Latest News

Showing posts with label Perisai Iman. Show all posts
Showing posts with label Perisai Iman. Show all posts

Sunday, January 27, 2019

IMAN, UJIAN, DAN KETEKUNAN

IMAN, UJIAN, DAN KETEKUNAN

IMAN, UJIAN, DAN KETEKUNAN. Surat Yakobus :1:1 Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan.

1:2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,

1:3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.

1:4 Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.

Surat Yakobus ditujukan kepada orang Yahudi yang tadinya begitu mementingkan Taurat, perbuatan, tapi kemudian sudah percaya Kristus lewat iman. Apahubungan antar iman dan kelakuan? Itulah  topik yang diutamakan oleh penulis. Yakobus, penulis surat ini adalah adik kandung Yesus Kristus, yang percaya Yesus, setelah Dia  bangkit.

Inilah contoh yang balk bagi kita: Yesuspun menunggu 33 sekian tahun, barulah anggota keluargaNya mengakui Dia adalah Anak Allah. Saat Yakobus tua, dia dijuluki sebagai  The pillar of the church. Karena dia memelihara firman Tuhan dengan balk, memelihara iman yang sejati, yang selaras dengan kelakuannya, maka dia dihormati oleh semua orang di Yerusalem. Ada banyak orang yang imannya benar tapi kelakuannya tidak benar, karena iman yang dia miliki hanyalah iman kognitif, menurut Yakobus, iman seperti itu bagai tubuh yang tak berjiwa, mati adanya.

Sementara ada juga orang yang berkelakuan balk tapi tidak beriman, kelakuannya tak akan dapat diperkenan Tuhan (Ibr. 11:6).  Alkitab mengajarkan dengan jelas:  faith  comes by hearing, hearing comes by the

word of  Jesus Christ. Karena hanya iman yang didasarkan pada firman bisa menjadi sumber kekuatan seseorang berkelakuan  baik. Memang, ada banyak orang non Kristen yang kelakuannya cukup baik, bahkan jauh lebih baik dari orang yang mengaku diri Kristen, tapi kelakuan balk mereka didasarkan atas respon mereka terhadap  general revelation  (wahyu umum)

di bidang moral. Sementara iman yang sejati didasarkan pada firman, dan  kelakuan yang sejati didasarkan pada iman.

Surat Yakobus membahas kedua hal itu dengan begitu jelas dan tuntas. Taurat diberi agar manusia menyadari dirinya sudah jatuh di dalam dosa, tak layak datang kepada Allah yang begitu suci, adil dan bajik, kita butuh kekuatan Tuhan, memampukan kita memandang pada Kristus, Pemberi Taurat. Prinsip itu kits dapatkan secara tuntas, sinkron dan konsisten dari PL sampai PB. Orang Israel tidak sanggup memenuhi tuntutan Tuhan di dalam Taurat, Petrus mengakui hal itu di konsultasi teologi yang ke-1 di Yerusalem (Kis.15). ltu sebabnya kita butuh Yesus. Dialah yang menggantikan kita menggenapkan seluruh tuntutan Taurat. Maka kata Yesus kepada Nikodemus, Kalaukau tidak diperanakkan dengan Roh Kudus dan air, kau tidak mungkin masuk ke dalam Kerajaan Allah. Kalimat Yesus pada Nikodemus itu hanya diucapkan satu kali. Di sini kita belajar, Yesus tidak menunggu sampai puluhan ribu orang berkumpul, baru Dia menyampaikan khotbah yang penting. Dia bisa mengkhotbahkan satu prinsip kunci pada

satu orang kunci, untuk mempengaruhi seluruh dunia: Taurat adalah pemberian Allah, tapi Roh Kuduslah yang dijanjikan untuk menggenapkan apa yang tidak sanggup dilakukan oleh Taurat.

