Latest News

Showing posts with label Kehendak Allah. Show all posts
Showing posts with label Kehendak Allah. Show all posts

Tuesday, January 29, 2019

MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH KAUM PILIHAN.


MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH KAUM PILIHAN. Allah yang kita percaya adalah Allah yang berencana, berkehendak dan berkedaulatan penuh. Bagi Dia, tidak pernah mungkin ada hal yang terjadi di dalam dunia ciptaan yang tidak pernah diduga atau yang mengejutkan-Nya. Jika tidak demikian, maka Ia adalah Allah yang tidak Mahatahu, dan setara dengan ciptaan lainnya. Itulah sebabnya, teologi Reformed menegaskan konsistensi kehendak Allah dan kedaulatan Allah berdasarkan rencana yang tidak berubah di sepanjang sejarah. Calvin berkata, “Selain diri Allah sendiri, tidak ada hal yang lebih besar dari kehendak Allah.” Pernyataan ini sangatlah benar, sebab jika Allah tidak menghendaki karya mencipta, maka penciptaan itu tidak ada dan tidak ada ciptaan apa pun yang terjadi. Jika Allah tidak menghendaki karya penebusan, maka tentu tidak ada umat siapa pun yang ditebus. Demikian pula jika Allah tidak menghendaki adanya karya pewahyuan, maka tidak ada siapa pun yang bisa mengenal Dia dan kebenaran-Nya. Maka, kehendak Allah adalah unsur mutlak yang menentukan segala sesuatu di dalam alam semesta. Pada saat Allah menghendaki ada kehendak yang boleh melawan kehendak lain. maka Ia memberikan peta dan teladan Diri-Nya ke dalam makhluk tersebut, dengan kekebasan sebagai kunci krisis, sehingga makhluk tersebut berada di dalam status krusial. Timbullah cosmic drama yang tidak mungkin tidak terjadinya konflik interes yang berbeda antara makhluk yang berkebebasan melawan Tuhan dengan memakai hak melawan yang diberikan. Tidak mungkin tidak terjadinya konflik pengertian antara sebenarnya siapa yang berdominasi di dalam otoritas di dalam menggunakan kehendak yang ultimat. Tidak mungkin tidak terjadinya keinginan yang berkehendak memilih kebebasan kehendak yang mutlak atau mnutlak menyerahkan kebebasan ke dalam kehendak Allah. Maka mengenai kehendak Allah bukan hanya sekedar kebutuhan darurat ketika mau mencari jodoh atau pekerjaan, melainkan sesuatu kesadaran komprehensif untuk menjelajah jejak kemauan Allah di dalam seluruh alam semesta untuk mengharmonisasikan pikiran kita yang selalu diganggu oleh kehendak yang egois, ke dalam rencana Allah yang universal. Marilah kita menemukan keharmonisan antara diri kita yang mikro dengan kehendak Allah yang makro dari kekal sampai kekal; lalu memakai bijaksana itu mengukur dan mengarahkan setiap langkah kita yang sedang menuju ke kuburan ini. Mereka yang mengenal kehendak Allah akan menemukan bahwa kuburan hanya akan membawanya ke dalam pangkuan Allah. Yesus berkata: “Aku datang menjalankan kehendak Bapa-Ku.” Amin. Pdt. DR. Stephen Tong. Bab I : MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH KAUM PILIHAN . APAKAH KEHENDAK ALLAH DAPAT DIKETAHUI? Efesus 4 : 20. Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus 21. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, 22. yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, 23. supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, 24. dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Efesus 5 : 15. Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, 16. dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. 17. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. 18. Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, 19. dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. 20. Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita 21. dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus. 1) PANDANGAN YANG MENGATAKAN BAHWA TIDAK MUNGKIN UNTUK MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH. Pada abad ke-19, ada dua orang yang sangat besar di negeri Inggris, yaitu Sir Herbert Spencer dan Thomas Henry Huxley. Kedua orang ini mempunyai kepandaian dalam bidang sosiologi, biologi serta filsafat yang melampaui banyak orang lain di kalangan atas kebudayaan Inggris. Spencer dan Huxley mempunyai persamaan pendapat, yaitu tidak mungkin mengetahui banyak hal yang berada di luar batasan manusia. Mereka memelopori satu istilah di mana di belakang istilah itu ada satu sistem pikiran yang juga pernah dipelopori di Jerman, yaitu di dalam pemikiran Immanuel Kant Immanuel Kant menganggap bahwa segala sesuatu yang kita ketahui sesungguhnya hanya kita ketahui luarnya saja, tak pernah kita mengerti sampai sedalam-dalamnya. Apakah yang dimaksud hanya luarnya saja itu? Kant menjawab bahwa “luar” di sini adalah pengetahuan. Kant berkata bahwa kita seharusnya membagi dunia kita ini menjadi dua, yaitu dunia yang bisa diketahui dan dunia yang tidak bisa diketahui. Lalu, apakah yang dimaksud dengan ‘dunia yang bisa diketahui’ itu? Kant menjawab bahwa dunia yang bisa diketahui adalah dunia yang dapat dikenal dengan rasio, sedangkan dunia yang tidak bisa diketahui adalah dunia yang melampaui pengertian rasio kita. Kalau demikian, yang Kant maksudkan adalah bahwa intelek dan pengetahuan intelegensia manusia itu terbatas. Sebelum zaman Immanuel Kant, di Eropa telah dijumpai adanya dua arus pemikiran yang kedua-duanya melawan Kekristenan. Arus pertama lahir di Inggris dan arus ke dua lahir di daratan Eropa. Yang lahir di Inggris disebut sebagai British Philosophy dan yang kedua disebut sebagai Continental Philosophy. Yang di Inggris lebih menekankan bahwa manusia mempunyai pengetahuan melalui panca indera. Kita tahu karena kita bisa melihat, bisa memegang dan sebagainya. Pikiran saya memperoleh pengetahuan dari pancaindera, dan tanpa adanya data dari panca indera, pikiran saya tidak mungkin mengerti. Pada waktu saya memegang dua benda yang berbeda, maka panca indera memberikan isyarat bahwa benda yang satu berbeda dengan benda yang lain. Menurut orang-orang di Inggris dan Skotlandia seperti John Locke, Berkeley dan David Hume, pengetahuan itu bisa masuk dalam pikiran kita hanya kalau kita bisa mempunyai isyarat-isyarat dari panca indera kita. Pengertian seperti ini disebuit sebagai empirisisme.Dalam empirisisme pengalaman sangatlah penting. Saya tahu karena saya punya pengalaman. Jadi pengalaman merupakan dasar dari pengetahuan. Tetapi orang-orang di Perancis, yang diwakili oleh Rene Descarter dan di Belanda yang diwakili oleh Baruch Spinoza serta di Jerman yang diwakili oleh Leibniz, mengatakan yang sebaliknya. Mereka mengatakan bahwa pikiran tanpa indera pun mempunyai kemungkinan untuk mengerti sesuatu. Kita tahu bahwa 2 + 2 = 4, kita mengerti dalil-dalil matematika, semua itu bukan diperoleh dari panca indera, tetapi karena satu pengertian yang murni dari pikiran kita sendiri. Di sini kita melihat satu perpecahan terjadi pada kebudayaan manusia di dalam menangangi pengetahuan. Pengetahuan tentang pengetahuan berbeda dengan pengetahuan tentang hal yang diketahui. Jika saya mengetahui tentang bulan, matahari, bumi, meja, dan sebagainya, itu saya ketahui dari hal-hal yang mau diketahui. Maka di sini, segala hal yang diketahui itu ada di dalam status obyek, tetapi pikiran yang mau mengetahui berada dalam status subyek. Pengetahuan yang ada di dalam pikiran saya, diketahui oleh pikiran yang mau mengetahui. Dengan demikian, pikiran itu subyek dan yang dipikir itu obyek. Tetapi, kalau saya berputar kembali dan memikirkan bagaimana pikiran saya bisa berpikir dan pengetahuan saya bisa mengetahui, maka saya sudah masuk dalam tahap yang berbeda dengan pengetahuan-pengetahuan yang saya terima dari obyek. Saya mengetahui tentang bagaimana saya mengetahui, saya mau mengerti tentang pikiran saya yang mengerti. Dengan demikian kita memikirkan tentang bagaimana pikiran itu berpikir. Hal ini merupakan suatu hal yang sudah lepas dari suatu obyek yang di luar dan merupakan satu gabungan dari obyek yang mau diketahui dan subyek yang mau mengetahui. Dengan demikian hal ini disebut sebagai kemurnian pikiran. Dari sini kemudian timbul satu istilah dalam bahasa Latin, yaitu sesuatu pikiran yang jernih, dan ini disebut sebagai satu pengetahuan yang “clara”, artinya “clear”. Persepsi atau ide yang “clara” adalah satui pikiran persepsi yang murni dalam pikiran. Kemudian timbullah perpecahan. Di Inggris, orang-orang yang berkebudayaan tinggi menganggap bahwa semua pengetahuan tidak mungkin tidak melalui panca indera, tetapi tidak berhenti pada indera itu saja. Sedangkan orang-orang di daratan Eropa mengatakan bahwa ada juga kemurnian fungsi dari rasio itu sendiri, tidak perlu harus ada isyarat yang diberikan oleh indera. Setelah kedua hal ini, kemudian timbullah pikitan di Jerman dari Immanuel Kant yang mengatakan bahwa keduanya sesungguhnya ada, tetapi kemudian Kant mengkritik kedua pendapat tadi. Filsafat dari Immanuel Kant disebut sebagai filsafat kritik dalam filsafat. Immanuel Kant mau menggabungkan kedua hal ini dan ia memikirkan apakah rasio itu besarnya sebagaimana yang dikatakan oleh Descartes di Perancis. Kant mengatakan bahwa rasio itu besarnya melebihi satu bidang. Pengetahuan bisa dibagi dalam tiga bidang: Yang pertama, saya tahu bahwa 2 + 2 = 45. Ini adalah satu hal yang bisa dimengerti hanya oleh rasio itu sendiri. Jadi rasio murni ada bidangnya sendiri. Tetapi dengan cara berpikir bagaimanapun, saya tidak bisa mengerti apa artinya moral. Melalui bidang kedua ini saya tahu bahwa hidup itu bermakna dan saya harus hidup dalam kebenaran. Tetapi untuk mengetahui bagaimana saya harus hidup dalam kebenaran atau bagaimana mengkonfirmasikan bahwa hidup saya bermakna, sesungguhnya hal itu tidak mungkin diketahui oleh rasio murni. Bidang kedua ini disebut sebagai rasio praktika. Rasio praktika berarti bahwa kecuali Anda menjadi manusia, maka Anda tidak akan pernah mengerti apa artinya menjadi manusia, dan tidak akan pernah mengerti bahwa hidup manusia itu ada artinya. Jika kita bertanya tentang arti hidup kepada binatang yang bukan manusia, maka mereka tidak akan pernah bisa menjawab karena mereka tidak pernah menjadi manusia. Jadi dengan adanya pengertian yang praktis, maka Kant memberikan bidang yang ke-dua yang disebut sebagai rasio praktika. Rasio murni dan rasiop praktika itu berbeda. Ketika Kant telah tua, ia menambah satu bidang lagi yakni rasio yang membeda-bedakan penilaian-penghakiman. Jika saya bertanya apakah wanita A atau B yang pandai, kita dapat mengetahuinya melalui satu ujian, dan ujian itu bisa kita atur untuk mengatakan apakah A lebih pandai dari B. Tetapi kalau ditanyakan manakah yang lebih cantik antara wanita A dan wanita B, maka kita tidak bisa mengambil foto lalu menghitung dengan angka-angka, manakah yang lebih cantik. Pengetahuan di sini sudah melebihi data-data. Pengetahuan di sini memberikan penilaian bahwa ini lebih dari itu atau itu kurang dari ini. Penilaian ini sangat subyektif dan merupakan semacam pengetahuan yang nyata dan pengetahuan-penghakiman dan penilaian, tetapi bukan dalam hal penghitungan dan data-data. Kalau kita mendengarkan lagu Beethoven yang berjudul “Hallelujah” yang sangat agung, lalu kita ditanya apakah lagu itu lebih agung, ataukah lagu “Malam Kudus” yang lebih agung? Maka kita akan mengatakan bahwa yang satu lebih bagus dan yang lain lebih megah. Kemudian kita mengatakan terserah mana yang lebih disukai oleh masing-masing orang. Dalam bidang ini kita tahu mutu dari musik Beethoven, kita juga tahu rentang mutu dari lagu “Malam Kudus”. Tetapi, pengetahuan seperti ini bukan pengetahuan ilmiah, melainkan pengetahuan yang bersangkut paut dengan penilaian atau evaluasi. Maka, menurut Kant, rasio harus dibagi dalam tiga bidang, yaitu: (1) rasio murni, (2) rasio praktika, dan (3) rasio penilaian-penghakiman. Dengan keadaan demikian, akhirnya Kant mengatakan bahwa walaupun pengetahuan itu banyak bidangnya, namun tetap tidak melebihi satu batas. Lalu orang bertanya, batas itu menuju ke manakah? Apa isi batas itu? Lalu Kant menjawab bahwa di dalam batas itu terdapat sesuatu yang disebut fenomena dan di luar batas itu disebut noumena. Jadi pengetahuan dibagi di dalam phenomenal world dan noumenal world. Di dalam dunia fenomena kita boleh menghitung, mengetahui bahkan mengerti arti hidup. Tetapi, di luar batas itu, menurut Kant, ada tiga hal yang manusia tak mungkin mengerti, yakni: Pertama, tentang Allah karena terlalu besar; kedua, tentang kebebasan\ karena karena terlalu ajaib; dan ketiga, tentang kekekalan karena tidak kiita ketahui. Di satu pihak, Kant seolah-olah mengagungkan Allah yang terlalu besar, kebebasan yang sangat rahasia, dan kekalan yang terlalu sulit untuk dimengerti. Namun di lain pihak, Kant telah memberikan satu efek sampingan yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, yaitu Agnostisisme. Agnostisisme berarti tidak mungkin tahu. Dalam bahasa Yunani “gnostik” berarti “tahu”. Agnostik berarti tidak bisa atau tidak mungkin tahu. Kant berkarir dalam pertengahan abad ke-8, dalam permulaan abad ke-19 ia menyimpulkan semua ini dan kemudian meninggal dunia. Dalam abad ke-19, setelah 50 tahun Kant meninggal dunia, maka pikiran ini merangsang dan menjadi satu arus yang penting di Inggris di mana Sir Herbert Spencer dan Thomas Henry Huxley memberikan satu judul baru yaitu Agnostisisme. Dalam sejarah pernah timbul Skeptisisme yang berarti ragu-ragu. Apakah Tuhan Yesus Anak Allah? Benarkah Tuhan Yesus dilahirkan oleh anak dara Maria dan melakukan mujizat? Jika orang menjawab, “Saya ragu-ragu,” maka inilah yang disebut Skeptisisme. Tetapi kalau Skeptisisme menuju kepada satu titik puncak dengan mengatakan, “Tidak mungkin saya tahu bahwa Tuhan Yesus itu Anak Allah! Tidak mungkin anak dara bisa melahirkan! Saya tidak tahu bahwa Yesus telah melakukan mujizat!” maka hal itu menjadi Agnostisisme. Jadi, Agnostisisme merupakan puncak logika dari Skeptisisme. 2) KELEMAHAN DARI PANDANGAN YANG MENGATAKAN BAHWA ALLAH TIDAK MUNGKIN DIKETAHUI Kalau Allah tidak bisa diketahui, lalu bagaimana dengan kita? Perhatikan kalimat berikut: “Allah sudah menyatakan diri.” Kalimat ini mungkin ditolak oleh Agnostisisme, karena orang-orang yang berpandangan Agnostisisme memberikan konfirmasi bahwa mereka tidak mungkin mengetahui tentang Allah yang menyatakan diri. Tetapi, ketika mereka mengatakan”tidak mungkin tahu”, sesungguhnya mereka telah menyatakan dengan pasti bahwa mereka tahu sesuatu hal yang berkenaan dengan sesuatu yang tidak mungkin diketahui! Ini merupakan satu kontradiksi! Agnostisisme dan semua sistem-sistem berpikir yang melawan Kekristenan, berkonflik di dalam dirinya sendiri yang akhirnya tanpa mereka sadari melemahkan dan melumpuhkan diri mereka sendiri. Jikalau ada seseorang mengatakan, “Tidak mungkin mengetahui Allah dan semua orang tidak mungkin tahu!” dan kemudian kita bertanya apakah ia tahu bahwa teorinya itu betul, maka ia akan menjawab. “Saya pasti tahu dan pengetahuan saya itu pasti betul!” Di sini kita menemukan ketidak-konsistenan, karena jika ia mempunyai pengetahuan terakhir tentang sesuatu yang tidak mungkin diketahui, dengan sendirinya ia harus mengakui bahwa teorinya pun tidak mungkin diketahui! Jika seseorang menegaskan tentang pengetahuannya dengan mengkonfirmasikan bahwa tidak mungkin mengetahui hal yanglain, maka orang tersebut telah jatuh dalam keadaan seperti itu. Suatu hari, dalam sebuah musyawarah ilmu pengetahuan yang dihadiri oleh para ilmuwan internasional, Sir Herbert Spencer berkata, “I think is nothing absolute in the world – Saya kira tidak ada yang mutlak dalam dunia ini.” Setelah ia mengatakan kalimat itu, kemudian seorang ilmuwan muda bertanya kepadanya, “Apakah benar tidak ada satu pun yang mutlak di dalam dunia ini?” Spencer menjawab dengan mantap bahwa tidak ada satu pun yang mutlak di dunia ini. Pemuda itu sekali lagi menanyakan hal yang sama dan Spencer dengan tegas mengulangi jawaban yang sama. Kemudian pemuda itu menanyakan apakah Spencer mempercayai apa yang dikatakannya itu secara mutlak! Di sini Spender terjebak oleh teorinya sendiri. Kalau ia percaya bahwa tidak ada satu pun yang mutlak, lalu ia memegang teori itu dengan satu kemutlakan, berarti ia sudah tidak konsisten, karena kalau ia percaya tidak ada yang mutlak, bagaimana ia dapat menerima teorinya itu dengan mutlak? Hal ini disebut sebagai “self-defeating factor.” Itu sebabnya mengapa komunisme, teori evolusi, dan isme-isme yang melawan Kekristenan akhirnya terbongkar bahwa semua teori itu tidak beres. Setiap teori manusia dan hasil dari pemikiran manusia yang telah jatuh dalam dosa, semuanya mengandung benih untuk merontokkan atau meledakkan diri sendiri, tanpa mereka sadari. Di dalam Alkitab kita tidak melihat adanya ‘self-defeating factor’ ini. Jikalau Allah tidak mungkin diketahui, walaupun kita mencarinya secara mati-matian, itu tidak akan ada artinya. Namun, jikalau Allah mungkin diketahui tetapi kita tidak mau mengetahui-Nya, maka kita berada dalam satu hidup yang menuju pada satu hidup yang mati dan tidak berarti. Itulah sebabnya dalam ayat di permulaan bab ini Paulus mengatakan: Jangan jadi orang yang bodoh, tetapi hendaklah kamu mengerti kehendak Allah. Dalam mengaitkan hal ini, saya berkata bahwa dunia intelektual abad ke-19 dan ke-20 adalah dunia intelektual yang bodoh. Saya mengkritik filsafat-filsafat yang paling top dan memiliki pengaruh di dunia ini, sebab mereka termasuk kaum intelektual yang bodoh di bawah ayat ini. Dalam abad ke-20 lahir seorang anak dari keluarga kaya yang terkenal. Keluarga itu adalah keluarga Wittgenstein. Anak yang dilahirkan ini bernama Ludwig Wittgenstein. Waktu Bertrand Russel menemukan anak ini, ia berkata bahwa seluruh dunia harus memperhatikan anak ini, sebab ia luar biasa. Tetapi anak ini adalah anak yang melawan Tuhan. Setelah dewasa, ia berusaha membuat makalah-makalah yang membuktikan bahwa semua agama sesungguhnya hanyalah permainan kata yang tidak ada artinya. Tetapi Ludwig Wittgenstein pada waktu tuanya menyesali apa yang pernah ia tulis. Apa yang terjadi diseluruh dunia ini, dalam dunia intelek, filsafat, musik, semuanya dijalankan dalam kehendak Alah yang mengatur semua ini. Orang-orang seperti Wittgenstein yang dipuja oleh Russel akhirnya menyesal karena terlalu cepat mengemukakan kesimpulan pada waktu mudanya. Banyak orang yang menganggap diri pandai, dan mengatakan tidak mungkin untuk mengenal Alah, sesungguhnya mereka terjerumus kepada kebodohan intelektual. Mereka ini adalah orang yang pikirannya pandai tetapi hatinya bodoh. Dengan pikirannya yang pandai itu mereka menganggap boleh melawan Tuhan. Saudara jangan menjadi orang yang semacam itu. Mengapa ada begitu banyak orang yang sudah sekolah tinggi lalu melawan Tuhan, melawan agama? Saya sudah pergi ke seluruh dunia dan berjumpa dengan orang-orang seperti itu, dan sebagian dari mereka bertobat. Seorang professor dari Peking University mendengarkan khotbah saya selama 3,5 jam dengan mata melotot. Setelah khotbah 3,5 jam itu selesai masih diadakan tanya jawab, sehingga saya merasa lelah sekali. Setelah kebaktian selesai, saya turun dari tempat kebaktian menuju ke lapangan parkir yang sangat luas. Waktu saya menuju ke mobil, ada satu orang yang menjumpai saya, menahan saya serta bertanya apakah saya betul-betul percaya tentang apa yang saya khotbahkan tadi sebagai iman kepercayaan saya. Maka saya menjawab: “Ya!” Orang itu kemudian mengatakan bahwa ia telah 35 tahun hidup, dididik dan dibentuk dalam pikiran komunisme yang melawan Tuhan, tetapi malam itu ia menerima kebenaran yang ia cari selama 35 tahun itu. Apakah betul agama itu racun? Apakah benar iman kepada Kristus itu melawan revolusi dan menjadi racun dan candu bagi masyarakat seperti yang dikatakan Marx? Ia mengatakan bahwa malam itu ia mendapatklan jawabannya. Saya melihat ada cahaya yang masuk ke dalam hatinya. Seringkali kaum intelektrual dengan IQ tinggi, belum menemukan sinar cahaya itu. 3) KEMUNGKINAN UNTUK MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH Paulus menekankan tentang berusaha mengerti kehendak Allah. Saya ingin mengkonfirmasikan satu hal: Apakah Allah yang tidak kelihatan itu mungkin dimengerti? Apakah Allah yang besar itu mungkin diketahui oleh otak kita yang terbatas ini? Apakah Allah yang begitu agung mungkin dimengerti oleh kita yang hidup hanya beberapa puluh tahun saja? Alkitab mengatakan: “Mungkin!” Kita bisa, kita harus dan kita mungkin mengenal kehendak Tuhan. Saya sadar bahwa kita tidak boleh dengan sembarangan mengatakan “Ini kehendak Tuhan.” Ada banyak orang yang terlalu sering mengatakan ini kehendak Tuhan, itu kehendak Tuhan, namun mereka justru adalah orang yang paling tidak tahu tentang kehendak Tuhan. Tetapi sebaliknya, orang yang betul-betul mau tahu kehendak Tuhan, kadang-kadang tidak berani mengungkapkan itu kehendak Tuhan. Kedua hal ini kalau dikumpulkan akan menghasilkan satu kesimpulan: Takutlah kepada Allah dan jangan sebut nama Tuhan dengan sia-sia. Kalau orang yang berpegang pada Agnostisisme berkesimpulan bahwa kita tidak mungkin tahu akan Allah yang terlalu besar, maka saya tidak setuju dengan pendapat seperti itu, walaupun saya dapat mengerti mengapa mereka berpendapat seperti itu. Kita harus berusaha mengerti setiap orang, walaupun kita tidak harus selalu setuju dengan semua orang. Orang Agnostik mempunyai kesimpulan yang salah, tetapi titik tolak mereka benar: Allah terlalu besar dan kita mungkin tidak bisa tahu. Tetapi ketika mereka kemudian mengatakan bahwa kita tidak mungkin tahu tentang Allah, maka kesimpulan ini yang salah. Sedangkan di dalam gereja, terlalu banyak orang Kristen yang mengatakan bahwa mereka mengetahui kehendak Allah, tetapi hidupnya sembarangan. Jangan sembarangan mengatakan mengerti tentang kehendak Allah! Pada waktu saya masih sekolah teologi tahun pertama, rektor saya mengatakan, “Hati-hati dengan orang yang terus berbicara tentang kehendak Allah.” Saya heran, bukankah itu “rohani”? tetapi beliau melanjutkan bahwa orang yang selalu mengatakan tentang kehendak Allah, justru merupakan orang yang paling jauh dari kehendak Allah. Saya menjadi bertambah bingung, apalagi ketika ia kemudian berkata bahwa ia justru paling takut dengan orang “rohani”. Ia kemudian menjelaskan bahwa sewaktu ia menjadi pendeta di Makao, ia pernah mengenal seorang pemain piano. Biasanya kalau ia mendapat jadwal untuk main piano ia mau main, tetapi suatu hari ketika tiba gilirannya, pemain piano itu ternyata menolak untuk bermain. Ketika ditanya mengapa ia menolak untuk bermain, ia berkata bahwa itu merupakan kehendak Tuhan. Rektor ini bingung. Selesai kebaktian, ia mencari anak itu dan bertanya mengapa dia tidak mau main piano. Akhirnya diketahui bahwa hari itu guru pianonya yang keras dalam mengajarnya, datang ke kebaktian. Anak itu biasanya main piano dengan sembarangan, sehingga ketika gurunya datang ke kebaktian ia tidak mau main dan mengatakan ini kehendak Tuhan. Karena itu hati-hatilah dengan orang yang mudah berkata bahwa ia mengetahui kehendak Tuhan. Saya mengajak Saudara berpikir, berapa kalikah istilah “kehendak Tuhan” muncul dalam Alkitab? Istilah ini tidak terlalu sering diucapkan baik oleh para nabi maupun para rasul! Tetapi, setiap kali istilah ini muncul, selalu muncul dalam satru suasana yang sangat penting dan berbicara tentang satu hal yang besar sekali. Saudara harus berhati-hati dengan mereka yang sembarangan berkata bahwa mereka mendapat wahyu dan mengetahui kehendak Allah. Banyak orang mengatakan hal-hal yang sepertinya mirip dengan nubuatan para nabi. Tetapi Alkitab berkata bahwa nubuat-nubuat yang tidak terjadi membuktikan bahwa mereka tidak diperintahkan oleh Yehova, dan orang yang menubuatkan nubuat yang tidak tergenapi, harus dibunuh (band.Ulangan 18:20-22). Allah begitu keras dan menjalankan hukum dengan begitu ketat, sebab Ia tidak mau kita menjalankan kehendak-Nya secara sembarangan dan bermain-main. Sebagai kesimpulannya, kita percaya bahwa: (1) Allah memang sulit diketahui, tetapi tidak berarti bahwa Allah tidak bisa diketahui, (2) Alangkah indahnya jika hidup kita mengerti kehendak Allah, sebab jika tidak demikian, meskipun kita orang pandai kita adalah seorang intelektual yang bodoh. 4) JANGAN MENJADI BODOH ! Paulus berkata bahwa kita jangan menjadi orang yang bodoh atau terjemahan lain: linglung, pikun, tidak mempunyai kejernihan pikiran; tetapi berusahalah untuk mengerti kehendak Allah. a. Orang Yang Bodoh Tidak Mengerti Tentang Keberadaan Allah. Kalau kita tidak sadar dan tidak mengertitentang keberadaan Allah, maka kita menjadi orang yang bodoh. Pengertian akan keberadaan Allah dapat dibagi menjadi dua. Yang pertama adalah bahwa Allah itu ada dan Dia-lah yang menopang segala sesuatu yang ada. Kata yang dipakai oleh Paul Tillich adalah, “Allah bukan saja ada, tetapi juga menjadi dasar dari segala sesuatu yang ada.” Allah-lah yang menopang keberadaan kita dan menjadi fokus keberadaan kita. Allah adalah dasar dari segala sesuatu yang ada dan berada. Kalau kita tidak mengerti bahwa Allah ada, maka kita menjadi seperti layang-layang putus, dan kalau kita tidak tahu bahwa Allah ada, maka kita menjadi orang bodoh. Bukan saja Allah itu ada, Ia juga ada di mana pun Saudara berada. Ini berarti Allah ada di mana-mana. Ini yang kedua. Seseorang yang bodoh adalah orang yang selain percaya Allah ada, tetapi juga menganggap Ia mungkin sedang tidur di sorga dan tidak memperhatikan apa yang dikerjakan manusia. Kalau kita mempunyai pengertian bahwa Allah bukan saja ada, tetapi bahwa Ia juga mempunyai pengertian atas segala sesuatu dan segala sesuatu dilihat oleh-Nya, maka kita mempunyai iman kepercayaan yang benar, yang tidak bodoh, dan yang dapat dipertanggungjawabkan. Waktu kita mengetuk pintu, di situ Allah ada. Waktu seseorang berzinah, waktu itu Allah sedang melihat. Waktu kita mau mencuri, waktu kita mempunyai satu pikiran untuk menyontek, di situ Allah ada. Allah mengetahui segala pikiran kita. Karena itu janganlah menjadi bodoh tetapi berusahalah mengerti kehendak Allah. Kebodohan datang pertama kali karena tidak mengerti bahwa Allah itu ada. Satu kali ada seorang guru yang memberikan ujian pada muridnya sambil membaca surat kabar. Para muridnya mengambil kesempatan itu dan menyontek. Akan tetapi, pada akhir semester guru itu memberikan peringatan pada murid-murid yang menyontek sambil menyebutkan berapa kalimereka telah menyontek dalam satu semester itu. Anak-anak itu menjadi heran. Mereka menghampiri guru mereka dan bertanya bagaimana mungkin ia bisa tahu bahwa mereka telah menyontek. Guru itu kemudian mengatakan bahwa surat kabar yang ia baca itu ternyata diberi lubang sehingga ia bisa melihat setiap perbuatan para muridnya. Orang yang bodoh adalah orang yang mengira semua orang lebih bodoh dari dirinya! Kalau manusia saja bisa tahu apa yang kita lakukan, apa lagi Tuhan. b. Orang Yang Bodoh Tidak Mengerti Kewajibannya Sesungguhnya hidup adalah hidup dalam kewajiban. Hidup mempunyai hak istimwa dan kewajiban yang bertanggung jawab kepada Tuhan yang memberikan hidup. Dan hidup juga merupakan satu krisis. Jikalau kita hidup dalam dunia ini tanpa tahu apa yang menjadi kewajiban kita, mungkin kita akan menjadi putus asa. Hidup memang penuh dengan krisis, tetapi kalau kita mengerti arti dasar kata ini maka sesungguhnya kata itu bukan sekedar menunjukkan sesuatu yang berbahaya, tetapi juga memberikan titik perubahan atau titik putar. Jika titik perubahan itu tidak benar akan menjadi berbahaya, tetapi jika benar akan berbahagia. Orang yang berada di dalam keadaan bahaya bisa menjadi bahagia kalau ia berbalik kepada Tuhan. Orang yang bahagia bisa menjadi bahaya jika titik putarnya kepada setan. Bahagia mengandung bahaya dan bahaya bisa mengandung bahagia, inilah titik krisis itu. Hidup kita adalah hidup yang baru, yang harus bertanggung jawab kepada Tuhan dan hidup kita adalah hidup yang mengalami krisis yang mengandung bahaya. Karena itu janganlah kita tidak mengenal Allah dan keberadaan-Nya, dan janganlah menjadi orang yang tidak sadar mempunyai kewajiban yang harus dipertanggungjawabkan. c. Orang Yang Bodoh Tidak Mempunyai Arah Hidup Orang menjadi bodoh karena tidak mempunyai arah hidup, yang setelah melihat uang menjadi berubah arah. Ada berapa banyak orang yang sebelum masuk ke sekolah hukum, merasa harus menegakkan keadilan, tetapi setelah menjadi hakim matanya dibutakan oleh uang? Yang salah dijadikan benar, sebaliknya yang benar dijadikan salah. Hidup ini berarti dan mempunyai tujuan. Kalau hidup kita mau mempunyai tujuan, maka seperti kata Paulus, hendaklah kita mengerti kehendak Allah. d. Orang yang Bodoh Tidak Mengerti Tentang Kesempatan Yang Tersembunyi Di Dalam Waktu Hidup itu tersimpan di dalam waktu, dan waktu itu sama panjangnya dengan hidup. Di dalam kronos (waktu yang bersifat netral) seharusnya ada satu waktu yang mempunyai makna yang penting (yaitu kairos). Di dalam waktu ada kesempatan-kesempatan yang tersisip yang harus kita pegang dengan benar. Jika kairos itu tidak ada, maka kita disebut orang yang bodoh. Sebuah kapal terbang di angkasa sesungguhnya terbang dalam sebuah koridor udara yang tidak tertlihat mata, tetapi di dalam ruang kemudi pesawat ada satu layar yang menunjukkan koridor udara itu. Kalau pesawat tetap terbang dalam garis koridor itu, maka pesawat akan tetap aman; tetapi kalau keluar dari koridor itu maka itu berarti akan mengalami bahaya. Ilustrasi ini dapat menunjukkan bagaimana hidup kita ini tidak boleh berada di luar jalur yang ditetapkan oleh Tuhan. Kita tidak boleh hidup dalam nafsu kita sendiri. Tuhan Yesus itulah Tuan kita. Biarlah kita berjalan dan memperhatikan-Nya dalam korodor yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Maukah kita belajar dan berusaha mengerti kehendak Tuhan, hidup dalam jalur yang Ia tentukan? Biarlah kita kembali kepada Tuhan, dan mau mengerti kehendak Allah. BAB II : MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH KAUM PILIHAN. KEHENDAK ALLAH DALAM ALAM SEMESTA “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Roma 11 : 33-36) Alkitab dengan jelas berkata bahwa Allah adalah Allah yang transenden. Allah yang melampaui segala keberadaan di dalam dunia dan yang juga melampaui waktu dan ruang. Dalam penciptaan, Allah menciptakan segala sesuatu. Tetapi sebelum menciptakan segala sesuatu, Allah terlebih dahulu menciptakan wadah untuk menaruh segala sesuatu yang bersifat materi. Ia juga menciptakan hal-hal yang melampaui benda-benda. Allah juga menciptakan dunia roh dan juga dunia materi. Penciptaan materi ini diletakkan dalam wadah waktu dan ruang. Waktu dan ruang ini pun adalah ciptaan Tuhan. Allah yang menciptakan segala sesuatu ini dengan sendirinya melampaui segala yang Ia ciptakan itu. Hal ini disebut sebagai sifat transenden Allah. Allah yang melampaui segala sesuatu tidak terikat oleh segala sesuatu, dan tidak terbelenggu di dalam segala sesuatu. Ia adalah Allah yang menjadi sumber dan sasaran dari segala sesuatu. “Segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia” (Roma 11:36). Di sini kita melihat bahwa Dia adalah sumber, penopang, dan sasaran dari segala sesuatu. Kalau kita mau mengerti kehendak Allah sampai tuntas dan melalui sifat transenden Allah melihat segala sesuatu, maka kita tidak akan pernah merasa sebagai sesuatu yang terhilang di tengah-tengah alam semesta. Kita melihat adanya satu kemungkinan kesalah-mengertian yang ditimbulkan oleh theologi tradisional yang hanya menekankan tentang Allah sebagai Pencipta, tetapi tidak menghargai Dia sebagai Yang menopang segala sesuatu. (1) Bukankah Allah Pencipta Alam Semesta? Lebih dari dua ratus tahun yang lalu di Inggris terbentuklah semacam pemikiran yang dipelopori oleh seorang bernama Herbert dari satu kota kecil bernama Cherbury. Ia memulai suatu teori Deisme yang memikirkan bahwa Allah ada dan menciptakan segala sesuatu. Tetapi setelah Allah menciptakan segala sesuatu. Allah membiarkan segala sesuatu itu hidup dan mati sendiri. Allah hanya dipakai sebagai satu titik permulaan keberadaan segala sesuatu, dan sesudah itu Allah tidak lagi campur tangan dan tidak lagi memelihara segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya. Teori ini sangat populer dan diterima baik, khususnya oleh kaum intelektual abad lalu. Mereka tidak mau lagi terikat pada gereja yang masih percaya bahwa Allah yang Mahakuasa dan yang telah menciptakan segala sesuatu, memelihara apa yang telah Ia ciptakan itu, campur tangan dalam hidup yang nyata dan dalam kehidupan secara pribadi. Mereka tetap percaya bahwa Allah ada dan percaya bahwa Allah adalah Pencipta, tetapi mereka tidak percaya bahwa Allah yang telah mencipta tetap campur tangan dalam apa yang telah Ia ciptakan. Mengapa hal seperti ini dapat diterima baik oleh kaum intelektual? Karena ada banyak hal yang tidak kita mengerti! Kalau Allah ada, mengapa Ia membiarkan bencana bencana alam terjadi? Kalau Allah ada, mengapa Ia membiarkan orang baik menderita dan orang jahat bertambah kaya? Mengapa banyak ketidakadilan terjadi? Hal-hal seperti ini sulit dimengerti manusia, dan akibatnya pikiran manusia yang terbatas menerima pikiran deisme, yang percaya bahwa sesudah menciptakan segala sesuatu, kemudian Allah membiarkan ciptaan-Nya berjalan sendiri. Jikala kita percaya bahwa Allah campur tangan dalam kehidupan manusia dan jikalau memang sulit untuk menjelaskan semua fenomena yang ada, lalu mengapa kita harus tetap memelihara kepercayaan bahwa Allah itu ada dan Ia adalah Pencipta? Bukankah orang-orang atheis dan komunis lebih jujur dengan pendapat mereka yang mengatakan bahwa Allah tidak ada? Sementara itu orang Deisme tidak bisa tidak mengatakan bahwa Allah itu ada dan mencipta. Mereka jujur dalam banyak hal, sebab kalau Allah tidak ada, maka banyak hal dalam kehidupan manusia yang tidak dapat diselesaikan oleh pengertian manusia. Kaum intelektual yang mendewakan rasio mungkin hanya karena terlalu sulit untuk menjelaskan banyak hal melalui pikiran manusia yang terbatas. Tetapi mereka yang menganggap diri jujur tidak mau mengakui hal ini, akhirnya menjadi atheis dan komunis. Kedua kelompok ini tidak pernah mungkin menyelesaikan begitu banyak masalah yang timbul di dalam hidup manusia. (2) Berbicarakah Allah Kepada Manusia Ciptaan-Nya? Kalau kita mau mengetahui, mengakui, dan tunduk kepada Firman Tuhan, maka kita harus mengakui bahwa Allah bukan saja ada dan mencipta, tetapi kita juga harus mengakui bahwa Allah menjalankan kehendak-Nya dalam dunia ciptaan-Nya. Pengertian tentang kehendak Allah bukan hanya sekedar pengetahuan sepele, misalnya karena takut salah dalam mencari pacar, baru mencari kehendak Allah; atau karena khawatir salah memilih pekerjaan, sehingga mencari kehendak Allah. Saya banyak menerima pertanyaan semacam ini baik di Amerika, Asia, Australia, maupun Eropa. Begitu banyak pemuda-pemudi yang menanyakan tentang kehendak Allah yang kalau mau ditelusuri lebih jauh, pertanyaan-pertanyaan mereka itu kebanyakan hanya tergolong dalam dua kategori, yaitu kalau mereka mau menikah dan waktu mencari pekerjaan atau sekolah. Sebagai orang Kristen yang mau mengerti tentang theologi Reformed, kita harus mengerti kehendak Allah itu sebagai satu tema yang besar sekali, jauh lebih besar dari apa yang dapat kita pikirkan. Itulah sebabnya Paulus mengatakan, “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya.” Itu karena Allah adalah Allah yang transenden. Akan tetapi kalau kita hanya berpegang pada sifat transenden Allah dan menolak sifat imanen Allah, maka berarti kita tidak tahu bahwa Allah yang mencipta adalah juga Allah yang ikut campur tangan dan mengerti segala pergumulan kita di dalam keberadaan kita masing-masing, Itulah sebabnya orang Kristen harus memiliki pengertian secara total, sehingga kita menjadi orang-orang yang bertanggung jawab. Pada bab pertama kita membicarakan tentang kemungkinan untuk mengetahui kehendak Allah. Orang Agnostik mengatakan bahwa kita tidak mungkin mengetahui kehendak Allah karena hal-hal seperti itu terlalu mendasar dan mempunyai kesulitan yang sangat ekstrem, sehingga “realitas ultimat” itu tak akan mungkin dimengerti. Pikiran itu adalah pikiran dari Sir Herbet Spencer dan Thomas Henry Huxley dari Inggris. Sebagai orang Kristen kita berpegang pada ajaran bahwa kita mungkin mengetahui kehendak Allah. Kehendak Allah akan dinyatakan kepada mereka yang rela menundukkan diri kepada Allah. Calvin mengatakan, “Nothing is greater than the will of God except God Himselft” (Tidak ada yang lebih besar daripada kehendak Allah kecuali Allah sendiri). Kehendak Allah bukan sesuatu yang sepele dan dapat ditemukan dalam sudut-sudut pengalaman hidup kita yang kecil-kecil. Tetapi, kehendak Allah merupakan suatu ekspansi dari apa yang ada di dalam rencana kekal Allah, sehingga kehendak Allah merupakan yang terbesar dibandingkan dengan segala sesuatu, kecuali dibandingkan dengan diri Allah yang menjadi dasar dari kehendak Allah itu sendiri. Allah begitu besar dan begitu agung, dan kehendak Allah ini mengakibatkan tindakan Allah terwujud. Yang dikehendaki oleh Tuhan dikerjakan oleh-Nya, apa yang dikehendaki-Nya dari dalam diri-Nya kemudian diwujudkan keluar. Di dalam penciptaan, penebusan, pemeliharaan, penopangan, dan penghakiman Tuhan, kita melihat kehendak Tuhan itu dinyatakan. Semua itu merupakan karya Tuhan. Karya itu merupakan tindakan Allah yang berwujud. Kehendak Allah dinyatakan melalui Firman-Nya dan kuasa Allah menggenapi apa yang dikehendaki-Nya. (3) Kehendak Allah Atas Penciptaan Alam Semesta Perkataan Tuhan merupakan ekspresi dari kehendak-Nya dan kuasa Tuhan menggenapi kehendak-Nya. Di dalam penciptaan, orang Kristen percaya bahwa ada kehendak Allah. Kita mengerti bahwa alam semesta mempunyai sumber yang merencanakannya. Sementara itu kita berada dalam satu wadah yang telah disediakan oleh Tuhan. Ketika kita masuk ke dalam gedung ini (Granada, red.), kita melihat kursinya disusun makin lama makin ke atas, sementara yang ditengah tidak, kecuali di tempat mimbar. Gedung ini disusun dengan sebuah rencana yang tidak kita lihat, tetapi pembuat gedung ini merancang agar setiap orang yang duduk di kursi mana pun bisa melihat orang yang di atas mimbar dengan jelas. Jadi dengan membuat rencana ruangan ini, si pembuatnya sudah menyatakan satu rencana kegunaan gedung ini. Demikian juga, cara kita melihat alam semesta ini berbeda dengan cara orang yang tidak mengenal Tuhan. Orang yang tidak mengenal Tuhan hidup dalam satu alam semesta ibarat sebuah pasar yang besar, yang banyak orangnya tetapi tidak tahu mau kemana. Berbeda dengan orang Kristen. Orang Kristen yang sejati mengetahui dengan pengertian yang jelas dan sungguh-sungguh, bahwa ia berada di dalam alam semesta yang telah direncanakan menurut bijaksana Allah. Meskipun sulit dimengerti, namun hal ini menyatakan kebesaran Tuhan. Alangkah besarnya hikmat dan pengetahuan Allah, tetapi Tuhan rela menyatakannya bagi kita. Karena percaya adanya kehendak Allah, maka kita tahu bahwa alam semesta memiliki sumber yang merencanakannya. Ketika kita menyelidiki sesuatu dengan rasa ingin tahu yang besar dan sungguh-sungguh, maka makin lama kita akan menemukan dengan rasa yang kagum tentang bagaimana rencana-rencana yang agung itu bisa diwujudkan. Mobil yang baru, tidak lagi memakai karburator model lama, tetapi memakai sistem injectiondan itu akan menghemat bahan bakar. Terlebih lagi mobil yang bermesin turbo. Pada waktu mobil itu berjalan dengan kecepatan yang tinggi, mesin turbonya akan bekerja sehingga akan sangat menghemat bahan bakar dan mobil itu akan berlari cepat dengan stabil. Semua itu merupakan rancangan dari orang-orang yang memiliki kreativitas. Orang-orang kreatif menemukan hal-hal yang mengubah kerutinan proses sejarah. Daya kreativitas mereka itu menjadikan kita terkagum-kagum. Demikian juga ketika kita melihat alam semesta. Adakah sesuatu di dalam alam semesta yang tidak membuat kita kagum? Jikalau kita menyelidiki sehelai daun dan melihatnya di bawah mikroskop, maka kita akan kagum melihat hikmat dan bijaksana Allah dalam merencanakan semua itu. Di bawah mikroskop elektron kita bisa melihat bagaimana satu sel itu begitu rumit dan kompleks, tetapi tidak ada satu kesalahan pun padanya. Alam semesta mempunyai sumber yang merencanakan segala sesuatu. Kira-kira 1.500 tahun yang lalu, pada suatu malam, terjadi satu peristiwa besar pada diri seorang pemuda yang mengalami perubahan di dalam pengertiannya tentang rencana Allah di dalam alam, sehingga sejarah dunia pun ikut berubah. Pada malam itu, anak muda yang berusia sekitar dua puluh sembilan tahun dan bernama Augustinus itu sedang bergumul. Selama hampir sepuluh tahun Augustinus telah mengikuti satu kepercayaan yang disebut Manikaesme. Di dalam Manikaeisme diajarkan satu sistem interpretasi untuk menjelaskan mengapa di dalam dunia ini selalu ada konflik antara baik dan jahat sehingga manusia tidak bisa hidup dalam ketenangan yang sesungguhnya. Manikaeisme berkata bahwa manusia selalu hidup dalam pertentangan antara yang baik dan yang jahat dan menjadi korban di antara keduanya. Selama sepuluh tahun ia mengira Manikaeisme dapat menjawab pergumulannya. Augustinus memang sangat pandai, tetapi hidup seksnya tidak beres. Ia adalah seorang intelek tetapi hidup bersama dengan seorang wanita tanpa menikah. Ia menjadi profesor yang mengajar orang-orang yang berintelek tetapi tidak memiliki kekuatan untuk mengalahkan nafsu seksnya. Augustinus merasa mendapatkan kepuasan dari agama Manikaeisme yang mengajarkan bahwa manusia ada di dalam kekuatan dari dua dewa yaitu dewa yang baik dan dewa yang jahat. Ia menganggap sistem interprestasi ini lebih cocok dengan dirinya dari pada iman orang Kristen yang ketika mengalami kejenuhan dan merasa imannya kering, mencari persekutuan di sana sini dan tidak memedulikan apakah yang berkhotbah itu mengkhotbahkan kebenaran atau tidak. Pokoknya yang cocok dengan perasaannya, itu lah yang dia sukai. Hal ini terjadi juga di dalam diri Augustinus dan selama sepuluh tahun ia hidup dalam agama yang rusak. Tetapi malam itu Augustinus terbangun dari tidurnya dan memikirkan apakah ia dilahirkan hanya untuk menjadi rebutan di tengah-tengah yang baik dan jahat? Apakah benar ada dua dewa, dewa terang dan dewa gelap yang merebut dan mengacaukan segala sesuatu? Apakah benar peperangan ini tidak pernah berhenti dan tidak ada penyelesaiannya? Waktu ia menerawang langit yang jernih dan melihat bintang-bintang bercahaya, ia seolah-olah mendengar sesuatu berbicara kepadanya. Inilah bedanya antara manusia dan binatang! Ketika manusia melihat ciptaan Allah, dia melihat ciptaan itu sedang berbicara tantang Allah. Waktu binatang melihat ciptaan Allah, binatang tidak bisa berfikir seperti itu. Apa yang dia rasakan hanyalah kebutuhannya apa dan makanannya di mana. Manusia diberi satu kemungkinan untuk berpenetrasi dan memikirkan tentang siapakah yang mengakibatkan hal tersebut. Tidak mengherankan jika di dalam buku Augustinus kita menjumpai perkataannya, “Coba tanya kepada burung, laut, ombak dan awan, mengapa mereka bisa bernyanyi, berbunyi, bergelombang, dan bergerak? Seluruh alam semesta serentak akan menjawab bahwa Allah telah menciptakan mereka untuk menyaksikan kemuliaan Allah.” Di sini kita melihat kepekaan dari seseorang yang mengobservasi sesuatu. Kalau kita mengobservasi sesuatu, pemikiran kita harus berkontak dengan sesuatu yang ada di balik sesuatu yang kita observasi itu, yaitu Pencipta sebagai sumber dan perancang segala sesuatu. Kemungkinan seperti ini telah Tuhan berikan kepada kita. Waktu kita melihat satu karangan bunga, apa yang kita pikirkan? Apakah kita memikirkan tentang pemilik toko bunga itu yang pandai mengatur bunga itu? Tidak! Kita harus melihat bahwa Yang Mencipta telah menunjukkan bijaksana yang luar biasa. Kalau kita melihat sepuluh jari manusia yang dapat dipakai untuk melakukan banyak hal, itu adalah hasil karya Allah yang hebat. Kalau kita perhatikan, tubuh manusia lebih kecil daripada gajah, sapi atau binatang besar lainnya, tetapi dapat digerakkan dengan begitu rupa sehingga menghasilkan keindahan yang luar biasa. Jadi, ketika kita memikirkan dan melihat segala sesuatu dengan potensi yang Tuhan berikan kepada kita, biarlah kita bukan sekedar melihat, tetapi kita hendaknya melihat Tuhan yang ada di belakang segala sesuatu itu. Kalau kita melihat Tuhan ada di belakang sesuatu hal, maka pada waktu problema terjadi, kita tidak perlu khawatir dan takut, sebab Tuhan yang menciptakan segala sesuatu itu tetap menyertai kita untuk menyelesaikan problema yang kita hadapi. Pada waktu Augustinus melihat bintang-bintang itu pikirannya bergerak menuju kepada sesuatu yang lebih tinggi, Tuhan memberikan satu inspirasi dalam hati Augustinus dan selesailah sebuah konflik di dalam dirinya, selesailah semua kesulitan pemikiran agama, sosial, dosa, baik dan jahat. Ia sadar bahwa kalau memang alam semesta ini merupakan tempat perebutan antara baik dan jahat, dan kalau kedua dewa itu tidak berhenti berperang, mengapa alam semesta bisa teratur? Bintang-bintang yang teratur itu membuktikan bahwa ada penopang yang lebih tinggi daripada segala sesuatu. Mengapa hanya manusia yang kacau? Mengapa bumi dan bintang tidak kacau? Manusia satu-satunya yang dicipta lebih tinggi daripada segala sesuatu, tetapi justru moralnya bisa rendah dan bisa berbuat dosa serta memiliki pemikiran yang jahat. Ini terjadi karena ada kekacauan dalam diri manusia. Kemudian Augustinus mulai memisahkan kategori-kategori, lalu memikirkan rencana kehendak Allah. Dalam satu bagian Doa Bapa Kami, Tuhan Yesus mengajarkan, “Jadilah Kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga.” Kalimat ini sangat penting, Kehendak Allah dalam seluruh alam semesta dan di Sorga tidak ada rintangan. Tetapi kehendak Allah di bumi ini seolah-olah sulit bisa dituntaskan dan karena itu anak-anak Tuhan diajar untuk berdoa, “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga.” Kalimat itu merefleksikan bahwa kehendak Allah, sebagaimana hamba-hamba Tuhan di Sorga yang tidak merintangi kehendak Allah. Manusia yang begitu kecil remeh, dan hina itu justru merupakan satu-satunya makhluk yang berani melawan Allah. Augustinus menemukan bagaimana cara mengerti semua ini. Segala sesuatu yang dicipta oleh Tuhan menjalankan kehendak Tuhan, tetapi justru manusialah yang sering tidak menjalankan kehendak Tuhan karena itu manusia perlu bertobat. Allah tidak memanggil langit untuk bertobat, tetapi Ia memanggil manusia untuk bertobat. Sebab manusialah satu-satunya makhluk yang diberi potensi untuk menjalankan kehendak Allah, tetapi justru melawan kehendak Allah. (4) Kehendak Allah Atas Pengaturan Alam Semesta Dalam mengerti kehendak Allah di alam semesta, kita tahu bahwa alam semesta mempunyai Sumber, Pencipta, dan Perancangnya, yaitu Allah yang menciptakan dengan rencana yang luar biasa. Waktu kecil kita tidak mengerti bahwa air dan es itu sesungguhnya adalah satu benda yang sama. Keduanya adalah H2O, elemennya sama, tetapi sifatnya berbeda. Es lebih ringan dari pada air sehingga es terapung di air (karena berat jenis es lebih kecil dari berat jenis air). Susu dan air bisa bercampur menjadi satu, tetapi minyak dan air tidak bisa bersatu. Benda jika dipanaskan memuai, tetapi jika didinginkan menyusut. Tetapi air, jika didinginkan sampai empat derajat Celcius, kemudian suhunya diturunkan lebih rendah lagi, maka air itu bukannya menyusut tetapi justru memuai. Kita hanya bisa melihat gejalanya saja, tetapi sering kita tak dapat menjelaskan mengapa begitu. Orang yang kurang pengetahuan hanya bisa mengetahui fenomena saja, tetapi orang yang pengetahuannya lebih mendalam memikirkan esensi yang ada di balik fenomena tersebut. Ilmu sebenarnya tidak mendalam sebab hanya memberi tahu sesuatu itu begini, tetapi tidak memberi tahu mengapa begini dan juga tidak memberi tahu misteri dibelakang alasan mengapa begini. Karena itu kita harus kembali kepada Pencipta segala sesuatu. Ketika air didinginkan di bawah empat derajat Celcius dan air itu memuai, maka sebenarnya hal itu melawan dalil fisika, tetapi para ilmuwan tidak bisa menjelaskan mengapa demikian. Jawabannya hanya ada pada Tuhan. Apa sebab? Karena Tuhan menciptakan berbagai macam binatang di dalam air. Jika es lebih berat daripada air dan tenggelam di dalam air, maka binatang-binatang di air akan mati semua! Tuhan memerintahkan agar es yang membeku itu tetap mengapung di atas, supaya binatang di dalam air tetap bisa hidup di air, di bawah es yang membeku itu. Itulah kehendak Tuhan di dalam alam ciptaan. Kita melihat alam semesta diciptakan menurut hikmat luar biasa yang dibuat oleh Tuhan. Para ilmuwan tidak mungkin memberikan penilaian di balik semua rancangan itu, kecuali kembali kepada Tuhan. Semakin kita memikirkan tentang ciptaan dan kehendak Allah, semakin kita mencintai Allah dan bersyukur kepada-Nya. (5) Kehendak Allah Atas Pemeliharaan Alam Semesta Allah menciptakan segala sesuatu menurut rancangan-Nya. Di dalam dunia ini ada satu sistem alam semesta yang tidak boleh dirusak manusia. Karena itu kalau kita merusak lingkungan sama halnya dengan kita melawan kehendak Allah. Orang Injili yang membicarakan soal kehendak Allah, hanya demi dirinya sendiri, seperti bagaimana mendapat untung dalam perdagangan, bagaimana mendapat jodoh yang sesuai, dan tidak mengingat kehendak Allah dalam seluruh alam semesta, belumlah tuntas menjadi orang Kristen yang bertanggung jawab. Alam semesta harus kita kelola dengan baik. