Latest News

Showing posts with label Kekudusan Allah. Show all posts
Showing posts with label Kekudusan Allah. Show all posts

Monday, January 28, 2019

KESATUAN DAN KEKUDUSAN KAUM PILIHAN

KESATUAN DAN KEKUDUSAN KAUM PILIHAN
                                    
Injil Yohanes : (st)

17:9  Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu
17:10  dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka.
17:11  Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.
17:12  Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.
17:13 Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka.
17:14  Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.
17:15  Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.
17:16  Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.
17:17 Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.

KESATUAN DAN KEKUDUSAN KAUM PILIHAN .Yohanes 17 adalah satu-satunya pasal yang seluruhnya berisikan doa Tuhan Yesus. Tidak ada orang yang mengetahui berapa banyak Yesus berdoa kepada Bapa. Di dunia, Kristus menjadi manusia; Firman menjadi daging; Yang Tidak Kelihatan masuk ke dunia kelihatan; Sang Pencipta masuk ke dunia ciptaan yang berdarah daging.

Yesus adalah satu-satunya pengantara antara manusia yang kelihatan dengan Allah yang tak kelihatan. Ia adalah satu-satunya manusia yang bersifat ilahi dan Allah yang bersifat manusiawi. Ketika Yesus berada di dalam dunia, selain Ia adalah manusia berdarah daging, Ia memerlukan firman dari Allah dan kekuatan dari kekekalan untuk boleh melayani, maka Ia sering berdoa. Ia mewakili Bapa, menyatakan kehendak-Nya agar umat-Nya mengenal-Nya. 

Ia berkata, “Aku telah memberikan nama-Mu dan firman-Mu kepada mereka.” Ini dicatat dalam ayat 12 dan 14. Jadi barang siapa di dalam Kristus, ia mengenal nama Allah dan firman Allah. Kedua hal ini menjadikan orang Kristen bisa bersatu. Kita tidak mungkin bersatu melalui kebudayaan, bahasa, atau sistem masyarakat. Karena manusia mempunyai konteks budaya, bahasa, warna kulit, lapisan sosial, dan ideologi yang berlainan. Maka tidak mudah mempersatukan suatu bangsa dengan bangsa lain.

Persatuan antara Oknum Kedua dan Oknum Pertama Allah Tritunggal adalah kesatuan substansial. Sedangkan kita tidak mungkin mempunyai substansi yang sama dengan Allah, maka antara manusia dan Kristus ada kesatuan, antara Kristus dan Bapa ada kesatuan. Persatuan bukan kesatuan dan kesatuan bukan persatuan (union is not unity and unity is not union). Jika orang Kristen meninggalkan nama Tuhan dan firman Tuhan, maka mereka tidak mungkin bersatu.

Kita tak mungkin bersatu, tetapi Yohanes 17:12 dan 14 mencantumkan dua hal sebagai rahasia kesatuan (dalam nama Tuhan dan firman Tuhan) sehingga kita bisa bersatu. Orang mengatakan, “Musik adalah bahasa universal,” tapi saya berkata, “sesungguhnya dalam firman Tuhan dan nama Tuhan yang lebih tinggi dari segalanya, yang mengikat kita untuk bersatu.” Singkirkan semua perbedaan, karena itu sekunder, tidak penting, karena nama-Nya yang suci harus dipermuliakan oleh segala bangsa. Maka Ia membangunkanmu, “Bangun!” Orang yang hidup terlalu nyaman, mudah tertidur.

Jepang mengirim ikan bagus dengan pesawat melewati Siberia sampai Eropa lewat Moscow, memerlukan waktu lebih dari 15 jam. Ikan-ikan itu tenang dalam pesawat, tetapi sampai di Moscow banyak yang mati. Akhirnya ditemukan cara agar ikan tidak mati. Setiap ± 50 ekor ikan ditaruh seekor kepiting. Karena ketakutan dijepit kepiting, mereka terus berenang ke sana-sini, akhirnya sampai Moscow tidak ada yang mati. Ini cara terbaik, kepiting membangunkan mereka. Tuhan tidak mau melihat engkau tidur dan malas terus, maka saat semua nyaman, enak, Tuhan mengirim ‘kepiting’ agar engkau bangun, peka, dan tidak tidur terus.
Saya bersyukur kepada Tuhan, dalam perjalanan hidup kadang ada orang seperti musuh, pengganggu, padahal itu kawan yang tidak kita sadari, yang dipakai Tuhan untuk membangunkan dan menyadarkan kita. Jangan marah kepada Tuhan, tidak senang kepada mereka yang kauanggap sebagai pengganggu, karena ada maksud Tuhan untuk memelihara kita.

Mari kita membedakan orang yang mengikut Tuhan dan mereka yang menuju kebinasaan. Yesus mempunyai 12 orang murid yang Ia panggil setelah berdoa semalam suntuk, tetapi ada satu anak binasa, Yudas Iskariot. Bukan Tuhan yang merencanakan Yudas untuk binasa, tetapi Yudas sendiri yang telah berencana menjual Yesus. Ini dibuktikan saat Yesus berkata kepadanya, “Kerjakanlah apa yang ingin kau kerjakan.” Itu rencananya, bukan keinginan Allah. Semua kebajikan, keindahan kerohanian kita adalah anugerah Tuhan. Semua kerusakan, penyelewengan adalah kemurtadan kita. Semua yang baik dari Allah, semua yang rusak dari kita sendiri. Maka kita harus bertobat dari kesalahan dan memberikan kemuliaan kepada Allah. Tak ada kebajikan dalam diri kita, kita harus selalu bertobat dan meninggalkan dosa, kita harus selalu bersyukur, berterima kasih pada Tuhan, karena kita tak pernah mempunyai jasa apa pun. Hanya mereka yang mengakui diri tidak berjasa baru mengerti apa arti segala kemuliaan bagi Allah. Hanya mereka yang selalu menghitung anugerah, baru mengerti bagaimana bersyukur kepada Tuhan.

