Latest News

Showing posts with label Krisis Iman. Show all posts
Showing posts with label Krisis Iman. Show all posts

Tuesday, January 29, 2019

IMAN DALAM MASA KRISIS


IMAN DALAM MASA KRISIS. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dicipta dengan kemampuan dan tanggung jawab untuk berespons dan bereaksi, baik kepada Allah, kepada lingkungan, kepada diri, kepada manusia yang lain, maupun kepada setan. Kewajiban berespons inilah yang menjadikan manusia selalu menginsafi kesulitannya dan tanggung jawabnya. Setiap zaman mempunyai keunikan tersendiri yang tidak ada bandingnya. Demikian pula setiap manusia, mempunyai keunikan pada dirinya yang tidak ada persamaaan dengan diri yang lain, sehingga hidup berarti kita harus berani menghadapi pergumulan dan bertanggung jawab atas segala tantangan dan kesulitan serta memberikanb jawaban kepada tantangan bahkan menantang kembali segala sesuatu di luar diri kita demi mengisi lembaran sejarah yang lebih bermakna.

Sejarah bukanlah hanya catatan peristiwa-peristiwa yang bersifat mekanis dan rutin melainkan adalah kesaksian pergumulan manusia berdasarkan unsur-unsur kekekalan yang Tuhan tanamkan di dalam diri manusia untuk menjawab tantangan di dalam kurun waktu. Ini merupakan hal yang bersangkut paut dengan nilai kekekalan. Itulah sebabnya manusia yang hidup di dalam masa apa pun di dalam sejarah harus memiliki bijaksana, keberanian, dan kekuatan untuk melampaui arus sejarah.

Apakah yang menjadi unsur terpenting di dalam hidup sebagai manusia sehingga kita mampu melampaui keterbatasan diri kita dan mengaitkan diri kita dengan nilai kekekalan yang tidak tergoncangkan dan tidak termusnahkan? Jawaban Kitab Suci ada tiga hal, yaitu : iman, pengharapan dan kasih. Tanpa iman, siapakah yang dapat melintasi keterbatasan diri dan berhubungan dengan Tuhan Allah? Tanpa pengharapan, siapakah yang kuat melangsungkan hidup melawan arus dan berarah kepada nilai kekekalan? Tanpa kasih, siapa pula yang bisa menghindarkan diri dari hidup yang terpecah-belah pada dirinya sendiri serta disintegrasi seluruh masyarakat yang menuju kehancuran seluruh umat manusia?

Berdasarkan seluruh kebutuhan ini maka Kitab Suci mewahyukan bahwa yang tetap tinggal adalah iman, pengharapan dan kasih. Alangkah indahnya, singkatnya, dan tepatnya resep yang diberikan rasul Paulus yang di dalamnya boleh memulihkan identitas diri manusia, mengarahkan tujuan kerohanian manusia serta melimpahkan relasi dan komunitas antar manusia.

Hanya melalui iman-lah manusia sanggup mengalahkan dunia yang penuh dengan dosa ini. Hanya melalui pengharapan-lah manusia dapat mengarahkan diri kepada tujuan dan nilai kekekalan yang tidak tergoncangkan itu. Hanya melalui kasih-lah manusia dapat kembali untuk memulihkan dan merubah dunia yang sedang hancur dengan kuasa Tuhan, firman, dan Roh-Nya untuk memperbaharui dan memperdamaikan manusia dengan Allah, khususnya di dalam zaman yang penuh dengan krisis ini.

BAB I : IMAN DALAM MASA KRISIS.

KEMBALI KEPADA ALLAH

“Aku telah berkenan memberi petunjuk kepada orang yang tidak menanyakan Aku; Aku telah berkenan ditemukan oleh orang yang tidak mencari Aku. Aku telah berkata: "Ini Aku, ini Aku!" kepada bangsa yang tidak memanggil nama-Ku. Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tangan-Ku kepada suku bangsa yang memberontak, yang menempuh jalan yang tidak baik dan mengikuti rancangannya sendiri; suku bangsa yang menyakitkan hati-Ku senantiasa di depan mata-Ku, dengan mempersembahkan korban di taman-taman dewa dan membakar korban di atas batu bata;” (Yesaya 65:1-3) 

"Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya. Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi."(Hosea 6:1-3)

Iman berarti suatu pengarahan rohani kepada Tuhan kembali. Tuhan berkata melalui nabi Yesaya, “Di sini Aku! Di sini Aku! Kembalilah kepada-Ku.” Bagi mereka yang tidak mencari Allah, diberikan kesempatan. Bagi mereka yang tidak memanggil Tuhan, Tuhan memperkenalkan diri. Ini adalah satu berita penting dari zaman ke zaman. Tuhan berteriak supaya manusia kembali kepada-Nya.

Saya akan berbicara tentang iman kepercayaan dari sudut kerohanian dan dari sudut praktek orang Kristen dalam enam aspek. Iman kepercayaan tidak mungkin lepas dari firman dan kebenaran yang diwahyukan oleh Tuhan!

Orang Kristen disebut sebagai orang beriman. Orang Kristen disebut sebagai orang percaya. Di sini kita melihat ada perbedaan antara agama Kristen dengan semua agama yang lain. Agama-agama yang lain adalah agama yang Antroposentris. Agama Kristen adalah agama Teosentris. Agama yang Antroposentris adalah agama yang dimulai dari inisiatif manusia, dengan mempergunakan suatu sifat yang diturunkan oleh Tuhan pada waktu menciptakan manusia yaitu sifat Agama, demi mengutarakan aspek kerohanian dan nilai-nilai rohani yang tidak kelihatan itu. Itulah sebabnya semua agama berusaha untuk menyatakan bahwa mereka yang mencari Tuhan, mereka yang berbuat baik, mereka yang memupuk jasa, mereka yang berubah, mereka yang mempunyai kemungkinan untuk mencapai pengertian-pengertian tentang Tuhan melalui meditasi yang tinggi dan akibatnya diperkenan oleh allah mereka. Di sini manusia menjadi pusat, menjadi titik tolak, menjadi inisiator, menjadi sumber kegiatan keagamaan.

Inilah yang ditolak dalam seluruh Alkitab, karena Alkitab tidak mengakui manusia sebagai inisiator. Alkitab mengatakan tidak mungkin manusia kembali kepada Tuhan dengan jasa dan kekuatan sendiri. Itu sebab Alkitab menawarkan semacam pengertian agama yang disebut sebagai Teosentris. Apakah arti Teosentris? Teosentris berarti Tuhanyang memulai, Tuhan yang menjadi pusat, Tuhan inisiator, Tuhan original, Tuhan yang memberi anugerah, Tuhan yang mencari manusia.

Di dalam agama-agama lain, manusia mengira dia yang mencari Tuhan, dia yang memutar-balikkan hati Tuhan, dia yang berdoa dan menggerakkan Tuhan untuk melakukan sesuatu. Alkitab mengatakan, itu tidak benar! Jika Tuhan tidak mau mencipta, engkau tidak akan ada. Jika Tuhan tidak mengirim Kristus, jasa agamamu nihil! Jika Tuhan tidak mengirim Roh Kudus, engkau tidak mungkin bertobat. Jika Yesus tidak mau datang ke dalam dunia, tidak ada orang yang bisa diselamatkan. Jadi ini adalah theocentric religion, theocentric church, theocentric theology, theocentric understanding of the will of God. Tuhan Allah berinisiatif memberikan firman, wahyu kebenaran, sehingga kita dapat mengenal kehendak-Nya, dipupuk dan dipertumbuhkan di dalam iman kepercayaan yang sejati.

Jadi inilah perbedaan titik tolak apakah Allah menjadi inisiator ataukah manusia yang menjadi inisiator. Kalau manusia dianggap sebagai inisiator, maka di dalam agama-agama yang lain mereka menitik-beratkan pada perbuatan manusia. Sebaliknya, karena bukan manusia yang menjadi inisiator, maka di dalam agama Kristen yang dititik-beratkan adalah iman kepercayaan. Jadi bukan melalui perbuatannya manusia memperkenan Tuhan. Sudah pasti orang yang memperkenan Tuhan harus berbuat baik, tetapi perbuatan baik yang memperkenankan Tuhan tidak bisa mengganti keselamatan. Itulah ajaran di dalam Alkitab.

Kalau demikian, bagaimanakah kita menjadi orang Kristen? Jika bukan melalui perbuatan, lalu melalui apa? Melalui iman kepercayaan! Di dalam kerajaan Allah, di dalam sejarah keselamatan, semua tokoh-tokoh rohani adalah tokoh-tokoh yang beriman kuat kepada Tuhan. Orang yang beriman kuat mempunyai kekayaan rohani yang kekal. Sebaliknya, orang yang tidak mempunyai iman yang kaya, tidak mempunyai iman yang kuat, ia pasti miskin rohani yang luar biasa.

Apakah yang menjadi suatu ukuran orang itu beriman atau tidak? Bila sewaktu kesulitan datang, engkau langsung takut dan ingin lari, itu berarti kecemasanmu lebih banyak dari iman kepercayaanmu. Jadi banyaknya kecemasan, kekuatiran, ketakutan, kegelisahan, ini semua menandakan imanmu sedang bermasalah. Ada banyak orang Kristen sejak permulaan menjadi orang Kristen, walau sudah dibaptis, walau sudah ikut katekisasi, belum pernah memupuk iman, tetapi hanya mendengar khotbah. Meski pengetahuan terus bertambah, tapi iman kepercayaan belum pernah bertumbuh.

Di mana iman berada, di sana kecemasan hilang. Di mana iman berada, di sana ketakutan berkurang. Di mana iman berada, di sana kegelisahan kurang. Di mana iman berada, di sana sungut-sungut kurang. Sebaliknya, jika kecemasan, ketakutan, kegelisahan, terus bertambah, itu membuktikan imanmu belum beres di hadapan Tuhan.

Iman kepada Tuhan Allah, iman kepada Yesus Kristus, iman kepada kitab suci, iman untuk menerima keselamatan,itu adalah iman menyangkut hidup kerohanian yang berelasi dengan Tuhan. Tetapi iman menyangkut bagaimana menerapkan apa yang kita percaya dan menyatakannya di dalam kesaksian sehari-hari menghadapi situasi, kesulitan-kesulitan, baik moneter ataupun poilitik, itulah iman melalui kehidupan sehari-hari. Jadi ini kita bedakan.

Tindakan pertama kita beriman kepada Tuhan harus kita mengerti sebagai tindakan berbalik kepada Tuhan. Return to God. Ini adalah tindakan pertama di dalam iman kepercayaan yang sejati. Pada saat-saat tertentu, rohani kita sedang tidur di “sofa yang empuk”, kita tidur di dalam jaminan ekonomi yang kuat, kita tidur di dalam keamanan politik yang tidak mengganggu, kita tidur di dalam ‘asuransi-asuransi’ manusiawi, kita tidur di dalam masyarakat yang nyaman, kita tidur di dalam keadaan yang lancar, kita tidur di dalam janji-janji palsu, kita tidur di dalam kesuksesan-kesuksesan secara lahiriah. Begitu banyak orang tertidur. Waktu rohani kita tertidur, kita seperti bayi yang menutup mata dengan nyaman, jatuh ke mana pun kita tidak sadar. Waktu rohani kita tidur, kita sering menyeleweng dan kita sering meninggalkan Tuhan. Itu sebab perlu sekali lagi terbangun, tersadar dan kembali kepada Tuhan.

Indonesia mempunyai kemajuan ekonomi terlalu cepat dan melempar kemajuan moral ke belakang. Itu sebab banyak ‘binatang-binatang’ ekonomi yang rakus, yang hanya tahu memperkaya diri tapi tidak tahu bagaimana kembali kepada Tuhan, bagaimana hidup suci, adil dan penuh cinta kasih. Orang-orang yang rakus seperti demikian mengakibatkan kesulitan besar bagi banyak orang, tetapi mereka sendiri tidak sadar. Maka Tuhan berkata, “Demi nama-Ku Aku akan membangkitkan, menginsafkan, membangunkan rohanimu sehingga memimpin engkau kepada jalan yang benar.”

Apakah perlu revolusi di jalan? Atau revolusi di istana? Apakah perlu penumpahan darah di tengah-tengah masyarakat? Atau suatu kekacauan besar ? Apakah perlu hal-hal ini untuk melahirkan masyarakat yang lebih dekat Tuhan dan mulai memikirkan tentang keadilan dan segala sifat illahi itu? Apakah yang akan terjadi satu atau dua bulan yang akan datang di Indonesia? Tidak ada satu orang pun yang mengetahui dengan mutlak dan pasti. Hanya Tuhan Allah penguasa, pemimpin sejarah, melalui kedaulatan-Nya baru Ia memberikan kepada suatu bangsa pengertian ‘sebelum’ dan ‘sesudah’. Jika kita baru sadar sesudahnya, pengorbanan akan menjadi besar sekali. Jika ada orang mempunyai kesadaran sebelumnya, akan mengurangi penumpahan darah dan kesulitan besar di suatu negara.

Sejarah mengajar kepada kita, pada waktu korupsi sudah memuncak, pada waktu ketidak-adilan, kerakusan atau kerusakan sudah tidak dapat dibendung lagi, maka Tuhan yang sabar menunggu pertobatan, telah habis kesabaran-Nya dan tidak lagi memberikan kesempatan. Waktu itu Tuhan akan mendongkel, akan memindahkan pemerintahan kepada orang lain, dan Tuhan akan mencatat suatu lembar baru di dalam sejarah. Sejarah selalu mengajar kepada kita, ada toleransi Tuhan yang disebut sebagai common grace, anugerah umum, untuk membawa kita melalui panjang sabar Tuhan yang bertoleransi atas dosa supaya sadar dan bertobat. Tetapi banyak orang menghina kesabaran Tuhan, menghina toleransi Tuhan, menganggap itu adalah kesempatan untuk berbuat dosa terus menerus. Akibatnya, ketika waktu Tuhan telah sampai, harimu sudah selesai, Tuhan akan menyingkirkanmu dan sejarah berjalan di dalam fase yang baru. Allah yang tidak berbicara sudah berbicara di dalam sejarah, tetapi William Hegel, guru Karl Marx, mengatakan, “Ajaran terbesar dari sejarah adalah manusia tidak mau tunduk pada ajaran sejarah – The greatest teaching from history is human being neglect and do not want to receive the teaching of history.”

Kita sedang berada di dalam satu waktu di mana sebagai orang Kristen kita memikirkan hal kembali kepada Tuhan. Jika kita mau meringkaskan seluruh berita yang paling penting di dalam kitab suci, maka salah satu berita yang paling penting adalah, “Hai manusia, kembalilah kepada Tuhan.”

Di dalam Alkitab, istilah kembali kepada Tuhan boleh dimengerti di dalam berbagai sudut:

1). Pertobatan

2). Panggilan Tuhanmj untuk membangun rohani

3). Meninggal dan harus kembali kepada Tuhan

1). Pertobatan.

Di dalam Alkitab, pada waktu Tuhan mengatakan, “Kembalilah manusia!” Ia berseru kepada manusia yang menyeleweng, manusia yang tersesat untuk memutar-balik arahnya menghadap Tuhan Allah dan kembali kepada Dia. Ini arti istilah yang pertama, pertobatan.

2). Panggilan Tuhan untuk membangun rohani.

“Kembalilah kepada-Ku. Aku akan memberikan kebangunan kepadamu. Jikalau bangsa-Ku bertobat, jikalau kaum-Ku merendahkan diri. Jika mereka bertobat dan menangisi dosa, maka Aku akan menyembuhkan tanah ini. Aku akan memberikan anugerah kembali kepada umat-Ku dan Aku akan membangkitkan bangsa ini kembali,” demikian firman Tuhan di dalam kitab suci. Ini adalah calling for the repentance, calling for giving hope for the revival. Ini adalah kembali kepada Tuhan fase ke dua.

3). Meninggal dan harus kembali kepada Tuhan.

Dalam Mazmur 90:3 tertulis, “Hei manusia pulanglah,kembalilah. Engkau berasal dari debu, maka kembali menjadi debu.” Kesempatanmu sudah selesai, engkau harus mati dari dunia ini dan harus menghadap Tuhan Allah untuk mempertanggungjawabkan seluruh hidupmu.

Yang kali ini kita akan renungkan adalah kembali kepada Tuhan Allah arti yang pertama dan kedua. Mari kita bertobat, mari kita kembali kepada Tuhan. Mari kita meminta Tuhan kembali membangun bangsa dan negara Indonesia.

Di dalam kita memikirkan mengenai “kembali”, kita masuk ke dalam suatu problema yang paling hakiki, yaitu problema arah, the problem of direction. Ini adalah suatu kesulitan paling dasar di dalam kebudayaan manusia dari permulaan Adam meninggalkan Tuhan. Setelah Adam melanggar perintah dan tidak taat kepada Tuhan, hal pertama yang dilakukannya adalah berpaling dari Tuhan, putar arah lalu menjauhkan diri dan meninggalkan Allah. Inilah suatu tindakan yang begitu gampang, tetapi di sinilah kita melihat segala kesulitan manusia mulai justru dari suatu pergantian arah.

Arah itu penting sekali. Jikalau engkau tidak mempunyai arah yang benar, engkau memiliki kekayaan yang banyak pun percuma. Begitu banyak orang tua mengumpulkan uang sebanyak mungkin sehingga hidup mewah, tetapi anaknya tidak diarahkan di dalam kebenaran. Akibatnya uang yang kau tumpuk akan menjadi kuburan yang lebih besar bagi anakmu. Begitu banyak orang belajar pengetahuan sebanyak mungkin di otak, tetapi hidupnya tidak berarah, segala pengetahuan itu akan berkompromi dengan dosa dan segala pengetahuanitu akan diperalat untuk menjadi budak dosa.

Arah itu penting sekali. Politik arahnya ke mana? Pendidikan arahnya ke mana? Segala kegiatan untuk apa? Engkau mendapat kesuksesan usaha dan perdagangan, dan mendapat uang banyak untuk apa? Kalau arah tidak ditentukan, hanya memupuk isi, maka itu bahaya yang besar sekali. Arah itu lebih penting daripada inti. Fondasi lebih penting daripada bangunan. Bijaksana lebih penting daripada pengetahuan. Ini suatu hal yang begitu banyak dilalaikan manusia, padahal seharusnya inilah yang mesti ditekankan oleh Gereja. Arah, prinsip, fondasi dan segala hal yang penting dalam kebenaran harus ditekankan di mimbar-mimbar Gereja. Namun demikian arah tidak selalu kelihatan, tetapi inti selalu kelihatan. Fondasi selalu tertanam, bangunan selalu menonjol. Itulah sebabnya orang biasa selalu terlihat hebat dalam fenomena tetapi tidak melihat fondasinya benar atau tidak. Orang biasa tertipu dengan bangunan yang besar-besar, tapi tidak tahu bahwa akarnya sudah keropos. Orang biasa tertipu dengan inti yang banyak tetapi tidakmelihat arahnya yang salah.

Mari kita menjadi orang yang bijak, mari kita menjadi orang yang bertanggung jawab, mari kita menjadi orang yang memberikan cahaya sebagai mercu-suar di dalam zaman ini, khususnya Anda yang berposisi di dalam dunia moneter, di dalam dunia masyarakat atau yang punya pengaruh kepada jenderal, atau kepada siapa saja. Biarlah engkau membawa prinsip firman Tuhan untuk merubah masyarakat. Tetapi jikalau engkau sendiri tidak berarah, engkau sendiri tidak berfondasi, engkau sendiri tidak berteologi, engkau sendiri hanya mementingkan fenomena kekayaan dan kenikmatan sendiri, engkau tidak mungkin menjadi mercu-suar untuk membantu masyarakat. The pulpit of the church is the conscience of the society. We should speak out something to change, to transform, to eliminate, and to build our society to be more and more close the principle of the Bible (band. Amsal 29:18). Kita harus memberikan pencerahan, memberikan inspirasi, memberikan kritikan, memberikan pendidikan, untuk membentuk masyarakat makin lama makin sesuai dengan kehendak Tuhan.


Setelah Adam berarah salah, maka sepanjang sejarah beribu-ribu tahun tema yang paling pokok diserukan semua nabi dan rasul adalah agar dunia kembali kepada Tuhan. Para nabi berkata, “Berbaliklah dari kesesatanmu, dari keterlanjuranmu, dari arahmu yang salah, kembalilah kepada Tuhan.” Ini seruan dari nabi dan rasul dan seruan dari Gereja ini. Kembalilah kepada Tuhan, berbalik dari kerakusan yang tidak habis-habis, kembali dari ketidak-beresan doktrin, kembali dari hidup yang tidak bertanggung-jawab, kembali dari segala pikiran yang menyeleweng.


“Kembali kepada Tuhan” menjadi satu arus pokok yang diberitakan para nabi dan rasul. Biarlah kita semua memikirkan dan mengintrospeksi sendiri dan berkata dalam hati, “Saya juga kembali kepada Tuhan.”


Kira-kira 2.500 tahun yang lalu ada satu buku berjudul “Can Kuo Che” (Strategy in warring state) karangan Kong Hu Cu. Di dalam buku ini terdapat pengajaran-pengajaran yang mengandung arti kiasan yang luar biasa dalamnya. Salah satu cerita pendek mengatakan, ada seorang kaya membawa satu kereta dengan kuda yang begitu besar dan kuat. Tetapi di tengah jalan ia kehilangan arah. Ia bertanya kepada seseorang, ke mana ia harus menuju? Orang itu mengatakan ia harus berbalik menuju ke utara, karena tempat yang hendak ia tuju ada di utara, bukan di selatan. Tetapi ia mengatakan, “Tak apa-apa saya menuju ke selatan. Utara atau selatan itu tidak penting. Yang penting kuda saya kuat.” Orang itu jadi bingung, “Kudamu memang kuat, tapi arahnya salah.” Tapi si penanya mengatakan, “Tak apa, rodanya kuat, rumputnya masih banyak, dan saya sanggup berjalan ribuan kilometer.” Zaman itu jalan memang tidak sebaik sekarang. Orang membutuhkan kuda yang amat kuat dan roda yang kuat sehingga kereta tidak berhenti di tengah jalan. Tetapi benarkah apa yang ia katakan? Orang itu akhirnya hanya menggelengkan kepala, “Silahkan pergi. Kalau engkau tidak menentukan arah, makin kuat kudamu, makin banyak rumputmu, makin jauh tujuan itu kau tinggalkan.” 


Inilah keadaan dunia. Sekarang kita punya uang banyak, tapi negara mau ke mana? Kita punya kekayaan banyak, punya gedung besar, tapi anak kita mau ke mana? Kita telah menyimpan hasil dari kekayaan besar, tapi anak kita tidak mau sekolah. Ada uang untuk membayar les, ia tak mau belajar rajin. Bisa kirim ke luar negeri tapi sampai di sana balapan mobil. Banyak orang kaya sekarang justru jatuh di dalam problem kehilangan arah. Banyak orang mempunyai kuasa lebih cinta kuasa daripada bagaimana memakai kuasa untuk membahagiakan rakyat. Ini adalah zaman krisis apa? Bukan krisis moneter, bukan krisis kredibilitas, melainkan krisis arah, lebih parah dari pada apa pun.


Seluruh zaman kalau sudah kehilangan arah, seluruh gereja kalau sudah kehilangan arah, Gereja ada atau tidak, sama saja; Pemerintah ada atau tidak, sama saja; Uang ada atau tidak, sama saja. Karena arah itu sudah hilang. Kitab suci ini bukan main bijaknya. Engkau melihat seolah istilah-istilah dan kalimat-kalimat yang ada hanya menceritakan hal-hal yang sudah lampau belaka tentang Israel. Tidak. Prinsip-prinsip yang diajarkan berlaku selama matahari masih terbit; selama masih ada bulan bintang. Prinsip Alkitab harus ditaati orang yang membacanya. Kitab suci menjadi cahaya seperti mercu-suar kepada orang-orang yang berada di kapal di tengah malam gelap. Arah, kembalikanlah arah!


Arah itu demikian penting. Lihatlah kitab suci mengatakan kepada kita, betapa fatal keadaan isteri Lot karena salah arahnya. Sebenarnya Lot sudah mendapat anugerah bisa keluar dari Sodom dan Gomora dengan selamat. Ia sudah melarikan diri di saat api membakar kota Sodom, dan Gomora yang paling kaya dan paling hebat pada waktu itu. Tuhan mengizinkan Lot dan keluarganya keluar. Tapi pada saat itu isteri Lot menoleh ke belakang. Ini problem arah, wrong direction. You are facing new life, but you are still recalling your old life. Arah ini menyebabkan hukuman Tuhan kepadanya, “Sekarang berhentilah di situ. Engkau menjadi tiang garam untuk selamanya. Engkau Kubinasakan.”


Jangan main-main. Begitu banyak orang mengatakan ikut Yesus Kristus. Mulutnya ikut Yesus, tapi hatinya lebih mementingkan uang, kuasa, dan segala hal di dalam dunia sehingga arah kerohanian tak pernah tetap dan sungguh-sungguh mengikuti Tuhan. Aku mengikut Tuhan dan tidak kembali lagi (“I have decided to follow Jesus, no turning back”). Itu adalah lagu yang begitu sederhana, tapi mengandung arti yang penting luar biasa, sayang banyak orang yang tidak memperhatikannya.


Yesus pernah memberikan suatu peringatan, “Barangsiapa siap untuk membajak dan mengikut Aku, tapi menoleh ke belakang, ia tidak layak menjadi murid-Ku.” (Lukas 9:62). Arah di dalam kitab suci begitu penting. Arah mempunyai peranan begitu pokok dalam pembentukan hidup kita masing-masing. Itu sebab, mari kita memikirkan dalam hal apakah kita perlu kembali kepada arah yang benar? Tuhan adalah sumber dan sekaligus sasaran. God is the beginning, the starting point and God is also the ending point of our life journey.