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mungkin merusak alam semesta ini secara besar-besaran. Pada waktu Saddam Hussein membiarkan jutaan liter minyak mentah dituang ke Laut Merah, maka perbuatannya adalah sebuah pekerjaan yang melawan agama, sebab dalam agama bukan saja ada moral, tetapi juga perasaan bertanggung jawab terhadap dunia yang diciptakan oleh Tuhan. Kalau kita mau memikirkan kehendak Allah sampai tuntas, maka kita juga harus mengelola alam semesta dan tidak boleh merusaknya. Jangan menebang pohon sembarangan. Juga untuk pohon Natal, jangan menebang pohon pohon cemara yang sangat berguna untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Mencemari lingkungan sama artinya dengan melawan kehendak Allah. Tanggung jawab manusia terhadap lingkungan ini boleh dimasukkan dalam “mandat budaya.” Setelah Allah menciptakan segala sesuatu, Allah menaruh manusia di taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara tanah itu (Kejadian 2 : 15). Kita mudah sekali membuat satu kebaktian besar-besaran yang menarik, supaya kelihatannya menarik banyak orang untuk memuji Tuhan. Tetapi sering kali kita tidak mengingat satu pekerjaan Tuhan yang jauh lebih besar daripada apa yang kita pikirkan. Saya bersimpati kepada mereka yang berusaha memperbaiki dan melestarikan lingkungan, sebab ini termasuk salah satu segi dalam mandat budaya yang telah Tuhan berikan. (6) Alam Semesta Yang Bertujuan Ketika Tuhan menciptakan alam semesta, satu hal yang tidak dikenal oleh orang di luar Kekristenan adalah bahwa alam semesta ini mempunyai tujuan. Di dalam theologi hal ini disebut sebagai “teleologi,” yang diambil dari kata bahasa Yunani “telos” yang berarti “tujuan atau makna terakhir.” Apakah dunia ini ada sasarannya? Apakah Allah menciptakan segala sesuatu seperti konsep Deisme, yaitu setelah menciptakan segala sesuatu kemudian dibiarkan begitu saja tanpa ada tujuan? Tidak demikian! Allah menciptakan segala sesuatu dengan tujuan untuk Dia sendiri. “Segala sesuatu dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia” (Roma 11:36). “Dari Dia” artinya Tuhan adalah sumbernya; “oleh Dia” artinya Tuhan adalah media untuk mencipta; dan “kepada Dia” artinya Tuhan yang menerima pertanggungjawaban. Kalau kita memahami hal ini, maka kita menyadari bahwa segala hal berada di dalam titik kesinambungan di mana kita harus menjawab secara total dihadapan Tuhan. Apa yang saya kerjakan sekarang menyusul apa yang saya kerjakan kemarin dan juga harus menuju pada apa yang saya kerjakan besok. Apa yang kita kerjakan besok, menuju pada kewajiban total kita. Kewajiban total itu pada akhirnya menuju kepada penghakiman Tuhan. Sebab kita diciptakan oleh-Nya, melalui Dia dan untuk Dia. Alam semesta pada akhirnya menuju kepada sasarannya. Theologi Proses yang timbul di Inggris lalu berkembang di Chicago University dan diperkembangkan lagi di Jerman dimulai oleh Alfred North Whitehead yang merupakan rekan kerja Bertrand Russell yang sama-sama menjadi profesor di universitas terbesar dan terpenting di Inggris, yaitu Cambridge dan Oxford. Kedua orang ini menulis satu buku yang terkenal dengan judul The Principles of Mathematics. Mereka berkembang ke dalam bidang filsafat. Bertrand Russell mengembangkan satu sistem filsafat yaitu Deutero Monism, sedangkan Alfred Whitehead memikirkan tentang bagaimana terjadinya alam semesta. Akhirnya ia mengatakan bahwa alam semesta itu bergelombang, berevolusi, dan berproses. Pemikiran ini menunjukkan bahwa kita tidak tahu bagaimana hari depan itu. Sepuluh tahun yang lalu kita tidak tahu bahwa hari ini kita jadi seperti ini, dan hari ini kita tidak tahu bagaimana keadaan kita sepuluh tahun mendatang. Itu berarti yang berada di dalam proses tidak tahu hari depannya. Ada orang yang ketika lahir miskin sekali, tetapi setelah dewasa menjadi presiden. Sebaliknya, seorang anak yang lahir dalam keluarga Rockefeller mungkin mati dimakan binatang buas karena tidak diketahui bagaimana nasibnya. Segala sesuatu yang mungkin terjadi menunjukkan bahwa kita berada di dalam proses. Pemikiran Whitehead ini kemudian diterima oleh University of Chicago dan kemudian menuju pada satu theologi yang menganggap bahwa manusia tidak tahu segala sesuatu itu akan menjadi apa. Yang lebih parah lagi, mereka menerapkan teori ini kepada Allah dengan mengatakan bahwa Allah sendiri tidak tahu esok Ia akan menjadi apa. Ini benar-benar suatu pemikiran yang kurang ajar. Isitlah yang mereka pakai adalah The Unknown Quantity of the Future. Alkitab mengatakan kepada kita bahwa Alkitab melawan Deisme dan Theologi Proses. Dalam Deisme, Allah dianggap sebagai permulaan dari segala sesuatu, tetapi kemudian tidak campur tangan lagi. Di dalam Theologi Proses, Allah bahkan dianggap tidak tahu Ia akan menjadi apa dan bagaimana nantinya. Di dalam theologi yang menyetujui evolusi, mereka tidak mengetahui titik permulaan itu di mana. Ada yang menganggap bahwa Allah merupakan titik permulaan, tetapi bukan titik akhir. Sebaliknya, ada yang menganggap Allah adalah titik alhir, tetapi bukan titik permulaan. Ini semua ditolak Alkitab, Alkitab mengatakan bahwa Tuhan menyatakan, ”Akulah Yang Awal dan Akulah Yang Akhir.” Tuhan Yesus juga mengatakan, “Akulah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir.” Arti dari “Akulah Alfa” – Dia adalah titik permulaan, dan “Akulah Omega” – Dia adalah titik akhir. Tuhan yang memulai segala sesuatu dan Tuhan juga yang mengakhiri segala sesuatu. Segala sesuatu bermula dari Tuhan, bersandar pada topangan Tuhan dan menuju pada titik akhir yaitu menuju kepada Tuhan sendiri. Biarlah setiap kali kita dengan rasa ingin tahu mempelajari kehendak Tuhan, kita selalu mengatakan kepada Tuhan bahwa kita berada dalam alam semesta cipataan-Nya dan kita sadar bahwa segala sesuatu berawal dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan. Kalau segala sesuatu dari Tuhan, apakah yang dapat kita banggakan? Tidak ada! Kalau segala sesuatu menuju kepada Tuhan, bolehlah kita menggunakan kebebasan kita secara sembarangan? Tidak boleh! Karena kita dari Tuhan, maka Dia adalah sumber kita sehingga harus berpegang kepada-Nya. Karena kita menuju kepada Tuhan, maka kita harus bertanggung jawab kepada Tuhan. Orang semacam ini baru mungkin untuk menjalankan kehendak Tuhan dengan baik. Dunia diciptakan Tuhan bukan tanpa sasaran. Jika orang-orang dunia tidak tahu dunia menuju ke mana, biarlah orang Kristen dengan tenang dan stabil mengatakan bahwa semuanya akan diakhiri dalam tangan Tuhan, dan pada titik akhir, mereka yang menjalankan kehendak Allah akan memperoleh kebahagiaan yang kekal. Sebaliknya mereka yang melawan kehendak Tuhan akan dihukum oleh Tuhan dan mendapatkan penghukuman yang kekal. Biarlah kita menaklukan diri di bawah kehendak Allah. BAB III : MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH KAUM PILIHAN. KEHENDAK ALLAH DAN POSISI VERTIKAL MANUSIA Bacaan : Kejadian 1:26-28; Mazmur 8:4-10; Ibrani 2:5-9 Ketika saya merenungkan lebih dalam lagi, saya menyadari bahwa tema yang kita pelajari ini sedemikian besar. Memang saya biasa memikirkan tema-tema yang besar, mendasar, dan begitu luas, sehingga seringkali apa yang saya khotbahkan tidak langsung menyentuh secara langsung hal-hal yang praktis dalam kehidupan kita. Tetapi manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa, selalu terbelenggu di dalam konsep-konsep yang sangat mengikat kita, yang hanya berdasarkan egoisme dan pragmatismenya saja. Tetapi saya ingin mengajak Saudara untuk menelusuri setiap problema sampai kepada suatu kerangka pikiran yang ditetapkan oleh Tuhan bagi manusia. Itulah kehendak Tuhan! Kehendak Tuhan, bukan agar kita menjadi orang yang egois, yang hanya mementingkan hal-hal yang sepele saja, tetapi agar kita melihat secara luas, tepat dan secara global sehingga kita mengetahui apa yang harus kita lakukan di dalam keinginan menjalankan kehendak Tuhan. Kita telah membicarakan, mungkinkah kita mengenal kehendak Tuhan yang sedemikian besar dengan pikiran kita yang terbatas dan sudah tercemar oleh dosa? Kita tidak menyetujui adanya orang-orang yang dengan mudah dan semaunya mengatakan tentang kehendak Allah, tetapi juga menolak Skeptiksisme dan Agnostisisme, yang mengatakan bahwa manusia tidak mungkin mengenal Tuhan. Menjadi orang Kristen berarti : (1) Menjadi orang yang mengetahui kehendak Allah melalui Kristus. Melalui Roh Kudus yang telah memberikan kepenuhan kepada Kristus, yang memungkinkan Dia hidup secara wajar dan menjadi teladan bagi kita, sehingga kita bisa berjalan di belakang Kristus; (2) Menerima kembali apa yang sudah terhilang di dalam Adam, yang kita dapatkan kembali di dalam Kristus; (3) Kita menjadi orang-orang yang berhak mengetahui isi hati Tuhan dan berjalan di dalam kehendak Tuhan; (4) Menjadi manusia yang mengetahui di mana posisinya di dalam alam semesta yang dicipta oleh Tuhan. Hal-hal yang sedemikian ini besar dan agung. Akan tetapi, begitu banyak orang Kristen yang belum pernah sungguh-sungguh mengerti apa artinya menjadi orang Kristen. Akibatnya, interpretasi Kekristenan sedemikian simpang siur, sehingga banyak orang Kristen yang sudah sekian lama menjadi Kristen, makin lama makin kacau dan makin lama jauh dari kehendak Tuhan. (1) Posisi Vertikal Manusia dan Kehendak Allah. Kini kita akan memikirkan suatu kerangka yang sangat penting. Ketika Allah menciptakan manusia, di manakah Ia ingin meletakkan manusia? Di manakah identitas, harkat dan posisi manusia di tengah alam semesta ini? Jika kita tidak mengetahui hal-hal ini, bagaimana mungkin kita ingin dan mungkin mengetahui kehendak Allah? Siapakah saya? Di manakah saya? Saya sering mengatakan bahwa abad XX adalah abad yang bodoh, karena kita mau dijadikan tempat praktek ideologi-ideologi yang salah dari abad ke 19. Abad ke-20 telah menghabiskan berpuluh-puluh tahun baru membuktikan bahwa ideologi-ideologi abad ke-19 itu salah sama sekali. Kini, ilmu filsafat mengakui tentang satu hal dan terpaksa harus mengakuinya di dalam banyak tesis-tesis yang besar, yaitu bahwa manusia belum mengetahui secara tepat identitasnya sendiri. Apa artinya manusia berada di tengah alam semesta yang sedemikian besar? Ke mana arah tujuan manusia? Ternyata manusia tidak tahu jawabannya. Komunisme merupakan salah satu ideologi yang paling memberanikan diri menetapkan arah sejarah. Bahkan mereka dengan berani meramalkan langkah-langkah yang akan terjadi dalam sejarah. Lebih berani dan lebih memastikan diri dari ideologi-ideologi lainnya dalam sejarah. Tetapi sejarah membuktikan bahwa komunisme adalah “nabi palsu”. Saya meminta Saudara untuk kembali kepada rencana Allah yang kekal, rencana Allah yang semula, yang telah ditetapkan oleh Allah bagi manusia. Manusia diciptakan di mana dan dalam posisi yang bagaimana? Alkitab berkata bahwa Allah menciptakan manusia menurut peta dan teladan Allah sendiri, dan menginginkan manusia menjadi penguasa alam semesta. Terkadang pada malam hari kita direpotkan oleh seekor nyamuk, dan kita tidak tahu bagaimana menguasainya. Pada saat demikian, kita yang sadar bahwa kita sudah belajar sedemikian tinggi, yang begitu besar, ternyata tidak dapat menguasai seekor nyamuk. Pasti ada sesuatu yang salah. Manusia seharusnya menjadi penguasa alam semesta,ini yang Alkitab katakan. Adam menjadi “jendral berbintang lima” dan komandan semua “angkatan”, karena ia berkuasa atas binatang-binatang di udara, di darat, dan di laut. Manusia seharusnya mempunyai kedudukan yang menguasai alam. Ini posisi kita! Dari Teologi Reformed yang menelusuri hal ini, kita akan melihat tiga hal, yaitu, manusia dicipta sebagai (1) nabi; (2) imam; dan (3) raja. Ketiga hal ini terkumpul dalam satu pribadi yang sungguh-sungguh sukses di dalam menggenapinya yaitu, Yesus Kristus. Seperti yang telah kita lihat dalam Ibrani 2, semua manusia tidak sukses. Hanya Yesus yang pernah menaklukkan segala sesuatu dan sudah menjalankan kehendak Tuhan dengan sempurna. Di manakah posisi manusia? Allah menciptakan manusia hampir sama seperti Allah, sedikit lebih rendah dari malaikat tetapi menguasai alam semesta. Ini penting sekali. Pernyataan ini memberikan suatu urutan yang sedemikian jelas, dan ini menjadi kerangka berpikir bagi setiap orang Kristen, yang menjadikan ia dapat berdiri tegak di tengah alam semesta ini. Peribahasa Tionghoa mengatakan: “Berdiri menginjak bumi, tegak menopang langit.” Sehingga di tengah sorga dan bumi, kita dapat berdiri tegak disertai dengan identitas yang beres. Di manakah posisi kita? Alkitab menyatakan bahwa manusia lebih rendah dari Allah dan lebih tinggi dari alam. Manusia di bawah Allah dan di atas alam. Dari bahasa Indonesia kita beroleh satu pengertian yang menunjukkan bahwa ketika kita menyebut kata “Allah”, mulut kita terbuka, dan ketika menyebut kata “alam”, mulut tertutup. Ketika kita melihat Allah, kita akan melihat sistem terbuka (open system), dan ketika melihat alam, kita akan melihat sistem tertutup (close system). Close dan Open system ini sangat penting dalam penyelidikan tentang metodologi manusia untuk mengerti tentang alam semesta. [Metodologi merupakan prosedur-prosedur yang digunakan dalam sebuah disiplin yang dengannya suatu pengetahuan diperoleh. Dari zaman Euclid sampai zaman Sir Isaac Newton, manusia di dalam penyelidikan ilmiah selalu terperangkap oleh konsep close sistem ini. Padahal orang Krsiten telah menyodorkan open system. Sistem tertutup adalah satu konsep yang beranggapan bahwa alam semesta tanpa unsur dari luar, sanggup dan cukup untuk menjelaskan segala rahasia yang ada di dalam alam semesta itu sendiri. Untuk mendapatkan segala jawaban tentang alam semesta, cukup dengan menyelidiki alam. Ini merupakan cikal-bakal dari scientism dan positivism yang pada akhirnya mengalami gang buntu di kalangan intelektual yang menganggap diri pintar. Sebaliknya, open system memegang prinsip bahwa harus ada sumber di luar alam semesta yang akan menjelaskan dan memungkinkan keberadaan alam semsta itu. Kalimat pertama dari Pengakuan Iman Rasuli: “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, yang menciptakan langit dan bumi,” telah menyodorkan satu open system bahwa manusia percaya ada satu jalan terbuka kepada dunia yang tidak kelihatan, dan dunia yang tidak kelihatan itulah yang mengontrol segala sesuatu ini. Iman Kristen bukan suatu takhayul atau semacam iman kepercayaan yang superstiti (yang mengambang, yang palsu) atau sistem keagamaan yang karena tidak bisa menjawab segala sesuatu kemudian berlari kepada “keyakinan-kepercayaan”. Iman Kristen justru memberikan satu logika yang paling kuat, bahkan melebihi keterbatasan dari logika itu sendiri, karena Allah yang mencipta, memberikan wahyu kepada kita untuk mengerti apakah arti hidup manusia. Posisi manusia di bawah Allah dan di atas alam ini jangan di putar (atau di balik)! Jika kita mempunyai arloji, di manakah tempatnya? Bisakah arloji diletakkan di leher, atau di kaki, atau di tangan kanan? Tentu bisa, tetapi ia tidak pada tempat yang seharusnya. Jika diletakkan di tangan kanan, ia akan selalu mengganggu pada waktu menulis, dan kita akan kesulitan untuk memutar tombolnya. Ini karena rancangannya demikian. Arloji memang dirancang untuk dipasang di tangan kiri, bukan di tangan kanan. Maka tempat terbaik bagi arloji adalah tempat yang sesuai dengan rancangannya. Manusia pun akan mencapai tempat terbaik jika kembali menurut tempat yang sesuai dengan designnya (rancangannya). Pada waktu manusia kembali kepada tempat yang ditetapkan menurut rencana Allah yang asli, baru manusia itu dapat berfungsi dengan sungguh-sungguh. Manusia hidup penuh kesusahan dan ketidak-puasan, karena manusia tidak mau menerima posisi asli yang Tuhan tetapkan. Mungkin kita akan mengatakan: “Sulit bagi saya untuk mengetahui di mana posisi asli bagi saya?” Orang yang bakatnya komputer, jika ia menjadi bankir, akan bangkrut; demikian juga ketika bankir mau menjadi filsuf, sampai pusing pun ia tidak akan memperoleh apa-apa. Tetapi kita tidak membicarakan hal ini secara mendetail, tetapi kita melihat secara keseluruhan yaitu di manakah posisi manusia itu. (2) Penyimpangan Posiusi Vertikal Manusia. Alkitab menyatakan: Posisi manusia adalah di bawah Allah dan di atas alam. Apa jadinya ketika kita mengatakan, saya mau Allah di bawah saya dan alam di atas saya? Kita tidak mungkin dapat merubah Allah menjadi alam, karena Allah adalah Allah dan alam adalah alam. Allah bukan alam, dan alam bukan Allah. Satu-satunya kemungkinan adalah kita sendiri yang membalikkan diri kita agar bisa sesuai dengan yang kita inginkan. Maka, pada saat kita mengatakan Allah di bawah saya, kita menjadi seorang Ateis. Profesor Edwin Orr tidak menyebut orang-orang Ateis sebagai orang-orang yang tidak mengenal Allah, tetapi sebagai mereka yang percaya Allah secara terbalik. Inilah kebudayaan manusia! Pada waktu manusia membalikkan diri, ia mengira bahwa ia sudah mengatur kembali alam semesta. Itu penipuan diri! Pada saat seseorang mempermainkan orang lain, ia tidak sadar bahwa pada saat itu ia sedang mempermainkan dirinya sendiri. Pada saat dua orang sedang tidur bersama, pada mulanya keduanya tidur searah. Ketika salah seorang terbangun dan melihat bahwa kaki rekannya ada di dekat kepalanya, ia menjadi marah. Tetapi rekannya juga marah dengan alasan yang sama. Itu sebabnya, jangan marah karena gejala yang terlihat. Coba selidiki, siapa yang menjadi penyebab sehingga keadaan itu terjadi. Kalau Saudara yang berputar sendiri, lalu Saudara marah dan mencela Allah, bukannya Allah akan menjawab Saudara, tetapi malah Saudara akan dihakimi lebih lanjut. Inilah problema manusia di seluruh dunia. Setelah manusia memutar-balikkan diri, mempermainkan diri, lalu mencela Allah. Ini merupakan sikap yang kurang ajar di hadapan Allah. Ketika saya berusia 18 tahun, saya melihat satu laporan, yang perangkonya dicetak di Paris, dan bergambar seorang ibu yang menggendong anak sambil menangis mengangkat tangan ke atas dan mempertanyakan mengapa Allah memberikan peperangan kepada manusia. Di Perancis, semenjak Albert Camoe dan Jean Paul Sartre serta beberapa orang pemikir Ateis yang luar biasa dalam melawan Kekristenan, telah menjadi satu arus yang begitu deras dan keras yang mengancam Kekristenan dan Kitab Suci. Pada saat seperti itu, timbullah orang-orang yang memakai kesempatan profesinya untuk mempropagandakan filsafatnya untuk melawan Tuhan dengan membuat satu perangko seperti itu. Pada saat itu saya bertanya dalam hati saya: “Siapakah yang berperang? Yang berperang adalah manusia. Siapakah yang dicela? Yang dicela adalah Allah.” Bukankah ini sikap yang kurang ajar? Kita sudah merubah posisi kita sendiri, dan itu menjadi sumber kecelakaan yang harus kita tanggung. Kalau kita tidak bisa mengoreksi diri dan tidak menemukan akar-akar yang menjadikan kita rusak, lalu kita hanya mencela orang lain, maka problema itu tidak pernah akan selesai. Kembalilah kepada Alkitab. Manusia dicipta sedikit lebih rendah dari malaikat, dan hampir sama seperti Allah. Ini suatu kalimat yang besar. Malaikat adalah makhluk yang berkuasa, mulia, kekal, berbijak, dan berada dalam dunia rohani. Manusia dicipta sedikit lebih rendah dari malaikat. Ini berarti manusia yang diikat dan dibelenggu oleh tubuh materi, juga mempunyai kemuliaan, kehormatan dan unsur roh, yaitu manusia hampir sama seperrti Allah. Manusia begitu hormat, begitu mulia dan begitu agung. Dari sini kita melihat satu hal, yaitu “manusia” harus menjadi reflektor dari kemuliaan Allah. Kita harus memancarkan kehormatan, kemuliaan Allah dan harus mewakili Allah untuk menguasai dunia. Segala fasilitas, uang, benda, rumah, dan sebagainya, semuanya berada di dalam golongan alam. Semua itu ada di bawah manusia, tetapi manusia berada di bawah Allah. Saya harus menguasai alam, bukannya alam menguasai saya; dan Allah harus menguasai saya, bukan saya yang menguasai Allah. Jika hal ini tidak beres, maka ia sedang “gila rohani”. Jika konsep ini beres, maka kita betul-betul bisa berdiri tegak di tengah alam semesta ini. Adakah semacam orang yang kelihatan berdoa sedemikian giat, seperti orang Krsiten yang berapi-api, tetapi sebenarnya sedang berada dalam posisi yang salah? Jawabnya: Ada! Orang sedemikian sepertinya sangat giat dan sangat dekat dengan Tuhan, tetapi sebenarnya ia sedang meminta Tuhan memberikan segala sesuatu kepadanya menurut kehendaknya. Ia seolah berkata, “Kiranya Engkau menaklukkan kehendak-Mu untuk melayani kehendakku. Aku mau alam, dan aku mau agar dengan kuasa-Mu, Engkau menjadi pembantuku untuk melayani aku!” Pada saat orang semacam itu datang kepada Allah dengan doa yang giat sekali, ia bukannya hendak menjadikan Allah sebagai Allahnya, tetapi mau menjadikan Allah sebagai pembantunya. Allah dituntut untuk membantu dia supaya kaya, maka sebenarnya tujuannya bukanlah Allah, tetapi alam. Lalu ia memperalat Allah untuk mencapai tujuan yang lebih rendah daripada Allah dan diri, yaitu alam. Di sini kita melihat gejala di luar yaitu kehidupan agamanya sedemikian berkobar-kobar, tetapi dengan motivasi yang melawan kehendak Allah. Saya sangat takut Kekristenan akan seperti ini. Saya takut jika manusia datang kepada Allah hanya mau memperalat Allah untuk mendapatkan alam, karena di dalam diri manusia, semua relasi dan posisi sudah tidak beres, sehingga kehidupan Kekristenannya kelihatan sedemikian muluk-muluk dan berkobar-kobar, tetapi seluruhnya melawan prinsip Allah. Sewaktu seseorang mengatakan, ”Kalau Allah Maha Kuasa, jadikan aku kaya, atau sembuhkanlah penyakitku, baru aku mau percaya,” maka di belakang pengakuan kemaha-kuasaan Allah itu, ada satu keinginan untuk lebih berkuasa daripada Allah yaitu Allah yang Mahakuasa berada di bawah kuasanya. Ini bukan doa. Sepertinya doa yang giat, tetapi seluruhnya adalah kegiatan agama yang melawan agama. Jika tujuan kita adalah alam, dan alat kita adalah Allah, tidak mungkin kita mengerti kehendak Allah. Kita merupakan orang-orang yang bergejala agama tetapi melawan agama yang sejati. Tetapi jika kita mengetahui kehendak Dia dan posisi-Nya yang lebih tinggi daripada kita, lalu jika Ia memberikan kekayaan kepada kita, kita bersyukur, dan jika Ia tidak memberikan kekayaan kepada kita, kita pun harus puas. Tetapi, jika Ia memberikan kekayaan kepada kita, maka kita harus mempergunakan kekayaan itu untuk mempermuliakan Dia. Tidak salah untuk berkeinginan menjadi kaya, tetapi pertanyaan yang terpenting adalah: kaya untuk apa? Jika kita mau kaya untuk kepentingan diri sendiri, untuk bisa berbuat dosa, maka uang itu akan merubah posisi kita menjadi hamba di tangan setan. Tetapi jika kita mendapatkan uang lebih banyak, kita dapat menolong lebih banyak orang, bisa berbuat lebih baik untuk kemuliaan Tuhan, maka tidak salah untuk menjadi kaya. Ada orang Kristen yang alergi terhadap kekuasaan, kedudukan, kekayaan, dll., hal ini tidak benar. Jika Saudara bisa menjadi gubernur, konglomerat, atau kaum intelektual, silahkan. Tetapi ingatlah bahwa alam ini di bawah Saudara, dan Allah di atas Saudara. Kita dicipta dengan posisi sedemikian agar seumur hidup kita, kita bisa memperalat alam untuk mempermuliakan Allah. (3) Tugas Manusia berkenaan dengan Posisi Vertikalnya. Jika setiap orang Kristen jelas akan posisi ini, dan setiap orang Kristen jelas akan identitasnya yang telah ditetapkan sedemikian, maka banyak kekacauan yang bisa kita hindarkan dan sebenarnya tidak perlu terjadi, oleh karena kita tahu di mana kita berada. Manusia di dalam posisinya ini diberikan tiga tugas yang disempurnbakan dan lengkap di dalam diri Tuhan Yesus, yaitu sebagai nabi, imam, dan raja. a. Manusia sebagai nabi. Manusia disebut sebagai “nabi” berarti manusia berdiri di hadapan Allah yang Mahatahu dan alam yang sama sekali tidak mempunyai inisiatif dan kemungkinan mengetahui, tetapi yang mengandung segala sesuatu yang bisa dan perlu kita ketahui. Di sini kita menjadi mediatornya Allah yang Mahatahu memberikan segala pengetahuan yang terpendam di dalam alam semesta, supaya manusia boleh tahu. Tugas manusia di dalam posisinya di tengah-tengah ini adalah sebagai nabi. Sifat kenabian inilah yang memungkinkan terciptanya segala macam ilmu pengetahuan. Kata “science” (ilmu pengetahuan) sebenarnya berasal dari bahasa Latin “scio” yang artinya : saya tahu. Maka, penyelidikan ilmu pengetahuan tidak seharusnya menjadikan orang melawan Tuhan. Orang yang mengetahui segala sesuatu harus semakin bersyukur kepada Tuhan, karena Allah telah menciptakan segala sesuatu, sehingga kita boleh mengetahui apa yang telah diciptakan oleh Allah. Saya tidak habis pikir dan tidak mengerti, apakah yang menyebabkan orang yang sudah mengetahui di dalam penyelidikan ilmu, kemudian bisa berontak kepada Allah. Itu sikap yang tidak benar. Seharusnya, semakin kita mengetahui rencana dan rancangan Allah di dalam ciptaan-Nya, kita harus semakin mengucap syukur kepada Tuihan. Pada saat kita tahu dan tahu, kita menjadi orang yang berstatus nabi. Tugas manusia sebagai nabi telah menjadikan manusia lebih tinggi dari semua binatang, karena binatang tidakmempunyai kemungkinan tahu tentang hal-hal yang lain kecuali diri mereka dan segala fungsi yang berada di dalam instink mereka. Hanya manusia yang mempunyai kemampuan menganalisa segala sesuatu. Manusia lebih tinggi dari alam dan lebih tinggi dari segala binatang. Tuhan mengatakan bahwa Ia menciptakan manusia menurut peta dan teladan-Nya, lalu mereka menguasai alam. Sampai hari ini, hanya ada manusia yang menangkap binatang dan meletakkan di kebun binatang, tetapi belum pernah ada binatang yang menangkap manusia dan meletakkan di kebun manusia. Sampai hari ini, manusia sudah mencoba menyelidiki alam dan tahu bahwa jarak dari bumi ke bulan adalah sejauh 150 juta km, tetapi matahari belum pernah tahu berapa jarak antara dia dengan bumi. Manusia bisa tahu, bukan saja hal-hal yang konkrit tetapi juga hal-hal yang abstrak. Sekitar tahun 1859, sepuluih tahun setelah Manifesto Komunis dideklarasikan oleh Karl Marx, seorang Belanda dan seorang Perancis menemukan bahwa cahaya itu mempunyai kecepatan. Sangat mudah untuk menghitung laju kecepatan sebuah sepeda, tetapi saya rasa sangat teliti untuk membayangkan bahwa cahaya mempunyai kecepatan. Kecepatan cahaya adalah 300.000 km per detik atau 186.000 mil per detik. Dan abad ke-20 mengkonfirmasikan bahwa perhitungan itu betul-betul tepat. Manusia adalah nabi, bukan sekedar makhluk biasa. Tetapi sayangnya, banyak manusia yang tidak memakai sifatnya ini secara maksimal. b. Manusia sebagai imam. Kalau dalam kenabian kita lebih mudah mengerti karena Adam diperintahkan oleh Tuhan untuk memberikan nama kepada semua binatang, sehingga di sini manusia berperan sebagai inter-pretator (Penafsir) terhadap alam. Sedangkan manusia sebagai imam berarti manusia menjadi mediator antara alam yang kelihatan dengan alam yang tidak kelihatan. Manusia mewakili kedua pihak ini, sehingga kita mempunyai kedudukan di tengah-tengah Allah dan alam, dan kita akan membawa alam demi kemuliaan Allah. Dari sejak permulaan manusia sudah mengerti hal ini. Maka hasil dari alam dipersembahkan kepada Tuhan. Dan dengan kuasa Tuhan mengelola bumi. Posisi sebagai penengah ini adalah sifat seorang imam. Manusia berdoa supaya turun hujan, dan manusia mengucap syukur setelah mendapatkan hasil. Ini adalah kedudukan sebagai imam. c. Manusia sebagai raja. Manusia juga mempunyai kedudukan di antara alam dan Allah, yaitu sebagai raja yang menguasai. Tuhan tidak mau kita dikuasai dan diikat oleh segala sesuatu karena semua itu lebih rendah daripada kita. Ketika manusia bersifat raja, maka manusia dituntut untuk mengelola secara benar. Manajemen adalah kehendak Allah. Allah menciptakan manusia dan menaruhnya di taman Eden untuk mengusahakan atau mengelola dan memelihara (Kejadian 2:15). Inilah manajemen yang pertama kali. Allah tidak mau kita kacau-balau, tetapi kita harus mengatur dengan baik. Di sini diperlukan sifat raja. Raja berarti memerintrah dan ia berkuasa untuk mengatur seluruh negara. Tetapi semua sifat ini, ketika tercemar oleh dosa, justru menimbulkan berbagai problema di dalam masyarakat. Anak kecil, yang baru bisa berbicara sudah tidak mau diatur dan sudah mau mengatur dan menguasai orang lain, karena ia sedang memakai sifat nabi, imam, dan raja yang ada padanya. Itulah sebabnya kita harus membawa semua kembali kepada kontrol Allah, karena saya ada di bawah Allah dan alam di bawah saya. Bagaimana menjadikan semuanya menjadi harmonis, itu merupakan hal yang penting sekali. Jika seseorang sadar bahwa ia mempunyai ketiga sifat ini, ia akan mempunyai identitas diri yang jelas. Apa yang harus saya kerjakan? Saya mengetahui segala sesuatu, dan di belakang pengetahuan itu saya tahu bahwa Tuhan yang memberi kemungkinan untuk saya tahu, lebih tahu dari segala sesuatu dan saya perlu mengembalikan segala sesuatu kepada-Nya. Ketika saya mengelola. Segala sesuatu harus dikelola sesuai dengan cara kehendak Allah dalam aspek-aspek yang lain. Seseorang bertanya tentang bagaimana memperoleh pasangan hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Saya menjawab : “Pertama adalah, pria harus menikah dengan wanita.” Ia berkata, “Kalau ini saya sudah tahu?” Tetapi, banyak orang yang berlagak tidak tahu atau sengaja tidak mau tahu. Hal-hal yang mendasar dari kehendak Tuhan saat ini telah dilawan dengan begitu nyata. Banyak orang telah membuat dunia ini menjadi begitu kotor, najis, polusi dan merusak lingkungan. Itu karena manusia tidak mau kembali kepada dasar Alkitab, yaitu manusia harus mengelola dengan baik. Manusia diperintahkan untuk mengelola dunia, membudi-dayakan alam yang Tuhan percayakan kepada manusia. Kebudayaan dimulai dari mandat Allah ini, yang dalam Teologi Reformed disebut Cultural Mandate (Mandat Kebudayaan). Banyak orang Kristen Injili hanya memperhatikan sayu mandat yaitu mandat penginjilan, dan mengabaikan mandat kebudayaan ini, sehingga orang-orang dunia yang tidak mengenal Tuhan, yang menggarap hal itu lalu menghina gereja yang tidak bersumbangsih apa-apa. Saya tidak menginginkan gereja yang timpang, yang ekstrim di satu pihak, atau yang tidak mengerti rencana Allah secara total. Marilah kita melihat seluruh kemuliaan Tuhan, dan kemuliaan Tuhan akan memenuhi seluruh muka bumi ini seperti air yang memenuhi lautan. Biarlah kita mengingat kembali tentang satu kalimat yang penting ini: Kita di bawah Allah dan di atas alam. Jangan pernah mengizinkan alam, materi, uang, menjadi tuanmu dan tidak boleh menjadikan Allah hambamu. Let God be God, let matter be matter; I am the king, the priest, and the prophet; I am created between God dan nature; I am the mediator between God and the created nature. Ketahuilah ilmu sebanyak mungkin, kelolalah alam sebanyak mungkin, dapatkanlah segala fasilitas dari hasil karya Saudara. Jangan hanya menguasainya saja, tetapi setelah mendapatkan semuanya itu, kembalikan semuanya itu bagi kemuliaan Allah. BAB IV : MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH KAUM PILIHAN. KEHENDAK ALLAH DAN POSISI HORISONTAL MANUSIA “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” (Mikha 6:8) Allah berkata kepada kita bahwa Ia rela menyatakan diri. Ia mau kita mengenal-Nya. Mengenal Allah itu mungkin, bukan tidak mungkin. Tetapi kemungkinan mengerti kehendak Allah ini pun perlu ketelitian dan pengenalan yang sejati. Itu sebabnya Kitab Suci diwahyukan dan Roh Kudus dikaruniakan sehingga memimpin kita “masuk” ke dalam kehendak Allah menurut firman-Nya. Tetapi akhir-akhir ini, orang yang paling banyak bicara tentang Roh Kudus adalah orang yang paling sembarangan menafsirkan Kitab Suci. Bahaya yang besar sudah melanda Kekristenan, tetapi banyak orang yang sama sekali tidak menyadari hal itu. Abad XX mempunyai satu nama khusus dalam bidang filsafat yaitu The Century of Analyze. Abad ini adalah abad penganalisaan yang berarti manusia di dalam keadaan yang begitu rumit, perlu menganalisa baik data yang di luar maupun di dalam diri manusia. Hal yang paling tuntas serta lebih serius daripada itu adalah manusia berada di tengah-tengah keadaan chaotik, keadaan kacau. Manusia memerlukan suatu kejernihan pikiran tentang identitas dirinya. Ketika abad XX ini sudah hampir habis, manusia baru menyadari bahwa komunisme itu salah, teori evolusi itu tidak bisa diandalkan. Logical Positivism penuh dengan kelemahan, ilmu pengetahuan tidakmungkin menjelaskan segala sesuatu untuk mengisi kebutuhan yang hakiki dalam hidup manusia. [ Logical Positivism (Positivisme Logis) adalah filsafat yang berusaha untuk mengembangkan dan mensistematikkan Empirisisme dengan bantuan perlengkapan konseptual yang disediakan oleh riset modern dalam teori yang logis dan sistematis.] Bukankah hal-hal yang begitu penting, sistem ideologi yang dipegang pada abad ke-20 telah mencengkeram ratusan juta manusia? Mengapa manusia baru menyadari kesalahannya setelah begitu lama? Karena pada abad ke-20 manusia berusaha meninggalkan firman Tuhan. Kecuali mengenal Tuhan dan kehendak-Nya, tidak ada satu jalan keluar pun bagi umat manusia! Tidak ada filsafat yang bisa memberesklan kesulitan-kesulitan dan dilema-dilema di dalam kebudayaan manusia. Biarlah seluruh umat manusia yang dicipta oleh Tuhan, yang diberi rasio, mempergunakan rasio sebaik mungkin. Biarlah satu-satunya makhluk yang mempunyai daya pikiran, menaklukkan pikiran di bawah Roh Kudus yang mewahyukan kebenaran. Di manakah identitas manusia? Di manakah posisi manusia? Manusia di tengah-tengah alam, bukan hanya mengikuti segala macam, binatang yang berjuang mempertahankan hidupnya sendiri. Kita hidup di dunia bukan hanya mencari kekayaan semata sehingga menumpuk kebencian dari orang miskin terhadap kita. Kita hidup di dalam dunia bukan hanya untuk menikmati segala sesuatu semau kita sesudah itu mati dan habis. Bukan itu! Kita mau mengenal apakah rencana Tuhan di dalam diri kita. Kita harus mengetahui di mana posisi kita. Kita dicipta di tengah-tengah Allah dan alam oleh Allah yang mencipta alam bagi kita. Allah di atas kita, alam di bawah kita. Kita harus menaklukkan segala sesuatu yang lain kepada kita bagi Allah. Kita mempunyai status sebagai nabi, imam dan raja. Sebagai raja, kita menguasai alam; sebagai nabi kita menginterpretasi alam dan itulah kemungkinan daripada ilmu pengetahuan; dan sebagai imam, kita membawa alam ini ke dalam normalitas yang seharusnya. Ini merupakan kerangka pemikiran Kristen yang penting. Logika dan pikiran kita perlu dibentuk dan ditaklukkan seluruhnya di hadapan firman Tuhan, dan kita boleh menjadi seseorang yang bertanggung jawab di hadapan Allah untuk selama-alamnya. Kita tidak boleh menjadi orang Kristren yang puluhan tahun menjadi orang Kristen, namun tidak mengetahui kerangka pemikiran Kristen yang jelas dan tidak mengetahui perbedaan antara keunikan Kekristenan dibandingkan dengan agama lain. Pembentukan karakter dan struktuir pikiran Kristiani adalah salah satu hal yang penting untuk kita kerjakan. Jikalau kita yang berada di bawah Allah mau menaklukkan diri di bawah Allah, maka di situ ada kemungkinan untuk juga menaklukkan segala sesuatu di bawah kita.. Orang yang takluk kepada Allah baru berhak untuk menaklukkan alam. Jikalau orang tidak taat kepada Allah, dia tidak berhak dan tidak mungkin berkuasa untuk menaklukkan dunia. Posisi ini sudah jelas. Posisi yang kedua yang akan kita bicarakan dalam bab ini adalah manusia berada di tengah-tengah manusia lainnya. Manusia di tengah-tengah Allah dan alam, mempunyai hubungan yang berada di garis yang disebut sebagai garis vertikal (vertical relationship) yang menjadikan kita terikat. Tetapi manusia di tengah-tengah manusia lainnya, mempunyai hubungan yang berada di garis lain yang disebut garis horisontal (horizontal relationship). Suatu relasi horisontal yang juga menjadikan kita terikat. Manusia berada di tengah-tengah Allah dan alam, manusia juga berada di tengah-tengah manusia lainnya. (1) Posisi Horisontal Manusia dan Kehendak Allah. Di manakah saya berada? Saya berada di tengah. Saya terjepit di tengah-tengah Allah dan alam, di tengah-tengah manusia dan manusia. Apa yang seharusnya manusia lakukan terhadap Allah, alam, manusia yang lain dan terhadap dirinya sendiri? Selangkah demi selangkah kita mengupas semuanya ini sehingga menjadi jelas. Itulah kehendak Allah. Di tengah-tengah manusia lain, siapakah saya? Saya tidak kurang dan tidak lebih hanya manusia saja! Kelihatannya hal ini sederhana sekali, tetapi banyak hal yang tampaknya sederhana, justru merupakan hal yang banyak dilanggar. Seseorang bertanya kepada saya tentang prinsip dan bagaimana seharusnya mencari teman hidup yang sesuai dengan kehendak Allah dan tidak menyimpang? Saya menjawab: “Jika mau menikah, seorang pria harus mencari seorang wanita.” Bukankah hal itu sudah diketahui manusia sejak dulu, tetapi bukankah pada masa kini banyak pria yang mencari pria dan banyak wanita yang mencari wanita sehingga muncul kaum homo dan lesbian yang hidup tidak karu-karuan? Siapakah manusia? Saya adalah manusia. Di mana saya? Saya di tengah-tengah manusia dan manusia. Di tengah-tengah manusia dan manusia, siapakah saya? Saya tidak lebih dan tidak kurang hanya manusia saja. Kalimat yang sederhana ini mengandung satu hal yang penting untuk kita mengerti, sehingga kita tidak hidup dalam keadaan yang tidak normal. Keadaan yang tidak normal yang saya maksud adalah keadaan mentalitas yang berlebihan atau yang kurang. (2) Penyimpangan Posisi Horisontal Manusia. Jikalau Saudara mempunyai mentalitas melebihi batas yang ditentukan oleh Tuhan, ini disebut superior. Jikalau Saudara mempunyai mentalitas yang kurang dari batas yang ditentukan Tuhan, itu disebut inferior. Jika Saudara menyelidiki filsafat yang dianut oleh psikologi yang dikembangkan oleh Alfred Adler, Saudara akan menemukan bahwa dia banyak memikirkan tentang apakah artinya minder, apakah artinya inferioritas. Inferiority complex merupakan sesuatu hal yang tidak normal yang terjadi pada waktu manusia menilai diri nya sendiri. Dalam menilai diri, kita sering gagal, karena kita menilai diri dengan ukuran yang tidak beres. Kita kadang-kadang menilai diri lebih daripada yang seharusnya, itu menjadi superioritas, Sebaliknya, ketika kita menilai diri kurang daripada yang seharusnya, itu menjadi inferioritas. Orang superior dan orang inferior keduanya adalah orang yang tidak normal menurut kehendak Tuhan. Barangsiapa melihat diri lebih dari pada seharusnya, dalam istilah umum itu disebut sebagai orang yang congkak, orang angkuh, orang sombong. Orang yang melihat diri kurang dari pada yang seharusnya, dalam istilah umum itu disebut sebagai orang yang minder, orang yang menghina diri sendiri. Tuhan tidak mau kita sombong atau menghina diri. Tuhan tidak mau kita memiliki superiority complex maupun inferiority complex. Minder dan angkuh, dua-duanya adalah penghambat pertumbuhan kerohanian kita masing-masing. Minder dan angkuh, dua-duanya menjadikan kita tidak mungkin bergaul dengan baik terhadap orang lain. Adakah orang yang tidak sombong? Tidak ada. Setiap orang memiliki kesombongannya sendiri. Adakah orang yang tidak memiliki rasa minder? Tidak ada! Setiap orang memiliki rasa mindernya sendiri-sendiuri. Kalau demikian, apakah setiap orang itu tidak normal? Kuasa Injil melepaskan kita bukan hanya dari dosa, tetapi juga mengeluarkan kita dari ketidak-normalan dalam menilai diri. Ada satu kejadian di dalam satu kebaktian Perjamuan Kudus di Inggris. Orang-orang yang menunggu roti dan cawan perjamuan dalam gereja, berlutut di dekat mimbar dan di antaranya adalah seorang petani yang tinggal di satu kota kecil. Waktu petani itu melihat orang lain yang berlutut di sebelahnya, tiba-tiba terlintas dalam pikiran petani tersebut seolah-olah dia mengenal wajah orang itu. Waktu ia mencoba mengingat-ingat orang itu, ia berhasil. Ternyata orang yang berlutut di sebelahnya adalah Perdana Menteri Inggris yang bernama Gladstone. Walaupun petani itu tinggal di daerah terpencil, namun ia pernah melihat wajah sang Perdana Menteri itu di surat kabar. Waktu ia tahu bahwa ia sedang berlutut bersama-sama dengan seorang Perdana Menteri, petani itu merasa tidak layak dan mulai menggeser lututnya untuk menjauhkan diri. Petani itu mulai merasa minder. Gladstone merasakan bahwa orang yang ada