Latest News

Showing posts with label Politik. Show all posts
Showing posts with label Politik. Show all posts

Wednesday, January 30, 2019

KRITERIA ORANG SALEH / MULIA: KISAH PARA RASUL 17:1-14



KRITERIA ORANG SALEH / MULIA: KISAH PARA RASUL 17:1-14.Kisah Para Rasul 17:1-14 - “(1) Paulus dan Silas mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia dan tiba di Tesalonika. Di situ ada sebuah rumah ibadat orang Yahudi. (2) Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci. (3) Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: ‘Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang kuberitakan kepadamu.’ (4) Beberapa orang dari mereka menjadi yakin dan menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas dan juga sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Allah, dan tidak sedikit perempuan-perempuan terkemuka. (5) Tetapi orang-orang Yahudi menjadi iri hati dan dengan dibantu oleh beberapa penjahat dari antara petualang-petualang di pasar, mereka mengadakan keributan dan mengacau kota itu. Mereka menyerbu rumah Yason dengan maksud untuk menghadapkan Paulus dan Silas kepada sidang rakyat. (6) Tetapi ketika mereka tidak menemukan keduanya, mereka menyeret Yason dan beberapa saudara ke hadapan pembesar-pembesar kota, sambil berteriak, katanya: ‘Orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia telah datang juga ke mari, (7) dan Yason menerima mereka menumpang di rumahnya. Mereka semua bertindak melawan ketetapan-ketetapan Kaisar dengan mengatakan, bahwa ada seorang raja lain, yaitu Yesus.’ (8) Ketika orang banyak dan pembesar-pembesar kota mendengar semuanya itu, mereka menjadi gelisah. (9) Tetapi setelah mereka mendapat jaminan dari Yason dan dari saudara-saudara lain, merekapun dilepaskan. (10) Tetapi pada malam itu juga segera saudara-saudara di situ menyuruh Paulus dan Silas berangkat ke Berea. Setibanya di situ pergilah mereka ke rumah ibadat orang Yahudi. (11) Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. (12) Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani. (13) Tetapi ketika orang-orang Yahudi dari Tesalonika tahu, bahwa juga di Berea telah diberitakan firman Allah oleh Paulus, datang jugalah mereka ke sana menghasut dan menggelisahkan hati orang banyak. (14) Tetapi saudara-saudara menyuruh Paulus segera berangkat menuju ke pantai laut, tetapi Silas dan Timotius masih tinggal di Berea.”.
Apa kriteria yang saudara gunakan dalam menilai apakah seseorang itu lebih saleh / mulia dari yang lain?
· kerajinannya dalam sekolah / belajar?
· hormat dan ketaatannya kepada orang tuanya?
· semangat dan kesuksesannya dalam pekerjaannya?
· kesetiaannya kepada istrinya?
· kasih / kesabarannya?
Saya tidak mengatakan bahwa kriteria-kriteria di atas itu adalah salah, tetapi bagaimanapun juga, bagian Kitab Suci yang kita pelajari hari ini memberikan kriteria yang berbeda untuk orang saleh / mulia.
Untuk mengetahui hal itu, marilah kita mempelajari bacaan hari ini, dan membandingkan 2 kota yang dilayani oleh Paulus, yaitu Tesalonika dan Berea.
I) Tesalonika.
1) Paulus memberitakan Injil di Tesalonika (ay 1-4).
Ay 1-4: “(1) Paulus dan Silas mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia dan tiba di Tesalonika. Di situ ada sebuah rumah ibadat orang Yahudi. (2) Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci. (3) Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: ‘Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang kuberitakan kepadamu.’ (4) Beberapa orang dari mereka menjadi yakin dan menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas dan juga sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Allah, dan tidak sedikit perempuan-perempuan terkemuka.”.
a) Ia memberitakan Injil di synagogue / rumah ibadat (ay 2).
1. Ay 2: ‘seperti biasa’.
NIV: ‘as his custom was’ (= seperti kebiasaannya).
Jadi, ini menunjukkan bahwa kalau Paulus menginjili suatu kota, ia mempunyai kebiasaan untuk selalu memberitakan Injil di synagogue lebih dulu, karena ia ingin menginjili orang-orang Yahudi lebih dulu.
2. Paulus selalu mendahulukan orang Yahudi, sekalipun mereka selalu tegar tengkuk dan bahkan menganiaya Paulus. Dari sini terlihat bahwa dalam pelayanannya, Paulus tidak terpengaruh oleh ketidak-layakan orang yang ia layani.
Bagaimana dengan saudara? Maukah saudara tetap melayani orang yang menjengkelkan? Ingatlah bahwa Tuhanpun selalu mau melayani dan memimpin saudara sekalipun saudara tidak layak di hadapanNya. Karena itu, saudarapun harus selalu mau melayani orang-orang yang tidak layak untuk dilayani.
b) 3 hari Sabat berturut-turut (ay 2).
Memang kalau saudara hanya mempunyai waktu sedikit untuk memberitakan Injil kepada seseorang (misalnya waktu bertemu di bemo), maka saudara bisa memberitakan Injil dengan cara yang singkat, misalnya dengan berkata: ‘Kalau kamu mau percaya kepada Yesus, semua dosamu akan diampuni!’. Tetapi perlu diingat bahwa sebetulnya Pemberitaan Injil secara singkat seperti itu sebetulnya tidak memadai, karena Injil itu cukup luas dan mencakup banyak hal, seperti:
1. Tentang dosa.
2. Tentang keadilan Allah / hukuman Allah / neraka.
3. Tentang keilahian dan kemanusiaan Kristus.
4. Tentang penderitaan & kematian Kristus untuk kita.
5. Tentang kebangkitan Kristus.
6. Tentang keselamatan karena iman saja.
7. Tentang iman, dan hubungannya dengan perbuatan baik.
8. Tentang keyakinan keselamatan.
9. Tentang Kristus sebagai satu-satunya jalan ke surga.
10. Dll.
Karena itu, kalau memungkinkan, usahakanlah untuk mengada­kan pertemuan beberapa kali, sehingga saudara bisa menje­laskan Injil itu secara keseluruhan.