Setelah kita mengerti kunci-kunci ini, saat kita membaca surat Yakobus, barulah kita jelas mengapa di surat yang ditujukan pada dua belas suku yang beriman ini Yakobus berkata,kau sudah beriman? Kau akan diuji. Saat diujimemang menderita sekali, sampai mungkin kau bimbang: apa gunanya beriman pada Tuhan? Setelah aku beriman, kesulitan yang kualami lebih besar dari mereka yang tidak beriman. Where are You, God, when I suffer?

Tapi pesan Yakobus di awal suratnya ini, saat kau diuji, anggaplah sebagai satu sukacita besar  -- suatu mentalitas yang sangat berbeda, yang membenarkan kalimat Socrates  "seorang yang tidak pernah diuji tidak layak hidup di dunia". Permisi tanya, mengapa ada banyak orang miskin tapi kemudian menjadi kaya, sementara ado banyak kaya yang jatuh miskin? Karena Tuhan merancang sifatmanusia begitu rupa, perlu diuji baru bisa menjadi kokoh, itu sebabnya Tuhan memberibatu, semuk duri, kesulitan, musuh di jalan kita, no exception, agar kita memiliki fighting spirit.

Saya bersyukur pada Tuhan yang telah melatih saya sejak kecil, hingga soya sanggup makan makanan yang paling sederhana, pakai pakaian yang murah, naik pesawat yang termurah. Saat pekerjaan Tuhan terwujud nanti, kita akan tahu, bahwa kita bisa memberikan yang terboik untuk Tuhan, juga

bisa menerima hal yang tersulit, yang Tuhan berikan. Itulah jiwa dan iman Kristen yang sejati. Karena  to suffer and  to  know why I suffer adalah dua hal: orang yang menyadari akan rencana Tuhan di tengah kesusahannya akan memuji Tuhan. Perhatikan:  what you feel, what you know, what you conscious, what you learn from your suffering is more important  than the suffering itself.
Sama-sama sebagai anak piatu, ada yang setelah besar membuka panti asuhan, ada juga yang menjadi penculik anak orang.  Jadi, bukan pengalaman, tapi pengetahuanmu akan kesusahanlah yang  akan mengubah hidupmu. Ay.2,  saat kau berada didalam berbagai-bagai pencobaan (lebih tepat: ujian) ....karena ujian berbeda dengan cobaan: cobaan datang dari iblis, ujian datang dari Allah. Tuhan mengizinkan aku mengalami sengsara, bukan karena Dia  tidak ada, sebaliknya, justru karena Dia ada, maka Dia memakai sengsara untuk melatih, mengolah, membentuk kita menjadi orang yang lebih berguna. Jadi, waktu kita sengsara, jangan kita berkata "Di mana Kau,Tuhan?" Dia akan menjawab "I was in your suffering, I know everything by detail"  "Mengapa Kau tidak membantu?" "Aku membantumu melewati kesedihan itu" Kalau begitu, Tuhan itu kejam. Tidak! Pikiran Tuhan

yang adil, yang punya rencana agung jauh lebih tinggi dari pikiran kita. Maka kata Yakobus kau harus menganggap ujian sebagai satu sukacita besar, karena kau tahu ....... inilah kuncinya: pengetahuan akan kesusahan adalah modal kite' untuk menangatas segala kesulitan yang menimpa kita. "....karena kamu tahu...." artinya mereka pernah dididik, sekarang diingatkan. Apa yang mereka tahu? ujian terhadap imanmu akan menghasilkan ketekunan. Sekali lagi saya tandaskan, IQ bukanlah sesuatu yang terpenting, di dunia ini, ada banyak orang yang 1Q nya tinggi tapi gagal. Kira-kira 10 tahun yang Iampau, orang Barat baru mulaimenyadari pentingnya EQ. Apakah seorang yang punya IQ & EQ saja sudah cukup? Belum, masih memerlukan  WQ (will  quotient). Padahal 2000 tahun yang lalu orang Tionghoa sudah tahu hal itu, pepatah mereka:  you zhi zhe, shi jing cheng:  orang yang tekadnya bulat dan tekun pasti akan berhasil. Salah satu unsur penting yang membuat seorang sukses adalah tekun, tekun yang tidak mengenal kompromi; menyerah, hanya karena menemui kesulitan. WQ paling sedikit mempunyai dua unsur:

1. consistency, dari awal sampai akhir tetap sama. Tentu saja bukan konsisten dalam kesalahan melainkan  konsisten dalam kebenaran, dalam menjalani rencana Tuhan. Allah kita adalah Allah yang konsisten, karena Dia adalah kebenaran yang tidak perlu berubah.

2.  fight. Sering kita menyaksikan orang fight untuk hal yang tidak benar, sementara orang benar malah tidak berani fight. Keduanya sama: dipakai oleh iblis. Orang yang konsisten di dalam kebenaran dan betul-betul fight untuk kebenaran, dialah orang yang mempunyai WQ. Konsisten dan  ketekunan;  fighting spirit  yang tak pernah  memudar, itulah yang Yakobus maksudkan di sini: karena kamu tahu, setelah imanmu diuji akan menghasilkan ketekunan, teologi Reformed menyebutnya: perseverance of

the saint,  orang suci akan setia dalam mempertahankan imannya, sampai hari dia bertemu Tuhan.

Di abad ke-20, kuasa politik yang paling ganas bahkan melebihi kaum Nazi adalah Komunisme, mereka berani menganiaya orang yang tidak menyetujui

mereka begitu rupa, tapi ketekunan orang Kristen membuat mereka kehabisan aka!, walau dipukul, dipenjara, dibunuhpun tetap tidak goyah, mereka tetap percaya Yesus.  Jadi, bukan orang yang pintar khotbah, melainkan mereka yang mengabarkan Injil, tekun, setia sampai mati tetap menaati firman Tuhan, tidak kompromi karena penderitaan, merekalah yang mengukir sejarahgereja, melestarikan kekristenan.

Apa bedanya gereja di abad ke-1 dan gereja di akhir zaman ini? Gereja abad ke-1 tidak mempunyai bangunan, organisasi, administrasi, dana, tapi mereka punya iman, ketekunan, api penginjilan, sementara gereja sekarang memiliki segalanya, namun tidak memiliki satu hal yang penting: iman. Tuhan berkata kepada gereja di Laodekia, kau kira kau kaya, padahal kau miskin, telanjang, buta. Yesus Kristus berkata kepada gereja di Sardis, kau kelihatannya hidup, tapi sebenarnya mati. Biji matamu besar tapi buta, tidak melihat apa yang Tuhan ingin kau lihat; mata rohaninya buta. Banyak wanita mengenakan pakaian yang termahal, namun rohaninya telanjang. Banyak orang punya banyak uang, tapi rohaninya miskin. Tuhan berkata, Aku akan menembusi hati nuranimu sampai sedalam-dalamnya, tahu apa yang ada  padamu.

Yakobus berkata, setelah diuji, kau akan menjadi perseverance. Mengapa kita  tidak menyukai barang-barang yang mudah rusak? Karena tidak tahan lama. Di istana terdapat dua jenis ornamen yang tahan  lama: emas dan guci. Emas masih bisa berubah warna, tapi guci yang sudah diproses pembakaran 1300 derajat, asalkan tidak pecah, bisa dipajang sampai seribu tahun,  warnanya tetap sama, tidak berubah. Tuhan sudah menyelamatkan kite', once saved,  save forever. Saya yakin, Tuhan akan memelihara orang percaya sampai selama lamanya. Tapi siapa yang Tuhan pelihara? Mereka yang tahan uji, yang tekun sampai akhir, yang taat dalam penderitaan-penderitaan yang sesuai dengan rencana dan kehendakNya.