di sebelahnya itu mulai menjauhkan diri. Lalu dipegangnya bahu petahi tersebut sambil bertanya, “Apakah Anda mengenal saya?” Petani tersebut menjawabnya, “Jika tidak salah mengenali orang. Maka saya kira Anda adalah Perdana Menteri Gladstone.” Gladstone berkata lagi kepada petani itu, “Benar. Tetapi di hadapan Yesus Kristus kita adalah sama. Kita sama-sama orang berdosa yang ditebus oleh Yesus Kristus. Jadi, jangan menjauh dari saya.” Sikap Gladstone adalah sikap yang benar. Di dalam gereja, tidak ada orang yang lebih daripada orang yang lain. Tidak ada orang yang lebih mulia daripada orang lain. Di hadapan Tuhan kita semua adalah orang berdosa yang ditebus! Jika posisi kita sama-sama seperti manusia lainnya, mengapa Saudara menjadi minder karena Saudara lebih miskin dari orang lain? Itu tidak perlu! Mengapa minder karena orang tua kita tidak mempunyai kesempatan dan kemuliaan seperti orang tua teman-teman kita? Itu tidak perlu! Yesus dicaci-maki pada waktu hiduyp-Nya karena orang lain menganggap bahwa Dia adalah anak haram. Orang lain menunjuk Yesus sambil berkata: “Mama-Mu belum menikah, tetapi sudah punya Kamu!” Kalau dilihat dari pandangan manusia, Yesus Kristus punya cukup syarat untuk menjadi minder. Tetapi itu tidak terjadi di dalam diri Yesus. Sebenarnya keminderan tidak perlu terjadi dalam diri kita dan kita bisa melihat itu dalam hidup Yesus Kristus. Tidak ada bayang-bayang minder yang perlu menghantui kita. Demi nama Yesus Kristus saya berkata kepada Saudara: “Bangkitlah dan berdirilah dari keminderan Saudara, dan ingatlah bahwa Saudara adalah seorang manusia yang dicipta menurut peta dan teladan Tuhan!” Tetapi saya pun berkata satu kalimat yang lain: “Turunlah dari keangkuhan dan kecongkakan Saudara, karena Saudara hanya orang berdosa yang ditebus oleh Yesus Kristus!” Setiap kali kita memandang diri dengan ukuran demikian, maka kita akan makin mengerti bahwa congkak dan minder sebenarnya adalah kakak-adik. Orang menjadi minder karena dia belum mencapai ambisi kecongkakannya. Orang minder adalah orang yang sekaligus bisa menjadi congkak. Orang yang congkak adalah orang yang mempunyai bibit minder. Kedua hal itu bisa saling bertukaran. Kita bisa saja menjadi minder luar biasa pada waktu pagi, namun kita bisa saja menjadi congkak luar biasa pada waktu malamnya. Seringnya terjadi penilaian diri yang tidak beres, mengakibatkan ketegangan antara kita dengan orang lain. Jika hubungan antar manusia beres, maka banyak hal di dalam dunia ini yang menjadi beres. Jikalau hubungan antar manusia tidak beres, maka apa saja yang dikerjakan orang lain akan kelihatan tidak beres di mata kita. Manusia memiliki problema yang amat banyak. Namun hubungan antar manusia selalu mempunyai keadaan di mana manusia ada pada urutan depan, lalu kemudian diikuti oleh hal-hal lain yang dikerjakannya. Jadi jika si A menganggap si B sebagai orang yang tidak beres, maka apa pun yang dikerjakan si B akan menjadi tidak beres di mata si A. Seseorang berkata kepada saya: “Kalau berwisata dengan orang yang anda senangi, maka kemana pun anda pergi, anda akan melihat pemandangan yang indah. Kalau anda pergi bersama orang yang anda anggap tidak baik, maka walaupun anda pergi melihat pemandangan yang paling indah, tetap pemandangan yang paling indah itu menjadi tidak indah.” Perasaan hati dan hubungan antar manusia yang tidak beres mempengaruhi kepada aspek-aspek lain yang ada dalam hidup manusia. Ada orang-orang non-Krioten yang sebenarnya bukan tidak mau menjadi orang Kristen. Mereka ingin menjadi Kristen, tetapi hubungan mereka dengan kita tidak beres. Makin kita mengabarkan Injil kepada mereka, makin mereka menjadi jengkel. Itu karena kita tidak memiliki hubungan yang beres dengan orang yang kita Injili. Mereka akan menganggap orang Kristen hanya bisa bicara saja, tetapi tidak bisa membereskan hubungan yang terjadi. Kalau hubungan Saudara dengan orang lain tidak beres, maka kesaksian mulut Saudara tidak akan berguna! Jadi, bereskan dulu hubungan antara Saudara dengan orang lain sebelum Saudara mengabarkan Injil kepada mereka. (3) Sikap Manusia berkenaan dengan Posisi Horisontalnya. Kehendak Allah atas seluruh umat manusia yang ditulis dalam Mikha 6:8 adalah juga satu ayat yang dicantumkan besar-besar di dalam perpustakaan yang terbesar di dunia. Jika Anda ke The Congress Library di Washington D.C., yang mempunyai lebih dari 30 juta buku, Saudara akan menemukan di sana satu kalimat yang paling penting. Kalimat itu bukanlah nasihat supaya rajin belajar, rajin membaca dan sebagainya. Nasihat untuk rajin belajar adalah satu dorongan, namun apakah kita juga memikirkan tentang apa yang akan kita lakukan setelah belajar? Memikirkan tentang apa yang akan kita lakukan setelah belajar adalah hal yang penting! Ibu yang bodoh akan menasihatkan anaknya untuk terus belajar tanpa memberikan pandangan akan apa yang menjadi tujuan belajar; ibu tersebut menjadikan belajar sebagai tujuan dan bukan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Ibu yang bijaksana akan menasihatkan anaknya untuk belajar dan memberikan pandangan pada anaknya untuk mencari sesuatu pimpinan Tuhan supaya apa yang anaknya pelajari benar-benar membentuk dirinya sendiri untuk mengikuti kehendak Tuhan. Di tengah-tengah ruangan perpustakaan yang paling besar di dunia itu tertulis kalimat yang besar: “Hai manusia, bukankah Allah telah menyuatakan kepadamu apa itu baik. Yaitu: jalankan keadilan, cintailah belas kasihan dan dengan rendah hati berjalan dengan Allahmu.” Inilah ayat yang dipilih dari antara berjuta-juta buku. Untuk apa Saudara belajar? Untuk apa Saudara membaca begitu banyak buku? Untuk apa Saudara mempunyai pengetahuan yang banyak? Untuk apa Saudara memiliki semua itu jika Saudara tidak mempunyai tujuan hidup seperti yang dituntut oleh Allah? Inilah yang diminta oleh Tuhan: “Hai umat manusia bukankah Allah sudah menyatakan kepadamu apa itu baik?” Semua agama mengajar baik. Semua agama baik. Tetapi apakah itu baik? Bukankah masing-masing agama memiliki konsep yang berbeda tentang apa itu “baik”? Marilah kita kembali kepada firman Tuhan, bukan agama; kepada wahyu Tuhan Allah, bukan imajinasi manusia. Jikalau setiap manusia sudah memegang beberapa kalimat dalam Mikha 6:8 untuk membereskan hubungannya dengan orang lain, maka dunia ini akan berubah. Inilah kehendak Allah untuk seluruh umat manusia. Inilah kehendak Allah yang menjadi pangkal dan fondasi kerukunan agama, dan kerukunan masyarakat, juga kerukunan antara rakyat dan pemerintahj. Inilah satu pangkal antara negara, masyarakat dan kebudayaan supaya bisa berdampingan dan hidup dalam perdamaian. Inilah kehendak Allah untuk seluruh manusia di dalam relasi horisontal. a) Menjalankan keadilan. Allah sudah memberitahukan apa yang baik kepada manusia, Allah mau supaya manusia berlaku adil. Kapankah kita mulai merasa keadilan itu penting? Waktu kita diperlakukan tidak adil! Sejak kita masih kecil sekalipun kita sudah merasakan perlunya keadilan, yaitu ketika jiwa yangmasihkecil itu, hati nuraninya dilukai. Pada waktu kecil, mungkin Saudara pernah mengalami keadaan di mana Saudara dan adik Saudara sama-sama bersalah namun yang dihukum berat adalah Saudara, sedangkan adik Saudara diampuni. Pada waktu kecil Saudara mungkin pernah mengalami keadaan di mana jiwa Saudara merasa ditusuk oleh perlakuan tidak adil dari orang lain. Bukankah sejak saat itu Saudara mulai merasakan pentingnya keadilan dijalankan? Keadilan itu penting dijalankan bukan sejak Saudara belajar hukum. Keadilan mulai terasa penting ketika Saudara kecil, ketika Saudara merasa bahwa hak azasi Saudara diganggu. Anak kecil tidak memilih ibu yang cantik bagi dirinya. Anak kecil tidak mencela ayahnya jika ayahnya orang miskin. Anak orang miskin senang pada ayahnya. Anak orang kaya senang pada ayahnya. Tidak ada anak yang mengatakan kepada ayahnya yang miskin: “Saya mau ganti ayah yang lain karena ayah terlalu miskin.” Yang dituntut oleh anak bukanlah uang, bukan pula rumah yang besar. Yang dituntut oleh anak yaitu keadilan ! Meskipun kecil, anak menuntut orang tuanya berlaku adil. Jika Saudara adil pada anak Saudara, maka anak Saudara tidak akan pernah menyesal berada di dalam keluarga Saudara. Ini hal yang mendasar. Tuhan sudah menunjukkan apa yang baik kepada Saudara. Jalankanlah keadilan! Ketika umat manusia mengalami kemiskinan besar-besaran, mereka mengira komunisme dapat menolong keadaan itu. Manusia menyambut paham komunis dengan kedua tangan terbuka. Manusia ingin agar paham komunis dijalankan di negara mereka, seperti yang terjadi di Saigon, Moskow, dan Polandia misalnya. Pada waktu mereka merasa kecewa dengan sistem masyarakat mereka yang lama, mereka membuka tangan menyambut kedatangan komunisme dengan antusias. Tetapi setelah paham komunisme datang, mereka baru insaf bahwa komunisme datang membawa racun dengan warna luar yang menggoda. Siapa pun manusia ia tetap mempunyai dosa! Paham komunisme mulai berkembang dengan aksi-aksi pemogokan. Paham komunis mulai jatuh juga dengan aksi-aksi pemogokan. Waktu paham komunis mulai berkembang, para pendukungnya melakukan mogok kerja dan membentuk front yang terdiri dari kaum buruh. Waktu paham, komunis mulai rontok, para pendukung gerakan anti-komunis melakukan gerakan mogok kerja khususnya di Polandia. Jangan menghina Polandia. Walaupun Polandia bukanlah negara yang terlalu besar, tetapi Polandia pernah menghasilkan seorang musikus besar yang bernama Frederic Chopin, dan Polandia juga adalah satu negara yang menghasilkan suatu bibit permulaan yang merontokkan paham komunis dengan lebih dari sepuluh tahun perjuangan mogok kerja. Teori komunisme menganjurkan supaya para pengikutnya bekerja keras karena mereka dijanjikan akan mendapatkan kebutuhannya sesuai dengan berapa keras mereka bekerja. Itu semua omong kosong! Adakah suatu keadilan antar negara? Apakah mereka yang menganut paham komunis menjalankan keadilan antar negara yang menganut paham komunis? Ketidak-adilan yang terus-menerus berjalan akan mengakibatkan kekejaman dan ledakan yang besar di antara manusia itu sendiri. Keadilan harus dijalankan! Di tengah-tengah negara dan negara perlu keadilan. D tengah-tengah lapisan masyarakat perlu ada keadilan. Saya kira, sampai Yesus Kristus datang kembali, tak mungkin kita bisa menghapus perbedaan antara orang kaya dan orang miskin. Namun kita masih mungkin memperbaiki keadaan dunia yang penuh dengan dosa ini. Apakah Saudara mempunyai dua standar yang berbeda pada waktu menghadapi dua orang dari kalangan yang berbeda? Apakah Saudara mempunyai standar yang berbeda pada waktu menghadapi orang dari lapisan bawah? Bisakah Saudara memberikan senyuman yang sama kepada orang miskin seperti Saudara memberikan senyuman yang sama kepada orang kaya? Mungkinkah Saudara mempunyai sikap hormat kepada orang miskin sama seperti Saudara mempunyai sikap hormat kepada orang kaya? Alkitab tidak mengizinkan kita membela orang miskin (Keluaran 23:3). Pembelaan atas orang miskin tidak disenangi oleh Tuhan, tetapi keadilan antar lapisan perlu dijalankan. Tidak seharusnya kita berlaku hormat hanya kepada yang lebih kaya daripada kita, dan berlaku tidak hormat kepada orang yang lebih miskin dari kita. Belajarlah dengan ukuran yang sama menghadapi orang kalangan atas dengan orang kalangan bawah, orang kaya dengan orang miskin, orang yang sehat dengan orang yang cacat. Biarlah kita mempunyai suatu sikap yang adil dalam diri kita. Sama rata di luar diri, itu sulit dilakukan. Tetapi, sikap sama rata di dalam diri kita harus dijalankan lebih dahulu. Yesus Kristus tidak pernah menghina orang berdosa yang datang kepada Dia. Yesus Kristus tidak pernah menolak orang dari lapisan bawah yang datang kepada Dia. Dia memperlakukan mereka sebagai manusia, bukan sebagai si sakit dan si miskin. Kita cenderung lebih dahulu melihat kelemahan orang yang datang kepada kita. Dapatkah kita melihat orang lain yang datang kepada kita sebagai manusia yang dicipta oleh Tuhan yang sekarang sedang di dalam kelemahan? Jika perasaan dan kecenderungan itu sudah dirubah barulah kita mungkin belajar menjadi orang yang melakukan keadilan. Inilah kehendak Tuhan! Kehendak Allah adalah supaya kita memperlakukan sesama manusia dengan sikap keadilan! Kita sudah terlalu terbiasa melihat seseorang hanya dari sudut lahiriah saja. Orang yang berpakaian bagus dan orang yang berpakaian sederhana sudah membuat dua penilaian berbeda di mata kita. Apakah status yang berbeda yang dimiliki orang lain membuat kita memiliki sikap yang berubah-ubah? Jikalau Saudara orang Kristen, belajarlah menjadi orang Kristen yang melakukan keadilan. Jangan menghina orang miskin, jangan menghina mereka yang sakit, jangan menjunjung mereka yang mulia sambil menghina mereka yang kurang mulia. Di hadapan Tuhan Allah ada ukuran yang lain, itulah yang perlu kita jalankan. Menghormati orang yang lebih miskin bukan satu hal yang dibuat-buat. Itu adalah satu sikap pengaliran yang keluar dari jiwa yang mengenal kehendak Allah. Jalankanlah keadilan! Ini dituntut oleh Tuhan. Antar negara perlu ada kleadilan. Antar lapisan perlu keadilan. Antara pribadi dengan pribadi perlu keadilan. Yesus Kristus berkata: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” (Matius 7:12). Konfusius berkata: “Jangan lakukan kepada orang lain apa yang kamu tidak ingin orang lain lakukan kepadamu.” Yesus Kristus memberikan satu perintah yang bersifat positif. Etika Kristen bersifat lebih dinamis. Etika Kristen lebih berinisiatif. Etika Kristen jauh lebih aktif dibandingkan dengan etika Konfusius. Yesus Kristus satu-satunya yang memberikan segala pengajaran yang lebih tinggi dari segala sistem filsafat. Anak Allah memberikan kepada kita sesuatu pengajaran yang adil bagi umat manusia. b) Menaruh Belas Kasihan (Compassion). Terjemahan bahasa Indonesia mengatakan, “.....mencintai kesetiaan” kurang tepat. Lebih tepat jika diterjemahkan “menaruh belas kasihan”. Ayat ini dapat berarti pula: mempunyai perasaan yang sama. Saya mengakui ada banyak orang yang pandai di dunia ini meskipun mereka itu minoritas. Namun di antara sekian banyak orang yang pandai, hanya ada sedikit orang yang agung. Apakah gunanya jika kita memiliki kepandaian dan otak yang hebat, tetapi kita mempunyai hati yang dingin? Apa gunanya jika kita mempunyai pengetahuan yang banyak, tetapi egois? Apa gunanya kita mengenal seluruh hukum, jika kita sengaja melanggar hukum? Apa gunanya kita mengetahui bahwa kita harus mencintai sesama manusia dan mengetahui teori-teori teologi yang kuat, jika kita membuntukan perasaan belas kasihan pada waktu orang yang amat butuh pertolongan datang kepada kita? Kehendak Allah untuk seluruh umat manusia adalah supaya kita menaruh belas kasihan. Compassion, mempunyai persamaan perasaan! Waktu orang lain sakit, Saudara merasa seperti diri Saudara sendiri yang sakit. Waktu orang lain susah, Saudara merasa diri Saudara sendiri yang susah. Wakltu orang lain menderita, Saudara merasa diri Saudara sendiri yang menderita. Itu merupakan hal yang tidak mudah dan hampir tidak mungkin diterapkan dalam sistem pendidikan masa kini. Dunia sekarang adalah dunia yang cenderung semakin mengandalkan sistem-sitem dari luar dan tidak lagi menggali potensi yang ada dalam dirinya sendiri. Apakah Saudara memiliki hati yang ingin membantu orang lain yang sedang dalam kesulitan Ada orang tua yang mendengar seorang muda berteriak-teriak di tengah hujan salju. Orang tua ini berpikir bahwa orang lain dapat menolong orang yang berteriak itu, sehingga ia tidak mengacuhkannya dan justru pergi tidur. Walaupun suara itu terus memanggil-manggil meminta tolong, orang tua itu tetap tidak acuh kepada teriakan tersebut. Keesokan harinya, orang tua tersebut keluar rumah dan memeriksa kejadian semalam. Orang lain memberitahukan kepada orang tua tersebut bahwa semalam ada orang yang mati karena tidak ada yang menolongnya pada waktu salju turun. Orang yangmati itu adalah orang yang semalam berteriak-teriak minta tolong, dan ternyata orang itu adalah anaknya sendiri. Anak itu rupanya pulang dalam keadaan yang sulit dan sebelum tiba di rumahnya ia sudah mati. Jika Saudara menaruh belas kasihan kepada orang lain, siapakah yang mengetahui bahwa orang yang Saudara tolong itu akan menolong diri Saudara? Siapakah yang mengetahui bahwa orang yang pernah Saudara tolong akan mengakibatkan faedah yang besar dalam hidup Saudara? Siapakah yang mengetahui bahwa yang Saudara tolong adalah malaikat yang Tuhan utus untuk menguji sampai di mana cinta Saudara kepada sesama? Tidak ada orang yang celaka karena menolong orang lain. Kalau orang yang menolong orang lain mendapat celaka secara jasmaniah, segala berkat baginya sudah ditumpuk di Sorga. Tidak ada orang yang menaruh belas kasihan kepada sesamanya yang sampai akhirnya dia sendiri tidak dipelihara oleh Tuhan. Tidak mungkin! Tolonglah, belajarlah menaruh belas kasihan! Jika Saudara melihat orang lain sudah betul-betul bekerja keras namun masih berkekurangan, cobalah untuk menolong orang itu. Orang yang perlu ditolong adalah orang yang merasa bahwa dirinya tidak perlu ditolong. Orang yang merasa dirinya harus menolong adalah orang yang tidak perlu ditolong. Ini paradoks! Saya kira kita perlu memiliki bijaksana yang melintasi segala kepura-puraan manusia yang selalu memperalat hati orang baik. Terkadang ada orang yang sudah mengetahui kebaikan hati seorang Kristen dan ia dengan sengaja mencari orang Kristen untuk ditipu. Menjadi orang Kristen ada kesusahannya sendiri. Tetapi orang Kristen yang setelah ditipu oleh orang lain lalu tidak melakukan tindakan apa-apa adalah orang Kristen yang tidak melakukan kebenaran. Memang ada terlalu banyak orang Kristen yang tidak karu-karuan yang sengaja menipu orang Kristen yang sejati, namun demikian jangan menjadi orang yang tidak pernah menolong orang lain karena pernah ditipu. Lebih baik menolong orang lain dengan resiko sepuluh kali ditipu danm dua kali menjalankan kebenaran daripada tidak pernah menolong orang lain dalam dua belas kali kesempatan. Compassion! Itu penting sekaliu. Sundar Singh dari India, mempunyai satu beban khusus untuk mengabarkan Injil di Tibet. Tibet adalah negara yang mempunyai suhu begitu rendah, amat dingin. Negara Tibet memiliki kebudayaan yang begitu keras, kolot dan tua. Mengabarkan Injil kepada orang Tibet begitu sulit, tetapi Sundar Singh tetap berusaha mengabarkan Injil di sana. Suatu kali Sundar Singh dan seorang rekannya berjalan dalam keadaan cuaca yang begitu dingin. Mereka melihat seseorang berjalan di tengah-tengah cuaca yang demikian dingin. Orang itu terlihat gemetar dan kejang-kejang di atas salju. Sundar Singh mengajak rekannya untuk menolong orang itu, namun rekannya merasa keberatan. Rekan Sundar Singh menganggap bahwa menolong orang yang demikian sama halnya dengan mencari mati sendiri. Rekannya tidak mau menolong orang itu dan akhirnya meninggalkan Sundar Singh bersama orang yang hampir mati itu. Hati Sundar Singh digerakkan oleh Tuhan dan ia menolong orang itu. Diangkatnya orang itu dari salju dan dipanggulnya di bahu. Dengan menggendong orang yang hampir mati karena beku dan beban yang berat, Sundar Singh meneruskan perjalanannya. Setelah tidak berapa lama ia berjalan, dilihatnya ada orang lain yang sepertinya hampir mati di tengah jalan karena dingin. Sundar Singh merasa putus harapan karena dia sendiri sedang menggendong orang yang hampir mati karena kedinginan pula. Tetapi setelah ia mendekati orang lain itu, ternyata orang itu tidak perlu ditolong lagi. Orang itu sudah mati. Sundar Singh agak menyesali dirinya karena ia tidak mampu menolong orang lain itu sehingga dia mati sebelum mendapat pertolongan. Sundar Singh penuh dengan belas kasihan. Setelah ia memperhatikan dengan seksama, ternyata orang yang sudah mati itu adalah rekannya sendiri yang tadi tidak mau menolong orang lain. Pada waktu Sundar Singh menolong orang yang hampir mati kedinginan itu, panas yang keluar dari tubuh Sundar Singh dan panas tubuh orang yang digendongnya telah melindungi mereka berdua dari dingin yang menggigit. Sedangkan temannya yang tidak menolong orang lain itu justru mati. Siapakah orang yang agung? Ada beberapa rumusan tentang orang yang agung, dan salah satunya diukur dari berapa banyak orang yang mengantar jenasahnya pada waktu ia mati.Ada seorang yang kaya luar biasa yang pada waktu ia dikuburkan hanya dihadiri tidak lebih dari tiga puluh orang. Ada saeorang miskin yang pada waktu meninggal dunia dihantar oleh lebih dari enam ratus lima puluh orang. Dengan air mata ratusan orang, ia diantar ke kuburan. Orang miskin ini adalah orang yang selalu mengingat untuk menolong orang lain. Semasa hidupnya, orang miskin ini banyak mendoakan orang lain, menaruh belas kasihan kepada orang lain, merawat orang lain, memelihara dan melindungi orang lain. Inilah orang yang tidak begitu kaya, tetapi jiwanya agung. Semasa hidupnya orang tidak melihat pekerjaannya yang menonjol. Orang ini bekerja demi memuliakan Tuhan, bukan supaya dilihat manusia. Ia membantu orang lain satu persatu, sedikit demi sedikit, sehingga akhirnya menjadi satu keindahan yang luar biasa. Compassion, inilah kehendak Allah! Jalankanlah keadilan, milikilah belas kasihan! Kitab Suci mencatat ada sepuluh kali Tuhan Yesus jatuh belas kasihan. An ak Allah yang turun inkarnasi menjadi Anak Manusia, tidak pernah meninggikan diri-Nya sendiri. Dia tidak menghiraukan berapa rugi meninggalkan Sorga untuk turun ke dalam dunia. Ia terus memikirkan orang lain yang menderita dan Dia mau berbelas kasihan, mempunyai perasaan yang sama. Manusia yang mengesankan Saudara adalah manusia yang pada waktu Saudara menderita, mempunyai perasaan yang sama dengan Saudara. c) Dengan Rendah Hati Berjalan dengan Tuhan. Hal ini hampir tidak masuk akal, “Dengan rendah hati berjalan bersama Tuhanmu.” Kalau seorang profesor berjalan bersama seorang anak sekolah dasar, berarti profesor tersebut dengan rendah hati berjalan bersama anak sekolah dasar. Sebaliknya, anak sekolah dasar tersebut dengan bangga berjalan bersama seorang profesor. Tetapi ayat ini mengatakan: “Dengan rendah hati berjalan dengan Tuhanmu.” Pegang tangan Tuhan dengan rendah hati. Apa arti yang dimaksudkan-Nya ini? Jika Allah tidak rela merendahkan diri, tidak mungkin kita berjalan dengan Allah kita. Jikalau kita tidak mengetahui bagaimana Allah rela merendahkan diri, kita tidak mungkin bersehati dengan Tuhan Allah! Pengertian inkarnasi, pengertian pengorbanan diri dan pengertian rela mengorbankan diri, mengakibatkan kita bisa berjalan dengan Tuhan Allah. Ada orang-orang yang mempunyai kedudukan yang tinggi dan dihormati dalam masyarakat, namun sikap mereka amat rendah hati. Itu menjadi contoh yang baik bagi kita. Kiranya Tuhan memberi kekuatan kepada kita untuk menjalankan keadilan, memiliki hati yang penuh dengan belas kasihan, dan dengan rendah hati berjalan dengan Tuhan. Itulah kehendak Allah! BAB V : MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH KAUM PILIHAN. KEHENDAK ALLAH DALAM WAHYU UMUM Bacaan : Kisah Para Rasul 17:26-28; Roma 3:10-12; Pengkhotbah 3:11 Manusia dicipta berlainan dengan segala makhluk. Manusia dicipta terakhir, tetapi tertinggi nilainya. Manusia dicipta sesudah semua dicipta lengkap. Semua itu dipersiapkan untuk digunakan oleh manusia. Manusia dicipta bukan untuk benda, materi atau dunia. Tetapi benda, materi dan dunia dicipta bagi umat manusia. Manusia dicipta bagi Tuhan Allah, Sang Pencipta. Di sini kita melijhat bahwa “we are created by Him, through Him, dan for Him.” (1) Arah Hidup untuk Mencari Allah. Kalau manusia dicipta bagi Allah, maka arah hidup kita harus menuju ke atas, bukan ke bawah. Barangsiapa berusaha memuaskan hidupnya hanya kepada sesuatu yang dari bawah, maka dia akan merasa kosong, dahaga dan lapar untuk selama-lamanya. Barangsiapa yang berusaha hidup memuaskan diri dari yang atas, dia akan mendapatkan kepuasan yang sejati. Alkitab berkata: “Bukalah mulutmu besar-besar, Aku akan mengisinya,” dan “Berbahagialah mereka yang dahaga dan lapar akan kebenaran, karena mereka akan dikenyangkan.” Di sini Alkitab dengan jelas mengajak kita untuk mengarahkan hidup secara terbuka kepada Pencipta kita. Dua ribu tiga ratus tahun yang lalu, Plato pernah mengajar dalam filsafatnya bahwa sebagaimana burung-burung kecil membuka mulutnya untuk menunggu makanan dan sesudah mereka besar mereka mencari makanan adalah sesuatu hal yang alamiah, demikian pula manusia membuka mulut berseru kepada Tuhan dan mencari Allah, juga merupakan sesuatu hal yang wajar secara spritual. (2) Distorsi dalam Pencarian akan Allah. Di dalam Kisah Para Rasul 17:26-28, Tuhan mengatakan bahwa Dia menciptakan manusia supaya mereka mencari Allah. Tetapi di dalam Roma 3:10-12 dikatakan bahwa tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Bagaimana kita mengerti ayat-ayat yang seakan-akan berkonflik dan berkontroversi ini? Kehendak Allah yang asli untuk seluruh umat manusia secara kolektif dicatat dalam Kisah Para Rasul 17. Tetapi keadaan di dalam Mazmur 14:1-3 yang dikutip dalam Roma 3:10-12 merupakan sesuatu keadaan yang sudah abnormal, yang sudah menyeleweng dari kehendak Allah yang asli. “The abnormalization has been done because we committed sin.” Dosa sudah menyelewengkan kita dari jalur yang asli, dari kehendak yang orisinil. Kehendak Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang harus mencari Allah. Tetapi manusia yang hidup dalam dosa, telah menjadi makhluk yang hanya mencari kenikmatan. Kesenangan di dalam dosa menjadi hal utama. Itu merupakan satu penyelewengan kehendak. Alkitab berkata kepada kita: “Maka Allah menciptakan manusia menurut rupa dan gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia, laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kejadian 1:27). Manusia dicipta menurut peta dan teladan Allah. Itu sebab manusia terlalu mulia, terlalu hormat, sehingga sayang sekali jikalau kemuliaan dan kehormatan yang begitu tinggi yang sudah Tuhan karuniakan kepada Saudara, Saudara cemarkan. Pakaian hitam yang terkena tinta hitam, tidak akan menampakkan perbedaan yang terlalu besar. Tetapi pakaian putih yang indah dari seorang mempelai wanita yang menantikan mempelai pria, apabila tersiram tinta, walaupun sedikit saja, akan menimbulkan kesedihan yang terlalu besar. Kita terlalu mulia, terlalu hormat, untuk membiarkan hidup kita dicemarkan oleh dosa. Itu sebabnya baik-baiklah mencari kehendak Tuhan dan baik-baiklah hidup sesuai di dalam kehendak-Nya. (3) Peranan Sistem Nilai di dalam Pencarian akan Allah. Manusia dicipta menjadi satu makhluk yang bisa berkebudayaan dan beragama. Kita melihat tuntutan ini menjadi satu pokok yang klimaks, yaitu mencari Allah. Sebelum mencari Allah kita mencari segala sesuatu yang bernilai! Hal ini berlainan dengan sistem binatang. Konsep nilai, penilaian nilai dan penghargaan akan nilai hanya ada pada hidup manusia. Kita mempunyai kaitan yang tidak mungkin diabaikan, yaitu nilai dan penilaian sebagai konsep dan tindakan kita masing-masing. Bagaimanakah kita bisa menilai orang lain, menilai diri sendiri dan menilai segala sesuatu yang dimiliki? Waktu kita membeli suatu barang, kita menilainya sebelum dibayar. Waktu kita memilih jodoh, juga ada penilaian. Penilaian dikaitkan dengan kecantikan atau dengan moral atau dengan kemungkinan efisiensi dan lainnya. Tetapi Allah yang paling hormat adalah Dirinya Nilai itu sendiri. Di bawah Allah, segala sesuatu yang dicipta mempunyai tingkatan nilai. Wakltu kita menilai akan “nilai”, maka kita sedang mempergunakan peta dan teladan Allah yang diberikan dalam hidup kita. Penilaian yang mungkin diberikan oleh manusia, dikembalikan kepada diri-Nya nilai itu sendiri dengan pengakuan sebagai Nilai Tertinggi, itu disebut beribadat. Worship is to admit and to submit yourself before the Greatest glory, the Greatest honour and the Greatest value, that is God. Allah adalah Nilai yang Tertinggi. Allah adalah Diri-Nya hormat yang tertinggi. Allah adalah Diri-Nya kemuliaan yang tertinggi. Memuliakan yang paling mulia, menghormati yang paling hormat, menilai yang paling bernilai, tindakan itu menjadi tindakan menaklukkan diri dan bersembah sujud. Tidak salah jika Saudara kagum kepada orang yang pintar, karena di dalam kekaguman itu Saudara sedang mempergunakan daya penilaian. Tidak salah jika Saudara kagum pada orang yang berbijaksana, karena di dalam kekaguman itu Saudara sedang menaklukkan kehormatan Saudara kepada kehormatan yang lebih tinggi. Tetapi, Allah adalah kehormatan dan kemuliaan yang tertinggi. Bukan saja kita perlu kagum dan takluk, tetapi kita perlu bersembah-sujud dan tersungkur di hadapan-Nya dengan rela, bukan tidak rela. Tersungkur di hadapan Tuhan merupakan satu pengertian bahwa melalui Roh Alah yang memberi bijaksana, maka kita melihat Allah sebagai Yang Tertinggi dan kita takluk kepada Dia. Itulah hidup beribadat. Ibadat yang sejati adalah meninggikan dan menghargai Allah sebagai Yang Terhormat dan Tertinggi. Itu dilaksanakan di dalam seluruh hidup yang mematuhkan diri kepada Allah, seluruh hidup yang taat kepada rencana-Nya, seluruh hidup yang mau menjalankan kehendak dan apa yang ditetapkan oleh Dia. Itu ibadat yang sejati! Beribadat bukan hanya tentang bagimana posisi tubuh jasmani. Dalam bahasa Ibrani, kata “ibadat” diartikan sebagai membengkokkan diri di hadapan Allah. Ada orang yang tidak mau takluk kepada Allah, namun kelihatan beribadat di gereja; kelihatan mempunyai kelakuan yang indah di dalam beribadat bahkan di dalam agama-agama. Saudara melihat orang-orang beribadat dengan berlutut dan sebagainya, tetapi sesudah itu mereka pergi menipu, congkak dan berbuat segala macam kejahatan yang melawan kehendak Allah. Orang-orang yang semacam itu belum pernah beribadat. Mereka sedang berdosa di dalam agama. Tuhan Yesus menyebut Farisi yang berdoa dengan teriakan keras sebagai orang yang sedang berbicara kepada dirinya sendiri. Tetapi menyebut pemungut cukai yang berdoa tersungkur di hadapan Tuhan mengaku dosanya, sebagai orang yang dibenarkan oleh Tuhan. Pemungut cukai itu lebih dibenarkan oleh Tuhan daripada pemimpin agama yang sudah biasa beribadat, namun tidak mengerti apa arti beribadat. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang bisa menilai akan penilaian. Manusia juga bisa menilai akan nilai itu sendiri. Apabila penilaian ini diterapkan di dalam hal-hal yang lain, maka timbullah kemungkinan pertama yaitu kebudayaan, sedangkan kemungkinan yang kedua adalah hidup beragama. Kebudayaan dan hidup beragama adalah satu menifestasi bahwa manusia diciptakan Tuhan berbeda dengan segala makhluk. Mandat kultural merupakan satu pemikiran besar yang disimpulkan dari Kitab Suci oleh teolog-teolog Reformasi. Manusia di dalam dunia ini bukan hanya makan dan tidur. Manusia harus bisa memberikan sumbangsih penilaian yang baik untuk hidup yang lebih dari sekedar materi dan kebutuhannya saja. Manusia mempunyai mandat kultural, manusia mempunyai sesuatu kewajiban untuk hidup berkebudayaan yang baik. Di dalam Kejadian 1, Tuhan memberi perintah kepada manusia untuk membudidayakan dunia ini, mengelola bumi ini. Manusia harus mengelola dan memelihara bumi ini dengan baik. Ini memberikan satu gambaran tentang kehendak Allah. Manusia yang mau menjalankan kehendak Allah, harus ikut memelihara lingkungan yang baik di dalam dunia ini. Pemilik pabrik yang limbahnya ikut merusakkan lingkungan, belum menjalankan kehendak Allah. Keuntungan boleh diterima, kaya itu boleh saja. Tetapi dari mana kekayaan itu datang dan untuk apa kekayaan itu kita gunakan, itu lebih penting dari sekedar menjadi kaya. Uang yang banyak boleh kita miliki, tetapi dengan cara apa uang itu kita perolah dan untuk apa uang itu kita gunakan, itu lebih penting dari sekedar mempunyai uang yang banyak. Kita diberi satu mandat kultural. “The Cultural mandate”. Manusia dalam menjalankan kehendak Tuhan, harus kembali kepada prinsip-prinsip Alkitab. Kebudayaan dan agama, keduanya didasarkan pada sesuatu pencarian, penuntutan nilai. Hal-hal yang bernilai, yang disimpan dan dipelihara. Di museum-museum, ada begitu banyak lukisan yang meski pun sudah tua, tetapi tetap disimpan. Begitu banyak guci yang sudah pecah, tetapi tetap dipelihara. Begitu banyak benda-benda kuno yang usianya ribuan tahun masih tetap disimpan. Mengapa? Karena benda-benda itu bernilai. Nilai yang ada di dalam penilaian sehari-hari, disimpulkan, dikumpulkan menjadi satu kristalisasi kebudayaan. Itu semua berdasarkan satu mandat kultural. (4) Peranan Wahyu Umum di dalam Pencarian akan Allah. Waktu orang lain berbicara sesuaru kepada kita, kita bereaksi terhadap orang itu. Waktu Tuhan berbicara kepada kita, bagaimana kita bereaksi keopada Tuhan? Respons merupakan satu hal yang penting. Allah itu bernilai. Kalau manusia mengerti nilai, manusia datang bersembah-sujud kepada Allah. Allah itu hormat. Kalau manusia sadar, manusia memberikan kehormatan kembali kepada Tuhan. Itu namanya reaksi kepada yang asli. Manusia biasa melihat ke cermin dan berdandan, tetapi mengapa kucing jarang melihat cermin? Ini satu hal yang merangsang pemikiran saya. Mengapa kucing tidak mempunyai respons kepada gambarnya sendiri yang ada di cermin? Karena kucing dicipta sebagai makhluk yang tidak berhubungan dengan peta teladan Allah, sehingga respons itu tidak mungkin terjadi. Mungkin kera bisa melihat ke cermin, tetapi kera tidak bereaksi sehingga menimbulkan pikiran ataupun aksi. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang berespons kepada Penciptanya. Kalau kita berespons kepada Pencipta kita, apa artinya? Artinya kita harus menanggapi sesuatu yang keluar dari Tuhan Allah! Allah berbicara di dalam alam. Allah berbicara di dalam hati nurani kita. Allah berbicara di dalam sejarah. Ketiga hal ini disebut sebagai general revelation, Wahyu Umum dari Tuhan Allah. Wahyu Umum diberikan berbeda dari Wahyu Khusus. Wahyu Umum diberikan sehingga manusia mempunyai pengertian tentang keberadaan Allah di samping keberadaan diri sendiri. Dari dunia yang dicipta, dari suara hati nurani, dari sejarah yang begitu ajaib, kita mengetahui bahwa Allah itu ada. Filsuf yang merupakan pendiri “German Idealism” yang bernama Immanuel Kant,mengatakan dalam pengantar bukunya yang berjudul The Critique of Practical Reason, demikian: “Ada dua hal yang makin lama makin mengejutkan saya, dan makin membuat saya kagum. Pertama adalah langit yang di atas yang penuh dengan bintang. Yang kedua adalah adanya suara di dalam dada saya yang selalu berkata-kata.” Kata-kata itu juga yang tertulis di atas batu nisan kuburan Kant, di Konigsburg, Jerman. Namun, Kant tidak menemukan jawaban yang jelas dalam hidupnya. Wahyu Umum adalah satu pengertian yang tidak bisa dipungkiri dan disangkal oleh setiap orang. Setiap manusia mengetahui bahwa Allah itu ada. Reaksai dan respons kita di dalam Wahyu Umum secara eksternal, menjadi kebudayaan.Reaksi dan respons kita kepada Wahyu Umum secara intrernal menjadi agama. “Civilization ia human respons to God’s general revelation, outwardly. Religion is human respons to God’s general rebelation, inwardly.” a) Kebudayaan dan Pencarian akan Allah. Di dalam hidup sehari-hari, kita akhirnya membentuk sistem kebudayaan, karena kita dicipta oleh Nilai yang Tertinggi, dengan konsep nilai. Waktu kita berespons kepada Tuhan, kita mulai membentuk sistem-sistem di dalam masyarakat yang bersangkut-paut dengan nilai. Tetapi, pada waktu kita memikirkan ke dalam, kita membentuk sistem-sistem yang lebih batiniah, lebih introvert. Bukan di luar, tetapi di dalam. Itulah kegiatan agama. Di dalam kebudayaan, ada tiga hal besar yang dituntut: 1) Kebijaksanaan. “To know the knowlwdge”. Ini menjadi kemungkinan berilmu. Manusia tidak pernah puas dengan fenomena atau gejala yang terlihat di luar. Manusia tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi. Itu adalah tuntutan mengetahui pengetahuan. Dan dalam mengetahui secara tepat, mengetahui secara sejati, maka kebenaranlah yang menjadi sasaran dari tuntutan itu. Bijaksana diperlukan untuk bisa mengendalikan dan menyaring pengetahuan-pengetahuan yang ada. Wisdom is more than knowledge. Mencari dan menemukan bijaksana akhirnya menjadi akar dari seluruh disiplin akademis. Ini disebut filsafat. Filsafat berasal dari istilah Yunani filia dan sofia. Filia adalah cinta, sofia adalah bijaksana. Mencintai kebijaksanaan, itu adalah satu tuntutan yang dasar. Kita mau menjadi orang yang bijak. Kita mau bertindak, bekerja dan menuntut segala ilmu dengan bijaksana sebagai nakhodanya, sehingga bijaksana memimpin pengetahuan dan bijaksana mendasari pengetahuan. Pengetahuan ibarat bangunan yang menjulang tinggi ke atas, sementara bijaksana ibarat fondasi yang berdiri kokoh di bawah. Pengetahuan ibarat kapal besar yang berlayar, sementara bijaksana ibarat nakhoda yang menentukan arah pelayaran. Orang Yunani yang pertama kali memunculkan istilah philosopher adalah Heraklitos. Kini, orang-orang yang sudah mendapatkan gelas yang tertinggi disebut doctor in philosophy(Ph.D), orang ini dianggap sudah menguasai jalan mencinta dan menuntut akan kebijaksanaan. Kita melihat ini sebagai aspek pertama dari kebudayaan. 2) Kebajikan. Aspek kedua dari kebudayaan sudah mulai beralih dari otak menuju kepada batin. Dari sini, hal yang paling penting adalah mengenai kebajikan, bukan kebijakan. Kebijakan ditambah dengan kebajikan baru berada di dalam wadah yang “secure”, wadah yang betul-betul aman. Kebijakan tanpa kebajikan untuk mengontrolnya, maka kebijakan itu mungkin menyeleweng dan menjadi rasio yang terhilang. Pengetahuan dikuasai oleh kebijakan, tetapi kebijakan ditanam di dalam kebajikan. Dari situ timbullah hidup yang lebih bersifat moral, batiniah dan etika. Semua kebudayaan yang besar baik di Mesir, Roma, Tiongkok, Yunani, Jepang, India, Babilonia maupun di mana saja, Saudara akan menemukan bahwa sejak pada permulaannya manusia telah mempunyai kebudayaan dan langsung menjadikan ini sebagai salah satu aspek yang terbesar, tanpa perlu evolusi seperti yang dikemukakan oleh Darwin. Pada batu yang disebut sebagai Hammurabi Stone (sekarang berada di British Museum) Saudara akan melihat konsep-konsep moral dan konsep-konsep keadilan sudah ditulis di sana. Di situ tertulis berbagai hal tentang bagaimana harus memperlakukan diri terhadap sesama manusia; bagaimana harus mengganti kerugian jika seseorang sudah merugikan orang lain. Hal-hal mengenai nilai, moral dan hidup batiniah sudah tertulis di sana. Ini menjadi aspek kedua dari kebudayaan. Puji Tuhan, Allah telah menjadikan manusia sebagai makhluk yang begitu rumit, yang begitu berharga. Di dalam interpretasi filsafat Tionghoa, ada dua istilah yang paling penting. Pertama adalah “true and genuine sincerely”. Berhentilah berkawan dengan orang yang tidak mau sungguih-sungguh berkawan dengan Saudara. Kita tidak memerlukan kawan terlalu banyak, tetapi kita memerlukan kawan yang sungguh-sungguh ingin berkawan yang keluar dari hatinya. Kalau tidak bersunggguh-sungguh, untuk apa? Orang yang bertopeng, bisa tersenyum di luar. Orang yang meninggikan kita karena keuangan kita, semuanya tidak berguna. Lebih baik jika kita mencari kawan yang sungguh-sungguh. Hal ini sesuai dengan Alkitab. Ada sesuatu unsur penting yang mendasari etika yaitu kesungguhan, keikhlasan, kesejatian. Jikalau saya menemukan musuh yang memiliki kesungguhan di dalam hatinya untuk memusuhi saya, saya tetap menghormati dia. Jika saya menemukan kawan-kawan yang paling dekat, bahkan saudara saya sendiri yang kehilangan kesungguhan, saya kurang menghormati dia. Ini merupakan satu dasar dari nilai moral yang penting. Kesungguhan, keikhlasan, kemurnian hati nurani. Kedua adalah semacam cinta kasih yang memperlakukan keadilan di antara sesama dan memperlakukan rasa perikemanusiaan yang penuh dengan kemurahan dan pengertian. Ini sesuai dengan ajaran Alkitab (Mikha 6:8). 3) Keindahan. Manusia tertarik dengan yang pintar, yang baik dan yang indah luar biasa. Jika kita mendengar orang-orang ribut, mungkin kita menutup jendela dan mengunci pintu. Tetapi jika kita mendengar orang yang menyanyi dengan merdu, mungkin kita membuka pintu dan melihat. Kita mnelakukan hal itu karena tertarik dengan keindahan. Kalau Saudara melihat seorang pengemis yang sudah tiga bulan tidak mandi dan bau luar biasa, tentu Saudara akan lari meninggalkannya. Tetapi kalau Saudara melihat seorang bayi mungil yang elok dan bersih, mungkin Saudara merasa gemas dan ingin mencubit pipinya. Kita tertarik oleh yang indah. Pakaian yang indah menarik kita, suasana yang indah menarik kita, pohon-pohon dan bunga-bunga menarik kita, lalu timbullah reaksi. Orang yang melukis akan menemukan bahwa keindahan itu bukan saja terletak pada bentuk, tetapi juga pada warna. Tetapi keindahan juga bukan hanya terletak pada bentuk dan warna, tetapi juga pada cahaya. Maka seorang pelukis yang hebat adalah pelukis yang bisa mengekspresikan impresi yang diterimanya dari cahaya yang mengakibatkan perubahan segala macam warna. Sebuah lukisan yang memiliki keindahan adalah sebuah nilai (nilai dari lukisan itu) yang berdasarkan nilai (nilai dari obyek lukisan) yang diciptakan oleh Nilai yang asli (Allah sebagai sumber dari nilai). Allah adalah Nilai yang asli, ciptaan adalah nilai yang dicipta dan lukisan adalah nilai yang menilai nilai dari Nilai. Kita tertarik oleh keindahan. Salah satunya adalah keindahan dari lawan jenis yang berbeda dengan diri kita! Itu adalah klimaks dari segala benda-benda seni. Tidak ada seni yang lebih tinggi daripada seni diri manusia. Manusia punya dua mata, satu hidung. Manusia bisa tertawa. Pada waktu manusia tertawa, wajahnya menjadi lebih manis. Apa yang mengakibatkan kemanisan itu? Bukankah manusia mempunyai keringat yang asin? Tetapi mengapa pada waktu manusia tertawa, kita melihatnya manis? Untuk menghancurkan makanan yang keras, manusia memakai giginya. Beberapa macam makanan yang keras seolah-olah memerlukan gergaji untuk memotongnya, tetapi Tuhan menciptakan gigi manusia. Bukan saja tidak jelak seperti gerhaji, tetapi justru indah sekali. Pada waktu tersenyum seolah-olah gigi itu memantulkan cahaya, apalagi jika gigi itu rajin digosok oleh pemiliknya. Tuhan menciptakan manusia dengan keindahan luar biasa. Kita mulai menuntut pengetahuan, kita menuntut keindahan di dalam hati, yaitu etika dan terakhir kita menuntut keindahan. Ini semua akhirnya menjadi kebudayaan. Keindahan sampai pada puncaknya adalah keindahan yang ditemukan pada waktu kita menghubungkan yang nyata dengan yang abstrak. Di dalam perkembangan kesenian, kita mendengarkan satu definisi dari Aristoteles: Kesenian adalah imitasi alam. Adam Lay adalah pelukis kuda yang amat hebat. Dia sengaja tinggal di sebelah kandang kuda untuk melihat gerak-gerik kuda. Ia memperhatikan dari dekat bagaimana kuda berlari, berjalan, atau segala reaksinya terhadap sekelilingnya. Mereka yang tidak mengerti tentang anatomi maupun kebiasaan kuda, biasanya membeli lukisan kuda yang sembarangan saja. Mereka tidak begitu memperhatikan otot-otot yang dilukis, anatominya, surainya, maupun pencahayaan dari lukisan kuda. Sebenarnya semua itu merupakan satu pelajaran dari satu buku (di antara seribu buku) yang ditulis oleh Aristoteles yang berjudul On the move of animals (Gerak-gerik berbagai binatang). Mungkin kita pernah melihat lukisan yang persis dengan aslinya. Apa yang kita sebut sebagai “persis dengan aslinya”, sebenarnya adalah satu copy dari peta teladan yang ditangkap oleh sang pelukis. Ini persis dengan itu, berarti itu adalah sumber dari peta teladan ini. Dan yang itu adalah yang dicipta oleh Tuhan. Ketika 1800 tahun setelah Aristoiteles, muncullah seorang bernama Da Vinci. Da Vinci mengatakan bahwa seni bukan hanya imitasi alam, tetapi seni merupakan tindakan, gerakan dari roh. The action of spirit. Apakah beda antara lukisan yang dijual di pinggir jalan dengan lukisan yang ditaruh di Metropolitan Museum of Art di New York? Bedanya yaitu, lukisan yang dijual di pinggir jalan hanya mempunyai warna, tapi tidak mempunyai pengaruh kejiwaan. Sedangklan lukisan di Museum of Art mempunyai pengaruh kejiwaan tersebut. Jika kita melihat lukisan-lukisan dari Van Gogh, Raphael atau Da Vinci misalnya, kita akan melihat bahwa lukisan tersebut mempunyai semacam jiwa yang bergolak. Semacam gambaran yang berbicara kepada manusia. Berartus-ratus tahun terus berbicara. Itu disebabkan karena kebudayaan manusia yang terus berlangsung. Manusia dicipta oleh Tuhan menjadi makhluk-makhluk yang berkebudayaan. b) Agama dan Pencarian akan Allah. Jangan menganggap agama itu remeh. Barangsiapa meremehkan agama, orang itu akan digeser oleh agama! Salah satu sistem filsafat yang paling kuat dan paling menghina agama adalah komunisme. Waktu Rusia mengirimkan tank-tank dan serdadu-serdadu dengan senjata-senjata yang paling modern ke Afganistan, mereka mengira bahwa mereka dapat dengan mudah membasmi orang-orang yang beragama yang mereka anggap kuno. Tetapi buktinya setelah bertahun-tahun dilakukan, pada akhirnya serdadu-serdadu itu harus ditarik mundur. Agama tidak pernah bisa dimusnahkan dari muka bumi ini. Orang-orang komunis menangkap pendeta-pendeta dan memasukkan mereka ke penjara, menangkap penginjil-penginjil dan memperlakukan mereka dengan kejam di Cina. Pada tahun 1949 hanya 780.000 orang Protestan yang mengikuti perjamuan suci, tetapi setelah komunis menguasai Cina dengan slogan-slogannya yang menyerukan untuk membasmi agama, maka 40 tahun kemudian orang Kristen di Cina menjadi 50 juta orang. Mungkinkah agama dibuang dari hidup manusia? Tidak mungkin! Mungkinkah agama dibasmi dan dimusnahkan dari muka bumi? Tidak mungkin! Apa sebab? – Bukan saya yang menjawab hal ini tetapi jawaban berasal dari Alkitab – Karena Allah berkata bahwa dari satu orang, Dia telah menciptakan segala bangsa. Allah menciptakan manusia supaya mereka mencari Allah, supaya manusia boleh menjamah dan mengenal Dia. Ini adalah satu kehendak asli dari Allah. God created man as a religious being. Kita adalah manusia yang beragama. Manusia yang hidup tidak mungkin tidak berada di dalam satu kesadaran di mana ia memerlukan kaitan-kaitan yang berfokus kepada kekekalan. Alkitab berkata: “Allah telah menciptakan segala sesuatu dengan indah dan Dia memberikan kekekalan ke dalam manusia.” (Pengkhotbah 3:11). Saudara adalah makhluk yang kekal. Sepuluh tahun kemudian Saudara akan menjadi lebih tua, dua puluh tahun kemudian Saudara akan menjadi lebih tua, lima puluh tahun kemudian Saudara mungkin sudah tiada. Tetapi waktu tidak bisa menggeser kekekalan. Zaman tidak bisa meniadakan kita. Kerusakan badaniah tidak bisa menghambat keberadaan kita dan sejarah tidak mungkin menghentikan keberadaan kita. Di dalam diri kita masing-masing ada kekekalan. Manusia adalah makhluk yang kekal. Kiranya Tuhan mengarahkan dan memimpin kita untuk hidup berkebudayaan sesuai kehendak-Nya. Hidup keagamaan sesuai kehendak-Nya. Kiranya kita mencari yang sungguh dari Tuhan. Mencari yang bajik berdasarkan Tuhan. Mencari yang kekal berdasarkan kehendak Tuhan. Dan kita akan mengarahkan respon kita kepada Allah dengan kejujuran, keikhlasan dan kesungguhan. Jangan menganggap kita boleh mengabaikan faktor agama di dalam mencari pasangan hidup. Konsep agama adalah konsep dasar yang lebih kuat dan lebih berpengaruh daripada konsep-konsep yang lain. Segala konsep akan kembali kepada konsep yang mendasar yaitu agama. Itu sebabnya, jangan sembarangan. Hiduplah dalah hidup keagamaan yang baik. Hiduplah dalam hidup kebudayaan yang baik yang sesuai dengan kehendak Tuhan, BAB VI : MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH KAUM PILIHAN. KEHENDAK ALLAH DALAM KEBUDAYAAN Ayub 23 : 1. Tetapi Ayub menjawab: 2. "Sekarang ini keluh kesahku menjadi pemberontakan, tangan-Nya menekan aku, sehingga aku mengaduh. 