Semua pendiri agama tidak pernah memberitahukan dirinya berasal dari mana. Hanya Yesus Kristus satu-satunya yang menyatakan diri-Nya dari mana, dan memastikan akan membawa kita ke mana. Satu-satunya jalan ini ditempuh dua kali. Yesus ada di sorga, Ia turun ke dunia, dan akan membawa kita ke sorga: 1) dari sana ke sini; 2) dari sini ke sana.
Dari sana ke sini adalah Utusan Allah, mewujudkan Anak yang kekal datang ke dunia, jalan satu-satunya, menjadi pengantara di tengah Allah dan manusia. Dan dari sini ke sana, berarti kepastian bahwa jalan itu sudah dibuka dan bersama-Nya kita boleh kembali kepada Bapa. Tidak ada Juruselamat lain. Di luar Kristus tidak ada pengampunan dosa; di luar Golgota, tiada jalan lain yang melaluinya kita dapat bertemu dan berdamai dengan Allah. Orang Yahudi mencari mujizat, orang Yunani mencari kebijaksanaan, maka Yerusalem dan Athena bukanlah jalan kepada Allah. Saya selalu heran orang Barat suka menulis buku “Between Jerusalem and Athens (Antara Yerusalem dan Athena)”. Tidak masuk akal. Tetapi hanya satu dari Galilea, yang digantung di kayu salib di Golgota, yang bisa membawa manusia kepada Allah.

Paulus berkata, “Aku tidak seperti orang Yahudi mencari mujizat, orang Yunani mencari kebijaksanaan. Tetapi aku mengabarkan Kristus yang tersalib.” Yang memengaruhi dunia bukan Nikodemus, Gamaliel, Hillel di Yerusalem; atau Sokrates, Plato, Aristoteles di Athena; tetapi Yesus Kristus, Petrus, Paulus, Yohanes. Jangan kita menyandarkan kekristenan pada mujizat, kesembuhan, kekayaan, kelancaran; dan juga jangan bersandar pada kepandaian akademik, yang tidak memiliki Kristus di dalamnya. Akademis tanpa mengenal Kristus akan sia-sia; bijaksana tanpa Kristus adalah kesalahan. Hanya di dalam Kristus, kita memperoleh segala yang terbaik: kesucian kita, kebijaksanaan kita, kebenaran kita, dan penebusan kita.

Yesus berkata dalam ayat 13, “Mereka bukan dari dunia.” Ingat, engkau di dunia tetapi bukan dari dunia. Abraham dipanggil Allah saat usia 75 dari Ur. Kota Ur di Mesopotamia yang 4.000 tahun lalu adalah kota terbesar, terkaya, termewah, terpenting, paling berpengetahuan di seluruh dunia. Diperkirakan ratusan ribu orang tinggal di Ur. Arkeologi abad ke-20 menemukan kota ini mempunyai rumah-rumah besar berisi 165 kamar. Abraham punya pembantu 318 orang, semuanya bersenjata, sanggup berperang melawan 4 raja dan menang. Tetapi kepada orang begitu kaya di kota begitu besar, Allah berkata, “Abram, pergilah dari kota nenek moyangmu, dari bangsamu, dari negerimu. Aku akan membawa engkau ke negeri yang engkau belum tahu.” Inilah iman.

Iman adalah keyakinan pasti bahwa Tuhan memimpin saya. Sekarang banyak gereja sudah jatuh pada sistem Barat, di mana semua harus jelas terlebih dahulu, mau ke mana, honornya berapa, semua sudah dipastikan, baru mau menjadi hamba Tuhan. Saya percaya ini bukan sistem Alkitab. Maka para pendeta yang saya ajak melayani di sini, tidak satu pun saya beri tahu berapa honornya. Kalau mau di sini, mari kita belajar.

Abraham meninggal di usia 175 tahun. Ia tidak pernah pulang lagi ke Mesopotamia. Meski mencarikan istri bagi anaknya pun, ia tidak pulang. Ibrani mengatakan, “Jika mereka ingin kembali, masih ada kesempatan.” Tapi mereka lebih ingin kampung halaman yang akan datang di sorga. Dunia ini bukan rumah mereka. Richard Pratt mengatakan, “Kristus tidak menyisakan apa pun bagi-Nya di dunia ini.” Orang yang mengikut Tuhan selalu ingat: Dunia ini bukan rumahku. Saya ada di dunia, namun dunia bukan milikku. Jika engkau mendapat keuntungan dan kekayaan, jangan kira itu milikmu dan terus-menerus milikmu. Itu hanya sementara saja di tanganmu. Tuhan akan melihat bagaimana engkau memperlakukan harta yang sementara Ia titipkan kepadamu.

Banyak orang memberikan persembahan karena mengasihani Tuhan. Barang siapa memberi persembahan dengan berjiwa menolong Tuhan, silakan pergi. Kita harus datang kepada Tuhan dengan kesadaran bahwa kita memerlukan Tuhan, bukan Tuhan memerlukan kita. Jangan sombong, kekayaanmu itu ujian. Orang kaya tidak ada tempat yang besar di Alkitab. Yesus membicarakan empat orang kaya, tiga di antaranya masuk neraka. Selain engkau mempunyai kekayaan, sebenarnya engkau tidak mempunyai apa-apa untuk disombongkan di hadapan Tuhan, bahkan kekayaanmu pun hanya pinjaman.