Kalau orang berpikir, "Re-formed mengajarkan predestinasi, Tuhan  sudah menetapkan siapa yang selamat, jadi kita tidak perlu mengabarkan Injil", dia  adalah orang yang bodoh luar biasa. Kalau saya sudah mendesain suatu

bangunan, perlukah bangunan itu dibangun? Perlu. Allah memang sudah menetapkan siapa yang akan Dia selamatkan, tapi Dia tetap perlu  mengirimkan Yesus datang ke dunia, menjadi manusia, dipaku di atas kayu

salib - merealisasi rencanaNya di dalam proses sejarah yang dinamis.

Waktu tugu Pahlawan di Surabaya dibangun, setiap minggu sekali, saya mengayuh sepeda ke samping kantor Gubernur, duduk di sana, menyaksikan pembangunan tugu itu, soya belajar satu hal: sang mandor selalu mencocokkan bangunan yang sedang berlangsung dengan denah bangunan, antara rencana dan pelaksanaannya. Allah punya rencana atas kita, pelaksanaan rencana itu adalah menggarap kau dan  saya, menjadi bahan bangunan (istilah yang Petrus pakai: living stone; batu hidup) di  dalam Kerajaan Allah yang kekal. Mengapa disebut batu hidup? Karena batu-batu itu dipakai untuk membangun Bait Allah. Dan  Tuhan  berfirman, you are the temple of God. Berapa  indahnya sebuah gedung gereja bukanlah hal yang terlalu penting, tapi orang yang rohaninya baik, mempunyai kebenaran, cinta Tuhan, menjalankan kehendak Allah adalah harta gereja yang terpenting, adalah  living stone.

Permisi tanya, saat kita membangun rumah, mungkinkah batu besar, kecil ditumpuk sesuka hati? Tidak! Batu-batu itu perlu dipotong, di-poles, disusun dengan rapi. Itulah yang dimaksud, setelah imanmu diuji akan membuahkan ketekunan, kau sedang digarap oleh Tuhan, dipotong, dirapikan, dipoles.....

sesuai dengan apa yang telah Allah rencanakan, bertekunlah sampai akhir, sampai  Bait Allah itu terwujud. Apa yang dihasilkan lewat ujian? Dikatakan di sini, going to be complete, going to be accomplished, going to be  perfect. Hidup yang sempurna, utuh, tanpa kurang suatupun adalah hidup yang seperti apa? Baca ay.2-4, Ujian iman menghasilkan ketekunan, dan ketekunan menghasilkan apa? Kematangan. Banyak orang baik dalam segala hal, tapi masih kurang sesuatu. Kurang apa? Perfect of quantity toward  the perfect  of the quality.  Saat seekor ayam bertelur, telur itu sempurna. Tapi kalau lewat dua tahun masih tetap berupa telur, balk atau tidak? Kalau ditinjau dari pertumbuhan, tentu tidak baik. Mengapa? Dia belum mencapai tujuan: menjadi seekor ayam. Maka telur butuh dierami; kehangatan tubuh sang induk, agar bisa bertumbuh dan bertumbuh, sampai menjadi seekor anak ayam. Setelah itu, apakah dia sudah sempurna? Belum, karena dia masih kecil, dia perlu bertumbuh lagi --- inilah pertumbuhan dari kualitas mengarah ke kuantitas, lalu dari kuantitas mengarah pada kuantitas. Manusia yang pertumbuhan fisiknya  sudah sempurna, sudah boleh menikah, melahirkan bayi yang tidak bisa berjalan,

tidak bisa berbicara sampai 12 bulan, barulah dia mulai belajar berjalan. Setelah dia bisa berjalan, apakah dia sudah sempurna? Sempurna, tapi kesempurnaan secara kualitas baru dicapai saat dia berusia 24 tahun, saat tubuhnya sudah bertumbuh sempurna, boleh menikah; itulah kesempurnaan kuantitas, dia menjadi orang  dewasa. Apakah sudah cukup? Belum, dari kuantitas perlu dilatih, diolah, diberi ujian, agar  dia mencapai kesempurnaan kualitas yang lain. Ada seorang bertanya pada seorang guru

