Latest News

Showing posts with label Matius 7. Show all posts
Showing posts with label Matius 7. Show all posts

Monday, July 20, 2020

NABI PALSU PENYESAT: MATIUS 7:15-23


NABI PALSU PENYESAT: MATIUS 7:15-23
NABI PALSU PENYESAT: MATIUS 7:15-23. Matius 7:15-23 - “(15) ‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. (16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (17) Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. (18) Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. (19) Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. (20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. (21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

Hal-hal yang didapat dari NABI PALSU PENYESAT: MATIUS 7:15-23

1) Nabi-nabi palsu itu berbahaya!

MATIUS 7:15: “‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas”.

Bahwa mereka berbahaya bisa terlihat dari:

a) Kata ‘serigala’ yang jelas merupakan seekor binatang yang berbahaya bagi seekor domba. Bdk. Kis 20:29.

b) Mereka ‘menyamar sebagai domba’ ( MATIUS 7:15).

NASB/NIV: ‘come to you in sheep’s clothing’ (= datang kepadamu dalam pakaian domba).

Jadi, serigala itu datang kepada domba dengan pakaian / kulit domba. Mereka cuma pakaian / kulitnya saja yang kristen, tetapi dalamnya tidak! Serigala biasa sudah berbahaya, tetapi serigala yang menyamar sebagai domba jauh lebih berbahaya lagi!

c) Mereka disebut sebagai ‘nabi-nabi palsu’ (MATIUS 7:15).

Jadi, serigala-serigala itu bukan menyamar sebagai orang-orang Kristen biasa, tetapi sebagai ‘nabi’.

1. Nabi adalah orang yang mempunyai kedudukan tinggi.

Jadi, mereka menyamar sebagai orang yang punya kedudukan tinggi seperti Majelis, Pengurus komisi dan sebagainya.

2. Nabi adalah orang yang memberitakan Firman Tuhan.

Jadi, mereka menyamar sebagai orang yang memberitakan Firman Tuhan seperti Pendeta, Penginjil, dosen sekolah theologia, guru Sekolah Minggu, guru agama, penginjil pribadi (dalam kasus Saksi Yehuwa), dan sebagainya. Ini yang membuat mereka sangat berbahaya. Dengan pengajaran mereka yang sesat mereka menyesatkan banyak orang.

2) Karena mereka itu berbahaya, maka kita diperintahkan untuk waspada terhadap mereka (MATIUS 7:15).

a) Nabi-nabi palsu sudah ada pada jaman Yesus.

Ini terlihat dari Matius 7: 15 dimana Yesus menggunakan kata ‘datang’ / ‘come’, bukan ‘akan datang’ / ‘will come’. Tetapi menjelang akhir jaman (sekarang ini!), maka nabi-nabi palsu akan semakin banyak (Matius 24:11-14,24). Jadi, kita harus makin waspada.

b) Cara berwaspada:

1. Banyak berdoa untuk meminta Tuhan memimpin dalam pengertian Firman Tuhan.

2. Banyak membaca / belajar Firman Tuhan.

3. Hati-hati dalam memilih gereja / pengkhotbah.

4. Hati-hati dalam memberi persembahan. Kalau saudara memberikan persembahan kepada gereja yang sesat, pada hakekatnya saudara memberi persembahan kepada setan!

5. Jangan menganggap setiap pendeta / hamba Tuhan sebagai pendeta / hamba Tuhan. Saudara harus memeriksa dulu apakah orang itu betul-betul hamba Tuhan atau nabi palsu.

3) Ciri-ciri nabi palsu:

a) Buah / kehidupan yang jahat.

MATIUS 7:16-20: “(16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (17) Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. (18) Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. (19) Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. (20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka”.

Dikatakan di sini bahwa dari buahnya kita bisa mengenal mereka. Apa artinya ‘buah’? Ada yang mengartikan ‘ajaran’, ada pula yang mengatakan ‘pengaruh ajaran’, ada lagi yang mengatakan ‘kehidupan’. Yang mana benar? Mari kita membandingkan ay 16-20 ini dengan Mat 3:8-10 dan Mat 12:33-37.

Mat 3:8-10 - “(8) Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. (9) Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! (10) Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api”.

Mat 12:33-37 - “(33) Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal. (34) Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. (35) Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. (36) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. (37) Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.’”.

Perhatikan bahwa ketiga bagian ini mengandung ayat-ayat yang mirip / sama. Jadi, arti ‘buah’ dalam ketiga bagian ini pasti sama, dan jelas bahwa artinya adalah ‘kehidupan’. Arti ini cocok dengan kontext (lihat Matius 7: 21,23 yang menunjukkan kehidupan yang jahat dari nabi palsu).

Jadi, ciri nabi palsu adalah hidup yang jahat. Contoh:

1. Mengejar keuntungan.

Yer 8:10 - “Sebab itu Aku akan memberikan isteri-isteri mereka kepada orang lain, ladang-ladang mereka kepada penjajah. Sesungguhnya, dari yang kecil sampai yang besar, semuanya mengejar untung; baik nabi maupun imam, semuanya melakukan tipu”.

Tit 1:11 - “Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya, karena mereka mengacau banyak keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak untuk mendapat untung yang memalukan”.

2Pet 2:3 - “Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamudengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda”.

Ro 16:18 - “Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya”.

Ini banyak terdapat dalam gereja-gereja yang ‘Cho Yesu’ / ‘Cho gereja’!

2. Baik kepada orang yang menguntungkan.

Mikha 3:5,11 - “(5) Beginilah firman TUHAN terhadap para nabi, yang menyesatkan bangsaku, yang apabila mereka mendapat sesuatu untuk dikunyah, maka mereka menyerukan damai, tetapi terhadap orang yang tidak memberi sesuatu ke dalam mulut mereka, maka mereka menyatakan perang. ... (11) Para kepalanya memutuskan hukum karena suap, dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran, para nabinya menenung karena uang, padahal mereka bersandar kepada TUHAN dengan berkata: ‘Bukankah TUHAN ada di tengah-tengah kita! Tidak akan datang malapetaka menimpa kita!’”.

Test tentang kehidupan ini sukar dilakukan karena:

a. Kita sukar tahu tentang kehidupan nabi itu.

b. Nabi palsu bisa pura-pura saleh.

c. Semua nabi asli juga adalah manusia berdosa (bdk. Daud berzinah, membunuh, dan sebagainya). Memang sebetulnya, sekalipun nabi palsu maupun asli itu adalah manusia berdosa, tetapi ada bedanya. Nabi asli punya kesungguhan untuk taat. Tetapi inipun adalah sesuatu yang sukar terlihat.

Test ini hanya bisa kita pakai kalau kita dekat dengan nabi itu sehingga tahu betul-betul tentang hidupnya.

b) Nubuat yang meleset.

Ul 18:22 - “apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya.’”.