c) Paulus menggunakan otak + Kitab Suci dalam Pemberitaan Injil.
Ay 2-3: “(2) Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci. (3) Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: ‘Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang kuberitakan kepadamu.’”.
Ay 2b-3 (NIV): ‘he reasoned with them from the Scrip­ture, explaining and proving’ (= ia berargumentasi dengan mereka dari Kitab Suci, menjelaskan dan membuktikan).
Dari kata-kata ‘berargumentasi’, ‘menjelaskan’, dan ‘mem­buktikan’, terlihat dengan jelas bahwa Paulus menggunakan otaknya dalam memberitakan Injil. Dan dari kata ‘Kitab Suci’, terlihat jelas bahwa ia menggunakan Kitab Suci dalam pemberitaan Injil.
Penerapan:
1. Ada orang yang dalam memberitakan Injil hanya menggunakan kehebatan otaknya dan kemampuannya untuk berdebat. Ia memberikan illus­trasi-illustrasi dan ia menceritakan berbagai-bagai pengalaman yang telah ia alami. Tetapi ia tidak menggunakan Kitab Suci. Ini salah! Ingat bahwa Kitab Suci / Firman Tuhan adalah pedang Roh (Ef 6:17).
2. Sebaliknya, ada orang yang memberitakan Injil dengan menembakkan secara sembarangan ayat-ayat Kitab Suci, tanpa menggunakan otaknya. Ini juga salah! Dalam menggunakan ayat-ayat Kitab Suci, kita perlu menggunakan otak / akal sehat kita!
d) Yang menjadi inti pemberitaan Injil dari Paulus adalah Mesias, kematianNya dan kebangkitanNya, dan bahwa Yesus adalah Mesias (ay 3).
Ay 3: “Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: ‘Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang kuberitakan kepadamu.’”.
Penerapan: Jaman sekarang ada banyak orang kristen yang kalau ‘memberitakan Injil’ hanya mengajak orang ke gereja, atau menegur dosa seseorang, atau menceri­takan mujijat / kesembuhan yang Tuhan lakukan dsb, tetapi tidak menekankan tentang Yesus, kematianNya dan kebangkitanNya. Sebetulnya, itu bukan Pemberitaan Injil! Pemberitaan Injil yang benar harus menekankan inti / hal yang terpenting dari Injil, yaitu Yesus, kematianNya dan kebangkitanNya! Bahwa itu adalah 2 hal terpenting dalam Pemberitaan Injil, terlihat dari kata-kata Paulus sendiri di bawah ini.
1Kor 15:3-4 - “(3) Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, (4) bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;”.
2) Tanggapan orang Tesalonika.
a) Beberapa (sedikit) orang Yahudi + banyak orang Yunani + tidak sedikit perempuan terkemuka menjadi percaya dan lalu bergabung dengan Paulus dan Silas (ay 4).
Ay 4: “Beberapa orang dari mereka menjadi yakin dan menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas dan juga sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Allah, dan tidak sedikit perempuan-perempuan terkemuka.”.
Mereka bergabung dengan Paulus dan Silas, supaya mereka bisa mendengar dan belajar Firman Tuhan lebih banyak lagi. Ini menunjukkan bahwa orang yang betul-betul bertobat, pasti akan rindu pada Firman Tuhan!
b) Mayoritas orang Yahudi.
Ay 5: “Tetapi orang-orang Yahudi menjadi iri hati dan dengan dibantu oleh beberapa penjahatdari antara petualang-petualang di pasar, mereka mengadakan keributan dan mengacau kota itu. Mereka menyerbu rumah Yason dengan maksud untuk menghadapkan Paulus dan Silas kepada sidang rakyat.”.
1. Menjadi iri hati (ay 5a).
Banyak orang menyepelekan dosa iri hati ini, tetapi sebetulnya ini adalah suatu dosa yang jahat sekali, karena selalu membawa kita pada dosa-dosa yang lain. Karena itu, kalau saudara sering iri hati, datanglah kepada Tuhan untuk minta ampun dan untuk minta tolong agar dosa iri hati itu bisa dibereskan!
2. Mereka bergabung dengan para penjahat (ay 5b).
Bagaimana mereka, yang mengaku sebagai orang-orang yang religius, bisa bergabung dengan para penjahat, adalah sesuatu yang tidak bisa dimengerti!
3. Mengadakan keributan dan mengacau kota (ay 5c).
Kemanapun Paulus pergi untuk memberitakan Injil, selalu ada keributan dan kekacauan:
a. Di Siprus (Kis 13:6-11).
b. Di Antiokhia di Pisidia (Kis 13:44-47).
c. Di Ikonium (Kis 14:2-5).
d. Di Listra (Kis 14:11-19).
e. Di Antiokhia dan Yerusalem (Kis 15).
f. Di Filipi (Kis 16:16-24).
g. Di Tesalonika (Kisah Para Rasul 17:5).
h. Di Berea (Kisah Para Rasul 17:13).
i. Di Atena (Kis 17:32).
j. Di Korintus (Kis 18:6,12-17).
k. Di Efesus (Kis 19:21-40).
Memang, dimanapun ada seseorang yang betul-betul memberitakan Injil / Firman Tuhan, pasti di sana ada keributan, karena Yesus sendiri berkata bahwa Ia tidak datang membawa damai, tetapi membawa pedang.
Mat 10:34-36 - “(34) ‘Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. (35) Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, (36) dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.”.
Karena itu, dimanapun Yesus diberitakan, selalu terjadi pro dan kontra yang menimbulkan keributan! Tetapi perhatikan bahwa keributan itu tidak ditimbul­kan oleh Paulus / orang yang pro Yesus, tetapi justru ditimbulkan oleh orang-orang yang kontra / anti Yesus!
4. Menyerbu rumah Yason, menyeret Yason dan beberapa saudara (ay 5,6). Ini disebabkan karena Yason memberi tumpangan kepada Paulus dan Silas (ay 7a).
Ay 5-7: “(5) Tetapi orang-orang Yahudi menjadi iri hati dan dengan dibantu oleh beberapa penjahat dari antara petualang-petualang di pasar, mereka mengadakan keributan dan mengacau kota itu. Mereka menyerbu rumah Yason dengan maksud untuk menghadapkan Paulus dan Silas kepada sidang rakyat. (6) Tetapi ketika mereka tidak menemukan keduanya, mereka menyeret Yason dan beberapa saudara ke hadapan pembesar-pembesar kota, sambil berteriak, katanya: ‘Orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia telah datang juga ke mari, (7) dan Yason menerima mereka menumpang di rumahnya. Mereka semua bertindak melawan ketetapan-ketetapan Kaisar dengan mengatakan, bahwa ada seorang raja lain, yaitu Yesus.’”.