Kita datang dari Tuhan, kita harus kembali pada Tuhan. Allah itu Alfa dan Omega, marilah kita sekarang menjadikan-Nya sasaran terakhir, sehingga hal ini akan mengatur dan mempengaruhi seluruh tindakan kita. Jika kita mempunyai sasaran terakhir to glorify God, return to God, to manifest His glory and beauty, to witness His greatnewss. His salvation and everything had been written in the Bible, maka kita sekarang mengerjakan segala sesuatu dengan suatu pengaruh pengertian sasaran yang jelas sehingga tak mungkin kita tak kembali kepada Dia.


Yesaya berkata, “Siang malam Aku terus berteriak, ‘Di sini Aku!’ kepada mereka yang tidak mengenal Aku. Kepada bangsa yang memberontak, Tuhan berkata, “kembalilah kepada-Ku”(band Yes 65:1-3). Dan Hosea berkata, “Mari kita berbalik kepada Tuhan, kalau-kalau Dia akan menyatakan diri seperti fajar yang menyingsing, cahaya hari yang baru akan diberikan kepada kita pencerahan yang begitu besar. Seperti matahari yang terbit, Ia akan tiba kepada kita. Ia akan menyembuhkan kita. Dia akan memberikan kepada kita pengharapan yang baru.” (Hosea 6:1-3)


Dengan apakah kita kembali kepada Tuhan? Firman Tuhan itu sendiri. Allah adalah sumber. Allah adalah telos. God is beginning. God is ending. Allah adalah Alfa, Allah adalah Omega. Marilah kita bersyukur kepada Tuhan dalam segala situasi, entah baik atau buruk, entah kaya atau miskin. Belajarlah menjadi orang yang bersyukur karena Tuhan mempunyai anugerah yang tidak terkatakan banyaknya. Sehingga di dalam kesulitan pun ada anugerah untuk mengajar kita; di dalam kekayaan, kelancaran pun ada anugerah Tuhan untuk menguji kita. Semua itu anugerah. Kita sekarang harus kembali kepada Tuhan, sehingga Dia tetap bertakhta. Dia tetap mempunyai suatu titik pusat di dalam hidup kita masing-masing.


Kembali kepada Tuhan akan saya bicarakan dalam beberapa point.


1). Kembali kepada kebenaran Tuhan.


Bukankah selama ini kita suka menjadi free-thinker? Apalagi orang-orang yang mempunyai original thinking capacities. Orang yang mempunyai kemampuan kreativitas yang tinggi. Saya kadang mempunyai pemikiran luar biasa banyaknya dan coba menguraikan sendiri, menganalisa sendiri, lalu saya mengharapkan untuk mempunyai pemikiran orisinil sendiri. Tapi selalu ada teguran dari Roh Kudus: bagaimana pun engkau bebas berpikir, pikiran itu harus tunduk kepada prinsip Alkitab. Banyak bidat dihasilkan oleh orang yang berpikiran kreatif. Banyak ajaran dipimpin oleh orang yang pemikirannya sangat tajam sekali. Banyak pemikir-pemikir yang telah ikut membentuk arus filsafat dan kebudayaan modern adalah orang yang jenius luar biasa. Tetapi mereka selalu hidup di dalam keadaan tidak mau dikendalikan kreativitasnya. Daya kreatif yang diciptakan Tuhan ke dalam diri mereka selalu dipergunakan untuk diperalat oleh kebebasan tanpa kendali. Akibatnya mereka menemukan kebenaran yang hanya separuh, kelihatan seperti betul tapi secara keseluruhannya tak bisa diuji oleh zaman. Semua pemikiran-pemikiran kreatif yang keluar dari zaman pasti digeser oleh zaman selanjutnya. Kita perlu melihat banyak pemikiran yang secara temporal diterima oleh orang sebagai ide yang hebat tetapi di dalam beberapa puluh tahun lagi akhirnya layu.


Di sepanjang abad 20 kita telah melihat dominasi beberapa pemikiran yang penting sekali. Setelah Perang Dunia I, mulai bergejolak keluarnya Eksistensialisme. Setelah Perang Dunia II selesai, Eksistensialisme makin menghebat. Lalu timbul Logical Positivism. Lalu timbul lagi ajaran-ajaran yang mau melawan Modernisme, yaitu Post-modernisme. Sekarang kita melihat manusia berada di dalam kekacauan pemikiran yang luar biasa karena tidak ada otoritas mutlak yang bisa mempersatukan dunia pikiran. Dan manusia sekarang justru sudah dilanda secara paling fundamental yaitu tidak percaya adanya kemutlakan.Maka orang-orang yang tidak percaya kemutlakan mengatakan, “The only absolute is nothing absolute.”


Yang tidak percaya kemutlakan tetap memakai semangat kemutlakan untuk menegakkan pernyataan mereka bahwa tidak ada kemutlakan. Jadi mereka sendiri telah self-defeating. Kekacauan yang akan melanda abad 21 yaitu semua yang menganggap tidak ada kemutlakan telah memutlakkan ketidak-mutlakan. Dan waktu itu ajaran dari Buddhisme akan menjadi salah satu ajaran yang berpengaruh terbesar di dalam sejarah manusia.


Bagaimana seharusnya orang Kristen bertindak? Di dalam masyarakat seperti ini, di dalam arus pikiran seperti ini, di dalam keadaan gejala filsafat dan gejala kebudayaan seperti ini, kita harus tetap kembali kepada Alkitab. Kembali kepada Tuhan! Kembali kepada Tuhan bukan hanya datang ke gereja. Kalau secara teratur datang ke gereja, tapi bukan bertujuan kembali kepada Tuhan, engkau hanya dengar khotbah supaya kalau bersaksi ada isinya saja. Engkau datang ke gereja bukan mau kembali kepada Tuhan, hanya cari orang supaya perdaganganmu lancar. Engkau datang ke gereja karena pacarmu ada di sini, motivasimu bukan mau kembali kepada Tuhan. Engkau menjadi anak terhilang yang berada di dalam rumah!


Yesus berkata, ada seorang mempunyai 2 anak. Yang besar di rumah, anak ke dua keluar. Anak terhilang waktu kembali pulang, baru kita sadar melalui pengakuan dari kakaknya menyatakan bahwa kakaknya terhilang di rumah. Ia tidak pernah mencintai adiknya dan dia tidak menyambut adiknya pulang. Berarti hatinya tidak kembali seperti perasaan ayahnya. Orang yang berada di rumah tetapi tidak mempunyai perasaan ayah yang menjadi kepala di rumah itu, anak itu telah menjadi anak terhilang di dalam rumah. Di dalam gejala kita selalu tertipu bahwa yang di luar itu yang terhilang, yang di dalam tidak. Justru di dalam banyak yang hilang; yang di luar, banyak yang pulang. Anak terhilang pulang, langsung kakaknya berkata demikian, membuktikan yang sulung hilang dari pengertian pikiran kebenaran dari ayahnya.


Mari kita berkata kepada hati kita dengan jujur, “Tuhan saya datang, saya mau mengembalikan pikiranku ke dalam wahyu dari kitab suci.” Itulah iman. Sudah lama pikiran kita semau sendiri, kita tidak mau belajar firman Tuhan baik-baik. Kita hanya mau memakai pikiran sebebas mungkin karena kita kreatif. Kita free thinker. Bound on your wild freedom! Kebebasan yang liar akan membuatmu terbelenggu sehingga pikiranmu akan binasa, akan dimusnahkan beserta kebebasanmu. Mari kita taklukkan pikiran kita kepada kebenaran dan berkata, “Tuhan, kalau saya mau kembali kepada-Mu pertama aku kembalikan pikiranku yang tidak bertanggung jawab untuk takluk kepada kebenaran.”


2). Kembali dengan emosimu disesuaikan dengan kasih suci dari Tuhan.


The return of your prodigal emotion to surrender yourself to the holy love of God. Ini saya sebut sebagai suatu proses yang besar sekali yang disebut sanctification of Christian emotion. Bagaimanakah proses penyucian emosi terjadi? Begitu banyak orang Kristen pada waktu marah-marah luar biasa, yang dia marah hanya karena dirinya tersinggung. Dan dia tidak marah kalau kebenaran dinjak oleh orang lain. Pada waktu nama Tuhan dipermalukan, ia tidak merasa sedih. Tetapi kalau namanya dicela, ia marah luar biasa. Kalau ia dirugikan, ia marah luar biasa. Berarti emosinya belum diselamatkan dengan sungguh.


Banyak orang mengaku sudah born again, sudah diselamatkan, lalu merasa damai. Saya tidak peduli berapa banyak yang mengaku demikian. Penginjilan yang dangkal telah mengakibatkan banyak orang telah mengganti inti-inti esensi rohani dengan perasaan yang tidak bertanggung jawab. Justru banyak orang yang emosinya belum dimatangkan, belum dikuduskan. Mereka terlalu jauh dari apa yang menjadi sifat ilahi.


Tuhan mempunyai cinta kasih yang suci, Holy God, divine love of God, yang membenci dosa. Kalau engkau tidak membenci dosa, engkau belum menjadi orang Kristen yang baik. Kalau benci dosa sudah menjadi akar di dalam hatimu, barulah engkau kembali kepada emosi Tuhan. Emosi kita yang termasuk kemarahan, kebencian, kesenangan yang tidak terkendali, sekarang kembali diikat oleh cinta kasih yang suci dari Tuhan, yang di dalamnya mengandung kebencian yang mutlak terhadap dosa.


Yang Tuhan cinta, saya juga harus mencintainya. Yang Tuhan benci, saya juga harus membencinya. Dengan demikian, emosi kita kembali kepada Tuhan. Jangan cuma jadi orang Kristen superficial. Mari kita menjadi orang Kristen yang mendalam. Dengan demikian, maka kita beremosi sesuai dengan cinta kasih dan kemarahan Tuhan. Yang Tuhan marah, aku marah. Yang Tuhan benci, aku benci. Yang Tuhan senang, aku senang. Yang Tuhan sedih, aku sedih. Jangan waktu kita bersukacita, Roh Kudus bersedih di dalam hati kita. Waktu kita bersedih, kita tidak sesuai dengan sukacita yang akan Roh Kudus berikan kepada kita. Itu sebab kalau keadaan seharusnya kita bersuka cita, kita sedih dan seharusnya sedih, kita bersukacita, berarti kita bukan orang yang dipenuhi Roh Kudus.


Suatu kali saya berkhotbah di Semarang, saya mengajak jemaat untuk berdoa. Mereka langsung berdoa dengan menangis, melolong luar biasa. Saya menjadi heran, mengapa doa mesti menangis seperti itu? Tapi saat itu saya tidak berkomentar. Lalu saya ajak jemaat menyanyi, mereka langsung tepuk tangan seperti histeris. Padahal lagu itu tidak terlalu bersangkut paut dengan kesenangan. Hal ini terjadi karena mereka sudah dipengaruhi ajaran yang tidak benar: kalau doa harus menangis, kalau menyanyi harus senang. Sesudah itu saya bertanya, “Di mana ayat Alkitab, kalau berdoa harus menangis? Di mana Alkitab mengatakan menyanyi mesti senang?” Mereka berhenti dan mulai berpikir. Hal demikian dulu begitu melanda seluruh Indonesia, sekarang sudah mulai reda. Itu adalah emosi yang belum dipimpin kepada kebenaran. Jadi kalau kita sekarang di dalam kesusahan, doa dengan menangis, itu tidak salah. “Tuhan ampuni dosaku. Tuhan ini salahku.” Itu justru gerakan emosi dari Roh Kudus yang harus ada. Kalau tidak ada emosi, maka jadinya hanya doktrin, rasio, pikiran yang dominan. Tapi kalau tidak ada dasar kebenaran, doktrin, rasio dan pikiran, apa bedanya kita dengan babi?


Jadi apa artinya emosi yang dipimpin Roh Kudus? Ada pikiran yang dipimpin oleh kebenaran firman Tuhan. Ini semua penting sekali. Jadi ada waktu engkau bertobat menangisi dosa, silahkan sedih. Sebaliknya, waktu Tuhan memberikan sukacita pengharapan, meskipun orang yang paling kaucintai meninggal dunia, engkau tetap boleh bersukacita, bukan seperti orang gila tertawa-tawa, tetapi karena ada pengharapan dan tahu bahwa Tuhan tidak meninggalkan engkau. Sukacita pada waktu perlu sukacita, dukacita pada waktu harus berdukacita. Sedih karena pimpinan Roh Kudus engkau harus sedih. Senang karena pimpinan Tuhan, engkau harus senang. Di dalam kesulitan besar, engkau tetap mempunyai pengharapan, maka sukacita itu timbul secara supra-alami. Di dalam keadaan orang begitu berfoya-foya, engkau sedih karena engkau tahu masyarakat sudah rusak moralnya, itu kesedihan supra alami. Ini semua disebut penyucian emosi, sanctification of emotion.


3). Kembali menaklukkan diri kepada keadilan Tuhan.


Kembali kepada Tuhan berarti semacam penilaian keadilan kita kembali taklukkan diri kepada keadilan Tuhan. Alkitab memakai bahasa Yunani dikaiosune, mengenai keadilan. Jadi hal yang benar, harus dibicarakan benar. Yang salah, harus kaukatakan salah.


Saya bersyukur ada seorang seperti Christianto Wibisono, yang diberi sejumlah uang untuk berceramah, lalu mengatakan, “Saya hanya mau berbicara sesuai hati nurani saya.” Lalu amplop uang itu dikembalikan. Saya berterima kasih di gereja ini ada orang seperti demikian. Inilah cara kita mengembalikan diri kepada Tuhan. Kembali kepada Tuhan berarti di dalam diriku yang ditanam oleh Tuhan harus sesuai dengan sifat Tuhan. Penilaian benar atau tidak benar, memihak sini atau sana, itu bukan karena keuntungan pribadi. Penilaian yangbenar berarti harus sesuai dengan kehendak Tuhan, tahu apa itu keadilan.


Kalau di Indonesia saya berhak memilih, saya akan meilih orang-orang yang benar-benar takut kepada Tuhan. Kalau tidak ada yang sesuai standar itu, saya kan memilih yang paling baik dari yang jelek. Jadi di dalam penilaian-penilaian kepada orang lain, kita harus sesuai dengan keadilan Tuhan. Bolehkah kita terus memihak orang jahat lalu mengakibatkan seluruh bangsa Indonesia berada di dalam kemiskinan? Tidak boleh. Bolehkah karena keuntungan kita sendiri kita membungkam mulut dan tidak membicarakan sesuatu untuk mengatakan kebenaran, karena takut diri dirugikan? Tidak boleh.


Jadi di sini, kembali kepada Tuhan bukan membius diri di dalam ketidak-sadaran. Engkau menjadi orang Kristen yang bertanggung jawab. Pikiranmu dicipta oleh Tuhan untuk kembali kepada kebenaran. Emosimu dicipta untuk membela yang benar. Engkau dicipta dalam keadaan bisa membela benar atau tidak benar, engkau harus adil sesuai Allah yang adil. Itu baru kembali kepada Tuhan. Tuhan mau ada kualitas dari sekelompok orang yang sungguh-sungguh kembali kepada Tuhan, return to God, membela kebenaran, membela hal yang ditetapkan Tuhan, memberitakan sesuatu sebagaimana yang tertulis dalam Yesaya 42:1-4.


Yesus Kristus di dalam dunia tidak akan kecewa dan putus asa, tidak berteriak untuk membela diri. Ia terus bertahan untuk melihat kebenaran ditegakkan di atas bumi ini. Itulah semangat Kristen.


4). Kehendak kita kembali kepada kehendak Tuhan.


The return of your will to surrender before the will of God. Menaklukkan diri di bawah kehendak Tuhan yang lebih tinggi daripada segala sesuatu, itu menjadi wilayah kehendak saya. Semua orang mempunyai keinginan, tetapi kita harus menginginkan kehendak Tuhan yang dijadikan di dunia. Inilah isi doa Bapa kami. Let Thy will be done in his earth as in Heaven. Kehendak-Mu dijalankan di dunia ini seperti di sorga. Kalau itu terlaksana, akan dimulai dari diriku dulu, kehendak-Mu menjadi keinginanku. Aku mau meletakkan kehendakku ke bawah kehendak-Mu. Aku menjalankan kehendak-Mu, itu adalah praktek dari doa Bapa kami.


Doa Bapa kami menjadi pengarahan hidup setiap hari. Kita berdoa, Tuhan biarlah kehendak-Mu jadi, berarti penaklukkan kehendak kepada kehendak, the surrender of human will in the will of God. Ini menjadi penyerahan, menjadi dedikasi, menjadi spiritualitas, menjadi iman. Apa itu iman? Iman berarti menaklukkan diri dan kehendakmu di bawah kehendak dan rencana Allah. Orang yang berkata ia beriman besok pasti hujan, saya tidak mengerti iman apa itu? Iman dalam pengertian sesungguhnya adalah di dalam seluruh hidupku kehendakku ditaklukkan di bawah kehendak Allah.


5). Kelakuan dan hidup sehari-hari di dalam pimpinan Roh Kudus.


Inilah arti kembali kepada Tuhan. Saya kembalikan kelakuanku, tindak-tandukku, hidupku, di bawah pimpinan Tuhan. “Tidak berjalan di jalan orang fasik, tidak duduk di tempat orang menghujat, tidak berdiri di tempat orang berdosa. Orang semacam ini siang malam memikirkan Taurat Tuhan. Dia akan menjadi pohon yang selalu hiujau dan berbuah pada musimnya.” (band. Mazmur 1:1-6). Bolehkah kita pergi ke tempat perjudian? Tidak. Bolehkah pergi ke tempat perzinahan? Tidak. Bolehkah pergi ke tempat menghujat? Tidak. Bolehkah pergi ke tempat yang melawan Tuhan? Tidak. Di mana saya pergi, tindak-tanduk saya, pekerjaan saya, kelakuan saya, perkataan saya, semua sesuai dengan pimpinan Tuhan dan prinsip kebenaran.


Mari kita betul-betul memperdalam apa yang dikatakan Alkitab untuk kita terapkan dalam hidup sehari-hari. Mulai hari ini, katakanlah kepada Tuhan, “Pikiranku takluk kepada kebenaran-Mu. Perasaan hatiku takluk kepada perasaan-Mu.” To think after God’s thinking, to feel after God’s feeling, to act of God’s planning, to judge og God’s rigfhtousness. Ini semua menjadikan kita kembali kepada Tuhan. Inilah teriakan dari para nabi dan para rasul, jauh lebih dalam daripada khotbah-khotbah yang dangkal.


Zaman ini perlu dididik, dan orang Kristen perlu mengerti lebih tuntas apa arti firman Tuhan, dan semua itu membawa kita menjadi orang yang berarah hanya kepada satu hal: melayani Tuhan, memuliakan Tuhan, hidup bagi Tuhan dan hidup menyatakan sifat ilahi di dalam dunia ini. Maukah engkau sekali lagi minta kepada Tuhan membalikkan arahmu, membawa engkau kembali kepada Dia sendiri?


BAB II : IMAN DALAM MASA KRISIS.


PENGLIHATAN ROHANI


Bacaan : Yes.6:1; Mat.5:8; Mat.6:23-24; Yoh.8:56; Yoh.11:40; 2Kor.5:7; 2 Kor.4:18.


Iman berarti pengarahan rohani. Iman berarti pengembalian jiwa seseorang kepada sumber dan sasaran hidupnya. Karena Tuhan adalah Alfa dan Omega, maka kita harus kembali kepada sumber kita yang sekaligus menjadi telos kita. Ini merupakan suatu tema yang tidak habis-habis dalam seluruh kitab suci baik dari PL maupun PB. Melalui nabi dan rasul, Tuhan Allah berseru kepada umat manusia, “Kembalilah kepada-Ku, maka Aku akan menyembuhkan tanahmu. Aku akan memberikan pengampunan kepadamu, akan mengobati jiwamu, dan Aku akan membawamu kembali menjadi anak-anak-Ku.”


Manusia di dalam kelancaran dan kemudahan selalu menganggap segala anugerah Tuhan itu hanya untuk dipermainkan saja. Manusia dalam kelancaran selalu lupa siapakah Tuhan yang seharusnya menjadi sumber kita, yang kita harus tunduk kepada-Nya. Itu sebab kekayaan, kelancaran, kemudahan, dan kesuksesan yang sementara selalu mengakibatkan “ketiduran” rohani orang-orang Kristen dan membawa kita jauh keluar dari jalur yang seharusnya tanpa kita sadari.


Kapanklah telinga kita terbuka? Kapankah hati kita tersadar? Kapankah langkah kita berubah dan terarah kepada Tuhan kecuali kadang-kadang Tuhan memberikan kesengsaraan dan penderitaan kepada kita? Mimpi-mimpi kekayaan kosong sudah berlalu. Berapa banyak konglomerat baru sadar bahwa kepandaian, uang, pengalaman, kehebatan berusaha, itu hanya menghasilkan kekecewaan belaka. Inilah zaman Indonesia sekarang. Orang yang paling kaya bukan saja tidak mungkin menolong orang lain, bahkan menolong diri sendiri pun sudah kewalahan. Kapankah engkau mau terus tidur? Bukankah ini zamannya kita bangun dan berkata, “Demi nama-Mu ya Tuhan, Engkau menyegarkan jiwaku dan membawa aku kembali ke jalur yang benar. Bukan karena kebaikanku, tapi karena nama-Mu, demi nama-Mu yang kudus, Tuhan bangunkanlah aku kembali kepada-Mu.”


Hal yang kedua dalam iman kepercayaan, iman bukan saja arah rohani, iman juga penglihatan rohani. Apa yang kau lihat dari kedua mata jasmanimu itu tidak penting, tetapi apa yang kau lihat melalui jiwamu dalam kekekalan, itulah yang penting! Yesus Kristus berkata, “Jika matamu gelap, seluruh hidupmu akan gelap gulita. Bagaimanakah jika matamu yang gelap berada di dalam kegelapan, betapa gelapnya keadaan seluruh hidupmu.” Waktu Yesus mengatakan kalimat ini, Ia berkata kepada orang Farisi yang menganggap diri sudah mempunyai Taurat, yang menganggap diri sudah mengenal kehendak Tuhan, yang menganggap diri lebih tinggi daripada bangsa-bangsa lain. Yesus berkata, “Jika mata fisikmu gelap, seluruh tubuhmu gelap. Apalagi kalau mata rohanimu itu gelap.” Mata rohani, apakah artinya? Itu berarti iman di dalam diri seseorang di hadapan Tuhan Allah.


Semua agama mempunyai pengertian bahwa apa yang dilihat oleh mata luar tidak penting, tetapi mata di dalam lebih penting. Hinduisme mempunyai suatu pengertian, pada waktu otak manusia, hati manusia, dan mata itu menjadi satu garis, ia akan menembus dan akan mengerti kebenaran alam semesta. Mata di luar itu tidak penting. Itu sebab orang India membuat satu berlian dan menaruhnya di dahi, untuk membuktikan ada satu mata di tengah, mata di dalam jiwa yang mempunyai cahaya lebih penting daripada mata di luar.


Tetapi mata itu di mana? Yesus memberikan janji, barangsiapa yang bersih hatinya ia akan melihat Tuhan. Blessed are those who are pure hearted because they will see God. Apa gunanya kalau kita terus dengar khotbah setiap minggu tetapi hati kita, mata rohani kita, diliputi oleh keinginan uang saja. Engkau ikut kebaktian hanya untuk bertemu orang-orang kaya untuk membicarakan perdagangan dengan mereka. Engkau ikut kebaktian hanya untuk mendapatkan isi khotbah yang baik supaya kalau bersaksi di lain tempat mempunyai bahan. Engkau ikut kebaktian hanya untuk mengecek orang ini suka dengan Stephen Tong atau tidak. Apa gunanya engkau datang kebaktian? Engkau datang berbakti adalah menanti firman Tuhan. Engkau datang berbakti adalah membuka hatimu supaya mendapatkan isi yang boleh memberikan kekuatan baru untuk bersaksi bagi Tuhan di dalam dunia ini.


Apakah di dalam kebaktian engkau berjumpa dengan Tuhan? Setiap kali mendengar khotbah, sudahkah engkau bertemu dengan Allahmu? Setiap kali mendengar firman yang penting-penting, sudahkah engkau melihat nilai rohani yang terkandung di dalamnya? Kita perlu suatu penglihatan, bukan suatu penglihatan di luar, tetapi penglihatan di dalam. The spiritual vision, the spiritual seeing, that is faith.


Di dalam bahasa Inggris pengertian dan lihat itu menjadi satu. Jadi saat kau menjelaskan sesuatu kepada seseorang, ia lalu mengatakan, “I see” engkau tidak perlu bertanya “What do you see now?” karena saat ia mengatakan “I see” tidak berarti aku lihat sesuatu yang baru, melainkan “I see a problem, I understand the matter in my heart.” Di situ “see” dan “understanding” sudah menjadi satu. Ini arti dari Alkitab juga: orang yang melihat Tuhan, ia mengerti apa yang dikerjakan Tuhan. Orang yang hati nuraninya telah melihat, memandang dan mengerti apa yang dikerjakan Tuhan, dia tidak lagi bertanya “mengapa” kepada Tuhan. Seperti Martin Luther mengatakan, “In the heart of believer, there is no ‘why’ to ask to God.” Engkau tidak perlu bertanya ‘mengapa’ karena engkau selalu melihat yang dikerjakan Tuhan itu baik adanya.


Dua hari ini saya melihat situasi di Indonesia, hati saya tidak bisa mengerti. Waktu Soeharto berpidato, bisa berdiri 1 jam 20 menit, mungkin supaya diketahui masyarakat bahwa kesehatannya sudah membaik, diperkirakan dollar akan turun, ternyata tidak. Setelah ia berdiri 1 jam 20 menit, besoknya dollar naik lagi. Lalu kita tunggu IMF datang untuk memberikan bantuan kepada Indonesia. Setelah IMF memberikan bantuan, saya kira dollar akan turun, ternyata tetap naik lagi. Mau apa ini?