Kalau ia bernubuat / meramal tentang masa depan dan meleset (sekalipun hanya meleset satu kali) maka ia adalah nabi palsu! Karena itu perhatikanlah orang-orang yang sering mengeluarkan nubuat! Khususnya Saksi-Saksi Yehuwa yang para tokohnya berulang kali menubuatkan kedatangan Yesus yang keduakalinya, tetapi berulang kali gagal / meleset! Demikian juga dengan sekte di Bandung baru-baru ini.


c) Ajaran yang sesat.

Ul 13:1-3 - “(1) Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, (2) dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, (3) maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu”.

2Pet 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.

Gal 1:6-9 - “(6) Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, (7) yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. (8) Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. (9) Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia”.

1Yoh 4:1-3 - “(1) Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. (2) Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, (3) dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia”.

2Yoh 7-11 - “(7) Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus. (8) Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya. (9) Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak. (10) Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat”.

Kesalahan ajarannya bisa berupa suatu ajaran yang menyenangkan orang, ajaran yang tidak menegur dosa, ajaran yang memberitakan yang enak-enak saja.

2Taw 18:12 - “Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu berkata kepadanya: ‘Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik.’”.

Yer 8:11 - “Mereka mengobati luka puteri umatKu dengan memandangnya ringan, katanya: Damai sejahtera! Damai sejahtera!, tetapi tidak ada damai sejahtera”.

Yer 23:16-17 - “(16) Beginilah firman TUHAN semesta alam: ‘Janganlah dengarkan perkataan para nabi yang bernubuat kepada kamu! Mereka hanya memberi harapan yang sia-sia kepadamu, dan hanya mengungkapkan penglihatan rekaan hatinya sendiri, bukan apa yang datang dari mulut TUHAN; (17) mereka selalu berkata kepada orang-orang yang menista firman TUHAN: Kamu akan selamat! dan kepada setiap orang yang mengikuti kedegilan hatinya mereka berkata: Malapetaka tidak akan menimpa kamu!’”.

2Tim 4:3-4 - “(3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng”.

1Yoh 4:5 - “Mereka berasal dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal duniawi dan dunia mendengarkan mereka”.

d) Motivasi yang salah.

Misalnya mencari kemuliaan diri sendiri

Yoh 7:18 - “Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya”.

Bdk. Yoh 3:30 - “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil”.

Ini juga sukar terlihat tetapi kadang-kadang bisa terlihat dengan jelas! Misalnya: 


Pendeta yang melarang jemaatnya untuk berbakti di gereja lain atau memberi persembahan kepada gereja lain atau melayani di gereja lain, sekalipun gereja lain itu tidak sesat. Pendeta seperti ini hanya menginginkan jemaat itu untuk dirinya sendiri dan bukan untuk Tuhan.

Contoh lain: Pendeta yang sengaja pamer kepandaiannya pada waktu khotbah.

Seseorang mengatakan: “No man can at one and the same time prove that he is clever and that Christ is wonderful” (= Tidak ada orang yang pada saat yang sama bisa membuktikan bahwa ia adalah orang yang pandai dan bahwa Kristus itu sangat indah / luar biasa).

4) Nasib akhir dari nabi-nabi palsu.

MATIUS 7:21-23: “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

a) Masuk surga? Tidak!

Orang-orang ini menyebut ‘Tuhan, Tuhan’. Jadi, mereka mengaku diri sebagai orang Kristen. Dan orang-orang ini melayani Tuhan (Matius 7: 22). Tetapi orang-orang ini tidak taat kepada Tuhan (Matius 7: 21,23). Ini kontradiksi dengan sebutan ‘Tuhan’ yang mereka gunakan.

Luk 6:46 - “‘Mengapa kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?”.

2Tim 2:19b - “‘Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.’”.

Yesus mengatakan bahwa orang-orang ini tidak akan masuk surga (MATIUS 7:21). MATIUS 7:21 ini tidak mengajarkan ‘keselamatan melalui perbuatan baik’! Penafsiran terhadap ay 21 ini tidak boleh bertentangan dengan Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.

Calvin mengomentari MATIUS 7: 21b dengan kata-kata ini: “These words, therefore, do not exclude faith, but presuppose it as the principle from which other good works flow” (= Karena itu, kata-kata ini bukannya membuang iman, tetapi mensyaratkannya sebagai asal usul / sumber dari mana semua perbuatan baik mengalir).

Jadi, MATIUS 7:21 itu menunjuk pada orang-orang yang tidak membuktikan ‘iman’nya dengan perbuatan baik. Mereka tidak masuk surga dengan ‘iman’ seperti itu.

Bdk. Yak 2:17,26 - “(17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. ... (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”.

b) Masuk neraka? Ya! Karena memang hanya ada 2 tempat setelah kematian. Jadi, kalau tidak masuk surga, tentu masuk neraka!

Bdk. 2Pet 2:12-13 - “(12b) oleh perbuatan mereka yang jahat mereka sendiri akan binasa seperti binatang liar, (13a) dan akan mengalami nasib yang buruk sebagai upah kejahatan mereka”.

Ada 2 hal yang harus diperhatikan dari Matius 7:21-23:

1. MATIUS 7:22: “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga?”

Ada lagi 2 hal yang harus diperhatikan:

a) Sekalipun mereka bernubuat, mengusir setan, dan melakukan banyak mujijat, dan sekalipun mereka melakukan semua itu demi nama Yesus, mereka tetap adalah nabi-nabi palsu. Jadi, janganlah menganggap kata-kata ‘demi nama Yesus’ sebagai jaminan keaslian kekristenan / kenabian seseorang.

b) Dari kata-kata dalam Matius 7: 22 ini kelihatannya mereka mengira mereka selamat, atau, mereka memprotes dalam usaha mereka supaya selamat (bdk. Matius 25:44). Ini sia-sia!

2. MATIUS 7:21-23 tidak mengajarkan bahwa keselamatan bisa hilang!

Ada 3 alasan:

a) Kontext ( MATIUS 7:15-23) berbicara tentang nabi palsu!

b) Orang-orang itu dikatakan sebagai ‘pembuat kejahatan’ (MATIUS 7: 23).

Jadi, iman mereka tidak dibuktikan dengan perbuatan baik, dan karena itu iman mereka mati / tidak ada (bdk. Yak 2:17,26). Jadi, mereka hanya orang Kristen KTP. Ini cocok dengan gambaran ‘serigala yang memakai pakaian domba’ (Matius 7: 15), yang menunjukkan bahwa mereka bukan domba yang sejati. Karena mereka cuma Kristen KTP, jelas bahwa mereka bukan kehilangan keselamatan, tetapi mereka memang tidak pernah selamat!

c) Matius 7: 23 Yesus berkata: ‘Aku tidak pernah mengenal kamu!’.

Seandainya mereka pernah betul-betul percaya dan diselamatkan, maka pasti Yesus pernah mengenal mereka! Bandingkan dengan ayat-ayat ini:

1. Yoh 10:27 - “Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku”.

2. 2Tim 2:19a - “Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: Tuhan mengenal siapa kepunyaanNya’”.