Sebelum engkau sudah banyak orang kaya, dan sesudah engkau akan banyak orang kaya, dan engkau pun tidak mungkin menjamin sampai generasi ketiga tetap kaya. Orang Tionghoa mengatakan, “Kekayaan tidak bisa melewati tiga generasi.” Papa saya kaya sekali, tetapi sejak kecil saya belajar tidak ada yang bisa disombongkan. Ketika saya berusia tiga tahun, ayah saya meninggal, dan kami hidup sangat miskin. Itu menjadikan saya berjuang, bersandar kepada Tuhan. Sadar dengan jelas bahwa apa yang di dunia ini sia-sia.

Barang-barang antik yang saya taruh di museum, itu bukan untuk saya. Apa yang saya miliki saya serahkan bagi pekerjaan Tuhan: penginjilan, museum, concert hall. Dunia ini bukan milikku, saya di dunia tetapi dunia bukan milikku. Saya hanya tamu, tidak jatuh cinta pada tempat di mana saya menjadi tamu. Suatu hari saya harus pergi, tidak lagi di sini. Kita diberi Tuhan kesempatan sementara tinggal, diam, hidup di dunia, tetapi kita bukan milik dunia dan dunia pun bukan milik kita. Kita mesti tahu, kita milik Tuhan, punya hidup kekal, dan kita ada di dunia fana. Konsep ini penting sekali bagi orang Kristen.

Ketika Alexander Agung ke Persepolis, Persia (Iran sekarang), ia melihat istana di sana dan sangat terpesona karena istana itu besarnya 500 kali lebih besar dibanding istana ayahnya, Philip II, di Makedonia. Pilarnya ribuan dengan tinggi 16 meter. Baru ia tahu, ia seorang raja kecil yang bisa menghancurkan kerajaan besar. Semua yang terbesar, terbangga di dunia sudah lewat, hanya sementara. Dalam sejarah Tiongkok, Qin Shi Huang, kaisar pertama yang paling berkuasa, namun tidak sampai 20 tahun setelah kematiannya, kekaisarannya hancur. Tidak ada yang bisa kita banggakan atau pertahankan di dunia ini.

Yesus hanya mengunjungi dunia ini 33½ tahun. Saya tidak tahu, saya berapa lama lagi di dunia ini, jika Tuhan memberi saya 5 tahun, 2 tahun, setahun, atau sebelum 100 kota KPIN selesai saya meninggal, tidak masalah. Setiap saat saya siap bertemu Dia. Kapan saja dipanggil Tuhan, saya akan katakan kalimat yang sama, “Oh Bapa, aku boleh pergi pada-Mu, karena yang Kauserahkan, sudah kukerjakan.” Abraham seratus tahun mengikut Tuhan, meninggalkan Mesopotamia, bukan karena miskin, mencari kerja, tetapi ia justru salah satu orang terkaya, terkuat, tetapi ketika Tuhan katakan, “Kemarilah dan ikutlah Aku,” ia taat.

Tidak mudah bagi orang kaya untuk mengikut Yesus. Abraham taat kepada Tuhan. Ia meninggalkan semua, lalu ikut tanpa mengetahui ke mana. Itu namanya iman. Iman Kristen sangat berbeda dari iman yang diajarkan banyak pendeta sekarang. Theologi Reformed mengembalikan kita ke Alkitab, kepada makna Alkitab yang sejati. Iman bukanlah belas kasihan, juga bukan pengertian kognitif, tetapi penundukan diri sepenuhnya hidupmu ke bawah kedaulatan Allah, mengikut Dia, dan mengetahui bahwa dunia ini bukan milikimu.

Dunia tidak akan melepaskan engkau seenaknya mengikut Tuhan. Dunia akan mengikat dan menggoda engkau, sampai engkau merasa di sinilah tempat yang paling nyaman untukmu. Mudah bagi Abraham untuk pulang ke Mesopotamia; mudah juga bagi orang Israel kembali ke Mesir. Juga mudah kalau mereka mau masuk ke Kanaan. Tetapi Tuhan menghendaki orang Israel berkeliling empat puluh tahun di padang gurun untuk menguji seberapa mereka taat mengikuti Tuhan. Selama 100 tahun Abraham berkelana ke sana-sini, tidak kembali ke Mesopotamia, karena ia ingin mengikut Allah. Ia tahu Allahnya ialah Allah sejati. Sekalipun tidak diberi tahu ke mana ia harus pergi, ia tahu pimpinan-Nya tidak pernah salah. Meski banyak kesulitan yang sepertinya tak berguna, tetapi itu melatih kita.

Menciptakan langit dan bumi mudah, tetapi ketika Tuhan mau menciptakan seorang hamba Tuhan yang baik, taat, sempurna, perlu mengirim Yesus untuk mati baginya, perlu mengirim Roh Kudus memenuhi, memimpin, memeteraikan, menguji, dan menjalankan segala rencana Allah bagi dia. Dalam perjalanan mengikut Tuhan, selangkah demi selangkah, kita melihat jelas pimpinan-Nya. Tidak mudah mengikut Tuhan. Yang ikut Tuhan digeletakkan di padang belantara 40 tahun; mau masuk, belum waktunya; mau pulang, jalan sudah putus; mau hidup, tidak ada makanan. Selama 40 tahun orang Israel hanya bisa bersandar kepada Tuhan setiap hari. Kita bersyukur kepada Tuhan, karena iman berarti taat kepada Tuhan.