5. Menuduh dengan fitnahan (ay 6-7).
Ay 6-7: “(6) Tetapi ketika mereka tidak menemukan keduanya, mereka menyeret Yason dan beberapa saudara ke hadapan pembesar-pembesar kota, sambil berteriak, katanya: ‘Orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia telah datang juga ke mari, (7) dan Yason menerima mereka menumpang di rumahnya. Mereka semua bertindak melawan ketetapan-ketetapan Kaisar dengan mengatakan, bahwa ada seorang raja lain, yaitu Yesus.’”.
Kesimpulan: mayoritas orang Yahudi di Tesalonika tidak menghormati / menghargai Kitab Suci dan tidak meninggikan otoritas Kitab Suci.
Penerapan: saudara juga sama seperti mereka kalau saudara:
a. Menyenangi khotbah yang pendek, gampang, dan menyenang­kan telinga. Atau saudara menyenangi khotbah yang tidak membahas Kitab Suci, tetapi sebaliknya dipenuhi dengan dongeng, lelucon dan kesaksian.
b. Marah pada waktu mendengar teguran Firman Tuhan.
c. Malas membaca Kitab Suci di rumah (saat teduh).
d. Tidak mau berkorban waktu, tenaga, uang, dsb, demi mendapatkan Firman Tuhan / untuk datang dalam Pemahaman Alkitab.
e. Hanya mengerti tetapi tidak mau mentaati Firman Tuhan.
f. Tetap menolak suatu ajaran sekalipun ajaran itu memberikan dasar Kitab Suci yang tidak bisa dibantah.
g. Tetap memegang suatu ajaran / praktek, sekalipun mendapatkan serangan berdasarkan Kitab Suci yang tidak bisa saudara bantah.
h. Bosan membaca / belajar Firman Tuhan.
II) Berea.
Paulus melakukan hal yang sama seperti di Tesalonika, yaitu ia memberitakan Injil (ay 10).
Ay 10: “Tetapi pada malam itu juga segera saudara-saudara di situ menyuruh Paulus dan Silas berangkat ke Berea. Setibanya di situ pergilah mereka ke rumah ibadat orang Yahudi.”.
Tetapi tanggapan yang ia dapatkan betul-betul berbeda! (ay 11).
Ay 11: “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.”.
1) Mereka terbuka terhadap Firman Tuhan dan mau mendengar Firman Tuhan (ay 11).
Mereka tidak seperti banyak orang kristen pada jaman ini yang sekalipun pergi ke gereja, tetapi tidak senang mendengar Firman Tuhan.
2) Mereka menyelidiki Kitab Suci (ay 11).
Ini menunjukkan bahwa mereka mau membuang waktu, tenaga dan pikiran untuk belajar Kitab Suci.
3) Mereka menyelidiki Kitab Suci tiap hari (ay 11).
Ini menunjukkan suatu ketekunan dalam belajar Kitab Suci! Apakah hal ini ada pada saudara dalam hal belajar Kitab Suci / Firman Tuhan?
4) Mereka mengecheck khotbah Paulus dengan Kitab Suci (ay 11).
a) Ini bertentangan dengan 2 sikap yang extrim:
1. Menolak semua ajaran baru / asing.
2. Menerima seadanya ajaran.
Jangan mempunyai sikap extrim seperti ini. Dalam mendengar setiap ajaran dari siapapun, perhatikanlah apakah ajaran itu sesuai dengan Kitab Suci atau tidak. Kalau sesuai, tidak peduli itu bertentangan dengan pendapat saudara selama ini, saudara harus menerimanya. Sebaliknya, kalau tidak sesuai dengan Kitab Suci, maka sekalipun yang memberitakan adalah ‘orang top’, saudara harus menolaknya!
b) Tindakan mereka ini bukan menghakimi! Ay 11 ini justru jelas sekali memuji tindakan tersebut!
c) Kalau jemaat wajib mengecheck khotbah dengan Kitab Suci, maka jelas bahwa pengkhotbahnyapun wajib berkhotbah / mengajar dengan menunjukkan dasar Kitab Sucinya!
5) Mereka percaya kepada Yesus / bertobat (ay 12).
Ay 12: “Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani.”.
Orang yang betul-betul menghargai otoritas Kitab Suci, sukar untuk tidak menjadi orang kristen!
Kesimpulan: Orang-orang Yahudi di Berea menghargai / menghormati dan meninggikan otoritas Kitab Suci!
BACA JUGA: PENTAKOSTA, BAHASA ROH DAN PENGINJILAN: KISAH PARA RASUL 2:1-13
Ini sebabnya dalam ay 11, Kitab Suci / Tuhan mengatakan bahwa mereka ‘lebih baik hatinya’ dari pada orang Yahudi di Tesaloni­ka! Kata-kata ‘lebih baik hatinya’ diterjemahkan secara berbeda oleh Kitab Suci bahasa Inggris:
KJV/RSV: ‘more noble’ (= lebih mulia).
NIV: ‘more noble character’ (= karakter yang lebih mulia).
NASB: ‘more noble-minded’ (= mempunyai pikiran yang lebih mulia).
Jadi, semua Kitab Suci bahasa Inggris mengandung kata ‘noble’ yang bisa berarti ‘mulia’ atau ‘ningrat’.
Jadi, Kitab Suci / Tuhan menganggap bahwa orang-orang Yahudi di Berea lebih mulia / lebih ningrat (secara rohani) / lebih baik dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika. Karena apa? Karena orang-orang Yahudi di Berea mempunyai sikap dan tanggapan terhadap Firman Tuhan yang jauh lebih baik dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika.
Inilah kriteria yang digunakan oleh Kitab Suci / Tuhan dalam menentukan apakah seseorang itu baik atau tidak! Tuhan menghargai orang yang menghargai FirmanNya!
Wycliffe Bible Commentary (tentang Ezra 9:4): “‘Every one that trembled at the words of the God of Israel.’ Cf. Ezra 10:3; Isa 66:2,5; Ps 119:120,161. A man’s attitude toward God’s Word is one of the ultimate criteria of his spirituality” (= ‘Semua orang yang gemetar karena firman Allah Israel’. Bdk. Ezra 10:3; Yes 66:2,5; Maz 119:120,161. Sikap seseorang terhadap Firman Allah merupakan salah satu kriteria yang terutama dari kerohaniannya).
Penerapan: KRITERIA ORANG SALEH / MULIA: KISAH PARA RASUL 17:1-14
a) Maukah saudara menilai orang juga dengan kriteria seperti ini?
b) Apakah saudara sendiri adalah orang yang saleh / mulia kalau dinilai menurut kriteria ini? Kalau tidak, maukah saudara memper­baiki sikap dan tanggapan saudara terhadap Kitab Suci / Firman Tuhan?
KRITERIA ORANG SALEH / MULIA: KISAH PARA RASUL 17:1-14
-AMIN-