Dalam beberapa hari ini saya terus berpikir, sebenarnya kesulitan ini mengajar apa kepada kita? Sebenarnya krisis ini memberi kesadaran apa kepada kita? Di dalam krisis dan kesulitan, Tuhan sebenarnya mau bicara apa? Lalu saya mendapatkan kesimpulan kemarin pagi, bahwa kesulitan-kesulitan melanda Indonesia sekarang ini mengena kepada semua lapisan. Orang-orang kaya kena, orang kelas menengah kena, orang miskin kena. Semua orang kena.


Kesulitan ini mau mengajarkan apa kepada kita? Apa maksud Tuhan? Akhirnya saya mendapat satu kesimpulan, selama 15 tahun terakhir ini terlalu sedikit pemuda-pemudi bermutu yang mau menjadi hamba Tuhan. Selama 15 tahun terakhir, pemuda-pemudi yang berkata dengan tangisan, “Tuhan, saya mau menjadi hamba-Mu,” kembali lagi berdagang. “Tuhan, saya mau menjadi hamba-Mu”, akhirnya pergi ke dunia usaha. Karena apa? Menjadi hamba Tuhan itu miskin, menjadi pengusaha bisa kaya. Kredit gampang untuk mengembangkan karier dengan uang yang banyak. Kalau engkau miskin, bisa mendapat isteri macam apa? Kalau uangmu banyak, bisa mendapat gadis-gadis yang suka sekali kepada orang kaya. Inilah 15 tahun terakhir, secara penilaian nilai, the evaluation of value, axiology kekristenan sudah merosot sekali. Kurang sekali orang berbobot, bermutu, menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan. Jadi Tuhan mungkin melalui krisis ekonomi ini memberikan suatu kesadaran, “Hai manusia, ketahuilah uang bukan allah. Uang tak bisa disandari. Kembalilah kepada-Ku dan kerjakan apa yang Kutunjuk dan Kutetapkan di dalam kekekalan bagimu bertugas di zaman krisis ini.”


Selain return to God, kita perlu melihat Dia dari sedalam-dalamnya hati kita yang takut kepada Dia, yang berbakti kepada Dia. Begitu gampang menjadi orang Kristen di negara Pancasila. Begitu gampang mengikuti Tuhan di dalam keadaan yang mendukung agama. Begitu gampang menjadi orang yang melupakan Tuhan juga di dalam zaman dan masyarakat yang mementingkan uang. Engkau boleh memikirkan tak usah pergi mengabarkan Injil. Cari uang dan dengan uang mendukung pekerjaan Tuhan sudah cukup. Ketahuilah, Tuhan mau hatimu, lebih daripada uangmu. Tetapi engkau tidak pernah menjalankan itu karena engkau belum melihat kehendak Tuhan. Belum melihat jelas, belum melihat dengan tuntas apa yang sebenarnya Tuhan mau.


Mari sekarang kita memikirkan istilah “lihat” dan paradoks yang terkandung dari istilah ini. Tuhan yang menciptakan hal-hal yang paling penting, toh menciptakan juga hal-hal yang kita anggap paling remeh dan tidak penting seperti debu. Namun, debu yang begitu kecil pun masih bisa dilihat, tapi Tuhan yang maha besar tak bisa dilihat. Bukankah ini ironis? Apa gunanya mata? Mata itu merupakan kemungkinan potensi untuk mengamat, melihat, mengerti, sesudah itu baru bisa bereksperimen, baru bisa memikirkan lebih lanjut segala sesuatu yang diamati, yang dimengerti atau yang dilihat. Tetapi mata ini telah diciptakan sebagai sesuatu yang paling ironis.


Seorang sastrawan dari New England, Amerika di abad 19 bernama Ralph Emerson mengatakan, “The greatest irony to eye is eye can see so many thing, but eye can not see itself.” Mata boleh melihat segala sesuatu tapi mata tak pernah bisa melihat mata itu sendiri. Apa matamu pernah melihat matamu sendiri? Engkau hanya melihat bayang-bayangnya yang terbalik di belakang kaca. Mata tak pernah mungkin melihat mata sendiri. Bahkan mata melihat mata yang lain, mata kanan melihat mata kiri, atau mata kiri melihat mata kanan, itu pun tidak mungkin. Waktu mata kirimu melihat ke kanan, si mata kanan akan bergeser ke kanan lagi. Inilah ironi yang paling besar: mata dapat melihat segala sesuatu tetapi mata tak pernah mungkin melihat diri sendiri.


Bukan saja demikian. Untuk menciptakan kemungkinan mata melihat, Tuhan Allah harus menciptakan sesuatu yang dibutuhkan manusia yang tak mungkin dilihat tetapi ada, yaitu udara. Ini ironi yang kedua. Udara itu ada. Udara itu mutlak dibutuhkan, tapi udara tak bisa dilihat. Justru agar engkau bisa melihat orang lain, maka udara yang memisahkan engkau dengan orang lain di tengah matamu dan mata orang lain itu tak boleh dilihat supaya mata bisa melihat obyek lain. Jikalau udara bisa dilihat, maka kita semua setiap hari hanya melihat udara, kita tak bisa melihat anak-anak kita, orangtua kita, isteri atau suami kita, tak bisa melihat apa-apa yang lain karena udara yang bisa dilihat akan menghalangi pandangan kita.


Banyak ironi-ironi seperti ini. Yang adalah materi tidak bisa dilihat, itu udara. Yang mungkin bukan materi, namun bisa dilihat, namanya cahaya. Cahaya itu materikah? Jika cahaya itu materi, mengapa tidak bisa ditimbang beratnya? Jika cahaya itu bukan materi, mengapa ada kecepatan cahaya yang dapat dihitung beberapa ratus ribu km/detik. Cahaya jika bisa dilihat, mengapa tidak ada beratnya? Kenapa ia tidak ada ukurannya? Kalau cahaya bukan materi, mengapa cahaya bisa dilihat? Materi yang disebut udara tidak bisa dilihat, terang yang supra-material justru bisa dilihat. Ini cara Allah bekerja dengan begitu banyak paradoks di dalamnya sehingga engkau harus memikirkan lebih dalam apa arti “melihat”.


Di dalam sejarah ilmu beberapa abad terakhir ini, vibration theory, emission theory, particle theory, dsbnya telah menjajah pikiran manusia. Baik Isaac Newton, Hygene, Faucolt, Albert Einstein, Heissenberg hingga Stephen Hawking, semuanya berbicara tentang cahaya yang bisa dilihat, tetapi tidak ada jawaban mutlak apa itu cahaya.


Alkitab berkata kepada kita, “God is Light” Allah itu cahaya. Sebagaimanba Allah itu adalah kasih, Allah adalah hidup dan Allah adalah cahaya. Ketiga hal ini kebetulan dalam bahasa Inggris semua dimulai dengan huruf L : God is Light, God is Love, God is Life. Dan yang paling sulit dimengerti adalah Light, cahaya itu. Waktu kita bicara tentang cahaya, selalu kita berbicara tentang cahaya yang bisa dilihat oleh kedua mata kita ini. Tetapi kitab suci selalu membicarakan cahaya Allah yang jauh lebih daripada kemungkinan kita melihat. Itulah sebabnya di dalam Westminster Confession dikatakan, “The nature light is not adequate.” Cahaya natural tidak cukup. Kita membutuhkan cahaya supra-natural, cahaya special revelation, yaitu firman Tuhan, firman yang diwahyukan Tuhan. Dan Kristus adalah cahaya yang besar di dalam dunia ini.


Setelah kita berbicara tentang dunia yang kelihatan dan dunia yang tidak kelihatan, maka yang disebut iman adalah berarti semacam kemungkinan di dalam hati kita melihat segala sesuatu melintasi batas kemungkinan mata melihat. Itu namanya beriman. Siapakah orang beriman? Orang beriman adalah orang yang melihat sesuatu melebihi penglihatan matanya. Agustinus dalam bukunya “My Confession” mengatakan, “Iman telah melihat lebih jauh daripada apa yang dilihat oleh mata.” Itu sebab waktu otak mengatakan, “saya mau mengetahui”, iman mengatakan, “saya lihat dulu, supaya bisa memberitahumu”. Dengan demikian faith is prior to understanding. Karena iman telah melintasi batas, iman telah memberikan suatu kemungkinan visi yang jauh kepada pengertian. Maka rasio selalu mengikuti iman. Rasio bukan dasar iman, tapi rasio itu pengikut iman. Dalam filsafat dan teologi Agustinus, ia bukan mengatakan understanding to support faitrh, but faith seeking understanding. Iman mencari pengertian. Iman melihat dulu, lalu otak mengatakan, “beritahu saya apa sih yang kau lihat?” lalu iman mengatakannya kepada otak, dan otak berkata, “sekarang saya mengerti.” To undersanding what had been seen before by faith that you know what is the meaning and the content of belief. Iman mendahului pengetahuan. Iman menjelajah lintasan. Iman menembus perbatasan. Iman melihat kepada sesuatu yang kekal, yang lebih tinggi, lebih penting dan melampaui waktu dan tempat sehingga understanding membagi sesuatu dan mengadopsi apa yang di-share oleh iman, baru ia mengerti. Dengan demikian iman berada di depan dan iman membuka hati rohani kita sehingga kita bisa melihat.


Orang dunia selalu mengatakan kalimat, “Kalau saya sudah mengerti. Saya akan percaya. Kalau saya sudah melihat, saya akan percaya.” Ini memperlihatkan kebodohan manusia yang rasionya sudah dipengaruhi dosa. Bahkan banyak pendeta mengkhotbahkan prinsip seperti ini, “Kita melihat dulu anugerah Tuhan, kita melihat dulu kemuliaan Tuhan, kita melihat dulu kuasa Tuhan, lalu engkau pasti beriman.” Ini ajaran yang salah. Ini ajaran yang tiidak sesuai dengan kitab suci. Mari kita kembali kepada Yohanes 11:40, di mana Yesus berkata kepada Marta, “Jikalau engkau beriman, engkau akan melihat kemuliaan Allah.” Jadi di sini mana yang lebih dulu, melihat kemuliaan Allah atau beriman dulu baru melihat? Beriman dulu baru melihat!


Kita beriman kepada Tuhan, baru kita melihat kemuliaan Allah. “Kalau saya melihat Tuhan berkuasa, kalau Tuhan menyembuhkan saya, kalau Tuhan sudah menyatakan kemuliaan-Nya, nanti saya akan percaya.” Itu adalah iman antroposentrik, itu iman yang berpusat kepada diri, bukan kepada Tuhan. Jikalau engkau beriman karena Allah telah membuat kuasa firman bergolak dalam hatimu sehingga menimbulkan iman kepercayaan sebagai reaksi yang benar kepada Tuhan dan sehingga iman menjadi hasil dari benih firman Tuhan yang tumbuh di dalam hatimu, maka dengan iman itulah engkau akan melihat kemuliaan Tuhan Allah. Kalau kita mempunyai iman sedemikian, maka di dalam kesulitan, di dalam ketidak-mungkinan, kita bisa berkata, “Tuhan, beri aku kemungkinan untuk melewati perbatasan ini, melewati kesulitan ini, biar aku melihat ke tempat yang jauh.”


Yesus berkata kepada orang Farisi, “Nenek moyangmu Abraham, memandang hari-Ku dari jauh dan dia sudah melihatnya.” Kalimat ini tidak bisa dimengerti oleh mereka, sehingga mereka dengan marah berkata, “Usia-Mu belum 50 tahun, engkau berani berkata ‘telah melihat Abraham?” Yesus berkata, “Sesungguhnya sebelum Abraham ada, Aku sudah ada.” Before Abraham was, I am. Di situ kita melihat cara Yesus memperkenalkan diri begitu tuntas, begitu singkat, begitu tepat dan begitu berbijaksana. Ia berkata kepada orang Farisi, “Beda engkau dengan nenek moyangmu: engkau mempunyai mata fisik yang melihat-Ku tetapi tidak percaya, tapi nenek moyangmu yang belum pernah melihat-Ku,ia sudah melihat dari hatinya kepada-Ku.” Ia memandang, ia melihat dan ia menyambut-Ku dengan bersukacita. Abraham dilahirkan hampir 2.000 tahun sebelum Yesus, bagaimana Abraham melihat Dia? Abraham melihat Yesus bukan dengan mata jasmaniah. Abraham melihat Yesus dengan mata rohaniah. Di sini kita melihat, kita diberi suatu potensi yang begitu besar yaitu kemungkinan melintasi zaman, kemungkinan melintasi kesulitan, kemungkinan melintasi krisis, kemungkinan mengatasi segala sesuatu yang berada di dunia fisik, dan kemungkinan terbang dengan iman, kita melihat sesuatu yang jauh di atas dunia yang kelihatan ini. Paulus berkata dalam 2 Korintus 4:18, “Yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tidak kelihatan adalah kekal.” Siapakah yang tetap berharap kepada sesuatu yang bisa dilihat? Kalau itu bisa dilihat, apakah layak menjadi pengharapan kita? Bukankah kita semua berharap kepada sesuatu yang tidak kelihatan, yaitu berharap kepada dunia kekekalan? Soren Aabye Kierkegaard berkata, “Jikalau pengharapan orang Kristen hanya kepada dunia yang fana ini, maka kita jauh lebih kasihan daripada mereka yang belum mengenal Yersus Kristus.”


Mari kita berputar balik dan insaf, mari kita mendapat kebangunan rohani dan berkata, “Tuhan, mulai hari ini aku akan membuka mata rohani, aku akan memandang lebih jauh, lebih tinggi, melintasi seluruh yang disebut keterbatasan di dunia ini, melintasi waktu, melintasi tempat, melintasi dunia fisika, bahkan melintasi dunia metafisika, melintasi dunia natural, melintasi keterbatasan segala sesuatu di dalam dunia supra-natural, di dalam dunia pewahyuan Tuhan dan rencana kekekalan. Saya akan melihat Allah bertahta di atas.”


Kapankah kesulitan moneter akan lewat? Apakah Amerika sungguh-sungguh adalah penolong Indonesia? Saya katakan, absolutely no! Ini akan menjadi imperialisme corak baru yang menjajah ekonomi Indonesia. Setelah saham turun sampai rendah sekali, dollar akan menyapu habis saham, sehingga semua hal yang besar dimiliki luar negeri. Negara ini akan menjadi jajahan ekonomi Barat. Dulu jajahan politik, besok akan menjadi jajahan ekonomi. Amerika bukan savior, Amerika bukan penolong. Kalau IMF meminjamkan uang, yang diharapkan adalah bunga. Uang yang banyak jika tidak dibungakan akan rugi. Jika dipinjamkan akan mendapat bunga yang besar. Caltex separuh penghasilannya adalah dari minyak Indonesia. Indonesia memiliki sumber alam, Indonesia mempunyai sumber daya manusia, tetapi kita sekarang berada dalam krisis. Bukan saja krisis uang – itu hanya soal kecil –tapi kriris kredibilitas.


Confusionis berkata pada waktu rakyat tidak lagi mempunyai kepercayaan kepada pemerintah, tidak ada pemerintah yang bisa berdiri tegak. Setelah Perdana Menteri Tanaka turun, penggantinya – Fukuoda – ditanya, “Apakah engkau bisa menjadi perdana menteri?” Ia tidak menjawab, hanya menulis 5 huruf kanji di situ, “Biarlah rakyat percaya dulu kepadaku, baru aku menjadi perdana menteri.” Tulisan ini dimuat di surat kabar dan di televisi, Min u sin pu li – it is impossible to establish without the credibility and confidence from my people.


Indonesia bukan sedang dilanda krisis moneter, bukan krisis ekonomi, melainkan krisis iman. Jikalau Presiden tidak lagi dipercaya oleh rakyat, ia sulit menjadi presiden. Jika kabinet tidak lagi dipercaya oleh rakyat, sulit berkabinet. Bank-bank menemukan direktur-direktur korupsi, akhirnya rakyat tidak mau menyimpan uang dalam bank. Lebih aman disimpan di bawah bantal dengan resiko diambil maling, daripada maling elite di bank yang lebih lihai mencurinya. Kalau kepercayaan sudah tidak ada, dari bawah ke atas, secara vertikal maupun secara horizontal, maka seluruh rakyat akan bangkrut, akan rusak. Kepercayaan yang sejati harus dimulai dari kebangunan rohani. A faith in God and be truthful to Him. Kita harus beriman kepada Tuhan. Kita harus jujur dan sungguh-sungguh ikhlas untuk menjalankan kehendak sorga. A man who is sincerely and honestly doing the mandate from heaven, doing the will of God to get the credibility in society.


Berdoalah supaya ada pemimpin-pemimpin yang sungguh-sungguh takut akan Tuhan, pemimpin-pemimpin yang sungguh-sungguh cinta bangsa; pemimpin-pemimpin yang jujur mengatur segala sesuatu di bawah kedudukannya, dengan demikian barulah dunia ini akan normal kembali. Terlalu banyak permainan uang, terlalu gampang menyogok; terlalu banyak korupsi, sekarang ini masih dibiarkan oleh Tuhan. Engkau korupsi masih bisa kaya, engkau berjalan menyeleweng masih bisa subur, engkau berjalan di luar kehendak Tuhan masih bisa makmur. Tapi saat tangan Tuhan melepas kita, negara ini akan menjadi apa? Talentamu akan menjadi apa? Pemerintah-pemerintahmu jadi apa? Rakyatmu jadi apa? Berdoalah agar Tuhan mengampuni dosa Indonesia, dosa-dosa pejabat tinggi yang korupsi, dosa melalui keuangan yang didapat melalui cara yang tidak benar. Mintalah Tuhan memberikan pengampunan kepada banyak orang orang yang akibat dosanya telah banyak merugikan orang yang tidak bersalah, merugikan rakyat yang miskin. Jikalau dalam 3 bulan yang akan datang, 8 juta manusia tidak lagi memiliki pekerjaaan, 1% saja dari mereka yaitu 8.000 orang menjadi mempunyai pikiran rusak, berarti ada 8.000 perampok tambahan di Indonesia. Jika dalam kepicikan ini mungkin ada 10% (80.000 orang) menjadi perampok dan penjarah, negara ini akan menjadi apa?


Kita sedang menghadapi krisis yang besar. Siap sedialah engkau diculik, dicuri, dirampok, bahkan diperkosa? Bagaimanakah engkau mempersiapkan diri menghadapi hal-hal seperti iini? Jangan tanya, “When I suffer, where were You, God?” tetapi tanyakanlah, “When I suffer, where is my faith? Did see His thyrone? Did I see God from my spiritual capacity?” Waktu segala kesulitan datang, dimanakah imanmu?


Saya selalu memikirkan kalau suatu ketika apa yang saya miliki diambil kembali, ya sudah. Persiapan hati itu membuat saya tidak perlu terlalu takut dan tak perlu kuatir. Jikalau terjadi suatu hari apa yang pernah kita miliki semuanya diambil, apa boleh buat. Kita berkata, “Tuhan, imanku tidak mungkin direbut. Kerohanianku tidak mungkin dirampas. Pengertianku tentang kekayaan firman Tuhan tidak mungkin diambil.” Kita tetap beribadah kepada Tuhan, tetap menyanyi di malam-malam yang tergelap, tetap bersyukur bahkan pada waktu tahta Tuhan tidak terlihat jelas. Dengan iman kita tahu bahwa Dia tetap bertahta.


Pada tahun raja Uzia meninggal, terjadilah perubahan-perubahan besar. Uzia sudah bertahta berpuluh-puluh tahun – seperti presiden yang bertahta berpuluh-puluh tahun juga – Pada keadaan seperti itu kekacauan mudah ditangani.


Pada tahun raja Uzia mati, Yesaya berkata, “Tahun itu aku masuk ke Bait Allah.” Ayat ini selalu menggerakkan hati saya. Di situ nyata perbedaan yang besar antara orang beriman dengan mereka yang tidak mengenal Tuhan.


Pada waktu raja rontok, kerajaan itu jatuh, senantiasa kembali kepada Tuhan. Always prepare to return to God, always come to encounter Him. Always come to see His contentment. Orang Kristen jangan hanya melihat kanan-kiri, depan-belakang, timur-barat, utara-selatan.


Yesaya setelah melihat tahta Tuhan, rohaninya berubah. Pada pasal 1 – 5 Yesaya cenderung selalu menegur orang. Tapi sejak pasal 6 ini lain sekali. Saya percaya demikian juga iman kita. Kerohanian kita tidak menampakkan perubahan meskipun sudah menjadi Kristen. Apa sebabnya? Karena kita tidak masuk ke dalam Bait Allah, kita tidak menjumpai Allah. Kebaktian-kebakltian adalah tempat kita berdoa sambil mendengarkan firman, tapi banyak orang datang kebaktian untuk itu saja, lalu selesai. Banyak orang suka cari khotbah yang enak didengar dan tidak panjang.


Di Belanda ada satu alun-alun yang di sisi kanan dan kiri masing-pmasing ada satu gereja. Di gereja yang sebelah kanan tertulis, “Sunday service including holy communion, 45 minutes.” Yang di sebelah kiri karena takut kalah, akhirnya menulis, “Here, Sunday service including holy communion only 30 minutes.” Mengapa kita yang tiap hari rata-rata duduk didepan televisi 4 jam, tapi satu minggu sekali ikut kebaktian, minta sependek mungkin?


Saya mau melihat, mengapa engkau tidak datang kepada Tuhan? Mengapa engkau tidak memutar hatimu kepada Tuhan? Karena engkau bukan mau melihat Dia. Engkau mau menjadikan agama dan kegiatan agama sebagai suatu ornamentasi untuk menghias diri. Saya orang pintar, saya orang kaya, saya juga ada agama. Agama bukan untuk dilihat orang. Agama untuk melihat Tuhan ada di mana.


Yesaya berkata, “Pada waktu raja Uzia meninggal, tahun itu juga politik bergolak, tahun di mana rakyat kacau, tahun di mana kuasa raja habis, tahun di mana masyarakat kacau, tahun dimana kuasa raja habis, tahun di mana tidak menentu siapa lagi yang akan menjadi raja selanjutnya, apa hasil dari pergolakan di tahun demikian? Di tahun yang krisis itulah aku masuk ke Bait Allah.”


Saya ingin bertanya, setiap minggu engkau ikut kebaktian, apakah hanya masuk gedung gereja atau betul-betul masuk bait Allah? Inilah Bet-El. Waktu Yakub bangun dari tidurnya, ia berkata, “This is the temple of God. There is a gate of heaven.” Ia tahu Tuhan memberikan firman, memberikan kemuliaan, menyatakan diri kepadanya pada waktu kepicikannya (Kejadian 28:16-17). Saya harap di dalam kesulitanmu, baik dalam ekonomi, waktu kehilangan orang yang paling kaukasihi, di dalam krisis bagaimanapun, kembalilah kepada Tuhan, masuk ke dalam Bait Allah, berlutut di hadapan-Nya dan merendahkan diri. Alkitab mengatakan, jika umat-Ku merendahkan diri dan mengaku dosa dengan ratap tangis di hadapan-Ku, Aku akan menghibur dan mengampuni dosanya. Aku akan menyembuhkan tanahnya. Aku akan memberikan kebangunan kepada dia. Kembalilah kepada Tuhan, berlutut dan lihatlah Dia!


Apakah iman? Iman berarti menghadap Tuhan, memandang Dia, dan melihat kemuliaan Tuhan. Di dalam krisis dan kesulitan biarlah iman kita menengadah ke atas. If you failed to book around, now look up ward. Kalau kita sudah kecewa melihat kanan-kiri, depan-belakang, masih ada satu arah, yaitu lihatlah ke atas. Tuhan berkata, barangsiapa yang memandang-Ku dan melihat air muka-Ku, dia tidak akan kecewa. Dari zaman ke zaman, semua nabi dari perjanjian Lama hingga para rasul dari Perjanjian Baru, hanya satu rahasia kuasa yaitu “always look upward,” selalu melihat Tuhan, selalu memandang ke atas, akhirnya mereka punya keberanian yang amat berlainan dengan orang biasa. Ini semua karena mereka bisa melihat empat hal: ada kedudukan yang lebih tinggi daripada kedudukan; ada kuasa yang lebih tinggi daripada kuasa; ada kemuliaan di atas kemuliaan, ada hukum di atas hukum. Jika empat hal ini digabung, engkau mengetahui ada rencana kekal di atas rencana mnanusia.


Sebagaimana langit lebih tinggi dari pada bumi, demikian kehendak Tuhan lebih tingg daripada kehendak manusia. Hari depan apa yang akan terjadi? Tidak ada seorang pun bisa tahu situasi akan bagaimana. Siapakah yang paling berkuasa di dunia ini? Semua itu hanya nol. Biarlah engkau memandang melintasi bumi ini dan bersedialah hidup menjalankan kehendak Tuhan dengan melihat Tuihan di dalam iman yang sejati.


BAB III : IMAN DALAM MASA KRISIS.


BERPEGANG TANGAN TUHAN


Orang-orang yang percaya kepada TUHAN adalah seperti gunung Sion yang tidak goyang, yang tetap unrtuk selama-lamanya. Yerusalem, gunung-gunung sekelilingnya; demikianlah TUHAN sekeliling umat-Nya, dari sekarang sampai selama-lamanya.” (Mazmur 125:1-2)


“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” (Amsal 3:5-6)


Mazmur 125:1-2 terjemahan yang lebih baik adalah: “Barangsiapa yang percaya dan bersandar kepada Tuhan, dia akan seperti gunung Sion yang tidak goyah untuk selama-lamanya. Sebagaimana gunung-gunung mengelilingi kota Yerusalem, demikianlah Tuhan mengelilingi orang yang dimiliki-Nya, dari sekarang sampai selama-lamanya.”


Amsal 3:5-6, “Bersandarlah dengan iman dan dengan segenap hatimu kepada Tuhan. Janganlah bersandar kepada kepintaranmu sendiri, melainkan senantiasa berpegang pada Dia dan akuilah Diua di dalam segala perbuatanmu, maka Dia akan meluruskan jalanmu.”