vokal, "dari sekian banyak muridmu, murid mana yang terbaik?"  "Yang itu, suaranya luar biasa"  "Sudahkah kau puas akan apa yang dicapainya?" "Belum"  "Mengapa?"  "Dia memang  sudah menguasai tehnik, potensinya ada"  "Jadi, masih kurang apa?"  "Kurang seni"  "Mengapa kau tidak membekalinya?"  "Seni tidak bisa saya turunkan, kecuali dia sendiri mengalami penderitaan"


Tiga tahun kemudian orang bertanya lagi pada guru itu, jawabnya  "Sekarang dia sudah sempurna. Karena dia pernah mengalami patah hati, bahkan hampir bunuh diri, maka waktu dia menyanyi, bukan hanya mengandalkan tehnik,pengalaman, seni terpantul dari batinnya yang pernah menderita". Itu sebabnya, penderitaan memang penting. Asal penderitaan itu kau alami karena kau menjalankan kehendak Tuhan, bukan karena kau

berdosa. Jadi, jangan hanya tekun. Karena tekun hanya untuk memelihara keselamatanmu tidak hilang, kau perlu memiliki fighting spirit  yang akan membuatmu menjadi matang, sempurna, utuh, tidak kekurangan suatupun (ay.4). Tak kurang suatu apapun jangan dimengerti sebagai tidak kekurangan materi, melainkan Tuhan tidak lagi menemukan cacat cela, kekurangan dalam dirimu, Dia merasa puas akan dirimu,karena kau tahan uji. Maukah kau menjadi orang yang seperti itu di mata Tuhan?

Biarlah kita yang berada di dalam proses sejarah ini rela digarap, dibentuk, dikikis, menerima penderitaan-penderitaan yang  sesuai dengan rencanaNya yang kekal, sampai kita berjumpa denganNya



Souarce : https://teologiareformed.blogspot.com/2018/10/iman-ujian-dan-ketekunan.html#

Tuesday, January 22, 2019

Perlengkapan Rohani : Efesus 6:14-18

Perlengkapan Rohani : Efesus 6:14-18Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan. (Efesus. 6:14)
Salah satu hal yang paling menakutkan dalam medan perang adalah jikalau musuh kita tidak terlihat sedang berada di mana, sedangkan mereka dapat melihat kita dengan jelas. Benteng yang tidak mengetahui dirinya sedang dikepung dalam kegelapan malam adalah benteng yang sedang berada dalam bahaya. Namun, hal inilah pula yang sering terjadi pada kehidupan orang Kristen. Sering kali, orang Kristen lengah dan lupa bahwa mereka sedang berada di dalam peperangan dengan si jahat. Musuh sedang mengatur barisan dengan sigap tak bersuara dalam jarak dekat dan siap untuk menyerang, namun orang Kristen tidak mengetahui hal ini.
Dalam terang firman Tuhan, semua barisan tentara si jahat yang rapi itu telah dinyatakan kepada kita. Mereka persis ada di hadapan kita dengan formasi siap menyerang. Berdirilah tegap adalah instruksi dari Paulus supaya kita memasang barisan. Ini seperti teriakan seorang komandan perang yang mengisyaratkan sebuah formasi perang. Berdirilah tegap supaya formasi kita tidak hancur ketika tabrakan barisan depan dengan formasi musuh terjadi.
Ikat pinggang yang tempatnya di tengah-tengah tubuh atas dan bawah, berguna untuk mengencangkan pakaian atas dan bawah pada tubuh kita supaya gerakan kita menjadi leluasa. Berikatpinggangkan kebenaran (truth) artinya adalah gerakan dan manuver-manuver kita dalam medan perang harus sesuai dengan gerakan yang diperbolehkan kebenaran tersebut. Ikat pinggang juga dapat berarti pembatasan gerakan kita. Ini berarti serdadu Kristen terikat pada kebenaran dan tidak boleh menggunakan cara berdosa untuk mengalahkan kuasa dosa.
Baju zirah dipakai sebagai pelindung dada. Dada merupakan bagian yang paling vital selain kepala. Serangan ke dada biasanya adalah serangan yang langsung mematikan. Harus dilindungi dengan apakah dada serdadu Kristen? Tidak lain yaitu keadilan (righteousness). Terjemahan LAI “keadilan” dapat mengelirukan pembaca dengan justice. Mungkinrighteousness lebih sepadan dengan kebenaran hidup, dengan mengingat makna benar di sini dalam arti right, bukan true (yang adalah kata sifat dari truth). Sering kali serdadu Kristen hanya ingat berperang dengan truth, tetapi tidak dengan righteousness. Padahal, righteousness mempunyai peranan yang vital bagi kemenangan. Ia adalah baju zirah yang selain melindungi, juga membuat serdadu kelihatan gagah. Orang yang tidak mementingkan hidup benar kehilangan keanggunan seorang serdadu Kristus, dan sedikit serangan musuh akan langsung membuatnya terkapar. Hidup benar membuat kita menjadi serdadu yang kuat dan ditakuti.
Apakah kita sebagai serdadu Kristen sudah berdiri tegap dan mengenakan semua perlengkapan ini? Janganlah terlena lagi. Musuh diam-diam membentuk formasi untuk menggempur kita. Mari, berdirilah tegap, atur barisan, pakai ikat pinggang kebenaran, dan baju zirah hidup benar!