PENUTUP:NABI PALSU PENYESAT: MATIUS 7:15-23
Kalau nabi-nabi palsu itu tidak masuk surga, tetapi masuk neraka, dan demikian juga dengan para pengikutnya. Jadi, pastikanlah bahwa saudara tidak mengikuti nabi-nabi palsu itu!

NABI PALSU PENYESAT: MATIUS 7:15-23
-AMIN-
Berbagi
Pdt.Budi Asali, M.Div.

postingan populer

MEMBENTUK KARAKTER KRISTEN YANG TANGGUH (MATIUS 7:17-18)


MEMBENTUK KARAKTER KRISTEN YANG KUAT
MEMBENTUK KARAKTER KRISTEN YANG KUAT.“Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik” (Matius 7:17-18).

PENDAHULUAN
Dr. Tim La Haye dalam bukunya yang berjudul You and Your Family, memberikan diagram silsilah dua orang yang hidup pada abad 18. Yang pertama adalah Max Jukes, seorang penyelundup alkohol yang tidak bermoral. Yang kedua adalah Dr. Jonathan Edwards, seorang pendeta yang saleh dan pengkhotbah kebangunan rohani. Jonathan Edwards ini menikah dengan seorang wanita yang mempunyai iman dan filsafat hidup yang baik. Melalui silsilah kedua orang ini ditemukan bahwa dari Max Jukes terdapat 1.026 keturunan : 300 orang mati muda, 100 orang dipenjara, 190 orang pelacur, 100 orang peminum berat. Dari Dr. Edwards terdapat 729 keturunan : 300 orang pengkhotbah, 65 orang profesor di universitas, 13 orang penulis, 3 orang pejabat pemerintah, dan 1 orang wakil presiden Amerika. Dan, kisah ini mengantarkan kita pada pembahasan yang sangat penting, yaitu tentang karakter Kristen.

Dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa kebiasaan, keputusan dan nilai-nilai dari generasi terdahulu sangat mempengaruhi kehidupan generasi berikutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli psikologi dan pendidikan pada umumnya yang menyatakan bahwa lingkungan dan agen yang banyak mempengaruhi pembentukan karakter, iman, dan tata nilai seseorang adalah keluarga asal (the family of origin). (Sijabat, B.S., 2008. Membesarkan Anak Dengan Kreatif. Penerbit Andi: Yogyakarta, hal. 17-18). Dengan kata lain, keluarga asal dianggap paling berperan dan berharga dengan berbagai dinamika dan kondisi apapun dalam membentuk karakter dan kebiasaan seseorang.

APAKAH KARAKTER KRISTEN ITU?
Tema tentang karakter adalah bahasan yang penting, tetapi jarang dibicarakan dan telah diabaikan, bahkan dikalangan Kristen sekalipun. Dua kemungkinan alasan pengabaian ajaran ini adalah : (1) Bahasan ini dianggap kurang manarik dibanding dengan tema doktrinal lainnya; (2) Tidak semua orang suka membahas karakter karena ini menyangkut wilayah “kepribadian” seseorang yang dianggap tidak boleh diusik. Puluhan buku teologi yang pernah saya baca tidak mencantumkan tema ini sebagai bahasan penting seperti tema-tema doktrinal lainnya.

Akibat dari pengabaian ini banyak orang Kristen yang tidak mengetahui ajaran dari tema yang sangat penting ini, padahal Jerry C. Wofford telah mengamati bahwa “bagi seorang pemimpin gereja, tidak ada atribut yang lebih penting ketimbang karakter”. Selanjutnya Wofford menjelaskan, “Dalam pengajaranNya Yesus sangat menekankan karakter para muridNya. Surat Paulus kepada Timotius dan Titus juga berbicara mengenai karakter pemimpin gereja. Karakter itu meliputi kualitas seperti: integritas, kemurnian moral, kelemahlembutan dan kesabaran. Kualitas kepemimpinan dibahas diseluruh Perjanjian Baru. Unsur karakter Kristen sangat penting sehingga Yesus mengambil waktu khusus untuk mengajarkannya kepada mereka yang akan memimpin gereja mula-mula” (Wofford, J.C, 2001., Kepemimpinan Kristen Yang Mengubahkan, terj, Penerbit ANDI: Yokyakarta, hal 115-116). Tragisnya, akibat ketidaktahuan ini, banyak orang Kristen tidak bertumbuh dalam karakter Kristen yang baik, dan lebih buruk lagi, tetap merasa bertumbuh padahal stagnan!

1. Pengertian Karakter Kristen
W.J.S Poerwadarminta menyebutkan karakter sebagai, “tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lainnya” (Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka: Jakarta). Karakter adalah istilah psikologis yang menunjuk kepada “sifat khas yang dimiliki oleh individu yang membedakannya dari individu lainnya”. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Baru, Pustaka Phoenix: Jakarta). Yakob Tomatala mendefinisikan karakter sebagai, “hakikat, sifat, dan ekspresi kepribadian seseorang yang dinyatakan melalui pembicaraan serta perilaku dalam lingkungan atau konteks dimana ia hidup”. (Tomatala, Yakob., 2003. Pemimpin Yang Handal: Pengembangan Sumber Daya Manusia Krisen Menjadi Pemimpin Yang Kompeten. Penerbit YT Leadership Foundation: Jakarta, hal. 41). Jadi, pada dasarnya karakter adalah sifat-sifat yang melekat pada kepribadian seseorang. Sedangkan Kristen adalah sebutan bagi seseorang yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, karakter Kristen disebut juga sifat-sifat Kristen, yaitu kualitas rohani yang dimiliki seorang Kristen.

2. Pembentukan Karakter

Setiap pribadi dikenali melalui sifat-sifat (karakter) yang khas baginya. Pembentukan pribadi mencakup kombinasi dari beberapa unsur yang tidak mungkin dapat dihindari, yaitu unsur hereditas, unsur lingkungan, dan kebiasaan. (1) Unsur hereditas adalah unsur-unsur yang dibawa (diwariskan) dari orang tua melalui proses kelahiran, seperti keadaan fisik, intelektual, emosional, temperamen dan spiritual; (2) Unsur lingkungan mempunyai peranan dan pengaruh yang besar dalam membentuk karakter dari pribadi seseorang. Unsur lingkungan disini meliputi lingkungan keluarga, lingkungan tradisi dan budaya, serta lingkungan alamiah (tempat tinggal); (3) Unsur kebiasaan adalah suatu tindakan atau tingkah laku yang terus menerus dilakukan menjadi suatu keyakinan atau keharusan. Kebiasaan-kebiasan ini akan turut membetuk karakter seseorang.

Secara umum ketiga unsur tersebut membentuk pribadi seseorang. Tetapi, ada lagi satu unsur yang membedakan orang Kristen dari yang bukan Kristen, yaitu unsur regenerasi atau kelahiran baru, yang bersifat radikal dan supranatural. Justru unsur regenerasi ini sangat menentukan dalam pembentukan karakter Kristen, karena tanpa regenerasi ini kita gagal menyenangkan Allah.