Pdt.Budi Asali, M.Div.

Source : https://teologiareformed.blogspot.com/2018/11/kriteria-orang-saleh-mulia-kisah-para.html#

POLITIK, PEMERINTAHAN DAN KEKUASAAN DALAM PERSPEKTIF IMAN KRISTEN



POLITIK, PEMERINTAHAN DAN KEKUASAAN DALAM PERSPEKTIF IMAN KRISTEN. “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita.” (Roma 13:1-5)
PROLOG: POLITIK, PEMERINTAHAN DAN KEKUASAAN DALAM PERSPEKTIF IMAN KRISTEN

Beberapa orang mengeluh dan “menuduh” bahwa politik, pemerintahan dan kekuasaan itu “kotor”, karena itu mereka tidak mau terlibat di dalamnya. Tetapi pemikiran seperti itu sama seperti mengatakan bahwa karena popok seorang bayi kotor maka kita tidak dapat menggantinya. Padahal justru karena popok itu kotorlah maka kita perlu menggantinya! Dengan cara yang sama, kita memerlukan pria dan wanita Kristen yang berintegritas di dalam politik, pemerintahan, dan kekuasaan untuk membersihkannya dari kekotoran dan korup.

Alkitab berisi kisah tentang politik, pemerintahan dan kekuasaan. Kita tidak bisa membaca Alkitab dan mengabaikan begitu saja ketiga wilayah tersebut. Ketika membaca Alkitab kita segera menemukan kisah dari orang-orang yang berada di dalam wilayah politik, pemerintahan dan kekuasaan. Musa, pangeran di Mesir yang dipilih Tuhan menjadi pemimpin pembebesan umat Israel keluar dari perbudakan Mesir (Keluaran 3:1-22; Ibrani 11:23-29). Yusuf, mendapat visi dari Tuhan (Kejadian 37:1-11) dan visi itu membawanya ke kursi Perdana Menteri di Mesir, untuk mengatasi kelaparan yang melanda seluruh dunia pada zamannya melalui kebijakan ekonominya (Kejadian 41:45-46). Samuel, Saul, Daud, dan Salomo, para pemimpin dan raja Israel yang sarat dengan politik dan kekuasaan di Israel (Baca 1 Samuel). Daniel, penasihat dan yang terpenting di Kerajaan Babel, Media dan Persia, tiga negara superpower pada zamannya (Daniel 1:3-6). Nehemia, gubernur yang melindungi umat Allah pada masa itu dan membangun kembali kota Yeruselam yang telah dirusak dan hancur (baca Kitab Nehemia).

PENJELASAN RINGKAS ROMA 13:1-5

Kitab Roma adalah kitab doktrinal tulisan Rasul Paulus yang paling panjang, paling teologis, logis dan sistematis yang ditulisnya sekitar tahun 56-58 M. Kitab ini merupakan menunjukkan cara rasul Paulus dalam menghadapi permasalahan yang ada dalam jemaat di Roma dengan menjelaskan Injil Yesus Kristus dan kuasanya yang mengubahkan serta penerapan dari Injil itu dalam kehidupan sehari-hari. Pada bagian akhirnya kitab Roma ini, rasul Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus mengakibatkan penerapan kebenaran dan kasih pada semua bidang kehidupan seperti : bidang kehidupan sosial, sipil, dan moral (Roma 12-14).. Secara khusus dalam Roma 13:1-7 rasul Paulus memberi nasihat tentang sikap dan hubungan orang Kristen terhadap pemerintah dan kekuasaan berdasarkan ketaatan dalam suatu cara pandang yang baru. Perlu diketahui, Selain surat Roma 13:1-7 tersebut, dalam Perjanjian Baru ada dua bagian lainnya dimana rasul Paulus membicarakan hubungan orang Kristen dengan pemerintah sipil yaitu 1 Timotius 2:2 dan Titus 3:1. Sedang satu bagian lainnya dibicarakan oleh rasul Petrus yang juga selaras dengan rasul Paulus (1 Petrus 2:13-17).