Manusia dicipta oleh Tuhan dengan sifat relativitas, sehingga kita tidak mungkin secara mutlak dapat hidup pada diri sendiri. There is no absolute dependence and absolute independence of human life. There is no absolute existence in ourbeing. Dalam hal bersandar, manusia mempunyai kebutuhan relativitas atau relasi dengan ‘yang tidak terlihat’. Inilah motivasi dan bibit sifat beragama yang terdapat dalam diri manusia. Inilah yang disebut the sense of absolute depence oleh Schleiermacher dan disebut ultimate concern oleh Paul Tillich.


Di kedalaman jiwa manusia terdapat satu unsur di mana kita membutuhkan satu sandaran, satu pegangan, satu jaminan kekuatan dan rasa aman. Tapi sesungguhnya obyek yang kita sandari atau “Engkau yang kekal” itu berada di mana? Martin Buber mengemukakan ada “Eternal Thou” dan adanya I and Thou relationship, yang merupakan titik tolak keberadaan agama. Manusia memerlukan “Engkau” yang bisa disandari, yang bisa dipercaya, yang menjadi sumber pertolongannya. Di dalam masa krisis manusia membutuhkan “Engkau” yang besar.


Waktu kita masih kecil, kita menganggap ibu adalah “Engkau” yang agung itu. Ketika kita dikejar anjing, kita lari ke pangkuan ibu. Kita menganggap dialah “Eternal Thou” “the greatest Thou”. Relativitas kita selalu mencari sesuatu yang bisa kita sandari. Setelah kita makin besar, kita bersekolah, kita mulai menghina ibu, kita menganggap guru dan dosen-dosen kita lebih pintar daripada ibu. Maka kita mulai mengalihkan arah relativitas kita kepada orang-orang yang kita kagumi, mungkin seorang politikus, akademikus, atau idola dalam, bidang disiplin ilmu yang kita tekuni.


Pada waktu saya berusia 17 tahun, idola saya adalah Beethoven, Schumann, Schubert, Tschaikovasky, Palestrina, JohannSebastian Bach, Bhrams, dll. Setelah saya mempelajari filsafat, idola saya adalah Aristoteles, Plato, Socrates, Confusius, dll. Sepertinya di dalam hidup saya membutuhkan suatu oknum yang bisa saya sembah, saya sandari, saya pelajari dan menggali sesuatu dari padanya. Relasi itulah yang membuat dunia saya jadi bermakna. Tapi ketika saya mendapati Schumann berusaha bunuh diri dengan melompat ke laut; Schubert seorang homoseks; Tschaikovsky tidak pernah bisa mencintai seorang wanita dan membuang semua isterinya yang baru dinikahi 2 minggu, Beethoven pernah menderita penyakit sipilis, akhirnya saya kecewa. Satu persatu idola saya berguguran. Saya terus mencari, siapa yang bisa saya sandari, siapa yang bisa saya percaya, siapa yang bisa saya pegang untuk selamanya.


Alkitab mengajar kita, kembalilah kepada Tuhan Allahmu. Segala sesuatu di dunia ini bukan Allah. Mao Ze Dong bukan Allah. Pada waktu bermilyar manusia mengarahkan relativitas yang seharusnya mereka tujukan kepada Tuhan, sekarang kepada manusia. Yeremia berkata, “Matamu memandang kerajaan yang kau kira bisa menolongmu, tapi ternyata hampa, tidak dapat memberikan pertolongan kepadamu.”


Siapakah yang bisa menjadi penolong? Siapa yang bisa menjadi pangkalan dan sandaran kita? Sebagai hamba Tuhan, sekali lagi saya serukan, kembalilah kepada Tuhanmu! Bukalah telingamu kepada suara kekekalan. Return to God. Kembali kepada Tuhan adalah suatu pengarahan yang terus menerus menjadi seruan para nabi dan rasul. Jika arah rohani kita salah, maka seluruh hidup kita akan menjadi kacau.


Kedua, nabi berkata, pandanglah kepada Dia. Pada waktu raja Uzia wafat, Yesaya berkata, tahun itu aku masuk ke dalam Bait Allah. Aku melihat Tuhan berada di takhta. Aku melihat Dia tidak pernah turun dari takhta yang mulia itu. Hanya satu otoritas yang mutlak, yang tidak perlu diganti kedudukannya, yang tidak mungkin melaksanakan sesuatu yang salah, dan yang tidak mungkin meleset strateginya.


Banyak orang berkuasa di dunia, semakin mereka berkuasa semakin meleset tindakannya. Sehingga saat mereka tersadar,sejarah sudah memvonis mereka: waktumu telah habis, kau harus turun dari pentas sejarah. Sejarah adalah Guru umat manusia. Sejarah mengajarkan hal ini dari zaman ke zaman. Sayangnya selalu kita tidak percaya, selalu tidak mengindahkan firman Tuhan. Kita hanya berpegang kepada diri sendiri.


Sebab itu mari kita renungkan tentang tema “Berpegang Tangan Tuhan”. Faith is the directions of the spirit. Faith is the seeing and the vision of the spirit. Faith is certainly of the spirit.


Orang yang beriman mempunyai pegangan,mempunyai kepastian di dalam jiwanya sedalam-dalamnya, yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Seorang anak kecil yang kedua tangannya memegang dan menarik sesuatu sambil berjalan, tapi orang lain tidak melihat apa yang dipegangnya, bertanya, “Hai nak, apakah engkau sudah gila? Apa yang sedang kau pegang ditengah lapangan berangin ini?” Anak itu menyahut, “Saya sedang bermain layang-layang.” Orang itu memandang keatas, tapi tak dapat melihat layang-layangnya. Maka katanya, “Jangan bergurau dengan orang tua. Di manakah layang-layangmu?” “Di situ, di tempat yang tinggi sekali.” “Saya tidak dapat melihatnya.” “Kalau kau tidak lihat, itu bukan problemku, itu problem matamu.” Orangtua itu terheran-heran karena ia tidak melihat apa-apa, tetapi anak itu yakin, tekanan itu masih ia rasakan, berarti layang-layangnya masih terbang di atas sana. Inilah contoh iman Kristen. Orang lain tidak melihat apa yang kita pegang. Orang lain tidak tahu mengapa kita terus beriman kepada Tuhan. Mereka bertanya, “Di mana Tuhan? Kami tidak melihat-Nya. Di mana Tuhan? Kami tidak mengalami. Di mana Tuhan? Kami tidak bisa buktikan.” Mereka tidak bisa membuktikan, itu adalah problem mereka. Mereka tidak pernah mempunyai pengalaman rohani, tidak punya visi rohani, tidak punya konfiden rohani, mereka tidak mungkin punya evindensi rohani. Ini bukan masalah argumentasi, bagaimana berdebat dengan logika atau untuk membuktikan siapa yang lebih kuat secara akademis. Ini merupakan suatu kesungguhan, I and Thou relationship, pengalaman pribadi, I am now walking hand in hand with Him. Inilah yang disebut berpegang pada Tuhan, percaya kepada Tuhan.


Mengapa kita perlu berpegang kepada Tuhan? Karena di dunia ini tidak ada satu pun yang bisa kita pegang teguh untuk selama-lamanya. Politik bisa goncang. Bukankah kita mendengar bahwa setelah tahun 2000 Indonesia akan tinggal landas? Namun apa jadinya sekarang? Bukan tinggal landas, melainkan tinggal kandas. Dulu pendapatan per kapita kita sudah mencapai US $ 1045, dua kali pendapatan per kapita di Tiongkok. Sekarang,hanya sisa US $ 165. Tidak ada orang yang tidak mengalami kemalangan. Liem Sioe Liong dan pengemis sekarang sama-sama kesulitan. Dulu waktu kita member Rp.100,- kepada pengemis masih ada nilainya, sekarang tidak lagi. Kesulitan melanda semua orang, tidak pandang bulu. Seluruh Negara menjadi miskin mendadak. Kuasa politik bisa goncang, kuasa militer pun bisa goncang. Jangan kira orang yang berpangkat tinggi di bagian militer mempunyai kesetiaan yang tinggi. Pada saat-saat tertentu dalam sekejap mata arah senapan bisa berbalik 180 derajat. Dalam sekejap mata momen yang sangat menentukan dalam sejarah, arah senapan bisa berbalik kebelakang.


Dalam bahasa Mandarin di sebut dao duo, senjata makan tuan. Siapakah Enrille? Siapakah Ramos? Bukankah dulu mereka adalah orang yang paling setia terhadap Marcos? Bukankah mereka adalah pemimpin militer yang terkuat di Filipina? Di saat-saat terakhir Marcos berseru,“Berjuanglah sampai titik darahmu yang penghabisan untuk membelaku, membelaku!” Waktu saya mendengar ucapan ini di radio, saya anggap orang ini sudah gila. Tuhan, singkirkan dia. Karena orang yang terus berkata, “Belalah aku” itu orang gila. Tak seorang pun berhak menyuruh orang lain mati untuk membela dirinya, kecuali mati bersama untukmembela bangsa dan Negara. Maka dalam sekejap mata kita menyaksikan Ramos dan yang lain telah menjadi musuh Marcos.


Apakah militer bisa disandari? Tidak. Apakahjendral bisa disandari? Tidak. Apakah Pemerintah bisa disandari? Tidak. Jangan kita berpikir, kalau di belakang kita ada jendral yang mem-backing, seumur hidup kita akan aman. Sebaliknya engkau justru berposisi lebih berbahaya daripada yang lain. Engkau akan menjadi sasaran dari musuh yang berbeda ideologi denganmu. Dunia ini tidak bisa disandari. Janganlah bangga dengan kuasa yang ada padamu, jangan bangga akan pengetahuan yang ada padamu, jangan bangga akan uang yang ada padamu. Tiga hal ini muncul berurutan dari nabi Yeremia sebelum Yerusalem dikepung dan dihanguskan api.


Dunia ini adalah dunia yang dapat bergoncang. Hati manusia bisa berubah. Orang yang paling kau percaya dan paling kau harapkan justru mungkin menjadi lawan terbesar. Semua ini hanya tunggu tanggal mainnya saja. Sebab itu saya menghimbau dan memerintahkan semua anakTuhan, Pencipta langit dan bumi, sang Penguasa dan Pengontrol sejarah, Sang pewahyu Kebenaran kepada umat manusia.. Dialah yang memberi kekuatan dan Dialah yang menjamin hidup kita tetap terpelihara. Tuhan tidakmenjamin kita selalu mewah, selalu mulia, selalu melewati hari-hari yang lancar. Meskipun awan gelap mengelilingimu, halilintar berada di atasmu, angin topan menerpamu, biarlah jiwamu tetap berdiri tegak di hadapan Tuhan Allah.


Iman berarti berpaling kepada Tuhan. Iman berarti memandang takhta Tuhan. Iman berarti memegang tangan Tuhan. Uang bisa berubah. Alkitab berkata, janganlah matamu menatap kepada uang yang bisa berubah itu. Karena bila saatnya tiba, uang itu akan bersayap dan terbang meninggalkan dirimu. Mengapa kita tidak boleh bersandar kepada dunia ini dan hanya berpegang kepada Tuhan?


1. Dunia ini bergoncang dan berubah


Hanya ada hal-hal tertentu yang tidak berubah, yang harus kita pegang erat-erat. Alkitab mengatakan, firman Tuhan tidak bergoncang dari kekal sampai kekal. Segala teori bohong adanya, segala kalimat dusta akan lenyap. Hanya perkataan yang sejati yang keluar dari mulut Tuhan tidak akan goncang sampai selama-lamanya. Itulah sebabnya firman Tuhan berkata, manusia hidup bukan bersandar kepada roti saja, melainkan bersandar pada setiap kalimat yang keluar dari mulut Tuhan Allah.


Perkataan Tuhan tidak perlu diubah, tidak perlu dikoreksi. Perkataan Tuhan kekal untuk selama-lamanya. Kalau engkau tidak mengerti firman Tuhan, masalahnya bukan terletak pada Alkitab, tetapi pada dirimu sendiri, pada kerohanianmu, dan pada imanmu. Maka jika kita tidakmengerti firman Tuhan, janganlah mengeluh, atau mengejek, menolak,melarikan diri, atau bersungut-sungut. Sebaliknya berlututlah dengan rendah hati di hadapan Tuhan, minta pertolongan Roh Kudus untuk membuka mata kita sehingga kita bisa mengerti dan takluk kepada-Nya.


Seorang professor berkata kepada saya,“Waktu saya masih muda dan studi di seminari di Amerika yang kebanyakan dosennya menganut paham Liberal, iman saya betul-betul dikacaukan. Saya terus menuntut akademis, tapi semakin tinggi pengetahuan saya, semakin berkurang kerohanian saya.” Lalu saya bertanya, bagaimana ia bisa memelihara imannya sebagai orang yang sungguh-sungguh percaya hingga sekarang. Jawabnya, “Setiap kali saya mengikuti kuliah yang liberal, hati saya digoncangkan tapi suara hati saya mengatakan, ‘that’s not right, that theory is not biblical, only God is truth’, Hanya Allahlah kebenaran, hanya firman Tuhan yang tidak pernah bersalah. Maka setiap kali mengalami kesulitan,saya selalu berlutut, berdoa dengan menangis minta Tuhan memberi kekuatan kepada saya. Akhirnya Tuhan memelihara iman saya tetap murni dan Injili sampai studi saya selesai. Setelah itu iman saya menjadi kuat dan saya bisa mengetahui segala kelemahan dari ajaran doktrin yang salah. Saya akhirnya dapat menemukan semua kesalahan dari Liberalisme dan Modernisme. Setelah saya menjadi professor, saya mengajar murid-murid saya untuk bisa berdiri teguh di atas firman Tuhan.”


Sejarah akan membuktikan bahwa semua teori manusia kosong adanya. Semua hasil pemikiran otak manusia yang sudah jatuh didalam dosa tidak sempurna adanya. Semua ideologi, system teori filsafat yang muncul dari pikiran manusia mempunyai celah yang terlalu besar. Hanya firman Tuhan yang kekal, yang tidak pernah bersalah. Alkitab berkata, meski langit dan bumi akan lenyap tapi satu titik pun dari firman Tuhan tidak akanlenyap. Sebab itu Alkitab mengajar orang Kristen untuk berpegang pada prinsip firmanTuhan. Kita mempelajari firman Tuhan bukan untuk membanggakan diri lebih mengerti daripada orang lain. Tetapi semakin mempelajari firman, semakin merendahkan diri. Semakin mau mencari sari, esensi dan pengertian yang sejati, sehingga kita bisa memegang teguh firmanTuhan yang tidak berubah.


2. Sifat Allah yang setiawan itu tidak berubah


Bukan hanya perkataan-Nya tidak berubah,bahkan Dia yang berkata-kata juga tidak berubah. Inilah jaminan bahwa perkataan-Nya bisa dipegang. Jika Dia yang berkata-kata bisa berubah, tak ada guna kita memegang perkataan-Nya. Tetapi kalau kita percaya kepada perkataan Dia yangmemang patut dipercaya, barulah perkataan yang kita pegang menjadi berarti.


Beberapa tahun yang lalu sebelum Hong Kong dikembalikan ke RRC, Deng Xiao Ping, memberikan jaminan dari Beijing bahwa HongKong tidak akan mengalami perubahan. Tak usah gelisah. Pada waktu itu banyakorang yang mengalami ketakutan yang luar biasa. Apa sebabnya mereka ketakutan luar biasa? Karena untuk menakuti orang HongKong, RRC memilih sebuah pulau di dekat Hong Kong untuk menjadi tempat reaktor nuklir. Ternyata sekarantg harga real estate di Hong Kong turun sampai 42%. Hal yang dulu tak pernah terjadi, sekarang terjadi. Perkataan manusia tidak bisa diandalkan. Sekarang Hong Kong meresahkan kebebasan persnya.


Westminster Confession of Faith mengatakan, Dia yang berkata-kata dan apa yang dikatakannya itu sama adanya. Ini adalah kalimat yang penting sekali. Jika saya mengatakan bahwa usia saya 37 tahun padahal saya sudah 58 tahun, berarti ada perbedaan antara yang berbicara dan apa yang dibicarakan. Kalau di antara revealer dan revelation terdapat perbedaan, maka wahyu yang disampaikan pasti bukanlah kebenaran. Kita berani memegang tangan Tuhan karena apa yang Dia katakan tidak berubah dan Dia yang berkata-kata juga tidak berubah. Jika Allah tidak berubah, maka terlihatlah disini ada suatu substansi yang transenden atas proses perubahan. The substance in itself which transcends the process of changing, itulah yang menjadi jaminan kita berpegang kepada-Nya.


Di dalam filsafat Barat terdapat Heraclean School, the philosophy of becoming, yang selalu berseberangan dengan Eliatic School dari Parmenides dan Xeno, philosophy of being, yang berpendapat: everything is changing or everything is not changing. Changing is phenomena and unchanging is the substance. Dua kelompok ini terus berdebat mencarti mana yang lebih benar.


Demikian pula di Tiongkok, waktu Kong Hu Cu tua, ia berkata, “Jia wo wu shi yi xueyi, su ke mian da guo ye” – give me and grant me another five more years to live, to prolong my life that I will go to study the book of changes in order to escape from many big faults. Waktu orang Tionghoa berpikir tentang ‘changing’, adakah yang tidak berubah? Apa yang berubah? Hanya Kitab Suci yang memberikan jawaban yang tuntas kepada kita, yang melampaui filsafat Grika, filsafat Confusionisme dan filsafat-filasat Timur, baik yang di India, di Tiongkok, di Jepang dan tempat-tempat di Timur Tengah.


Kitab Suci berkata, segala sesuatu yang dicipta berubah adanya, hanya Sang Pencipta yang tidak berubah. Mungkin engkau bertanya,begitu gampangkah iman Kristen? Justru iman Kristen yang begitu gampang melampaui filsafat yang dalam, yang merupakan hasil pemikiran manusia, yaitu otak yang sudah jatuh di dalam dosa.


Allah tidak berubah dan yang diciptakan oleh Allah setelah jatuh di dalam dosa menjadi berubah. Mereka meninggalkan Tuhan,menjauhkan diri dari kebenaran, makin lama makin rusak. Itu sebab irang yang bijaksana yang betul-betul mengerti bagaimana seharuysnya bertindak, ia tidak berpegang kepada dunia yang semakin rusak, melainkan berpaling untuk berpegang kepada Allah yang tidak berubah.


Perjanjian itu menjadi konkrit di dalam Perjanjian Baru, karena Kristus datang ke dunia, wujud yang tidak berubah itu menampakkan diri di dalam dunia yang berubah untuk memberi jaminan. Yesus Kristus berkata, “Kamu percaya kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.” Yesus Kristus kemarin, hari ini, sampai selama-lamanya tidak berubah.


Dalam sejarah permobilan, ada satu pabrik yang berani mengatakan untuk tidak akan merubah design produknya. Kelihatannya sombong sekali. Memang designernya adalah designer Porsche, mobil sport yang terbaik mesinnya di seluruh dunia. Mobil yang dimaksud tidak akan berubah designnya adalah mobil beetle dari Volkswagen. Memang mobil itu bentuknya lucu dan bagus sekali, klasik. Mobil ini dibuat atas perintah Hitler yang melarang produksi mobil yang menggunakan radiator. Ini karena Hitler memerlukan mobil yang bisa digunakan di padang gurun Sahara, tempat yang tidak ada air. Sebenarnya ini mustahil. Kalau tidak menggunakan radiator mesinnya akan menjadi panas dan meledak. Namun kemudian mereka berhasil membuat Volkswagen yang tidak menggunakan radiator tapi bisa berjalan terus dan tidak perlu menggunakan air lagi. Perancang mobil itu mengatakan tidak akan merubah desainnya. Memang setelah tiga puluh tahun lebih desain itu tidak berubah, tapi akhirnya tertumpuklah 560.000 buah mobil di Jerman yang tidak laku karena sudah terlalu ketinggalan zaman. Meskipun desainnya klasik, akhirnya mereka menyerah dan menutup pabriknya dan pindah ke Brazil. Di sana akhirnya dibuat 2 versi, yang menggunakan bensin dan satu lagi menggunakan tebu alkohol untuk menghindari polusi. Akhirnya berubah juga, bukan?


Di dunia ini tidak ada yang tidak berubah.Yang tidak pernah berubah hanya satu, yaitu Tuhan. Firman-Nya tidak berubah. Maka mengapa kita memegang tangan Tuhan? Karena Dia telah berjanji akan memimpin orang-orang yang bersandar kepada-Nya. Alkitab memberikan janji, barangsiapa bersandar kepada Tuhan, dia akan dipelihara oleh Tuhan dan tidak akan goyah untuk selama-lamanya. Benarkah ada orang yang seperti itu? Goyah bukan berasal dari luar. Goyah selalu berasal dari dalam. Kalau dalamnya sudah goyah, luarnya juga ikut collaps. Tetapi Tuhan menjanjikan ketidak-goncangan dalam kerohanian seseorang sehingga kalau diluar terjadi kegoncangan, hatinya tetap berpegang kepada Tuhan. Sebab itu dikatakan, sebagaimana bukit-bukit mengelilingi Sion, demikianlah Allah mengelilingi mereka yang bersandar kepada-Nya.


Tadi pagi saya bertanya kepada diri sendiri, berdasarkan hak apa saya berkhotbah seperti ini? Dengan keberanian darimana saya menghimbau semua orang untuk bersandar kepada Tuhan? Saya berdoa dan mendapat satujawaban, karena ini adalah firman Tuhan yang pernah dialami oleh ibu saya sendiri. Ibu saya pernah hidup mewah sekali, akhirnya diuji Tuhan dan melalui hidup yang susah sekali. Setiap pagi ia bangun jam lima, berdoa selama satu jam, lalu jam enam ia membawa kami ke bukit doa di Amoi. Jam tujuh mengantar kami ke sekolah, lalu berkerja terus hingga malam hari. Setiap hari dilalui seperti itu, kecuali hari Jum’at sore, ia berhenti bekerja. Ia pergi membawa beras dan minyak kepada orang miskin dan mengabarkan Injil. Setiap Sabtu pagi ia berpuasa, berdoa untuk lima orang anaknya yang melayani Tuhan. Setiap hari Minggu ia berpuasa untuk hamba Tuhan di seluruh dunia dan selain berbakti, ia memakai sepanjang hari itu untuk membezuk dan mendoakan orang sakit. 


Saya masih ingat ketika berusia 11 tahun, sehari sebelum tahun baru, saya masih belum punya baju baru, karena ibu masih menjahit baju orang lain. Meskipun sudah membelikan kain, tapi ibu tak sempat menjahitkan karena ia harus mengerjakan semua pesanan orang. Ia membujuk saya bahwa tak memakai baju baru di tahun baru tidak apa-apa. Tapi saya ingin sekali memakai baju baru. Maka saya memotong kain dan dalam waktu tiga jam, akhirnya saya bisa menyelesaikan baju saya sendiri. Keesokan hari ibu terkejut melihat saya memakai baju baru yang saya buat sendiri. Orang mengatakan mengapa kamu pria, kok menjahit pakaian? Semua tugas laki-laki sudah saya selesaikan, apa salahnya kalau saya bisa mengerjakan pekerjaan perempuan? Semua ini saya katakan tidak ada motivasi lain kecuali membuktikan bahwa Tuhan bisa mengerjakan sesuatu kalau kita bersandar kepada-Nya. Di saat-saat kritis, Ibu saya tidak mau bersandar kepada siapa pun. Ia hanya berkata kepada Tuhan, “Aku seorang janda. Aku bersandar kepada-Mu yang berjanji menjadi Bapa bagi anak piatu dan Pembela bagi janda-janda. Saya akan menyaksikan bagi zaman ini bahwa Engkau adalah Allah yang hidup.” Akhirnya dari 8 anak, 7 pria dan 1 wanita, semuanya dididik dan dibesarkan menjadi orang yang berguna.


Sebelum ini saya bertanya-tanya, adakah hal-hal ini merupakan penghiburan yang kosong? Bukan! Ini adalah kesempatan untuk membuktikan kepada zaman ini, Dia yang kita percaya adalah Tuhan yang hidup, Tuhan yang sejati, Tuhan yang sudah berjanji dan tidak akan meninggalkan janji-Nya.


Saya akan memberimu satu contoh sederhana,tapi saya yakin akan berkesan mendalam bagi hidupmu. Saya akan melakukan“mujizat” dengan mengangkat Alkitab, dan dalam 3 detik akan saya lepaskan, tapi Alkitab ini tidak akan terjatuh. Benar, Alkitab ini tidak terjatuh, bukan? Padahal tangan kanan saya sudahmelepaskannya. Mungkin kamu katakan, “Itu mudah. Saya pun bisa lakukan, tangan kanan melepas, tapi tangan kiri segera menangkapnya. Mengapa Anda tahu tangan kiri saya menangkapnya? Karena Anda melihat tangan kiri saya melakukannya, bukan? Tapi apa jadinya kalau tangan kiri saya adalah tangan yang tidak terlihat, bukankah yang kau saksikan ini adalah mujizat? The spiritual hand is not material hand. Hand of God are invisible. Orang Kristen adalah orang yang memegang tangan Tuhan, memegang janji Tuhan, memegang firman Tuhan, bersandar kepada-Nya yang tidak berubah. Itulah artinya iman.


Kepada siapa lagi engkau akan bersandar? Sekarang ini siapa yang bisa dipercaya? Tangan siapakah yang kau pegang? Iman adalah tangan saya yang kelihatan sedang memegang tangan Allah yang tidak kelihatan. My visible hand is holding the invisible hand of my Creator, my Redeemer, my Soul-lover, my God. My Lord. Tuhan berkata, Aku tidak pernah meninggalkan engkau. Aku tidak pernah membuang engkau. Sekarang di saat semua berubah, tetaplah berkata, aku bukan memegang tangan presiden, bukan pegang tangan jendral, bukan pegang tangan pembesar,bukan pegang dollar atau yen, tapi memegang tangan Tuhan yang tidak kelihatan.