3. Ah, semoga aku tahu mendapatkan Dia, dan boleh datang ke tempat Ia bersemayam. 4. Maka akan kupaparkan perkaraku di hadapan-Nya, dan kupenuhi mulutku dengan kata-kata pembelaan. 5. Maka aku akan mengetahui jawaban-jawaban yang diberikan-Nya kepadaku dan aku akan mengerti, apa yang difirmankan-Nya kepadaku. 6. Sudikah Ia mengadakan perkara dengan aku dalam kemahakuasaan-Nya? Tidak, Ia akan menaruh perhatian kepadaku. 7. Orang jujurlah yang akan membela diri di hadapan-Nya, dan aku akan bebas dari Hakimku untuk selama-lamanya. 8. Sesungguhnya, kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia; 9. di utara kucari Dia, Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia. 10. Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas. 11. Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang. 12. Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya. Allah menghendaki manusia menjadi makhluk yang mempunyai kelebihan dari makhluk yang lain dalam dunia. Itulah sebabnya Allah menciptakan satu sifat yang disebut sebagai sifat relativitas dengan Allah. Manusia merupakan satu-satunya makhluk yang bisa bereaksi kepada tindakan Allah, firman Allah, sifat-sifat perkataan Allah, pekerjaan Allah dan keberadaan-Nya. Ini semua termasuk dalam satu kategori yang besar yaitu pewahyuan Allah. Kita mengenal Allah karena Allah mewahyukan diri. Melalui Allah yang mewahyukan diri kita mengenal Allah yang berkarya dan mendengar perkataan-perkataan Allah. Potensi ini unik dan hanya dimiliki oleh manusia. Inilah kebenaran yang sudah digali oleh teolog-teolog Reformed selama ratusan tahun. Warisan teologi ini harus kita hargai. Respons manusia kepada Pencipta adalah satu keunikan dan satu potensi yang tidak ada pada makhluk-makhluk lain dalam dunia. Itu sebabnya pada waktu manusia bereaksi kepada Tuhan, akan timbullah satu sistem penilaian. Waktu kita menilai sesuatu, maka sebenarnya kita sedang bereaksi kepada Yang Bernilai. Dan nilai itu berdiri di dalam Dirinya Nilai itu sendiri. (1) SISTEM NILAI YANG TIDAK SESUAI DENGAN KEHENDAK ALLAH. Zaman ini adalah zaman di mana manusia sudah meleset ke dalam sistempeniulaian yang salah. Kita menganggap bahwa apa yang tidak disetujui oleh seseorang adalah sesuatu yang tidak bernilai dan jika seseorang setuju, maka apa yang disetujuinya itu adalah sesuatu yang bernilai. Apakah penilaian dengan sistem seperti ini benar? Tidak benar! Allah adalah sumber dari nilai! Tidak peduli apakah dunia ini menerima, menghargai atau menolak penilaian Allah. Standar penilaian Allah tidak akan menjadi berubah hanya karena manusia salah menilai. Nilai yang murni dari Allah tidak akan berkurang hanya karena manusia tidak mengenal atau salah mengenal nilai itu. Berlian adalah berlian. Walaupun ada orang yang menganggap bahwa mutiara lebih bernilai dari berlian, namun berlian tetap memiliki sifatnya sendiri yaitu daya tahannya terhadap kerusakan akibat kekerasannya. Demikian pula kita percaya bahwa iman kepercayaan yang sesuatu dari Alkitab dan bobotnya betul-betul dari Tuhan, tidak akan gugur atau berkurang nilainya hanya karena manusia tidak mengerti. Kita juga menolak penilaian yang dinilai berdasarkan banyaknya orang yang menilai dengan penilaian yang salah. Jadi, kuantitas dari orang yang memberikan respons penilaian, tidak menentukan nilai itu sendiri! Walaupun ada lebih banyak orang yang memberikan penilaian yang rendah kepada sesuatu hal yang bernilai tinggi, tidak berarti bahwa nilai yang tinggi itu bisa menjadi rendah oleh karena banyak orang menilainya rendah. Demikian pula sebaliknya. Kuantitas tidak memainkan peranan yang paling penting, tetapi kualitas-lah yang memegang peranan yang paling penting. (2) SISTEM NILAI YANG SESUAI DENGAN KEHENDAK ALLAH. Pada waktu manusia bereaksi kepada Tuhan, Tuhan tidak peduli apakah kuantitas manusia yang bereaksi secara tidak benar itu banyak ataupun sedikit. Tetapi, Tuhan lebih menghargai mereka yang bereaksi secara benar kepada-Nya. Tuhan sebagai Harga yang asli, menghargai penghargaan dari nilai penghargaan yang diberikan oleh Tuhan dengan potensi penghargaan. Pada zaman nabi Nuh, hanya ada satu orang yang berteriak kepada dunia ini dan memberitakan firman Tuhan dengan sungguh-sungguh. Tetapi akhirnya, selain keluarga Nuh yang terdiri dari delapan orang, semua orang sezamannya yang tidak berespons dan yang tidak menghargai perkataan Tuhan, akhirnya dihakimi dan mendapatkan hukuman. Tetapi Tuhan menyelamatkan Nuh dan keluarganya. Dengan menyelamatkan delapan orang ini, memberikan arti bahwa Tuhan menghargai mereka yang memberikan penilaian yang sah dan benar kepada wahyu-Nya. Waktu Tuhan memberikan pewahyuan atau suatu pemaparan kebenaran tentang diri-Nya sendiri dan ada orang-orang yang bereaksi dengan benar terhadap-Nya, maka orang itu akan dihargai oleh Tuhan. Nuh telah menjatuhkan hukuman atas seluruh zaman itu (Ibrani 11:7). Orang yang menilai dan bereaksi dengan benar terhadap wahyu Allah, akan menjadi kunci pengadilan Tuhan terhadap dunia. (3) SISTEM NILAI DAN KEBUDAYAAN Di dalam berespons terhadap penilaian wahyu Allah secara luar, manusia menghasilkan seluruh sistem kebudayaan. Seluruh sistem kebudayaan adalah “human reaction toward God’s general revelation outwardly.” Di dalam hidup sehari-hari, manusia memerlukan penilaian dan dari penilaian itu maka sistem kebudayaan dibangun. Sistem kebudayaan dapat kita temukan misalnya dalam seni lukis, musik, drama, opera, syair, arsitektur, dan lain-lain. Semua ini merupakan reaksi penilaian manusia kepada wahyu Allah yang terdapat dalam alam. (4) SISTEM NILAI DAN AGAMA. Kebudayaan adalah dasar hidup manusia yang penting, tetapi tetap bukan merupakan dasar hidup yang paling dasar. Dasar yang lebih mendasar dari kebudayaan, yaitu yang paling dasar dalam hidup manusia adalah agama. Segala hal yang paling hebat dalam kebudayaan, sering ditemukan oleh orang-orang jenius yang masih muda sekali. Mozart pada waktu berumur lima belas tahun menggubah lagu yang bermutu dan bertahan sampai ratusan tahun. Bernini membuat ukiran-ukiran dari marmer yang selama ratusan tahun dinilai amat jenius. Demikian juga orang-orang lain seperti Mendelssohn, maupun banyak jenius-jenius muda yang lain dapat mencapai keberhasilan yang besar dalam bidang kebudayaan meskipun umur mereka masih muda. Tetapi tidak ada jenius muda dalam bidang agama. Sebab bidang ini merupakan satu hal yang paling dalam. Ada berapa banyak orang yang sejak muda pandai mencari uang dan pandai dalam ilmu pengetahuan, tetapi sampai pada waktu tua sekali baru mereka sadar akan pentingnya agama? Hal yang paling mendasar, mendalam, kontroversiil, paradoksikal dan paling bersifat konflik adalah agama. Pada waktu orang belum mengenal agama dan keaslian atau inti dari satu agama, mereka menghina, mengejek dan meremehkan agama. Tetapi pada waktu mereka menemukan fokus, nuklir atau penting hanya agama yang sejati, maka sampai mati bagi agama pun mereka mau. Apa sebabnya? Apakah agama bersifat kontroversiil? Ya! Paradoksikal? Ya! Berkonflik? Ya! Justru agama merupakan satu hal yang tidak mungkin dihapus di dalam seluruh sejarah manusia. Orang yang berusaha menggeser agama, akhirnya akan digeser oleh agama. Ini kita saksikan dalam akhir abad dua puluh ini. Sistem politik yang menganiaya dan membenci agama, akan digeser dan digugurkan di dalam satu signifikansi agama yang memang adalah dasar hidup manusia. Siapakah manusia? Manusia adalah ciptaan Tuhan yang diperlengkapi dengan suatu kehendak mutlak-Nya. Manusia diciptakan sebagai makhluk yang beragama! Sifat keagamaan diberikan kepada manusia pada waktu manusia dicipta oleh Tuhan. Orang-orang Ateis mengajukan satu teori berikut: Manusia menciptakan agama untuk sesuatu motivasi politik. Agama diciptakan oleh penguasa bagi rakyat dan dari dalam agama itu diciptakanlah Allah, dengan tujuan rakyat taat kepada penguasa. Tetapi wahyu Allah tidak mengajarkan demikian. Bagi Alkitab, manusia diciptakan Allah dengan sifat agama sebagai satu potensi di dalam dirinya. Baru kemudian manusia menemukan sistem-sistem agama yang merupakan hasil dari sifat dan potensi agama yang ada dalam diri manusia. Di manakah posisi Saudara? Banyak orang yang mengikuti kebaktian di gereja, tetapi mereka belum mengerti bagaimana mendapatkan suatu dasar yang benar, sehingga seluruh sistem agama yang ada dalam diri mereka bisa menemukan poros yang benar. Sifat agama muncul dengan jelas dalam diri manusia, pada waktu mereka mengalami bahwa ketidak-adilan itu sunggguh-sungguh ada. Pada waktu Saudara merasakan hal yang tidak beres terjadi dan Saudara ingin menemukan jawaban atas masalah tersebut, maka itu semua merupakan satu reaksi terhadap Allah. Allah mengizinkan hal-hal yang tidak beres terjadi sementara di dalam dunia. Ayat-ayat di atas persis melukiskan akan apa yang terjadi pada seorang yang penting dan yang secara klasik melukiskan sifat keagamaan, yaitu Ayub. Ayub mengatakan bahwa banyak hal yang tidak beres dan perkara yang tidak adil menimpa dirinya. Ayub yang merasa dirinya baik dan bermoral, mempertanyakan mengapa dirinya tertimpa kesulitan-kesulitan yang besar dan penyakit yang berat. Seolah-olah Allah tidak menyembuhkan dirinya. Tetapi Ayub mau datang kepada Allah untuk mencari penyelesaian. Penyelesaian total ingin dicari oleh manusia yang sedang dalam keadaan kesusahan. Tetapi sayang, pada waktu segala sesuatu berjalan dengan lancar, manusia tidak mau mencari Allah. Justru jika tidak ada kematian dan penyakit yang melanda, manusia belum pernah mau datang kepada Tuhan. Tidak mudah bagi orang yang berada dalam kelancaran, ingin mengetahui mengapa hidup mereka lancar. Tetapi mudah juga untuk mengerti mengapa hidup kita lancar dan mengapa hidup orang lain tidak selancar kita, apalagi memikirkan keadilan bagi seluruh umat manusia dan bukan hanya untuk diri sendiri. Dan, orang Kristen yang tidak mempedulikan kesulitan orang lain adalah orang Kristen yang mempunyai hati nurani yang tidak beres. Di dalam kesulitan, mengalami ketidak adilan dan penderitaan, Ayub mengeluarkan satu pertanyaan: “Mengapa ini terjadi? Siapa yang mengakibatkan hal ini? Aku mau datang kepada Allah.” Datang kepada Allah untuk mendapatkan satu jawaban yang tuntas, membuktikan bahwa satu wahyu umum sudah berada di dalam setiap orang! Tak pernah ada seorang pun yang tidak memiliki konsep tentang Allah dan keberadaan-Nya. Biasanya orang tidak merasakan hal ini sampai suatu ketika mereka terjepit dalam keadaan kepicikan yang luar biasa atau waktu tertimpa penyakit yang berat, barulah hal-hal ini menggugah sifat agama mereka. Ayub mau datang kepada Hakim yang terakhir dan Ayub mengucapkan satu perkataan yang luar biasa: “...dan aku akan dibebaskan dari Hakimku untuk selama-lamanya.” Di sini terdapat satu konsep bahwa di dalam dunia yang tidak beres dan tidak adil ini ada Yang Adil yang menjadi Hakim, dan Ayub percaya bahwa dirinya akan lolos dari penghakiman Tuhan karena dirinya cukup baik. Tetapi pada waktu Ayub mempunyai ketegasan semacam demikian, Ayub melukiskan sifat agama yang paradoksikal dengan kalimat-kalimat ini: ”Sesungguhnya, kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak ada di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia; di utara kucari Dia, Dia tidak nampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia. Karena Dia tahu jalan hidupku....” Waktu mau menjamah Allah, Allah tidak nampak. Tetapi Allah ada. Keberadaan-Nya tidak terlihat dan yang tidak terjamah. Inilah sifat paradoks yang paling jelas dari keberagaman manusia di dalam seluruh kitab suci. Allah yang menguasai di sekeliling Ayub, seolah-olah tidak memelihara dia. Seolah-olah Allah tidak mau tahu apa-apa tentang Ayub. Tetapi Ayub mengatakan lagi: “Dia mengetahui segala langkahku.” Apakah yang Allah taruh dalam diri manusia sehingga manusia itu disebut sebagai makhluk beragama? Di dalam diri manusia sebagai makhluk yang beragama terdapat: (a) Sifat Kekekalan. Waktu menciptakan benda-benda dan hewan, Allah cukup mengeluarkan firman-Nya. Tetapi ketika menciptakan manusia, Allah menghembuskan nafas-Nya sendiri. Dengan karya-Nya sendiri, Allah menjadikan manusia, bahan pertama pembentuk manusia adalah bahan materi. Bahan kedua adalah bahan sifat agama. Bahan pertama adalah badan dari benda, bahan kedua adalah jiwa atau roh yang berpeta teladan Allah. Doktrin trikotomi berpendapat bahwa binatang mempunyai jiwa, tetapi tidak mempunyai roh. Sedangkan manusia mempunyai tubuh, jiwa dan roh. Ini terdengar indah. Tetapi sebenarnya di dalam Pengkhotbah, istilah “roh” juga dipergunakan untuk binatang. Pemakaian istilah “jiwa” dan “roh” dalam Alkitab, kadang-kadang dapat dipertukarklan (interchangeable). Pengkhotbah 3:21 mengatakan: “Siapakah yang mengetahui, apakah nafas (Ibrani: ruah=roh) manusia naik ke atas dan nafas (ruah=roh) binatang turun ke bawah bumi?” Manusia mempunyai jiwa sebagaimana binatang mempunyai nyawa. Baik jiwa, nyawa atau roh semuanya bersifat spiritual atau rohaniah. Beda antara jiwa manusia dengan jiwa binatang adalah: Jiwa binatang adalah jiwa yang tidak mungkin bereaksi kepada wahyu Allah, tetapi jiwa manusia adalah jiwa yang bisa bereaksi kepada wahyu Allah! Jadi, yang membedakan jiwa manusia dan jiwa binatang, bukanlah karena binatang hanya mempunayi jiwa tetapi tidak mempunyai roh. Manusia mempunyai baik jiwa dan roh, tetapi peta dan teladan Allah yang ada di dalam diri manusialah yang tidak dimiliki binatang. Jiwa binatang dan jiwa manusia sama-sama bersifat rohaniah, tetapi jiwa binatang tidak tidak dicipta menurut peta teladan Allah seperti yang dimiliki manusia. Di dalam jiwa binatang tidak ada unsur-unsur agama, dan sifat agama yang pertama dan paling penting dalam diri manusia adalah sifat kekekalan. Soren Abye Kierkegaard, filsuf abad ke-19 dari Denmark mengatakan bahwa jikalau orang Kristen hidup hanya sementara di dalam dunia ini saja tanpa kehidupan kekal, orang Kristen jadi lebih kasihan daripada mereka yang tidak mengenal Allah. Biarlah pengharapan kita ditujukan kepada hal kekekalan dan bukan hanya di dalam dunia ini yang sementara. Dalam dunia yang sementara ini kita harus hidup baik-baik, tetapi dunia ini bukan tujuan terakhir, dan dunia ini bukan satu rumah yang kekal bagi kita. Dunia adalah tempat di mana kita melewati hidup selama beberapa puluh tahun dan setelah itu kita menuju kepada kekekalan yang bibitnya sudah kita miliki dalam diri kita masing-masing. Menjadi manusia yang utuh, yang mempunyai tanggung jawab yang tuntas dan menyeluruh adalah manusia yang memiliki konsep bahwa hidup bukan hanya di dunia ini, tetapi sampai kekekalan! Dengan menggabungkan pengertian akan hidup di dunia dan hidup setelah hidup di dunia, barulah kita akan mengerti siapakah diri kita. Dengan adanya sifat kekekalan dalam diri manusia. Tidaklah mengherankan jika agama-agama timbul dan sistem-sistem agama dibuat oleh manusia. Agama-agama merupakan suatu konklusi setelah manusia memikirkan, merenungkan, menghayati dan akhirnya mengumpulkan seluruh pengalaman di dalam bereaksi kepada Allah. Orang Kristen tetap tidak boleh melupakan hidup yang sekarang ini atau hidup di dunia ini. Orang yang tidak memikirkan hidup di dunia ini, tak perenah bekerja dengan beres. Tetapi, jikalau seseorang hanya memikirkan hidup yang di dunia saja tanpa memikirkan hidup yang kekal, ia tidak pernah memiliki iman yang sungguh kepada Tuhan. Tuhan ingin agar kita memiliki hidup yang seimbang di antara dua dunia yang berbeda ini. Filsafat eksistensialis mengajarkan supaya manusia memegang sekejap apa yang bisa kita pegang pada waktu ini, tidak perlu mempedulikan waktu yang lain. Dengan kebebasan yang mutlak manusia menguasai diri, mempergunakan diri, dan hidup di dalam momen yang sekarang ini. Inilah ekstistensialis. Ini adalah satu hal yang sangat penting, tetapi bagaimana kita mengenal makna kesementaraan? Bagaimana kita mengerti makna dari momen yang sekarang ada pada kita? Keadaan relativitas yang bersifat saling mempengaruhi, dari yang sementara menembus kepada kekekalan dan dari kekekalan melihat kepada yang sementara itu harus kita miliki sebagai seorang Kristen. Jika kedua hal ini menjadi interaksi mutual yang seimbang dalam diri kita, maka kita akan menjadi manusia yang kuat. Jadi pada waktu mengerjakan sesuatu, kita pun memikirkan hubungan dan pengaruhnya dalam kekekalan, bukan hanya memikirkan menyelamatkan pekerjaan untuk kesementaraan. Dengan pemikiran demikian, kita tidak akan menjadi orang yang sembarangan dalam mengambil keputusan. Sebaliknya, dari sudut pandang kekekalan kita pun dapat melihat dan menetapkan hal yang penting yang harus kita utamakan. Begitu banyak hal yang tidak bernilai kekal, tetapi justru kita kerjakan dengan amat sibuknya. Pada akhirnya kita membuang lebih dari 90% tenaga, talenta dan waktu yang Tuhan berikan kepada kita untuk hal-hal yang tidak bernilai. Kita harus mempunyai penilaian yang sesuai atas apa yang kita kerjakan dalam dunia sementara dan menyeimbangkannya dengan rencana Allah yang kekal. Karena dengan kehendak Allah-lah, manusia diciptakan sebagai makhluk beragama. Keseimbangan antara konsep kekekalan dan kesementaraan dan kesementaraan ini sangat mempengaruhi cara hidup kita! Jika kita berharap dan menganggap bahwa hanya hidup di sorga yang paling penting dan hidup di dunia ini tidak penting. Orang-orang yang memegang konsep hidup seperti itu, selalu memikirkan akan kedatangan Yesus yang kedua kali dalam pengertian yang salah. Karena Yesus akan datang, maka mereka menyangkal bahwa hidup di dunia boleh sembarangan. Ada ajaran yang menggembar-gemvborkan kedatangan Kristus pada bulan Oktober 1992. Faktanya, Tuhan Yesus tidak datang bukan Oktrober 1992. Ajaran itu sesat dan kita harus meneguhkan ajaran yang benar. Kalau Yesus segera datang, mengapa kita wajib bekerja mati-matian di dl dalam dunia ini? Untuk apakah? Bolehkah kita hidup tanpa mempedulikan kewajiban hidup di dunia karena Yesus segera datang? Agustinus berkata: “Walaupun Yesus Kristus datang besok, hari ini saya tetap akan menanam padi, meskipun besok belum tumbuh.” Padi yang ditanam hari ini akan menghasilkan panen beberapa bukan selanjutnya. Tetapi padi harus tetap ditanam, karena itu adalah tugas hidup manusia! Pemikiran semacam itu sudah mencapai keseimbangan antara hidup ini dengan hidup yang akan datang. Kebudayaan dan agama di daerah tertentu, menandakan bahwa hidup di dunia ini kosong dan tidak berarti, akhirnya mempunyai pengikut yang hidup sembarangan. Orang semacam ini tidak pernah mempunyai satu sumbangsih faktual bagi perkembangan dunia dan masyarakat. Sebaliknya, orang yang hanya mementingkan dunia ini dan tidak percaya dunia sana, berpikir bahwa diri merekalah yang paling bersumbangsih bagi dunia. Komunisme yang mempunyai konsep seperti itu akhirnya gagal total. Agama bukanlah soal kecil. Jangan menganggap bahwa dunia sudah modern, tidak memerlukan agama. Sikap reaksi kepada Allah di dalam sifat agama menentukan dalam hidup pribadi maupun hidup seluruh umat manusia. Bahagia atau bahaya ditentukan oleh agama. Karena sifat kekekalan itu ada dalam diri manusia, maka manusia memikirkan tentang hidup sesudah mati. Pada waktu kita melihat diri yang semakin tua, kita sangat tidak rela. Pada waktu meihat anak-anak kita dalam proses pertumbuhan, kita kadang memikirkan arti hidup. Kita tidak mau hidup yang hanya untuk melewati beberapa puluh tahun saja tanpa memberikan arti. Dengan memikirkan arti hidup, kita memikirkan untuk memberikan pengaruh terhadap generasi-generasi selanjutnya, dengan jasa kita atau tulisan-tulisan kita. Reaksi suifat agama di dalam efek kekekalan dimanifestasikan dalam syair-syair yang digubah oleh pujangga-pujangga kelas dunia seperti Shakespeare, John Milton, Radhakrishnan, Lie Pai, Homer, Robert Browning adalah contoh di mana manusia berusaha agar karyanya tidak digeser oleh zaman. Manusia ingin menjadi satu contoh yang dipuji oleh generasai selanjutnya; manusia ingin memberikan sesuatu yang tidak dilupakan oleh manusia. Semua ini merupakan satu reaksi sifat agama di dalam aspek kekekalan. Orang Tionghoa menegakkan hal ini di dalam tiga aspek. 1) Menegakkan teori yang tidak bisa digeser. Ini dapat kita lihat dalam hidup orang-orang seperti Adam Smith, Karl Marx, Robert Malthus, yang mempunyai teori-teori yang sampai sekarang masih diejek atau masih diterima. Diejek atau diterima membuktikan bahwa teori-teori mereka tidak digeser oleh zaman. Menegakkan teori, baik dalam filsafat, politik, sosial ataupun ekonomi adalah untuk mempengaruhi hidup selanjutnya. Ini disebut nilai yang melampaui waktu, bersifat kekekalan. 2) Menegakkan Jasa. Kita masih ingat akan jasa besar dari orang-orang agung di dalam dunia. Meskipun orang-orang seperti ini belum tentu mempunyai teori yang kuat, tetapi apa yang sudah mereka kerjakan dan gumulkan, mempengaruhi ingatan manusia seterusnya. 3) Mendirikan Contoh Hidup yang Bermoral Tinggi. Banyak sekali ibu-ibu yang waktunya banyak disita oleh pekerjaan-pekerjaan di rumah seperti mencuci piring, menggendong anak dan tidak bisa berkarier seperti pria, tetapi bisa menjadi manusia yang contoh hidup dan moralnya bisa mempengaruhi ratusan zaman. Ibu Agustinus yang bernama Monica, tidak mempunyai teori ataupun membangun jasa. Tetapi dia hidup beribadat dan mencintai anak dengan berdoa bagi anaknya yang hidup seksnya tidak karuan-karuan. Dengan moral ibunya yang tinggi, Agustinus akhirnya berubah dan bisa mempengharuhi hidup berpuluh-puluh generasi. Monica sudah menegakkan hidup moralitas yang berpengaruh. (b) Sifat Etika dan Moral. Apa yang kita kerjakan dan perbuat adalah satu reaksi kita terhadap Tuhan, di dalam kewajiban moral. Orang yang menolak suap adalah orang yang sadar bahwa dirinya makhluk beragama yang harus bertanggung jawab kepada Tuhan dalam moralitas. Zaman ini adalah zaman yang memperilah keuntungan dan menganiaya moral yang benar. Begitu banyak orang yang lupa bahwa dirinya manusia di saat mengalami keuntungan. Kalau ada keuntungan, orang Kristen sering lupa bahwa dirinya orang beriman, lupa bahwa dirinya orang Kristen dan lupa bahwa dia hidup di hadapan Allah dan bertanggung jawab kepada manusia lain. Immanuel Kant menyebut hati nurani sebagai categorical imperative atau perintah yang tertinggi. Suara hati nurani itu keras. Kita semua pernah mengalami ada suara hati di dalam yang lebih keras suaranya daripada suara di luar. Orang yang hendak berbuat dosa, akan berdebar-debar hatinya. Bukan karena orang lain tahu, tetapi karena Tuhan menciptakan kita sebagai makhluk beragama. Moralitas merupakan satu suara yang mengetuk pintu hati kita sehingga waktu kita akan mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu atau memikirkan tentang yang boleh dan yang tidak boleh, ada satu suara. Tetapi, suara itu sering kita tekan. Suara hati nurani sering ditekan dan ditindas, pada akhirnya membuat kita makin berani berbuat dosa, menghambakan diri menjadi alat setan dan menganggap suara Tuhan sebagai omong kosong. Makin kita meremehkan agama dan menyombongkan diri sebagai manusia yang matang, dewasa dan modern, maka kita cenderung mengalihkan diri dari manusia yang beragama menjadi manusia yang tidak beragama. Waktu manusia sudah tidak lagi memegang unsur yang asasi dalam hidupnya yaitu agama, maka manusia akan hidup bagai binatang yang berpakaian. Kalimat-kalimat dari setan yang membujuk orang beriman untuk berbuat dosa, seringkali mencairkan ketegasan kita untuk taat kepada suara categorical imperative itu. Tetapi puji Tuhan, karena karya Roh Kudus menolong, membenahi, menyucikan dan menormalisasi pikiran hati, sehingga hati nurani kita bersuara sesuai dengan suara Roh Kudus. Ini adalah pimpinan Roh, sehingga kita yang patuh kepada-Nya disebut sebagai anak-anak Allah. Roma 8:14,16 mengatakan bahwa setiap orang yang dipimpin oleh Roh Kudus adalah anak-anak Allah dan Roh Allah bersama-sama dengan roh kita bersaksi bahwa kita adalah anak-anak Allah. Waktu Roh Kudus memimpin roh kita, barulah hati nurani kita dapat berbicara secara jujur dan benar, tidak menyeleweng dari kehendak Tuhan. Janganlah bermain-main dengan diri. Biarlah hati dan suara kewajiban moral yang Tuhan taruh dalam hati kita dibawa kepada arah yang Roh Kudus pimpin menurut standar kebenaran firman Tuhan, sehingga kita hidup sebagai manusia yang bertanggung jawab kepada Tuhan. (c) Sifat Ibadat. Manusia tidak mungkin tidak beribadat, manusia tidak mungkin tidak bereaksi kepada Allah sebagai an-sich dari nilai itu sendiri. Apa sebab seorang remaja merasa sulit dikendalikan oleh orang tuanya? Usia 13-16 tahun adalah satu masa di mana seseorang akan menjadikan orang lain sebagai pahlawan atau menjadikan diri sendiri sebagai pahlawan. Waktu-waktu itu adalah satu krisis yang penting. Jika pada usia sedemikian tidak ada satu kekuatan yang membawa remaja menuju kepada Pahlawan yang betul-betul, maka remaja akan menjadikan dirinya sebagai pahlawan. Pada saat-saat tertentu, pria-pria yang bijaksana dan orang-orang yang bakatnya luar biasa mungkin sekali akan menyeleweng. Statistik memberikan satu pelajaran bagi kita yaitu: Orang cenderung lebih mudah menerima Yesus Kristus pada usia 9-10 tahun, lalu berhenti satu tahun pada usia 11 tahun. Usia 12-13 tahun, orang cenderung lebih mudah menerima Tuhan Yesus Kristus, lalu pada usia 14 tahun berhenti satu tahun. Usia 15-16, orang cenderung (walaupun prosentasenya lebih sedikit dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya) menerima Yesus Kristus dan pada usia 17 tahun berhenti lagi satu tahun. Pada usia 18-19 tahun orang mulai cenderung lebih mudah menerima Tuhan Yesus dan sesudah itu mulai sulit menerima Yesus. Barangsiapa menerima Yesus pada usia lebih dari 20 tahun, ia sudah menerima sesuatu berkat yang luar biasa. Apalagi mereka yang masih bisa menerima Tuihan pada usia 40 atau 50 tahun. Orang-orang yang beranjak tua selalu merasa bahwa apa yang sudah mereka pikirkan selalu benar. Orang-orang yang masih muda, tidak terlalu berani memutlakkan dirinya. Pada usia 14 tahun, ada kesulitan orang menerima Yesus. Pada masa itu anak-anak remaja suka mengidolakan pahlawannya, maka remaja akan takluk mati-matian kepada pahlawannya itu. Tetapi jika tidak ada yang bisa menjadi pahlawannya, maka dia sendiri akan menjadikan dirinya sebagai pahlawan dan dia mau orang lain takluk kepadanya. Menghormati pahlawan merupakan satu distorsi dari reaksi manusia yang mempunyai sifat beribadat kepada Allah. Allah adalah Pahlawan Yang Tertinggi. Allah adalah Allah yang patut kita sembah sujud. Pada waktru manusia tidak memper-Allah-kan Allah, dengan sendirinya mereka akan mencari idola untuk menempati posisi sebagai Allah. Pahlawan yang asli dari tujuan manusia beribadah yaitu Allah. Kita menghargai, menghormati, mengapresiasi, kagum, mempelajari, taat, takluk, terpesona dan akhirnya menyembah sujud kepada Nilai Yang Tertinggi yaitu Tuhan Allah. Jika Saudara manusia, maka Saudara adalah manusia yang mempunyai kekekalan, moral dan ibadat. (5) DISTORSI DALAM AGAMA Ketiga hal ini tidak terlepas dari seluruh hidup kita. Ketiga aspek ini terus berubah corak dalam menyatakan reaksinya kepada Allah pada setiap fase kehidupan kita, baik itu pada masa kecil, remaja, dewasa, sampai tua. Distorsi sifat moral dapat kita lihat dari kekaguman manusia kepada ayahnya, ibunya, pacarnya sampai akhirnya kepada orang lain yang dianggap paling hebat, yang cenderung disembah sujud dan menggantikan posisi Allah yang sebenarnya disembah. Apakah kehendak Tuhan di dalam sifat agama yang diberitakan-Nya kepada kita? Allah menghendaki Saudara, yang bersifat agama mencari Dia! Ayub mengatakan: “Ah, semoga aku tahu mendapatkan Dia dan boleh datang ke tempat Dia bersemayam.” Kisah Para Rasul; 17:26b-27 mengatakan: “Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka, supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing.” Heran sekali bahwa setelah kitab suci mengatakan bahwa Allah menghendaki setiap orang mencari Dia, ternyata kitab suci juga mengatakan bahwa pada waktu Allah melihat dari atas kepada manusia, tidak ada seorang pun yang mencari Dia (Roma 3:10-12). Sifat agama yang diberikan sebagai potensi di dalam diri manusia, dinilai sudah gagal total dijalankan di hadapan Allah. Di tengah-tengah kedua hal ini, yaitu antara kehendak Allah yang menghendaki orang mencari Dia dan kegagalan manusia, apakah yang terjadi? Bagaimana Tuhan melihat kepada manusia yang mempunyai sifat agama, tetapi tidak ada seorang pun yang mencari Dia? Sifat agama memang dimiliki manusia, tetapi agama ada dalam kegagalan. Kalau agama tidak berada dalam kegagalan, maka tidak ada seorang pun yang akan mengajukan keberatan kepada pemuka-pemuka agama dan orang-orang yang melayani agama. Kita harus mencari jawaban akan kritikan-kritikan dan penilaian yang datang kepada gereja. Terjun ke dalam hal ini dan membuat satu kemunghkinan bagi kaum intelektual yang bereaksi terhadap sifat keagamaan untuk menemukan Tuhan, dan mendapatkan jawaban atas hidup manusia harus kita usahakan. Agama sudah gagal. Kalau agama-agama tidak gagal, Yesus tidak perlu datang ke dalam dunia. Apakah dengan kedatangan Yesus, lalu agama Kristen yang didirikan-Nya menjadi satu-satunya agama yang tidak gagal? Apakah agama Kristen didirikan menjadi agama yang lebih baik dari agama yang lain? Dari aspek-aspek tertentu tidaklah demikian. Tetapi, Yesus Kristus datang bukan untuk mendirikan agama! Yesus Kristus datang memberikan keselamatan. Jika gereja hanya berada di dalam aspek agama dan tidak berada di dalam aspek keselamatan dan kuasa baru dalam hidup yang diberikan oleh Tuhan, maka gereja akan gagal seperti agama-agama. Kita boleh memakai jubah yang paling suci, pakaian kebesaran yang paling hormat, upacara keagamaan yang paling menakjubkan, tetapi dibalik semuanya itu, mungkin tertimbun dosa-dosa, segala macam kejahatan, dan manusia menipu dirinya sendiri dengan meyakinkan bahwa dirinya sudah beragama, Kita harus mempertanggungjawabkan ketiga hal berikut: 1. Kekekalan kita memerlukan arah yang benar. 2. Moral kita memerlukan standar yang benar. 3. Ibadat kita memerlukan obyek ibadat yang benar. Jika ketiga hal ini sudah benar, maka sifat agama kita tidak akan gagal. Jikalau kita mengetahui agama semata-mata, tanpa mempunyai keselamatan dalam Kristus, maka kita sedang ikut di dalam arus yang gelap. Pada waktu Tuhan mencari orang yang menjalankan kehendak-Nya, Dia tidak hanya mencari orang yang ada di luar umat beragama, tetapi juga mencari orang yang ada didalamnya. Mari kita menjadi manusia yang mengenal kehendak Allah dari sifat asasi manusia sebagai makhluk yang beragama, men as religious being. Tetapi kita harus mengingat pula bahwa “religion is corruptible until man regenerated by The Spirit of Jesus Christ.” Roh Yesus Kristus mengubah, memperanakkan dan membawa kita kepada arah yang benar sampai hidup yang kekal. Moral dengan standar yang benar mengakibatklan kita hidup seperti Kristus. Ibadat dengan obyek ibadat yang benar yaitu menyembah Allah di dalam Yesus Kristus melalui Roh Kudus menjadikan kita berjalan di dalam kehendak Allah. BAB VII : MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH KAUM PILIHAN. KEHENDAK ALLAH DAN PENEBUSAN Bacaan : Yesaya 53:6,10; Efesus 1:4-6,10 Tiga aspek paling besar yang mendasari sifat agama yaitu unsur kekekalan, unsur moral dan unsur ibadat. Ketiga aspek ini dapat disimpulkan dalam satu kalimat: “Religion is a system and life of worship and morality toward the eternal hope – Agama merupakan satu sistem moral dan ibadat yang menuju kepada kebahagiaan yang diharapkan di dalam kekekalan.” Sifat kekekalan membedakan kita dengan binatang. Binatang yang mati, habis; manusia mati, tidak selesai. Binatang mati, mereka tidak berada; manusia mati, menghadap Allah yang mencipta manusia itu. Itu sebabnya, keberadaan manusia adalah satu keberadaan yang tidak musnah, yang tidak berhenti dan yang tidak menjadi tidak berada. Kita berada untuk selama-lamanya. Karena itu menjadi manusia adalah hal yang serius. Menjadi manusia bukan hal yang boleh kita permainkan. Karena kita bermoralitas, maka moral kita perlu dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Segala tindak-tanduk yang kita lakukan, segala pikiran dan perkataan yang kita ucapkan, harus kita pertanggung jawabkan di hadapan Tuhan Allah untuk selama-lamanya. Itu sebabnya kita perlu beribadat kepada Dia dan takluk kepada Kebenaran-Nya, yang menjadi dasar tentang bagaimana kita dapat hidup dengan baik. Tetapi ketiga hal ini telah mengalami kegagalan. Kekekalan sudah kehilangan arah, moral sudah kehilangan standar, ibadat sudah kehilangan obyek ibadat yang sejati. Alkitab berkata bahwa manusia telah berubah dari oknum yang seharusnya bersembah-sujud kepada Allah yang kekal dan mulia, menjadi oknum yang bersembah-sujud kepada batu, perak dan patung-patung yang terbuat dari kayu, yang diukir oleh manusia. Ini adalah penyalah-gunaan kreatifitas. Manusia sudah menciptakan sesuatu “pencipta” yang palsu, sehingga dengan demikian manusia bersalah kepada Pencipta yang asli. “The created being, created master to create the created creator in order to sin against the True Creator.” Dengan memakai kreatifitas yang Tuhan berikan kepada manusia, manusia telah mencipta sesuatu yang mengganti Pencipta yang asli dan manusia menciptanya dengan barang yang dicipta oleh Tuhan Allah. Itu dosa yang besar sekali. Agama-agama yang tanpa kembali kepada Yesus Kristus, hanya menyatakan bahwa manusia mempunyai nilai agama yang tinggi. Tetapi agama di dalam Kristrus membawa kita kembali kepada Tuhan. (1) SATU-SATUNYA KEMATIAN DALAM KEHENDAK ALLAH. Allah menetapkan kehendak-Nya untuk melukai Dia, menekan Dia dan menjadikan Dia remuk (terjemahan lain dari Yesaya 53:10). Di sini kita melihat, ada satu rencana Allah yang harus diterima oleh Yesus Kristus. Paulus memakai kalimat yang lebih tuntas dan lebih jelas lagi: “Kristus menyerahkan diri bagi kita, menurut kehendak Allah. Mati di dalam kehendak Allah.” Ini adalah satu hal yang terkecuali di dalam seluruh Kitab Suci mengenai istilah “kematian”. Saya tidak pernah berani mengatakan bahwa kematian merupakan kehendak Allah. Alkitab mengatakan bahwa kematian semua orang adalah upah dari dosa. Kematian merupakan akibat dosa yang tidak mungkin kitra hindari. Kita mati karena kita berbuat dosa. Kita mati karena kita telah melanggar perintah, melawan hukum Tuhan. Tetapi di antara berjuta-juta manusia yang mati di sepanjang sejarah, ada satu orang saja yang kematian-Nya di dalam kehendak Allah. Begitu banyak orang muda yang hanya mau mengetahui kehendak Allah, pada waktu mereka sedang bingung mencari jodoh. Selain itu mereka tidak pernah mencari kehendak Allah dalam hidupnya. Alkitab menyatakan kepada kita bahwa istilah “kehendak” dipakai dalam hal yang begitu serius. Istilah “kehendak” tidak muncul terlalu sering di dalam Kitab Suci. Tetapi setiap kali istilah “kehendak” muncul, istilah itu muncul dengan satu wawasan yang besar sekali. Sebagai hamba Tuhan, saya mau mermbawa seluruh dunia untuk kembali kepada rencana Allah yang asli, Mencari jodoh itu penting. Mencari pekerjaan juga penting. Bukankah di dalam hal itu seharusnya kita mencari kehendak Tuhan? Memang! Tetapi sebelum itu, kenalilah dahulu isi hati Tuhan secara menyeluruh. Kenalilah rencana Allah secara global dan secara mendasar. Maka dengan sendirinya prinsip-prinsip yang sudah tertanam di dalam hati Saudara akan memberikan kekuatan bagi Saudara untuk memilih dan Saudara tidak akan mudah tergelincir ke dalam kesalahan. Di dalam Kristus kita melihat satu-satunya kematian yang di dalam Alkitab disebut sebagai kehendak Allah. The will of God is the death of Jesus Christ. Kristus mati di dalam kehendak Allah, kita mati karena dosa kita masing-masing. Perbedaan yang luar biasa besarnya! Bukan perbedaan derajat, bukan pula perbedaan kuantitas tetapi perbedaan sifat asasi, Semua orang mati di dalam kegagalan. Mati di dalam hukum Taurat yang mengakibatkan manusia menerima upah dosa. Paulus berkata: “Hai maut dimanakah kemenanganmu? Hai maut di manakah sengatrmu? Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.” (1Korintus 15:55-59). Melalui perbuatan dosa yang melanggar Taurat, kita dihukum mati. Itu sebabnya dikatakan upah dosa adalah maut. Tetapi mengapa Yesus yang tidak berdosa juga mengalami kematian? Jikalau kita mati, bukankah kematian kita adalah satu hal yang merupakan imbalan atas dosa kita? Tetapi mengapa Kristus juga mati? Kristus mati bukan karena berdosa, dan kematian Kristus tidak ada hubungannya dengan akibat dosa. Dia tidak berbuat dosa walaupun sudah dicobai dengan segala macam pencobaan, tetapi Kristus mati. Inilah satu rahasia kehendak Allah. “Allah berkehendak meremukkan Dia.” Kehendak Allah di dalam bidang yang besar adalah agar manusia menjalankan kehendak-Nya! Tetapi manusia telah gagal! Di dalam kehendak Allah, Kristus menjadi Penebus untuk mengembalikan seluruh umat manusia yang dipilih Tuhan, kembali bersatu dengan Tuhan Allah di dalam diri Kristus! Paulus mengerti keadaan ini secara tuntas. Paulus menulis: “Sebelum dunia diciptakan, sudah dikehendaki Allah agar kita dipilih di dalam Kristus. Mendapatkan bagian sebagai anak-anak Allah. Kita diberi segala karunia dari sorga dan kita dijadikan anak-anak milik Tuhan menurut kehendak-Nya, di dalam Kristus yang diutus oleh-Nya, di dalam kematian Kristus yang sudah ditetapkan oleh-Nya” (terjemahan lain dari Efesus 1:4-10). (2) TURUNNYA KRISTUS KE DUNIA DAN KEHENDAK ALLAH. Untuk seluruh umat manusia, ada satu kehendak Allah yang menjadi titik pusat, yaitu : Anak Allah yang tunggal harus datang ke dalam dunia. Anak Allah yang tunggal harus turun ke dalam dunia yang dicipta, sehingga menjadi satu titik kontak di tengah-tengah dunia yang tidak kelihatan dan dunia yang kelihatan; di tengah-tengah yang sementara dengan yang kekal; di tengah-tengah yang berdosa dengan yang suci; dan di tengah-tengah yang bisa mati dengan Allah yang tidak bisa mati. Kristus menjadi titik kontak antara manusia dengan Tuhan Allah. Kita adalah orang berdosa yang bisa mati, hidup di dalam keadaan sementara. Kita adalah ciptaan yang telah berdosa dan menuju kepada kebinasaan. Tetapi, sekarang kita mempunyai satu titik kontak. Jika titik kontak itu tidak ada, maka: (1) Manusia tidak mempunyai pengharapan; (2) Manusia tidak mempunyai teladan hidup. Manusia tidak mungkin memiliki satu teladan tentang bagaimana seharusnya ia hidup baik-baik di dalam dunia. Kristus menjadi teladan yang paling sempurna. Kristus menjadi penguji dari karakter-karakter orang-orang agung yang lain di dalam sejarah. Kristus menjadi standar moral. Dan (3) Manusia tidak akan mempunyai pegangan nilai yang sejati di dalam kebudayaan dan agama. Tidak ada satu orang yang bisa menilai dan tidak ada orang bisa menghitung berapa besar kerugian umat manusia. Kebudayaan-kebudayaan yang begitu banyak dan begitu dalam dipengaruhi oleh Kekristenan tidak akan ada. Kitab Suci berkata kepada kita bahwa Allah menetapkan Kristrus turun ke dalam dunia. Inkarnasi harus terjadi. Agama berusaha mencari Allah, tetapi Kristus adalah Allah yang sungguh-sungguh mencari manusia. Agama menganggap diri sudah mencari Allah, tetapi Allah tidak mengakuinya. Tetapi Kristus adalah Allah yang betul-betul sudah mencari manusia dan sampai sekarang tetap mencari manusia. Menurut teologi Reformed, agama sebenarnya suatu hal yang kelihatannya mencari Allah, tetapi Allah tidak mengakuinya. Maka John Stott, seorang teolog yang terkenal di Inggris sekaligus pendeta katekismus dari Pangeran Charles merumuskan: “Religion ia not seeking for God, but religion ia an escape from God!” Apakah manusia yang sudah beragama adalah manusia yang sudah dekat dengan Tuhan? Orang-orang beragama dan pemimpin-pemimpin agama, justru adalah orang-orang yang telah memaku Yesus Kristus di atas kayu salib. Yesus bukan dipaku oleh orang biasa. Yesus dipaku di atas kayu salib justru oleh pemimpin-pemimpin agama yang munafik, imam-imam besar yang tidak taat kepada Allah. Kelihatannya mereka mempunyai kedudukan agama yang besar dan tinggi, tetapi dalam hati mereka, mereka jauh dari rencana Allah. Merekalah yang menuduh, memasukkan Kristus ke dalam pengadilan Pilatus, menjatuhkan hukuman kepada Dia, membentuk kelompok massa untuk berteriak: “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” Mereka memberikan uang suapan kepada rakyat agar mereka mengatakan bahwa Kristus tidak bangkit, melainkan mayat Yesus dicuri. Mengapa agama yang palsu, agama yang munafik, mengakibatkan sesuatu pekerjaan yang begitu melawan kehendak Tuhan? Maka tepatlah jika dikatakan bahwa “Reliogion is not seeking for God but religion us an escape from God!” Yesus Kristus datang ke dunia justru bukan untuk mendirikan agama Kristen, tetapi yang paling penting adalah untuk menjalankan kehendak Allah. Di dalam Kristus, Allah mau mengenal Dia, diselamatkan oleh Dia, meneladani Dia, berjalan mengikut Dia, dan memancarkan kemuliaan-Nya. (3) KEHENDAK ALLAH DI DALAM KRISTUS. Istilah “di dalam Kristus” muncul berulang-ulang di dalam Perjanjian Baru. Ini merupakan satu istilah khsus di dalam iman kepercayaan orang Kristen. Di hadapan Allah hanya ada dua lingkungan yang disebut sebagai ”di dalam”. Pertama, ”di dalam Adam”; dan kedua “di dalam Kristus”. Di hadapan Allah, manusia hanya diakui di dalam dua kategori ini. Di dalam Adam, manusia adalah manusia berdosa yang belum diselamatkan, yang mengikuti wakil mereka yaitu Adam yang memberontak kepada Allah. Di dalam Kristus, manusia adalah manusia berdosa yang sudah mengaku dosa dan diselamatkan, yang mengikuti wakil mereka yaitu Kristus yang taat kepada Allah. Adam pertama melawan kehendak Allah, Adam kedua menjalankan kehendak Allah. Kita simpulkan seluruh hidup Adam dengan dua kalimat. Demikian juga dengan seluruh hidup Kristus. Adam berkata: “Not Your will God, But my will be done – Bukan kehendak-Mu, tetapi kehendakku yang jadi” Kristus sebaliknya berkata: “Not My will, But Thy will be done - Bukan kehendak-Ku, tetapi kehendak-Mu yang jadi.” Di dalam teladan yang Adam berikan kepada kita, manusia mau mengumumkan otonomi sendiri. “No God! I don’t need Your guidance, I don’t need Your law, I don’t need Your commandements – Aku tidak perlu pimpinan-Mu, aku tidak perlu hukum-Mu, aku tidak perlu perintah-Mu.” dan “aku mengklaim bahwa diriku sendiri cukup mampu. Aku dewasa, berotonomi dan tidak perlu lagi dikuasai Roh-Mu yang kudus.” Inilah teladan Adam. Tetapi pada waktu Kristus datang ke dalam dunia, bagaimana Dia menjadi contoh? Di Getsemani, Yesus mencurahkan keringat seperti darah. Itu merupakan satu kesedihan yang luar biasa. Pergumulan. Tetesan keringat yang keluar seperti darah, hanya dialami oleh mereka yang sedang di dalam kesedihan yang luar biasa. Di situ Kristus berdoa: “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini daripada-Ku, tetapi bukanlah kehendak-Ku melainkan kehendak-Mu yang terjadi.” (Lukas 22:42). Kitab Yesaya mencatat bahwa cawan itu adalah cawan murka Allah (Yesaya 51:17). Inilah satu lembaran baru yang berlainan dengan lembaran hidup manusia lain. Berlainan dengan semua pendiri agama yang lain. Berlainan dengan semua keturunan Adam yang lain. Lembaran baru yang mencatat bahwa Anak Allah menjadi standar, menjadi contoh moral bagi Saudara dan saya. Bukan manusia yang kehendaknya jadi, tetapi Pencipta manusia yang kehendak-Nya jadi. Jika dibandingkan antara taman Getsemani dengan taman Eden, maka terlalu gersang di Getsewmani, terlalu subur di Eden. Terlalu sakit di Getsemani, selalu enak di Eden. Tetapi pada waktu Adam berada di taman yang enak, ia justru jatuh. Sebaliknya, Kristus di taman yang penuh sengsara justru sukses. Yang satu memaksa Allah mengikuti kehendaknya, yang lain menaklukkan kehendak-Nya di hadapan kehendak Allah. Berbeda, sama sekali berbeda! Kita menjadi orang Kristen yang macam apakah? Macam Adam atau mau mengikut Kristus? Mengapa kita berdoa memaksa Tuhan? Apakah kita berdoa: “Tuhan, Engkau harus menyembuhkan! Tuhan, Engkau harus mernjalankan ini, menjalankan itu, kalau tidak akui tidak akan percaya kepada-Mu?” Ataukah kita berdoa: “Tuhan, sebagai anak-Mu saya meminta kesembuhan, tetapi kehendak-Mu yang jadi, bukan kehendakku yang jadi?” Jika tidak berhati-hati, kita malah mengubah seluruh situasi dan menjadikan Tuhan yang kita sebut Tuhan sebagai pembantu kita. Apakah kita berusaha menaklukkan Tuhan di bawah kehendak kita? Siapakah Tuhan? Jikalau Tuhan Saudara adalah TUHAN, biarlah Saudara menaklukkan diri ke bawah kehendak-Nya, bukan berusaha menaklukkan Dia ke bawah kehendak Saudara. Yesus berkata: “Kehendak-Mu yang jadi.” Apakah kehendak Bapa? Kehendak Bapa ialah agar Yesus Kristus mati, dipisahkan dari Bapa. Perpisahan antara Allah Bapa dan Allah Anak merupakan satu kepahitan terbesar dari Sumber segala bijaksana, kasih dan segala persatuan! Bapa, Anak dan Roh Kudus, adalah Allah Tritunggal. Di Getsemani terjadi satu keharusan yang pahit yaitu perpisahan. Maka Kristus mengatakan: “Kalau mungkin, singkirkan cawan ini.” Tetapi Bapa mengatakan: “Engkau harus menerima cawan ini, karena inilah kehendak-Ku untuk menyelamatkan umat manusia yang dicipta menurut peta dan teladan-Ku.” Puji Tuhan! Yesus Kristus meminum cawan itu sampai habis. Lalu Ia dipaku di atas kayu salib. Maka Alkitab mengatakan: Allah menetapkan untuk meremukkan Dia. Menurut kehendak Allah, Kristus menyerahkan diri-Nya mati bagi kita! Inilah satu-satunya kematian yang menurut kehendak Allah! Satu-satunya kematian yang direncanakan di dalam kehendak Allah yang asli. Dalam kematian Kristus, kita melihat kehendak Allah terlaksana. a. Kasih Allah digenapi. Kasih Allah harus dinyatakan kepada manusia, karena Dia adalah kasih. God is love. Di manakah kita bisa melihat kehendak Allah yang mengasihi kita itu? Di dalam pengorbanan. Tanpa pengorbanan tidak ada kasih! Istilah “cinta” sudah menjadi begitu murah, sudah membanjiri zaman ini. Tetapi setiap kali kita mengucapkan “cinta”, mari kita uji dengan pengorbanan. “Every love should tested by sacrifice.” Pengorbanan menyatakan kasih yang sungguh. Allah itu kasih adanya. Pemikiran ini ada secara samar-samar di dalam agama-agama. Tetapi ini menjadi suatu realita Kekristenan, di mana Anak Allah yang tunggal dikaruniakan untuk mati di atas kayu salib mengganti dosa Saudara dan saya. Ini konkrit, bukan abstrak. Bukan pula mimpi atau ilusi. Bukan imajinasi, tetapi riil. Kristus mati untuk Saudara dan saya. Ini kehendak Tuhan. b. Keadilan Allah digenapi. Apakah artinya keadilan Tuhan? Keadilan Tuhan berarti yang berdosa harus dihukum! Jikalau yang berdosa tidak dihukum berarti Allah tidak adil! Jikalau dosa harus dihukum, maka siapakah yang bisa menanggung hukuman yang berat ini? Saya mati untuk diri saya, saya mati adalah karena saya berdosa. Kematian saya tidak bisa menyelesaikan ataupun membenarkan segala kesalahan saya. Dosa begitu besar. Kematian tidak cukup untuk membayar hutang dosa yang sudah kita lakukan.