Menurut rasul Paulus, dalam Roma 13:1-5, bahwa hubungan antara orang Kristen pemerintahan dan kekuasaan yang ada didasarkan atas ketaatan karena alasan-alasan sebagai berikut : (1) Pemerintah dan kekuasaan dunia yang ada berasal dan ditetapkan oleh Allah. Karena itu, tunduk atau taat secara sukarela kepada pemerintahan dan kekuasaan yang ada merupakan keharusan bagi setiap orang Kristen. (2) Pemerintah adalah hamba Allah. Ini berarti bahwa pemerintah dan kekuasaan adalah pelayan Allah yang mewakili semua maksud Allah. Kebenaran ini menegaskan dua hal, yaitu: (a) bahwa Pemerintahan dan kekuasaan dalam semua kebijakan yang diambil, haruslah bisa mewakili Allah yang mengatur segala sesuatu untuk kebaikan warganya, sehingga warga dapat hidup aman, tenang, berkekeadilan dan sejahtera. (b) jika pemeritahan dan kekuasaan mengambil kebijakan yang melawan Tuhan, maka orang Kristen harus memilih untuk lebih patuh pada Allah, sebab pemerintah adalah hamba Allah (bandingkan Kisah Para Rasul 4:19). (3) Pemerintah dan kekuasaan dunia yang ada bertugas untuk menjalankan roda pemerintahan dengan baik bagi masyarakatnya dan menegakkan hukum dengan memberi pujian kepada yang berbuat baik dan menghukum mereka yang berbuat jahat.

Jadi ringkasnya, Allah berdaulat dan Dia mutlak sebagai pemegang pemerintahan dan kekuasaan atas bangsa-bangsa dan Dialah yang menempatkan para pemegang pemerintahan dan kekuasaan yang ada sebagai wakil dan pelayanNya. Karena itulah, maka setiap orang kristen harus menaati pemerintahan dan kekuasaan yang sah, selama ketaatan ini tidak bertentangan dengan hukum Allah.

PENGERTIAN POLITIK, PEMERINTAHAN DAN KEKUASAAN

Politik (politics) dalam suatu negara (state) berkaitan dengan pengambilan keputusan (decision making), pembagian wewenang (authority distribution) dan kebijakan publik (public policy). Tetapi, politik terutama sangat berkaitan dengan masalah kekuasaan (power) dan pemerintahan (governmnt). Filsuf Yunani seperti Plato dan Aristoteles menganggap politik sebagai suatu usaha untuk mencapai masyarakat yang terbaik, dimana dalam masyarakat seperti itu diharapkan hidup bahagia mengembangkan potensi, bergaul akrab dengan sesama, dan hidup dalam moralitas yang tinggi. Peter Merkl mengatakan bahwa politik dalam bentuk yang paling baik adalah usaha mencapai tatanan sosial yang baik dan berkeadilan.

Bila ketiga hal tersebut didefinisikan, maka (1) politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses menentukan dan melaksanakan tujuan-tujuan dari sistem itu. Politik bertujuan mengatur negara supaya warganya sejahtera; (2) Pemerintahan adalah sistem yang dijalankan oleh pemegang kekuasaan atau penyelenggara negera (pemerintah). Beberapa orang menganggap pemerintahan sebagai sebagai inti politik yang memusatkan perhatiannya pada urusan kenegaraan; (3) Kekuasaan adalah kemampuan atau wewenang yang diberikan kepada penyelenggara negara (pemerintah) untuk menjamin terlaksananya tujuan bersama.

MASALAH-MASALAH POLITIK, PEMERINTAHAN DAN KEKUASAAN

Tidak dapat dipungkiri bahwa politik, pemerintahan dan kekuasaan seringkali disalahgunakan, terdapat penyimpangan dalam pelaksanaannya dan dapat terjadi kekorupan. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa politik, pemerintahan dan kekuasaan itu kotor dan merupakan hal yang harus dihindari. Sama seperti uang, maka politik pemerintahan dan kekuasaan hanyalah alat yang bermanfaat untuk kebaikan tetapi juga dapat menjadi alat untuk menghancurkan. Tergantung siapa yang ada dibelakang alat tersebut. Jadi politik, pemerintahan dan kekuasaan sebenarnya bertujuan agar suatu negara terselenggara dengan baik serta mencapai masyarakatnya yang berkeadilan dan sejahtera.

Bila dicermati, masalah-masalah suatu negara biasanya berakar pada hal-hal moral, etika dan spiritual. Korupsi bukanlah masalah ekonomi melainkan masalah moral, yaitu keserakahan yang tidak terkendali. Ketidakadilan bukanlah masalah hukum yang belum ditetapkan dengan benar, melainkan masalah kompromi dengan uang dan kekuasaan. Kemiskinan bukanlah masalah tidak adanya sumber daya alam, melainkan karena masalah ketidakadilan, ketiadaan pemerataan, dan keserakahan. Kebencian dan pertikaian antar kelompok bukanlah masalah sosial budaya, melainkan kurangnya kasih dan rendahnya spiritual masyarakat.

Disinilah diperlukannya moral dan etika politik dan pemerintahan. Etika pemerintahan dimaksudkan untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang bersih, transparan, efisien dan efektif, dan berkeadilan. Sedangkan etika politik bertujuan untuk menumbuhkan suasana politik yang demokratis, jujur, bertanggung jawab, menghargai perbedaan, tanggap terhadap aspirasi rakyat, menjujung tinggi hak asasi manusia, serta menjaga keseimbangan hak dan kewajiban. Etika politik dan pemerintahan menjadi pengawal bagi penyelenggara negara (pemerintah) dan pemangku jabatan (stickhoulder) agar menjalankan amanat dengan penuh tanggung jawab, memberikan pelayanan kepada publik, dan siap mundur apabila melanggar norma, aturan, moralitas yang merusak citra bangsa dan amanat rakyat.

