhi, sun yi chu zhi, xin yi cheng zhi, jun zi zai; 君子禮以行之,孫以出之,信以成之,君子哉; gentleman A. mengerjakan hal yang benar, adil; only do the righteous thing, tak akan melakukan sesuatu yang tak didasarkan atas kebenaran, keadilan. B. Menjalankan hal yang sesuai dengan tata-krama, peraturan yang adil dan benar. C. Mengatakan dan melakukan semua itu dengan rendah hati, karena gentleman selalu merasa dirinya masih saja kurang. D.Menyempurnakan apa yang dia katakan dan lakukan dengan kejujuran. Pernahkah kau mendengar orang Kristen yang saat bersaksi membangga-banggakan kenakalan masa lalunya? Saya rasa orang yang membanggakan kebobrokan pada masa lalunya tidak benar. Sejak umur belasan tahun, kalau saya mendengar orang yang saat bersaksi membanggakan kenakalan, kekurangajaran, dan dosa-dosa masa lalunya, saya rasa dia bukan sedang bersaksi melainkan sedang dipakai setan dan memberi nilai nol pada kesaksian macam itu. Suatu kali waktu seorang minta bersaksi di kebaktian saya, saya tolak karena saya rasa ada something wrong. Kesaksiannya yang membangga-banggakan kenakalan masa lalunya dan mengundang tawa audience itu sebenarnya sedang memuji kehebatan diri lebih dari memperkenalkan Kristus yang telah mengampuni dosanya. Maka kata Karl Barth: “Never mention sin except you mention it with the victory of Jesus Christ over your sin” jangan singgung dosamu kecuali kau barengi dengan menyinggung kuasa Tuhan Yesus yang sudah mengalahkan dosamu. Karena orang yang mengkisahkan dosanya menjadi sesuatu yang sangat menarik, dia sedang berdosa bahkan melakukan dosa double. Meski begitu, waktu kau melakukan sesuatu yang benar juga tak perlu kau bangga-banggakan dalam kesaksianmu. Kata Kongfuzu, “Jalankan semua hal dengan adil, benar, dan sopan. Utarakan apa yang kau kerjakan dengan sungguh-sungguh rendah hati, barulah kau disebut gentleman”.

Saya kira kalimat-kalimat ini sangat agung dan penting bagi kita sebagai orang Kristen. Karena ada kalanya kita yang berada di lingkungan Kristen tidak mementingkan pembentukan karakter. Bahkan ada banyak pendeta yang karakternya tak keruan. Mana mungkin dia membina karakter jemaatnya? Saat jemaat bersaksi, asal kesaksiannya disukai orang, menarik orang datang, persembahan bertambah banyak, dia sudah senang. Kita tidak boleh begitu, kita harus melakukan semuanya dengan baik, sejalan dengan firman Tuhan. Terlebih orang non-Kristen pun sudah punya ajaran yang begitu agung.

Saya akan menutup kuliah ini dengan kisah Madame Sousatzka, seorang guru piano yang tak banyak bicara dan sangat disiplin. Suatu kali dia mendapatkan seorang murid, pemuda berumur + 17 tahun yang berasal dari keluarga miskin tapi sangat tampan, genius, dan berbakat. Maka selain merasa senang sekali, dia juga sangat mencintai murid itu dan mendisiplinnya dengan ketat, membuatnya mencapai kemajuannya yang sangat pesat. Tapi kemudian terjadi satu masalah karena tujuan orang tuanya membiayai kursus piano anaknya adalah mengharapkan anaknya bisa cepat-cepat cari uang. Terlebih saat menyaksikan anaknya sudah begitu pintar main piano, tapi nyatanya si guru tak kunjung memberi kesempatan kepada anak mereka untuk mengadakan konser. Mereka mulai merasa jengkel terhadap guru anaknya, bahkan curiga kalau-kalau sang guru punya problem psikologikal: takut muridnya lebih terkenal darinya. Mereka bertingkah laku apa yang Kongfuzu gambarkan: yi xiao ren zhi xin du jun zi zhi fu; 以小人之心度君子之腹;menilai gentleman dengan hati small man. Sudah barang tentu guru itu tak tahu apa yang orang tua muridnya pikirkan. Dia tetap mendidik anak itu dengan ketat sambil berkata kepadanya: “Kau belum boleh tampil di konser.” “Sampai kapan?” “Pokoknya sekarang ini belum boleh”. Dan dia tak pernah memberitahu apa alasannya sehingga pemuda yang di mata orang sudah begitu hebat itu tidak boleh mengadakan konser. Memang jarang ada orang tua yang mengerti maksud hati guru. Kebanyakan orang tua hanya merasa guru ini menekan, menganiaya anak mereka, dan menaruh simpati pada si anak. Orang tua pemuda itu sangat jengkel dengan guru anaknya dan si guru juga merasa kecewa karena sebenarnya dia menaruh harapan besar pada si pemuda. Dia ingin menjadikannya pianis no. 1 yang menggemparkan dunia, tapi ternyata orang tua pemuda itu malah mencaci maki dirinya. Di luar pengetahuan gurunya, orang tua pemuda itu menandatangani kontrak dengan orang yang mau mengadakan konser bagi anak mereka. Karena orang itu pernah menyaksikan anak mereka dapat memainkan piano dengan sangat memukau dan merayunya: “Gurumu tidak baik, dia menghalangi masa depanmu. Ikut kami saja, maka kau akan punya masa depan yang gemilang, jadi pianis terkenal”. Karena puji rayunya, si pemuda lupa daratan dan setuju menandatangani kontrak memainkan concerto yang sulit sekali. Lalu orang itu membuat publikasi besar-besaran. Banyak orang tertarik untuk datang ke konser itu, tiketnya laku keras, inilah cara bisnis. 