= Bayangkan saja, jika seorang gila membunuh dua puluh orang sekaligus dengan pistol dan orang gila itu akhirnya dihukum mati. Bukankah dia yang dihukum mati hanya mempunyai satu nyawa? Tetapi bukankah dia sudah menghabiskan nyawa dua puluh orang? Bagaimana kematian seseorang bisa membayar hutang dosanya? Meskipun kita sampai mati, hancur menjadi bubuk sampai tulang kita pun hancur, tak mungkin kita membalas cinta kasih Tuhan Yesus. Karena keadilan Allah menghukum dosa begitu besar, begitu dahsyat. Kita belum sadar berapa besarnya keadilan itu. Saya menangisi zaman ini, di mana Liberalisme mengajarkan tentang Allah yang kasih namun mereka menghindari khotbah tentang keadilan dan kesucian Allah. Sedangkan aliran-aliran yang murah, yang hanya mau emosi, yang hanya mau berkat Tuhan saja, jarang berkhotbah tentang hukuman Allah terhadap orang berdosa. For you and for me, to be saved is free. Tuhan tidak menuntut apa-apa dari kita supaya kita diselamatkan. Untuk menjadi orang Kristen kita tidak harus membayar harga apa-apa. Tetapi jangan lupa, supaya Saudara dan saya bisa diselamatkan, Kristus sudah membayar harga yang sangat besar, yaitu harga dari kematian Anak Allah! “The death of the Son of God!” Anak Allah yang tunggal mati untuk Saudara dan saya. Ini kehendak Allah. Ini satu tuntutan keadilan yang dilunaskan. Pelunasan itu memerlukan satu jiwa yang lebih dari sekedar jiwa yang terbatas dalam waktu dan tempat. Pelunasan itu memerlukan satu hidup yang lebih dari hidup yang dicipta. Yesus Kristus bukan dicipta, tetapi Dia adalah Pencipta itu sendiri. Yang tidak terbatas, datang ke dalam dunia. Itu sebabnya di dalam hidup yang tidak terbatas, Ia rela menanggung dosa seluruh umat manusia. Kita melihat “The unlimites is substituting the limited once, - Yang tidak terbatas mengganti yang terbatas.” Itu sebab, Dia seorang yang sanggup menanggung dosa kita yang begitu banyak., Dia seorang yang mampu melunasi hutang kematian kekal yang seharusnya ditimpakan kepada kita masing-masing. Puji Tuhan! Inilah keselamatan dari Tuhan Allah. Kehendak yang Allah tetapkan sebelum dunia dijadikan. Paulus mengatakan bahwa di dalam Kristus kita sudah direncanakan dan ditetapkan sebelum dunia diciptakan. Orang yang belum diselamatkan dan orang yang belum mengetahui kehendak Allah dengan sungguh-sungguh, menonjolkan diri, dan merebut kemuliaan Tuhan di dalam pelayanannya dan bukannya datang untuk sungguh-sungguh melayani. Akan tetapi, jika Saudara betul-betul mengerti Kehendak Allah di dalam Kristus, yang dijadikan Allah sebagai titik kontak, contoh standar dan manusia kedua yang mengalahkan dosa dan kematian serta membawa kita kembali kepada Tuhan, maka Saudara akan mengetahui bagaimana seharusnya melayani Tuhan. Kristus datang ke dalam dunia untuk menggenapkan hal ini: (1) Datang untuk menyalurkan kasih Allah, dan (2) datang untuk menanggung hukuman murka Allah berdasarkan keadilan Allah. Kedua hal ini kita temui di atas kayu salib. Di atas kayu salib Kristus, kita melihat dua kutub dan dua hal yang pararel, yang ada di dalam kekekalan sifat Allah yakni cinta Allah yang kekal dan keadilan Allah yang kekal bertemu. Pertemuan ini penting sekali. Saya kira kita harus belajar satu pelajaran, yaitu bagaimana menjadi seorang Kristen yang bsia mempertemukan keadilan dan cinta kasih! Orang Kristen yang hanya mempunyai cinta, tetapi tidak mempunyai keadilan, tidak dapat melayani Tuhan dengan baik. Sebaliknya, orang yang hanya mempunyai keadilan, ketegasan dan otoritas yang tinggi tanpa cinta kasih, tak bisa memerintah dengan baik. Kedua hal ini dipertemukan di atas kayu salib Kristus, karena itu Kristus adalah standar dan contoh bagi kita masing-masing. Ada cinta tetapi tidak ada keadilan, akan menjadi banjir yang mengakibatkan kecelakaan. Ada keadilan tetapi tidak ada cinta, akan menjadi kejam dan tanpa perikemanusiaan. Pertemuan antara cinta dan keadilan menjadi satu, memang merupakan satu kesulitan yangbesar. Semua nabi-nabi menegur bangsa Israel yang berbuat dosa. Mereka menegur bukan dengan kuasa, bukan dengan senapan, tetapi mereka menegur dengan air mata! Itu karena mereka bukan hanya memainkan wewenang saja, mereka sedang menjalankan kehendak Allah. Setiap teguran dikeluarkan dengan suara gemetar yang dibubuhi dengan air mata. Di sinilah cinta dan keadilan bertemu. Pukulan ibu kepada anaknya, berlainan dengan pukulan dari seorang musuh. Jika musuh memukul Saudara, musuh memukul dan mengharapkan Saudara mati. Tetapi waktu seorang ibu memukul anaknya, ia memang memukul di atas badan anaknya, tetapi sakit ada di dalam hati ibu. Inilah paradoks! Di situlah timbul satu kesulitan yang berkombinasi. Karena apa? Karena di situlah kasih dan adil bertemu. Kasih Allah dan keadilan Allah bertemu di dalam satu titik pusat yang paling klimaks, di Golgota. Allah yang mencintai manusia adalah Allah yang harus melemparkan manusia berdosa ke dalam neraka. Kedua hal yang begitu kutub ini berjumpa di atas Golgota. Kristus mati bagi Saudara dan saya. Dasar dari pertemuan kedua hal ini saya sebut sebagai bijaksana, akibat dari pertemuan kedua hal ini saya sebut sebagai kuasa dan keselamatan. Orang yang bisa menggabungkan dua hal ini pasti mempunyai kuasa luar biasa di dalam pemerintahan dan pelayanan. Seorang raja, pendeta atau seorang pimpinan yang memerintah secara administratif, kalau hanya mempunyai cinta tanpa keadilan, tidak akan menjalankan tugasnya dengan benar. Demikian pula jika ia hanya mempunyai keadilan tanpa cinta, tidak akan menjalankan tugasnya dengan benar. Waktu kedua hal ini bertemu, orang yang mempunyainya akan mempunyai kuasa yang luar biasa. Mempertemukan dua hal ini, memerlukan bijaksana yang luar biasa dari kehendak Tuhan Allah. Tuhan Yesus menjadi contoh kita dalam segala sesuatu. Kehendak Allah ialah mempertemukan kita dengan Dia, bersatu dengan Dia, di dalam diri Kristus yang mati di dalam kehendak Allah. Tuhan memberikan kekuatan kepada kita untuk mempunyai pikiran yang lebih mendalam dan lebih cinta kepada Kristus, dan menjalankan kehendak Tuhan sampai tahap kematian kita. Apakah Saudara mengerti siapakah Kristus? Apakah Saudara mengerti apa artinya menjadi orang yang beriman kepada Kristus? Apakah artinya mengerti bahwa Kristus sudah mati di dalam kehendak Allah bagi kita masing-masing? Sudahkah Saudara menerima Kristus di dalam hati Saudara? BAB VIII : MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH KAUM PILIHAN. KEHENDAK ALLAH ATAS KAUM PILIHAN “Dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita, yaitu hidup yang kekal.” (1 Yohanes 2:25). “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 6:23) Kematian Kristus yang mematikan kematian, adalah kehendak Allah. Itulah satu-satunua kematian menurut kehendak dan rencana Allah. Lalu, apakah rencana Allah bagi mereka yang ada di dalam Kristus? Yang berada di dalam Kristus adalah mereka yang dipilih, diinjili dan diperanakkan pula oleh Roh Kudus! Bagi mereka yang dibawa Tuhan ke dalam Kristus, ada kehendak Allah. Keberadaan manusia yang tetap berada di dalam Adam, akan berdosa dan binasa. Mereka yang berada di dalam Kristus, akan mengalami pengampunan dosa dan keselamatan. Dan, dari keadaan di dalam Adam, manusia pilihan dialihkan untuk masuk ke dalam keberadaan di dalam Kristus. Itulah arti penginjilan. Di dalam Kristus ada kehendak Allah bagi orang-orang yang menerima segala berkat di dalam keselamatan-Nya. (1) KAUM PILIHAN DAN KEKEKALAN Di dalam pikiran dan rencana Allah yang asli, Dia tidak mau manusia mengalami kematian atau menuju kebinasaan. Kematian adalah satu kegagalan akibat dosa yang Allah izinkan terjadi. Manusia mati karena Adam memilih untuk berbuat dosa dan melawan Allah. Allah tidak merencanakan perbuatan dosa, tetapi Allah memberikan kebebasan kepada manusia. Allah memperbolehkan manusia memakai kebebasannya dengan kehendaknya sendiri. Tetapi pada waktu kehendak manusia melawan kehendak Allah, maka dosa harus dihukum. Allah itu adil! Manusia yang sudah jatuh di dalam dosa, tidak bisa luput dari hukuman dosa, yaitu kebinasaan. Tetapi Allah tidak rela menusia mati, hidup di dalam dosa dan binasa dalam neraka. Itu sebabnya Allah memberikan janji kepada manusia. Kitab Suci disebut Kitab Perjanjian dan Kitab Suci terdiri atas Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Apakah yang merupakan pengharapan bagi manusia yang terkandung dalam Kitab Suci? Manusia adalah satu-satunya makhluk yang bisa melawan dalil kronos, manusia adalah satu-satunya makhluk yang bisa melintas lebih cepat daripada proses waktu. Pada waktu berjalan dengan kecepatan yang ditentukan, manusia justru ingin melewati kecepatan yang ada dalam proses waktu, dan ini yang disebut pengharapan. Manusia mempunyai pengharapan. Manusia bisa berharap untuk menuju kepada hari yang kekal, berharap untuk tiba kepada hari esok, walaupun hari esok itu belum tiba. Itu terjadi karena manusia mempunyai sifat keagamaan. Immanuel Kant mengajukan empat pertanyaan saja: (1) Siapakah saya? (2) Apakah yang bisa saya ketahui? (3) Apakah yang seharusnya saya perbuat? (4) Apakah yang menjadi pengharapan saya? Kalau seseorang tidak tahu siapa dirinya, maka hidupnya menjadi kurang berarti. Kalau seseorang tidak mengetahui apa yang seharusnya ia ketahui, maka ia akan memiliki pengetahuan yang amat terbatas. Jika seseorang tidak mengetahui apa yang seharusnya ia perbuat, maka orang itu akan mempunyai tingkah laku yang tidak berarah. Kalau seseorang tidak mengetahui apa yang bisa diharapkan, maka nilai hidup orang itu akan berhenti pada waktu dia mati. Seorang filsuf Denmark, Soren Aabye Kierkegaard, mengatakan: “Jika pengharapan Kristen tidak menuju kepada kekekalan, maka orang Kristen adalah orang yang paling kasihan.” Apakah arti kekekalan? Apakah kekekalan itu sama dengan eksistensi/perluasan dari keberadaan di dalam waktu yang tidak ada habisnya? Apakah kekekalan berarti bahwa setelah manusia mati, ia akan tetap ada? Ya! Itu adalah kekekalan keberadaan, tetapi bukan keberadaan yang mempunyai relasi dengan Keberadaan Yang Asal. Hubungan dengan Keberadaan Yang Asal, dicapai hanya melalui kehendak Allah di dalam Kristus. Allah memberikan Kristus ke dalam dunia bukan untuk mendirikan satu agama yang baru, bukan memberikan satu sistem moral yang baru dan bukan untuk mengerjakan satu revolusi secara sosial, moral, ekonomi, politik, atau pun hal-hal yang lain. Yesus Kristus datang ke dunia justru untuk menjalankan kehendak dari rencana Allah bagi manusia, yaitu melaksanakan perjanjian Allah. Rasul Yohanes menyimpulkannya dengan satu kalimat: “Karena inilah janji yang sudah dijanjikan Allah kepada kita, yaitu hidup yang kekal.” Teologi Pengharapan yang dicetuskan oleh Jurgen Moltmann dari Jerman diterima baik oleh kaum intelektual. Moltmann berusaha mengembalikan satu aspek penting yang selama ini sudah menjadi pudar dalam kegagalan-kegagalan dari kebudayaan modern. Tidak semua buah pikiran Moltmann saya setujui, tetapi kepercayaan yang menghasilkan pengharapan kepada kekekalan memang merupakan satu substansi yang penting dalam ajaran Alkitab. Hidup yang kekal atau eternal life adalah eternal value (nilai yang kekal), eternal existence (keberadaan yang kekal), eternal relationship (hubungan yang kekal), dan eternal present of God (kehadiran Allah yang kekal). Di kuburan, kita akan menemukan orang-orang yang mati dalam berbagai usia. Ada yang baru dua tahun, ada yang delapan puluh tahun dan ada pula yang sampai sembilan puluh tahun. Apakah perbedaan hidup manusia yang satu dengan yang lain, jika semuanya menuju kepada kuburan yang kecil? Apakah arti hidup kita adalah untuk menjadi debu? Hidup kekal yang akan dituju, menjadikan hidup kita yang beberapa puluh tahun dalam dunia lewat begitu saja. Alkitab menjanjikan bahwa di dalam Kristus, kita mendapatkan hidup yang kekal. Orang Kristen yang memiliki iman yang sejati, akan mempunyai gaya hidup yang luar biasa. Kuburan dipandang bukan sebagai tempat akhir hidupnya, tetapi hanya sebagai satu tempat peristirahatan sementara dari tubuh jasmani, yang menantikan penyempurnaan pada waktu kedatangan Kristus. Jiwa orang percaya sudah memiliki hidup yang kekal. Puji Tuhan! Alangkah besarnya cinta kasih dan anugerah Allah yang sudah kita terima. Kristus memberikan hidup yang kekal bagi kita. Upah dosa adalah maut, tetapi karunia Allah adalah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Allah memberikan hidup yang kekal dengan memperanakkan manusia berdosa dengan firman-Nya., dengan Injil Kristus, dan dengan Roh Kudus yang diberikan oleh Allah. (2) KAUM PILIHAN DAN HIDUP KUDUS Dalam 1 Tesalonika 4:3, istilah “kehendak Allah”, amat jelas dan secara terbuka dinyatakan dan tidak samar-samar. Kita diselamatkan oleh Allah untuk menjalankan satu kehendak-Nya yang khusus, yaitu hidup dalam kesucian. Tidak seharusnya kita mengerti kehendak Allah, hanya pada waktu kita mencari pasangan hidup. Kita harus mengetahui kehendak Allah secara menyeluruh. Orang yang menikah harus menjalankan kehendak Allah. Dan mereka yang belum/tidak menikah, juga harus menjalankan kehendak Allah. Kehendak Alah begitu terbuka, yaitu hidup suci. Apakah hati seorang suami tidak tertegur ketika melihat isterinya yang setia? Apakah hati seorang istri tidak tertegur waktu melihat suaminya yang setia? Tubuh kita adalah bait Allah (1 Korintus 6:19), bait Allah yang hidup. Agama Budha menganggap tubuh sebagai satu kantung busuk. Filsafat Phytagorean, menganggap tubuh sebagai satu penjara. Agama Hindu menganggap bahwa tubuh memerlukan satu pemurnian dan pemurnian ini hanya bisa dilakukan dengan cara reinkarnasi. Tetapi ajaran Alkitab tidak menerima semua itu. Alkitab tidak menerima reinkarnasi. Alkitab tidak menerima ajaran bahwa tubuh adalah satu tempat di mana manusia boleh mempermainkannya. Orang gnostisisme terpecah menjadi dua ekstrim. Yang satu mengajarkan bahwa tubuh itu remeh (jahat) dan sebisa mungkin nafsu tubuh harus dilampiaskan. Itulah cara menghina tubuh dengan melampiaskan segala hawa nafsu. Ekstrim yang lain mengajarkan bahwa manusia harus menahan segala nafsunya dengan menekan dan menyiksa tubuh. Itulah asketisme! Alkitab menolak segala ajaran dan teori yang tidak benar seperti ini yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Alkitab menyatakan hal ini dengan kalimat yang paling agung: Tubuh orang percaya adalah bait Allah. Tubuh orang percaya adalah tempat berdiamnya Roh Kudus. Kita harus sadar bahwa di dalam tubuh kita, kesucian Tuhan harus menempati tempat yang terutama! Kalau setiap orang Kristen mengenal kehendak dan perintah Allah yang satiu ini dengan tuntas dan jelas, maka setiap kali kita memandang tubuh kita, kita mengingat bahwa tubuh adalah bait Allah. Roh Kudus berdiam di dalam tubuh kita, Dengan itu kita akan mencintai tubuh kita, memelihara diri dalam kesucian dan menjauhkan tubuh kita dari segala kenajisan. Kenajisan dari percabulan. Menjauhkan diri dari segala percabulan atau perzinahan adalah salah satu perintah terpenting dari sepuluh hukum Allah! Saudara yang belum menikah, peliharalah baik-baik tubuh Saudara. Nikmatilah keindahan seks pada waktu malam pertama secara sempurna dan tanpa teguran apa-apa. Orang yang sudah menikah, tutuplah mata dan jangan melepasnya untuk berjalan kesana-kemari. Setialah, dan hanya dipuaskan oleh isteri Saudara. Jikalau kita suci dalam seks dan setia dalam keluarga, maka kita akan mendapatkan kepuasan di dalam jodoh yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Dengan hidup demikian, kita akan mendapatkan satu kekuatan batiniah yang amat besar. Begitu banyak orang yang mau melayani Tuhan, tetapi mereka terhambat oleh kehidupannya yang tidak beres yang dikerjakannya sendiri. Jikalau Saudara hidup suci, maka Saudara akan memiliki kekuatan yang luar biasa, keberanian yang luar biasa dan mendapatkan urapan dari Tuhan. Demikian juga masyarakat yang hidup dalam kesucian tubuh dan kesucian keluarga, tidak mudah dijatuhkan. Bangsa yang memelihara kesucian seks, akan mempunyai kekokohan yang luar biasa. Bukanlah emosi lahiriah ataupun eksperimen dari segala sensasi manusia yang membuktikan dirinya dipenuhi Roh Kudus. Pada waktu Roh Kudus memenuhi seseorang, maka orang itu akan menyatakan hidup kesucian yang rela menjalankan kehendak Allah. Apakah gunanya mengklaim bahwa diri dipenuhi Roh Kudus, tetapi hidupnya tidak karu-karuan? Hidup suci merupakan kehendak Allah. Allah menyucikan kita dalam tiga tahap. a. Menjadikan kita Orang Kudus. Kita disebut sebagai orang kudus sebab kita telah dikuduskan dan disucikan oleh darah Kristus. Secara “status” kita adalah orang-orang suci. b. Penyucian yang Progresif. Penyucian secara progresif dimulai pada waktu setelah kita diselamatkan sampai pada saat bertemu dengan Tuhan. Hidup dalam keselamatan adalah waktu yang sulit kita lewati. Sebagaimana orang-orang Israel yang mengembara empat puluh tahun di padang belantara sebelum masuk ke dalam tanah Kanaan, demikian juga kita yang sudah dilepaskan dari kuasa dosa oleh Kristus dan diperanakkan oleh Roh Kudus, belum pergi ke sorga. Kita sudah diselamatkan, tetapi belum mati. Ini adalah satu perjalanan panjang dari hidup Kristen. c. Penyucian Sempurna. Begitu banyak pencobaan dari setan, tetapi satu hal yang kita perlu lakukan adalah berpegang pada tangan Tuhan dan memelihara firman-Nya dalam hidup kita. Kitaharus terus hidup di dalam kemenangan dan mengalahkan pencobaan. Itulah penyucian yang progresif. Penyucian progresif ini akan menuju pada satu titik akhir yaitu kesucian yang sempurna. Kesucian ini akan disempurnakan dan digenapi pada waktu Yesus Kristus datang kembali. Di dalam zaman di mana manusia menginginkan berkat materi dan kekayaan dan tidak mau menjalankan kehendak Tuhan, Ia tetap menjalankan kehendak-Nya bagi kita. Hiduplah suci, jalankanlah kehendak Tuhan! Jangan hanya menginginkan anugerah Tuhan tanpa kerelaan menjalankan kehendak-Nya. (3) KAUM PILIHAN DAN PERINTAH YANG DIBERIKAN. Waktu perintah dari mulut Kristus keluar, maka berarti kehendak Allah bagi kita dinyatakan! Semua perintah yang diberikan, merupakan satu cetusan kehendak Allah. Apakah yang dikehendaki Tuhan atas diri kita? Apakah yang direncanakan Tuhan bagi gereja-Nya? Apakah perintah Tuhan supaya kita mengetahui isi hati-Nya? (a) Secara Intern. Dari Yohanes 13:34-35; 15:12, orang yang beriman sejati harus mempunyai cinta kasih kepada orang lain yang beriman sejati. Masalah ini sangat diselewengkan oleh orang-orang yang tidak mengetahui ajaran-ajaran palsu yang masuk ke dalam gereja. Praktek cinta kasih sering disalah-gunakan sampai akhirnya doktrin menjadi tidak beres. Di dalam iman yang sejati, kita belajar saling mengasihi. Di dalam firman yang murni, kita saling mengasihi. Alkitab mengatakan supaya kita hendaknya membenci akan ajaran-ajaran palsu dan membongkar kesalahan-kesalahan mereka dengan tegas (Wahyu 2:6, 15; 2 Timotius 3:16). Kadang-kadang pada waktu berbicara tentang kasih, kita menjadi lupa dan mempersamakan kasih dengan sikap berkompromi dengan ajaran yang tidak benar. Prinsip mengasihi harus dikembalikan pada jalurnya. Pada waktu Paulus bertemu dengan orang-orang yang berpaham Gnostisisme, ia sama sekali tidak memberi ampun. Pada waktu ada orang-orang Yahudi yang mengajarkan bahwa orang harus disunat untuk beroleh keselamatan, ia melawan dan membantah pendapat mereka dengan keras (Kisah Para Rasul 15:1-2). Dalam Galatia 5:12, Paulus berkata: “Biarlah mereka yang menghasut kamu (menekankan sunat) itu mengebirikan saja dirinya!” Kalimat yang begitu keras, yang keluar dari mulut seorang hamba Tuhan, tidak menandakan bahwa Paulus tidak memiliki kasih. Itu karena kasih Paulus akan firman Tuhan yang begitu murni, tidak membuka jalan bagi kompromi. Kekristenan menyeleweng karena kemurnian ajaran tidak dipelihara. Kita memerlukan cinta kasih yang sejajar dengan keadilan. Kita memerlukan kekerasan yang disertai dengan kelembutan. Pada zaman Reformasi, para reformator mempertahankan firman yang benar, akibatnya terjadi satu ekskomunikasi dari gereja Roma Katolik. Martin Luther dibuang keluar dari lingkungan gereja, karena gereja Katolik menganggap bahwa di luar gereja tidak ada keselamatan. Calvin menegakkan ajaran-ajaran Alkitab yang murni. Suatu perpecahan harus terjadi. Apa sebab? Karena kemurnian firman Tuhan harus terus ditegakkan dalam sejarah. Pada akhir abad ke-18 dan permulaan abad ke-19, berkembang satu ajaran yang mengajarkan bahwa doktrin itu tidak penting. Sejak saat itu, etika Kristen dinomor satukan melebihi doktrin, padahal itu tidak mungkin berjalan. Paulus berkata kepada Timotius: “Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu.” (terjemahan NIV: Watch your life and doctrine closely). Jikalau tidak ada ajaran yang ketat dan standar pengajaran iman yang benar, gereja akan menyeleweng dan Kekristenan akan tinggal nama. Kulitnya Kristen, tetapi isinya bukan Kristen lagi. Yesus berkata: “Cintailah satu orang dengan yang lain.” Ini perintah. Kita perlu mengasihi orang lain yang beriman sejati. (b) Secara Ekstern. Dalam Matius 28:19-20; Markus 16:15, Injil harus dikabarkan. Paulus pergi mengabarkan Injil kepada orang luar. Petrus mengabarkan Injil kepada orang luar. Injil bukan untuk kalangan sendiri. Jika Injil dikabarkan hanya dalam kalangan sendiri, maka setelah orang-orang di dalam kalangan sendiri itu mati, maka Injil tidak dikabarkan lagi sampai sekarang ini. Karena Injil bukan untuk kalangan sendiri, maka Hudson Taylor pergi ke RRC; Judson pergi ke Birma; David Brainer pergi ke suku Indian; William Carey pergi ke India; Nommensen pergi ke Batak. Orang-orang lain pergi mengabarkan Injil ke Alaska, Ethiopia, Mesir dan sampai ke pedalaman dan tempat-tempat yang paling terpencil di dunia. Dengan demikian kehendak Tuhan dijalankan. Apakah yang harus kita lakukan jika kita tahu bahwa umur kita semakin pendek? Yang harus kita lakukan adalah lebih giat lagi mengabarkan Injil kepada lebih banyak orang. Kita harus memakai waktu yang Tuhan berikan, semaksimal mungkin. BAB IX : MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH KAUM PILIHAN . DUKACITA DAN SUKACITA SETURUT KEHENDAK ALLAH 2 Korintus 7 : 8. Jadi meskipun aku telah menyedihkan hatimu dengan suratku itu, namun aku tidak menyesalkannya. Memang pernah aku menyesalkannya, karena aku lihat, bahwa surat itu menyedihkan hatimu--kendatipun untuk seketika saja lamanya--, 9. namun sekarang aku bersukacita, bukan karena kamu telah berdukacita, melainkan karena dukacitamu membuat kamu bertobat. Sebab dukacitamu itu adalah menurut kehendak Allah, sehingga kamu sedikitpun tidak dirugikan oleh karena kami. 10. Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian. 11. Sebab perhatikanlah betapa justru dukacita yang menurut kehendak Allah itu mengerjakan pada kamu kesungguhan yang besar, bahkan pembelaan diri, kejengkelan, ketakutan, kerinduan, kegiatan, penghukuman! Di dalam semuanya itu kamu telah membuktikan, bahwa kamu tidak bersalah di dalam perkara itu. 1 Tesalonika 5 : 16. Bersukacitalah senantiasa. 17. Tetaplah berdoa. 18. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. I) DUKACITA SETURUT KEHENDAK ALLAH Ada tiga kali istilah “dukacita menurut kehendak Allah” disebutkan dalam 2 Korintus 7:8-11. Aspek ini amat jarang kita temukan yaitu kehendak Tuhan yang bersifat negatif! Kita suka mendengarkan kehendak Tuhan yang memberikan berkat dan kelancaran, kehendak Tuhan yang memimpin kita sehingga kita maju ke dalam kemakmuran dan sebagainya. Tetapi di dalam Alkitab banyak aspek-aspek di belakang tirai yang kelihatan begitu negatif, kelihatan kurang dinamis,. Tetapi di dalamnya mengandung pimpinan Tuhan yang lebih dari apa yang bisa kita mengerti. (1) Aspek Tersembunyi dalam Kehendak Allah. Di dalam teologi Lutheran, ada satu kalimat yang mengatakan memang Tuhan Allah yang disebut The hiddenness of God. Artinya, sesuatu aspek yang disembunyikan oleh Tuhan Allah atau aspek yang tersembunyi di dalam keilahian-Nya. Ketika kita melihat bulan, bulan itu mengelilingi bumi tanpa berotasi pada porosnya. Itu sebabnya mata kita hanya bisa melihat satu permukaan saja, sedangkan permukaan di belakangnya belum pernah dilihat oleh mata manusia, kecuali kita melihatnya melalui foto yang diambil oleh satelit. Demikian juga Tuhan kadang-kadang tidak menyatakan kehendak-Nya dengan jelas kepada kita. Ada bagian-bagian yang tersembunyi. Martin Luther mengatakan bahwa ini adalah The hiddenness of God. The hidden aspect of God in His eternal will. Di dalam kehendak Allah, kita jangan hanya melihat aspek-aspek yang positif atau aspek-aspek yang negatif, aspek-aspek yang kelihatan kurang jelas di dalam pimpinan-Nya, karena di dalamnya tersimpan banyak bahagia yang tidak kelihatan oleh kita. Salah satu aspek yang jarang diketahui oleh manusia adalah kehendak Tuhan yang mau supaya kita hidup berdukacita! Kita selalu tidak bisa menerima hal ini, Kita mau Kekristenan yang gampang, yang instan. Kekristenan yang langsung bisa mendapatkan kenikmatan. Kita cenderung tidak bersedia mendengarkan khotbah yang berat dan tidak mau mengikuti kebaktian yang di dalamnya penuh berisi pengajaran yang ketat, yang menuntun kita untuk taat dan mengikut Tuhan. Kita tidak suka memilikinya. Kita cenderung lebih suka memilih kebaktian-kebaktian yang langsung menggairahkan emosi, yang memberikan kesenangan sementara secara lahiriah. Bahkan kita mau menjadi orang Kristen yang hanya menerima berkat dari Tuhan Allah. Itulah kecelakaan besar di dalam Kekristenan! Jika kita hanya mau mengetahui aspek yang optimis saja, tetapi tidak mengingat akan aspek yang sedih, sulit dan negatif, maka kita akan menjadi orang Kristen yang timpang dan tidak pernah bisa mengerti kehendak Allah secara seimbang. Seorang uskup yang saya temui di Malaysia mengatakan bahwa selama dia menjadi uskup bertahun-tahun, para bawahannya yang mendapat kesempatan pergi ke luar negeri selalu memakai istilah yang indah untuk tindakannya. Ketika mereka berhenti dari jabatannya dan mengatakan kepada uskup itu bahwa Tuhan sudah membuka jalan bagi mereka. Tuhan sudah menyatakan kehendak-Nya bagi mereka atau Tuhan sudah memimpin mereka sekeluarga untuk keluar dari Malaysia. Jika ditanya ke mana Tuhan memimpin mereka? Maka mereka menjawab bahwa Tuhan sudah membuka jalan ke Amerika. Tuhan sudah membuka jalan ke Australia, New Zealand atau Kanada. Lalu uskup tersebut menyatakan kepada saya bahwa dia merasa heran sekali. Mengapa Tuhan selalu memimpin orang ke negara-negara yang makmur? Mengapa Tuhan jarang memimpin orang ke negara-negara yang sulit? Mengapa pimpinan Tuhan selalu menjurus ke negara-negara yang kaya? Mengapa Tuhan tidak memimpin ke tempat-tempat yang sulit? Di sinilah Kekristenan mulai gagal. (2) Aspek Negatif dalam Kehendak Allah. Kekristenan yang gagal adalah Kekristenan yang melihat kehendak Tuhan hanya semata-mata menghasilkan aspeknya yang optimis! Orang sedemikian beranggapan bahwa kehendak Tuhan pasti menjadikan mereka lebih lancar, lebih sukses, lebihkaya, lebih makmur dan lebih unggul di dalam dunia ini. Alkitab tidak mengajar seperti itu. Celakalah teolog-teolog yang menganut teologi kemakmuran yang tidak memberitakan kehendak Tuhan secara total kepada jemaatnya karena mereka akan dianggap sebagai nabi yang tidak setia. Biarlah kita mengerti kehendak Tuhan dan mengertinya secara menyeluruh, bukan hanya memetik apa yang kita senangi saja. Apakah yang merintangi manusia untuk hidup di dalam kerohanian? Apakah yang menghambat pertumbuhan kerohanian kita? Uangkah? Kedudukan, kemuliaan dunia, ilmu pengetahuan, rasio atau filsafatkah? Apakah yang Saudara rasakan jika gaji Saudara dinaikkan bulan depan? Saudara merasa senang atau susah? Apakah Saudara berpendapat bahwa uang menghambat kerohanian Saudara? Jika Saudara berpendapat demikian, mengapa Saudara merasa senang jika gaji Saudara dinaikkan? Jika Saudara berpendapat bahwa kedudukan yang makin tinggi akan menghambat kerohanian, mengapa Saudara merasa senang jika dipromosikan untuk kedudukan yang lebih tinggi? Jika hal demikian yang Saudara alami, maka Saudara adalah orang Kristen yang tidak konsisten. Jika Saudara mengetahui hal-hal yang dapat menghambat kerohanian Saudara, tetapi Saudara senang memperolehnya, apakah yang terjadi dengan kerohanian Saudara? Baik uang, kedudukan dan semua yang sudah disebutkan di atas tadi belum tentu menghambat kerohanian seseorang! Uang belum tentu menghambat. Kedudukan tidak tentu menghambat. Yang menghambat adalah sikap Saudara yang salah terhadap segala sesuatu yang Tuhan berikan kepada Saudara! Suatu kali ketika berada di Singapura, saya bertanya di depan massa yang mengikuti kebaktian tentang bagaimana pimpinan Tuhan yang sudah mereka alami. Seseorang berdiri lalu berkata: “Puji Tuhan. Dulu saya miskin, tapi sekarang menjadi kaya.” Orang lain berkata, bahwa dulu ia sakit, lalu sekarang sehat. Jawaban yang diberikan merupakan aspek-aspek yang sangat positif dan sangat baik. Setelah itu saya bertanya lagi kepada mereka: “Apakah Tuhan mungkin memimpin anda untuk sakit? Mungkinkah Tuhan memimpin anda untuk mengalami kesulitan?” Mereka mengatakan seolah-olah itu tidak mungkin. Masakan Tuhan memimpin anak-Nya untuk menjadi lemah? Mungkinkah Tuhan memimpin kita untuk menjadi gagal? Ada terlalu banyak hal yang perlu digarap dalam diri kita masing-masing agar kerohaniabn dan iman Kekristenan kita bisa dipertanggungjawabkan sehingga sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab. Paulus yang berteriak: “Bersukacitalah engkau”, adalah Paulus yang berteriak: ”Dengan sesungguhnya aku berkata kepadamu: Aku mempunyai dukacita yang besar.” Jikalau Paulus memberitakan kepada orang Kristen supaya mereka bersukacita, tetapi mengapa Paulus juga mengatakan secara terus terang bahwa di dalam dirinya ada dukacita yang besar? Bagaimana konflik-konflik semacam ini bisa diharmoniskan dan bisa kita mengerti artinya secara tuntas? Ada sukacita yang dari Tuhan, tetapi ada juga kesenangan yang bukan dari Tuhan! Ada dukacita yang dari Tuhan, tetapi ada juga dukacita yang berasal dari setan! (3) Kesedihan yang Kudus. Jikalau kita tidak bisa membedakan dengan baik antara sukacita yang boleh kita miliki sebagai orang Kristen dan dukacita apa yang harus kita miliki, atau kita tidak bisa membuang sukacita yang palsu yang bukan berasal dari Tuhan dan kita menerima dukacita yang palsu yang bukan di dalam kehendak Tuhan, maka kita akan menjadi orang Kristen yang kacau dalam hidup emosi kita masing-masing. Emosi yang dikuduskan merupakan salah satu aspek yang besar di dalam kekudusan progresif. Kekudusan progresif berarti kekudusan yang makin membersihkan diri. Setelah diselamatkan, kita tidak langsung berjumpa dengan Tuhan. Kita sudah diselamatkan, tetapi kita masih menunggu kedatangan Kristrus. Di antara titik permulaan keselamatan dan titik kesempurnaan keselamatan, kita berada di dalam satu perjalanan yang panjang. Di tengah-tengah perjalanan mengikuti Kristus yang panjang ini, kita memerlukan sesuatu kekudusan yang bersifat progresif. Makin suci, makin membersihkan diri dan makin belajar mirip dengan Tuhan yang kudus, yang telah mati bagi kiota. Di dalam proses perjalanan menguduskan diri ini, maka salah satu aspek yang paling penting yaitu pengudusan emosi. Di dalam emosi kita, kita harus menyesuaikan apa yang kita senangi dengan apa yang Tuhan senangi. Kita senang menurut kesenangan Tuhan, kita susah menurut kesusahan yang dari Tuhan. Jikalau kita tidak mengerti bagaimana bersedih dalam kesedihan Tuhan, maka emosi kita belum beres. Jikalau kita tidak mengetahui bagaimana bersukacita di dalam sukacita Tuhan, maka emosi kita belum beres. Jangan menganggap bahwa kebaktian yang mendatangkan kesenangan bagi kita adalah pasti kebaktian yang dari Tuhan. Kita harus menguji, apakah kesenangan itu adalah kesenangan yang suci atau bukan. Jika Saudara berbuat demikian, maka Saudara adalah orang Kristen yang baik. Jikalau Saudara tidak bisa membedakan antara sukacita yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan suka cita yang bukan, ataupun dukacita yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan dukacita yang bukan, maka Saudara menjadi orang Kristen yang menipu diri. Saudara menjadi orang Kristen yang emosinya telah menjadi anak terhilang. The prodigal emotion of wrong Christian life. Hidup orang Kristen yang benar, yang sehat dan beres, adalah hidup orang Kristen yang mengetahui bagaimana menguduskan emosi dirinya sehingga sesuai dengan kehendak Tuhan, kita bisa mengendalikan emosi kita. Sesuai dengan kehendak Tuhan, kita bersukacita atau berdukacita. Tawa yang murah adalah tawa yang tidak berharga. Kadang-kadang ada lelucon-lelucon yang amat lucu, yang membuat kita tertawa. Kita senang. Tetapi jika kita memikirkan kembali, maka kita tahu bahwa kita sudah ditipu, karena tawa yang ditimbulkannya itu adalah tawa yang murah dan tidak berarti. Kadang-kadang terjadi sebaliknya. Kita bersedih. Waktu itu kita merasa sulit melewati saat-saat yang berat. Tetapi setelah saat-saat kesedihan itu lewat, kita justru melihat bahwa dari kesedihan yang anggun itu timbul hasil-hasil dan buah yang bermutu dan mempunyai nilai yang kekal. Inilah arti dari 2 Korintus 7:8-11. Apakah Saudara memperhatikan aspek ini? Berdukacita di dalam kehendak Allah. The holy grief according to the will of God. Di dalam kehendak Allah ada semacam kedukaan, semacam kesedihan yang suci. Dan jika hal itu tidak ada di dalam hidup Saudara, maka saya meragukan atau menyangsikan apakah Saudara itu seorang anak Tuhan yang baik. Jika Saudara mempunyai kedukaan yang suci, yang sesuai dengan kehendak Tuhan, pasti dengan sendirinya Saudara sedang berjalan di dalam kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan perlu kita ketahui bukan supaya kehendak Tuhan Allah kita peralat untuk mempermudah hidup kita. Orang yang mau menjalankan kehendak Alah adalah orang yang sudah bersedia mengorbankan diri, bersedia menjadikan diri taat dan bersedia menyerahkan diri di bawah kedaulatan Roh Tuhan, sehingga di dalam Dia kita menyesuaikan diri kita. Paulus pernah mengirim sepucuk surat kepada orang di Korintus (1 Korintus) dan di dalam surat lanjutannya (2 Korintus) ia mengungkapkan bahwa dirinya menyesal karena surat yang pernah ditulisnya itu terlalu keras isinya. Surat 1 Korintus sebenarnya membuat gereja Korintus menjadi sedih. Apakah seorang ibu yang suka melihat anaknya susah karena perkataannya yang keras? Adakah seorang bapak yang tega melihat anak-anaknya menangis hanya karena tegurannya terlalu keras? Benarlah peribahasa Tionghoa yang mengatakan: “Pukulan ada di atas badan anak, tetapi sakit ada di dalam hati ibu.” Rupanya Paulus mengtetahui kesedihan jemaat di Korintus yang menerima suratnya, melalui orang lain. Paulus lebih bersedih melihat kesedihan mereka. Tetapi setelah kesedihan itu, jemaat di Korintus lalu menegur diri sendiri. Kesedihan itu mengakibatkan mereka betul-betul berjalan di dalam firman Tuhan, melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, dan menyucikan hati nurani. Setelah Paulus mendengar tentang suratnya mengakibatkan kesedihan, dan kesedihan itu mengakibatkan kebajikan dalam kerohanian orang Korintus, maka Paulus sekarang terhibur. Peristiwa itu menjadi sesuatu wadah di mana Tuhan memberikan inspirasi pada bagian ayat yang penting ini. Paulus merasakan dua kali kesedihan. Waktu ia menulis surat 1 Korintus dia menegur. Waktu Paulus menegus, jemaat di Korintus menjadi sedih dan ini membuatnya sedih. Waktu Paulus memikirkan kesedihan jemaat Korintus, dia menjadi lebih sedih dan menyesal. Tetapi waktu Paulus mengetahui bahwa setelah bersedih jemaat Korintus menjadi lebih baik, maka dia tidak jadi menyesal atas penyesalannya dulu. Tidak menyesal atas penyesalan sebenarnya berarti Paulus tidak perlu terlalu susah pada waktu melihat orang lain susah pada waktu membaca suratnya yang isinya sesuai dengan kehendak Allah. Kesusahan semacam itu amat dibutuhkan oleh jemaat Korintus. Orang yang berani mengatakan kalimat-kalimat yang sementara tidak suka didengarkan oleh manusia amat diperlukan! Seorang yang mau melayani Tuhan, seorang nabi yang sejati, tidak boleh segan-segan untuk berani mengatakan hal-hal yang perlu. Seorang hamba Tuhan tidak boleh mencari dan menyenangkan orang-orang karena takut orang lain akan menjadi marah. Jikalau perlu, kita harus terus terang mengatakan kelemahan orang lain, tetapi di belakang peneguran itu, kita harus memiliki satu hati yang mempunyai tiga hal: (1) Saudara tahu bahwa teguran Saudara ini merupakan kehendak Tuhan; (2) Saudara sudah berdoa bagi mereka dengan sungguh-sungguh berdasarkan kasih; (3) Saudara mempunyai pengharapan bagi mereka agar sesudah mereka bersedih karena teguran itu, mereka memikirkan jalan keluar untuk membawa mereka menuju kepada kesempurnaan. Gereja-gereja menjadi gagal jika gereja sudah kehilangan ketiga unsur ini. Jika seorang pengkhotbah berkhotbah hanya untuk mencari pendengar, maka ia mencari khotbah yang bisa menarik lebih banyak orang untuk mendengar, yang bisa diterima dengan baik oleh orang-orang modern dan yang bisa mengakibatkan kolekte mereka menjadi lebih banyak. Celakalah kita, jika menjadi hamba Tuhan ataupun jika kita berada di dalam satu gereja yang tidak mementingklan kehendak Allah, tidak mementingkan firman Tuhan, kedaualatan Tuhan, kesucian Tuhan dan isi hati Tuhan, namun hanya mementingkan apakah manusia bisa senang atau tidak. Gereja seperti ini bukanlah memperdengarkan suara Tuhan, tetapi justru memperdengarkan suara manusia. Paulus berkata: “Jikalau engkau berdukacita menurut kehendak dunia ini, maka dukacita itu akhirnya akan membawa engkau kepada kematian.” Orang yang sedih tanpa pengharapan, orang yang sedih di luar kehendak Tuhan, pada akhirnya akan bersedih sampai mati. Sejarah membuktikan ada banyak politikus yang sedih sampai mati karena mereka mempunyai ambisi-ambisi yang rusak. Sejarah membuktikan ada pula kesedihan yang sesuai dengan kehendak Tuhan yang akhirnya memperoleh sukacita yang luar biasa. Sukacita yang sejati tidak berasal dari luar melainkan dari dalam. Penganiayaan bisa datang. Ejekan, olokan, umpatan, hinaan, fitnah, bisa datang kepada kita; tetapi sumber hidup baru dari Tuhan terus mengalirkan suatu keharusan yang tidak bisa ditutup, tidak bisa ditudungi dengan kekuatan manusia. Dukacita macam apa yang bisa disebut sebagai dukacita menurut kehendak Tuhan? Kita akan melihat empat aspek yang besar. (4) Aspek-Aspek Dukacita dalam Kehendak Allah. a) Dukacita di dalam Pertobatan Total. Pertobatan dapat dibagi dalam dua aspek. Pertama, pertobatan total; sebagai satu titik permulaan seseorang mengikut Yesus Kristus. Itu adalah kehancuran hati karena kesadaran diri sebagai orang berdosa yang tidak memiliki pengharapan. Kita sadar akan total depravity. Kita sadar akan kerusakan diri yang tidak ada kemampuan dan daya apa pun dari diri untuk menolong diri kita sendiri. Lalu kita datang kepada Tuhan sebagai orang yang yang tidak memiliki daya. Orangyang sadar bahwa dirinya tidak mempunyai pertolongan lain, orang yang sadar bahwa dirinya tidak mempunyai kekuatan untuk menolong diri sendiri dan orang yang datang kepada Tuhan, itulah pertobatan total yang ada pada seseorang waktu ia menjadi Kristen. Kedua, pertobatan setelah ia menjadi Kristen. Sesudah pertobatan pertama dan menjadi anak Tuhan, maka setiap hari orang Kristen kemudian memelihara diri, sesuai dengan statusnya yang baru supanya menyatakan bahwa hidup yang baru sudah berjalan dalam dirinya. Pertobatan total yang pertama adalah pertobatan yang hanya satu kali saja diperlukan seumur