Bot Pasukan Injil

Karakter prajurit di dalam permainan catur mencerminkan karakter jenis prajurit di medan perang yang sebenarnya. Dalam peperangan, pasukan infantri mempunyai gerakan dan tugas berbeda dari pasukan pemanah dan pasukan berkuda. Sama halnya, masing-masing prajurit dalam permainan catur mempunyai ketentuan langkahnya sendiri. Kuda melangkah dengan huruf L dan boleh melompati prajurit lain. Benteng bergerak lurus. Gajah menyerang dengan gerakan diagonal. Pion hanya boleh melangkah satu langkah ke depan, tetapi menyerang dengan jarak dekat secara diagonal ke depan. Yang paling ditakuti tentu adalah menteri, yang mempunyai semua kemampuan prajurit lain, kecuali kuda. Menteri adalah prajurit serba bisa dan paling membahayakan jika berada di benteng lawan. Sering kali, peperangan sebenarnya sama dengan permainan catur: cara langkah prajurit mendefinisikan seluruh kemampuan dan kekuatan prajurit tersebut.
Bagaimana dengan peperangan rohani? Orang Kristen perlu mengetahui prinsip dalam medan peperangan bahwa manuver gerakan barisan tentara sangat penting untuk memenangkan peperangan. Pola gerakan seperti apa yang mematikan dan ditakuti oleh lawan? Paulus menjelaskan dalam Efesus 6:15, “[Hendaklah] kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera.” Sama seperti gerakan menteri adalah gerakan yang paling ditakuti dalam permainan catur, manuver gerakan kaki orang Kristen yang rela memberitakan Injil adalah manuver yang paling ditakuti oleh si Jahat. Semakin banyak orang Kristen menginjili, pasukan Iblis semakin terkepung dan formasi mereka semakin kacau balau. Gerakan mereka menjadi terhambat dan barisan mereka semakin terdesak. Langkah untuk mengabarkan Injil adalah langkah prajurit Kristen yang paling ditakuti oleh Iblis.
Apakah dalam medan peperangan rohani ini, kita sudah bersepatukan kerelaan untuk memberitakan Injil? Sering kali, kaki kita berat sekali untuk pergi mengabarkan Injil. Ini sangat merugikan kubu kita dan sekaligus menguntungkan pihak lawan. Paulus sudah memberikan rahasia untuk memenangkan peperangan ini. Dengan gerakan formasi yang tepat, niscaya kemenangan ada di tangan kita. Pakailah bot kerelaan untuk memberitakan Injil. Dengan derap langkah bot perang itu, mari kita bersama-sama menggempur pertahanan dan perlawanan musuh.