Di antara Allah, orang-orang suci, dunia, dan setan, kita ada di mana? Kita diciptakan di antara Allah dan setan, sorga dan neraka, taat diri atau taat Tuhan. Orang Kristen hidup di dalam kesulitan, karena harus menghadap Tuhan di satu pihak dan setan di pihak lain. Di Taman Eden, bukan hanya satu jenis suara. Suara Tuhan mengatakan, “Jangan makan buah itu.” Suara setan mengatakan, “Makanlah!” Suara yang berbeda, yang kontras, telah mengoyak, merobek kita, karena keduanya mau mendapatkan kita. Kau sedang direbut oleh setan dari Tuhan. Allah berkata, “Ikut Aku!” Setan berkata, “Ikut aku!” Allah berkata, “Jangan makan!” Setan berkata, “Makanlah! Itu baik bagimu.” Manusia harus memilih, harus mempunyai ketegasan, dan kemantapan: Tuhan benar, setan salah.

Setan selalu berkata seolah-olah benar, tapi salah; Tuhan berkata seolah-olah salah, tapi benar. Tuhan katakan, “Makan buah itu, maka hari itu juga kau mati.” Ternyata tidak. Adam setelah makan buah terlarang, masih hidup sampai umur 930 tahun. Setan berkata, “Makan, matamu akan terbuka.” Waktu Adam makan, matanya terbuka. Yang tampaknya benar, justru tidak benar; yang tampaknya salah, justru tidak salah. Hal seperti ini sering membingungkan. Maka manusia tidak menghargai firman Tuhan karena terjebak, tampaknya firman Tuhan tidak benar dan perkataan setan benar, dan lebih banyak ikut setan. Hanya mereka yang percaya Tuhan, yang taat pada-Nya, melewati semua kesulitan, melampaui penipuan superfisial bisa melihat yang benar. Menjadi orang Kristen tidak mudah, karena kita hidup di dalam dunia, di antara Allah dan setan.

Yesus berkata, “Allah, jangan lepaskan orang Kristen dari dunia, jangan biarkan mereka bebas, enak. Biarkan mereka dalam kesulitan dunia ini, tetapi jangan biarkan mereka dikalahkan setan.” Saya tahu, masa tua saya sangat susah, banyak rekan akan pergi, banyak serangan akan tiba, banyak fitnahan akan beredar, dan banyak kesulitan akan mengganggu pekerjaan Tuhan. Tetapi saya juga tahu, bahwa dalam beberapa tahun terakhir hidup saya, pekerjaan Tuhan akan lebih besar dari sebelumnya. Semakin diberkati Tuhan, serangan makin banyak; semakin banyak bertobat, setan makin benci, sehingga serangannya makin sengit. Tetapi saya tidak akan mundur; saya akan berperang sampai mati.

Allah melihat dunia sudah tidak beres, Ia menghancurkan seluruh dunia, sisa delapan orang: Nuh, istrinya, tiga anak, dan tiga menantu. Tidak beres lagi, Allah saring lagi, sisa Abraham; Sodom dan Gomora dibakar. Dengan cara demikian terus dibersihkan, akhirnya gerakan ini makin lama akan makin kuat dan besar. Tetapi mereka yang tidak bisa menerima, akan menimbulkan kesulitan-kesulitan. Heran sekali, beberapa orang paling dekat menekan saya untuk mengubah cara pelayanan, karena mereka tidak setuju. Saya katakan kepada mereka, “Saya tidak akan mengubahnya. Saya tidak akan tunduk kepadamu, saya akan tunduk kepada Tuhan.”

Engkau tidak dilepaskan dari dunia, tetapi dipelihara, didoakan, supaya berkemenangan di dunia. Cara satu-satunya bukan lepas dari dunia, tetapi berjuang di dalam dunia; bukan keluar dari dunia, tetapi berperang di dalam dunia; bukan tidak ada kesulitan bagimu, tetapi kalahkan kesulitanmu. Kita bukan berperang dengan manusia, tetapi dengan si jahat. Semua rencana si jahat harus kita mengerti, sambil tetap mengasihi sesama. Memang tidak mudah, tetapi inilah prinsip Alkitab. Alkitab berkata, kita harus berperang dan mengalahkan si jahat, sungguh-sungguh kembali pada Tuhan. Kau harus kalahkan dunia.

Dalam Alkitab, hanya tiga hal yang menyucikan kita: 1) Firman; 2) Darah Yesus; dan 3) Pekerjaan Roh Kudus. Bagaimana orang Kristen bisa hidup suci? Banyak berdoa? Terus di gereja? Tidak. Ke mana engkau pergi, setan ikut. Tidak ada tempat yang tidak ada setan. Yang menyucikanmu bukan tempat, doa, puasa, ritual, atau liturgi, melainkan ketika engkau menyimpan firman-Nya dalam hatimu. Firman Tuhan berkuasa menguduskan kita. Gereja yang banyak ritual, pujian, jubah, tak ada gunanya. Sekitar 200 tahun lalu, saat Revolusi Perancis, para revolusioner mengatakan, begitu banyak dosa disembunyikan di balik jubah para rohaniwan. Tak ada gunanya baju dan toga suci, gereja yang kelihatan hebat, karena kesucian tidak ada pada ritual, jubah, toga, dan gedung. Kesucian harus dari hatimu. Kebenaran, darah Yesus, dan kuasa Roh Kudus yang menguduskan saya. Selain ketiga ini, tidak ada yang membersihkan kita. Yesus berkata, “Bapa, sucikan mereka dengan kebenaran. Firman-Mu itu kebenaran.”