hidup. Seumur hidup, kita hanya memerlukan pertobatan semacam itu satu kali. Once forever. Repent and turn to Jesus Christ. Saudara meninggalkan dosa dan menyatakan diri sebagai orang yang tidak mempunyai perharapan terhadap diri sendiri, tetapi yang memerlukan pertolongan dari Tuhan. Kita hancur hati dan betul-betul seperti pemungut cukai yang memukul dadanya serta berkata: “Tuhan, kasihanilah hamba seorang yang berdosa ini.” Saya tidak tahu, apakah Saudara pernah berlutut dengan kehancuran hati seperti itu yang disertai dengan kesadaran yang diberikan oleh Roh Kudus bahwa Saudara orang berdosa di mana Saudara perlu Yesus Kristus dan Saudara melihat dengan jelas bahwa Kristus mati bagi Saudara? Apakah penginjilan dan kebaktian yang besar-besaran yang dilakukan sekarang membawa orang bertobat dengan cara ini atau tidak? Jikalau tidak, maka saya meragukan apakah keramaian itu membawa faedah terhadap gereja. Pekabaran Injil yang murni dan pertobatan yang sungguh-sungguh, menuntut satu pertobatan yang betul-betul. Allah tidak pernah menghina orang yang betul-betul bertobat. Semua bangunan di dunia ini memerlukan bahan-bahan yang baik supaya kelihatan megah dan kelihatan lebih mahal serta anggun. Tetapi cara Allah berlainan sekali. Kerajaan Allah bukan dibangun dengan bahan yang indah-indah, melainkan dengan hati yang hancur! Ini cara Tuhan yang berlainan dengan manusia. Jangan menganggap dosa yang terlalu besar tidak mempunyai jalan untuk diselamatkan. Jangan menganggap tuduhan hati nurani yang terlalu keras membuat Saudara tidak mempunyai harapan. Jika Saudara betuk-betul percaya kepada Tuhan dan menerima Yesus Kristus, tidak ada dosa yang terlalu besar yang tidak bisa diampuni oleh Tuhan. Tidak ada tuduhan hati nurani yang terlalu keras, sehingga Tuhan tidak bisa menyingkirkan. Yesus datang dan mati justru karena dosa Saudara dan saya. Dia mati di atas kayu salib, mengalirkan darah untuk membawa kita yang berdosa kembali kepada Tuhan. Tetapi mereka yang melakukan kebajikan sendiri dan menyatakan diri lebih baik dari orang Kristen, mereka yang melakukan kebaikan dan merasa diri tidak perlu bertobat. Mereka secara utuh merupakan orang berdosa yang akhirnya dibuang oleh Tuhan. Kebajikan bukanlah hal yang tidak penting. Tetapi jika Saudara tidak pernah melihat kegagalan diri, lalu hanya membanggakan diri sebagai orang yang lebih baik dari orang lain, maka Saudara jauh dari Kerajaan Sorga. Sebaliknya, meskipun Saudara seorang berdosa, tetapi Saudara percaya bahwa Krstus mati bagi Saudara, Saudara bertobat dalam kehancuran hati, lalu kembali kepada Dia, maka ada keutuhan hidup baru yang Tuhan berikan bagi Saudara. Jangan kembali kepada dosa. Setelah Saudara bertobat, hiduplah dalam kesucian. Hiduplah bagi Tuhan dan jangan kembali kepada dosa! Orang baik yang belum bertobat, mempunyai kebaikan yang adalah anugerah umum dari Tuhan. Orang yang sudah berdosa besar jangan menganggap bahwa dosanya tidak menghancurkan hati Tuhan. Orang yang berdosa besar jangan menganggap bahwa jika merasa diri terlalu rusak maka tidak ada pengharapan sama sekali bagi dirnya. Kristus dalam keadaan yang begitu sedih, mati bagi orang berdosa. Inilah kehendak pertama. Kehendak pertama di dalam emosi yang sedih adalah kehendak Allah supaya kita bertobat meninggalkan dosa. Pada waktu seseorang bertobat total, pada waktu seseorang kembali kepada Tuhan, maka saat itu adalah saat di mana orang itu sedih dan hancur hatinya, dan ini tidak dihina oleh Tuhan. Pada waktu seseorang bertobat, saat itu membuktikan Roh Kudus sudah bekerja dalam hatinya. Saat itu menyatakan bahwa Tuhan sedang melaksanakan keselamatan yang sudah disediakan bagi orang itu. Pada saat orang itu tidak menolak pekerjaan Roh Kudusa, akibatnya ialah sesuatu hasil dari diperanakkan kembali oleh Roh Kudus yaitu membawa orang itu kepada kesedihan yang total, berdukacita untuk dosa-dosanya. Ini dukacita pertama dalam kehendak Allah. (b) Dukacita di dalam Memelihara Kesucian. Hidup dalam kesucian adalah hasil dari dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Roh Kudus memperanakkan kita dan memberikanhidup baru kepada kita. Hidup baru yang berasal dari Tuhan itu adalah hidup suci. Hidup suci itu dengan sendirinya akanmengalirkan suatu kuasa kekudusan di dalam kelakukan kita masing-masing sehingga kita menjadi orang Kristen yang hidup suci. Hidup suci perlu dipelihara. ”Pada waktu memlihara hidup kesucian itu, kita kadang-kadang menjadi sangat terganggu jika pencobaan datang. For a non-Christian, to commit sin is a rule but for a regenerated Christian, to commit sin is an excewption.” Untuk orang yang belum diperanakkan pula, mereka tidak malu berbuat dosa, tanpa merasa sedih, tanpa merasa terganggu dan mereka akan terus-menerus berbuat dosa sebagai satu kerutinan. Tetapi bagi orang Kristen yang sudah diperanakkan pula, tidaklah demikian. Kalau terpeleset berbuat dosa, ia akan merasa susah dan sedih! Inilah perbedaannya, dan ini juga tanda apakah seseorang sudah diselamatkan atau belum. Orang yang sudah diselamatkan akan merasa terongrong dan susah oleh kehadiran satu dosa. Tetapi bagi orang yang belum diselamatkan, walaupun ia berbuat dosa yang besar sekalipun, ia bahkan menikmati hal itu dan menyangka bahwa dirinya lebih pintar daripada orang lain. Orang demikian menipu gurunya, mengelabui orangtuanya dan merasa bangga. Ia menikmati dosa. Mungkin ada orang yang mencuci rambutnya dua kali sehari, tetapi mungkin juga ada orang yang mencuci rambutnya dua kali seminggu. Tetapi satu hal yang dapat kita percaya adalah kita lebih peka pada waktu tangan kita kotor daripada waktu rambut kita kotor. Yang paling kita peka adalah pada waktu mata kita kotor. Rambut yang terkena satu butir pasir tidak akan terlalu mengganggu. Bahkan jika terkena lima puluh butir pasir pun tidak terlalu mengganggu. Tetapi apa yang Saudara rasakan pada waktu memakai sepatu yang ada batu kerikil di dalamnya? Saudara pasti tidak betah dan ingin segera mengeluarkannya. Mengapa? Karena kaki lebih peka terhadap gangguan. Bagaimana jika mata Saudara kemasukan sebutir pasir? Dapatkah Saudara untuk tidak membersihkan mata sampai sepuluh butir masuk ke dalamnya? Apakah Saudara akan mengatakan bahwa Saudara merasa repot untuk mengeluarkan sebutir pasir pada mata Saudara dan ingin menundanya pada lain waktu? Bagaimana pun repotnya, Saudara akan segera mencuci mata dan mengeluarkan pasir tersebut. Mengapa? Karena mata terlalu peka! Kebersihan mata tidak bisa ditoleransi. Apakah sikap yang tidak bertoleransi itu sikap yang baik? Baik! Apakah sikap bisa bertoleransi itu sikap yang baik. Baik juga! Ada dua macam toleransi. Toleransi dalam kehendak Tuhan dan toleransi yang bukan kehendak Tuhan. Toleransi yang merupakan kehendak Tuhanm harus kita jalankan, tetapi toleransi yang bukan kehendak Tuhan jangan kita lakukan! Yang perlu dikeluarkan harus dikeluarkan, yang perlu ditahan harus ditahan, yang perlu diterima harus kita terima. Semua hal harus kita bedakan antara yang merupakan kehendak Tuhan dan yang bukan. Sebutir pasir di dalam mata akan mengganggu pikiran, emosi, nafsu makan, tidur dan banyak hal lain. Jika ada orang yang matanya penuh pasir dan berkata : “Puji Tuhan, saya harus sabar menunggu sampai Tuhan datang dan membersihkan mata saya.” Maka saya kira orang itu sudah tidak waras lagi. Waktu kita masih kecil, kita sering berlomba untuk saling menatap tanpa berkedip sama sekali. Sebenarnya itu satu kebodohan. Dia yang bertahan lebih lama akan dianggap sebagai pemenangnya. Tapi bukan yang memang yang lebih pintar, justru yang memang itu yang lebih bodoh. Mengapa? Karena lensa mata kita adalah lensa yang terbaik di dunia. Mata kita memerlukan pelumasan yang dikeluarkan oleh kelenjar air mata. Minyak yang keluar dari kelenjar air mata itu adalah minyak terhalus yang tidak ada pada pabrik-pabrik lensa manapun. Mata kita mengalirkan semacam pelumas yang luar biasa halusnya yang menggosok mata dan membersihkannya. Mobil yang jarang diganti pelumasnya akan lebih cepat turun mesin dibandingkan dengan mobil yang pelumasnya diganti secara kontinyu. Demikian pula mata kita bisa bertahan berpuluh-puluh tahun karena pelumasan yang halus tersebut. Mata terus-menerus membersihkan diri. Konsistensi atau terus menerus membersihkan diri, inilah hidup orang Kristen. Orang Kristen berbeda dengan mereka yang belum diselamatkan. Orang yang sudah ditebus oleh darah Yesus Kristus harus berbeda dengan mereka yang belum mengenal Yesus Kristus. Karena orang yang belum diselamatkan hidup terus-menerus di dalam rongrongan dosa yang tidak disadarinya secara penuh. Orang Kristen hidup di dalam satu kesadaran berdasarkan kepekaan yang sangat halus. Calvin mengatakan: “The saints is not a man without committing sin, but the saint is a man with great sesnsitivity toward the small sin committed.” Siapakah orang suci? Orang suci bukanlah orang yang tidak pernah berbuat dosa.Tidak ada orang semacam itu. Orang suci bukanlah orang yang tidak pernah berbuat dosa. Tetapi orang suci adalah orang yang mempunyai kepekaan yang besar terhadap dosa yang kecil. Ini kalimat yang amat agung. Jika seseorang mempunyai kepekaan yang besar terhadap dosa yang kecil, maka orangitu lebih mudah memelihara diri di dalam kesucian. Tetapi seseorang yang mempunyai kepekaan yang kecil terhadap dosa yang besar, maka orang ini tidak mungkin memelihara hidupnya dalam kesucian. Mengapa hidup Kekristenan kita tidak beres? Karena pada waktu kita berdosa kita tidak peka dan mengabaikan hal itu. Kita berbuat jahat dan menganggap hal itu sebagai hal yang remeh, karena orang lain berbuat hal yang lebih jahat daripada yang kita lakukan. Kita melihat ada pendeta yang tidak beres, ada pula anggota majelis gereja yang tidak beres, ada orang Kristen lain yang tidak beres, lalu menganggap hal itu sebagai peluang bagi kita untuk hidup yang tidak beres pula. Akibatnya, kita tidak bisa memelihara diri di dalam hidup kesucian. Kesedihan yang timbul karena kita berbuat dosa adalah kesedihan yang menurut kehendak Allah. Dukacita menurut kehendak Allah. (c) Dukacita Melihat Kemerosotan Moral dalam Masyarakat. Waktu Saudara melihat orang di sekitar Saudara berbuat dosa dan orang pada masa kini sudah begitu berani berbuat dosa, apakah Saudara senang atau susah hati? Jika Saudara senang, berarti Saudara belum diselamatkan dan tidakmengerti kehendak Allah di dalam dukacita dan kesucian-Nya. Tetapi jika Saudara menyedihkan masyarakat yang berbuiat dosa, hal itu membuktikan bahwa Saudara sudah mempunyai keselamatan dan emosi kesucian yang sesuai dengan kehendak Allah. Hal ini kita pelajari dalam Alkitab khususnya dalam kasus Lot, keponakan Abraham. Lot mempunyai semacam perasaan tanggung jawab yang selalu bereaksi kepada masyarakat sekitarnya. Pada satu aspek, Lot mempunyai kegagalan rohani. Tetapi pada sapek yang lain, dia tetap mempunyai ciri khas sebagai orang suci yang sesungguhnya. Ada banyak pendeta yang pada waktu berkhotbah untuk memuji iman Abraham, selalu diiringi dengan mencela Lot. Lot diangap sebagai orang yang kurang rohani, kurang baik, dan sebagainya. Apakah orang yang berani mencela Lot itu pasti orang yang rohaninya lebih baik daripada dia? Pada waktu kita mempelajari Alkitab, sepertinya kita menganggap diri kita lebih suci daripada Ayub, kita lebih baik daripada Daud atau Musa. Kita sering cenderung melihat kegagalan seseorang lebih daripada melihat kegagalan diri kita sendiri! Bukanklah kita sendiri belum tentu lebih baik daripada mereka? Alkitab tidak berani sembarangan mengkritik Lot. Bahkan dalam Perjanjian Baru, Alkitab menyatakan bahwa Lot adalah seorang benar. Saya minta kita bukan hanya memiliki hati yang takut akan Allah, tetapi juga kita hati-hati dan tidak sembarangan mengkritik orang-orang yang dicatat di dalam Alkitab. Memang Alkitab mencatat kegagalan-kegagalan orang-orang yang besar sekalipun. Semua ini dicatat sebagai pelajaran bagi orang-orang yang akan datang., tetapi Alkitab juga mengajar kita untuk baik-baik menikmati keindahan hidup orang lain. Mengapa dalam Perjanjian Lama, Lot disebut sebagai orang yang benar? Karena Lot mempunyai beberapa kelebihan yang luar biasa, yaitu: (1) Lot ada di tengah-tengah lingkungan yang begitu jahat, namuyn ia tetap memelihara keutuhan keluarga. Dia tidak bercerai dengan isterinya, dia memelihara anaknya dengan baik. Di tengah-tengah masyarakat yang rusak, banyak orang Kristen yang ikut-ikutan rusak. Di tengah-tenmgah suasana masyarakat yang begitu mudah untuk hidup tidak beres, Lot tetap adalah orang Kristen yang baik, inilah Lot. (2) Lot mendidik kedua anak perempuannya tetap sebagai perawan sebelum pernikahan sampai pada hari Sodom dan Gomora dihancurkan Tuhan. Sekarang kita menyaksikan di negara-negara yang mayoritas orang Kristen di Barat, sudah hampir tidak ada anak perempuan yang masih perawan pada hari ia menikah. Lot tetap mempunyai kebajikan. Ia tetap bisa menjadi contoh bagi kita. Apakah Saudara yang belum menikah mau mempersembahkan tubuh yang utuh hanya bagi suami yang Saudara cintai? Atau apakah Saudara menganggap bahwa hal itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang berpikiran kuno? Apakah Saudara menganggap bahwa hal itu hanya dilakukan oleh mereka yang saudara anggap tidak mempunyai peluang mendapatkan jodoh? Apakah Saudara merasa bangga kepada mereka yang hidup perkawinannya tidak dipelihara baik? Pada waktu Lot meneerima kedatangan du malaikat Tuhan dalam rupa dua orang pria di rumahnya, maka pria-pria di kota tempat Lot mendatangi rumahnya, ingin bersetubuh dengan tamu-tamu Lot tersebut (Kejadian 19:1-8). Kedua malaikat yang masuk ke rumah Lot pasti meliki paras yang luar biasa mempesona, sehingga di Sodom dan Gomora yang penuh dengan pria-pria homoseks merasa amat kagum dan tertaril. Akhirnya orang-orang itu berkerubung di sekitar rumah Lot dan meminta supaya dua pria di rumahnya itu dikeluarkan dan mereka akan bersetubuh dengan dua pria itu., Ini bukti bahwa zaman itu homoseks sudah begitu meluas dan sudah begitu merusak manusia. Lot menjawab mereka dengan mengatakan bahwa kedua anak perempuannya terpaksa akan diserahkannya pada orang-orang Sodom dan Gomora untuk melampiaskan nafsu mereka. Kedua anak Lot masih perawan. Di sinilah Lot berkompromi. Tetapi dalam keadaan demikian pun terbukti bahwa Lot masih mempunyai anak perempuan yang mempunyai pendidikan keluarga yang cukup baik. Lot bukan saja memiliki keluarga yang baik, Alkitab mengatakan bahwa Lot sangat sedih untuk dosa-dosa yang dia lihat di sekitarnya. Itulah titik puncak yang membuktikan bahwa Lot seorang yang benar. The holy man have a holy grieve for the morality corruption of the society. Pada waktu kita melihat kota tempat tinggal kita berbuat dosa, kejahatan makin berkembang. Dan orang-oprang makin menjauhi Tuhan, apakah hati kita tidak sedih? Apakah kita tidak peduli? Apakahkita tidak ikut menangisi? Jika kita melihat kawan kita yang tidak mau bekerja melainkan hanya berjudi, apakah kita tidak mendoakan mereka dan bersedih bagi mereka? Holy grieve! Grieve according tyo the will of God! Alkitab jelas mengatakan kepada kita akan dukacita menurut kehendak Allah. Kita masih melihat masyarakat yang moralitasnya semakin mundur. Kita susah mnelihat pemuda-pemudi yang tidak memiliki standar moral. Kesedihan semacam itu adalah kesedihan seturut kehendak Allah. Adalah di dalam hati Saudara suatu beban ketika Saudara melihat masyarakat dan pemuda-pemudi yang rusak? (d) Prihatin terhadap jiwa-jiwa yang belum diselamatkan. Kemanakah jiwa-jiwa manusia akan pergi? Jiwa-jiwa itu menuju sorga atau neraka? Menuju kepada bahagia yang kekal atau menuju kepada kegagalan yang tidak mungkin diperbaiki lagi? Pada waktu kita melihat bangsa kita yang masih berada di dalam dosa, apakah Saudara tidak mempunyai sesuatu perasaan prihatin kepada mereka? Paulus menulis: ”Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus bahwa aku sangat berduka cita dan selalu bersedih hati. Bahkan aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani.” (Roma 9:1-3). Jikalau mereka boleh diselamatkan, maka meskipun Paulus harus terpisah dari Kristus, ia rela. Paulus rela menerima kutukan. Paulus rela masuk neraka jika dengan jalan itu ia bisa menjadikan orang-orang yang dikasihinya menjadi orang Kristen yang masuk ke dalam sorga. Paulus rela dipisahlkan dari Kristus. Paulus rela dikutuk kalau itu mengakibatkan orang lain diselamatkan. Inilah satu dukacita yang luar biasa. Inilah satu kesedihan yang amat berharga. Justru jika tidak mempunyai kesedihan semacam demikian, kerohanian kita tidak pernah maju. Orang-orang yang dekat dengan kita tidak akan mendapatkan faedah apa pun. Untuk apa Saudara marah? Untuk apa Saudara menangis? Kita hanya menangis karena kurang cantik atau cepat menjadi tua. Kita menangis karena tidak ada uang. Kita sedih karena diejek orang lain. Tangisan dan kesedihan semacam itu tidak pernah dialirkan oleh Yesus Kristus. Jesus never cry for himself. Yesus tidak pernah menangisi keadaan diri-Nya yang susah. Paulus pun tidak. Nabi Yeremia disebut sebagai nabi yang penuh dengan air mata, namun tidak ada satu tetes air matanya yang dialirkan bagi dirinya sendiri. Yeremia mengalirkan air mata melihat bangsanya yang tidsak mengenal Tuhan. Dia mengalirkan air mata melihat orang-orang berdosa melawan hukum-hukum Tuhan. Yeremia menangisi orang lain. Demikian pula Yesus Kristus. Saya berharap Saudara juga demikian. II. SUKACITA SETURUT KEHENDAK ALLAH Dalam 1 Tesdalonika 5:16-18, dikatakan bahwa hidup yang penuh dengan doa, syukur dan sukacita adalahhidup yang dikehendaki oleh Tuhan. Tuhan tidak mau kita hidup di dalam kecemasan, kekuatiran ataupun kesedihan yang tidak ada habisnya. Hidup seperti itu adalah tanda dari hidup orang yang tidak mempunyai pengharapan. Tuhan mau agar kita selalu hidup dalam sukacita. (1) Beda antara Sukacita dan Kesenangan. Sukacita berbeda dsengan tertawa-tawa! Orang yang hanya tertawa-tawa, banyak yang menjadi penghuni rumah sakit jiwa. Sukacita bukanlah tertawa-tawa yang tidak keruan. Apakah arti hidup bersukacita? Hidup bersukacita adalah hidup yang mempunyai sikap positif. Emosi yang mengalahkan segala kesedihan secara faktual. Kita bukan malaikat. Kita adalah manusia. Kita hidup dalam dunia, belum sampai ke sorga. Menjadi orang Kristen akan benyak menghadapi kesulitan. Alkitab mengatakan bahwa menjadi orang Kristen adalah menjadi orang yang akan menghadapi banyak tantangan, kesulitan dan penganiayaan. Kita juga tidak terlepas dari kesulitan yang datang dari alam. Orang Kristen mungkin sakit keras, demikian juga orang yang bukan Kristen. Orang bukan Kristen mungkin mati dalam kecelakaan lalu lintas, orang Kristen juga mungkin mati dalam kecelakaan lalu lintas. Apakah karena kemungmkinan kesulitan yang timbul itu sama, lalu kita berpikir untuk tidak menjadi orang Kristen? Apakah hidup orang Kristen betul-betul sama dengan hidup orang bukan Kristen? Tidak! Sama sekali berbeda! Hidup kita di dalam dunia ini hanya beberapa puluhtahun. Tetapi kita mempunyai satu kemenangan di dalam, yang mengakibatkan satu sukacita. Sukacita kita bukan berasal dari luar diri, tetapi dari dalam! Yang dari luar adalah senang-senang, tetapi yang asalnya dari dalam adalah sukacita yang sebenarnya. Tidak masalah bagi kita untuk membedakan antara satu emosi kesenangan dan satu suklacita. Sukacita tidak terkurung, tidak terbatas dan tidak terpengaruh oleh segala kesulitan yang mengelilingi kita. Karena di dalam jiwa kita ada satu kemenangan berdasarkan pengharapan akan satu status yang baru. (2) Kaitan antara Sukacita dan Pengharapan. Orang yang mempunyai pengharapan, berbeda dengan orang yang tidak mempunyainya. Orang yang tidak berpengharapan hanya melihat kesulitan-kesulitan. Tetapi orang yang mempunyai pengharapan, melihat pertolongan yang melebihi segala kesulitan. Pengharapan menjadikan kita sebagai orang yang memiliki sukacita. Orang yang tidak mengerti hal ini menganggap bahwa sukacita diperoleh dengan mendapatkan rumah yang besar atau kedudukan yang tinggi. Kita tidakperlu iri kepada mereka yang kaya. Sebenarnya tidak ada yang perlu menjadikan kita iri terhadap orang lain. Orang menjadi senang jika dirinya menjadi kaya, tetapi orang menjadi susah jika dari kedudukan sebagai orang kaya, jatuh miskin. Sukacita tidak tergantung pada kekayaan atau kesuksesan ekonomi. Bahkan kadang-kadang keadaan serba berkecukupan dapat menjadi jerat bagi iman sehingga tidak bisa bertumbuh dengan sehat. (3) Sukacita, Doa dan Ucapan Syukur. Sukacita di dalam Kristus berlainan dengan sukacita mana pun. Kalau Saudara menjadi orang kaya, silahkan menikmati kekayaan itu menurut kehendak Tuhan. Jika Saudara miskin, jangan menambah kecemasan dan rongrongan dari perasaan iri hati kepada orang kaya. Kita bisa bersukacita di dalam Tuhan. Tetaplah berdoa! Doa adalah satu pengakuan akan keterbatasan manusia! Doa adalah satu pengakuan akan kedaulatan Allah. Doa adalah memasukkan kebebasan kita ke dalam pimpinan Tuhan Allah. Orang Kristen adalah orang yang bersyukur; orang Kristen adalah orang yang berdoa. Bersyukur, bisa dilihat oleh manusia. Berdoa, dilihat oleh Tuhan. Hal yang baik untuk kita lakukan adalah: Jika kita sedang susah, beritahukanlah itu kepada Tuhan. Jika kita sedang senang, beritahukanlah itu kepada orang lain. Susah harus kita tanggung sendiri, tetapi senang harus kita bagi-bagikan kepada orang lain. Orang rohani adalah oreang menanggung kesusahannya sendiri dan membagi-bagikan kesenangan kepada orang lain. Orang yang tidak rohani adalah orang yang mengambil seluruh kesenangan bagi dirinya saendiri dan membagi-bagikan susah kjepada orang lain. Kekuatan dan kelebihan untuk menanggung kesulitan dan salib yang berat serta tetap membagikan sukacita kepada orang lain harus kita pelajari. Adakah hidup kita mempunyai pengharapan? Berikanlah kepada orang lain. Orang yang selalu membangun sukacita dan pengharapan, tak mungkin akan kehabisan sukacita dalam hatinya. Jadilah orang yang penuh dengan sukacita dan syukur! Doa dan syukur memiliki perbedaan. Berdoa adalah meminta, tetapi bersyukur adalah berterima kasih. Sikap pesimis selalu menyertai seseorang yang meminta kepada orang lain, tetapi sikap optimis selalu menyertai orang yang berterima kasih kepada orang lain. Orang Kristen yang tahu berdoa tetapi tidak tahu bersyukur, belum genap menjalanklan kehendak Allah! Orang yang hanya tahu bersyukur tanpa tahu meminta, juga belum mengetahui sumber anugerah. Bersukacita, berdoa dan bersyukur adalah kehendak Allah bagi kita. Banyak hal yang tidak kita syukuri kepada Tuhan karena kita tidak pernah menghitungnya. Kita cenderung tidak menghitung dan mengabaikan semua kebaikan dari Tuhan. Tetapi jika Tuhan mengizinkan sedikit kesulitan diberikan kepada kita, kita langsung marah kepada-Nya. Itu sikap yang kurang ajar! Hidup bersyukur merupakan kehendak Allah bagi kita di dalam Kristus. Apakah kita mempunyai emosi yang anggun seperti ini? Apakah kita mempunyai cara bersukacita dan berdukacita yang sesuai dengan kehendak Tuhan? Kalau kita mau menjadi orang yang mencari kehendak Tuhan, biarlah Saudara berpikir seperti Tuhan berpikir. Berperasaan seperti Tuhan berperasaan. Saudara bersedih sesuai dengan kesedihan Allah. Bersukacita sesuai dengan sukacita Allah. Maka, Saudara adalah seorang yang betul-betul berada di dalam kehendak Allah. Hidup yang penuh dengan syukur dan sukacita, akan memberikan kekuatan. Janganlah mau dirongrong oleh kecemasan dan kekuatiran, tetapi hiduplah bersandar kepada Tuhan dan dengan sukacita menikmati apa yang sudah dijanjikan-Nya. BAB X : MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH KAUM PILIHAN. KEHENDAK ALLAH KAUM PILIHAN “Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku--.Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua.” (Ibrani 10:5-7,9) “Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” (1 Yohanes 2:17) Kehendak Allah harus dimengerti dengan satu dasar pengertian yang paling penting, yaitu: Allah kita adalah Allah yang berdaulat! Allah adalah Allah yang mempunyai kedaulatan yang tidak boleh diganggu gugat atau ditawar oleh manusia. Di antara orang Kristen, banyak yang ingin menemukan satu Allah yang mendengarkan dirinya. Betapa banyak orang Kristen yang menginginkan agar Allah menaati kehendaknya dan bukan dirinya yang menaati kehendak Allah. Itu bukanlah Kristen yang sejati! Segala sesuatu harus taat kepada kedaulatan Tuhan Allah. Pada waktu murid-murid Yesus bertanya kepada-Nya: “Tuhan ajarlah kami berdoa,” maka Kristus mengatakan: “Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang ada di sorga. Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.” (Matius 6:9-10; Lukas 11:1-2). (1) ALLAH ADALAH ALLAH YANG BERDAULAT Apakah Tuhan memberikan semua yang kita mau? Jika demikian, maka Tuhan bukanlah Tuhan atas kita, tetapi menjadi pembantu kita. Jika banyak doa Saudara yang tidak Tuhan kabulkan, karena hal itu memang perlu bagi Saudara. Sebab, kita seringkali berdoa dengan sembarangan. Namun jika semua doa kita dikabulkan, maka Tuhan tidak membuktikan diri-Nya adalah Tuhan, tetapi penyuap! Mampu membedakan antara doa yang berkenan kepada Tuhan dan doa yang berusaha menjadikan Tuihan sebagai pembantu, adalah ciri dari orang yang rohaninya baik. Sebaliknya, orang yang tidak dapat berbuat demikian adalah orang yang memiliki mata rohani yang buta dan telinga rohani yang tuli. Kiranya kita memiliki satu pengertian yang betul-betul dapat dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Siapakah Allah yang harus kita taati? Allah yang kita kenal melalui Yesus Kristus, itulah yang harus kita taati! Melalui karya dan teladan Kristus, kita mengenal Allah. Hanya di dalam Kristus ada keselamatan serta anugerah yang memberikan pengampunan dosa. Di dalam Kristus kita melihat tanda dan teladan dari satu-satunya manusia yang taat kepada Allah. Dan ini tidak diberikan oleh nabi-nabi yang lain. Pada waktu berada di taman Getsemani, Yesus Kristus telah menjadi teladan bagi manusia di segala zaman. Konklusi dari hidup Kristen adalah: “Bukan kehendak-Ku yang jadi, melainkan kehendak-Mulah yang jadi.” (Markus 14:36; Lukas 22:42). Jika kita mengakui kedaulatan Allah dan mengakui diri kita hanya sebagai salah satu ciptaan-Nya yang kecil dan yang seharusnya hidup di dalam ketaatan akan pengaturan tangan Allah, maka barulah kita mempunyai kemungkinan hidup sebagai orang Kristen yang mau menjalankan kehendak Allah. (2) KARYA DARI ALLAH YANG BERDAULAT Ada tiga karya Allah yang paling besar: 1. Allah yang sejati adalah Allah yang Mencipta (Creating God) 2. Allah yang sejati adsalah Allah yang Menebus (Reedeming God) 3. Allah yang sejati adalah Allah yang Mewahyukan Diri (Revelation God) Melalui karya Allah yang ketiga (memahyukan Diri), orang percaya mengetahui akan karya Allah yang pertama (Mencipta) dan kedua (Menebus). Jika Allah tidak menyatakan diri-Nya kepada kita, maka tidak ada seorang pun yang mengetahui tentang Allah yang mencipta dan menebus. Semua karya-karya Allah disampaikan kepada kita melalui nabi-nabi dan rasul-rasul yang digerakkan Roh Kudus. Apa yang kita terima, membawa kita kembali kepada rencana Allah. Alkitab berkata kepada kita bahwa Allah adalah Allah yang melakukan segala sesuatu menurut kehendak-Nya sendiri (Yesaya 46:9-11; Efesus 1:11). Tidak ada yang bisa mengganggu-gugat kehendak Allah atau bermain-main dengan kehendak Allah. Allah lebih besar dari segala sesuatu. John Calvin mengatakan: “Nothing is greater than the will of God, except God Himself” – tidak ada yang lebih besar dari kehendak Allah, kecuali Allah sendiri.” Kehendak Allah adalah rencana Allah yang bersifat lebih besar dari segala sesuatyu yang diciptakan. Itulah kehendak total yang harus berjalan, di sorga maupun di bumi. Kita harus menyerahkan kehendak kita ke dalam kehendak-Nya. Mati hidup kita ditentukan oleh Tuhan. Keberadaan kita ditentukan oleh Dia. Jika Allah tidak berkehendak untuk mencipta, maka tidak ada sesuatu pun akan menjadi ada. Jika Allah tidak berkehendak untuk menebus, maka tidak ada seorang pun yang bisa diselamatkan. Jika Allah tidak berkehendak untuk mengutus Kristus supaya mati bagi kita, maka tidak ada seorang pun yang bisa menjual Yesus ataupun menyalibkan Dia. (3) TINGKATAN DALAM KEHENDAK ALLAH YANG BERDAULAT (a) Rencana Allah. Rencana Allah adalah salah satu atribut Allah yang diberikan kepada manusia. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang bisa berencana. Berdagang perlu rencana, mengusahakan sesuatu perlu rencana, studi perlu rencana, mengerjakan satu hal yang bersifat membawa pengaruh memerlukan rencana. Rencana tidak pernah ada pada makhluk lain selain dari manusia. Manusia dicipta menurut peta teladan Allah. Allah adalah Allah yang berencana. Allah adalah Allah yang ber-ordo, berorganisasi. Allah adalah Allah yang ber-administrasi. Satu lembar daun yang kelihatan sederhana, mempunyai susunan sel yang begitu rumit, rapi dan sempurna. Allah kita bukanlah Allah yang sembarangan. Demikian pula setiap kita yang hari ini menikmati hidup di dalam keselamatan, harus mengingat bahwa keselamatan diri kita bukanlah di luar rencana Allah. Kalau kita mau mengerti kehendak Allah, maka seumur hidup kita harus baik-baik mempelajari akan rencana Allah. Baik itu rencana Allah bagi alam semesta, bagi sejarah, bagi diri kita pribadi maupun bagi negara kita. Kita akan menjadi orang yang lebih beres dalam pemikiran maupun dalam tingkah-laku, jika kita mengerti, menangkap dan taat akan semua rencana, prinsip dan cara Allah bekerja. Alangkah indahnya jika seseorang hidup taat memenuhi rencana Allah dan alangkah celakanya jika seseorang hidup di luar ketaatan kepada rencana Allah. Orang yang memiliki paham deisme mengajarkan bahwa setelah Allah menciptakan segala sesuatu, maka Allah membiarkan dunia berjalan sendiri tanpa kontrol-Nya. Deisme bukanlah ajaran Kristen. Herbert of Charbury adalah orang yang mencetuskan paham deisme, lalu diterima oleh orang-orang Encyclopaedic School of Philosophy di Perancis seperti Voltaire. Dalam abad-abad Pencerahan (abad 17-18), orang-orang di Jerman juga menerima paham Deisme. Deisme antara lain mengajukan pemikiran demikian: Jika Allah mencintai dunia, mengapa dunia penuh dengan orang-orang sengsara? Jika Allah peduli akan dunia, mengapa di dalam dunia ada banyak kemalangan? Orang-orang Kristen tidak boleh mengikuti arus dunia yang tidak mengenal Allah yang sejati (1 Korintus 1:20-21). Dalam perjalanan menuju ajal kita, kita harus berhenti dan merenungkan serta bersikap bijaksana, yaitu menantikan jawaban Tuhan dan tidak bertindak teledor sehingga jatuh ke dalam tangan setan. Kita menolak deisme, karena deisme tidak pernah memberikan jawaban atas kehidupan manusia. Apakah ada orang tua yang tidak merencanakan hal-hal yang baik bagi anaknya? Orang Kristen harus mengerti bahwa Bapa kita di sorga, mempunyai rencana yang baik bagi kita (Roma 8:28). Hendaklah kebebasan remaja dan pemuda-pemudi tidak menjadi liar, yaitu di luar ketaatan kjepada rencana Allah. Janganlah mencari hari depan di luar kehendak Allah. Berdoalah baik-baik, memohon agar hidup Saudara sesuai dengan rencana Allah. Allah mempunyai rencana, dan rencana Allah mempunyai prinsip-prinsip. Prinsip-prinsip dari rencana Allah harus kita pelajari hanya dari Kitab Suci, bukan dari pengalaman atau dari perasan sendiri. Orang-orang yang menjunjung tinggi pengalaman dan perasaannya, dan orang-orang yang mengidolakan rasio dan analisanya, akan menjadikan dirinya sebagai orang-orang yang melawan kehendak Allah. Jika perasaan kita, tidak sesuai dengan Alkitab, biarlah kita membuang perasaan itu. Jika pengalaman kita yang indah tidak sesuai dengan Alkitan, bukan Alkitab yang mesti dibuang, tetapi penghalaman kita yang indah itulah yang mesti dibuang. Jika penganalisaan kita melawan Alkitab, maka penganalisaan kita yang perlu dibuang, bukan kebenaran Alkitab. (b) Pengaturan Allah. Dalam Yunus 1:17 dikatakan: “Maka atas penentuanTUHAN datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya.” Selain merencanakan, Allah juga menginginkan agar rencana-Nya berhasil atau digenapi. Allah mengatur dan memimpin. Dengan mengatur, Allah memberikan satu hal yang bersifat obyektif kepada manusia. Dengan memimpin, Allah memberikan satu hal yang subyektif kepada kita. Dalam terjemahan Indonesia, pengaturan Allah diterjemahkan sebagai penentuan Allah (misalnya Yunus 1:17; 4:6). Waktu mau menjalankan kehendak Tuhan, kadang-kadang kita sulit mengetahuinya. Rencana Allah bersifat statis, tetapi pengaturan Tuhan bersifat dinamis dan memimpin kita untuk masuk ke dalam rencana Allah yang statis ini. Pengaturan Allah kadang-kadang sesuai dengan keinginan kita, tetapi kadang-kadang pengaturan Tuhan justru sama sekali berlawanan dengan keinginan kita. Jangan lupa bahwa manusia adalah satu-satunya ciptaan yang mempunyai kehendak. Kehendak manusia jauh lebih kecil daripada kehendak Allah (yang menciptakan kehendak di dalam hati manusia). Jika kita memang betul-betul mencintai Tuhan dan taat di bawah kedaulatan-Nya, maka kelak kita akan mengerti, bahwa pengaturan Tuhan tidak pernah merugikan kita! Pengaturan Tuhan membawa kita kepada keindahan yang akan kita temukan di dalam rencana Allah. Kadang kita tidak mengerti akan segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini. Entah itu berupa pengalaman yang kurang berkenan kepada kita ataupun keadaan yang menjadiklan kita tidak puas. Hal ini menjadikan diri kita dipenuhi dengan pertanyaan: Mengapa? Sebenarnya pertanyaan seperti itu timbul dari hati kita, karena kita tidak bisa melihat seluruh pengaturan Tuhan. Tuhan Yesus berkata: “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.” (Yohanes 13:7). Bahkan orang-orang yang begitu dekat dengan Tuhan sekalipun, pada satu saat pernah mengalami bahwa mereka tidak tahu jalan akan kehendak Tuhan. Jika kita berkata: “Aku tidak tahu kehendak-Mu, Tuhan,” maka ini adalah sesuatu yang normal. Tetapi jika seseorang selalu berkata: “Inilah kehendak Tuhan,” dan mengungkapkan dirinya sebagai orang yang mengetahui seluruh kehendak Tuhan, maka orang itu pasti tidak benar. Justru murid-murid yang paling dekat dengan Yesus Kristus, dibiarkan-Nya sementara untuk tidak tahu dengan jelas tentang kehendak Tuhan. Apakah dalam pengaturan Tuhan ada kemungkinan salah? Tidak! Pengaturan Tuhan jauh lebih indah dari apa yang kita rencanakan. Allah yang mempunytai rencana adalah Allah yang mengatur segala sesuatu sehingga akhirnya rencana-Nya itu akan tergenapi. Barangsiapa yang taat, takut dan sungguh-sungguh setia kepada Tuhan, tidak mungkin akan dirugikan oleh-Nya. Orang yang melarikan diri dari pengaturan Tuhan adalah orangyang paling celaka. Orang yang menganggap dirinya lebih pintar dari Tuhan, lalu mencari jalan dan mencari akal untuk melarikan diri dari campur tangan Tuhan dalam kehidupannya, orang sedemikian akan menerima bahaya yang besar. Janganlah berusaha melarikan diri dari pengaturan Tuhan. (c) Pimpinan Allah. Dalam Roma 8:14-16 dikatakan: “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.” Ada kesaksian yang bersifat ganda di sini. Roh kita yang sudah diselamatkan dan diperanakkan pula, bersaksi bahwa kita adalah anak Allah. Tetapi ini saja tidak cukup. Roh Allah yang berada di dalam diri kita juga membuktikan dan memberikan kesaksian bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Untuk apa Allah memberikan Roh-Nya kepada kita? Bukan supaya hidup kita menjadi aneh, bukan pula menjadi congkak, menganggap dirinya lebih rohani dari pada oranglain, tetapi supaya roh manusia dipimpin! Religion controls personality, tribulation trials personality, and Holy Spirit guides personality. Agama memberikan peraturan-peraturan yang mengikat dan menakutkan manusia. Dalam agama, ada semacam kuasa pengontrolan atas pribadi manusia. Tidak-tanduk manusia dikontrol oleh agama. Ini dinyatakan pada waktu seseorang tidak makan makanan tertentu, bersujud karena takut dimurkai, dsbnya. Itulah kontrol agama. Allah mengirim Anak-Nya bukan untuk membangun satu agama baru. Allah mengirim Kristus untuk menggenapi rencana keselamatan. Sebagai karya kedua dari tiga karya-Nya yang paling besar, Kristus datang untuk menggenapi Taurat (Matius 5:17); menggenapi rencana keselamatan dari Allah (Yohanes 3:16), dan menggenapi cara Allah menebus manusia (Imamat 17:11; Matius 26:28; Ibrani 9:22; Wahyu 5:9). Jika agama mengontrol dan membuat manusia menjadi makhluk yang takut kepada Tuhannya, maka Roh Kudus justru memimpin manusia, sehingga manusia mengetahui bagaimana berjalan menurut kehendak Allah. Seorang raja pada masa Tiongkok kuno, memberikan mandat kepada seorang pembesarnya untukmencari cara penanggulangan banjir yang sering melanda daratan Tiongkok secara besar-besaran. Setelah menerima mandat itu, sang pembesar tersebut memerintahkan bawahannya untuk menggerakkan kaum buruh, membangun tanggul-tanggul raksasa. Maka tanggul-tanggul tersebut mulai menampung banjir. Namun lama-kelamaan air semakin meluap dan tanggul-tanggul tersebut tidak mampu menahan banjir. Akhirnya tanggul-tanggul jebol dan rakyat banyak yang menjadi korban. Pembesar itu pun kemudian menjalani hukuman penggal. Sang raja kemudian juga memberikan mandat kepada anak sang pembesar untuk menyelesaikan tugas dari ayahnya. Anak sang pembesar itu mulai berpikir keras dan menganalisa kesalahan yang telah dilakukan ayahnya. Setelah menganalisa, maka dia menemukan cara yang lebihbaik daripada membuat tanggul, yaitu dengan membuat saluran-saluran air atau got-got yang panjang, yang menyalurkan air hujan ke laut. Banjir yang datang, ditanggulangi dengan menyalurkannya ke dalam selokan-selokan, dan selokan-selokan menyalurkan air banjir menuju ke laut. Seperti itulah cara Roh Kudus bekerja. Apakah gunanya kita menakut-nakuti pemuda-pemudi kita dengan segala batasan agama, segala peraturan yang mengikat ataupun dengan segala ancaman (bagaikan tanggul yangmenahan banjir)? Bukankah seharusnya kita menyalurklan dan memimpin mereka supaya potensi dan kekuatan mereka disalurkan dengan baik (seperti banjir yang disalurkan lewat selokan menuju ke laut)? Bukankah kita seharusnya mengarahkan pemuda-pemudi di dalam arus, wadah dan tempat yang baik, dan dalam kemungkinan di mana mereka dapat mengekspos talenta-talenta yang ada di dalam pimpinan yang baik? Bukankah dengan demikian pemuda-pemudi kita akan menjadi orang-orang yang indah luar biasa? Itulah perbedaan antara agama dan karya Roh Kudus. Agama mengontrol satu karakter. Roh Kudus membimbing satu karakter. Tuhan tidak berkata kepada orang cerewet yang bertobat untuk menjahit mulutnya. Tuhan tidak memerintahkan orang bertobat yang sifatnya keras menjadi lunak. Pendeknya, Tuhan tidak mengubah kepribadian dari orang orang yang bertobat, tetapi memimpinnya pada jalur yang benar, jalur yang Dia kehendaki. Orang yang sebelum bertobat adalah orang yang cerewet, sesudah bertobat pun silahkan cerewet. Hanya, jika sebelum bertobat orang itu cerewet memaki-maki orang lain, maka sekarang setelah bertobat, orang itu cerewet untuk mengabarkan Injil kepada orang lain. Masa sekarang ini justru adalah masa di mana gereja kekurangan orang cerewet yang mengabarkan Injil. Jika semua orang di gereja adalah orang pendiam, lalu siapakah yang akan mengabarkan tentang Kristus? Orang cerewet yang dipimpin Roh Kudus akan cerewet untuk mengatakan hal-hal yang bersifat membangun orang lain. Jika sebelum bertobat, seseorang memiliki sifat yang keras, maka setelah menjadi Kristen sifat tersebut tidak harus diubah menjadi lunak. Namun ada perbedaan antara sifat keras yang dulu dengan sifat keras yang sekarang. Jika dulu keras tidak menurut kepada panggilan Tuhan, kini keras tidak mengikuti panggilan setan. Roh Kudus memimpin temperamen atau karakter dan segala sesuatu yang ada pada diri kita menuju kepada arah yang benar. Dengan demikian, potensi diri kita disalurkan dengan baik. Pimpinan Roh Kudus membawa kita ke dalam kehendak Allah. The guidance of Holy Spirit is to bring us into the richness of the understanding and obedience of the will of God. Kehendak Allah dan Pimpinan Roh Kudus adalah dua hal yang berbeda: (1) Pimpinan Roh Kudus bersangkut paut dengan pribadi seseorang, sedangkan kehendak Allah adalah hal yang global. Pimpinan Roh Kudus bersifat personal, kehendak Allah bersifat universal; (2) Kehendak Allah itu ada dari kekal sampai kekal, sedangkan pimpinan Roh Kudus ada di dalam wadah sejarah yang bersifat dibatasi oleh waktu; (3) Kehendak Alah bersifat mutlak, pimpinan Roh Kudus bersifat relatif. Pimpinan Roh Kudus membawa individu yang berada di dalam satu waktu yang sementara, kembali kepada rencana Allah yang global, mutlak dan kekal. Dengan demikian, individu atau orang yang dipimpin oleh Roh Kudus, menjalankan kehendak Allah. Kehendak Allah tidak bisa berubah dan Roh Kudus memimpin arah hidup kita menuju kehendak Allah yang tidak berubah itu. Inilah kaitan antara pimpinan Roh Kudus dan kehendak Allah. Kita dapat mengambil dua contoh: 1). Kehendak Allah: supaya setiap orang hidup suci. Pimpinan Roh Kudus : memimpin seseorang untuk menikah atau tidak. Kehendak Allah adalah supaya semua (global) orang hidup suci. Tetapi, kadang-kadang Tuhan memimpin seseorang (personal) untuk tidak menikah. Dan herannya, kadang-kadang orang-orang yang tidak menikah itu lebih cantik daripada orang yang menikah. Kita harus tahu bagaimana Tuhan memimpin hidup kita. Tidak berarti bahwa semua orang dipimpin untuk menikah. Terhadap semacam orang, lebih baik bagi dia untuk tidak menikah. Tetapi, terhadap orang lain, lebih baik baginya untuk menikah. John Wesley, pendiri aliran Metodis, menikah pada usia 45 tahun. Ia menulis dalam buku hariannya demikian: “Saya selalu menganggap bahwa cara melayani Tuhan yang paling baik adalah dengan tidak menikah. Pikiran itu berhenti pada hari ini. Hari ini saya menikah.” Jadi, setelah mencari pimpinan Tuhan, John Wesley sadar bahwa dia harus menikah. Sayangnya, istrinya itu seorang yang luar biasa galaknya. Pernah dikatakan bahwa John Weley cekcok dengan istrinya lalu ia keluar dari rumahnya. Baru sampai di depan rumahnya, ketika John Wesley sedang menunggu kereta kuda, ia disiram seember air oleh istrinya. John Wesley dipakai Tuhan secara luar biasa, dan ia mendirikan gereja Metodis, tetapi dalam hidup pernikahannya, ia tidak sukses. Bagaimana pun hebatnya seseorang, kadang-kadang orang itu tidak sukses dalam hal-hal tertentu. Di dalam pimpinan Tuhan, kita harus mengetahui apakah kita sungguh-sungguh taat. 2). Kehendak Allah: kabarkanlah Injil ke seluruh dunia. Pimpinan Roh Kudus: memimpin orang mengabarkan Injil melalui profesi sebagai pendeta, penginjil, pengajar, awam, dsbnya. Setiap orang Kristen harus menjadi saksi, mengabarkan Injil dan hidup berbuah, sehingga orang lain menjadi Kristen melalui kesaksian kita. Tetapi tidak setiap orangKristen dipimpin menjadi pendeta. Ada yang dipimpin menjadi seorang ibu rumah tangga biasa, namun hidupnya banyak membawa orang kembali kepada Tuhan. Kehendak Allah agar Injil dikabarkan, sedang dijalankan melalui pimpinan Roh Kudus atas seseorang. Orang tersebut tidak selalu dipimpin menjadi penginjil atau pendeta. Banyak orang yang menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan, tetapi tidak semua dipimpin untuk menjadi pendeta. Pimpinan untuk pribadi-pribadi bersifat relatif dan berbeda pada masing-masing orang, tetapi semua dipimpin menuju pada kehendak yang sama, yaitu kehendak Allah untuk mengabarkan Injil. Kita harus peka dan taat akan pimpinan Tuhan, karena Tuhan pasti memiliki pimpinan khusus bagi diri kita pribadi. Pengaturan Allah lebih bersifat eksternal dan obyektif, tetapi pimpinan Roh Kudus lebih bersifat personal dan subyektif. Diri kita akan tahu bagaimana Tuhan memimpin, jika kita taat kepada firman-Nya. (d) Izin Allah. Kadang-kadang apa yang Allah perbolehkan bagi kita, bukanlah kehendak-Nya yang paling indah. Jika seorang anak menolak orang tuanya yang menginginkan dia untuk duduk di universitas yang terbaik, maka anak tersebut menolak untuk memperoleh yang terbaik. Mungkin orang tuanya mengizinkan sang anak untuk menolak dan memilih kehendaknya sendiri, tetapi apa yang anak itu kehendaki adalah apa yang bukan dikehendaki oleh orang tuanya sejak semula. Waktu Allah memperbolehkan Saudara hidup dalam keadaan seperti ini, mungkin Saudara sedang hidup di dalam tingkatan yang kedua. Artinya tidak mendapatkan kehendak Allah yang utama, melainkan hanya mendapatkan izin dari Allah untuk berbuat sesuatu. Hidup demikian tidak akan menghasilkan keindahan dan tidak akan mencapai hasil yang sepenuhnya dari segala potensi yang ada dalam diri. Apakah kita sudah mencapai apa yang direncanakan oleh Tuhan? Adakah rencana Allah yang belum kita taati? Apakah kita tahu