Seni Perang Paulus (III): Perisai Iman

Ketika menyaksikan sebuah adegan perang di zaman kuno, ketika senapan dan meriam belum ditemukan, saya sering kagum melihat keberanian pasukan yang berlari menerjang ke barisan musuh. Ketika pasukan lawan seperti semut berlari menyerang, pihak yang lain memajukan para pemanah mereka. Ribuan panah dilepaskan dengan sudut diagonal yang tepat dengan mengukur kecepatan angin dan kecepatan lari pasukan musuh, dan hujan panah pun turun tepat pada posisi barisan depan musuh. Yang mengagumkan saya lebih daripada keakuratan para pemanah adalah: Mengapa para penyerang itu nekat maju padahal mereka tahu hujan panah menunggu mereka?
Salah satu jawaban yang paling penting tentu adalah iman dan harapan untuk menang. Minggu lalu, kita sudah merenungkan pola serangan pasukan Kristus terhadap musuh Kristus, yaitu dengan gerakan pemberitaan Injil. Namun, kita harus menyadari bahwa ketika kita melakukan gerakan serangan ini, setan-setan mengarahkan panah api mereka, dan kita tidak perlu meragukan keahlian dan akurasi para pemanah mereka. Jika tidak berhati-hati maka banyak orang Kristen dapat jatuh dalam hujan panah api itu.
Serangan seperti apakah panah api si jahat itu? Panah api membuat kita putus asa dalam kehidupan Kristen kita. Ia begitu menakutkan dan menciutkan kita. Dalam jerih lelah kita, sering kali, kita putus pengharapan terhadap pimpinan Tuhan. Kita takut melangkah karena seolah-olah Tuhan tidak lagi menyertai kita. Pandangan kita kepada Tuhan terhalang oleh rapatnya panah api di angkasa yang sedang mengarah kepada kita.
Pernahkah Anda kehilangan keberanian ketika sebuah pelayanan membutuhkan langkah iman? Ikutilah nasihat Paulus: “dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat” (Efesus. 6:16).