Ada cerita seorang tua yang berjualan beras, minyak, arang, dan kacang di satu toko kecil. Suatu hari ada yang menginjilinya, lalu ia percaya Tuhan. Orang tersebut memberinya Alkitab. Karena senangnya, ia membaca Alkitab tiap hari. Baca separuh, jual dagangannya, lalu baca lagi. Terus seperti itu. Akhirnya Alkitabnya bau dan kotor sekali. Suatu hari seorang majelis datang membesuk, “Ini buku apa?” “Alkitab.” “Kenapa begini?” “Saya terus baca. Baca separuh, jual dagangan, lalu baca lagi. Jadi baunya macam-macam, tapi saya suka baca.” Orang itu marah, “Kurang ajar kau, tahu tidak, ini firman Tuhan yang suci, kenapa jadi kotor begini? Saya juga punya Alkitab, suci, dan bersih sekali, tak pernah kotor, selalu taruh di lemari. Maka Alkitabku sampai sekarang masih wangi dan suci. Alkitabmu kotor sekali.” “Hah?” Orang tua itu mengatakan, “Apa yang kau katakan saya tak mengerti. Tetapi saya mengerti, Alkitabku makin kotor, hatiku makin bersih. Alkitabku makin rusak, jiwaku makin lurus. Alkitabku makin bau, hidupku makin harum. Bagaimana dengan Anda? Alkitabmu bersih terus, hidupmu najis terus. Alkitabmu suci sekali, hidupmu najis sekali.” Apakah hidupmu diubahkan? Apakah hidupmu disucikan? Siapa yang membersihkan hidupmu? Mari kita mencintai, membaca, menghafal, mengingat, dan menjalankan Kitab Suci.

Bacaan : Yohanes 17:17-22

KESATUAN DAN KEKUDUSAN KAUM PILIHAN . Yohanes 17:17 adalah satu-satunya ayat yang menyatukan dua hal: Firman Tuhan dan kebenaran. “Kuduskanlah mereka di dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.” Apa itu kebenaran? Tak ada ayat lebih pendek, jelas, dan tepat daripada ayat ini. Saya kira, selain Yesus tidak seorang pun berani, pernah, dan boleh mengatakan kesatuan yang begitu jitu, singkat, dan jelas konsepnya. Firman Tuhan merupakan faktor dan kuasa yang menyucikan kita. Firman Allah adalah kebenaran.

Seribu tahun sebelum Yesus mengatakan kalimat ini, Mazmur 119:9 berkata: “Bagaimana anak muda mempertahankan kehidupannya suci? Yaitu dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.” Saya melihat sendiri betapa pemuda atau pemudi yang tidak beres karena menolak firman. Sungguh celaka. Tetapi yang pasang telinga mendengar firman akan bahagia sekali. Banyak orang pikir tidak membutuhkan firman, atau mendengarkan khotbah, karena ia adalah pemuda pandai, berintelek, berakal budi, ber-IQ tinggi. Mereka anggap Alkitab adalah buku kuno. Tetapi, tanpa firman dari Tuhan, hidup sangat berbahaya. Tanpa mengerti perkataan dari sorga, engkau hidup menuju neraka.

Hanya ada dua model kehidupan dan akibatnya, setelah hidup di dunia turun ke neraka atau naik ke sorga. Orang yang hidup di dunia tidak mau firman adalah orang yang menuju kebinasaan, karena dunia beserta segala nafsunya akan binasa. Hanya mereka yang menjalankan kehendak Allah, hidup selamanya. Dunia ini sementara, kenikmatannya palsu, segala materi hanya menipu kita untuk nikmat secara kedagingan saja.

Manusia tidak hanya mempunyai daging, tetapi juga mempunyai jiwa; tidak hanya mempunyai badan, tetapi mempunyai roh juga. Barang siapa hidup hanya bersandarkan materi saja, ia bodoh. Manusia hidup bukan bersandarkan roti saja, tapi bersandar pada setiap kalimat yang keluar dari mulut Tuhan. Tidak sia-sia Tuhan mengirim para nabi, menurunkan firman suci, yang berkhasiat dan berkuasa mengalahkan dosa. Ini rahasia kemenangan terhadap kejahatan.

Barang siapa sungguh-sungguh memerhatikan makna firman Tuhan, ia berbahagia, baik-baik mengatur hidupnya, memelihara dirinya, jiwanya terus waspada, agar jangan dicemari dunia. Kita sering tertidur, mengabaikan firman, lupa harus senantiasa waspada. Kita sudah membiasakan diri tertidur, tidak sadar, dan terbius Iblis. Banyak orang berpendidikan tinggi, tetapi otaknya dibius alkohol; berotak pintar, tetapi diracuni narkoba. Jika pemuda-pemudi tidak minum minuman keras, akan jauh lebih pintar dari dirinya sekarang. Setan merusak pemuda-pemudi dengan mencoba-coba alkohol, narkoba, sehingga satu per satu terjerumus dengan tidak sadar.

Pemazmur mengatakan, “Demi nama-Mu, ya Tuhan, bangunkan aku dari tidurku. Demi nama-Mu, ya Tuhan, sadarkan jiwaku agar aku dipimpin ke jalan yang benar.” Mengapa kita menganggap sepi firman Tuhan dan menganggap semua kalimat Alkitab tidak penting? Dari kecil saya belajar firman Tuhan, mendengar khotbah, mencatat, dan mengingat ayat-ayat penting di otak. Itu menjadi pedoman, mercusuar yang memberi petunjuk pada kapal yang kehilangan arah. Tidak ada seorang pun yang boleh sombong, mengandalkan diri, lalu menghina peringatan dan perintah Allah.