PANDANGAN ALKITAB TENTANG POLITIK, PEMERINTAHAN DAN KEKUASAAN

Telah disebutkan di atas bahwa Alkitab / iman kristen berisi kisah tentang politik, pemerintahan dan kekuasaan. Kita tidak bisa membaca Alkitab dan mengabaikan begitu saja ketiga wilayah tersebut. Ketika membaca Alkitab kita segera menemukan kisah dari orang-orang yang berada di dalam wilayah politik, pemerintahan dan kekuasaan. Secara ringkas pandangan Alkitab tentang politik, pemerintahan, dan kekuasaan adalah sebagai berikut.

Pertama, alam semesta adalah suatu pemerintahan teokrasi, yaitu bahwa Allah yang memerintah seluruh alam semesta (Mazmur 103:19). Wilayah pemerintahan Allah disebut Alkitab sebagai Kerajaan Allah. Istilah Kerajaan Allah dipakai sekitar 160 kali dalam Perjanjian Baru. Kerajaan Allah ini bersifat universal dan kekal, artinya tidak pernah ada waktu dimana kerajaan Allah tidak ada. Ia tidak mempunyai awal dan akhir. Kerajaan Allah berkuasa, memerintah atas seluruh kerajaan. Kerajaan Allah semuanya bersifat inklusif, termasuk didalamnya adalah diriNya sendiri, bidang kekuasaanNya, semesta alam, para malaikat terpilih, surga, para malaikat yang jatuh dan semua ciptaan, dan umat manusia di atas bumi ini. Semuanya berada dibawah kendali dan kekuasaanNya. Kerajaan Allah adalah pemerintahan Allah yang meliputi surga dan bumi. Penyataan politik terbesar di dalam Alkitab terdapat dalam wahyu 19:16, yaitu bahwa ketika Yesus Kristus datang kembali ke bumi untuk memerintah, Dia akan menjadi “Raja segala raja, dan Tuan di atas segala Tuan”. Alkitab juga menyatakan bahwa “karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia” (Kolose 1:16-17). Jadi, semua pemerintahan yang lebih rendah dari kekuasanNya harus mempertanggung jawabkan kekuasaannya kepada Dia, yaitu bagaimana mereka menjalankan pemerintahannya.

Kedua, semua pemerintahan manusia di bumi didirikan berdasarkan kehendakNya dan beroperasi berdasarkan ketetapanNya (Roma 13:1-3; Mazmur 22:29), baik ketetapanNya yang efektif maupun ketetapanNya yang mengijinkan. Kita perlu mengingat bahwa ada hal-hal yang direncanakan Allah dan yang ditetapkanNya harus terjadi secara efektif dan ada hal-hal lainnya yang sekadar diizinkan Allah untuk terjadi (Roma 8:28). Beberapa hal dimana Allah terlihat sebagai penggerak yang secara aktif menjadikan semua peristiwa, yaitu : menciptakan (Yesaya 45:18); mengontrol alam semesta (Daniel 4:35); menetapkan penguasa (Daniel 2:21); memilih orang untuk diselamatkan (Efesus 1:4). Beberapa hal menunjukkan kehendak Allah yang permisif, yaitu: Allah mengizinkan kejatuhan, dosa, dan kejahatan, tetapi Ia bukan pencipta dosa dan kejahatan. Perbuatan-perbuatan dosa dan kejahatan tidak akan menggagalkan rencanaNya. Akan tetapi, dalam hal ketetapan-ketetapan yang permisif itu pun, Allah mengarahkan semuanya bagi kemuliaanNya (Matius 18:7; Kisah Para Rasul 2:23). Karena Allah yang berkuasa atas alam semesta, maka jelas bahwa Ia sangat memperhatikan dan memegang kendali (controling) terhadap pemerintahan dan politik bangsa-bangsa. Tidak ada sesuatu apapun yang terjadi di dalam pemerintahan-pemerintahan manusia yang tidak mengalir keluar dari pemerintahan Allah yang berkuasa dan berdaulat (Amsal 21:1). Jadi dalam keseluruhan Alkitab kita melihat Allah menempatkan orang-orang secara strategis dalam wilayah politik, pemerintahan dan kekuasaan. Allah memindahkan Yusuf ke dalam otoritas di Mesir (Kejadian 41:38-49); Allah menaikkan Daniel ke posisi dengan pengaruh yang besar di babel dan kemudian di Persia (Daniel 1:8-21; 2:46-49; 6:1-3); Allah menempatkan Nehemia dalam pemerintahan Persia sehingga tujuan-tujuanNya di jalankan (Nehemia 1:1-2:8); Allah juga menempatkan Ester sebagai ratu di Persia (Baca Kitab Ester) dan Debora sebagai hakim di Israel untuk mewujudkan agendaNya (Hakim-hakim 4-5). Sesungguhnya sebagai contoh keterlibatan Allah dalam urusan politik, pemerintahan, dan kekuasaan sebuah bangsa adalah Israel. Hal ini terlihat dalam kitab seperti Keluaran, Ulangan, 1 dan 2 Samuel, 1 dan 2 Raja-raja, 1 dan 2 Tawarikh, dimana Allah sangat aktif mengangkat raja, menghakimi, dan menyingkirkan raja.