PENTINGNYA KARAKTER KRISTEN
Alasan penting mengapa kita perlu mengajarkan dan menampilkan karakter Kristen adalah: (1) Kemerosotam moral. Karena saat ini sudah begitu luas kalangan yang merasakan terjadinya kemerosotan moral. Pengajaran karakter adalah suatu perlawanan terhadap kemerosotan moral dan terhadap etika modern yang rasionalistik yang dipengaruhi oleh pencerahan dan individualistik; (2) Bahaya Pluralisme. Dalam zaman globalisasi dari postmodern saat ini kita semakin menyadari berbagai aturan moral yang berbeda dari berbagai budaya yang berbeda. Saat ini kita hidup disuatu zaman perjumpaan global dan keragaman budaya, dan itu membutuhkan kemampuan untuk beradaptasi; (3) Pudarnya semangat keteladan. Karakter dibentuk oleh orang-orang lain yang menjadi model atau mentor yang kita ikuti. Orang tua, guru, pembina, pelatih yang menjadi model atau teladan bagi kita turut membentuk karakter kita. Dengan dituntun atau mengikuti dan meneladani para pembina atau sosok lain yang layak diteladani kita belajar mengenali dan mewujudkan berbagai disposisi, kebiasaan, dan keterampilan emosional dan intelektual yang dinyatakan oleh berbagai kebajikan. Sayangnya, kebanyakan teori etika individualistik dan rasionalistik modern kurang memperhatikan pengaruh-pengaruh ini, atau dengan kata lain semangat untuk mewarisi keteladanan kebenaran ini semakin memudar.

Kita mengetahui bahwa identitas orang Kristen dikenal lewat dua kualitas transformatif yang secara metaforis dinyatakan sebagai “garam” dan “terang” dunia (Matius 5:13,14). Kedua metafora ini mengacu kepada “perbedaan” dan “pengaruh” yang harus dimanifestasikan murid-murid Yesus kepada dunia ini. Kedua metafora ini dapat diartikan sebagai “penetrating power of the Gospel” yang harus dinyatakan oleh murid-murid Yesus yang sudah lebih dahulu mengalami transformasi. Implikasi dari penegasan ini cukup serius, yaitu bahwa orang Kristen secara harus memikul beban moral dari metafora-metafora ini secara konsisten dan konsekuen. Lebih jauh, implikasi ini bukan sekedar penegasan, tetapi merupakan sebuah panggilan bagi orang Kristen untuk melibatkan diri dan memberi solusi dalam masalah-masalah dunia ini tanpa harus menjadi duniawi.

Tetapi, pengaruh kurangnya karakter yang baik merupakan aspek yang dapat merusak kesaksian Kristen. Jika garam menjadi tawar maka ia tidak berguna (Matius 5:13). Dan jika terang disembunyikan di bawah gantang maka ia tidak dapat menerangi semua orang (Matius 5:15). Karena itu Kristus menegaskan, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik (kalá erga)dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Matius 5:16). Kata Yunani “kalá erga” atau yang diterjemahkan “perbuatan yang baik” menunjuk kepada perbuatan baik dalam pengertian moral, kualitas dan manfaat. Dengan demikian, perbuatan baik adalah cermin dari kualitas karakter seseorang. 

Karena itu, pentingnya karakter hidup Kristen dijelaskan oleh Stephen Tong sebagai berikut, “Hal ini merupakan tugas dan fungsi akhir dari pendidikan Kristen”. Selanjutnya Stephen Tong menjelaskan, “Kita sebagai orang Kristen, selain memberikan hidup kepada orang-orang yang kita didik, selain kita mengharapkan mereka memiliki hidup di dalam (inward life) yang sudah dilahirkan kembali, mereka juga membentuk karakter diluar (outward character). Hidup ini merupakan pekerjaan Roh Kudus melalui firman yang kita kabarkan, melalui Injil yang kita tegaskan sebagai pusat iman, kita melahirkan mereka melalui kuasa Injil dan Firman oleh Roh Kudus di dalam kuasa Allah. Setelah itu kita mendidik mereka di dalam karakter Kristen”. (Tong, Stephen, 2010, Arsitek Jiwa II, Cetakan Ketujuh, Penerbit Momentum: Jakarta, hal 25-26).

KERUSAKAN TOTAL DAN KETIDAKMAMPUAN TOTAL MANUSIA

Manusia telah mati secara rohani sehingga memerlukan kelahiran kembali atau hidup baru secara rohani. Akibat dari dosa pertama Adam dan Hawa, citra Allah dalam diri manusia telah tercoreng dan mengakibatkan dosa masuk dan menjalar kepada setiap manusia (Roma 3:10-12, 23; 5:12). Adam dan Hawa telah membuat dosa menjadi aktual pada saat pertama kalinya di Taman Eden, sejak saat itu natur dosa telah diwariskan kepada semua manusia (Roma 5:12; 1 Korintus 15:22). 

Manusia telah rusak total (total depravity), tetapi ini bukanlah berarti (1) bahwa setiap orang telah menunjukkan kerusakannya secara keseluruhan dalam perbuatan, (2) bahwa orang berdosa tidak lagi memiliki hati nurani dan dorongan alamiah untuk berhubungan dengan Allah, (3) bahwa orang berdosa akan selalu menuruti setiap bentuk dosa, dan (4) bahwa orang berdosa tidak lagi mampu melakukan hal-hal yang baik dalam pandangan Allah maupun manusia. Tetapi yang dimaksud dengan kerusakan total adalah (1) kerusakan akibat dosa asal menjangkau setiap aspek natur dan kemampuan manusia: termasuk pikiran, hati nurani, kehendak, hati, emosinya dan keberadaannya secara menyeluruh (2 Korintus 4:4, 1 Timotius 4:2; Roma 1:28; Efesus 4:18; Titus 1:15), dan (2) secara natur, tidak ada sesuatu dalam diri manusia yang membuatnya layak untuk berhadapan dengan Allah yang benar (Roma 3:10-12).

Selain mengakibatkan kerusakan total pada manusia, dosa juga mengakibatkankan ketidakmampuan total (total inability), yaitu bahwa : (1) Orang yang belum lahir baru tidak mampu melakukan, mengatakan, atau memikirkan hal yang sungguh-sungguh diperkenan Allah, yang sungguh-sungguh menggenapi hukum Allah; (2) Tanpa karya khusus dari Roh Kudus, orang yang belum lahir baru tidak mampu mengubah arah hidupnya yang mendasar, dari dosa mengasihi diri sendiri menjadi kasih kepada Allah. Perlu ditegaskan bahwa ketidakmampuan total bukanlah berarti orang yang belum lahir baru sesuai naturnya tidak mampu melakukan apa yang baik dalam pengertian apapun. Ini berarti, orang yang belum lahir baru masih mampu melakukan bentuk-bentuk kebaikan dan kebajikan tertentu. Tetapi perbuatan baik ini tidak digerakan oleh kasih kepada Allah dan tidak pula dilakukan dengan ketaatan yang sukarela pada kehendak Allah

Jadi, manusia dalam natur lamanya yang berdosa tidak menyadari dan tidak mampu menanggapi hal-hal rohani dari Allah. Manusia tidak mampu melakukan apapun untuk mengubah natur maupun keadaan keberdosaannya (Roma 3:9-20). Maka jelaslah bahwa manusia memerlukan suatu perubahan yang radikal dan menyeluruh yang memampukannya untuk dapat kembali melakukan hal yang benar menurut pandangan Tuhan. Regenerasi adalah solusi yang disediakan Allah bagi manusia.