Manusia membutuhkan kebenaran; manusia membutuhkan pimpinan dan pemeliharaan kebenaran. Paulus berkata, “Kebenaran itu bagaikan ikat pinggang.” Ikat pinggang membatas engkau agar tidak melewati batas. Kebenaran adalah ikat pinggang yang membatasi dan memberi kita kekuatan. Orang yang berolah raga memakai ikat pinggang untuk membatas dan menguatkan diri. Batasan bukan belenggu, tapi sumber kekuatan.

Pemuda-pemudi harus tahu, jika engkau tidak mau dibatasi dan diikat oleh kebenaran, engkau akan punya kebebasan yang liar. Itu adalah pembocoran kekuatan. Hai pemuda-pemudi, seks dan pergaulanmu, minuman dan makananmu harus dibatasi. Kau yang tidak mau batasan dan tidak ada ikat pinggang berarti membiarkan kebebasanmu menjadi liar, tidak diarahkan dan tidak dipimpin oleh Tuhan. Maka kebebasan akan menjadi kebuasan dan keliaran, bukanlah kebebasan.

Kiranya firman Tuhan memberi kita kesadaran, kewaspadaan, dan perasaan takut pada Tuhan. Kita bukan menjadi penakut, tetapi menjadi lebih berani. Kita jadi berani melawan setan dan ketidakbenaran. Paradoks seperti ini diperlukan semua orang. Yang mempunyai kesehatan diikat oleh kesehatan; yang mempunyai kebebasan diikat oleh kebebasan; yang mempunyai pengetahuan diikat oleh pengetahuan. Ikatan-ikatan yang benar bagaikan ikat pinggang yang membatasimu. Orang yang dibatasi kebenaran bukan saja tidak rugi, tapi untung besar. Ikat pinggang adalah rahasia untuk berlari cepat. Membatasi diri dengan ikat pinggang adalah rahasia untuk lebih sehat. Demikian pula dalam hal rohani, kita mengikut Tuhan seumur hidup, “Tuhan, berilah aku batasan, ikat pinggang rohaniku, karena ini sumber dan rahasia kekuatan, untuk berlari tidak menjadi lelah karena tidak ada kelonggaran yang tak perlu.”

Kalimat Yesus yang singkat ini memberi tahu kita: Kebenaran itu ada di dalam firman. Firman itulah kebenaran. Tidak ada jalan lain dan tidak perlu mengganti firman dengan ajaran apa pun, karena tidak ada kalimat yang lebih penting dari firman Tuhan. Dan Firman itu telah menjadi daging. Yesus adalah Firman yang datang berdaging dan darah; Yesus adalah Allah yang menyatakan diri menjadi manusia; Yesus adalah Firman berbahasa manusia yang mengajarkan rencana Allah.

Ketika saya muda, suatu kali saya berada di Paris sendirian masuk ke dalam sebuah toko. Ada buku porno yang sangat menggiurkan, menarik pemuda, karena saya juga seorang manusia. Tetapi saat itu ada suara mengatakan, “Letakkan buku ini, jangan lihat, karena ini akan merusak moralmu.” Saya langsung ingat firman Tuhan. Bolehkah kita terus merangsang diri, terus menipu diri, sambil berdoa “Tuhan, peliharalah saya”? Tuhan bukan tidak mau memelihara, tetapi Ia suka memelihara orang yang memelihara firman dalam hatinya. Pada saatnya tiba, mari kita menikmati seks di dalam pernikahan yang sah. Pada saat yang Tuhan tetapkan, engkau boleh telanjang tidur dengan istrimu secara puas sebagai anugerah Tuhan. Tetapi sebelum itu, jangan tidak mengikat pinggang, membiarkan diri liar, merasakan segala sesuatu sebelum waktunya, akhirnya seumur hidup tidak pernah mendapatkan kenikmatan yang puas.

Setelah selesai Yesus mengatakan prinsip penting itu, Ia melanjutkan dengan berkata, “Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia.” Artinya, Tuhan Yesus pernah mengalami situasi yang sama, kondisi yang mirip, lingkungan seperti engkau. Engkau mengatakan sulit hidup suci karena banyak pencobaan, maka Tuhan mengatakan, “Kau ada di dunia, Aku juga.” Tuhan tanya, “Engkau diutus ke dunia, tahukah siapa yang utus? Aku.” Orang Kristen tidak dilepaskan dari kerusakan manusia, tidak dikeluarkan dari pencobaan dunia. Orang Kristen justru diutus ke dalam dunia untuk menjadi wakil Tuhan.

“Aku utus kau ke dunia dan di dunia kau berstatus saksi.” Banyak orang mengerti istilah ‘saksi’ sebagai bicara, “Aku bersaksi” sama dengan “Aku bicara kesaksianku dalam kata-kata.” Salah! Alkitab mengatakan istilah ‘saksi’ sebagai kata benda, bukan kata kerja. “Kau adalah saksi-Ku. Kau ada di mana, di sana kau berstatus saksi-Ku.” Saksi bukan suara, bukan bahasa, bukan kata-kata sambung-menyambung menceritakan sesuatu. Saksi adalah benda, adalah pribadi, adalah manusia itu sendiri. Jika kita mengerti istilah ini adalah kata benda, di mana pribadinya yang menjadi saksi, maka saya adalah saksi Tuhan.