Helm Keselamatan dan Pedang Roh

Dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah. (Efesus. 6:17)
Apakah dapat Anda bayangkan berangkat perang tanpa helm? Prajurit yang paling tangguh sekali pun tidak akan meremehkan bagian tubuh yang paling penting itu. Bersama dada, kepala adalah bagian tubuh yang vital. Serangan di kepala dapat membuat seorang petarung pusing, sempoyongan, tidak konsentrasi, pingsan, sampai tewas. Karena itu, perlengkapan yang menutup dan melindungi kepala prajurit Kristen tidak boleh sembarangan. Paulus menyuruh jemaat Efesus untuk menerima ketopong (helm) keselamatan. Apa maksud dari kepala terlindungi helm keselamatan?
Saya teringat pernah suatu kali bermain game dengan cara curang. Dengan cara tertentu, saya membuat jagoan saya kebal dan tidak dapat mati diserang oleh musuh sehebat apa pun. Perbedaannya dengan main tanpa kekebalan tak terbatas adalah adanya rasa aman dan tenang ketika bermain. Tidak ada kekhawatiran jagoan mati di tengah jalan karena musuh terlalu tangguh. Dengan langkah pasti dan kokoh, jagoan saya maju melibas satu per satu musuh hingga menamatkan permainan dengan kemenangan.
Sama halnya, ketika kita maju berperang di medan peperangan rohani, kita perlu jaminan keselamatan. Tanpa jaminan keselamatan dari Tuhan, kita tidak akan sanggup menang. Bukankah kemenangan besar si jahat adalah jika dia berhasil membawa orang ke dalam kebinasaan? Selain itu, keyakinan akan janji keselamatan membuat kita dapat maju dengan tidak ragu dan dengan hati yang damai sejahtera. Ini membuat kita menjadi prajurit yang tak tergoyahkan.
Pedang Roh adalah satu-satunya senjata ofensif dari semua perlengkapan yang disebutkan oleh Paulus. Semua perlengkapan yang lain menjaga kita dari serangan Iblis, tetapi pedang Roh adalah senjata yang secara langsung dapat mematikan lawan. Pertarungan tidak dimenangkan hanya dengan pertahanan yang baik, tetapi dengan serangan yang baik juga. Seberapa piawai kita memakai pedang itu tergantung dari pengenalan kita akan firman Tuhan. Pengenalan firman Tuhan tidak hanya didapatkan dari pemahaman yang dalam dan mengakar, tetapi juga dari melakukan firman Tuhan. Orang yang rajin melakukan firman Tuhan bagaikan orang yang tidak puas hanya dengan menghafal teori permainan pedang, tetapi langsung mempraktikkan pedang itu di lapangan.
Apakah Anda sudah menggunakan helm keselamatan, yang menjamin Anda bertempur dengan damai dan rasa aman, dan sudahkah Anda piawai mengayunkan pedang Roh, yang memberikan kemenangan itu?

Senjata Terakhir

Selama beberapa minggu kita telah merenungkan perlengkapan-perlengkapan perang yang paling ditakuti oleh Iblis, yaitu ikat pinggang kebenaran, baju zirah keadilan, kasut kerelaan memberitakan Injil, perisai iman, ketopong keselamatan, dan pedang Roh. Dari perlengkapan dan senjata yang dinasihatkan oleh Paulus, kita mengenal ketangguhan musuh kita. Mereka sama sekali tidak dapat diremehkan karena hanya dapat dikalahkan dengan senjata paling baik dari sorga. Dan kini, sampailah Paulus pada puncaknya ketika dia mengeluarkan senjata pamungkas terakhir.
“… Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus” (Efesus. 6:18).
Doa adalah senjata terakhir dan pamungkas yang harus dibawa oleh orang Kristen ke dalam medan peperangan rohani itu. Tidak ada satu pun perlengkapan atau senjata yang disebutkan sebelumnya yang dapat digunakan dengan efektif jika tidak disertai dengan senjata terakhir ini. Itulah sebabnya Paulus berkata, “Berdoalah setiap waktu.”
BACA JUGA: SIAPAKAH HAMBA TUHAN YANG SEJATI?

Berdoa menunjukkan siapa sesungguhnya yang memenangkan peperangan. Kita harus berdoa setiap saat karena tanpa doa kita tidak akan dapat menggunakan senjata pemberian Allah. Tanpa doa, kita juga akan mempunyai persepsi yang salah terhadap kekuatan diri kita. Kita akan mengira bahwa kita memenangkan peperangan karena kepiawaian diri kita dalam menggunakan semua perlengkapan perang itu dan kemudian kita menjadi sombong.
Tidak hanya berdoa bagi diri sendiri, kita juga harus berdoa bagi rekan seperjuangan kita. Bukankah barisan yang tercerai-berai adalah tanda bahwa kekalahan sebuah pihak sudah dekat? Saling mendoakan membuat barisan kita terjalin dengan erat dan kehendak Tuhan dinyatakan dan digenapkan melalui kita sebagai sebuah umat yang kolektif. Dan tak ada yang lebih mengerikan bagi lawan kita daripada semua umat Tuhan di dunia serentak taat terhadap komando Tuhan. 
Perlengkapan Rohani : Efesus 6:14-18.
https://teologiareformed.blogspot.com/2018/08/perlengkapan-rohani.html#

Tags