REGENERASI SEBAGAI PONDASI DARI KARAKTER KRISTEN

Regenerasi adalah perubahan yang radikal dan seketika yang diperlukan untuk memampukan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa untuk dapat kembali melakukan hal yang benar menurut pandangan Tuhan. Regenerasi merupakan suatu perubahan radikal dari kematian rohani menjadi kehidupan rohani yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Kita tidak memiliki peran apapun dalam kelahiran baru ini; sepenuhnya merupakan tindakan Allah. Sebab jika kita telah mati secara rohani, bagaimana mungkin orang mati dapat bekerjasama dengan Allah untuk menghidupkan dirinya sendiri (Efesus 2:5)? (Hoekema, Anthony A., 2010. Diselamatkan Oleh Anugerah. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta, hal. 121-146).

1. Natur Regenerasi
Berdasarkan pengertian di atas ada tiga natur dari regenerasi, yaitu: (1) Regenerasi merupakan perubahan yang terjadi secara seketika, bukan suatu proses bertahap seperti pengudusan yang progresif. Paulus mengatakan, “telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita - oleh kasih karunia kamu diselamatkan -” (Efesus 2:5). Disini, kata kerja yang diterjemahkan “menghidupkan (synezoopoiesen)”, memakai bentuk aorist tenseyang berarti tindakan yang seketika atau sekejap; (2) Regenerasi merupakan perubahan yang supernatural (adikodrati). Kelahiran baru bukan merupakan peristiwa yang dapat dilaksanakan oleh manusia (Yohanes 3:6). Kelahiran baru sepenuhnya merupakan tindakan Allah. Secara khusus merupakan karya Roh Kudus. (3) Regenerasi merupakan perubahan yang radikal. Istilah radikal berasal kata Latin “radix” yang berarti “akar”, sehingga regenerasi merupakan suatu perubahan pada akar natur kita. Dengan demikian regenerasi berarti: (a) penanaman (pemberian) kehidupan rohani yang baru, karena pada dasarnya manusia telah mati secara rohani (Efesus 2:5; Kolose 2:13; Roma 8:7-8). Manusia yang telah mati secara rohani tidak mungkin dapat bekerjasama dengan Allah untuk menghidupkan dirinya sendiri, karena regenerasi merupakan tindakan Allah dan manusia hanya menerimanya; (b) perubahan yang total yaitu perubahan mempengaruhi seluruh keberadaan kepribadian, yaitu pikiran, hati nurani, kehendak, emosi. Alkitab menyebutnya sebagai pemberian “hati yang baru” (Yehezkiel 36:26). Hati menurut Alkitab adalah inti rohani dari satu pribadi, pusat dari seluruh aktivitas; sumber yang darinya mengalir semua pengalaman mental dan spiritual, berpikir, merasakan, menghendaki, mempercayai, dan sebagainya (Bandingkan dengan Amsal 4:23; Matius 15:18-19).

2. Regenerasi sebagai Awal dari Seluruh Proses Pembaharuan
Dapat dikatakan bahwa regenerasi adalah awal dari seluruh proses pembaharuan dalam kehidupan seorang Kristen. Karena regenerasi merupakan pemberian hidup yang baru, maka artinya regenerasi merupakan awal dari proses-proses pembaharuan hidup. Dengan demikian, orang yang lahir baru telah mengalami langkah pertama dari pembaharuan. Proses-proses pembaharuan hidup yang mengikuti regenerasi itu bersifat progresif dan disebut “pengudusan yang dinamis”. Paulus mengingatkan “..karena kamu telah menanggalkan (apekdysamenoi) manusia lama (palaion anthropos) serta kelakuannya, dan telah mengenakan (endysamneoi) manusia baru (kainon anhtropos) yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kolose 3:9-10). Dalam ayat ini Paulus bukan bermaksud memberitahu orang-orang percaya di Kolose bahwa mereka sekarang atau setiap hari harus menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru berulang-ulang kali, tetapi Paulus menegaskan bahwa mereka telah mengalaminya pada saat regenerasi dan telah melakukannya perubahan ini ketika mereka di saat konversi menerima dengan iman apa yang telah dikerjakan Kristus bagi mereka. Kata Yunani “apekdysamenoi (menanggalkan)” dan “endysamneoi (mengenakan)” menggunakan bentuk aorist tense yang mendeskripsikan kejadian seketika. Jadi Paulus sedang merujuk kepada apa yang telah dilakukan orang percaya di Kolose ini di masa yang lalu.

Lalu apakah yang dimaksud Paulus dengan frase “terus menerus diperbaharui”? Walaupun orang-orang percaya adalah pribadi-pribadi baru, akan tetapi mereka belum mencapai kesempurnaan yang tanpa dosa; mereka masih harus bergumul melawan dosa. Pembaharuan ini merupakan proses seumur hidup. frase ini menjelaskan kepada kita bahwa setelah lahir baru kita harus terus menerus mengalami proses pengudusan mencakup pengudusan pikiran, kehendak, emosi, dan hati nurani. Alkitab menyebutnya dengan istilah “pengudusan”, yang bersifat dinamis bukan statis, yang progresif bukan seketika; yang memelukan pembaharuan, pertumbuhan dan transformasi terus menerus (1 Tesalonika 5:23; Ibrani 10:14; 2 Petrus 3:18). Selanjutnya, Paulus dalam Efesus 4:23 mengingatkan orang percaya “supaya kamu dibaharui (ananeousthai) di dalam roh dan pikiranmu”. Bentuk infinitif “ananeousthai” yang diterjemahkan dengan “dibaharui” adalah bentuk present tense yang menunjuk kepada suatu proses yang berkelanjutan. Jadi, orang-orang percaya yang telah lahir baru dan menjadi ciptaan baru di dalam Kristus masih diperintahkan untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging dan segala sesuatu yang berdosa di dalam diri mereka berupa keinginan-keinginan daging (Roma 8:13; Galatian 5:19-21; Kolose 3:5), serta menyucikan diri dari segala sesuatu yang mencemari tubuh dan roh (2 Korintus 7:1).

3. Peranan Regenerasi dalam Pembentukan Karakter Kristen

Regenerasi merupakan misteri karena merupakan karya Allah semata-mata dan kita tidak pernah dapat melihat dan merasakan; kita tidak pernah tahu persis kapan regenerasi itu terjadi. Kita hanya dapat mengamati efek-efek dari regenerasi itu saja; dan mengamati bukti-bukti dari perubahan yang terjadi. Berikut ini akibat-akibat dari regenerasi.