Ketiga, pemerintahan-pemerintahan di dunia diberi otoritas dan kuasa untuk menjalankan keadilan berdasarkan hukum (Roma 13:4-5). Pemerintah tidak memerintah berdasarkan saran atau permohonan, melainkan berdasarkan hukum secara legal. Otoritas ini harus digunakan berdasarkan pertanggung jawaban kepada Allah. Orang Kristen harus menjadi teladan dalam menaati pemerintah. Tetapi, jika suatu pemerintahan memberontak melawan otoritas Allah dan mencoba mengabaikan tanggung jawab kepada Allah, maka pemerintahan tersebut akan mengalami kesukaran bahkan hukuman Allah. Kalau hal itu terjadi, maka tugas orang-orang Kristen untuk : (1) Tetap taat kepada Allah. Mengapa? Karena orang Kristen hanya tunduk dan taat kepada pemerintah apabila pemerintah tidak memerintahkan mereka melakukan sesuatu yang dilarang Allah, atau pun melarang sesuatu yang diperintahkan Allah. (2) Memulihkan otoritas Allah dan memastikan bahwa politik, pemerintahan dan kekuasaan dijalankan sesuai dengan kehendak Allah, dan kembali tunduk pada pemerintahan Allah. Pemulihan dan pengembalian ini dilakukan oleh orang percaya bukan dengan cara revolusi politik ataupun kudeta dari atas ke bawah, tetapi melalui suatu transformasi (perubahan) dari bawah ke atas. Transformasi ini bisa dilakukan dengan mengambil tanggung jawab melalui proses-proses yang tersedia bagi kita, yaitu: (a) mempersiapkan pemimpin-pemimpin yang berkualitas berintegritas secara moral, spiritual dan skill; (b) penggunaan hak memilih dan dipilih dengan benar, sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab. Memilih pemimpin sebaiknya bukan karena diiming-imingi oleh uang (money politics) atau faktor lainnya sehingga mengabaikan kualitas dan integritas kepemimpinannya. (c) terus menerus berdoa agar pemerintahan dapat menjalankan agenda dan kehendak Tuhan dan berpartisipasi mengupayakan kesejahteraan kota dan negara (Bandingkan Yeremia 29:4-9).

GEREJA SEBAGAI AGEN TRANSFORMASI

Walaupun gereja dan pemerintahan sipil merupakan dua entitas yang berbeda (Bandingkan 2 Tawarikh 26:16-19), namun keduanya sama-sama berada dalam wilayah kekuasaan kerajaan Allah dan ditetapkan oleh Allah, serta bertanggung jawab kepada Allah di dalam menjalankan tugas mereka masing-masing. Bagi orang Kristen secara pribadi, politik, pemerintahan dan kekuasaan bukan merupakan hal yang perlu dihindari, melainkan tempat dimana mereka dapat memberikan pengaruh positif sebagai “garam” dan “terang” (Matius 5:13,14). Kedua metafora ini adalah “penetrating power of the Gospel” yang harus dinyatakan oleh murid-murid Yesus yang sudah lebih dahulu mengalami transformasi. Implikasi dari penegasan ini cukup serius, yaitu bahwa gereja secara universal harus memikul beban moral dari metafora-metafora ini secara konsisten dan konsekuen. Lebih jauh, implikasi ini bukan sekedar penegasan, tetapi merupakan sebuah panggilan bagi gereja (orang-orang Kristen) untuk melibatkan diri dan memberi solusi dalam masalah-masalah politik, pemerintahan, dan kekuasaan di dunia ini tanpa harus menjadi duniawi.

BACA JUGA: KRITERIA ORANG SALEH / MULIA: KISAH PARA RASUL 17:1-14



Orang-orang Kristen, di Indonesia bisa saja merupakan orang-orang dari partai perjuangan, golongan karya, nasional demokrat, hati nurani rakyat, persatuan Indonesia dan lain sebagainya, atau pun dari independent. Tidak masalah! Karena hal yang terpenting, dan harus diingat, kita dipanggil sebagai orang-orang yang menaruh agenda-agenda manusia di bawah ketundukan terhadap agenda Allah. Karena itu pertanyaan paling penting adalah “bagaimana orang Kristen bisa berfungsi dalam wilayah politik, pemerintahan dan kekuasaan dengan pola pikir (paradigma) kerajaan Allah?” Orang-orang Kristen perlu menyadari bahwa Allah ingin memakai mereka sebagai agen-agen transformasiNya diwilayah politik, pemerintahan dan kekuasaan. Dan kabar baiknya, kita dapat mengharapkan suatu transformasi terjadi atas kota dan bangsa kita karena atmosfir diwilayah politik, pemerintahan dan kekuasaan yang sejalan dengan kebenaran Allah. Orang-orang Kristen adalah agen transformasi Allah dan Allah sendirilah “Sang Transformator” itu. Kita dapat memperkirakan bahwa orang-orang akan menjadi suatu eksponen masyarakat yang berpengaruh atas umat manusia dan lingkungannya. Orang-orang benar-benar akan menjadi garam dunia, terang dunia, dan sebuah kota di atas bukit (Matius 5:13,14). Dengan memenuhi fungsi kita sebagai “garam dan terang dunia” maka komunitas dan masyarakat dimana kita berada akan merasakan pengaruh dari fungsi tersebut (Matius 5:13,14). Sebagaimana pengaruh garam yang mencegah pembusukan pada daging dan memberi rasa enak pada masakan, serta sebagaimana terang memberi pengaruh terhadap gelap sehingga gelap menjadi sirna karena kehadiran terang, demikianlah kehadiran orang percaya memberi pengaruh yang baik bagi lingkungannya. Inilah transformasi, yang tidak hanya memberi pengaruh pada manusia, tetapi juga kepada tatanan politik, sosial, ekonomi dan ekologi (tanah, tumbuhan, ternak, dan lain-lain, bandingkan Ulangan 28:1-14 ). Transformasi seperti ini terjadi karena kehadiran orang-orang percaya yang memberi kontribusi yang positif dan menjadi berkat.
EPILOG: POLITIK, PEMERINTAHAN DAN KEKUASAAN DALAM PERSPEKTIF IMAN KRISTEN