BAB IV : IMAN DALAM MASA KRISIS.


ISTIRAHAT DI DALAM TUHAN


“Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Ibrani 13:5-6)


Terjemahan lain untuk ayat 5 adalah: “Sebab itu janganlah kamu tamak akan uang yang banyak. Cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Tuhan berkata, “Aku tidak akan pernah meninggalkan engkau, dan Aku tidak akan pernah membuang engkau.”


Orang beriman adalah orang yang kembali kepada Tuhan, yang mengarahkan hidupnya kepada Tuhan. Krisis iman terjadi karena roh manusia tidak mempunyai arah yang tetap. Krisis iman dimulai saat manusia memalingkan dirinya dari takhta dan rencana Allah. Sebab itu iman yang sejati adalah iman yang kembali kepada Tuhan; iman yang hidup dan menghadap kepada Tuhan; iman yang memandang Tuhan; iman yang mengarahkan dirinya kepada kekekalan.


Iman adalah semacam penglihatan di dalam rohani, the vision in the spirit. Kita bukan hanya menghadap kepada Tuhan, tetapi kita melihat. Apa yang kita lihat? Allah yang duduk di atas takhta-Nya. Pada tahun di mana raja Uzia meninggal, Yesaya masuk ke dalam Bait Allah. Di situlah ia melihat Dia berada di takhta yang tertinggi.


Iman mengarahkan pandangan ke atas, menemukan takhta Tuhan lebih tinggi daripada segala kesulitan yang mengelilingi kita. If we failed to look around, do notforget to look upward. Jika kita tidak lagi menemukan pertolongan dari kanan-kiri, depan-belakang, timur-barat, utara-selatan, janganlah kita lupa bahwa kita dicipta oleh Tuhan menjadi makhluk yang berbeda dengan binatang yang melata. Kita bisa berdiri dan memandang ke atas. Barangsiapa memandang kepadaTuhan, dia tidak akan dipermalukan. Barangsiapa yang sungguh-sungguh, dengan niat hati yang betul-betul mencari Tuhan, Tuhan pasti tidak meninggalkan dia.


Iman adalah memegang tangan Tuhan. The certainty of the spirit. Faith is not onlyvision of the spirit, but also certainty in the spirit. Kita mempunyai pegangan, kekuatan dan kepastian di dalam jiwa dan kerohanian kita karena didalam iman kita sedang memegang tangan yang tidak terlihat. Tangan kita yang kelihatan sedang memegang tangan Tuhan yang tidak kelihatan, yang menciptakan langit dan bumi, yang menguasai sejarah, yang melindungi dan memelihara kita yang beriman kepada-Nya.


Siapakah yang bisa kita pegang? Dalam 20 tahun terakhir ini Indonesia bertumbuh pesat dalam bidang ekonomi. Uang menjadi hal yang penting, bukan saja di luar, bahkan di dalam Gereja. Kita tidak mendengar suara Tuhan lagi melainkan suara manusia. Kita tidak mendengar suara Tuhan lagi, melainkan suara uang. Yang memiliki uang bisa berbicara dengan keras. Deng Xiao Ping pernah mengatakan, moneyt alks loudly. Inilah dunia yang menempuh jalan Kapitalisme. Orang yang mempunyai uang selalu mempunyai kuasa yang besar, sepadan dengan uang yang dimilikinya. Kita memandang uang, bersandar pada uang, berbicara tentang uang, bahkan waktu membuat rencana pun kita mendasarinya dengan profit.


Di airport saya berjumpa dengan salah seorang yang sangat kaya dari Indonesia. Dengan sangat sedih ia berkata, “harta yang saya kumpulkan dengan susah payah selama 35 tahun hancur dalam 2 bulan ini. Usaha, harta benda, asset saya menjadi nihil.”


Bisakah kita bersandar kepada manusia? Bisakah kita bersandar kepada IMF? Bisakah kita bersandar kepada World Bank? Bisakah kita bersandar kepada tokoh-tokoh politik, pemerintah, dan semua kuasa yang ada di dalam dunia? Alkitab mengatakan, tidak! Semua itu sia-sia adanya. Dunia ini memang sia-sia. Orang yang memiliki harta, jangan merasa bangga atas hartamu. Orang yang berkuasa, jangan sombong karena kekuasaanmu. Orang yang pintar, janganlah membanggakan kepintaranmu. Sebelum ratu Victoria menghembuskan nafasnya yang terakhir, dia mengucapokan kalimat, “How great is my power, how great is my glory,but how short is my life.”


Kita hanya merupakan tamu selama berpuluh tahun di dunia. Dunia ini bukan milik kita. Selain kita harus bekerja dengan betul-betul jujur, setia dan rajin di dunia, jangan lupa, kita masih punyarumah yang kekal di sana.


Apakah iman? Iman adalah istirahat di dalam Tuhan, rest in the Lord. Iman berarti bersandar kepada Tuhan dan beristirahat di dalam Tuhan, the rest and the peace of the spirit. Sudahkah kita menikmati istirahat, sejahtera, sentosa yang begitu tenang dan stabil di dalam jiwa kita?


Perhatikanlah ikan-ikan kecil yang berenang di permukaan laut. Mereka terombang-ambing mengikuti pasang surutnya gelombang di permukaan laut. Tapi, ikan-ikan yang hidup jauh di dasar laut tidak dipengaruhi oleh gelombang-gelombang yang ada di permukaan. Mereka bisa menyelam, berenang dengan stabil, tidak mudah diombang-ambing.


Demikian juga dengan manusia. Saat krisis tiba, akan nyata siapa yang sudah beriman dengan stabil dan siapa yang belum mempunyai iman yang stabil. Apakah kita menyatakan iman kita, hidup beragama kita, dengan emosi yang meluap-luap seperti orang yang tidak mengenal doktrin dan kedaulatan Allah, ataukah jiwa kita mempunyai kestabilan sehingga kita tidak terpengaruh oleh gelombang yang ada di luar?


Orang yang beriman adalah orang yang mengetahui bagaimana menikmati Tuhan. Orang yang beriman adalah orang yang tahu bagaimana mempunyai kerohanian yang tenang dan stabil. Orang yang beriman adalah orang yang tidak mau digoncangkan oleh segala fenomena.


Aklhir-akhir ini di Indonesia terdapat banyak isu-isu yang sangat menakutkan. Banyak rencana dari kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab untuk membuat huru-hara, dsb. Sebagian dari rencana itu harus kita sadari sebagai kelemahan manusia yang berada di dalam kemiskinan dan kekurangan.


Beberapa waktu yang lalu seorang pencuri bersenjatakan pisau masuk ke rumah seorang pendeta di Jakarta. Pencuri itu berkata, “Jangan takut. Saya tidak akan mengambil radio, TV, emas, perak, uang, dll. Saya hanya mau minta beras, minyak dan gula, karena isteri dan anak saya membutuhkannya. Saya tidak punya uang lagi untuk membelinya. Berikanlah apayang saya minta dan saya akan pulang dan tidak akan mempersulit Anda.” Pendeta itu memberikan apa yang ia minta. Lalu ia menjabat tangan pendeta dan pergi.


Apakah kita takut akan kerusuhan? Orang yang membuat kerusuhan juga sebagian takut akan kerusuhan. Mereka sendiri juga tidak suka kerusuhan. Apa bedanya kita dengan mereka? Bedanya, kita belum sampai saatnya untuk membuat kerusuhan karena kita belum pernah merasa kelaparan, sehingga kita cenderung menganggap mereka sebagai orang jahat yang menakutkan. Pernahkah Anda menderita kelaparan selama 10 hari? Pernahkah Anda tidak makan selama seminggu? Pernahkah Anda melihat isterimu tergeletak di tempat tidur karena kelaparan sementara anak-anakmu kurus kering karena tidak mempunyai makanan? Jika engkau belum pernah mengalami hal itu, engkau tidak berhak memaki-maki pencuri. Bukan maksud saya membela pencuri, atau mendorong orang menjadi pencuri. Maksud saya adalah orang yang berkelimpahan selalu tidak mengetahui kesulitan orang lain dan selalu merasa berhak membela diri dan segala kekayaannya.


Kita memang berada di dalam krisis. Sudah lebih dari 8 juta orang di PHK. Begitu banyak orang yang tidak mempunyai kesempatan bekerja. Anda masih bekerja, gunakanlah kesempatan itu dengan baik. Di Indonesia, setiap tahun ada ratusan ribu lulusan SMA dan Universitas yang tidak ada lowongan kerja. Berbeda dengan di Amerika, kalau tidak punya pekerjaan, Anda bisa mengisi formulir dan meminta tunjangan sosial kepada Pemerintah, di sini tidak demikian.


“Bersandarlah kepada Tuhan”, kalimat ini mudah diucapkan waktu sedang membezuk orang yang berada di dalam kesulitan. Maksudnya, “jangan bersandar kepada saya, tak ada lagi yang bisa saya lakukan”. Engkau menasihati dia untuk bersandar kepada Tuhan tetapi dia tidak pernah diberitahu bagaimana bersandar kepada Tuhan.


Bersandar kepada Tuhan adalah termasuk relativitas mutual antara menggunakan bakat, melaksanakan tugas dan kewajiban yang Tuhan berikan kepadamu dan menyerahkan semua itu untuk Tuhan pelihara. Ini berlangsung mutual, dua belah pihak sama-sama bekerja. Di dalam diri seseorang pasti ada tanggung jawab yang Tuhan berikan. Ada rasa tanggung jawab yang Tuhan letakkan di dalam dirinya. Ada kesempatan dan hal-hal penting di dalam sejarah hidupnya. Namun bila dia mempermainkan talenta, kesempatan, kekuatan, kemungkinan, dan semua potensi yang sudah Tuhan tanamkan di dalam dirinya, lalu berkata bahwa dia sudah berserah kepada Tuhan, itu bukanlah berserah melainkan melarikan diri dari segala tanggung jawab. Kalau pendidikan kurang menekankan bagimana manusia harus bertanggung jawab, pendidikan itu tidak berhasil mengajar manusia untuk bersandar kepada Tuhan. Baik dari sudut pendidikan maupun dari sudut kehidupan Gereja, jika seorang Kristen hanya datang kepadaTuhan waktu ada masalah padahal dirinya belum pernah melaksanakan tanggung jawabnya, maka Tuhan hanya menjadi tempat pelarian untuk menghindar dari tanggung jawabnya. Tuhan tidak akan menerima doa yang tidak bertanggung jawab. Lakukanlah apa yang harus kaulakukan, tanggunglah apa yang harus kautanggung, lalu ikutlah Tuhan.


Yesus Kristus berkata, “Pikullah salibmu, menyangkal dirimu, dan ikutlah Aku.” Setiap orang harus memikul salibnya dan mengikut Kristus. Ini adalah ajaran yang penting, yang berbeda dengan ajaran-ajaran sekarang yang tidak bertanggung jawab, yang hanya mengajar orang untuk berserah kepada Tuhan tapi tidak pernah memberi pengertian tentang apa sebenarnya arti berserah kepada Tuhan. Do what you should do, do what you can do, setelah itu waktu engkau menemui kesulitan-kesulitan di luar kemampuanmu barulah berkata, “Tuhan, aku sudah melakukan bagianku, sekarang aku menghadapi kesulitan di luar kemampuanku. Sebagai anak, aku datang kepada-Mu. Aku percaya Kau tidak akan memberikan beban yang lebih berat daripada apa yang bisa kutanggung. Tuhan, tolonglah aku.”


Jika seseorang tidak pernah siap untuk menghadapi hari yang gelap, jika jiwamu tidak bersedia menghadapi kesulitan-kesulitan, maka ketika kesulitan itu tiba, engkau tidak tahu bagaimana menghadapinya. Saat itulah ketenanganmu akan hilang, sejahtera pun lenyap darimu, tidak ada kestabilan lagi di dalam dirimu. Engkau mulai goncang dan tidak keruan karena engkau tidak siap menghadapi kesulitan. Tuhan menciptakan malam dan pagi, angin dan awan, hari yang terang dan juga hari yang mendung. Tuhan memberi cahaya kepada kita, tapi terkadang Dia juga membiarkan kita dikelilingi kegelapan.


Mengapa engkau tidak bersiap sedia untuk menghadapi kesulitan? Mengapa engkau selamanya hanya mau menikmati hari-hari yang terang dan merasa berhak untuk selalu menerima yang baik dari Tuhan? Kita bukan mencari kesuksesan, keuntungan dan kemakmuran. Teologi kemakmuran tidak bisa memberikan kekuatan iman pada saat kita menghadapi kesulitan. Teologi Salib, teologi yang mengajarkan kita untuk berani hidup susah, berani melawan dosa, mau menderita bagi Tuhan dan bersiap untuk menjadi saksi Kristus, itulah yang memberikan kekuatan kepada kita.


Martin Luther mengenal Kristus dari dua aspek: the Christ of glory and the Christof cross.Kristus yang mulia dan Kristus yang sengsara. Kristus yang mulia dan Kristus yang tersalib. Kristus yang mati dan Kristus yang bangkit. Kristus yang berada di salib dan Kristus yang meninggalkan kubur yang kosong. Kristus yang memberikan mahkota dan Kristus yang mengajak kita memikul salib untukmengikut Dia. Kedua aspek ini harus seimbang sehingga iman kita tidak main-main. Banyak arus di dalam Kekristenan yang tidak pernah menghasilkjan orang Kristen yang akil baliq. Banyak suara dari mimbar hanya meninabobokan orang Kristen sehingga mereka tidak pernah menjadi dewasa.


Biarlah semakin mengerti firman Tuhan, kita semakin dewasa sehingga kita tidak hanya bersaksi secara lahiriah, tidak hanya hidup sebagai seorang Kristen secara fenomena, tidak hanya beriman di saat yang mulia dan makmur; tetapi kita bersedia menjadi saksi Tuhan meskipun di malamyang gelap. Di dalam kitab Ayub, tertulis satu ayat yang sangat menyentuh hati saya, “Tuhan menjadikan manusia bernyanyi di malam yang gelap.” Puji Tuhan! Ditengah malam yang gelap, di tengah kesulitan yang paling besar, Tuhan sanggup membuat kita bernyanyi dan memuji Dia. Itulah Tuhan yang hidup.


Mengapa kesejahteraan bisa hilang dari hidup kita? Mungkin karena rasa aman di sekitarmu hilang, maka hilanglah juga kesejahteraanmu. Karena uangmu tidak bernilai lagi, engkau merasa hidupmu pun tak bernilai lagi. Padahal dirimu jauh lebih penting daripada uangmu, lebih penting daripada lingkunganmu, atau segala sesuatu yang ada padamu. Sekalipun engkau memiliki seluruh dunia, ini tidak bisa dibandingkan dengan jiwamu yang memilikinya. Apa gunanya jika seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Kalimat firman Tuhan ini merupakan estimasi dan evaluasi bahwa human life has greater value than the whole world. Jika engkau mendapatkan seluruh dunia tetapi kehilangan jiwamu, apa gunanya? Berarti seluruh dunia pun tidak lebih berharga daripada jiwamu. Jika engkau melakukan bunuh diri hanya karena kehilangan uang, itu adalah perbuatan yang bodoh. Jika engkau bunuh diri karena patah hati, engkau hanya melakukan hal yang bodoh. Dirimu jauh lebih penting daripada segala sesuatu yang engkau inginkan. Jika engkau memperoleh seisi dunia sekalipun tetap tidak bisa dibandingkan dengan nilai hidup yang telah Tuhan berikan kepadamu. Sebab itu, kembalilah untuk menilai dirimu dengan kriteria Alkitab, bukan menilai diri dengan kriteria dari konsepmu yang salah. Jika engkau berkata, “Karena saya tidak dapat memperoleh begitu banyak uang, saya tidak mau mengikut Tuhan; kalau saya tidak bisa memelihara asset saya lagi, lebih baik saya meninggalkan iman saya; kalau saya tidak lebih kaya lebih baik bunuh diri saja,” semua itu adalah pemikiran yang dangkal sekali, pemikiran yang non Biblical, pemikiran yang melawan Tuhan Allah. Mengapa harus kaya dulu baru menjadi orang Kristen? Mengapa pada waktu miskin engkau justru membuang imanmu? Mengapa pada waktu lancar baru memuji Tuhan? Mengapa pada waktu sulit engkau merasa Tuhan tidak ada? Justru kita harus menemukan betapa kaya dan limpahnya sifat ilahi di dalam kegelapan, kesulitan dan kemiskinan.


Ada tujuh hal yang menyebabkan hilangnya kestabilan di dalam jiwa kita:


1. Jiwa yang suka bersungut-sungut


Selalu tidak puas ini dan itu. Barangsiapa selalu bersungut-sungut, dia tidak pernah mempunyai kestabilan. Orang yang tidak puas terhadap Tuhan, orang yang tidak puas terhadap sesama, ia akan selalu mengomel dan tidak pernah merasa puas. Pernahkah engkau berjumpa dengan orang semacam ini, bila engkau berbicara kepadanya selalu dijawab dengan “tapi….” “Puji Tuhan hari ini cerah,” dia akan menjawab, “Tapi cerahnya cuma tiga jam saja.” “Puji Tuhan, keadaan Indonesia sudah mulai membaik.” “Tapi masih banyak kesulitan.” Dia tidak pernah merasa puas, tidak pernah mengucap syukur kepada Tuhan, selalu bersungut-sungut dan selalu mengkritik. Orang yang demikian tidak pernah menikmati sejahtera dan istirahat di dalam jiwanya.


2. Hati yang sempit dan suka mendendam


Orang yang pada saat diperlakukan dengan baik tidak apa-apa, tetapi kesalahan kita yang sedikit saja akan terus menerus diingat, adalah orang yang kurang stabil jiwanya. Dendam yang tidak kau buang dari hatimu akan membuat dirimu tidak mempunyai sejahtera. Hati yang sempit,yang tidak mudah melupakan kesalahan dan kekurangan orang lain, akan selalu mengikat dirimu dan membuatmu tidak mempunyai dada yang lapang dan tidak bisa menikmati sejahtera yang sungguh-sungguh. Kita perlu belajar untuk selalu mengingat segala kebaikan orang dan melupakan segala kejelekan orang lain. Ini memang tidak mudah, tetapi di situlah letak rahasia untuk melepaskan diri dari kesukaran dan dari hati yang tidak beres. Jangan banyak mengingat kekurangan orang lain.


Di Hong Kong saya bertemu dengan seseorang yang selalu membicarakan kelemahan orang lain. Saya menegurnya, “Kalau otakmu selalu diisi dengan kekurangan orang lain, tahukah kau bahwa otakmu penuh dengan sampah? Bodoh sekali.” “Betulkah? Tapi masalahnya begini…..” “ Tak usah beritahukan kepada saya. Kalau kau bisa merubah dia, ubahlah. Kalau tidak bisa diubah, ya sudah. Bukankah dia mempunyai orangtua? Kalau ibunya kurang mengajar, ya sudah. Mengapa selalu mengeluh “ini tidak beres, itu tidak beres”, selalu mengkritik. Apa yang pernah kau ubah? Bisakah kau ubah dunia ini menjadi lebih baik? Kalu mungkin, datang dan berbicaralah kepadanya. Kalau dia tetap tidak berubah, serahkanlah kepada Tuhan. Kewajibanmu adalah sebelum datang menasehatinya, coba doakan dia dengan sungguh-sungguh, barulah nasehatmu berkuasa. Barangsiapa hanya mengkritik tanpa mendoakan, dia tidak berkuasa mengubah orang lain.”


3. Suka merasa iri kepada orang lain


Perhatikan dengan sungguh-sungguh, merasa iri kepada orang lain adalah kuburan dan penjara bagi diri kita sendiri. Orang yang penuh dengan iri, tulangnya mengalami kerusakan. Alkitab mengatakan, iri hati adalah kanker tulang yang menghancurkan diri (Amsal 14:30). Karena penyakitnya berada di dalam tulang, maka tidak segera terlihat di luar. Orang yang merasa iri kepada orang lain, dirinya sedang dilanda racun yang merusak diri sendiri. Maka tidak usah merasa iri kepada orang lain. Kalau Tuhan memang juga mau memberikan hal itu kepadamu, tunggu saja waktunya. Kalau orang lain sukses karena belajar, mengapa engkau tidak belajar juga? Kalau ingin iri, haruslah iri terhadap kerajinan dan kesetiaan orang lain. Irilah terhadap penderitaan yang diderita sebelum dia mencapai kesuksesan. Itu perasaan iri yang benar. Mengapa dia bisa belajar selama 8 jam, sedangkan saya hanya 3 jam saja? Saya mau iri, saya mau belajar sampai 9 jam. Mengapa harus iri terhadap keberhasilan orang lain? Kalau seseorang berhasil, ketahuilah sebelum dia mencapai keberhasilan itu, berapa banyak harga pengorbanan yang harus dibayarnya? Apakah engkau mengira keberhasilan dapat diraih dengan mudah bagai tidur di malam hari, esoknya sudah menjadi malaikat? Tidak. Berapa banyak kesulitan, ujian, pergumulan, dan penderitaan yang Tuhan pakai untuk melatih dirinya sampai dia bisa mencapai hal itu. Mengapa engkau masih merasa iri? Orang yang iri adalah orang yang sempit hatinya. Orang yang sempit hatinya tidak akan menikmati kekeluasaan rohani yang memberi kestabilan kepadanya.


4. Orang yang suka marah


Marah tidak pernah menjadikan dirimu stabil.Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak gampang marah. Kalau Tuhan kita marah, adalah marah yang sesuai dengan keadilan yang tidak mungkin bersalah. Itu yang disebut kemarahan illahi, kemarahan yang kudus. Holy wrath of God, the wrath of God is according to the truth, the wrath of God is based on His righteousness and His holy wrath. KemarahanTuhan adalah kemarahan yang suci, kemarahan yang wajar, kemarahan yang adil. Tetapi Dia tidak mudah memuntahkan kemarahan-Nya. Mempelajari filsafat marah adalah hal yang penting sekali. Allah adalah satu-satunya oknum yang berhak untuk marah karena kemarahan-Nya adalah kemarahan yang tidak pernah salah. Karena semua emosi, tindakan, kelakuan, dan perbuatan Allah harus selaras, komprehensif, sinkron, dan harmonis sepenuhnya. Allah yang tidak mungkin salah marah itu jugalah Allah yang tidak mudah marah.


Mengapa seseorang marah? Karena dia sudah terpojok, karena tidak ada jalan lain yang bisa ditemnpuh, maka dia marah. Marah membuktikan dia sudah tidak berdaya. Anak kecil mudah marah, tetapi orang yang banyak pengalaman tidak mudah marah karena dia tahu tidak perlu menggunakan cara marah. Arah hanya bisa membereskan diri sendiri tapi tidak bisa membereskan orang lain. Seorang guru yang agung adalah guru yang tidakgampang marah. Seorang ayah yang berhasil dalam mendidik anak tahu kapan dia harus marah dan kapan dia tidak perlu marah. Banyak orang yang tidak mengerti akan prinsip ini gampang diperbudak emosinya sendiri. Kalau dia sudah tidak tahan, maka dia meledakkan amarahnya dan merasa lega. Akhirnya amarah itu hanya menyelesaikan diri sendiri, tidak menyelesaikan orang lain. Kalau seseorang sudah marah, anaknya dipukul setengah mati, benda-benda dirusak. Semua dianggap salah, hanya dirinya yang tidak salah. Akibatnya, bukan saja sang anak tidak memperoleh didikan, ia malah belajar memakai cara yang sama jika sudah besar.


Jadi yang perlu adalah belajar, marah tidak berguna. Marah hanya menyelesaikan kerisauan yang ada di dalam dirimu lalu melemparkannya kepada orang lain. Janganlah marah kecuali marahmu adalah amarah yang berada di dalam pengudusan Roh Kudus, bagi kemuliaan Tuhan Allah.


5. Rasa takut


Perasaan takut adalah suatu perasaan yang membuat seseorang tidak stabil. Rasa takut selalu timbul dari rasa tidak aman, insecure. Orang yang tidak mempunyai pegangan dalam hidupnya tidak tahu arahnya kemana. Waktu kesulitan menimpa, dia tidak tahu harus kemana. Dia selalu kehilangan dasar, kehilangan pegangan, kehilangan pendirian, dan menjadi takut. Setiap orang mempunyai rasa takut. Setiap orang pernah mengalami ketakutan. Setiap orang tahu apa itu ketakutan. Takut didasari oleh perasaan tidak aman. Perlukah kita mempunyai rasa takut? Kalau tidak perlu, tentu Tuhan tidak memberikannya di dalam diri kita. Namun takut ada banyak macamnya: waktu naik ke rumah yang tinggi sekali lalu memandang kebawah, engkau menjadi ngeri, takut jatuh. Itu adalah rasa takut yang perlu ada. Orang yang takut jatuh tidak mudah terjatuh. Ketika dia takut terjatuh, berarti dia belum jatuh. Orang yang sudah jatuh dan mati, tidak lagi merasa takut. Jadi ketakutan adalah wajar sejauh ketakutan itu berada pada tempatnya. Misalnya takut yang timbul karena engkau tidak menjalankan kehendak Tuhan, sehingga engkau tersesat dan tidak lagi berpegang kepada Tuhan. Ketakutan itu akan mengenyahkan sejahtera yang berada di dalam hatimu.


Di London terdapat sebuah hotel kecil yang di atas pintunya tertulis, “Si takut datang mengetuk pintu untuk mencari kawannya. Iman menjawab, “yang kau cari tak ada di sini.” Iman melawan ketakutan. Di mana ada iman, di situ tidak ada ketakutan. Yang ada hanyalah membuat rencana dan bersiap sedia. Takut berlawanan dengan iman. Iman berlawanan dengan ketakutan. Kadang kita mnerasa takut karena kita tidak mempunyai pegangan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Kita takut akan hal-hal yang berada di luar kemampuan kita untuk menangani dan menguasainya. Mengapa waktu TV menayangkan film yang penuh pertarungan, engkau tetap duduk menyaksikannya? Mengapa engkau tidak merasa takut? Karena meski bertarung dengan serus sekali, engkau bisa menguasainya dengan remote-mu. Pertarungan itu ada di bawah kuasamu. Tapi perkelahian yang nyata tidak ada di bawah kontrol kita. Ini akan membuat kita takut dan gemetar.Jadi bedanya, hal itu di bawah kontrol kita atau tidak.