berapa besar potensi kita dalam menjalankan rencana Allah? Sampai di mana potensi itu dapat berkembang? Kiranya kita menerapkan segala yang sudah kita terima dengan setia. Bilangan 22:12, 20 mengatakan: “Lalu berfirmanlah Allah kepada Bileam: "Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati..... Datanglah Allah kepada Bileam pada waktu malam serta berfirman kepadanya: "Jikalau orang-orang itu memang sudah datang untuk memanggil engkau, bangunlah, pergilah bersama-sama dengan mereka, tetapi hanya apa yang akan Kufirmankan kepadamu harus kaulakukan." Kita melihat seolah-olah Tuhan berubah sikap. Bukankah pada mulanya Tuhan berkata kepada Bileam untuk tidak pergi bersama pesuruh-pesuruh Balak? Bukankah pada akhirnya Tuhan mengizinkan Bileam untuk pergi? Apakah di dalam satu hari saja Allah sudah berubah? Tidak! Allah melihat bahwa Bileam yang tidak taat kepada pimpinan-Nya memerlukan kelonggaran. Dan Allah memberi izin kepada Bileam! Jangan menganggap bahwa segala keinginan kita yang Tuhan penuhi pasti merupakan kebahagiaan! Mungkin itu justru satu kebahayaan. Jika Tuhan mengabulkan keinginan kita, jangan selalu mengira bahwa itu betul. Kalau Tuhan memberikan apa saja yang kita kehendaki atau inginkan, mungkin berarti Tuhan menurunkan kita dari rencana yang asli menuju pada satu hidup yang lebih rendah. Bileam ingin sekali mengutuk Israel, sebab kalau ia berani mengutuk Israel ia akan mendapatkan emas yang banyak sekali untuk memenuhi rumahnya. Bileam mau menjual jabatan demi uang, ia mau menjual imannya demi keuntungan pribadi. Allah akhirnya memperbolehkan, dan setelah Allah memperbolehkan, yang terjadi adalah Bileam menjadi orang yang dikutuk oleh Tuhan. Kutukan itu kembali kepadanya. Jangan main-main! Kalau ada orang sakit yang dilarang makan segala sesuatu, tetapi pada suatu hari dokter memperbolehkan orang itu makan segala yang ia mau, maka artinya orang itu sudah tidak ada pengharapan lagi! Saat semua diperbolehkan, justru itulah yang bahaya. Inilah yang terjadi dengan Kekristenan sekarang. Banyak pendeta yang mengajarkan agar Tuhan taat pada perintah mereka. Ini adalah doa yang kurang ajar. Dengan hati yang berat, saya harus menjadi pendeta yangmelawan arus dewasa ini. Saya tidak peduli siapa pun Saudara. Jika ajaran Saudara melawan Alkitab, saya akan menentang. Alkitab tidak mengajarkan agar kita berdoa menurut segala keinginan kita lalu Allah akan mengabulkan segala yang kita inginkan. Alkitab mengajarkan kalau kita berdoa, kita harus memulai dengan: ”Dipermuliakanlah nama-Mu”. Kalimat ini harus diletakkan paling depan dalam doa kita. Sebab, kalimat ini mengajarkan kepada kita bahwa orang yang berdoa dalam nama Tuhan Yesus harus memulikan nama Tuhan yang suci itu terlebih dahulu, lalu minta agar kehendak Tuhan yang jadi di bumi seperti di sorga. Bukan sebaliknya, supaya sorga dipaksa menjalankan kehendak orang yang ada di bumi. Saya pernah mengatakan bahwa Cho Yonggi meracuni Kekristenan dan banyak orang yang tidak setuju dengan apa yang saya katakan. Mengapa saya mengatakan kalimat itu? Cho Yonggi mengajar orang agar berdoa menurut kehendak sendiri dan memaksa Tuhan melakukan kehendak manusia. Itu tidak benar! Manusia tidak boleh memaksa Allah menyesuaikan kehendak manusia. Manusia harus berdoa seperti Kristus, setelah selesai berdoa mengatakan, “Bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mu yang jadi.” Apa gunanya Allah mengizinkan atau mengabulkan permintaan kita, tetapi akhirnya membiarkan kita berada dalam kutukan dan tidak memberikan kita berbagian dalam rencana Allah? Jika seorang ayah mengiznkan anaknya melakukan segala sesuatu yang tidak baik, yang ingin dilakukan oleh anaknya, artinya ayah ini sudah terlalu kecewa dengan anaknya. Kita tidak boleh menjadi anak-anak yang mengecewakan Tuhan. Jangan menjadi orang yang dibuang oleh Tuhan. Biarlah kita senantiasa ada dalam satu kategori yang paling tinggi yaitu rencana Allah berlaku atas diri kita. Saya mengajak kita semua kembali kepada Tuhan, Sang Pencipta, dan taat pada kehendak Tuhan. New Age Movement sedang melanda dunia. Zaman dulu disebut zaman belakang, lalu zaman modern, kemudian zaman post-modern, dan sekarang New Age (Zaman Baru). New Age Movement kalau sudah datang, maka manusia akan menganggap dirinya sendiri allah. Kalau manusia adalah allah, maka ada satu kekuatan tak terbatas yang luar biasa yang terpendam dalam dirinya, sebagai satu potensi perkembangan yang tidak terbatas. Inilah yang sekarang menyusup di dalam Kekristenan melalui Norman Vincent Peale, Robert Schuller, dan Cho Yonggi, yang mana hal ini tidak disadari oleh orang Krsiten. Yang namanya Kekristenan sekarang banyak yang mengandung unsur-unsur di mana Allah dipaksa untuk menaati kehendak dan keinginan manusia. Itu bukan Kekristenan yang asli, bukan iman yang sesungguhnya. Itu adalah iman yang melawan Alkitab. Apa yang dikatakan Alkitab sering dianggap tidak penting oleh manusia dan apa yang diinginkan dirinya sendiri itulah yang dianggap penting. Pada waktu buku “Dimensi Ke Empat”, yang ditulis oleh Cho Yonggi beredar, saya melihat satu bahaya yang besar. Cho Yonggi mengatakan ada dua cara mengenal Firman Tuhan, yaitu Logos Theon dan Rhema Theon. Logos Theon adalah Firman Tuhan dalam Kitab Suci, tetapi Firman ini statis. Sedangkan Rhema Theon adalah Allah berbicara dengan dua versi. Versi pertama adalah yang dicatat di dalam Alkitab, tetapi itu sudah kuno. Versi kedua adalah Allah berbicara langsung kepada kita pada hari ini. Rhema Theon mau mengganti Kitab Suci. Padahal kata Rhema Theon tidak seperti itu artinya. Apa akibatnya? Akibatnya adalah mendualismekan perkataan Allah, sehingga yang dibicarakan Allah langsung kepada kita bisa lebih dinamis, lebih langsung dan lebih vital? Tidak heran banyak gereja yang mengaku memiliki Roh Kudus justru adalah gereja yang tidak pernah menafsirkan Alkitab dengan baik. Tidak heran jika gereja-gereja yang membanggakan diri memiliki Roh Kudus yang luar biasa, justru adalah orang yang tidak pernah mendirikan Sekolah Teologi dan tidak pernah menafsir Alkitab secara benar. Mengapa Stephen Tong sekarang tidak mau diundang ke sana ke mari? Sebab saya tidak mau mencampurkan diri dengan mereka yang tidak bertanggung jawab lalu dianggap semua sama. Tidak sama! Saya mempunyai tugas membawa zaman ini kembali kepada Firman dengan tafsiran yang ketat. Saya tidak boleh sembarangan menghina kedudukan saya ini. Kalau Saudara tidak setuju, silahkan pergi. Kalau tinggal saya seorang diri pun saya akan tetap meneriakkan hal yang sama. Hanya orang-orang yang tidak mau belajar Alkitab dengan baik yang sekarang menjadi pengkhotbah yang paling laku dengan pendengar yang banyak sekali. Lalu orang-orang menganggap pengkhotbah seperti itu sebagai dewa, sebab pendengarnya banyak. Saya berkata, inilah kecelakaan zaman ini! Karena itu, tidak heran kalau di Jakarta ada begitu banyak pendeta mengimpor ajaran palsu dari Amerika bahwa Tuhan Yesus akan datang bulan Oktrober 1992. Sekarang telah terbukti bahwa Tuhan Yesus tidak datang pada bulan Oktober. Ini membuktikan bahwa mereka adalah nabi-nabi palsu. Kalau kita hanya melihat gejala dan menganggap semuanya itu membawa orang-orang menjadi Kristen, maka kita keliru. Di dalam kitab Ulangan dikatakan bahwa nabi-nabi palsu mengatakan sesuatu yang tidak terjadi. Kalau nabi palsu itu mengatakan sesuatu dan tidak terjadi, maka mereka harus dilempari batu sampai mati. Karena kita terlalu toleransi dan tidak mencintai Tuhan dengan sesungguhnya lalu kita menerima ajaran orang dengan sembarangan saja, asal ramai, asal gereja banyak orang. Itu bukan kehendak Tuhan. Kita perlu kembali dengan jujur dan setia kepada Tuhan. Kalau Allah memperbolehkan segala sesuatu terjadi menurut kemauan kita sendiri, jangan merasa senang. Kalau Allah memperbolehkan kita sehingga kita bisa mendapat semua yang kita mau, ini adalah satu awal dari bahaya yang sangat besar. Bukan saja diri kita sendiri, tetapi bahaya bagi semua orang. (e) Allah membiarkan. Orang yang dibiarkan oleh Allah akhirnya akan dibuang dan dihukum olerh Allah sampai binasa! Kita membaca istilah ini di sebutkan tiga kali dalam Alkitab yaitu dalam Roma 1:26,28. Allah menyerahkan mereka artinya Allah membiarkan mereka sebebas-bebasnya berbuat dosa. Pada waktu seseorang dibiarkan oleh Allah mereka malah merasa diri mendapat kebebasan yang paling mutlak sehingga tidak ada gangguan lagi. Kecelakaan yang terbesar adalah orang yang mengklaim otonomi yang mutlak dan menganggap Allah tidak ada, sebab ia bisa berbuat dosa semaunya sendiri tanpa Allah bertindak atau menghukum. Justru di sinilah terbukti bahwa mereka sedang menuju kepada kebinasaan yang tidak dapat diperbaiki kembali. Pada saat tangan Tuhan ada atas diri kita, justru di situ ada pimpinan Tuhan yang tidak membiarkan kita berjalan di dalam kesesatan. Kisah Para Rasul 16:6,8 menunjukkan kepada kita bahwa ketika orang menjalankan kehendak Tuhan, kadang-kadang Tuhan merintangi atau menghambat. Di sini kita melihat bahwa Tuhan membiarkan yang binasa tetap binasa. Kita juga melihat prinsip yang sangat penting dalam Alkitab. Kalau kita mau menjalankan kehendak Tuhan, kadang-kadang makin kita taat pada Tuhan, ada rintangan yang berasal dari Tuhan sendiri. Kalau demikian yang terjadi, biarlah kita bersyukur kepada Tuhan, sebab itulah cara Tuhan menyatakan maksud-Nya yang lain. Mengapa ketika Paulus mau berkhotbah di Frigia justru dihalangi oleh Roh Kudus? Karena Frigia adalah tempat yang disediakan untuk Petrus, bukan untuk Paulus. Kalau Paulus ada di Frigia, maka orang di Athena tidak bisa mendengar Injil. Orang Athena tidak akan mudah menerima Tuhan, kecuali kalau Paulus yang pergi. Sebab Petrus kurang mengerti latar belakang permasalahan filsafat Yunani. Demikian juga dalam hal mengerti pimpinan Tuhan, setiap orang Kristen harus memiliki kepekaan dan ketaatan kepada Tuhan, supaya pimpinan dan rencana Tuhan semuanya terkait menjadi tenunan yang indah sampai kehendak Allah bagi tiap pribadi itu terjadi. Jangan menangis pada saat ditinggalkan pacar, sebab Tuhan akan menyediakan yang lebih baik. Jangan sedih kalau rencana kita tidak terjadi, sebab Tuhan mempunyai rencana yang lebih tinggi dari rencana kita sendiri. Jangan takut kalau ada hambatan yang terjadi, sebab Tuhan sedang menggarap agar kita tidak menjadi anak liar yang “sebebas-bebasnya”. Segala sesuatu di mana Tuhan campur tangan menjadi sesuatu yang indah, yang untuk sementara kita tidak mengerti, tetapi Tuhan tidak mungkin salah. Tuhan akan menggenapi rencana-Nya bagi kita. BAB XI : MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH KAUM PILIHAN. LANGKAH-LANGKAH MENCARI KEHENDAK ALLAH KAUM PILIHAN “Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu.” (1 Yohanes 3:19-20) “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.” (Kolose 3:15) “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.” (1 Korintus 6:12) Terjemahan lain: “Saya boleh berbuat segala sesuatu, karena tidak ada larangan bagiku untuk berbuat segala sesuatu, tetapi bukan berarti segala sesuatu yang saya perbuat ada faedahnya bagiku. Waktu saya mengerjakan sesuatu, saya tidak boleh diikat oleh apa yang saya perbuat.” "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain. Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. (1 Korintus 10:23-24, 31) “Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri.” (Yohanes 7:17) Terjemahan lain : “Barangsiapa yang berkehendak untuk menjalankan kehendak Allah, pasti ia mengakui ajaran-Ku uini berasal dari Bapa, bukan dari diri-Ku sendiri.” Alkitab berkata kepada kita bahwa ada orang yang akan binasa beserta dengan dunia yang penuh dengan nafsu. Tetapi, ada orang-orang yang akan tetap hidup kekal di hadapan Tuhan karena menjalankan kehendak Allah. Yesus Kristus berkata bahwa suatu hari akan datang orang-orang yang berkata, “Tuhan bukankah kami sudah melakukan mujizat demi nama-Mu, menyembuhkan orang lain demi nama-Mu, mengusir setan demi nama-Mu?” Yesus akan menjawab, “Pergilah engkau, karena Aku belum pernah mengenal kamu.” (Matius 7:22,23). Maka, jangan menganggap bahwa mereka yang menyebut Tuhan pasti masuk ke dalam kerajaan Allah. Hanya mereka yang menjalankan kehendak Allah yang akan masuk ke dalam kerajaan Allah. Ayat-ayat ini sangat membuat kita gentar. Siapakah orang Kristen yang sejati itu? Banyak orang yang menggunakan nama Yesus untuk melakukan mujizat menyembuhkan orang lain, sepertinya Roh Kudus bekerja, tetapi hidup mereka tidak mengenal Allah, sehingga Allah harus mengatakan, “Aku belum pernah mengenal engkau.” Kalau perkataan itu keluar dari mulut seorang hamba Tuhan, ia akan dianggap terlalu keras. Tetapi, jikalau perkataan itu keluar dari mulut Yesus Kristus, maka tidak ada tempat untuk naik banding lagi. Tuhan Yesus begitu jelas mengajarkan kepada kita untuk menjalankan kehendak Allah lebih baik daripada memiliki karunia dan talenta dan memakai nama-Nya di dalam melakukan pelayanan. (1) TIDAK ADA JALAN PINTAS UNTUK MENGENAL KEHENDAK ALLAH. Siapa yang bisa mengenal kehendak Allah? Mungkinkah manusia mengenal kehendak Allah? Dengan cara bagaimana manusia mengenal kehendak Allah? Kita akan masuk ke dalam uraian yang lebih praktis dan pragmatis. Tetapi, pada zaman yang serba pragmatis ini, justru membuat manusia lebih sulit untuk mengenal kehendak Allah. Kita tidak ingin belajar tata bahasa, tetapi ingin dapat berbicara dalam bahasa Inggris dengan baik. Kita tidak mau belajar teori musik dan vokal, tetapi ingin masuk televisi. Kita tidak mau belajar hal-hal yang penting dari Tuhan, tetapi ingin langsung menjadi hamba Tuhan yang menonjol. Itu adalah jalan pintas, dan jalan pintas ini adalah hal yang melawan kehendak Allah. Tidak ada jalan yang pendek. Yang ada adalah menurut jalan yang sudah ditetapkan dalam prinsip-prinsip Alkitab! Jika Allah mau memakai jalan pendek, mudah sekali Ia menyelamatkan kita. Kuasa-Nya terlalu besar. Tetapi tidak ada jalan pintas dalam rencana Allah. Ia harus mengutus Tuhan Yesus masuk ke dalam dunia melalui proses dilahirkan oleh anak dara, menjadi bayi, dibesarkan lewat makanan, menjadi dewasa, dan menyerahkan tubuh-Nya untuk disalib. Saya tidak mau langsung masuk ke dalam hal praktis, oleh karena saya mau mempersiapkan zaman ini menjadi generasi yang bertanggung jawab, yang belajar baik-baik di hadapan Tuhan. Itu panggilan yang tidak boleh saya tolak. Gereja didirikan bukan untuk hura-hura, tetapi mempersiapkan generasi yang memiliki prinsip yang ketat dan konsisten terhadap Firman Tuhan. Mungkinkah kita mengenal kehendak Allah? Manusia mungkin mengenal kehendak Allah! Jika manusia menganggap tidak mungkin mengenal kehendak Allah, itu berarti kita sudah menerima pandangan yang salah dari filsafat Skeptisisme dan Agnostisisme yang mengatakan bahwa manusia tidak mungkin mengenal realitas yang terakhir. Itu bukan ajaran Kristen! Jikalau manusia tidak mungkin mengenal kehendak Allah, maka Allah tidak perlu mewahyukan Alkitab kepada kita. Allah tidak perlu susah payah melewati 1600 tahun dengan 40 orang nabi dan rasul mencatatkan kehendak-Nya bagi kita masing-masing. Tetapi sekarang, banyak orang Kristen yang menginginkan jalan pintas, tidak mau membaca Kitab Suci, tetapi langsung mencuplik ayat sana-sini. Orang yang demikian, tidak mungkin mengenal kehendak Allah dengan tepat dan total. (2) MENGENAL KEHENDAK ALLAH SECARA TOTAL Apa yang Allah inginkan agar manusia mengerti kehendak dan rencana-Nya secara total? a). Menjadi murid yang mau mendengar dan taat. Telinga kita bukan cuma untuk mendengar musik rock, gosip, teori manusia, dan berita tiap hari yang tidak ada habisnya. Itu adalah hal yang lebih remeh dan tidak terlalu penting. Yang terpenting adalah mendengar Firman Tuhan dan prinsip-prinsip Alkitab untuk mengenal rencana Allah secara total. Utamakanlah segala potensi Saudara berfungsi untuk mengerti rencana Allah yang benar. Nabi Yesaya mengatakan, “Berikanlah padaku lidah yang mau diajar.” (Bdk. Yesaya 50:4). Mengapa tidak dikatakan “lidah yang pandai mengajar?” Bukankah itu dibutuhkan oleh seorang nabi? Maksudnya di sini, seorang yang mau mengajar harus diajar lebih dulu, seorang yang mau memberitakan Firman harus lebih dulu peka mendengar suara Tuhan. Saya dilahirkan dalam suasana yang tidak baik. Saya lahir dalam suasana perang, tidak lama kemudian ayah saya meninggal, sehingga saya tumbuh sebagai anak yang minder. Tetapi, setelah dewasa, sebagai seorang pemberita Injil, saya menjadi berani. Selama menjadi pendeta saya gentar, karena harus baik-baik mendengar Firman Tuhan yang akan saya sampaikan untuk memenuhi kebutuhan rohani Saudara. Saya harus taat lebih dulu kepada Tuhan, itulah lidah yang mau menerima pengajaran. Jangan terlalu cepat melibatkan diri dalam pelayanan yang muluk-muluk tanpa memiliki iman yang sehat dan benar. Itu akan merusak iman orang lain. Alkitab mengingatkan, jangan banyak orang menjadi guru karena mereka akan menerima hukuman yang lebih berat (Yakobus 3:1). Bukannya saya mau menahan Saudara dari keberanian mengajar dan semangat pelayanan. Tetapi, tunggu dulu! Seperti Amanat Agung diberikan, tetapi harus menunggu sampai Roh Kudus turun (Kisah Para Rasul 1:4). Ini adalah paradoks, di satu pihak harus mengabar Injil, di pihak lain harus menunggu dulu; harus mengajar, tapi harus belajar dulu. Ini semua dilakukan untuk kepentingan kita masing-masing untuk menjadi hamba Tuhan yang stabil. Langkah pertama adalah menetapkan dulu untuk taat. Yesus Kristus berkata, “Barangsiapa mau melakukan kehendak Allah, ia akan tahu bahwa ajaran-Ku berasal dari Bapa.” (Yohanes 7:17) Pernyataan ini bertentangan dengan dua filsafat Tiongkok. Pertama, filsafat yang mengatakan: “Lebih mudah untuk tahu, tetapi menjalankan susah.” Misalnya, orang yang berdagang, secara teori mungkin dia banyak tahu, tetapi begitu terjun dalam perdagangan, belum tentu bisa sukses. Yang kedua mengatakan: “Lebih mudah menjalankan, tetapi untuk mengetahui sesuatu itu tidak mudah.” Misalnya, bayi menyusu dari ibunya. Ia tahu bagaimana menyusu, tapi ia tidak tahu bagaimana susu bisa menyehatkan dia. Jadi menurut Saudara, pendapat mana yang benar? Pendapat pertama atau yang kedua? Sadar atau tidak, kita sudah terjerumus di dalam salah satu pandangan ini. Namun, kedua pandangan ini ditolak oleh ayat di atas. Bukan karena tahu baru bisa menjalankan atau karena menjalankan akhirnya menjadi tahu. Tetapi, jika seseorang mau mengenal kehendak Allah, dengan niat mau menjalankannya, maka barulah ia akan tahu! Di sini, Kristus menetapkan kemauan yang taat mendahului hal mengetahui dan menjalankan. The will to know, the will to do, and the will to submit yourself to do the will of God is prior to the knowledge and to the practical action. Ini merupakan suatu ajaran yang besar sekali dan menjadi filsafat yang lebih tinggi dari filsafat manusia serta menjadi jaminan bahwa kita pasti mengetahui kehendak Allah. Allah tidak akan menyatakan pimpinan kehendak-Nya kepada mereka yang tidak berniat taat kepada Tuhan. Jikalau Saudara tidak berniat untuk taat kepada Tuhan dan hanya ingin bermain-main saja, Allah tidak akan memberitahukan kepada Saudara apa yang harus Saudara jalankan. Di dalam Allah, ada anugerah yang diberikan secara cuma-cuma, tetapi tidak dijual murah. “The grace of God is free but not cheap.” Kalimat ini diucapkan oleh Dietrich Boenhoefer yang dibunuh oleh Hitler. Begitu banyak orang menganggap Allah terlalu murah hati, sehingga bermain-main dan mengira Tuhan gampang mengampuninya. Allah kita seperti api yang menghanguskan. Oleh sebab itu, kita harus berhati-hati di hadapan-Nya. Jika kita mau sungguh-sungguh menjalankan kehendak Allah, maka Allah akan menyatakan kehendak-Nya. Kalau tidak, Allah akan membiarkan Saudara sembarangan menerima ajaran yang tidak beres dan seumur hidup engkau akan dibuang ke dalam tangan setan. b). Berada di dalam jalur Alkitab. Tidak mungkin ada sesuatu yang dikatakan kehendak Tuhan, tetapi bertentangan dan di luar jalur Kitab Suci. Apa yang dicantumkan dalam Kitab Suci merupakan patokan dan lingkar batasan di mana di dalamnya kita menemukan cara Tuhan memimpin kita. Tetapkan hati Saudara hanya mengerti Firman Tuhan di dalam Alkitab saja. Saya paling takut kalau melihat orang yang mengaku rohani, tetapi sebenarnya melawan prinsip-prinsip rohani; mereka yang sering mengatakan “ini kehendak Tuhan” justru kebanyakan tidak mengerti kehendak Tuhan. Mereka memakai Kitab Suci dan mengutip ayat-ayat, padahal di antara mereka ada yang sama sekali tidak mengerti Alkitab dengan baik. Itulah gejala-gejala yang berlainan dengan esensi kekristenan yang sejati. Jika Saudara mengaku mendapat mimpi dan ternyata mimpi itu tidak sesuai dengan Kitab Suci, buang mimpi itu! Pengalaman dan perasaan itu tidak boleh disamaratakan dengan Firman Tuhan. Firman Tuhan lebih besar dari pengalaman manusia. Kebenaran yang memimpin pengalaman, bukan pengalaman memimpin kebenaran. Firman ini adalah kebenaran yang mengadili pengalaman manusia. Ada seseorang yang mendapat mimpi-mimpi luar biasa, kemudian mimpi-mimpi itu dilukiskan dan dipigurakan. Baginya, lukisan mimpi itu penting dan terus diingat, bahkan sampai ia lebih mementingkan lukisan itu daripada Alkitab. Ia berdoa kepada Tuhan di hadapan lukisan-lukisan ini karena merasa di situlah ia bisa betul-betul berkonsentrasi dalam berdoa. Ia berniat untuk mewariskan lukisan itu kepada keturunannya. Baginya, wahyu kepada nabi sejajar dengan wahyu lewat mimpinya. Bahkan yang didapatnya itu lebih sempurna, karena diberi belakangan. Saya katakan kepadanya, “Buang dan bakar lukisan itu supaya keturunanmu tidak menjadi bidat. Bawa mereka kembali kepada Alkitab.” c). Jangan mengabaikan prinsip-prinsip Alkitab. Kalau Saudara bertanya, “Bagaimana kalau Alkitab tidak memberitahu hal yang saya ingin tahu, misalnya tentang berjudi, merokok dan sebagainya?” Banyak hal yang tidak ditulis oleh Alkitab, namun bukan berarti kita boleh melakukan sesuatu dengan sembarangan. Alkitab memang tidak menyatakan berbagai hal secara jelas, tetapi tetap ada prinsip-prinsip yang diberikan. Paulus memberikan tiga prinsip Alkitab terhadap hal-hal yang demikian, yaitu: 1). Aku boleh berbuat segala sesuatu, tetapi harus memuliakan Allah. Janganlah melakukan apa yang tidak memuliakan Allah, meskipun tidak dilarang oleh Alkitab! Pada prinsip pertama ini memang terlihat bahwa orang Kristen mempunyai kebebasan, tetapi kebebasan Kristen bukan kebebasan yang liar. Kebebasan Kristen harus berada di dalam jalur kebenaran, kesucian, keadilan, dan cinta kasih. Hal-hal ini melingkari kita, menjadi batasan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. 2). Apakah yang saya lakukan ini berfaedah dan Membangun Orang Lain? Satu kalimat saja bisa membangun atau menjatuhkan seseorang! Mulut kita harus hati-hati di dalam berkata-kata. Bukan karena kebebasan kita, maka kita boleh sembarangan saja. Tetapi, kebebasan yang sudah kita letakkan di bawah kedaulatan Tuhan Allahlah yang mengakibatkan saya harus memilih cara berbicara, berlaku dan berbuat sesuatu sehingga membangun orang lain. Jikalau apa yang hendak Saudara lakukan itu mempermalukan Allah dan merusak iman orang lain, bagaimanapun juga jangan lakukan itu, karena itu pasti bukan kehendak Allah. 3). Tidak ada ikatan yang akan membatasi atau membelenggu. Jika kita pergi ke suatu tempat, akhirnya tempat itu mengikat kita, jangan pergi ke situ lagi. Jika ada satu buku yang mengikat Saudara, berhentilah membaca buku itu. Kalau apa yang Saudara kerjakan telah merebut tempat yang seharusnya Tuhan bertakhta, jangan lakukan itu. Alkitab tidak mengatakan tidak boleh merokok, mengisap ganja atau mabuk-mabukan. Tetapi Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa kita tidak boleh terbelenggu oleh segala apapun yang kita kerjakan. Pertama kali Saudara merokok, mungkin karena diajak teman, atau tergiur iklan. Tetapi akhirnya Saudara terikat, kecanduan, dan tidak bisa berhenti. Tahukah Saudara bahwa sebatang rokok bisa membunuh tujuh ekor burung gelatik? Ingatlah: yang bermain-main dengan dosa justru akan dipermainkan oleh dosa! Di dalam cerita Tiongkok kuno, ada seseorang, setelah perang melewati perkebunan yang tidak bertuan lagi. Ia sangat haus, sementara di kebun itu banyak buah semangka. Temannya menyarankan untuk mengambil saja, karena tanah itu tidak ada pemiliknya. Tetapi ia tidak mau mengambil, karena sekalipun tanah itu tidak ada pemiliknya, di hatinya ada pemiliknya. Janganlah kita mau dikuasai oleh yang jahat, tetapi kita mau dikuasai oleh yang baik. Tidak ada tempat yang lebih aman daripada cara Tuhan memelihara kita masing-masing. Saya tidak mau Saudara bertindak ekstrim dalam menjalankan kehendak Allah. Maksudnya, kita tidak perlu sampai menjadi orang schizophrenik, tiap hari bertanya kepada Tuhan untuk hal-hal yang remeh, seperti harus pakai baju apa dan sebagainya. Yang penting prinsip-prinsip Alkitab tidak dilanggar. Orang Kristen hidup diberi kebebasan. Kita bukan hidup hanya berdasarkan larangan, tidak boleh ini dan itu, tetapi berdasarkan kesadaran untuk tidak mau melakukan hal-hal yang tidak Tuhan kehendaki. d). Sejahtera Kristus memerintah di dalam hati. Bagaimana kalau tiga prinsip ini tidak terlanggar, tetapi Saudara masih belum yakin kehendak Tuhan atau bukan? Kita masuk ke dalam prinsip ke-4, yaitu damai sejahtera Kristus memerintah hati Saudara atau tidak. Memang, prinsip-prinsip di atas tidak terlanggar, tetapi sewaktu ingin melakukannya kenapa hati merasa tidak tenang, ada ketegangan? Itu karena Roh Kudus adalah Roh yang hidup, Roh Kudus adalah Allah. Dan Allah yang sudah memberi hidup baru kepada Saudara adalah Allah yang bertanggung jawab memelihara hidup itu dalam diri orang yang sudah lahir baru. Roh Kudus akan memimpin orang itu seperti seorang ibu yang tidak akan membiarkan bayinya begitu saja. Ia akan terus menjaga bayi itu. Hati nurani kita yang sudah dibaharui dan dibersihkan oleh darah Yesus Kristus akan menjadi hati yang peka terhadap suara Roh Kudus. Kita harus memiliki kepekaan untuk taat kepada Tuhan. Paulus mengatakan, “Biarlah sejahtera Kristus memerintah hatimu.” Maksudnya, waktu Saudara mengerjakan sesuatu, biarlah hatimu sejahtera. Kalau tidak sejahtera, jangan lakukan! Kalau ada orang yang mengatakan, “Saya selalu sejahtera melakukan segala sesuatu. Membunuh orang, rasanya sejahtera; menipu orang juga rasanya sejahtera saja.” Hal ini terbentur pada dua hal: PRINSIP PERTAMA: bertekad bulat untuk taat. Orang yang melakukan segala sesuatu dengan sejahtera tanpa ketaatan, berarti orang itu berada di luar jalur kehendak Allah. PRINSIP KEDUA: 1Yohanes 3:20. Lakukan segala sesuatu, tetapi ingat bahwa Tuhan lebih besar dari hati kita. Yohanes memberikan prinsip yang penting sekali. Ketika Saudara melakukan suatu perbuatan salah pertama kali, mungkin merasa tidak sejahtera, tetapi semakin diulang, perasaan tidak sejahtera itu semakin berkurang, pada akhirnya Saudara melakukannya tanpa ada tuduhan dari hati nurani. Tetapi ingat bahwa Allah lebih besar dari hati kita. Maka, berlutut dan berdoalah kembali. Waktu berdoa lagi, sesuatu penyegaran ulang terjadi dan suara Tuhan akan bekerja dalam hatimu. Sejahtera Kristus adalah istilah khusus yang bersangkut paut dengan penganiayaan dalam menjalankan kehendak Allah. Pada waktu kita mau menjalankan kehendak Allah, kita mungkin akan mengalami penganiayaan atau kesulitan. Di sinilah sejahtera Allah memelihara Saudara. Dalam Yohanes 14:27; 16:33, dua kali Tuhan Yesus mengatakan bahwa di dalam Dia ada sejahtera yang berbeda dengan sejahtera dunia yang mau diberikan kepada para murid. Itu sebabnya, Yesus begitu tenang di kayu salib, bahkan Ia mendoakan para musuh-Nya. Setelah Kristus bangkit, Ia terus mengulang istilah ini kepada para murid. Damai Sejahtera Kristus adalah suatu istilah khusus untuk mereka yang menjalankan kehendak Tuhan. Mereka akan mempunyai ketenangan dan damai yang tidak mungkin direbut siapapun. Sejahtera Kristus penting bagi mereka yang mau melayani dalam penderitaan. Kerjakan sesuatu dengan perintah dari sejahtera Kristus dalam hatimu. e). Proses pengujian. Waktu seseorang memutuskan untuk menikah, ia tetap perlu mencari kehendak Tuhan. Ia perlu berdoa dengan setia tanpa terpengaruh dengan unsur dari luar. Saya gambarkan: bila seseorang jatuh cinta, maka waktu ia berdoa, makin berdoa, makin yakin bahwa pilihannya itu adalah kehendak Allah. Karena ketika tutup mata yang terbayang adalah wajah orang yang dicintainya, sehingga ia makin merasa yakin ini adalah kehendak Tuhan. Tetapi, ketika ia mengatakan kepada pilihannya bahwa Tuhan berkehendak agar mereka berdua menikah, maka pilihannya itu perlu pula untuk merasa tahu bahwa Tuhan memang menghendaki demikian. Dalam hal ini jika benar itu adalah kehendak Allah, maka kedua belah pihak akan mengerti. Karena itu, jangan pakai istilah ini untuk menakut-nakuti orang yang kurang rohani. Kehendak Tuhan harus berkaitan dengan orang yang bersangkutan. Contoh: Eliezer mencari menantu untuk Abraham (Kejadian 24). Eliezer berdoa kepada Tuhan meminta pimpinan Tuhan dengan jelas, sehingga ia tidak salah mengambil keputusan. Eliezer berdoa, “Tuhan, di sini aku berdiri di dekat mata air, dan gadis-gadis kota ini datang keluar untuk menimba air. Tuhan tunjukkan siapa gadis yang rela memberikan air bagiku dan unta-untaku, sehingga aku tahu dialah yang Kau tentukan bagi Ishak.” Apa yang didoakannya kemudian terjadi, di mana seorang gadis cantik bernama Ribka melakukan semua yang diminta Eliezer. Dengan demikian, Eliezer baru berani meminang gadis itu dan membawanya bagi Ishak. Eliezer tidak memaksa Ribka. Ia hanya meminta, kalau boleh Tuhan menggerakkan hati gadis ini. Kemudian hal yang luar biasa terjadi, Ribka dan keluarganya mau menerima pinangan Eliezer. Sekarang tinggal satu hal lagi, yaitu apakah Ishak sendiri mau menerima Ribka atau tidak. Alkitab mencatat reaksi Ishak dengan jelas, setelah melihat Ribka ia jatuh cinta dan mau mengambil Ribka menjadi istrinya. Di sini kita melihat semua pihak tidak ada yang berkontradiksi dengan pimpinan Tuhan satu sama lain. Dua puluh tahun yang lalu, di kota Semarang ada seorang wanita berkata kepada saya bahwa hidupnya begitu susah karena ia tidak mencintai suaminya. Tiap hari mereka bertengkar dan hidup seperti di dalam neraka, sehingga ia mau bunuh diri. Saya tanyakan mengapa ia dulu memutuskan mau menikah dengan pria itu. Ia katakan karena ada seorang pendeta yang mengaku dipenuhi Roh Kudus dan mendapat pimpinan Tuhan untuk menikahkan mereka berdua. Karena takut melawan kehendak Tuhan, akhirnya mereka mau dinikahkan, tapi tak pernah satu haripun mereka lalui dengan damai. Celakalah pendeta seperti ini, yang tidak mau membimbing dengan baik-baik, sehingga mengorbankan dua orang seumur hidup berada di dalam kesulitan. Jangan sembarangan menerima nasihat seperti itu. Alkitab mengatakan, ujilah apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma 12:2). Hati-hati kepada mereka yang memakai nama Tuhan tetapi telah merusak kekristenan dan iman banyak orang. Cari kehendak Allah dalam suatu pengujian. Tanpa proses pengujian ini kita tidak akan mengenal kehendak Allah dengan jelas. Kita akan menjadi orang yang sembrono dan menipu diri serta menipu orang lain. f). Berdiskusi dan rendah hati mencari pengertian dari mereka yang dewasa rohaninya. Carilah nasihat dari orang yang dewasa rohani. Meskipun ini tidak mutlak, namun baik untuk dilakukan. Coba dengarkan apa yang orangtua atau pembimbing rohani Saudara katakan, karena mereka setia berdoa bagi Saudara dan mengerti Firman Tuhan dengan baik. Mereka mempunyai pengalaman dan pertimbangan yang lebih banyak daripada Saudara. Biarlah mereka memberikan pandangan dan prinsip-prinsip yang penting, sehingga Saudara taat. Bukan berarti mereka 100% benar, karena orang rohani pun bisa salah. Tetapi, tidak ada ruginya kalau Saudara mau mendengarkan pandangan mereka. Dengan demikian, Saudara bisa menghindarkan diri dari jalan-jalan yang tidak berguna, dan tidak perlu menghamburkan waktu dan energi. g). Tunggu dan sabar terhadap waktu Tuhan. Waktu merupakan faktor yang terpenting. Mengapakah kita tidak betul-betul mengerti kehendak Tuhan? Karena sebelum waktu Tuhan sampai, Saudara sudah tidak sabar dan melangkahi Tuhan. Padahal, jika genap waktunya di dalam rencana Allah, maka pekerjaan Tuhan tidak akan salah. Mungkin kita harus menunggu bertahun-tahun sampai genap waktu Tuhan. Musa pada umur 80 tahun baru dipanggil oleh Tuhan. Ini tidak berarti ia menghambur waktu selama 80 tahun, tetapi 40 tahun berikutnya yang dijalani dalam hidupnya dapat ia pakai untuk melayani Tuhan dengan matang tanpa melakukan kesalahan yang besar. Meskipun ada cacat, tetapi tidak fatal. Yesus Kristus harus menunggu sampai berumur 30 tahun dan hanya melayani tiga setengah tahun lamanya. Sepertinya hal ini amat disayangkan. Bukankah kalau Kristus memulai pelayanan pada umur 16 tahun, Ia bisa dipakai lebih banyak? Tidak bisa! Itu adalah waktu Tuhan sendiri. Kadang-kadang, semua prinsip sudah kita jalankan dan tidak ada yang terlanggar, tetapi kita mesti menunggu sampai suatu hari kita akan jelas mengerti waktu Tuhan untuk bertindak. Alangkah indahnya jika hidup Saudara mulai digarap Tuhan. Meskipun belum jelas tahu kehendak Tuhan, tetapi jika Saudara mau sungguh-sungguh taat kepada Tuhan dan mengetahui prinsip Alkitab dengan jelas, maka beranilah melangkah! BAB XII : MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH KAUM PILIHAN PENERAPAN KEHENDAK ALLAH KAUM PILIHAN “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam.Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari, yang keluar bagaikan pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya. Dari ujung langit ia terbit, dan ia beredar sampai ke ujung yang lain; tidak ada yang terlindung dari panas sinarnya. Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah. Lagipula hamba-Mu diperingatkan oleh semuanya itu, dan orang yang berpegang padanya mendapat upah yang besar. Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari. Lindungilah hamba-Mu, juga terhadap orang yang kurang ajar; janganlah mereka menguasai aku! Maka aku menjadi tak bercela dan bebas dari pelanggaran besar. Mudah-mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya TUHAN, gunung batuku dan penebusku.” (Mazmur 19:2-15) “Datanglah Allah kepada Bileam pada waktu malam serta berfirman kepadanya: "Jikalau orang-orang itu memang sudah datang untuk memanggil engkau, bangunlah, pergilah bersama-sama dengan mereka, tetapi hanya apa yang akan Kufirmankan kepadamu harus kaulakukan." Lalu bangunlah Bileam pada waktu pagi, dipelanainyalah keledainya yang betina, dan pergi bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab. Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi, dan berdirilah Malaikat TUHAN di jalan sebagai lawannya. Bileam mengendarai keledainya yang betina dan dua orang bujangnya ada bersama-sama dengan dia.” (Bilangan 22:20-22) “Marilah kita maju menyerang Yehuda dan menakut-nakutinya serta merebutnya, kemudian mengangkat anak Tabeel sebagai raja di tengah-tengahnya, maka beginilah firman Tuhan ALLAH: Tidak akan sampai hal itu, dan tidak akan terjadi, sebab Damsyik ialah ibu kota Aram, dan Rezin ialah kepala Damsyik. Dalam enam puluh lima tahun Efraim akan pecah, tidak menjadi bangsa lagi. Dan Samaria ialah ibu kota Efraim, dan anak Remalya ialah kepala Samaria. Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak teguh jaya." TUHAN melanjutkan firman-Nya kepada Ahas, kata-Nya: "Mintalah suatu pertanda dari TUHAN, Allahmu, biarlah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah atau sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas." Tetapi Ahas menjawab: "Aku tidak mau meminta, aku tidak mau mencobai TUHAN." Lalu berkatalah nabi Yesaya: "Baiklah dengarkan, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga? Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.” (Yesaya 7:6-14) Apakah setiap orang yang sudah mengenal kehendak Allah dengan sendirinya bisa melakukan kehendak Allah? Apakah setiap orang yang sungguh mengenal kehendak Allah dengan sendirinya mampu melaksanakan kehendak Allah di dalam kehidupannya? Bukankah ini menjadi masalah dalam kehidupan kita? Di satu pihak kita rindu mengenal kehendak Allah, mengerti pimpinan Tuhan dan sungguh-sungguh mengenal kebenaran Tuhan, tetapi dilain pihak, kita sering tidak sungguh-sungguh setia melaksanakannya. Bukan hanya itu saja. Pada saat kita ingin melaksanakan kehendak Tuhan, yang kita dapati sering kali justru banyak kegagalan dan bukannya keberhasilan. Kita sering gagal dan bukannya taat melaksanakan kehendak Tuhan. Pada bab ini kita akan menelaah berdasarkan Firman Tuhan, hal-hal apakah yang sering kali membuat kita gagal untuk melaksanakan kehendak Tuhan, meskipun kita sudah mengerti kehendak Tuhan itu? Mengapa sekalipun kita sudah mengenal Firman Tuhan, kita tetap tidak melaksanakan Firman Tuhan dalam hidup kita? 1. Gagal Mengenal Zaman Kita Sekarang kita akan melihat satu aspek yang menjadi penyebab mengapa kita sering kali tidak bisa melaksanakan kehendak Tuhan. Jadi, pertanyaan di atas lebih dipersempit lagi menjadi : Bagaimanakah kita dapat menerapkan Firman Tuhan? Waktu kita ingin menerapkan Firman Tuhan, waktu kita mau menaati kehendak Tuhan, ada satu hal yang juga perlu kita perhatikan, yaitu kita harus mengetahui akan dunia di mana Tuhan menempatkan kita. Jikalau kita mengenal kehendak Tuhan, tetapi tidak jelas mengenal dunia di mana kita ditempatkan, atau kalau kita mengenal Firman Tuhan, tetapi tidak tahu dunia dan situasinya, maka kita akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan kehendak Tuhan. Itulah sebabnya kalau kita ingin sungguh-sungguh melaksanakan kehendak Tuhan dan menaati Firman Tuhan, kita harus mengenal apa yang Tuhan sudah kerjakan dalam alam semesta, situasi di mana Tuhan menempatkan kita, sebab tanpa itu kita tidak akan dapat melaksanakan kehendak Tuhan. 2. Gagal Mengaitkan Wahyu Umum dan Wahyu Khusus Firman Tuhan diberikan kepada kita untuk diaplikasikan atau diterapkan dan ditaati. Itulah sebabnya kita bukan saja harus mengenal Firman Tuhan, tetapi juga harus mengenal situasi dan dunia di mana kita berada. Itulah yang ditegaskan dalam Mazmur 19. Langit dan bumi menceritakan kemuliaan Tuhan, menyatakan kebesaran Allah. Dalam kategori ini kita melihat wahyu umum dari Allah. Kalau kita hanya mengenal wahyu khusus tetapi kita tidak mengenal wahyu umum dengan tuntas, maka kita akan sulit melaksanakan Firman Tuhan. Jika kita hanya mengenal wahyu umum tetapi tidak mengerti wahyu khusus, maka kita tidak akan bisa mengerti wahyu umum dengan benar dan tidak mungkin kita melaksanakan wahyu khusus Tuhan. Dalam Alkitab ada beberapa contoh menarik. Pada suatu hari orang Farisi dan Saduki meminta satu tanda dari Tuhan Yesus supaya mereka bisa percaya kepada Dia. Mereka meminta tanda dari sorga. Tuhan Yesus berkata kepada mereka, “Engkau melihat alam semesta ini, dan engkau bisa mengenal. Jika matahari kemerah-merahan pada sore hari, maka engkau mengerti bahwa hari akan cerah. Jika matahari kemerah-merahan pada pagi hari maka engkau mengerti bahwa hari itu akan mendung dan turun hujan. Rupa dunia engkau tahu, tetapi engkau tidak mengenal Tuhan, karena engkau tidak sungguh mengenal situasi yang sesungguhnya, karena engkau tidak sungguh mengenal keadaan semesta dengan tepat” (Parafrasa dari Matius 16 :1-3). Orang Farisi adalah orang yang setia pada Taurat dan menyelidikinya dengan tekun siang dan malam. Mereka belajar baik-baik kita Taurat, tetapi mereka tidak mampu melihat wahyu khusus Allah. Oleh karena itu ketika Tuhan Yesus datang ke dalam dunia dan melaksanakan pekerjaan Mesias, mereka tidak mengerti bahwa Ia adalah Mesias. Apa yang dikerjakan Kristus justru menyatakan kemesiasan-Nya, tetapi orang Farisi tidak mengerti semua ini. Bukankah mereka menyelidiki Taurat? Tetapi mengapa mereka tidak bisa mengerti seluruh arus pekerjaan Allah dalam dunia ini? Mengapa mereka tidak bisa mengerti jalannya seluruh pekerjaan Tuhan dalam sejarah? Itulah sebabnya kita melihat, ketika Kristus dilahirkan di betlehem, mereka justru tidak menyambut Mesias yang mereka harapkan kedatangan-Nya siang dan malam. Mengapa ini bisa terjadi? Karena ketika menyelidiki Taurat, mereka tidak sungguh-sungguh mengerti apa yang Tuhan perbuat. Karena itulah mereka tidak mengerti seluruh keadaan dan pekerjaan Tuhan dalam sejarah berdasarkan apa yang mereka baca. Bukankah hal yang sama juga sering terjadi pada diri kita. Bagaimana kita bisa terpecah? Pada waktu mengikuti kebaktian, kita mereasa begitu dekat dengan Tuhan. Pada waktu mendengarkan khotbah, kita merasa tahu akan Firman Tuhan. Tetapi ketika tidak mampu, berdasarkan Firman Tuhan, memperhatikan seluruh situasi dunia. Beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan orang yang katanya aktif sekali dalam kegiatan rohani. Setiap kali bertemu dengannya, dia selalu mengatakan pada saya perkataan yang amat rohani. Tetapi dalam kehidupan sehari-harinya ia tetap memasang undian SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah merupakan lotere yang dilegalkan oleh pemerintah, diselenggarakan pada tahun 1989 – 1993), main valas, dan hidupnya tidak karuan. Hidupnya terpecah, tetapi ia merasa hidupnya sudah rohani, sudah sesuai dengan Alkitab, dan seluruh hidupnya sudah beres. Ia merasa sudah menyelidiki dan menaati Alkitab. Mengapa hidupnya terbelah seperti itu? Karena ia tidak mampu melihat pekerjaan Tuhan dalam sejarah sebagaimana yang dikatakan dalam Alkitab. Bukankah hal semacam itu sangat ironis? Orang Farisi menyelidiki Kita Suci tetapi ketika Tuhan bekerja dalam sejarah, mereka justru tidak mengerti apa yang dikerjakan oleh Tuhan dan mereka tidak dapat memberi respon kepada Mesias. Di pihak lain, kita melihat contoh yang berbeda. Seorang perwira di Kapernaum mempunyai seorang hamba yang sakit. Ia meminta agar Tuhan Yesus menyembuhkan hambanya yang sakit itu. Tuhan Yesus mau datang kerumah perwira itu tetapi ia berkata, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu : “Pergi!” maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: “Datang!”, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: “Kerjakanlah ini!”, maka ia mengerjakannya.” (Matius 8:8-9). Heran sekali bahwa perwira itu mengerti segala sesuatu dalam hidupnya dan dapat menerapkannya dalam iman yang beres. Dari segala pengalamannya, ia dapat membandingkannya dengan prinsip iman, sehingga ia sadar bahwa kalau Tuhan Yesus memberi perintah, maka akan terjadi sesuai dengan perkataan-Nya. Di satu pihak ada sekelompok orang yang mempelajari Kitab Suci dan seharusnya bisa mengerti pekerjaan Tuhan dalam sejarah, tetapi kenyataannya tidak. Di pihak lain justru ada orang-orang yang hanya mengerti wahyu umum, tetapi dapat menerapkan dan mengalikannya dalam pergumulan imannya. Kalau kita tidak sungguh-sungguh mengerti keadaan dunia ini, maka kita akan sulit menjalankan kehendak Tuhan, sebab hidup kita akan terbelah antara hidup yang memuji Tuhan, memuliakan Tuhan dan beribadah, dengan kehidupan sehari-hari yang kita rasa Tuhan tidak ada di situ, yang kita rasa Tuhan tidak bekerja dan memimpin di situ. Kita bekerja dari pagi sampai malam, tetapi apakah kita masih sanggup menggenapi kehendak Tuhan yang mau Ia genapkan dalam hidup kita? Kalau kita memperhatikan Abraham, maka kita melihat satu keadaan yang menyedihkan. Abraham telah mendapat janji dari Tuhan bahwa anak perjanjian itu akan lahir dari Sara. Tetapi Sara melihat situasi sekitar, dirinya yang sudah tua, maka ia ragu-ragu. Dalam keraguan itu ia memberi usul kepada Abraham suapa ia mengambil Hagar, budaknya, menjadi istri, supaya melalui Hagar akan lahir seorang anak yang dapat dijadikan anak oleh Sara juga. Kalau kita perhatikan, sebenarnya usul Sara ini tidak pernah ada dalam prinsip Alkitab. Tetapi usul Sara ini dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan kemudian ia memberi usul kepada Abraham. Lalu Abraham mengambil Hagar dan lahirlah Ismael. Akhirnya, muncullah kesulitan yang tidak pernah selesai. Di sini kita melihat kontras demi kontras terjadi. Di satu pihak ada orang yang mengenal Firman Tuhan, tetapi belum tentu dia mengerti pekerjaan Tuhan yang digenapi dalam hidupnya setiap hari. Belum tentu dia mengenal pimpinan Roh Kudus dalam hidupnya, yang memimpinnya masuk dalam dalam seluruh kehendak Tuhan. Di pihak lain, kadang-kadang orang yang di luar, waktu mereka mempelajari sesuatu dalam hidup mereka, mereka bisa membuat analogi dari suatu situasi dan mereka justru bisa mempertemukan analogi dengan iman yang tertuju kepada Allah. Sebaliknya, ada orang percaya yang katanya sudah menjadi umat Allah, keputusan yang diambilnya justru tidak rohani dam kompromistis dengan situasi