Saya adalah wakil (representasi) Tuhan. Engkau tidak bisa lari dari tugas bersaksi bagi Tuhan. Pengutusannya sama, sebagaimana Allah Bapa mengutus Yesus ke dalam dunia, demikian Yesus mengutus orang Kristen ke dalam dunia. Menjadi manusia tidak mudah, karena manusia diciptakan di tengah Allah dan setan. Engkau tidak pernah mungkin netral, karena kedua pihak ingin merebutmu. Setan akan menarik engkau keluar dari ketaatan kepada Tuhan, sementara Roh Kudus akan menarik engkau keluar dari mengikut Iblis. Engkau tidak mungkin hidup enak, apalagi setelah engkau menjadi Kristen, mengikut Tuhan, dan mendapat hidup baru. Setan tidak mungkin melepasmu, ia akan mengganggu, menggoda, dan menarik engkau dengan rayuan, seks, pencobaan dosa yang tampak manis, tetapi nantinya pahit.

Ketika engkau memasukkan dosa ke lidahmu, pertama engkau rasa manis, tetapi sesudahnya kepahitan tidak habis-habis muncul di dalam hidupmu, sampai engkau mati. Setan tidak pernah dagang rugi, memberi untung terus-menerus untukmu. Ia memberi umpan yang manis dan menarik, setelah kau terima umpan manisnya, secara tajam ia mengait dan langsung merobek tubuhmu; engkau dibawa pergi menjadi tawanannya. Yang pernah memancing ikan, tahu apa yang saya katakan. Untuk memancing, harus pakai umpan yang tampak enak, tidak terlihat dalamnya ada pancing. Ada semacam pancing yang kaitnya ada beberapa, dengan daging besar sebagai umpan menangkap ikan besar. Jika ikan itu makan umpannya, maka kait-kait tajam itu menancap ke dalam mulutnya, tidak mungkin bisa lepas lagi. Setan memberi umpan murah untuk mendapatkan dirimu yang sangat berharga lebih dari nilai dunia. Apa gunanya manusia memperoleh seluruh dunia tapi kehilangan nyawanya? Tuhan memberi perumpamaan ini kepada kita. Kau di dunia sebagai utusan Tuhan. Kau jangan menghina dan menganggap dirimu dibuang oleh Tuhan.

“Oh, Tuhan, saya jadi manusia susah, hidup di dunia banyak pencobaan.” Tidak ada orang lebih susah hidup di dunia dibanding Yesus Kristus. Pencobaan setan untuk Konfusius, Sakyamuni, Muhammad tidak lebih besar daripada untuk Yesus Kristus, Sang Firman menjadi daging. Karena jika bisa mendapatkan Yesus, Iblis akan menang, karena Ia yang paling mulia, Anak Allah yang tunggal telah bisa dijatuhkan. Jika setan bisa menjatuhkan kamu, kamu hanya orang biasa; jika setan bisa menjatuhkan pendeta penting, ia jadi mulia. Apalagi menjatuhkan Yesus Kristus. Setan ingin menghancurkan Yesus, menggoda Anak Allah dan menjatuhkan-Nya. Itu sebab, seluruh dunia akan diberikan kepada Yesus. Yesus menjawab, “Enyahlah kau!” Yesus tidak mau menerimanya. Yesus tahu mengapa hidup di dunia, Ia tak mau terlibat dalam godaan-godaan, meski umpannya besar, untungnya banyak, meski janji itu penuh kemuliaan. Berapa banyak yang tertipu kemuliaan palsu, tertarik janji palsu? Melalui janji dapat seorang perempuan cantik, engkau menjual seluruh hidupmu; melalui tidur semalam dengan pelacur, engkau kehilangan kerohanianmu; melalui diberi uang sedikit, engkau tak lagi peduli kerohanianmu.

Umpan Iblis selalu sepertinya mendatangkan keuntungan, “Jika kaumakan, saya celikkan matamu.” Setelah Adam dan Hawa makan, mata mereka celik, tetapi tidak melihat Allah, hanya melihat setan dan diri yang telanjang. Itu keuntungan dengan kebodohan yang tidak disadari. Setan memberi Yesus seluruh dunia dan segala kekayaan, kehormatan, kemuliaannya, asal Ia tunduk padanya satu kali saja. Jika saat itu Yesus lakukan, Ia kehilangan hak menjadi Anak Allah, karena Ia telah berkompromi dengan Iblis. Jangan sangka, air mata hanya datang kepadamu, tidak pada Yesus; perasaan tersendiri dialami olehmu, tidak dialami Yesus; pencobaan mengepungmu, tidak mengepung Yesus. Sebagaimana Bapa mengirim Yesus ke dunia, begitu susah dan banyak pencobaan, demikian Yesus mengutus engkau ke dunia, begitu susah dan banyak pencobaan. Maka jangan bangga menganggap hanya kita yang susah. Setiap kali kesulitan dan pencobaan datang, Kristus jauh lebih susah dari kita. Ia mengalami pencobaan jauh lebih besar daripada pencobaan kita.

Tetapi saya ingat, saya tidak bisa hanya melayani satu gereja. Sebenarnya cukup alasan untuk saya menyatakan bahwa saya sibuk sekali dan tidak bisa melayani keluar. Siapa pun tidak menyalahkan saya. Kalau Stephen Tong mempunyai gereja begitu besar, anggota begitu banyak, mengapa masih pergi ke Afrika, Amerika Selatan, Amerika Utara, ujung bumi mengabarkan Injil? Karena Tuhan berkata, “Sebagaimana Engkau mengutus Aku ke dunia, Aku mengutus mereka ke dunia juga.”