(1) Memampukan seseorang untuk bertobat dan percaya. Pada saat seseorang dilahirkan baru maka ia dimampukan bertobat dari dosa-dosanya dan percaya kepada Kristus untuk keselamatannya. Seseorang dapat memberi respon di dalam pertobatan dan iman hanya setelah Tuhan memberikan kehidupan yang baru kepadanya. Bertobat dan percaya disebut dengan istilah perpalingan (convertion). Bertobat merupakan suatu keputusan sadar untuk berpaling dari dosa-dosa dan iman berarti berpaling kepada Kristus untuk mengampuni dosa-dosa. Jenis iman ini mengakui bahwa seseorang tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri dan pada saat yang sama mengakui hanya Kristus yang dapat melakukannya (Yohanes 6:44).

(2) Perubahan atau transformasi. Kelahiran baru oleh Roh Kudus mengakibatkan perubahan. Kelahiran baru ini tidak disadari atau tidak dirasakan saat terjadi, tetapi dapat diamati lewat kepekaan baru terhadap hal-hal rohani, arah hidup yang baru, serta kemampuan untuk hidup benar dan menaati Allah. Perubahan ini meskipun tidak disadari, menghasilkan hati (kardia) yang diubahkan yang memimpin kepada karakter yang diubahkan dan kemudian menghasilkan hidup yang diubahkan (2 Korintus 5:17). Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa setelah lahir baru kita harus terus menerus mengalami proses pengudusan mencakup pengudusan pikiran, kehendak, emosi, dan hati nurani. Alkitab menyebutnya dengan istilah “pengudusan” (1 Tesalonika 5:23; Ibrani 10:14; 2 Petrus 3:18).

(3) Pembaharuan pikiran. Paulus dalam Roma 12:2 mengatakan “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”. KataYunani “nous” yang digunakan disini berarti “akal budi atau pikiran”. Pembaharuan nous adalah syarat untuk bisa mengenal dan melakukan kehendak Allah. Apa yang diyakini oleh pikiran (nous) akan mempengaruhi perilaku (behavior) seseorang (Rm 12:1-21). Pembaharuan akal budi (nous) akan menghasilkan perubahan perilaku (behavior transformation). Yang dimaksud dengan perilaku(behavior) ialah karakter, sikap, perbuatan atau tindakan seseorang yang dapat dilihat (visible), diamati (observable), dan dapat diukur (measurable). Jadi, perubahan perilaku akan teraktualisasi dalam sikap, tindakan dan perbuatan karena telah mengalami pembaharuan nous ( Efesus 4:17-32).

(4) Menghasilkan buah Roh. Regenerasi oleh Roh Kudus mengakibatkan kita mampu menghasilkan buah Roh Kudus (Galatia 6:22-23). Buah Roh Kudus disini ditulis dalam bentuk tunggal yaitu kata Yunani “karpos”. Walaupun buah Roh itu satu (bentuknya), tetapi majemuk (sifatnya). Kesatuan dan banyak segi dari buah Roh ini mencerminkan integritas dan keharmonisan. Dengan kata lain buah Roh Kudus hanya satu, tetapi memiliki sembilan rasa. Buah Roh Kudus berasal dari dalam dan tidak ditambah dari luar. Ini adalah hasil kehidupan baru saat orang percaya dilahirkan kembali oleh Roh Kudus.

MEMBANGUN KARAKTER KRISTEN
Kelemahan atau kecacatan karakter merupakan tanda pada gangguan kepribadian (personality disorder). Para psikolog dan praktisi kesehatan jiwa mengenali sepuluh jenis gangguan kepribadian, yaitu: (1) Paranoid, polanya adalah orang tidak mudah percaya dan selalu curiga; (2) Skizoid, yaitu orang mengalami keterpisahan secara sosial dan emosi yang terkungkung; (3) Skizopital, yaitu orang yang biasanya mengalami gannguan pikiran, perilaku eksentrik, dan kapasitas yang kurang untuk berhubungan dekat; (4) Antisosial, biasanya terdapat pada pola sikap tidak peduli, dan pelanggaran atas hak orang lain; (5) Borderline, biasanya ditandai dengan ketidakstabilan dalam hubungan, gambar diri, suasana hati, dan sikap yang impulsif dramatis; (6) Histrionik, polanya adalah emosi yang berlebihan dan mencari perhatian; (7) Narsistik, polanya ditunjukkan oleh adanya rasa sombong, haus pujian, dan kurangnya empati; (8) Avoidant, biasanya dicirikan oleh adanya hambata sosial, perasaan tidak mampu, dan kepekaan yang berlebihan terhadap kritik; (9) Dependent, pada masalah ini terdapat kebutuhan yang sangat besar akan perhatian, sikap patuh, perilaku bergantung, dan takut kan perpisahan; (10) Obsesif Kompulsif, biasanya ditandai dengan kesenangan akan keteraturan, kesempurnaan, dan kontrol sebagai ganti fleksibilitas, keterbukaan, dan efisiensi (Lazarus, Arnold A & Clifford N. Lazarus., 2005. Staying Sane in a Crazy World. Terjemahan, Penerbit PT. Bhuana Ilmu Populer: Jakarta, hal. 297-299).

Berapa banyak orang Kristen telah bertindak bodoh karena tidak membangun karakter yang kuat sehingga mereka menjadi lemah. Kita dikejutkan oleh laporan berita mengenai pemimpin-pemimpin yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), atau penyelenggara negara yang ditangkap polisi karena berusaha melakukan kekerasan fisik terhadap istrinya supaya ia bisa bebas berhubungan dengan kekasihnya. Atau para orang tua yang melaporkan pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum guru terhadap anak-anak mereka. Ironisnya, beberapa dari mereka adalah orang-orang Kristen! Akibatnya, orang Kristen dihina dan diejek, dan perilaku yang buruk dari beberapa orang Kristen ini dijadikan tolok ukur untuk menuduh bahwa Kekristenan penuh dengan kemunafikan. Meskipun tuduhan tersebut tidak benar, sekali lagi, pengaruh kurangnya karakter merupakan aspek penting yang merusak kesaksian Kristen.

Karena itu, Pemazmur mengingatkan kita “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mamur 90:12). Pada saat seseorang menjadi cukup dewasa untuk menyadari betapa singkatnya hidup ini, maka ia mulai sadar betapa berharganya seandainya ia telah belajar lebih awal untuk menjadi bijaksana dalam kehidupan. Paulus menasihati, “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan” (Efesus 5:15-17). Jika kita berusaha sungguh-sungguh untuk memiliki hikmat dari Allah, kita akan lebih mampu meningkatkan kualitas diri, mengembangkan karakter dan nilai-nilai yang mengalir dari hidup baru yang telah ditanamkan Allah dalam kita. Karakter kita akan menjadi karakter yang saleh sehingga orang lain senang melihatnya, dan memuliakan Allah (Matius 5:16).