hidupnya. Bukankah ketika Sara memberi usul kepada Abaraham sesungguhnya saran itu sangat sesuai dengan realitas kehidupan? Karena menurut pemikiran dunia waktu itu, tidak salah memberikan dayang-dayang kepada suami dan anak yang lahir itu diambil menjadi anaknya sendiri. Bukankah itu sesuatu yang biasa dalam kondisi waktu itu? Tetapi ini justru merupakan tindakan yang keliru. Bagaimana dengan kehidupan kita sendiri? Pada saat kita sudah mengerti Firman Tuhan, lalu Tuhan mengutus kita hidup di tengah dunia, mampukah kita melaksanakan Firman Tuhan dengan setia dan mengaplikasikannya dalam kehidupan kita setiap hari? Mampukah kita sungguh mengenal Firman Tuhan dan melihat langsung relevansinjya dalam kehidupan kita? 3. Gagal Melihat Realita Kehidupan Dalam Terang Firman Sekarang kita melihat dua peristiwa dalam Alkitab. Peristiwa yang pertama, kita lihat terjadi pada diri Raja Ahas. Ahas adalah raja Yehuda. Waktu itu kerajaan Aram dan Israel sudah berkemah mengepung kerajaan Yehuda. Mereka siap menyerang dan menaklukan Yehuda. Dalam Yesaya 7 kita melihat bahwa hati Ahas menjadi khawatir dan gentar sekali. Aram dan Israel siap menyerang diperbatasan. Beberapa waktu sebelumnya mereka juga pernah menyerang dan memporak-porandakan kota-kota Yehuda. Ahas tentu masih ingat pengalaman itu. Waktu Ahas melihat situasi ini, mau tidak mau ia menjadi khawatir. Lalu datanglah Firman Tuhan kepada Ahas supaya ia tidak gentar, melainkan tetap percaya. Ahas harus memelihara hatinya dan tetap percaya kepada Allah. Dalam situasi seperti ini, mana yang lebih riil? Firman Tuhan? atau situasi yang dihadapi Ahas? Bukankah hal yang sama juga pernah terjadi pada diri kita? Waktu kita mendengar Firman Tuhan, kita selalu mengatakan bahwa Fiman Tuhan adalah benar seluruhnya. Tetapi waktu kita melihat situasi sekitar, maka keadaan itu menjadi lebih nyata, lebih riil dari Firman Tuhan. Demikian juga dalam sepanjang sejarah umat Allah, kontradiksi ini terus terjadi. Firman Tuhan dan realitas kehidupan sering kali kita rasakan terpisah. Dalam kasus Ahas, kita melihat bahwa waktu Firman Tuhan melalui Yesaya berusaha menenangkan hati Ahas, menasihatinya untuk bersandar kepada Tuhan, dan menyatakan bahwa Tuhan pasti memelihara dan Tuhan mau meneguhkan hatinya dengan berkata, “Mintalah tanda,” Ahas justru menjawab dengan sebuah kalimat yang kelihatannya rohani sekali. Ia mengatakan bahwa ia tak mau mencobai Tuhan. Kalau Tuhan tidak memerintahkan kita, tetapi kita minta tanda, itu baru mencobai Tuhan. Kalau Tuhan suruh kita meminta tanda, tetapi kita tidak mau meminta tanda, maka itu juga mencobai Tuhan! Apa yang sebenarnya terjadi? Ahas merasa bahwa keadaan politik di negaranya, situasi peperangan di depan matanya itu adalah sesuatu yang riil. Sebenarnya dalam situasi itu hatinya sudah berpaling kepada Asyur. Dengan dibantu oleh Asyur, ia berharap Aram dapat dihancurkan. Bukankah ini strategi politik yang bijaksana? Bukankah kerajaan yang telah terkepung itu sesuatu yang sangat riil? Tetapi kenyataannya dalam Alkitab kita melihat bahwa setelah beberapa saat Asyur membantu Yehuda mengalahkan Aram, Akhirnya justru Asyur sendiri yang berbalik menyerang dan mengalahkan Yehuda. Yehuda menjadi porak-poranda. Mana yang lebih riil? Ketika kita mendengar Firman Tuhan dan berusaha mengerti Firman Tuhan, kita harus sadar bahwa Ia bukan sekedar Tuhan yang memberikan Firman, tetapi Ia memberikan Firman-Nya untuk diterapkan dalam dunia yang Ia ciptakan! Kalau ada konflik antara sesuatu yang kita anggap riil dan Firman Tuhan, maka konflik itu bukan terjadi dalam diri Allah, tetapi konflik itu terjadi dalam diri kita yang tidak sungguh-sungguh melaksanakan kehendak Allah. Dalam ayat 9 kita membaca bahwa Ahas harus menjaga hatinya. Artinya Tuhan melihat hati Ahas sudah mulai membelok dan menyimpang. Kalau Ahas tidak menjaga hatinya baik-baik, maka ia akan tersesat. Kadang-kadang secara lahiriah kita terlihat begitu bagus, tetapi di dalam, hati kita sudah mulai menyimpang. Itu bahaya. Kadang-kadang kita tahu Firman Tuhan, tetapi ketika masuk dalam kehidupan sehari-hari, kita merasa bahwa keadaan sehari-hari itulah yang lebih riil. Pada umumnya ketika menghadapi pergumulan, kita segera mencari jawaban dari pergumulan itu. Kita tidak berani mengevaluasi perlukah pergumulan itu! Kalau Ahas merasa bimbang dan bergumul, apakah ia akan taat Firman atau menaati realitas yang ia lihat? Apakah pergumulan itu sehat? Tidak! Tetapi bagi Ahas itu merupakan sesuatu yang riil, dan ia harus segera mencari jawaban. Celakanya kita tidak berani mengevaluasi apakah pergumulan itu sehat atau tidak, pergumulan itu perlu atau tidak. Atau, meskipun jawabannya sudah diberikan, tetapi karena pergumulannya tidak perlu, maka tidak ada gunanya. Jawaban itu sudah diberikan, tetapi karena pergumulan itu tidak sehat, maka justru akan mengakibatkan kemandekan rohani. Jika konflik seperti itu terjadi di dalam hidup kita, maka pergumulan itu sendiri harus digumulkan! Pergumulan itu yang harus dicari jawabannya, sebab Tuhan yang memberikan Firman adalah Tuhan yang bekerja dalam sejarah. Tuhan yang berfirman adalah Tuhan yang menguasai sejarah, sehingga tidak ada konflik dengan realitas yang kita hadapi setiap hari. Beberapa kali ketika saya melayani dalam konseling, banyak orang mengatakan, “Saya tahu tidak boleh begini, tidak boleh begitu.” Beberapa mahasiswa kedokteran mau menghadapi ujian dan bingung, lalu bertanya kepada saya, kalau Firman Tuhan mengatakan tidak boleh menyogok dan sebagainya, tetapi kalau ke Amerika begini, kalau ke Yogya begini, ke tempat ini begini, mau tidak mau harus menyogok, lalu bagaimana? Saya tanyakan beberapa pertanyaan yaitu, tahukah mereka prinsip Firman Tuhan? Mereka menjawab tahu. Waktu saya tanyakan apakah mereka sungguh percaya bahwa Tuhan adalah juga yang menguasai situasi dan kondisi, mereka tersentak. Bukankah sering kita tahu bahwa Tuhan adalah Tuhan yang benar, Tuhan yang memberikan Firman? Tetapi kita sanggup menguasai sejarah dan segala situasi dalam kehidupan kita sehingga kita dimampukan untuk melakukan segala sesuatu menurut kehendak-Nya. Konflik seperti ini terjadi dalam hidup Ahas. Bagaimana dengan hidup kita hari ini? Konflik kedua kita baca dalam peristiwa Bileam. Dalam Bilangan 22-24 kita membaca kasus dari Bileam. Menarik sekali di sini bahwa Bileam adalah seorang nabi dari Mesopotamia, bukan dari Yehuda. Kasus ini mirip seperti Yitro Mertua dari Musa, yang adalah seorang imam dari Midian. Bilaem bukan orang Yahudi, tetapi ia semacam tukang tenung. Suatu kali ketika Moab mendengar bahwa bangsa Israel akan melewati wilayah mereka, mereka menjadi gentar. Lalu mereka mulai memikirkan strategi perang menghadapi Israel demi memenangkan penyerangan itu. Ada dua hal yang mungkin dilakukan. Yang pertama adalah mengangkat senjata dan mengalahkan Israel. Tetapi strategi ini tidak mungkin. Israel sangat besar dan hebat, tidak mungkin bisa menang dengan strategi militer. Ada strategi kedua, yaitu dengan cara tenung. Pada zaman itu orang menganggap kalau satu bangsa dewanya sudah ditenung dan dikalahkan, maka seluruh bangsa itu akan kalah. Moab memilih cara kedua dan raja Moab memanggil Bileam. Bileam diberi uang yang banyak sekali supaya mau mengutuki Israel. Setelah Israel dikutuk, maka Moab berharap akan bisa menguasai Israel. Bagaimana peristiwa ini terjadi? Pada waktu Bileam bertanya kepada Tuhan tentang bolehkah ia pergi mengutuk Israel, maka Tuhan menjawab : Tidak boleh! Siapa yang sudah diberkati Tuhan tidak mungkin dikutuk, tidak mungkin ditenung lagi. Siapa yang sudah menjadi umat Tuhan tidak bisa dikuasai oleh kejahatan dan dosa! Siapa yang sudah menjadi milik Tuhan tidak mungkin dikuasai oleh Iblis! Jelas sekali prinsipnya. Bileam tahu inilah kehendak TUHAN. Tetapi ketika melihat-lihat situasi, rupanya Balak selalu penasarandan terus menambah uang hadiah. Bileam sesungguhnya tahu bahwa Tuhan melarang dia, tetapi ia minta agar utuasan raja Moab menunggu semalam. Ia bertanya lagi kepada Tuhan, tetapi jawaban Tuhan tetap sama. Bileam menyuruh utusan raja Moab itu pulang, sebab tidak mungkin ia mengutuki Israel. Mereka pulang, lalu melapor kepada Balak, Balak mengirimkan emas lebih banyak lagi. Melihat emas itu. Bileam bertanya lagi kepada Tuhan. Padahal ia sudah tahu apa jawaban Tuhan. Bukankah hidup kita juga sering demikian? Kalau kita perhatikan selanjutnya, maka Tuhan menjawab dalam ayat 20. Dalam ayat 20 ini kita melihat satu hal yang maksudnya adalah : Jikalau orang-orang itu datang lagi untuk memanggil engkau, maka engkau boleh pergi. Jadi tense yang dipakai disini bukan past tense tetapi if clause. Maksud Tuhan adalah, karena Bileam terus menerus bertanya tentang apa yang telah diperintahkan Tuhan kepadanya, dan karena Bileam memperhatikan situasi, maka ia harus menunggu. Kalau orang-orang suruhan Balak minta lagi agar Bileam berangkat, barulah Bileam boleh berangkat. Tetapi dalam ayat 21 kita baca Bileam lebih nekat. Bileam bangun pagi-pagi lalu berangkat sendiri. Karena itu dalam ayat 22 kita baca bahwa Tuhan murka kepada Bileam. Bileam sudah diberikan kesempatan, tetapi karena terus memperhatikan situasi, maka dalam perjalanan itu Tuhan marah. Karena itu dalam perjalanan keledai Bileam berkata-kata menghina Bileam. Bukankah ini sering kali terjadi dalam hidup kita? Seluruh hidup Bileam diakhiri dengan kisah yang tragis, ia mati! Dalam Surat Petrus dan Yudas dikatakan bahwa peristiwa Bileam dipakai sebagai contoh kemurtadan. Orang-orang yang kelihatannya rohani, tetapi kenyataannya adalah budak keserakahan untuk mencari uang demi kepentingan sendiri. Karena itu di sini kita melihat bahwa waktu kita mengenal Firman Tuhan, bukannya kita tidak boleh mengenal keadaan di mana Tuhan menempatkan kita. Tetapi, jangan sampai situasi mengatur hidup kita dan kita mempertanyakan kehendak Tuhan! Kita bukannya taat kehendak Tuhan dan mempertanyakan situasi, tetapi justru mempertanyakan kehendak Tuhan dan berkata: apa ini cocok, sepertinya kurang riil? Seharusnya pada saat kita sudah mengenal kehendak Tuhan, kita justru harus berani mempertanyakan apakah setiap situasi benar-benar sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak. Bukannya lebih menuruti nafsu dan kelemahan kita sendiri. Orang yang sungguh-sungguh menaati kehendak Tuhan, juga harus mampu melihat situasi berdasarkan Firman Tuhan. Kalau ia sungguh-sungguh melaksanakan kehendak Tuhan, ia juga harus mampu mengevaluasi segala sesuatu yang Ia lihat berdasarkan Firman Tuhan. Tanpa itu, dia akan merasa seakan-akan hidup dalam dua dunia yang saling berkontradiksi. Mengapa ini begini dan begitu dan tidak dapat dipadukan. Kesulitannya bukan pada Firman Tuhan, tetapi pada dirinya. Baik Bileam maupun Ahas mengalami hal yang sama. Ahas melihat situasi sekeliling yang begitu berat dan menganggap lebih riil, lalu ia tidak peduli pada Firman Tuhan. Bileam lain lagi. Situasi sekitar membuat dia mempertanyakan kehendak Tuhan. Masakan kehendak Tuhan tidak dapat ditawar? Akhirnya Tuhan membiarkan Bileam pergi, tetapi ia dipermalukan dalam hidupnya, sebab ia tidak sungguh-sungguh menaati Firman Tuhan. Padahal kalau kita membaca seluruh Kitab Bilangan, sesungguhnya apa yang diucapkan Bileam adalah perkataan dari Tuhan, tidak bisa tidak. Itu sebabnya ketika kita melihat segala situasi dari kacamata Firman Tuhan, maka kita bertanya, mana yang lebih riil? Pada waktu kita mendengar Firman Tuhan, kita merasa bahwa Firman Tuhan benar. Tetapi kalau kita melihat keadaan sekeliling, rasanya keadaan di sekitar kita lebih riil. Maka sekarang kita bertanya mana yang lebih riil, kenyataan itu sendiri atau Firman Tuhan? 4. Gagal Untuk Menang Atas Dunia Yang Berdosa Dari seluruh prinsip Alkitab kita melihat bahwa dunia ini diciptakan oleh Tuhan. Karena itu perkataan Tuhan dan tindakan Tuhan tidak boleh kita pisahkan! Apa yang Tuhan firmankan dan apa yang Ia kerjakan tidak boleh dipisahkan. Kita tidak bisa hanya meminta Tuhan memberikan firman, namun tidak mau percaya pada pekerjaan Tuhan. Saya tidak bisa meminta Tuhan menyatakan pekerjaan yang ajaib tanpa peduli pada Firman-Nya. Sebab di sini kita melihat bahwa dari penciptaan sampai penggenapan segala sesuatu dalam Sorga, firman dan tindakan Allah tidak bisa dipisahkan. Kalau kita sungguh percaya Firman Tuhan dan kita melihat realitas, maka justru realitas itu harus dipertanyakan. Kalau realitas itu benar-benar realitas, maka tidak ada konflik. Kalau sampai timbul konflik, maka kesalahannya pasti terletak pada diri kita. Kita harus mencari di mana kesulitan kita. Kesulitannya adalah : kita ditempatkan Tuhan ditengah dunia yang sudah berdosa. Galatia 4 mengatakan bahwa dunia sudah dikuasai oleh cara berfikir yang bukan dari Tuhan. Dunia ini sudah didasari keinginan hati manusia yang mau berpisah dari Allah. Waktu kita berinteraksi dengan dunia ini, maka lama kelamaan kita mendapatkan satu pelajaran dari dunia sekitar kita. Dari pengalaman interaksi ini, kita mendapatkan prinsip-prinsip dunia. Lalu kita berhadapan dengan Firman Tuhan yang mengajarkan prinsip kebenaran yang harus kita terapkan. Kalau prinsip dunia yang kita anut, maka kita mengatakan bahwa Firman Tuhan tidak dapat diterapkan karena tidak sesuai dengan realitas sehari-hari. Pengalaman kita yang telah membentuk konsep menyebabkan kita mempertanyakan Firman Tuhan. Semuanya itu bukan karena Firman Tuhan tidak sesuai dengan fakta, tetapi karena kita telah menafsirkan Firman Tuhan berdasarkan norma-norma dunia. Kalau kita mau berfikir lebih dalam, misalnya, dapatkah bisnis diterapkan dengan teori kebohongan? Tidak bisa! Kalau kita melihat teori ekonomi, tidak satupun yang mengatakan bahwa bisnis dapat maju karena teori kebohongan. Tetapi dalam praktik, kita lihat itu “perlu.” Kalau tidak, tidak bisa maju. Konflik ini terjadi dalam diri manusia. Kita mau menafsirkan segala sesuatu menurut prinsip dunia. Mungkinkah kita menaati Firman Tuhan dengan setia, ataukah hidup kita menjadi terpisah dan kita tidak menyadari bahwa Dia adalah Tuhan yang menguasai alam semesta? Waktu kita berinteraksi dengan dunia, itu justru menyebabkan kita mempertanyakan prinsip Firman Tuhan. Waktu Tuhan mau memproses kita dalam situasi sehari-hari, bagaimanakah pengenalan kita akan Firman Tuhan? Sungguh kita percaya bahwa Ia adalah Tuhan atas alam semesta. Waktu Daud menjadi gembala domba maupun waktu menjadi raja, ia tetap dekat dengan Tuhan. Daud bisa mempunyai kacamata yang benar dalam melihat segala situasi, sehingga situasi ini bisa membawa dia untuk dekat dengan Tuhan. Bagaimana Daud bisa sadar bahwa Tuhan adalah gembala yang baik? Biarlah kita selalu sadar agar Firman Tuhan membuat kita berani mempertanyakan siatuasi yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Waktu saya di Bandung, saya pernah diminta oleh seorang anak untuk mengunjungi orangtuanya yang mempunyai persoalan. Menurut anak itu, orangtuanya selalu bertengkar setiap hari terutama setiap sang ayah pulang dari pekerjaan. Setiap hari ayahnya selalu memukul ibunya. Tetapi ketika saya datang ke rumah itu dan bertanya kepada si ibu, ibu itu tidak mengatakan bahwa ia mempunyai persoalan. Ternyata setelah sang ayah itu memukul sang ibu dan sang ibu menangis, maka sang ayah segera membelai-belai sang ibu, sehingga akibatnya sang ibu tidak menganggap ini sebagai persoalan. Di Solo saya pernah melayani satu keluarga yang retak karena suaminya digosipkan bermain cinta dengan wanita lain. Waktu istrinya mendengar informasi ini, langsung tidak bisa makan dan tidak bisa tidur. Saya bertanya kepada suaminya apakah benar bahwa ia menyeleweng dengan sekretarisnya? Suami itu menjawab sama sekali tidak. Tetapi mengapa ada gosip yang timbul seperti itu? Ternyata dalam keluarga itu, sang istri tidak pernah sempat mengurus dirinya sendiri karena terlalu sibuk dengan tugas sehari-hari. Di kantor, suaminya melihat sekretarisnya yang rapi dan menyenangkan, tanpa sadar ada transfer perasaan. Beranikah kita mempertanyakan situasi sekitar kita dan bukannya mempertanyakan Firman Tuhan? BAB XIII : MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH KAUM PILIHAN. PENGGENAPAN KEHENDAK ALLAH KAUM PILIHAN “Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." (Ibrani 10:7) “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya.” (Lukas 22:42-43) “Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya, lalu ia mangkat dan dibaringkan di samping nenek moyangnya, dan ia memang diserahkan kepada kebinasaan.” (Kisah Para Rasul 13:36) Terjemahan lain: “Daud pada zamannya, menjalankan kehendak Allah sampai selesai. Lalu tidurlah ia dipinggir nenek moyangnya.” “Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.” (Ibrani 10:36) Seorang yang sudah tua berkata kepada saya: “Apakah saudara pikir sedemikian mudah untuk mengerti dan menggenapkan kehendak Allah, sehingga dengan mengkhotbahkannya selama tiga bulan dianggap sudah selesai?” Saya menjawabnya: “Memang tidak mudah, tetapi kita perlu mengerti dahulu prinsip-prinsip Alkitab tentang kehendak Allah.” Ia mengatakan: “Bagi saya, seumur hidup saya menuntut, mencari dan mau mengetahui kehendak Allah, tetapi sedemikian sulitnya.” Memang tidak mudah untuk mengetahui kehendak Tuhan. Jika kehendak Tuhan tidak dinyatakan kepada kita dan kita tidak mempunyai kerelaan untuk taat, maka Roh Kudus tidak akan menyatakan kehendak Allah ke dalam hati kita masing-masing. Tetapi Roh Kudus akan memimpin kita melalui Kitab Suci yang sudah Tuhan wahyukan kepada kita. Kini kita akan melihat contoh bagaimana Kristus menjalankan kehendak Allah. (1) Seumur Hidup Berjalan dalam Kehendak Allah Ibrani 10:7 mengatakan ketika Tuhan Yesus datang ke dalam dunia, Ia menegaskan bahwa korban bakaran dan korban penebusan dosa tidak diperkenan. Itu berarti bahwa seluruh korban itu tidak ada artinya lagi, karena seluruh Taurat hanyalah merupakan tambahan dan bukan rencana Allah yang kekal. Hanya karena manusia sudah berbuat dosa, maka perlu diberikan suatu pernyataan dan melalui pemberian Taurat manusia baru sadar kalau ia berada di dalam dosa. Dengan pemberian Taurat, manusia tahu bahwa ia sudah melanggar dan tidak mungkin melakukan keadilan, kebajikan, serta kesucian Allah. Ketiga aspek ini merupakan tujuan utama Tuhan memberikan Taurat. Beribu-ribu tahun manusia telah menyembelih binatang, mengalirkan darah mereka dan datang kepada Tuhan untuk memperkenan Tuhan, untuk meminta pengampunan dari-Nya. Sebenarnya ini bukan manfaat yang sejati. Tetapi, ada sesuatu yang sudah disediakan oelh Allah dari kekal sampai kekal, yaitu Yesus Kristus turun ke dalam dunia, berdaging dan berdarah, supaya tubuh-Nya bisa dipaku di atas kayu salib. Korban bakaran dan korban penebusan dosa yang asli bukanlah lembu, atau domba, atau burung, atau binatang-binatang yang mengalirkan darah, karena sesungguhnya darah binatang tidak mempunyai kuasa apa pun untuk mengampuni dosa manusia. Tetapi darah Yesus Kristus adalah satu-satunya cara di mana Tuhan mau mengampuni dosa. Itu sebabnya, ketika Yesus datang ke dalam dunia, Ia berkata, “Ya Allah. Aku datang untuk menjalankan kehendak-Mu; Ya Allah. Segala sesuatu tentang Aku sudah tertulis di dalam gulungan kitab-Mu.” Ini berarti seluruh Perjanjian Lama sudah menunjukkan suatu pengharapan akan rencana penebusan Allah untuk dunia ini di dalam Yesus Kristus. Itu sebabnya, Yesus berkata bahwa Ia datang untuk menggenapkan kehendak Allah. Yesus datang dengan satu tujuan: menjalankan kehendak Allah! Ini merupakan suatu contoh, suatu keutuhan arti hidup bagi setiap orang yang hidup di dalam Kristus. Jikalau kita mengatakan: “Kita di dalam Kristus,” tetapi kita tidak meneladani Tuhan kita, itu adalah omong kosong! Jikalau kita mengatakan bahwa kita milik Kristus, tetapi kita tidak menjalankan apa yang dijalankan oleh Yesus, itu bohong! Gereja dan setiap orang Kristen, hendaklah kita bangun. Kita mau melihat teladan yang paling sempurna, teladan manusia sejati, di mana di dalam Dia Allah berkenan. Allah berkata: “Lihatlah Hamba-Ku yang Ku-pilih, yang Ku-perkenan.” Di dalam Dia terdapat perjalanan kehendak Allah. Di sini kita melihat Tuhan Yesus telah mengambil keputusan bahwa seumur hidup berjalan di dalam kehendak Allah. Alangkah indahnya jika suatu hidup berada di dalam tangan Tuhan, bahkan berada di dalam rencana Tuhan. Bukan saja mnengetahui rencana Tuhan, tetapi melakukan segala sesuatu sesuai dengan rencana Tuhan. Hidup seperti itu tidak akan sia-sia dan lenyap. Dunia akan lenyap serta segala nafsu yang ada di dalamnya. Tetapi mereka yang menjalankan kehendak Allah, akan selama-lamanya berada di dalam kemuliaan Tuhan. (2) Memprioritaskan Kehendak Allah Ketika Tuhan Yesus mengajarkan murisd-murid-Nya berdoa, Ia memberikan suatu hal yang sedemikian penting, yaitu memprioritaskan kehendak Allah! “Bapa kami yang ada di sorga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu” adalah doa tentang Tuhan, kesucian nama-Nya dan Kerajaan-Nya, yang merupakan penyembahan akan Tuhan dan status Tuhan. Kemudian Tuhan Yesus langsung melanjutkan dengan: “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.” Ini merupakan keinginan Tuhan, suatu hasrat yang begitu diutamakan oleh Kristus. Kehendak Allah tidak mendapat rintangan di sorga, kehendak Allah tidak mendapatkan hambatan di sorga. Semua malaikat harus menjalankan kehendak Allah, dan mereka pasti mau menjalankan kehendak Allah. Tetapi kehendak Allah ketika berada di dalam dunia, telah dirintangi oleh manusia, oleh saudara dan saya, orang-orang berdosa yang selalu mengeraskan hati, yang mengutamakan apa yang tidak seharusnya diutamakan. Kita menghambat, menolak, memperlambat, bahkan menghentikan pimpinan Tuhan. Jika setiap orang Kristen tidak menghambat pekerjaan Roh Kudus, jika setiap orang percaya tidak merintangi kehendak Tuhan, maka akan lebih banyak orang melihat kemuliaanm Tuhan di dunia ini. Tetapi kehendak Tuhan justru dihambat di dunia ini, Oleh karena itu, Tuhan Yesus mengajar kita berdoa: “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.” Bukan hanya Kristus menjalankan kehendak Allah. Kristus juga mengajar murid-murid-Nya agar kita mempunyai keinghinan supaya kehendak Allah terlaksana. (3) Tidak Menjalankan Kehendak Sendiri Tuhan Yesus di dalam seluruh tutur kata, tingkah lakju dan perbuatan, sama sekali tidak mau melakukan kehendak-Nya sendiri. Terkadang kita bertemu dengan seseorang, kita ingin mengatakan sesuatu karena kita jengkel sekali dengan dia. Tetapi, tahan dulu! Seorang Pendeta mengatakan: “Jika mau marah, cepat minum air, tetapi jangan di telan. Pada waktu mau marah ingat ada air di mulut. Lalu telan sedikit air itu. Setiap kali mau marah, telan sedikit lagi, sehingga masih tersisa di mulut. Maka setelah telan tiga kali, tidak jadi marah. Terkadang kita berbicara terlalu cepat sehingga merusak hubungan, merusak kehendak Allah.” Perkataan-perkataan itu perlu ditahan! Jika Saudara dapat menahan perkataan-perkataan Saudara dua menit saja, maka hidup Saudara akan lebih indah. Jika hal-hal yang kecil saja tidak bisa tahan, maka hal yang besar akan kacau! Banyak hal yang besar justru dikacaukan oleh karena ketidak-tahanan kita terhadap hal-hal yang kecil. Peribahasa mengatakan: “Rencana atau siasat yang besar, dikacaukan hanya oleh karena tidak tanah pada hal-hal yang kecil;.” Dalam Yoihanes 12:48-49, Tuhan Yesus mengatakan: “Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.” Mengapa demikian? Karena tidak ada satu pun perkataan yang keluar dari mulut Tuhan Yesus yang merupakan perkataan dari kehendak-Nya sendiri, tetapi semuanya adalah perkataan yang disaring oleh kehendak Allah. Kristus memiliki kemauan yang total, yaitu menjalankan kehendak Allah. Kristus mengajar orang Kristen berdoa supaya kehendak Allah yang jadi. Dari perkataan-perkataan Kristus, tidak ada satu pun yang dikeluarkan berdasarkan kehendak sendiri. Juga kelakuan-Nya, tidak ada satu pun yang dilakukan berdasarkan kehendak sendiri. Demikian pula halnya pada waktu Yesus mengalami kesusahan, kepicikan, dan pada waktu seolah-olah Ia mengalami kegagalan. (4) Taat Di dalam Pergumulan Hidup itu ada pasang surutnya. Tidak ada hari-hari yang terus terang-benderang. Kadang-kadang matahari bersinar, kadang-kadang berawan gelap. Kadang-kadang hujan deras. Kadang-kadang angin ribut datang. Jangan mengira hidup kita lancar terus. Siapkan payung sebelum hujan. Kadang-kadang melayani Tuhan lancar sekali, kadang-kadang pelayanan kita seperti tidak digubris, tidak ada respon yang baik. Jangan mengikuti teologi Sukses atau teologi Kemakmuran, yang mengatakan, “Barangsiapa yang diberkati Tuhan dan yang mencintai Tuhan, hidupnya pasti beres danlancar. Barangsiapa yang sakit dan celaka, pasti dikutuk oleh Tuhan.” Itu bukan ajaran Alkitab! Alkitab mengajarkan, sebagian orang-orang yang paling rohani justru mengalami kesulitan yang paling besar! Ayub bukan orang yang tidak takut akan Tuhan. Ia seorang yang penuh ketaatan kepada Tuhan, namun ia mengalami kesulitan. Jangan kita mengukur berkat-berkat Tuhan dengan kekayaan atau dengan kelancaran. Jangan kita mengukur pimpinan Tuhan hanya berdasarkan kesuksesan seseorang. Kiranya kita kembali kepada prinsip-prinsip Alkitab. Yesus Kristus menyatakan suatu kontras yang luar biasa. Pada waktu Ia mengirim ke-70 murid untuk pergi mengabarkan Injil. Ia membagi mereka dan setiap kelompok berisi dua orang, pergi mengelilingi kota dan desa. Seperti seorang rektor mengutus mahasiswa-mahasiswa teologinya untuk pergi ke desa-desa, ke kampung-kampung, untuk mengabarkan Injil. Lalu Yesus sendiri juga pergi seorang diri mengabarkan Injil. Ada pemimpin yang menyuruh anak buahnya pergi, namun ia sendiri tidur. Tuhan Yesus tidak demikian, Ia bukan seorang yang pintar mengatur dan pintar bicara saja, tetapi Ia sendiri juga menjalankan. Hal ini sengaja dicatat dalam Alkitab. Ke-70 orang itu sukses, Yesus tidak! Bagaimanba dengan kita? Kalau murid kita sukses, tetapi kita gagal; semua murid sukses, gurunya yang tidak berhasil, secara manusia, hal ini memalukan sekali. Ketika para murid kembali, mereka melaporkan: “O, Yesus, demi nama-Mu, setan telah kami injak-injak, penyakit-penyakit telah kami usir, setan takluk di bawah nama-Mu.” Mereka senang, “Puji Tuhan, setan kalah! Puji Tuhan, kesembuhan! Puji Tuhan, mujizat terjadi! Puji Tuhan, orang sakit disembuhkan!” Apakah waktu mendengar itu Yesus senang dan bertanya, “Siapa yang paling banyak menyembuhkan? Siapa yang paling banyak mengusir setan? Ia akan mendapat ijazah yang lebih tinggi.” Respon Tuhan Yesus tidak demikian. Ia memberikan respons yang luar biasa stabilnya. Ia mengatakan: “Jangan bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.” Keseimbangan inilah yang kita perlukan di dalam Kekristenan. Orang Kristen terlalu cepat dijerat di dalam suasana fenomena. Kelihatannya sukses, hebat dan dalam suasana kemenangan, tetapi tidak melihat apa yang bocor. Di dalam kemenangan-kemenangan kita, jikalau ada sesuatu yang bocor, dan prinsip-prinsip dikompromikan, di situ kestabilan kita mulai hilang. Gereja gagal bukan karena gereja tidak mempunyai bakat. Gereja gagal bukan karena gereja tidak mempunyai talenta atau karunia. Gereja gagal justru karena karunia-karunia itu berfungsi, tetapi lupa taat kepada Tuhan! Gereja di Korintus adalah gereja yang paling bertumbuh dan berkembang, namun justru adalah juga gereja yang paling banyak persoalan. Sehingga Paulus menulis kepada mereka, harus beres, harus tertib, agar ada kestabilan di antara mereka. Di gereja Korintus, karunia-karunia dan bakat-bakat apa pun ada, tetapi keadaan di sana justru kacau balau. Paulus menulis tentang karunia lidah hanya pada satu buku, hanya kepada satu gereja. Apa sebabnya? Gereja yang mempunyai karunia lidah itu justru tidak beres dan kacau balau! Bukan maksud Paulus agar surat 1 Korintus dipakai untuk pengobaran gerakan berbahasa lidah dan penerjemahan bahasa lidah. Justru kehendak Paulus dalam menulis surat 1 Korintus adalah untuk membatasi dan menghentikan kekacauan yang ditimbulkan oleh karunia-karunia itu. Alkitab berkata dengan jelas bahwa di dalam kehendak Tuhan, Ia mau kita berjalan menurut pimpinan-Nya dan tidak mengkompromikan segala prinsip yang penting dengan kesuksesan yang hanya menjadi fenomena saja. The essence ia more important than the phenomena. Pada waktu kita melihat gereja pada zaman ini, kelihatannya meriah, sukses dan berkembang, tetapi perkembangan-perkembangannya hanya secara fenomena. Kita tidak tahu berapa banyak prinsip yang sudah dikorbankan. Itu sebnabnya kita harus kembali kepada Alkitab. Alkitab mengatakan bahwa Yesus tidak tertarik dengan kalimat: “O, Yesus, karena nama-Mu setan takluk. O Yesus, oleh karena nama-Mu banyakp enyakit disembuhkan. Karena nama-Mu kami sudah mengadakan mujizat dan tanda ajaib.” Yesus diam dan kemudian berkata kepada mereka, “Jangan bersukacita karena hal-hal itu terjadi, tetapi bersukacitalah karena namamu ada tercatat di sorga.” Saya mempunyai pengalaman seperti ini. Pada umur 21 tahun, saya untuk pertama kalimya memimpin kebaktian kebangunan rohani. Penuh sesak. Banyak orang bertobat. Yang berkhotbah umur 21 tahun, yang mendengar ada yang berumur 50 tahun, 60 tahun. Mereka begitu kagum. Ketika berjabatan tangan dengan mereka di pintu gereja, seorang berkata, “Puji Tuhan! Sudah 30 tahun saya tidak mendengar khotbah yang begitu baik.” Saya baru berumur 21 tahun, tetapi ia sudah 30 tahun tidak mendengar khotbah yang baik. Orang yang lain berkata, ”Setelah zaman John Sung, tidak ada lagi yang berkhotbah dengan kuasa seperti ini.” Untuk seorang yang berumur 21 tahun, mendengar hal seperti itu, hati rasanya seperti minum es krim. Saya berumur 21, tetapi sudah seperti itu. Saya merasa hebat. Sekalipun mulut berkata, “Jangan begitu.” Tetapi hati berkata, “Puji Tuhan! Umur 21 sudah sukses.” Malam itu ketika saya berlutut di hadapan Tuhan, Tuhan menggerakkan hati saya. Persis seperti apa yang Tuhan katakan kepada murid-murid-Mya, “Jangan kira kau sukses. Jangan kira kau hebat. Kalau engkau mencuri kemuliaan-Ku, dan tidak mengembalikan kepada-Ku, Aku akan membuang engkau dan engkau akan menjadi garam yang tidak ada rasanya lagi.” Saya berlutut dan menangis, “Tuhan, beri kekuatan kepadaku. Pelihara saya seumur hidup di dalam kerendahan hati, taat kepada-Mu dan tidak menjadi senang karena dipuji orang.” Sejak saat itu hingga sekarang, sudah berlalu 30 tahun lebih. Pujian banyak sekali. Kalau saya hendak mencari pujian, itu mudah. Tetapi saya sudah mati terhadap pujian. Dipuji bagaimanapun, saya tidak akan menggubris, saya tidak akan menjadi lebih percaya diri. Atau kalau tidak dipuji orang, saya menjadi menghina diri. Tidak! Karena saya sudah mati dengan Kristus, maka pujian orang adalah soal kecil. Yang penting, besok di “sana” Dia memuji saya atau tidak. Kalau di bumi ini dipuji banyak orang, tetapi akhirnya sampai di sorga Tuhan tidak memuji, itu tidak ada artinya. Tetapi, jika di dunia ini kita menjalankan kehendak Tuhan, meskipun orang tidak senang, sampai di sana Tuhan memuji, itulah berkat yang lebih besar. Belajarlah untuk tidak melihat muka orang, tetapi harus melihat muka Tuhan, karena Dia jauh lebih penting dari manusia. Ketika semua murid-Nya berkhotbah seperti penuh kuasa, tetapi ketika Yesus Kristus mengabarkan Injil, tidak ada orang menerima, tidak ada orang yang bertobat. Yesus berpaling dan berkata kepada Bapa. Saya bisa membayangkan bagaimana jika murid berhasil, dosennya tidak. Bagaimana hati bisa senang? Tetapi di dalam keadaan yang sulit dan tidak sukses seperti ini Tuhan Yesus justru mengajarkan bagaimana menjalankan kehendak Allah. Bagis aya, Matius 11 adalah bagian paling suram. Matius 1-10 adalah bagian-bagian di mana kemuliaan Alah dipancarkan, tetapi di Matius 11 tidak ada. Tetapi justru di pasal ini, ketika mengalami kesusahan begitu besar, mengakibatkan sesuatu yang paling manis di dalam sejarah. Pasal 11 adalah permulaan Yohanes masuk ke dalam penjara dan diakhiri dengan Tuhan Yesus berkhotbah dan tidak ada hasilnya. Dalam Matius 11:20-24, Yesus mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya: “Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.” Kemudian berkatalah Yesus: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.” (Matius `11:25-30). Begitu kontras! Orang tidak menerima Dia. Orang tidak bertobat, bahkan setelah Ia berkhotbah dan melakukan mujizat, mereka tetap mengeraskan hati. Yesus berkata: “Hai, Kapernaum! Hai, Khorazim! Engkau sudah ditinggikan sampoaike langit, engkau akanjatuh ke dunia orangmati. Jika mujizat-mujizat yangdilakukan di tempatmu, dilakukan di Sidon, di Tirus, di Sodom dan Gomorah, mereka sampai sekarang tentu masih ada.” Namun, setelah selesai berkata demikian, Ia kembali berkata, “Ya Bapa, Tuhan langit dan bumi memang kehendak-Mu demikian.” – Because Thy will is like this. Sangat mudah bagi kita di dalam kelancaran memuji Tuhan. Tetapi sama sekali tidak mudah jika dalam keadaan susah kita memuji Tuhan. Sangat mudah kita menyanyi “Haleluya” pada waktu kita semua berkecukupan. Tetapi sangat tidak mudah kalau kita mendapat kesulitan-kesulitan. Kita seolah-olah dibuang dan tidak diterima. Selama saya memimpin kebaktian-kebaktian yang ada, yang paling banyak adalah 30.000 orang, yang paling sedikit hanya 2 orang! Mengapa hanya 2 orang? Karena ada orang yang tidak senang kepada saya. Mereka berusaha untuk mencerai-beraikan satu persekutuan, agar mereka tidak mendengar khotbah saya. Saya tidak tahu mengapa. Pada saat kebaktian tiba, mendadak semua tidak datang, tinggal 2 orang saja. Keduanya adalah orang yang tidak tahu apa-apa, karena keduanya itu anak kecil. Yang satu berumur 14, yang lain kira-kira 15. Saya merangkul mereka dan tetap berkhotbah, tetap memberitakan firman Tuhan kepada mereka dan mereka mendapat berkat yang besar. Kita kadang-kadang melihat matahari begitu bercahaya, kadang-kadang kita melihat berbulan-bulan awan gelap menudungi. Kadang-kadang kita melihat panas terik dan udara yang begitu baik, kadang-kadang kita melihat kedinginan begitu besar mengelilingi kita. Hidup kita seperti itu, kerohanian kita seperti itu. Demikian juga pelayanan kita. Yesus sendiri pun pernah mengalami hal seperti itu. Waktu Yesus mengalami keadaan seperti ini, bagaimanakah Dia? Dia menjadi contoh. Because Thy will, Thy will is like this. I accept it. Aku menerimanya! Saudara, terimalah pimpinan Tuhan dan kehendak-Nya pada waktu Saudara mengalami kesulitan-kesulitan di dalam hidup ini. Ini contoh dari Tuhan kita! Saya membaca suatu peristiwa yang terjadi di panti tuna-rungu. Seorang berkebangsaan Amerika datang ke panti tuna-rungu Kristen, sebuah sekolah khusus untuk orang-orang yang bisu dan tuli. (Universitas terbesar untuk tuna-rungu ada di Washington D.C. namanya Galaudette University). Ketika ia datang, ia mengatakan, “Ini sekolah Kristen untuk tuna-rungu. Saya ingin bertanya kepada siswa-siswi di sini untuk mengetahui apakah pendidikan di sini sukses atau tidak.” Orang ini kejam luar biasa. Ia bertanya kepada anak-anak kecil di sana. “Kamu percaya Tuhan mengasihi kamu?” Seorang anak kecil maju dan menjawabnya, “Aku percaya Tuhan mengasihiku.” Semua senyum-senyum. Orang itu bertanya lagi dengan menuliskan, “Jikalau Tuhan mencintaimu, kenapa kamu tuli dan bisu?” Anak itu melihat ke kanan dan ke kiri. Pertanyaan yang pertama mudah dijawab, pertanyaan kedua sulit dijawab. Ada yang tidakmenjawab, ada yang mulai mengalirkan air mata. Tetapi, ada seorang anak kecil yang maju ke depan. Ia mengambil kapur dan menuliskan ayat ini, “Ya Bapa, memang kehendak-Mu adalah seperti ini. Kehendak-Mu yang indah adalah seperti ini.” Sebelum ia menulis, gurunya tegang, tidak tahu anak itu mau menulis apa dan apa yang ditulisnya itu akan menyatakan apakah pendidikan di sekolah itu sukses atau tidak. Bukan hanya pendidikan yang bisa menuilis, mengerti, membaca dan bergaul, tetapi juga pendidikan yang bisa mengerti sampai tuntas: Bagaimana hidup di hadapan Tuhan! Pada waktu anak itu menulis kalimat itu, dia hafal Matius 11:26. Sesudah menulis, ia menambahkan lagi: Yesus berkata. Semua bertepuk tangan. Apa yang terjadi? Orang yang menanyakan pertanyaan yang kejam itu, sekarang giliran mengalirkan air mata. Kadang kita tidak tahu kehendak Tuhan. Mengapa anakku yang terbaik mati? Mengapa sudah mau sukses, tak jadi? Mengapa Tuhan tidak membiarkan saya lega, boleh bernapas sedikit? Bagi orang-orang tertentu, hidup itu sepertinya terlalu mudah. Tetapi bagi orang-orang lain, selalu ada kesulitan-kesulitan. Hari ini sebagai hamba Tuhan, biarlah saya menghimbau dan menghibur, karena Tuhan berkata, “Comfort ye, comfort ye, My people.” Jangan kira orang kaya tidak ada kesulitan. Jangan kira orang yang sukses dalam usaha tidak ada kesulitan. Setiap atap di dalamnya ada air mata yang sulit dikatakan kepada orang lain. Di bawah setiap atap ada kesusahan dan kehancuran hati yang sulit dimengerti oleh orang lain. Pada waktu kita mengalami awan gelap, pada waktu kita mengalami kesulitan, biarlah kita belajar untuk melihat ke atas. Kalau Anda sudah gagal melihat kanan-kiri, depan-belakang, coba lihat ke atas. Anda akan melihat senyuman Tuhan yang tidak meninggalkan Anda. Biarlah Anda berkata, ”Tuhan, memang kehendak-Mu yang indah adalah seperti ini. Dan saya tahu, tidak pernah ada matahari yang terus tertutup oleh awan. Pada suatu hari, pasti ada senyuman yang akan tiba.” Kiranya dengan iman yang kuat, Saudara bersedia hati, sabar dan tekun sampai Saudara menggenapi kehendak Tuhan dalam hidup Saudara masing-masing. Inilah satu contoh dari Yuhan Yesus. Karena kehendak-Mu adalah seperti ini, di dalam kesulitan, di dalam tangisan. Yesus memberi peringatan yang besar di dalam pengajaran-Nya untuk setiap zaman. Ini tertulis dalam Matius 7 pada ayat-ayat yang terakhir. “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Matius 7:15-23) Salah satu ayat yang paling membuat orang pusing, membuat orang bingung, adalah bagian terakhir dari perikop ini. Siapakah mereka? Jikalau mereka adalah orang-orang Kristen, mengapa Yesus mengatakan: Aku belum pernah mengenal engkau? Jikalau mereka belum pernah dikenal Yesus, mengapa mereka pernah mengadakan mujizat demi nama Yesus? Jikalau mereka mengadakan mujizat, mengapa Yesus tidak mengakui mereka? Jikalau mereka mengusir setan dan bernubuat, mengapa Yesus mengatakan: Aku belum pernah mengenal engkau? Jika kita mau membaca kalimat terakhir: “Enyahlah engkau, orang yang berbuat kejahatan”, maka saya kira di sini terjadi satu gap yang besar: gejala-gejala pelayanan berlainan dengan hidup yang sejati! Perhatikan suatu hubungan yang penting sekali, yang pada zaman ini sudah dilonggarkan dan dikompromikan, yaitu mengkaitkan ayat sebelum ayat 21 dengan ayat-ayat terakhir ini. Yesus mengatakan: “Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik; sedang pohon yang tidak baik, menghasilkan buah yang tidak baik.” (Matius 7:17). Apakah buah? Buah jangan ditafsirkan sebagai cara melayani dan fenomena-fenomena keberhasilan pelayanan. Sekali lagi, buah jangan dipersamakan dengan cara-cara pelayanan dan keberhasilan di dalam melayani. Buah-buah hanya dilihat dari kesucian, ketaatan kepada Tuhan dan hidup berjalan di dalam pimpinan firman Tuhan. Hidup dalam kesucian, ketaatan, dalam pimpinan firman Tuhan, dalam kejujuran dan kesungguhan, itulah buah! Jangan katakan, lihat buahnya, ia sudah giat, ia sudah ke gereja. Ia ikut pelayanan, bersaksi, bahkan mengusir setan, melakukan mujizat – itulah buahnya. Itu bukan buah! Itu fenomena. Itu gejala dan keberhasilkan pelayanan hanya di luarnya saja, hanya secara lahiriah saja. Itu bukan buah! Berulang kali saya mengatakan bahwa saya menghargai mereka yang sincere (tulus), yang sungguh-sungguh, jujur, taat kepada Tuhan, menjaga dan hidup dalam kesucian, yang berjalan dalam keadilan dan benar-benar mentaati prinsip-prinsip pimpinan dan perintah Tuhan. Itu buah! Buah jangan dilihat secara lahiriah saja, jangan dari luar. Orang ini kelihatan ke sana-sini bersaksi. Begitu banyak ia melayani Tuhan. Begitu berkuasa. Ia bisa melakukan mujizat, bisa menyembuhkan orang sakit. Itu bukan buah. Hal itu juga belum tentu menyatakan penyertaan Tuhan di tengah-tengah mereka. Apa sebabnya? Karena Yesus mengatakan kepada mereka: Aku tidak pernah mengenal engkau! Saya tidak mengatakan setiap orang yang menyembuhkan itu tidak dikenal oleh Tuhan. Saya tidak mengatakan setiap orang yang mengalahkan setan itu tidak dikenal oleh Tuhan. Tetapi saya berkata, bahwa di antara begitu banyak orang yang katanya hamba Tuhan, yang menyembuhkan orang sakit, melakukan mujizat dan menginjak-injak setan, bahkan yang sudah bernubuat demi nama Yesus, Yesus berkasta: “Aku tidak pernah mengenal kamu, kamu sekalian pembuat kerjahatan!” Kalau demikian, mengapa Tuhan memperkenankan orang-orang yang tidak pernah dikenal oleh Dia melakukan hal-hal yang besar seperti itu? Membiarkan mereka sepertinya sukses, sepertinya memperalat dan memanipulasi nama Yesus, sampai pada akhirnya baru dibongkar? Jawabannya: “Saya tidak tahu, hanya kedaulatan Allah-lah yang membiarkan hal itu.” Jangan lupa, di dalam tingkatan-tingkatan kehendak Tuhan, kita telah melihat sampai ke tahap dibiarkan oleh Tuhan sehingga akhirnya harus berhadapan derngan pengadilan Tuhan. Peringatan yang sedmikian besar ini mengajarkan kepada kita bahwa janganlah kita beranggapan setiap orang yang menyebut Yesus sebagai Tuhan akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, tetapi hanya mereka yang melakukan kehendak Bapa. Siapakah mereka? Saya berharap mereka yang rela melakukan kehendak Bapa di sorga adalah Saudara. (5) Taat sampai Mati Ia telah menyimpulkan seluruh hidup-Nya dengan cara doa yang begitu taat kepada Tuhan, ”Bapa, jika Engkau mau, ambillah cawan ini daripada-Ku, tetapi bukan kehendak-Ku, tetapi kehendak-Mu yang terjadi” (Lukas 22:42-43). Yesus berdoa, karena Ia harus meminum cawan murka Allah. Keadilan yang “memabukkan” segala bangsa dan keadilan yang menghancurkan segala orang berdosa, sekarang tiba kepada Dia. Yesus berkata: “Bukan kehendak-Ku, tetapi kehendak-Mu jadilah.” Melaui bagian ini saya menyimpulkan suatu kehidupan yang total taat, yang menjadi “wakil kedua” umat manusia. Bandingkan dengan “wakil pertama” umat manusia yaitu Adam. Manusia pertama di taman Eden, manusia kedua di taman Getsemani. Sebelum berdosa, taman Eden merupakan taman yang indah sekali; sebaliknya taman Getsemani merupakan taman yang penuh kegelapan. Di dalam taman Eden, Tuhan menyediakan segala sesuatu supaya Adam dapat menikmatinya; sebaliknya, di taman Getsemani Tuhan memperbolehkan semua musuh Tuhan berkeliling untuk menangkap dan membunuh Dia. Kedua taman ini terlalu kontras!
Di taman Eden kita mendengar seruan di dalam hati manusia, “Bukan kehendakMu,tetapi kehendakku yang terjadi.” Sebaliknya, di taman Getsemani kita mendengar seruan Manusia kedua. “Bukan kehendak-Ku,tetapi kehendak-Mu yang terjadi.” Cawan murka Allah betul-betul tidakTuhan singkirkan. Berarti, kadang-kadang doa kita tidak dikabulkan oleh Tuhan. Terlalu banyak kpotbah yang tidak bertanggungjawab, yang hanya mencari kesenangan manusia untuk membuat pasaran yang besar. Saya tidak menginginkan demikian! Tuhan memang tidak menyingkirkan cawan itu, tetapi Tuhan memberikan kekuatan agar Yesus meminum cawan itu hingga tetes terakhir demi menanggung dosa Saudara dan saya. Inilah teladan Tuhan kita, teladan Penebus kita. Dari keadaan seperti ini, kita baru tahu bagaimana hidup menjadi orang yang menjalankan kehendak Tuhan. Sudahkah Sayudara rela menjadi seorang Kristen yang memikul salib, menyangkal diri, dan mau menjalankan kehendak Allah ? Sudahkah Saudara menyediakan hati untuk menyingkirkan segala kemauan sendiri dan kemauan Setan yang selalu mengganggu dan merongrong hidup Saudara? Dan maukah Saudara mengundang Tuhan Yesus untuk masuk ke dalam hati Saudfara dan meminta Dia memimpin hidup Saudara? PENUTUP: MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH KAUM PILIHAN Dari Kisah Para Rasul 13:36 kita melihat betapa Daud setelah menjalankan kehendak Allah, ia kemudian “tidur” di tempat nenek moyangnya. Berarti Daud sampai matinya terus berjuang untuk menjalankan kehendak Tuhan. Ada semacam orang yang sampai akhir hidupnya masuk ke dalam pergumuilan yang tidak ada habis-habisnya oleh karena terus menereus melawan kehendak Tuhan. Tetapi ada juga orang yang pada akhir hidupnya begitu tenang, oleh karena dia sudah menjalankan kehendak Tuhan, dan sekarang ia tidur dalam pangkuan Tuhan untuk selama-lamanya, menikmati sejahtera Tuhan. Itu sebab penulis Ibrani (Ibrani 10:36) meminta kita untuk mempunyai ketekunan, sehingga setelah melakukan kehendak Tuhan, kita beroleh apa yang Tuhan janjikan kepada kita. MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH KAUM PILIHAN. Amin

Tags