Tahun 2019 mendatang adalah tahun yang penting bagi negara kita Indonesia. Karena merupakan tahun politik, dimana pesta demokrasi akan dilangsungkan secara besar-besaran. Dalam pemilu tahun 2019 mendatang, selain memperebutkan kursi legislatif (parlement) di daerah maupun pusat, akan dilaksanakan juga pemilihan presiden dan wakil presiden sebagai kepala negara. Sementara itu di banyak daerah menyusul pemilihan gubernur, walikota dan bupati. Suksesi dari pemilihan kepemimpinan pusat dan daerah adalah salah satu agenda penting dari kegiatan politik, pemerintahan dan kekuasaan. Sebagai warga negara, orang-orang Kristen harus ikut bertanggung jawab dan terlibat untuk suksesnya pesta demokrasi ini. Tidak perduli apakah kita merupakan orang-orang Kristen dari partai perjuangan, golongan karya, nasional demokrat, hati nurani rakyat, persatuan Indonesia dan lain sebagainya, atau pun dari independent, ingatlah hanya satu agenda kita, “menghadirkan fungsi kita sebagai garam dan terang dalam wilayah politik, pemerintahan dan kekuasaan dengan pola pikir (paradigma) kerajaan Allah?” Ketika kita keluar dari bilik pemilihan, kita adalah pelayan Allah yang hadir dengan komitmen untuk menjalankan pekerjaan Allah bagi masyarakat. Jika Allah memerintah dalam kehidupan kita, maka kehidupan kita harus diatur menurut kebenaranNya. Intinya, kehidupan kita harus mencerminkan kebenaran Allah bukan hanya di rumah tangga, komunitas Kristen, lingkungan tempat tinggal kita, melainkan juga di wilayah politik, pemerintahan dan kekuasaan dimana Allah menempatkan dan mempercayakan kita sebagai pelayanNya.

Sebuah masyarakat tidak pernah bisa naik melampaui kualitas dari para pemimpinnya. Karena itulah, saat ini masyarakat kita sangat membutuhkan pria dan wanita yang dapat mengalirkan kebenaran ke dalam “aliran darah” politik, pemerintahan dan kekuasaan. Tugas gereja adalah memastikan agar negara tidak kehilangan pandangan akan kebenaran Allah yang memerintah dan bahwa ada suatu patokan moral di wilayah politik, pemerintahan dan kekuasaan. Gereja harus melaksanakan peran profetiknya untuk mengawal dan menjadikan negara seperti yang ditetapkan oleh Allah dan Allah harus berkuasa diatasnya. Kalau Allah memerintah dalam sebuah masyarakat maka masyarakat itu harus mencerminkan kebenaran AllahNya, dan “Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya. Bangsaku akan diam di tempat yang damai, di tempat tinggal yang tenteram di tempat peristirahatan yang aman” (Yesaya 32:17-18). Amin!
REFERENSI: POLITIK, PEMERINTAHAN DAN KEKUASAAN DALAM PERSPEKTIF IMAN KRISTEN

Boa, Kenneth, Sid Buzzell & Bill Perkins, 2013. Handbook To Leadership. Terjemahan, Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih: Jakarta, hal. 90).

Budiardjo, Miriam, 2009. Dasar-dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, Penerbit Gospel Press: Batam.

Douglas, J.D., ed, 1993. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, 2 Jilid. Terjemahkan Yayasan Komunikasi Bina Kasih : Jakarta.

End, Th Vanden., 2016. Tafsiran Kitab Roma Jakarta. Penerbit BPK Gunung Mulia : Jakarta.

Enns, Paul., 2004. The Moody Handbook of Theology, jilid 1 & 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.

Evans, Tony, 2005. Cara Hidup Yang Luar Biasa. Terjemahan, Penerbit Gospel Press: Batam.

Fernanda, Desi, 2009. Etika Organisasi Pemerintah. Diterbitkan oleh Lembaga Administrasi Negara: Jakarta.

Hagelberg, Dave. 2004. Tafsiran Roma dari bahasa Yunani: Orang Yang benar karena iman akan hidup. Penerbit Kalam Hidup : Bandung.

Iverson, Dick., 1994. Kebenaran Masa Kini. Terjemahan, Indonesia Harvest Outreaach: Jakarta.

Oentoro, Jimmy B., 2004. Gereja Impian: Membangun Gereja Di Lanskap Yang Baru. Diterbitkan oleh PT. Harvest Citra Sejahtera: Jakarta.

Pfeiffer F. Charles & Everett F. Harrison., ed. 1962. The Wycliffe Bible Commentary, volume 1 & 2. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas Malang.

Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. Jilid 2, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta.

Sproul, R.C., 1997. Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.

Stamps, Donald C., ed, 1995. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Stassen, Glen & David Gushee., 2008. Etika Kerajaan: Mengikut Yesus dalam Konteks Masa Kini, Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.

Stearns, Robert, Chuck Pierce & Larry Kreider., 2013. Today’s Church. Terjemahan, Penerbit Andi: Yogyakarta.

Suhady, Idup & A.M. Sinaga, 2009. Wawasan Kebangsaan Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Diterbitkan oleh Lembaga Administrasi Negara: Jakarta.

Soeharno, Salamoen & Nasri Effendy, 2009. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Diterbitkan oleh Lembaga Administrasi Negara: Jakarta.

Utley, Bob., 2010. Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma. Terjemahan, diterbitkan Bible Lesson International: Marshall, Texas.

Wofford, Jerry C, 2001., Kepemimpinan Kristen Yang Mengubahkan. Terjemahan, Penerbit ANDI: Yogyakarta.
POLITIK, PEMERINTAHAN DAN KEKUASAAN DALAM PERSPEKTIF IMAN KRISTEN


Samuel T. Gunawan, S.Th.,S.E, M.Th.
https://teologiareformed.blogspot.com/2018/11/politik-pemerintahan-dan-kekuasaan.html#

Tags