BACA JUGA: KASIH: BUAH YANG TERLIHAT DARI KEHIDUPAN KRISTEN SEJATI

Pemuda itu membayangkan kalau saja guruku yang mengadakan konser bagiku, mana mungkin dia membuat publikasi yang begitu besar? Maka nama gurunya tak dicantumkan dalam publikasi itu. Memang, pemuda yang pintar selalu lupa akan gurunya. Apalagi saat dijanjikan menerima sekian puluh persen dari hasil penjualan tiket konsernya. Orang tuanya pun sempat berpikir, inilah saatnya kami mulai bisa menikmati hidup. Karena dulu sebagian besar penghasilan mereka dipakai untuk membiayai kursus piano anak mereka. Pemuda itu memberikan tiket yang paling mahal pada gurunya. Bukan menginginkan gurunya datang menonton, hanya ingin ‘menyadarkan’ gurunya: “Kau salah. Sekarang aku sudah punya hari depan”. Gurunya melihat tiket dan menangis. Kalau saja dia tahu gurunya menangis, pasti pikirnya: “Sekarang kau menyesal, bukan?” Manusia selalu begitu. Maka hari ini waktu kita membahas gentleman and small man, saya ingin kalian belajar sesuatu dari kisah yang penting ini. Saat hari ‘H’-nya, sebenarnya sang guru tak ingin menghadiri konser yang telah merusak rencana yang selama ini dia pendam dan tak diutarakan pada siapapun. Hari itu si murid mengenakan jas yang bagus. Dia memang pintar sekali main piano tapi tak punya pengalaman konser. Setelah dia memainkan movement pertama, orang bertepuk tangan riuh karena dia memang memainkan piano dengan begitu piawai. Sampai waktu dia mainkan movement terakhir, gurunya datang untuk menyaksikan bagaimana akhir dari konser itu. Tapi karena sudah terlambat dia bukan masuk dari pintu depan melainkan ke samping panggung dan melihat muridnya main dengan sangat bagus, tapi sampai di bagian yang terpenting, pemuda itu mendadak stop karena lupa. Sementara orkestra yang mengiringinya terus berjalan. Kesalahan yang sangat fatal. Pemuda itu mulai gelisah, ingin coba masuk tapi tak bisa. Audience mulai ngomel: “Konser apaan nih, masakan dia berhenti?” Sang guru sedih sekali, kenangan lamanya muncul. Ternyata, waktu dia muda, dia juga pernah mengalami hal yang sama. Seumur hidupnya tak bisa menjadi musikus; seumur hidupnya hancur hanya karena konser yang diadakan saat dirinya masih kurang matang. Maka dia memutuskan untuk melatih muridnya sampai matang, jadi pianis terbaik di dunia, tak mengulang pengalamannya yang buruk. Niatnya untuk membuat muridnya betul-betul sukses, tak mengulang kesalahannya adalah jiwa seorang gentleman. Sayang, si murid dan orang tuanya tak mengerti. Dan akhirnya pemuda itu berkeringat dingin, frustrasi, karena tak bisa melanjutkan permainannya. Konser itu bubar dengan caci makian penonton. Dan mulai hari itu, dia bukan saja tak mungkin lagi mengadakan konser apapun, bahkan malu bertemu dengan gurunya karena rencananya jadi musikus hancur berantakan. Maka jangan lupa, untuk menjadi orang agung perlu menunggu dengan tekun. Banyak orang yang gagal karena terbuai atau terlalu cepat puas akan keberhasilannya sesaat. Maka pesan saya: “A gentleman should wait, should be patient, because it takes time for you to be mature. Jangan terburu-buru”. Gentleman and Small Man.

Pdt. DR. Stephen Tong.


Tags