1. Meneladani Karakter Allah

Studi tentang karakter seharusnya dimulai dari Allah, karena hanya Allah saja yang memiliki karakter yang sempurna. Karena itu beberapa teolog lebih suka memberi judul “Kesempurnaan Allah” ketika membahas tentang sifat-sifat Allah dalam buku teologi mereka. Kesempurnaan Allah ialah totalitas dari sifat-sifat atau karakter Allah sebagaimana dinyatakan Alkitab. Seluruh sifat (karakter) Allah menyatakan kesempurnaan Allah! Para teolog sepakat bahwa ada beberapa karakteristik yang hanya dimiliki oleh Allah saja. Para teolog menyebutnya sebagai karakter Allah yang tidak dapat dikomunikasikan dan melekat hanya pada Allah. Sedangkan beberapa karakteristik lainnya ditularkan kepada manusia yang diciptakan secitra dengan Allah. Para teolog menyebutnya sebagai karakter yang dapat dikomunikasikan. (Enns, Paul., 2004. The Moody Handbook of Theology, jilid 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang, hal 229-241).

Siapa orang yang kita kagumi akan mempengaruhi hidup kita. Bisa jadi kualitas umum pada orang yang kita kagumi tersebut adalah karakter atau sifat-sifat yang ada padanya. Jika kita mengagumi orang yang berkualitas, bukankah seharusnya jauh lebih baik kita mengagumi kesempurnaan Allah yang hidup, yang daripadaNya segala kebenaran, kebaikan, dan keindahan berasal? Sekilas, karakter Allah yang luar biasa, indah dan menganggumkan itu terungkap dalam Keluaran 34:6-7 berikut, “Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat”.
Ketika Allah menyatakan diriNya kepada Musa sebagai Allah yang penuh dengan kemurahan dan belas kasihan, yang tidak lekas marah, yang berlimpah-limpah kasih setiaNya, dan yang tetap mengasihi beribu-ribu keturunan serta yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa, maka Allah menyatakan dengan sangat jelas bahwa karakter pribadiNya adalah standar yang mutlak: Dengan standar tersebut semua sifat ditetapkan. Allah tidak bertanggung jawab terhadap siapapun, dan tidak ada standar lain yang lebih tinggi yang harus diikutiNya. KarakterNya yang kekal dan tanpa kompromi adalah standar yang tak dapat berubah yang kemudian memberikan arti terdalam dari kasih, kemurahan hati, kesetiaan, dan kesabaran. (Boa, Kenneth, Sid Buzzell & Bill Perkins, 2013. Handbook To Leadership, terj. Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih: Jakarta, hal. 18).

2. Membangun Karakter Allah di dalam Kita

Beberapa dari karakter Kristen yang disebutkan dalam Alkitab harus dikembangkan dan ditampilkan oleh setiap orang Kristen, yaitu : integritas (Titus 1:7-9), kerendahan hati (Matius 5:1-7; Markus 10:14-15; 1 Timotius 3:6), kasih dengan segala karakteristiknya (Matius 22:37-39; 1 Korintus 13), melayani dan menolong (Lukas 10:25-37), kekuatan dan kebenaran batiniah (Lukas 11:37-53; 12:15; Yohanes 16:33), hubungan yang erat dengan Kristus (1 Timotius 6:11; 2 Timotius 2:22; Yohanes 15:1-8), sukacita (Yohanes 17:13), kekudusan (Yohanes 17:16; 2 Timotius 2:22), damai ( 2 Timotius 2:22), sabar dan tekun (1 Timotius 6:11; 2 Timotius 3:10), lemah lembut (1 Tomotius 6:11; 2 Timotius 2:25), penguasaan diri (1 Timotius 3:2; Titus 1:8), tidak tamak dan tidak suka bertengkar (1 Timotius 3:2-3; 6:10-11), serta kualitas lainnya dalam 2 Petrus 1:5-8, seperti : kebajikan, pengetahuan, ketekunan, dan kesalehan.

Karakter yang dipaparkan dalam ayat-ayat tersebut diatas memang sangat mengagumkan, tetapi juga kita akui memang terlalu tinggi. Daya pesonanya membuat banyak orang Kristen terpana bagaikan memandang gunung yang menjulang tinggi dalam kemegahannya sehingga tertarik untuk mengukur ketinggiannya, namun menyadari betapa kita terikat di bumi dan tidak memiliki peralatan untuk mendakinya. Kita merindukan sifat-sifat ini tercermin dalam hidup kita dan kita sangat mendambakannya, tetapi apakah mungkin kita mencapainya? Jika hanya mengandalkan usaha pada manusia saja maka upaya itu akan sia-sia. Namun, Dalam Kristus kita telah diperkenankan mendapat kuasa ilahiNya dan telah dikaruniai keistimewaan yang tidak terbayangkan untuk ikut ambil bagian dalam kodrat ilahi (2 Petrus 1:3-4; 2 Korintus 5:17). Kita tidak hanya menerima hakikat (hidup) baru dalam Kristus (Roma 6:6-13), tetapi kita juga didiami oleh Roh Kudus, yang kehadiranNya dalam diri kita memampukan kita mewujudkan kualitas-kualitas karakter seperti Kristus.


Perubahan atau transformasi rohani dan karakter yang benar berlangsung dari dalam keluar, bukan dari luar ke dalam. Iman, kasih, pengetahuan, kesalehan, ketekunan, kesetiaan, penguasaan diri, dan lainnya sebagainya, mengalir dari kehidupan Kristus yang telah ditanamkan dalam diri kita saat kita lahir baru. Saat kita mengembangkan dan membuat sifat-sifat itu menjadi semakin nyata di dalam kehidupan kita, maka kita tidak hanya menjadi kesaksian hidup bagi orang lain tetapi juga menyenangkan hati Tuhan. Sangat menakjubkan apa yang dapat dilakukan Allah bagi orang-orang yang menginginkan pribadinya bertumbuh dan karakternya berkembang. Kabar baiknya ialah, “Allah ingin kita berkembang sepenuhnya”. Ia menebus kita untuk keperluan itu, Ia ingin kita bertumbuh dan dewasa (sempurna) sama seperti Bapa surgawi kita sempurna (Bandingkan Matius 5:48). Rasul Paulus mengajarkan hal yang sama dalam Efesus 4:13-15, “sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala”.

MENGEMBANGKAN KARAKTER KRISTEN YANG TANGGUH SEBAGAI PROSES SEUMUR HIDUP

Satu hal yang pasti, karakter tidak pernah terbentuk secara instan, apalagi dalam satu malam. Membangun karakter memerlukan waktu dan sikap dasar yaitu kesediaan untuk belajar dan berubah. Banyak orang menginginkan untuk mampu secepat-cepatnya mengatasi masalah dalam memperbaiki karakter. Mereka mengingingkan semacam formula ajaib yang dapat secara seketika mengubah karakter mereka. Seseorang bisa saja mendapatkan teknik mudah dan cepat, yang memberikan solusi sementara, seperti yang ditawarkan dalam banyak buku yang ditulis para ahli saat ini. Itu memang membantu, tetapi itu tidak dapat membentuk karakter yang kokoh. Pada dasarnya, karakter yang kokoh dibentuk di atas landasan pengalaman, disiplin diri, dan dedikasi. Jika seseorang hanya memiliki pencitraan atau rekayasa dan bukan keaslian karakter yang kokoh, maka tantangan-tantangan kehidupan akan segera menghancurkan solusi-solusi yang sementara itu.