Jadi rasa takut timbul saat keadaan di luar kontrol kita. Sebenarnya yang penting bukanlah kita mampu mengontrol situasi atau tidak, melainkan bisakah kita mengontrol hati kita. Tak seorang pun bisa mengontrol seluruh dunia, tetapi kita masing-masing bisa mengontrol diri. Tidak seorang pun bisa melarang burung terbang di atas kepalamu, tapi engkau bisa melarang burung bersarang di atas kepalamu. Memang tidak seorang pun dapat mengontrol situasi, bahkan Presiden Soeharto pun tidak tahu apa yang akan terjadi 2 bulan yang akan datang. Jendral mana pun tidak ada yang tahu pesawat mana yang telah dipasang bom dan akan diledakkan. Tidak seorang pun bisa mengontrol situasi dan mengontrol seluruh dunia. Tapi paling sedikit engkau harus bisa menguasai hatimu. Jangan biarkan dirimu dipermainkan oleh ketakutan.


6. Perasaan cemas dan kuatir


Rasa cemas ada 2 macam. Pertama, cemas terhadap hal-hal yang sederhana, misalnya kuatir tidak punya makanan, kuatir mengalami bahaya, dsb. Kedua, kekuatiran yang lebih besar, yaitu kuatir terhadap kematian. Filsuf Eksistensialisme memakai istilah anxious. Anxiety lebih besar daripada worry. Bila saya kuatir hari akan hujan sehingga membawa payung, kuatir ada pencuri sehingga memasang gembok yang besar, itu semua kekuatiran biasa. Tetapi kecemasan yang terjadi karena dari ada menjadi tidak ada, dari hidup menjadi mati, cemas setelah berada di dunia kekekalan harus menuju ke mana, itu adalah kekuatiran total yang jauh lebih besar daripada kekuatiran sehari-hari. Itu membuatmu sama sekali kehilangan pegangan bagaikan layang-layang putus yang sedang terombang-ambing di tengah angin ribut.


7. Rasa gelisah


Gelisah berarti tidak mempunyai pegangan dalam mengatur waktu dan juga segala sesuatu yang melanda jiwa dan perasaanmu yang stabil. Hati, jiwa dan perasaan kita menjadi tegang luar biasa. Kita seperti kehabisan waktu, ingin cepat-cepat menyelesaikan sesuatu, itulah gelisah. Coba perhatikan semut yang berada di atas kuali. Dia terus berputar ke sana ke mari, tidak bisa keluar dari kuali yang panas itu. Itulah yang disebut gelisah. Orang yang gelisah tidak bisa memanfaatklan waktu dengan baik. Orang yang gelisah selalu dikejar-kejar oleh waktu. Akhirnya ia menjadi pasif, bukan aktif. Orang yang aktif menggunakan waktu berbeda sekali dengan orang pasif yang hidup di bawah kejaran waktu. Orang yang tidak mempunyai kestabilan jiwa di saat kesulitan tiba hanya bisa berteriak, lari dan menyelesaikannya tanpa prinsip. Contohnya, waktu engkau mengemudikan mobil, tiba-tiba menyadari remnya blong padahal sedang di jalan yang menurun, apa yang kau perbuat? Seharusnya engkau berpikir, apa cara yang bisa kupakai untuk memperlambat laju mobil ini, misalnya dengan mengganti persnelling. Tapi kalau waktu itu otakmu tidak berjalan lagi, yang bisa kaulakukan hanya berteriak, “Tuhan! Aku hampir mati.” Maka Tuhan akan jawab, “Oke, kau boleh mati.” Iman di dalam agama bukan untuk melarikan diri dari kewajiban. Memang menyeru nama Tuhan itu tidak salah, tetapi di saat seperti itu kita harus tahu secara rasio apakah tanggung jawab kita. Jadi selain bersandar kepada Tuhan kita juga harus tahu bagaimana menanggulangi hal itu. Gelisah tidak bisa menghasilkan apa-apa. Perbedaan orang rasionil dan yang emosioniol, antara orang yang berpengalamandan yang tidak berpengalaman, adalah orang yang emosionil akan histeris dan gelisah dan di tengah-tengah kegelisahan itu akhirnya bertindak salah. Sebab itu janganlah tergesa-gesa, janganlah gelisah. Berlakulah stabil dan tenang.


Inilah empat dasar untuk menenangkan hati kita:


1. Hati kita tenang karena kita mengerti kedaulatan Allah


Inilah sumbangsih dari teologi Reformed, the sovereignty of God, the absolute powerof God. Allah bukan hanya menciptakan langit dan bumi. Dia juga adalah penguasa sejarah, pengatur semua orang yang berkuasa. Dia adalah sumber dari semua pemerintahan. Siapakah raja? Siapakah presiden? Mereka hanyalah manusia yang Tuhan letakkan di atas pemerintahan untuk seketika saja. Raja menjadi raja, presiden menjadi presiden, menteri menjadi menteri, pejabat menjadi pejabat, semua karena Tuhan memberikan kepercayaan yang sementara kepada mereka. Jika mereka melakukan keadilan, jika mereka berbuat yang sesuai di dalam jangka waktu dan batas toleransi Tuhan, mereka masih diperbolehkan memerintah. Tetapi kalau mereka sudah melampaui batas yang telah Tuhan tetapkan, jika mereka telah merebut kemuliaan Allah, maka Tuhan akan berkata, “Your time is up, now get down!” Jangan lupa ada kedaulatan Allah. 


Ingatkah Anda, ada negara di atas negara, ada kuasa di atas kuasa, ada hukum di atas hukum, ada kemuliaan di atas kemuliaan, ada pemerintah yang lebih tinggi dari pemerintah, yaitu Tuhan Allah sendiri.


Apakah yang membuat kita stabil? Yaitu kita percaya bahwa prinsip yang ada di dalam kitab suci dan dibuktikan di dalam sejarah: God is the supreme authority. God is God of sovereignty. Allah yang mempunyai kuasa yang tertinggi, Allah yang berdaulat yang menetapkan sejarah dan segala sesuatu bisa terjadi atau tidak. Karena itulah yang menjadi keyakinan kita maka kita tidak mudah terombang-ambingkan, tidak gampang menjadi gelisah, tidak gampang kehilangan sejahtera, karena Allah kita Allah yang berdaulat.


Keyakinan ini harus menjadi butir iman yang tidak boleh kita buang. Keyakinan ini harus menjadi pegangan kita di dalam menanggulangi segala sesuatu. The understanding and the submission to the sovereignty of God is the foundation of your spiritual stability. Kerohanian kita stabil, iman kita tidak mudah digoncangkan karena kita tahu dengan sungguh-sungguh bahwa Allah kita berdaulat. Bagaimana kerohanian kita bisa menjadi berkuasa dan stabil? Bagaimana kita bisa memiliki hati yang tenang? Karena Allah kita berdaulat. Mazmur 29:10 mengatakan, “Tuhan bersemayam di atas air bah.” Saat air bah memenuhi seluruh bumi, Allah tetap ada di takhta-Nya.


Dua tahun yang lalu rumah saya kebanjiran setinggi 22 cm. Waktu itu saya ada di Taipei. Isteri saya gelisah sekali karena banjir, merusakkan barang-barang. Maka ia memanggil orang untuk mengangkat piano ke tempat yang lebih tinggi. Kulkas juga diangkat. Lemari yang beberapa meter tidak bisa diangkat dan terendam sehingga lapuk.


Waktu banjir, apa yang kita cari? Tempat yang lebih tinggi, bukan? Meski air bah melanda, tempat yang tinggi tidak terkena air. Alkitab berkata, ketika seluruh bumi dilanda air bah, Tuhan duduk di atas takhta. Alangkah indahnya hal itu. Itulah Tuhan kita. Tuhan kita tidak pernah terendam banjir. Yang bisa terendam banjir adalah patung berhala, bukan Tuhan. Tuhan berada di atas takhta-Nya sewaktu air bah memenuhi bumi. Percayalah dengan penuh bahwa Allah berdaulat. Kalau Allah berdaulat, mengapa Dia membiarkan air bah melanda, membiarkan kesulitan tiba, membiarkan kita mengalami segala kemiskinan dan kerugian yang begitu besar? Karena Tuhan sedang memberikan program baru untuk melatih hidupmu karena Tuhan tahu itu yang kaubutuhkan untuk membentukmu.


Kita sudah sulit dididik orang lain, karena merasa sudah dewasa. Banyak orang, saat orang tuanya masih hidup pun sudah tidak mau mendengar nasehat mereka, apalagi setelah mereka tiada, bukankah demikian? Kita sudah menjadi orang-orang liar yang tidak bisa mendengar nasehat lagi. Cara satu-satunya adalah Tuhan memukul kita dsengan kesulitan-kesulitan. Waktu kesulitan datang dari Tuhan, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kita hanya bisa berkata, “Tuhan, apa yang Kau inginkan?” Tuhan mengatakan, “Di dalam kesulitan, Aku membuka telingamu untuk mendengar suara-Ku.” Waktu engkau kaya dan lancar, engkau tidak mudah mendengar firman Tuhan. Waktu engkau sakit, waktu engkau menderita dalam kesulitan mungkin engkau mulai mendengar-Ku, itu pun kalau kau masih rendah hati. Ada semacam orang ketika berada di dalam kesulitan bukannya mendengar,malah ia lebih marah kepada Tuhan. Maka Tuhan menutup telinganya supaya dia tidak bisa mendengar firman.


Mengapa Tuhan memberikan kesulitan kepadakita? Karena Tuhan ingin mempersiapkan kerohanian kita ke tingkat yang lebih tinggi. Kalau terus menerus diberi hal yang gampang, bukankah menunjukkan engkau belum naik kelas? Bukankah pelajarandi universitas lebih sulit daripada di SMA? Bukankah pelajaran di SMA lebih sulit daripada di SMP? Jika engkau mengatakan sudah tahu semua isi Alkitab,tetapi otak dan hatimu belum memahami dengan sungguh-sungguh, maka Tuhan akan melatih dan mengolah kita. Sebab itu bersyukurlah kepada-Nya.


2. Hati bisa tenang karena mengerti penyertaan Tuhan


Allah menyertai kita pada waktu kita mengalami kesulitan. Allah tidak pernah memungkiri janji-Nya terutama kepada mereka yang berjalan di dalam kehendak dan pimpinan Roh Kudus. Mengapa di Ibrani 13:5-6, setelah Tuhan mengingatkan agar kita tidak tamak uang, disambung dengan pernyataan bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita? Karena sebenarnya apa yang kita butuhkan di dalam dunia ini tidak terlalu banyak, tetapi yang kita ingini jauh lebih banyak. Untuk itu kadang-kadang Tuhan mengambil sebagian darinya. Biarkan Dia mengambilnya karena yang kauperlukan tidak terlalu banyak. Waktu Tuhan mengambil bagian yang lebih dari keinginanmu yang liar itu, apakah kau kira Tuhan meninggalkanmu? Tidak. Tuhan tidak meninggalkanmu dan tidak membuangmu.


Bulan Juli tahun lalu, kemenangan Golkar telah memberi angin bagi orang-orang tamak karena kemenangan itu menyebabkan mereka bisa meminjam uang sebanyak mungkin untuk mengembangkan usaha mereka sehingga mereka bukan saja kaya tetapi kaya-raya. Akibatnya karena meminjam banyak maka bangkrutnya juga terlalu banyak. Bila kita mempunyai keinginan liar jauh melampaui apa yang seharusnya, kita telah menjebak diri di dalam berbagai macam kesedihan, kesusahan dan kepicikan. Sebab itu Tuhan mengatakan, Aku tidak akan meninggalkan engkau, jangan tamak dan jangan menjadi hamba uang. Jika engkau memang berbakat mengelola perusahaan yang besar sekali, jangan lupa bahwa itu adalah mandat kultural yang Tuhan berikan kepadamu karena talenta dan potensi besar yang ada padamu untuk menggarapnya. Tetapi jangan lupa apa pun yang kaugarap harus sesuai dengan prinsip Alkitab dan pimpinan Tuhan. Bila tidak,semua itu akan menjadi jerat, penjara, kesedihan dan kepicikan yang akan melilitmu. Sayangnya banyak orang yang menyadari hal ini saat segalanya sudah terlambat.


Sun Yat Sen mengatakan ada 3 macam orang,yaitu xian zhi xian jue (sudah sadar dan tahu sebelumnya), hou zhi hou jue (sudah gagal barulah sadar), dan pu zhipu jue (baik sebelum maupun sesudahnya tidak pernah sadar kegagalan).


Kong Hu Cu juga mengatakan ada orang yang sejak lahir sudah pintar sekali. Ada orang yang sudah belajar baru tahu. Tap i ada yang sudah belajar pun masih belum tahu, celakalah dia. Kong Hu Cu juga mengatakan seseorang yang sejak mudanya malas, tidak mau bekerja, tidak mau berpikir, maka dia akan menjadi pencuri. Karena dia tidak mau bekerja, hanya duduk dan makan hasil kerja orang lain, bukankah secara halus ia sudah menjadi pencuri?


Tuhan beserta, tapi siapakah yang Tuhan sertai? Tuhan menyertai mereka yang berjalan bersama-Nya. Kalau engkau telah menyimpang dan minta Tuhan menyertai, Tuhan akan mengatakan padamu, “Kalau mau Aku sertai, engkau harus kembali. Mengapa mengajak Aku untuk menyimpang bersamamu?” Tuhan tidak bisa menyimpang. Jika kita berjalan sejalur dengan jalan Tuhan maka Dia akan menyertai. Tidak ada prinsip lain, kecuali bertobat dan kembali kepada Tuhan, sungguh-sungguh taat pada prinsip-prinsip kebenaran yang diwahyukan, engkau tidak akan menikmati presence of God. You never enjoy His presence if you are going astray according to your will.


3. Hati menjadi tenang karena mengetahui ada rencana Allah untuk melatih kita melalui kesulitan


Mensius mengatakan tian jiang da ren yu si ren ye, bi xian lao qi jing gu, ku qi xin zhi,ji qi fu. Kalau sorga member tugas kepada seseorang, maka pertama-tama niat perjuangannya akan dibuat susah sekali, membuatnya patuh akan segala kesengsaraan secara badaniah dan membuat perutnya merasa lapar, akhirnya memupuk sifat dan temperamen di dalam dirinya. Maka Mensius menyambungnya, wu yang wu zhi hao ran zhi qi, aku memupuk temperamen, jiwa dan kelapangan hatiku menjadi begitu agung dan besar. Itu semacam dipenuhi Roh Kudus yang dimengerti dalam wahyu umum oleh orang-orang yang tidak mengerti Alkitab. Namun ironisnya, orang yang mempunyai wahyu khusus dari Alkitab justru tidak mengerti hal ini sehingga dibandingdengan banyak orang non Kristen, orang Kristen masih kalah di dalam semangat berjuangnya. Banyak pendeta lebih malas daripada mereka yang berbisnis. Coba perhatikan orang yang bekerja di kantor atau di bank, mereka lebih rajin dibanding pendeta. Kesulitan dan latihan ketat justru dipakai oleh Tuhan untuk membentukmereka yang bisa dipakai oleh-Nya.


Kita perlu tahu bahwa Tuhan mempunyai rencana atas diri kita. Tuhan mempunyai program latihan untuk kita. Tuhan mempunyai cara untuk mengolah kita sehingga kita bisa menjadi seorang yang berguna di dalam tangan-Nya. Sebagai seorang ayah, saya merencanakan bagaimana mendiodik anak-anak saya dengan prinsip-prinsip yang ketat. Kalau saya saja tahu prinsip mendidik, masakah Tuhan tidak mempunyai rencana untuk melatih kita? Masakah Tuhan akan membiarkan kita berbuat sewenang-wenang? Tidak. Diam empunyai rencana yang ketat supaya kita jadi. Bukan hanya jadi secara lahiriah melainkan seluruh hidup kita terbentuk menjadi satu watak yang sulit digoncangkan oleh Iblis. Kalau engkau tahu bahwa Tuhan mempunyai rencana untuk mengolah dirimu, itulah yang membuat engkau tetap stabil di tengah-tengah kesulitan.


BAB V : IMAN DALAM MASA KRISIS.


BERBUAT DI DALAM TUHAN


Surat Ibrani :


11:8 Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.


11:9 Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.


11:10 Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.


11:13 Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang dibumi ini.


Apakah iman kepercayaan itu? Iman adalah sesuatu yang tidak mau digoncangkan, sesuatu yang berbeda dari segala sesuatu yang diberikan kepada kita atau yang berada di sekitar kita. Iman selalu transenden, selalu melampaui semua hal yang sering menakutkan hati kita. Itu sebab iman membuat orang dapat menyanyi di malam yang gelap. Iman membuat manusia bisa berseru dan bersyukur kepada Tuhan dalam kesulitan yang dihadapinya.


Iman adalah istirahat, rasa tenang, sejahtera yang kita nikmati di dalam pangkuan Tuhan. Segala kegelisahan, ketakutan, kekuatiran dan semua hal yang membuat kita kecil hati sebenarnya tidak pernah menolong kita dan tidak pernah membuat kerohanian kita bertumbuh menjadi lebih kuat dan lebih maju, melainkan justru mengikat kita dan membuat kita tidak bisa menjalankan kehendak Tuhan.


Iman adalah tanda ketaatan. Iman adalah sumber dari tindakan rohani. Faith is the action of spirit. Orang yang beriman bukanlah orang yang tinggal diam, bukan orang yang hanya mengaku di mulut percaya Tuhan saja, melainkan orang yang bertindak dan menyelaraskan langkah-langkah rencananya dengan rencana Allah di dalam kehendak-Nya yang kekal.


Allah adalah Allah yang berkehendak, Allah yang berencana, dan rencana Allah tidak pernah dibuat untuk sesuatu yang bersifat sementara. Allah juga tidak pernah menunggu sampai ada kesulitan untuk membuat rencana baru. Karena Allah adalah Allah yang kekal maka segala sesuatu yang diizinkan terjadi di dalam sejarah ini sudah ada di dalam kedaulatan Tuhan. Dia mengetahui dan memungkinkan hal-hal itu terjadi.


Masih ingatkah Anda yang pernah saya bahas bahwa kehendak Tuhan terbagi atas 4 kategori :


1. Yang direncanakan oleh Tuhan, yaitu halyang langsung berasal dari takhta Tuhan sendiri;


2. Yang diatur oleh Tuhan, yaitu pimpinan Roh Kudus kepada orang-orang yang dicintai-Nya. Sebab itu orang yang taat pimpinan Roh Kudus akan menyaksikan pengaturan Tuhan yang jelas sekali.


3. Yang diizinkan oleh Tuhan. Tuhan menghormati kehendak bebas yang sudah Ia berikan kepada manusia. Maka Ia memperbolehkan manusia berbuat sesuatu yang tidak terlalu sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh-Nya, namun pada akhirnya tetap harus dihakimi.


4. Yang dibiarkan oleh Tuhan. Manusia yang kehendaknya berlawanan total dibiarkan oleh Tuhan untuk melakukan segala sesuatu, tetapi kelak mereka harus berdiri dihadapan Tuhan menerima hukuman di dalam penghakiman Allah yang terakhir.


Kalau kita sudah mengerti 4 kategori kehendakTuhan ini, maka kita bisa melihat segala peristiwa dengan hati yang lebih tenang, lebih mengerti dan lebih mempunyai pegangan. Kalau kita menyebut iman adalah pegangan dan kepastian yang stabil bagi kerohanian, the certainty of spirit, maka kita memerlukan pengertian lebih daripada segala sesuatu yang Allah rencanakan.


Tuhan kita bukan Tuhan yang dihasilkan dari proses waktu. Tuhan kita bukan Tuhan yang diikat oleh waktu. Tuhan kita bukanTuhan yang tidak tahu apa yang akan terjadi sehingga bagi-Nya tidak ada halyang bisa mengejutkan Dia. Tuhan bisa melakukan hal-hal secara mendadak sehingga kitalah yang dikejutkan. Tapi tidak ada seorang pun dan tak ada situasi, tidak ada satu unsur pun di luar Tuhan yang membuat-Nya terkejut. Allah itu kekal, tidak berubah, paling tinggi bijaksana-Nya. Ia yang menciptakan segala dalil yang logis. Unsur-unsur inilah yang membuat kita percaya bahwa tidak ada sesuatu pun yang berada di luar kehendak atau izin atau pembiaran Allah bisa terjadi di dalam sejarah. Tidak adasatu tindakan yang muncul secara mendadak dan sebelumnya tidak diketahui Allah.


Jika Tuhan adalah Tuhan yang kekal, Tuhan yang tidak berubah, Tuhan yang mempunyai rencana, Tuhan yang adalah sumber bijaksana, Tuhan yang tidak pernah mempunyai sesuatu di luar pengetahuan-Nya sendiri, Tuhan yang sempurna, maka bagi kita mungkin ada hal-hal yang mengejutkan kita karena sebelumnya kjita tidak tahu. Sebab itu kita perlu mensinkronkan diri dengan sifat illahi yang kita kenal. Allah tidak pernah dikejutkan oleh siapapun, namun kadang-kadang Allah mengejutkan manusia. Hal yang begitu mendadak dan mengagetkan kita seharusnya tidak membuat kerohanian kita gagal karena Allah akan membawa kita mengalami pertumbuhan, latihan,pembentukan dan membuat kita menjadi semakin sempurna di dalam pimpinan Tuhan yang luar biasa.


Kehendak Tuhan yang direncanakan di dalam kekekalan itu harus diwujudkan di dalam kesementaraan. Sebab itu orang yang beriman bukan hanya melihat lingkungan dan proses waktu melainkan akan melihat sinkronisasi antara kesementaraan dan kekekalan. Di dalam kekekalan ada rencana, dan di dalam kesementaraan ada perwujudan. Di dalam kekekalan ada kehendak Allah, di dalam kesementaraan terdapat pelaksanaannya. Maka rencana Allah yang kekal pasti akan terlaksana di dalam proses berlangsungnya sejarah. Sebab itu, Yesus Kristus mengajarkan kita untuk berdoa, “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.” 


Biarlah kita berdoa agar kehendak Tuhan terjadi di Indonesia seperti yang direncanakan di sorga. Orang yang mempunyai iman seperti ini, waktu panggilan Tuhan datang atas dirinya, waktu rencanaTuhan dinyatakan atas dirinya, dia akan bersedia bertindak dan menerjunkan dirinya ke dalam pimpinan Tuhan sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki.


Itulah sebabnya panggilan Tuhan didampingi dengan anugerah. Panggilan Tuhan diberikan, anugerah Tuhan pun diberikan. Tidak ada panggilan Tuhan yang tidak disertai dengan anugerah. Tidak ada orang yang diberi mandat oleh Tuhan, tetapi tidak diberi modal anugerah-Nya. Tuhan memanggil seseorang artinya rencana Tuhan telah keluar dari mulut-Nya dan diberikan kepada seseorang yang telah Dia tetapkan, di sana juga terdapat anugerah yang telah dipersiapkan untuknya agar dia mampu menjalankan atau melaksanakan kehendak-Nya.


Alkitab memberikan jaminan bahwa panggilan dan karunia Tuhan belum pernah Ia sesalkan. Artinya, Allah tidak mungkin salah memanggil, dan Dia juga tidak mungkin menyesal setelah karunia itu Dia berikan. Allah yang sempurna dan tidak mungkin salah akan memanggil dan sekaligus memberikanan ugerah-Nya kepada orang yang dipanggil-Nya sehingga orang itu mempunyai kekuatan untuk menjalankan atau melaksanakan panggilan-Nya. Sebab itu seumur hidup kita kita harus selalu peka, takut akan Tuhan dan mengikuti pimpinan Roh Kudus dengan hati-hati dan sungguh-sungguh ikhlas. Roh Kudus akan memimpin kita dan memperlengkapi kita untuk menjalankan dan menggenapkan kehendak Tuhan. Sebab itu kita harus mengerti dengan jelas bagaimana Roh Kudus memimpin kita, saat kapan dan rencana apa yang datang kepada kita. Dengan demikian maka sukacita yang terbesar dalam hidup kita yang hanya beberapa puluh tahun ini adalah hidup kita sejalan dengan rencana Allah di dalam kekekalan.


Sukacita tidak dapat disebut sukacita kalau sukacita itu bukan berasal dari Tuhan. Kalau sukacitamu bukan berasal dari Tuhan, itu berarti sukacita itu bukanlah sukacita yang asli dan sejati. Sukacita yang terbesar bagi kita adalah ketika kita menemukan diri kita telah sinkron dengan kehendak Tuhan di dalam rencana kekekalan-Nya. Berbeda dengan orang yang belum percaya, mereka merasa senang waktu mendapat untung, mendapat sukses dan naik pangkat. Karena itulah kehendak mereka sejak kecil hanya mengejar hal-hal itu, sehingga waktu mereka mendapat semuanya mereka merasa senang. Tetapi sukacita Kristen harus lebih tinggi daripada itu. Kita akan merasa sukacita kalau kita sudah bisa sinkron dengan kehendak Allah di dalam kekekalan.


Pada waktu rencana Allah diwujudkan dalam panggilan yang disertai dengan anugerah-Nya dan diberikan kepada orang yang dipimpin oleh-Nya, maka orang yang menerima panggilan dan anugerah ini akan melaksanakan kehendak-Nya dan hidupnya akan mengalami transformasi sehingga mempunyai nilai yang melampaui waktu. Hidupnya akan mempunyai bobot. Hidupnya tidak akan mungkin digeser oleh sejarah, karena langsung berkait dengan rencana dan kehendak Allahb yang kekal. Inilah yang dimaksud oleh Alkitab: dunia ini dan segala nafsu duniawi akan lenyap, tetapi mereka yang melaksanakan kehendakAllah akan tetap sampai selama-lamanya.