Ketika KPIN di Nias, saya tergerak luar biasa, karena bupatinya sendiri datang menyambut dan menjamu saya di rumahnya dengan mengundang banyak orang. Lalu kota kedua di utara Nias, Lahoi, perlu polisi dan aparat untuk menjaga keamanan, karena 4.500 orang dari desa kecil berkumpul di lapangan belum pernah terjadi. Jika pencopet atau perampok ada di dalam, sulit dikendalikan, maka polisi berjaga di dalam dan luar lapangan, sesuai jadwal dan rencana panitia. Selesai kebaktian, ketika panitia ingin memberikan uang makan kepada mereka, kepala polisi berkata, “Hari ini kami tidak menerima uang. Dalam kebaktian seperti ini, jika kami sambil menjaga keamanan, sambil mendengarkan firman, kami masih menerima uang, itu dosa besar. Uang ini harus untuk pekerjaan Tuhan, kami tidak layak terima.” Ini pertama kali di Indonesia saya mendengar sekelompok polisi yang bekerja berat menjaga keamanan dalam kebaktian ribuan orang tidak mau menerima uang. Semua ini bisa terjadi, karena mereka mengerti apa makna melayani Tuhan.

Doa Tuhan Yesus, “Sebagaimana Engkau mengutus Aku ke dalam dunia, Aku juga mengutus mereka ke dalam dunia.” Setelah kalimat ini, Yesus mengatakan satu kalimat yang sangat indah di ayat 19. Ayat ini bisa diterjemahkan seperti ini, “Dan Aku asingkan diri menjadi suci dalam diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun disucikan melalui kebenaran.” “Aku asingkan diri, pisahkan diri, menjadi suci bagi-Mu karena mereka.” Sebuah kalimat yang terkesan rumit: “Aku memisahkan diri untuk menjadi suci bagi Tuhan karena mereka.” “Karena mereka”? Mereka penyebabnya? Jika tidak ada orang menjadi teladan, yang hidup suci sesuai kehendak Tuhan, dunia tidak punya pengharapan.

Kristus adalah utusan Allah Bapa, sedangkan mereka adalah utusan Kristus. Sebagai utusan Allah yang baik, Kristus harus menjadi teladan, hidup suci, hidup bagi Allah, maka “Aku” menjadi contoh untuk “mereka.” Karena mereka perlu teladan, kini “Aku” sudah berstatus teladan dengan cara mengasingkan diri, memisahkan diri dari segala kejahatan, menjadi Orang Suci, hidup berkenan kepada Bapa bagi dan karena “mereka”. Pendeta yang hidup suci mengutus orang lain juga hidup suci seperti dia, lebih mengerti ayat ini.

“Aku tidak boleh menodai diri dan hidup kotor; Aku harus menyerahkan diri sebagai korban yang suci, berkenan kepada-Mu, dipisahkan dari kenajisan dunia, hidup suci bagi-Mu, dan menjadi contoh bagi mereka yang Kuutus.” Biarlah setiap orang yang dipakai Tuhan mengerti ayat ini dan setiap hamba Tuhan mengerti pengalaman ini. Bagaimana menguduskan dan memisahkan dirimu dari dunia, hidup memuliakan Tuhan, supaya menjadi contoh bagi mereka yang akan kauutus.

Di sekolah theologi, saya pendiri, rektor, pimpinan, menjadi teladan. Saya yang diutus Tuhan mendirikan Gerakan Reformed, saya juga mengutus mereka untuk pergi mengembangkan Theologi Reformed. Saya menjadi teladan dan mereka harus belajar dari saya, agar mereka melakukan hal yang sama karena mereka diutus. “Sebagaimana ayah demikian anaknya; sebagaimana guru demikian muridnya.” Omong kosong jika guru yang tidak rajin, mengharapkan muridnya rajin; jika pemimpin tidak suci, jangan mengharapkan pengikutnya suci. Sejak muda saya memberi teladan. Di rumah, barang lebih berat saya angkat sendiri, lebih ringan baru pembantu angkat, lebih ringan lagi anak saya yang masih kecil angkat. Semua sama-sama kerja, tapi yang harus kerja paling berat adalah saya. Saya bukan pakai status bos atau petinggi, lalu memberi perintah dengan jari tunjuk ini tunjuk itu. Orang Farisi memakai jari mereka memerintah orang lain, tetapi dirinya sendiri, satu jari pun tidak mau bergerak. Tuhan kita bukan demikian, Ia berkata, “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, dan menyerahkan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Kristus menanggung kerja lebih berat dan lebih sulit untuk menjadi teladan.

Dalam melayani Tuhan, yang paling pokok yaitu hidup suci, tidak boleh najis mencemarkan diri dalam dosa. Mudah mengatur orang lain. Semua pemimpin yang tidak menjadi contoh, janganlah memimpin lagi. Semua pemimpin yang tidak bergerak satu jari, hanya memerintah orang lain, dipakai setan. Bersyukurlah jika di dalam suatu masyarakat, wadah, negara, jajaran, ada teladan yang baik. Berbahagialah yang menjadi pemimpin, memberi teladan yang baik kepada orang lain. Berbahagialah jika seorang pendeta menjalankan tugas dengan menjadi teladan. “Untuk mereka, Aku telah memisahkan diri-Ku; Aku telah hidup suci bagi-Mu, ya Allah, supaya mereka juga hidup dalam kesucian

Stephen Tong
Source : https://teologiareformed.blogspot.com/2018/06/kesatuan-dan-kekudusan-kaum-pilihan.html#

Tags