Karakter adalah sebuah kekuatan yang tidak kelihatan. Karakter bertumbuh melalui proses dan ujian. Karakter yang baik menghasilkan buah-buah yang unggul dan berkualitas Buah-buah yang bermanfaat bagi kehidupan kita dan orang lain. Buah-buah dari karakter antara lain: Integritas menghasilkan kewibawaan, tanggung jawab menghasilkan kedewasaan, kejujuran menghasilkan kepercayaan, ketulusan menghasilkan persahabatan, iman menghasilkan kekuatan, ketekunan menghasilkan pengharapan, dan lain sebagainya. (Ezra, Yakoep., 2006. Succes Througgh Character. Penerbit Andi : Yogyakarta, hal. 13-14). Tuhan Yesus berkata, “Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik” (Matius 7:17-18).

Karakter Kristen dibentuk sebagai hasil perjumpaan dengan kebenaran Alkitabiah yang menembus kedalam hati. Hal itu hanya mungkin terjadi jika seseorang belajar firman Allah, merenungkan firman Allah itu dengan segala makna dan penerapannya. Merupakan fakta yang terbukti bahwa doktrin (pengajaran firman Tuhan) mempengaruhi karakter. Apa yang dipercayai seseorang sangat besar mempengaruhi perbuatannya. Jika seseorang menerima dan mengikuti ajaran yang sehat maka ajaran itu akan menghasilkan karakter ilahi dan karakter Kristus. Paulus memberikan nasihat kepada Timotius agar “awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu” (1 Timotius 4:6,13,16). Selanjutnya Paulus berbicara tentang “ajaran yang sesuai dengan ibadah kita” (1 Timotius 6:1-3), yakni serupa dengan Allah dalam hal karakter dan kehidupan yang kudus (Conner, Kevin J., 2004. A Practical Guide To Christian Belief, terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang, hal. 33).

PENUTUP

Untuk melawan kekuatan dari rasionalisme, liberalisme, dan individualisme modern yang menghancurkan, beberapa pakar etika Kristen bersikeras bahwa kita perlu berfokus bukan hanya pada keputusan benar atau salah, tetapi juga pada apa yang membentuk karakter dari orang-orang yang membuat keputusan dan melakukan perbuatan. Sudah tiba saatnya orang-orang Kristen harus lebih berani dan lebih tegas lagi mengajarkan dan menampilkan citra dari karakter Kristen dimana pun mereka berada. Kita patut meneladani kaum Puritan sebelum abad pencerahan yang begitu menekankan pengajaran tentang kebajikan moral (karakter) pada abad keenam belas dan ketujuh belas.

Kaum Puritan mengakhiri monarki, menuntut pemerintah bertanggung jawab terhadap tujuannya dalam mengendalikan negara menuju keadilan, kebebasan, kedamaian, mewujudkan demokrasi, dan toleransi agama, dan mendorong terbentuknya suatu jenis baru karakter moral dan kebajikan sebagai seorang warga. Melalui pengajaran Alkitabiah dan praktek Gereja, kaum Puritan itu mengajarkan kebajikan, disiplin, kewajiban, kerajinan, pengendalian diri, usaha yang sungguh untuk melakukan kehendak Tuhan, ketaatan yang sistematik kepada perintah-perintah Allah, devosi segenap hati untuk kebaikan bersama, kebajikan sebagai warga, dan aktivisme (Stassen, Glen & David Gushee., 2008. Etika Kerajaan: Mengikut Yesus dalam Konteks Masa Kini. Terjemahan, penerbit Momentum : Jakarta, hal. 51-54).

Akhirnya, saya mengajak kita merenungkan nasihat bijaksana dari C.S Lewis berikut ini, “Intinya bukanlah bahwa Allah tidak akan mengijinkan Anda masuk ke dalam dunia kekalNya jika Anda belum memiliki kualitas-kualitas karakter tertentu: intinya adalah jika orang tidak memiliki permulaan-permulaan dari kualitas-kualitas itu sedikitpun dalam diri mereka, maka tidak ada kondisi-kondisi eksternal yang memungkinkan, yang bisa menciptakan ‘surga’ bagi mereka – maksudnya, bisa membuat mereka bahagia dengan kebahagiaan yang dalam, kuat, dan tidak tergoyahkan yang dipersiapkan Allah bagi kita” (Lewis, C.S., 2006. Mere Christianity. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung, hal. 122).

DAFTAR PUSTAKA:

Boa, Kenneth, Sid Buzzell & Bill Perkins, 2013. Handbook To Leadership. Terjemahan, Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih: Jakarta.
Chamblin, J. Knox., 2006. Paul and The Self: Apostolic Teaching For Personal Wholeness.Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Conner, Kevin J., 2004. A Practical Guide To Christian Belief. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Enns, Paul., 2004.The Moody Handbook of Theology, jilid 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Ezra, Yakoep., 2006. Succes Througgh Character. Penerbit Andi : Yogyakarta.
Hearth, W. Stanley., 1997. Psikologi Yang Sebenarnya. Penerbit ANDI: Yogyakarta.
Hoekema, Anthony A., 2010. Diselamatkan Oleh Anugerah. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Lazarus, Arnold A & Clifford N. Lazarus., 2005. Staying Sane in a Crazy World. Terjemahan, Penerbit PT. Bhuana Ilmu Populer: Jakarta.
Lewis, C.S., 2006. Mere Christianity. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung.
Ryrie, Charles C., 1991. Basic Theology. Jilid 1. Terjemahan, penerbit ANDI Offset : Yogyakarta.
Sijabat, B.S., 2008. Membesarkan Anak Dengan Kreatif. Penerbit Andi: Yogyakarta.
Sobur, Alex., 2009. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Penerbit CV. Pustaka Setia: Bandung.
Susanto, Hasan., 2003. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid 1 dan 2. Terjemahan, penerbit Literatur SAAT : Malang.
Tomatala, Yakob., 2003. Pemimpin Yang Handal: Pengembangan Sumber Daya Manusia Krisen Menjadi Pemimpin Yang Kompeten. Penerbit YT Leadership Foundation: Jakarta.
Tong, Stephen., 2010. Arsitek Jiwa II, Cetakan Ketujuh, Penerbit Momentum: Jakarta.
Stassen, Glen & David Gushee., 2008. Etika Kerajaan: Mengikut Yesus dalam Konteks Masa Kini.Terjemahan, penerbit Momentum : Jakarta.
Wofford, J.C, 2001., Kepemimpinan Kristen Yang Mengubahkan. Terjemahan, penerbit ANDI: Yokyakarta.MEMBENTUK KARAKTER KRISTEN YANG TANGGUH (MATIUS 7:17-18)
Berbagi
Pdt.Samuel T. Gunawan, SE, M.Th.

Tags