Perahu-perahu yang dipakai Petrus dan Andreas di danau Galilea sudah hancur sejak 1900 tahun yang lalu, tetapi orang-orang yang menerima pelayanan Petrus dan murid-murid yang Tuhan panggil dari tepi danau itu tetap Tuhan pelihara di sorga sampai selama-lamanya. Kalau Petrus diizinkan kembali ke dunia, dia akan menyaksikan danau Galilea tetap ada di sana tetapi semua usaha dan rencana dirinya sudah layu sejak dahulu. Ketika dia melihat orang-orang yang telah menerima pelayanannya tetap tinggal di sorga, ia akan berkata, “Puji Tuhan, aku sudah menjalankan kehendak Tuhan.” Wujud dari iman sejati kepada Tuhan, panggilan, anugerah, ketaatan, janji dan melaksanakan rencana Allah, semua ini Tuhan pelihara di dalam kekekalan. Betapa indah, betapa bagus, betapa menyenangkan dan betapa sempurna sukacita orang yang mengalaminya.


Ibrani 11:8 mencatat, waktu Abraham berada seorang diri di Ur, Mesopotamia, panggilan Tuhan datang kepadanya. Kita tentu sering mendengar kisah di mana Abraham segera meninggalkan Mesopotamia menuju tempat yang dijanjikan Tuhan. Dari sanalah sejarah Israel dimulai. Tetapi jangan lupa titik awal terwujudnya kerajaan Allah di dalam sejarah adalah melalui “bibit tunggal”. Mengapa disebut “bibit tunggal”? Bukankah saat Abraham dipanggil Tuhan, ia sudah menikah? Bukankah waktu meninggalkan Mesopotamia ada ratusan orang yang ikut dengannya, termasuk ayahnya? Mengapa Alkitab mengatakan waktu Abraham seorang diri Tuhan memanggilnya? Karena dia adalah satu-satunya orang yang menantikan panggilan Tuhan dan yang bersiap sedia melaksanakan kehendak Tuhan.


Di abad 20 ini banyak penemuan arkeologi yang semakin membuktikan bahwa di zaman Abraham kebudayaan sudah sangat tinggi.Di antaranya penemuan “Hammurabbi Stone” yang sekarang disimpan di British Museum dan “Roseta Stone” yang disimpan di Louvre di Perancis, telah membuktikan di zaman Abraham telah terdapat undang-undang peradilan dan peraturan masyarakat melebihi undang-undang yang ditetapkan di zaman modern ini. Abraham bukan dipanggil dari tempat yang tidak berkebudayaan atau dari padang pasir. Abraham dipanggil dari kota dengan kebudayaan yang paling maju di dunia. Bisa kita bayangkan waktu Tuhan memanggil seseorang, Dia bukan memanggil orang kecil dan sederhana saja tetapi Dia juga memanggil orang yang paling kaya pada zamannya untuk menaati kebenaran yang sudah Tuhan sediakan baginya.


Pernah ada seorang arkeolog perlu memakai waktu 8 tahun untuk menyusun kembali sebuah kecapi yang dipakai pada zaman Abraham. Hal itu membuktikan bahwa kesenian dan ukiran dengan emas 24 karat sudah ditemukan dan dipakai sebagai perhiasan. Kecapi ini sekarang disimpan di Yerusalem. Juga ditemukan bahwa rumah-rumah orang kaya seperti Abraham memiliki 65 kamar. Abaraham pun dicatat mempunyai 118 pembantu. Mungkin Abraham termasuk salah seorang konglomerat atau raja di Mesopotamia.


Waktu Abraham keluar mengikuti kehendakTuhan, keadaannya pasti amat sulit. Tuhan memanggilnya keluar untuk meninggalkan negerinya dan pergi ke tempat yang akan Tuhan tunjukkan kepadanya. Bisakah kita bayangkan kalau kita pindah rumah, membawa seluruh barang-barang kita tanpa tahu akan pindah kemana? Inilah iman. Iman bukan menunggu semuanya beres. Iman adalah tetap mau taat meski tidak tahu bagaimana hari depan. Iman disusul dengan ketaatan, dan ketaatan adalah reaksi terhadap panggilan. Waktu panggilan tiba, ketaatan menyambut meski belum tahu bagaimana hari depannya. Maka iman adalah tindakan rohani yang sangat sulit tetapi sudah dijalankan oleh orang-orang yang begitu besar rohaninya di dalam sejarah. Iman membawa kita menembus awan gelap, api yang membara, lautan yang tak terhingga untuk melihat ke seberang sana Tuhan yang setia memanggil kita. Ketaatan semacam ini mamang tidak mudah dinyatakan karena kita mempunyai keterbatasan jasmaniah sehingga kita terkendala beberapa hal:


1. Kita takut susah dan penderitaan sehingga tidak taat bila panggilan yang tidak disertai jaminan itu datang;


2. Kita takut kemampuan kita tidak memadai untuk menanggung beban berat yang diberikan kepada kita.


Semua pengalaman yang menakut-nakuti kita dan kemampuan diri yang terbatas membuat kita tidak berani maju ke depan. Hal-hal itu mengganggu kelangsungan iman kita untuk taat kepada panggilan dan pimpinanTuhan. Namun kalau Tuhan sudah memanggil dan meletakkan mandat di bahu seseorang, Dia tidak pernah meninggalkannya. Sebagai manusia yang terbatas, siapakah yang berani memberi jaminan kepada kita? Tetapi iman berkata, “Tuhan, saya tidak mampu. Engkaulah yang mampu. Saya tidak sanggup, tetapi Engkau memberi kekuatan. Saya terbatas, tetapi Tuhan tidak terbatas.” Maka dengan gentar dan rasa takut akan Tuhan dan dengan penuh penyerahan diri kita berserah di hadapan Tuhan.


Panggilan Tuhan selalu melampaui rasio manusia. Ini adalah trancent reasoning atau suprarational calling yang tidak dapat kita mengerti dengan nalar kita. Kita juga tidak tahu mengapa cara Tuhan bekerja dan memanggil seperti ini. Tetapi panggilan Tuhan selalu supra rational. Bukan saja demikian, panggilan Tuhan juga supra empirical, melampaui pengalaman kita. Maksudnya, apa yang pernah kita alami dan yang kita tahu seharusnya demikian, tetapi Tuhan bekerja di luar pengalamankita. Tuhan berkata, “Aku tidak peduli dengan pengalamanmu, karena panggilan-Ku melampaui pengalamanmu.” 


Di dalam hal ini saya melihat semakin lama semakin jelas bahwa pemimpin-pemimpin gereja yang banyak alasan, pada waktu menghadapi kesulitan mereka tidak berani maju sehingga tidak diberkati Tuhan. Itu karena mereka sudah diikat oleh pengalaman sendiri. Pemimpin-pemimpin yang sudah mendapatkan rumusan dari sejarah dan terkurung di dalam konsep itu selalu tidak mendapatkan wilayah baru di dalam kerajaan Tuhan. Sebaliknya pemimpin-pemimpin yang tidak mau diikat oleh rumusan logika yang kuat dan pengalaman kegagalan, merekalah yang dipakai oleh Tuhan. Saya melihat secara perlahan-lahan semua ini terus menggerogoti Kekristenan sehingga Gereja sulit maju.


Ada seorang rektor selalu menakut-nakuti mahasiswanya. Suatu hari saya memanggil dia, -usianya lebih muda 15 tahun daripada saya – dan berkata, “Maaf, saya harus berbicara denganmu. Saya sudah sejak lama mengenalmu dan tahu sifat dan cara kerjamu. Maka akan saya katakan terus terang bahwa caramu mendidik murid-muridmu hanyalah membuat mereka takut kepadamu, tetapi akhirnya mereka tidak berani mengerjakan apa-apa bagi Tuhan.”


Rektor ini dibesarkan dalam keluarga pendeta yang amat disiplin tetapi tidak mempunyai keberanian untuk mendobrak kesulitan, pengalaman dan sejarah yang telah menimbulkan kesalahan, sehingga ia tidak berani menerobos hari depan. Akibatnya ia membuat mahasiswanya tidak mempunyai dorongan ambisi untuk mendobrak dan mengerjakan sesuatu yang lebih besar. Memang mulanya ia tidak terlalu senang mendengar perkataan saya, tetapi setelah kembali ke negerinya, ia mengakui kebenaran perkataan saya dan minta didoakan agar ia berani mengembangkan pekerjaan Tuhan.


Saya berulang kali memikirkan mengapa dizaman Elia banyak murid-murid sekolah nabi, tetapi Tuhan tidak memilih satu pun di antara mereka untuk meneruskan pelayanan Elia? Mengapa Tuhan justru berfirman kepada Elia untuk mencari dan mengurapi Elisa untuk menjadi penerusnya? Mungkin sekali Elia membantah dan mengatakan bahwa ia bisa memilih salah satu yang paling berbakat di sekolah nabi, tetapi Tuhan tetap memilih Elisa. Siapakah Elisa? Ia adalah seorang petani, anak desa yang sangat miskin dan tidak terkenal. Ia masih amat muda dan tidak berpengalaman. Tetapi dia yang tidak berpengalaman juga tidak pernah terdistorsi oleh pengalaman yang salah. Sebab itu satu jiwa yang baru bagaikan anak keledai yang belum pernah ditunggangi, dialah yang Tuhan panggil untuk meneruskan pekerjaan Elia. Karena dia tidak punya alasan, dia hanya tahu panggilan Tuhan tiba atas dirinya, maka dia harus belajar dari Elia. Bagaimana dia belajar dari Elia? Alkitab mengatakan, dia mendampingi Elia tetapi tidak diajarkan apa-apa, hanya tiap hari menuangkan air minum bagi Elia. Bisakahorang yang seperti ini menjadi penerus? Tapi orang muda ini memperhatikan apa yang dikerjakan oleh Elia. Dia ingin mengetahui apakah rahasia yang terdapat didalam diri Elia? Apa yang membuat Elia berkuasa dalam melakukan pekerjaan Tuhan? Semua itu memupuk dia taat panggilan Tuhan yang melampaui pengalaman, logika dan rumusan-rumusan pengertian logis. Itulah sebabnya di hari perpisahan Elia bertanya kepadanya, apa yang akan ia minta dari Elia. Elisa meminta agar roh yang menggerakkan Elia bekerja secara berganda atas dirinya. Jadi dia minta sesuatu yang tidak mungkin bisa diberikan oleh Elia. Elisa meminta, kalau Elia telah mengerjakan pekerjaan Tuhan sampai satu porsi, Elisa mau mengerjakan dua porsi. Elisa ingin melampaui Elia, bahkan dua kali lipat daripada apa yang pernah Elia kerjakan.


Saya harap engkau pun mempunyai semangat demikian. Jika mereka sukses membawamu menjadi orang Kristen, kau harus menjadi orang Kristen yang lebih sukses 2 kali lipat daripada mereka. Jika saya sudah membangun pekerjaan Tuhan sampai hari ini, penerus saya harus mempunyai ambisi untuk melakukan dua kali lipat daripada apa yang sudah saya lakukan. Jangan terus berpikir hal ini tidak mungkin, tetapi pikirlah bahwa hal ini mungkin. Saya terus berharap supaya pekerjaanTuhan akan terus berkembang. Karena itulah kita taat kerpada Tuhan.


Maka iman bukanlah pengakuan, bukan juga pelajaran dan bukan teologi yang hanya ada di otak. Iman adalah satu tindakan yang taat kepada apa yang Tuhan kehendaki sehingga hidup kita adalah hidup yang menjalankan kehendak Tuhan. Pada waktu kita mengimajinasikan kesulitan yang akan menimpa, permusuhan yang besar, rintangan yang berat dan beban yang melampaui kemampuan, maka semua ini akan menjadi suara setan yang menakutkan kita. Tidak salah kalau kita memperhitungkan kemungkinan sejelek mungkin, namun janganlah ditaklukkan oleh kesulitan itu. Kalau kita memperhitungkan kesulitan, itu akan mempersiapkan kita sehingga jika kesulitan itu memang tiba, kita tetap boleh berdiri tegak.


Tindakan iman terhadap panggilan Tuhan bukanlah tindakan melarikan diri. Mengamankan diri dan membuat diri berada dalam kesejahteraan tidaklah salah. Yesus pun melakukan hal itu. Ia pernah menghindarkan diri dari mara bahaya. Orang boleh saja menyembunyikan diri dan melarikan diri dari kesulitan secara wajar sampai ke tahap yang ditetapkan olehTuhan. Namun ketika waktu Tuhan tiba, saat pimpinan Tuhan menjadi jelas, Yesus tidak melarikan diri. Ia malah berjalan menuju Yerusalem. Itulah letak perbedaan antara ketaatan orang yang berani di dalam iman dengan orang yang mengaku diri beriman tetapi tidak mempunyai keberanian di dalam iman. Pada kesempatan terakhir Yesus masuk ke Yerusalem, Dia harus dipaku di kayu salib. Ia harus mengalirkan darah dan harus mati di Golgota. Ia tahu saat-Nya sudah tiba, maka Ia menuju Yerusalem dengan berani. Lukas melukiskan saat itu orang-orang merasa takut dan murid-murid-Nya tercengang. Mereka merasa kaget mengapa Yesus mempunyai keberanian seperti itu. Sifat dan momen inilah yang membuat Jean Jacques Rousseau kagum dan menulis bahwa dari keberanian Yesus itulah ia tahu Yesus paling hebat daripada siapa pun di dalam sejarah. Keberanian Yesus, yang sudah tahu bagaimana cara Ia akan mati karena sudah 3 kali hal itu Ia katakan kepada murid-murid-Nya, tetap membawanya menuju Yerusalem. Itulah yang membuat Rousseau menganggap Yesus Kristus berbeda dengan Socrates. Menurut Rousseau kematian Socrates adalah kematian seorang yang saleh, tetapi kematian Kristus harus kita sebut sebagai kematian Anak Allah.


Tindakan rohani bukanlah melarikan diri dari kehendak Allah. Sebaliknya justru bertindak untuk melakukan kehendak Allah supaya rencana yang sudah ditetapkan di dalam kekekalan boleh digenapkan. Mengapa orang Kristen yang beriman mempunyai kemungkinan untuk bertindak seperti itu? Karena di dalam pemikirannya terdapat pengertian yang jelas akan beberapa hal :


1). Allah adalah Allah yang menguasai sejarah


The Lord is the master of history. Allah yang menguasai sejarah membuat manusia tidak perlu takut dan tidak dikejutkan oleh hal yang tidak dia ketahui sebelumnya. Sejarah terus berlangsung. Kesulitan kita didorong oleh kemarin menjadi hari ini, lalu didorong lagi oleh hari ini untuk mengarah kepada esok. Namun yang kemarin sudah tidak dapat diubah. Sekarang adalah saat kita mengambil keputusan. Sedangkan esok tidak kita ketahui. Di dalam proses ini kita memang lemah adanya. Di dalam proses ineksistensi kita tidak mungkin berpegang pada sesuatu yang belum terjadi, juga tidak mempunyai kemungkinan merubah apa yang sudah terjadi dan tidak gampang untuk mengambil keputusan akan apa yang ada sekarang. Ini adalah process of time: past, present, future. Future is unknown. Itulah yang membuat iman kita teruji. Walau demikian Yesus Kristus menjadi contoh bagi kita karena semua hal yang belum terjadi bagi kita sudah Kristus lihat semuanya karena sifat illahi-Nya yang melampaui proses sejarah. Itulah sebabnya Ia berkata, “I am that I am, I am who I am. Aku melampaui sejarah. Kau harus beriman kepada-Ku.” 


Maka iman adalah kita menerobos proses sejarah menuju kepada sinkronisasi diri kita dengan Allah yang melampaui sejarah. Apa yang belum terjadi tidak menjadi soal bagi Tuhan Allah. Karena bagi Allah tidak ada yang disebut esok, yang belum datang, yang tidak diketahui.


Teologia Proses salah karena konsep teologi ini membawa Tuhan masuk ke dalam proses waktu dan bagi Tuhan hari depan merupakan tanda tanya besar. Menurut merekaTuhan pun tidak tahu keadaan hari depan akan bagaimana. Tuhan yang seperti itu bukanlah Tuhan yang sejati. Tuhan yang sejati adfalah Tuhan yang merencanakan.Tuhan yang membiarkan dan Tuhan yang akan menghakimi seluruh sejarah dari permulaan hingga titik akhir. Dari alfa hingga omega, Allahlah yang menguasai sejarah. He is the master of history. Iman kita berada di dalam pengertian seperti ini.


2). Allah adalah Allah yang adil


Kalau kita takut diperlakukan tidak adil, takut diperlakukan tidak beres, takut diperlakukan tidak sesuai dengan keinginan kita dan tidak sesuai dengan keadilan yang disebut dalam kitab suci, tidak apa-apa, karena kita tahu Allah kita adalah Allah yang adil, sehingga pada akhirnya Dia pasti menyatakan kemuliaan-Nya yang melampaui semua kuasa yang melanggar prinsip ini. Dengan iman inilah kita bertindak, dengan iman inilah kita menyerahkan diri kepada Tuhan.


Salah satu puasa yang paling panjang yang saya ketahui adalah tidak makan selama 128 hari. Ini adalah penganiayaan Komunis yang paling berat kepada seorang pimpinan gereja bawah tanah di Tiongkok. Mereka mengira ia akan mati dalam 2 minggu, tetapi ia tetap hidup. Selama 128 hari ia berdoa akhirnya Tuhan tetap memeliharanya. Setelah keluar dari penjara, ia bersaksi bahwa di hari-hari yang paling sulit itu ia terus ingat bahwa Allah lebih kuat daripada jasmani manusia. Allah tidak meninggalkan manusia. Iman itu terus taat kepada Tuhan tanpa kompromi. Akhirnya ia menjadi salah seorang yang kesaksiannya paling dipakai Tuhan untuk menggerakkan hati banyak orang.


Bukan saja kita tahu bahwa Tuhan mempunyai kuasa atas sejarah, kita tahu bahwa Tuhan itu adil dan akhirnya Ia pasti menang. Kita juga tahu bahwa Tuhan itu penuh cinta kasih. Janganlah mengerti cinta kasih Tuhan dengan pemberian-pemberian atau kecukupan jasmaniah. Cinta kasih dan anugerah Tuhan harus dimengerti sebagai kekuatan-Nya sehingga kita boleh bertahan dan tidak akan dibinasakan oleh apapun dengan perlindungan dan penyertaan Tuhan sendiri yang jauh lebih penting daripada segala materi yang diberikan kepada kita.


Jadi jikalau kita mengalami kesulitan, kemiskinan, dan kekurangan, apakah berarti Tuhan tidak mencintai kita? Tidak. Tuhan tidak pernah membuang kita. Ia tetap mencintai kita dan cinta Tuhan justru dimengerti di dalam penyertaan-Nya ditengah kesulitan. Ini cinta yang jauh lebih konkrit dibanding pemberian-pemberian di dalam hari-hari yang lancar. Cinta Tuhan itu kekal adanya. Cinta Tuhan tidak berubah. Allah berjanji meskipun gunung yang besar bisa runtuh, meskipun bukit bisa beranjak, tetapi cinta Tuhan kepada kita tidak pernah Ia tarik kembali. Itulah cinta untuk selama-lamanya. Dengan pengertian inilah kita mempunyai kekuatan untuk menjalankan kehendak Tuhan.


3). Kita mengetahui bahwa kita sedang beradadi dalam proses disempurnakan oleh Tuhan


Dalam SPIK berjudul “Ujian, Pencobaan danm Kemenangan”, saya sudah menjelaskan bahwa kita menghadapi pencobaan dari Iblis dan ujian dari Allah. Allah mengizinkan kesulitan-kesulitan ini dipakai sebagai cara untuk melatih kita. Tuhan memperbolehkan segala sengsara dipakai untuk menjadi suatu alat untuk menyempurnakan kita. Ini merupakan latihan agar kita taat hingga menerima sukcita dan kemenangan iman. Kita dalam proses. Kita tidak boleh menjadi orang Kristen yang asal jadi. Alkitab tidak pernah mengajar seperti itu. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa kita berada di dalam proses. Siapa pun orang Kristen, berapa hebat rohaninya, berapa lama ia melayani Tuhan, berapa tinggi pengetahuannya, dan berapa banyak gelar teologinya, ia tetap orang Kristen yang berada di dalam proses. Kalau kita berada di dalam proses kita tidak tahu hari depan kita akan bagaimana, tapi tidak berarti Allah tidak tahu. Kita percayaTuhan tidak pernah berbuat salah. Kita percaya bahwa sengsara akan menjadi faedah bagi kita yang mencintai Tuhan. Kita tahu bahwa orang-orang rohani sebelum kita selalu menjadi lebih cinta Tuhan dan lebih sempurna setelah mengalkami segala ujian dari Tuhan. Pengertian-pengertian seperti ini yang membuat kita bertahan. Pengertian-pengertian ini yang membuat kerohanian kita semakin mahir. Pengertian-pengertian ini yang memberikan kekuatan untukmenghadapi segala kesulitan. Beranilah bertindak mengerjakan sesuatu kalau panggilan itu tiba kepada kita.


Kita telah melihat beberapa contoh dalam sejarah Alkitab. Waktu Tuhan memanggil Abraham keluar dari Ur, Abraham tidak banyak bicara. Meskipun kaya, lancar dan sukses, Abraham taat. Tuhan tidak memberi tahu ke mana Abraham harus pergi. Tuhan tidak berjanji untuk membuat Abraham lebih kaya, lebih lancar dan lebih sukses. Tuhan menyuruh Abraham pergi ke padang belantara, menuju Kanaan, tempat milik bangsa-bangsa lain. Abraham tahu dengan jelas hal ini. Waktu hendak menguburkan Sara, isterinya, Abraham harus membeli tanah kuburannya dari orang lain. Abraham tahu itu tempat orang lain. Tapi itu juga tempat yang Tuhan janjikan kepadanya dan kepada keturunannya dengan harus bekerja berat, harus dengan segala susah payah berjuang memperoleh tanah perjanjian itu. Janji sudah diberikan tapi tugasnya berat, tapi tidak diberikan secara enak, tapi tidak langsung diperoleh. Engkau harus berperang. Engkau harus mengalahkan musuh. Jadi panggilan Abraham adalah suatu panggilan yang menjadikan manusia belajar apa arti tindakan iman. The action ofspirit is to obey God, obey His calling which ia transcends our understanding, our reasoning power, our experience, our conclusion of logical analyze and all kind of didaction.


Bagaimana kita memakai cara untuk menganalisa, kita tidak mengerti tapi panggilan Tuhan mengatakan “keluarlah”. Itu namanya iman. Abraham tidak tahu akan menuju kemana, Musa juga tidak tahu akan menuju ke mana, tetapi kitab suci yang kita baca menuliskan, “Dari jauh mereka melihat bahkan sampai mati mereka tidak memperoleh apa yang mereka janjikan.” Jadi orang Kristen itu tidak mudah. Sampai mati mereka tidak memperoleh apa yang dijanjikan meskipun mereka sudah melihatnya. Iman adalah penglihatan rohani. Sudah melihat itu sudah cukup. Musa melihat, tapi tidak mendapatkan tanah perjanjian itu karena musa dihukum oleh Tuhan. Di atas gunung Nebo ia berdiri dan melihat seluruh tanah yang dijanjikan tapi ia tidak masuk ke sana. Mungkin engkau berpikir, apakah itu bukan iming-iming yang akhirnya membuat hati makin susah? Tidak. Kata Tuhan, kerajaan-Nya dan rencana-Nya jauh lebih tinggi, lebih besar, lebih panjang daripada hidup kita yang terbatas itu. J.O.Sanders mengatakan, apakah benar Musa tidak masuk ke Kanaan? Tidak. Jika engkau hanya melihat Perjanjian Lama, engkau mengira Musa tidak masuk ke Kanaan.Tetapi lihatlah Perjanjian Baru, Musa muncul bersama Elia di bukit tempat Yesus berdoa. Bukankah berarti Musa sudah masuk ke tanah Kanaan? Ia masuk ke tanah Kanaan secara rohaniah.


Dalam rencana kekekalan, apa yang kau miliki di dalam rohanimu jauh lebih penting dibanding apa yang kau miliki dalam dunia jasmani ini. Kalau engkau bisa memperoleh seluruh kota Jakarta, apakah hatimu puas? Mungkin memiliki satu blok di jalan Thamrin saja membuatmu sudah merasa kaya raya. Tetapi Tuhan mengatakan kalau engkau memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawamu, apakah gunanya? Adakah orang yang pernah memiliki seluruh dunia ini? Setelah kesulitan moneter ini bukan saja kekayaan hilang, seluruh asset dijual, hutang pun masih bertumpuk. Inilah dunia. Maka Musa meskipun tidak masuk ke tanah Kanaan secara jasmaniah, ia sudah masuk secara rohani. Inilah arti dari Ibrani 11:13, “Mereka semua telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan, tetapi hanya dari jauh melihatnya dan melambaikan tangan,” berarti mereka sudah yakin pasti memperolehnya. Itu milikku. Itu janji yang Tuhan berikan kepadaku.


Iman sudah melampaui pengalaman, melebihi visi, melebihi keinginan, melebihi segala keterbatasan manusia. Bukan saja demikian, kita melihat waktu Abraham disuruh menyerahkan anaknya yang tunggal yang amat dikasihinya, disitu pergumulan emosi dan pergumulan ikatan batin antara ayah dan anak tunggalnya menghancurkan Abraham. Tetapi Abraham taat akan perintah Tuhan itu. Iman adalah tindakan rohani. Itu sebab Abraham disebut sebagai bapa iman.


Kasus kedua kita melihat kasus Yosua waktu memimpin orang Israel masuk ke Kanaan, ia harus melalui sungai Yordan yang amat deras sesudah mengelilingi 40 tahun di padang belantara. Yosua dan Kaleb mempunyai perbedaan yang amat besar dengan 10 pengintai yang lain saat mereka melihat tanah Kanaan. Kesepuluh pengintai yakin bahwa orang Israel tidak mungkin mengalahkan orang Kanaan karena tubuh mereka besar, kekar dan jumlah mereka begitu banyak. Orang Israel tidak mungkin menang, tidak mungkin mendapat tanah itu. Mereka ingin tinggal di padang belantara saja. Tapi Yosua dan Kaleb mengatakan, “Yang kau lihat hanya kesulitan-kesulitan tapi yang kami lihat adalah Allah menyertai kita. Yang kami lihat adalah Allah sudah berjanji kepada kita dan kesetiaan Allah itu tidak berubah. Itu sebab Israel majulah! Pergi ke tanah perjanjian dan berperang sampai menang.” 


Inilah suara statement of faith! Iman berarti tindakan mencapai kemenangan, bukan karena takut lalu melarikan diri untukmencari keamanan sementara. Jiwa Yosua sudah ditetapkan pada waktu muda sehingga 40 tahun kemudian ia tidak berubah. Begitu banyak orang waktu mudanya mau mati bagi Tuhan tapi waktu tua akhirnya berubah; waktu muda bersedia dipakai Tuhan tapi waktu tua akhirnya memperalat Tuhan, hanya mengejar uang. Betapa banyak orang pada waktu permulaan murni sekali, tapi setelah sukses sama sekali berubah. Tetapi Yosua selama 40 tahun tetap tidak berubah. Saat menghadapi rintangan sungai Yordan yang deras, Yosua ingat Musa pernah membelah laut Teberau. Kalau Tuhan itu adalah Tuhan yang hidup, dan Ia pernah memimpin Musa dengan cara itu, maka Ia akan memimpin dengan cara yang sama baginya. Maka Yosua menjejakkan kakinya ke sungai Yordan dan percaya bahwa Tuhan akan membuka jalan. Alkitab mengatakan, kaki Yosua masuk ke dalam air dulu baru air itu terbelah menjadi dua.


Waktu saya merenungkan hal ini, saya bersyukur kepada Tuhan bahwa tindakan yang taat akan melihat pimpinan Tuhan. Bukan menunggu pimpinan Tuhan menjadi jelas baru kita bertindak, tetapi karena kita sudah bersedia hati bertindak setiap saat panggilan itu tiba, akhirnya kita melihat pimpinan Tuhan itu berlangsung di dalam hidup kita. Bila engkau tidak melangkahkan kaki, sungai Yordan tidak pernah terbelah. Aku menginjak kesulitan, terbelahlah! Biarlah ini menjadi motto dan slogan serta prinsip di dalam seluruh hidup kita.


Pada kasus Petrus, Tuhan memanggil, “Ikutlah Aku!” tanpa memberi jaminan apapun kepadanya. Petrus sudah mempunyai isteri, mertua dan harus menghidupi keluarga dengan mencariikan di Galilea. Tapi Petrus tanpa memperhitungkan untung rugi taat kepadaTuhan. Ajaran di dalam Alkitab mengatakan, iman harus bertindak dulu, baru melihat bagaimana Tuhan memberkati. Pada waktu Petrus melihat Yesus berjalan diatas permukaan air, ia meminta agar boleh berjalan di atas air juga. Saat Petrus menjejakkan kakinya di air, ia akhirnya tenggelam tapi Tuhan memegang tangannya. Iman bukan hanya berteori, tapi iman juga harus taat. Iman bukan melarikandiri, tapi iman menjalankan kehendak Allah. Iman bukan cari alasan untuk mengampuni diri. Iman di dalam krisis dan kesulitan berkata, “Tuhan sudah memanggil, mari kita jalankan kehendak-Nya.” Di dalam kesulitan bagaimana pun biarlah engkau tetap melihat Tuhan diatas takhta-Nya.


BAB VI : IMAN DALAM MASA KRISIS.


BERSUKACITA KARENA TUHAN


2Raja-raja :


19:14 Hizkia menerima surat itu dari tangan para utusan, lalu membacanya; kemudian pergilah ia ke rumah TUHAN dan membentangkan surat itu di hadapan TUHAN.


19:15 Hizkia berdoa di hadapan TUHAN dengan berkata: "Ya TUHAN, Allah Israel, yang bertakhta di atas kerubim! Hanya Engkau sendirilah Allah segala kerajaan di bumi; Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi.


19:16 Sendengkanlah telinga-Mu, ya TUHAN, dan dengarlah; bukalah mata-Mu, ya TUHAN, dan lihatlah; dengarlah perkataan Sanherib yang telah dikirimnya untuk mengaibkan Allah yang hidup.


19:17 Ya TUHAN, memang raja-raja Asyur telah memusnahkan bangsa-bangsa dan negeri-negeri mereka


19:18 dan menaruh para allah mereka ke dalam api, sebab mereka bukanlah Allah, hanya buatan tangan manusia, kayu dan batu; sebab itu dapat dibinasakan orang.


19:19 Maka sekarang, ya TUHAN, Allah kami, selamatkanlah kiranya kami dari tangannya, supaya segala kerajaan di bumi mengetahui, bahwa hanya Engkau sendirilah Allah,ya TUHAN."


Pada bagian Akitab yang kita baca ini kita melihat raja Asyur menulis surat untuk menakut-nakuti raja Hizkia. Raja Asyur mengancam akan mengepung dan menghancurkan Yerusalem serta memusnahkan bangsa Israel. Hizkia tidak bisa berbuat apa-apa. Maka setelah membaca surat ancaman itu dia minta Tuhan juga membacanya, lalu ia berdoa.


“Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau dan engkau akan memuliakan Aku.” (Mazmur 50:15)


Itulah ajakan Tuhan Allah untuk berseru pada nama-Nya. “Pada waktu engkau berada dalam kesulitan, berdoalah dan beritahukanlah kepada-Ku, maka Aku akan menolongmu dan meluputkanmu dari kesulitan itu. Tetapi hendaklah engkau memuliakan Aku.”


Waktu kita berada di dalam kesulitan, kemanakah kita akan lari? Kepada orang yang lebih kaya-kah? Mereka mempunyai hutang yang lebih banyak daripada kita. Kepada mereka yang mempunyai kuasa militer-kah? Mereka pun berada di dalam kesulitan. Di dalam dunia ini, adakah orang-orang yang bisa menolong kita dan membawa kita kembali kepada hidup yang penuh dengan sejahtera? Tuhan berkata, “Datanglah kepada-Ku, berdoalah kepada-Ku, dan saksikanlah apakah Aku adalah Tuhan yang menolongmu.”


Pada waktu raja Hizkia menerima surat dari musuh dan membacanya, saya percaya dia merasa gentar. Hizkia tahu sebelumnya raja Asyur sudah memusnahkan begitu banyak kota-kota. Kemana pun dia pergi, dia selalu menang. Sekarang ia mengirim jendralnya untuk mengepung kota Yerusalem dan mengirim surat kepada raja Hizkia. Sesudah membaca surat itu Hizkia menjadi tenang. Dia tidak banyak bicara. Dia membawa surat itu ke Bait Allah dan berlutut di hadapan Tuhan. Dia memaparkan surat itu kepada Tuhan dan berkata,“Tuhan, kalau hanya saya yang membaca, masih belum cukup. Saya minta Tuhan juga membacanya.” Inilah cara yang terbaik untuk mengatasi kesulitan. Janganlah kita menghadapi kesulitan dengan bersandar kepada kjepintaran, kepada pengalaman, kepada penganalisaan, dan kepada segala sesuatu yang bisa kitra banggakan. Jika Tuhan memang mengizinkan sesuatu terjadi menimpa diri kita, maka kita perlu meminta Tuhan memberi kekuatan, pengertian dan kesadaran kepada kita bahwa segala sesuatu yang Tuihan izinkan menimpa diri kita itu tidak pernah salah. Jika kita merasa tidak sanggup menghadapinya, Tuhan pasti tahu dan tidak akan lupa kepada kita. Bawalah kesulitan itu kepada-Nya karena Ia melihat-Nya.


Pada waktu saya masih muda, ada seorang pendeta dari Irlandia berkata, “Beritahukan kesulitanmu kepada Yesus. Janganlah engkau tanggung sendiri. Dia akan memberi pengertian dan kekuatan kepadamu. The government should be on His shoulder, not on your shoulder.” Pada waktu itu saya merasa bahwa ini adalah hal yang sangat penting. Saya adalah seorang yang sangat melankolis, selalu menyendiri, selalu minder, selalu merasa diri tidak mampu berbuat apa-apa.Tetapi setelah saya menganalisa semua kemungkinan, saya tetap tidak mempunyai iman. Jika Anda sekarang melihat saya tidak melankolis lagi, itu karena Tuhan telah mengubah saya dan memberi saya kekuatan untuk terus maju di dalam anugerah-Nya.


Ayah saya meninggal di saat saya berusia 3 tahun. Meskipun kami mempunyai kekayaan cukup banyak, tetapi perang Jepang telah menyulitkan hidup kami. Ibu saya membesarkan kami dengan susah payah dengan menerima jahitan. Tetapi dia bersandar kepada Tuhan. Waktu saya kecil, saya amat tertutup, tak mudah berkomunikasi dengan orang lain. Saya minder dan perasa. Puji Tuhan, saat mendengar khotbah pendeta itu saya mulai sadar bahwa saya tak perlu menanggung segala kesulitran di atas bahu sendiri. Kita bisa menyerahkannya kepada Tuhan. Dari sanalah saya mulai belajar untuyk terbuka terhadap Tuhban dan mendapatkan kekuatan.


Pertanyaan pertama yang tertulis di dalam Westminster Confession adalah: Apakah tujuan yang terbesar di dalam hidup manusia? Jawabnya: Untuk memuliakan Tuhan dan bersuka cita karena Dia. Karena kita mempunyai Tuhan yang begitu agung, maka kita mempunyai pengharapan, sukacita, dan kekuatan sehingga kita tidak akan dijatuhkan oleh apapun, bahkan oleh kesulitan-kesulitan yang berusaha memusnahkan kita.


Pada waktu saya berusia 21 tahu, pertamakali saya berkesempatan memimpin Kebangunan Rohani selama beberapa hari di GKI Stadion Semarang. Gereja itu penuh sesak. Orang-orang rindu untuk mendengar khotbah. Suatu hari tiba-tiba saya kehabisan khotbah. Setengah jam lagi saya harus berkhotbah tapi saya masih belum tahu apa yang harus saya khotbahkan. Saya merasa begitu gelisah. Setengah jam itu serasa saya mau mati. Itulah pertamakali saya mengalami apa yang dirasakan oleh Hizkia. Sepuluh menit lagi, dengan bercucuran airmata saya minta Tuhan menolong. Akhirnya Tuhan betul-betul memberikan pertolongan beberapa menit sebelum berkhotbah. Nyatanya Tuhan memimpin kebaktian malam itu berjalan lebih daripada kebaktian-kebaktian sebelumnya.


Hidup ini adalah perjuangan, pergumulan, dan tantangan. Tidak ada seorang Kristen yang hidup tanpa mengalami pergumulan. Tidak ada seorang Kristen yang kerohaniannya tidak mengalami kesulitan apapun dan mengalami kelancaran di dalam segala hal. Jika setiap hari kita diperbolehkan melalui hidup yang lancar dan tak ada kesulitan, sebetulnya hidup kita tidakmempunyai arti lagi. Sebaliknya setelah engkau mempunyai banyak pengalaman,Tuhan mengatakan engkau adalah seorang yang tidak punya apa-apa. Dalam surat kepada jemaat Korintus, Paulus menulis bahwa ia tidak mempunyai apa-apa, tetapi Tuhan telah memanggil ia yang bodoh, yang lemah, dan yang tidak layak ini untuk melayani Tuhan. Itulah sebabnya seumur hidup janganlah kita congkak, jangan sombong dan jangan bersandar kepada pengalaman atau kepintaran diri kita sendiri, melainkan senantiasa bersandar kepada Tuhan.


Walau kesulitan yang lebih besar daripada apa yang sanggup kita tanggung itu menimpa diri kita, waktu kesulitan yang lebih berat daripada apa yang sanggup kita tanggung itu menimpa diri kita, belajarlah seperti Hizkia. Datanglah kepada Tuhan dan paparkan “surat” itu kepada Tuhan.“Tuhan, bacalah surat ini. Jika Engkau melihat musuh-Mu menentang-Mu dengan berteriak-teriak. Jika Engkau melihat raja Asyur telah mengutus jendral untukmemusnahkan umat-Mu yang Kau pilih, yang Kau pimpin, yang Kau cintai dan yang Kau pelihara sampai hari ini, bagaimanakah perasaan-Mu ya Tuhan?” Pada waktu seseorang menyelaraskan hatinya dengan hati Tuhan, pada waktu doa kita sesuai dengan apa yang inginTuhan kerjakan, saat itulah kita melihat kemuliaan Tuhan dikirimkan untuk kita.


Apa yang terjadi setelah Hizkia menyerahkan kesulitannya kepada Tuhan? Malam itu juga Malaikat Tuhan memusnahkan 185.000 orang tentara. Paginya Hizkia menyaksikan mayat-mayat bergempangan disana-sini. Hizkia menyaksikan Tuhan sanggup melakukan perkara yang jauh lebih besar daripada apa yang kita pikirkan. Inilah catatan pemusnahan yang terbesar dimana dalam satu malam malaikat memusnahkan sejumlah besar orang. Setelah kita menyaksikan hal itu kita tahu bahwa malaikat itu sangat berkuasa. Padahal kita sering menggambarkan kepada anak-anak Sekolah Miunggu bahwa malaikat itu lembut sekali seperti perempuan. Ini gambaran yang tidak benar. Yesus juga sering digambarkan begitu feminim, seperti wanita yang berjenggot dan begitu lembut. Padahal kalau Yesus sanggup berkhotbah kepada ribuan orang tanpa bantuan pengeras suara, ini membuktikan betapa maskulin, betapa jantan, dan betapa berkuasanya Dia. Mazmur 103 melukiskan malaikat begitu perkasa dan mempunyai kuasa yang amat besar. Tuhan Yesus pernah mengatakan, bahwa Ia bisa saja meminta kepada Bapa untuk mengirimkan 12 legion malaikat untukmenolong-Nya saat Ia hendak ditangkap di Getsemani. Kalau satu malaikat saja bisa membinasakan185.000 orang, berapa banyak orang yang bisa dimusnahkan oleh 12 legion malaikat?


Di zaman Rennaissance, ada seorang pelukis bernaqma Tintoretto, melukis tentang Perjamuan Terakhir Tuhan Yesus bersama murid-murid-Nya. Di sana samar-samar dilukiskan beberapa malaikat mengelilingi mereka. Malaikat-malaikat itu ingin menyaksikan apa yang akan terjadi pada diri Anak Allah. Mereka menanti kalau-kalau ada perintah khusus yang diberikan bagi mereka untuk melindungi Yesus dan membasmi musuh-musuh-Nya. Saya percaya setelah menunggu sekian lama, justru setelah Yesus disalib, dari atas kayu salib yang keluar bukanlah kata-kata perintah untuk membasmi musuh, sebaliknya mereka mendengar Yesus mengucapkan, “Bapa, ampunilah mereka….” Maka pedang para malaikat itu kembali disarungkan. Mereka merasa malu dan menyadari bahwa Anak Allah yang tunggal mempunyai jiwa yang penuh dengan cinta kasih, rela berdoa syafaat bagi musuh, dan memintakan pengampunan bagi mereka.


Sejak Yesus disalib dan mengucapkan kalimat itu, maka seluruh sejarah etika berubah. Sebelum itu tidak pernah ada satu orang pun di dalam sejarah yang masih memberkati musuhnya setelah mereka disikisa. Dalam "4 virtue" yang menjadi tiang bagi moralitas orang Yunani, yakni kebijaksanaan, keberanian, keadilan,dan tahan nafsu, tidak terdapat Cinta kasih. Waktu Yesus Kristus datang kedunia, Dia telah memberikan sumbangsih yang sangat berbeda dengan apa pun yang pernah ada di dalam sejarah, yakni Kasih. Kasih yang terbesar adalah kasih yang menyerahkan nyawa bagi sahabat-sahabat-Nya. Bahkan Dia berdoa bagi musuh-musuh-Nya. Di dalam terang cahaya Kristus di atas bukit Golgotha, kita menemukan semua filsafat dari Socrates, Plato, Aristoteles menjadi suram karena tak ada etika yang lebih tinggi daripada apa yang Yesus nyatakan.


Bagaimana kita menghadap Tuhan di dalam kesulitan?


1. Pertama, kita yakin bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang jujur dan setia.


Kesetiaan-Nya itulah yang menarik kita datang kepada-Nya. Tuhan yang tidak pernah berubah. Tuhan yang tidak pernah berdusta. Tuhan yang tidak pernah memberikan janji kosong, adalah Tuhan yang patut kita hampiri. Mengapa kita datang kepada Tuhan? Karena Ia adalah Tuhan yang setia. He is faithful. The faithful God ia worth to receive our worship.


Kita berbakti, berdoa dan beriman kepada-Nya karena Dia adalah Tuhan yang setia. Tuhan tidak bermain-main dengan umat-Nya. Sifat kesetiaan Tuhan telah membedakan Dia daripada ilah-ilah lain. Salah satu sifat ilahi yang hakiki adalah bahwa Dia adalah Allah yang jujur dan setria. Kesetiaan Tuhan menyatakan Dia adalah Allah yang tidak berubah. Hanya Allah yang tidak berubah. Di dalam Dia tidak ada sedikit pun baying-bayang perubahan. Allah itu setia adanya, maka kita datang kepada-Nya.


Setiap orang yang berdoa kepada Tuhan, biarlah dia berdoa dengan teologi yang benar, bukan dengan nafsu agama yang duniawi. Apa beda doa yang menurut nafsu agama duniawi dengan doa yang menurut iman kepercayaan yang sesuai dengan teologi yang sejati? Dalam Roma 10:14 dikatakan, “Bagaimana kita dapat berseru kepada-Nya jika kita tidak percaya kepada Dia?” Bagi saya itulah kunci untukmengerti bagaimana doa yang benar. Bukan doa dengan ngotot, bukan berteriak dengan emosional, bukan penuh nafsu dan ambisi yang menyebabkan Allah harus mendengar doamu.


Doa yang paling emosional yang dicatat dalam Kitab Suci justru adalah doa dari para nabi palsu. Doa dari nabi yang sejati adalah doa yang tertib dan doa yang dinaikkan dengan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan. Tanpa iman yang sejati dan tanpa pengertian yang sesuai dengan wahyuTuhan serta tanpa menyadari siapa itu Tuhan yang setia, maka kita tidak bisa berdoa. Maka kalau kita tidak beriman, bagaimana kita bisa berdoa kepada-Nya? Kalau kita tidak mempunyai pengertian yang benar, bagaimana kita bisa menyeru nama Tuhan? Ini adalah dasar dari teologi doa, yaitu doa yang didasari dengan iman yang sejati.


Kita datang kepada Tuhan karena Dia Tuhan yang tidak berubah. Dia adalah Allah yang setia, Allah yang jujur. Alah yang telah menyatakan diri di dalam firman sesuai dengan apa yang ada di dalam diri-Nya. Tidak ada jarak antara apa yang dinyatakan dengan apa yang ada pada diri-Nya. Karena kesetiaan itulah kita datang kepada-Nya. Berbeda dengan alah-allah yang lain, Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak berubah.


2. Kita sadar bahwa diri kita mempunyai hak yang resmi untuk berdoa kepada-Nya


Siapakah kita? Kita adalah anak-anak Allah. Sebagai anak, kita bisa datang untuk memberitahukan kesulitan, untuk meminta pertolongan dan pertimbangan serta nasehat kepada Bapa. Itu adalah hak kita. We should realized our authority, our privilege to be the children of God, to come to our Father to pray to Him. Kita harus sadar bahwa kita bukan anak tiri atau anak angkat. Kita adalah anak yang diperanakkan oleh Roh Allah sendiri. Di dalam diri kita ada Roh Tuhan. Itulah yang membuat kita mempunyai hak istimewa untuk datang kepada-Nya. Sebab itu di dalam Roma 8:14 ditulis bahwa Roh Kudus memimpin semua anak-anak Allah. Barangsiapa dipimpin oleh Roh Kudus, dia adalah Anak Allah. Yang diukaruniakan kepada kita bukanlah roh budak melainkan roh anak, sehingga kita bisa menyebut Allah sebagai Abba, Bapa kita.


Paulus dengan tegas mengatakan inilah hak kita karena roh yang diberiokan kepada kita adalah roh anak. Roh anak yaitu Roh Kudus berada di dalam diri kita sehingga kita mempunyai hak sebagai anak. Karena kita adalah anak, kita boleh datang kepada Bapa. Jangan takut untukberdoa, jangan memaksa Tuhan. Untuk itu kita perlu mengerti bagaimana keseimbangan antara keduanya: di satu pihak sebagai anak Tuhan kita mempunyai hak untuk berdoa, tetapi kita tidak boleh mempermainkan Bapa. Di satu pihak kita menyadari diri kita mempunyai hak, tapi di lain pihak kita juga perlu menahan diri dan sadar bahwa sebagai anak kita harus taat kepada-Nya.


Berdoa adalah hak kita. Alkitab mengajar kita waktu di dalam kesulitan, berdoalah kepada Tuhan. Ini adalah ajakan Tuhan Allah: pray to Me whan you are in the trouble. Saat engkau mengalami kemalangan, kesesakan, krisis, kemiskinan dan kepicikan, berdoalah kepada-Ku. Mintalah kepada-Ku karena Akulah Bapamu. Kadang-kadanmg waktu kita lancar dan kaya, kita sama sekali melupakan Tuhan sampai kita mengalami kesulitan barulah kita datang kepada-Nya. Sayangnya,waktu kita datang kepada-Nya kita datang dengan ambisi agama. Kita datang dengan nafsu dan emosi dari agama lain, bukan datang dengan teologi dan iman yang benar. Kita harus datang kepada-Nya berdasarkan apa yang diajarkan oleh Kitab Suci, sehingga kita bisa berdoa sesuai dengan jalur yang telah ditetapkan bagi kita.


3. Kita harus yakin akan janji Allah kepada kita


Doa, permintaan, dan permohonan apa pun yang dinaikkan dengan tidak mengenal janji Tuhan atau berada di luar janji Tuhan adalah doa orang kafir. Orang kafir berpikir kalau doanya panjang pasti akan diterima oleh allah mereka. Tetapi Alkitab justru mengatakan terbalik, “Allah ada di sorga, kamu ada di bumi, jadi jangan banyak bicara.” (Pengkhotbah 5:1). Artinya, kalau engkau berdoa, berdoalah dengan kalimat-kalimat yang pasti, tidak dibarengi dengan embel-embel yang menuruti kesukaan hatimu. Jangan kira doamu yang panjang itu akan diterima. Karena permintaan seperti itu didasarkan atas ambisi agama, atas ketamakan emosi yang tidak mau dikontrol. Jangan berdoa seperti itu. Waktu berdoa, berdoalah sesuai dengan apa yang dijanjikan Allah di dalam Alkitab. Maka waktu kita berdoa, kita harus mengaitkannya dengan seluruh ajaran Alkitab dan menjadikannya sebagai dasar doa kita. 


Saya melihat banyak orang yang tidak mau membaca Alkitab, tidak mau mengerti firman, tidak mau mendengar khotbah, tetapi hanya mementingkan pengalaman pribadi dan doa belaka. Kita harus kembali kepada prinsip Alkitab. Jika kita tidak beriman, bagaimana kita bisa berdoa? Jika tidak mendengar firman, kita tidak mungkin beriman. Maka iman datang dari pendengaran, mendengar firman dengan sungguh, mengerti firman selimpah mungkin, barulah kita mengerti bagaimana berdoa kepada Tuhan. Tuhan bukanlah penolong yang bisa dipermainkan. Waktu engkau mengalami kesulitan, engkau minta pertolongan dari-Nya, baru Ia datang. Tetapi setelah itu engkau meninggalkan-Nya, tidak menjalankan perintah-Nya, tidak mendengar firman-Nya. Hendaklah Gereja selalu mendengar perintah Tuhan, selain mempelajari firmanTuhan sehingga waktu berada di dalam kesulitan, prinsip Tuhan yang sudah kita mengerti itulah yang kita jadikan sebagai dasar dan dengan hak sebagai anak kita datang kepada-Nya, kita berdoa kepada-Nya. Doa kita akan dikabulkkan jika doa itu sesuai dengan janji yang telah diberikan di dalam Kitab Suci. Tuhan tidak berjanji untuk memberikan segala sesuatu menurut kemauanmu, tetapi Tuhan berjanji memberi kekuatan kepadamu. Waktu engkau dalam kesulitan, Tuhan berjanji akanmenyertai orang yang berjalan di dalam kehendak-Nya. Tuhan berjanji akan berdiri di sisimu, akan menyertai, Ia akan menolongmu memberi jawab pada semua pertanyaan yang sangat mengancam nyawamu pada saat engkau memberitakan Injil. Di dalam kesulitan yang bagaimana pun janji-janji Tuhan menyatakan bahwa anugerah-Nya cukup bagi kita. God’s grace is sufficient for you. Paulus pernah berdoa minta Tuhan mengangkat duri yang berada di tubuhnya. Banyak orang menafsirkan bahwa duri itu adalah penyakit yang dideritanya, entah penyakit mata atau penyakit lain. Maka dia meminta Tuhan untuk mengangkat duri itu. Sebagai manusia kalau kita mempunyai kelemahan, kita cenderung minta Tuhan mengangkatnya agar kita bisa melayani Tuhan dengan lebih baik. Tetapi Tuhan menjawab, “Tidak. Justru kadang-kadang Aku mengizinkan duri itu tetap berada di dalam dirimu, supaya engkau tidak selalu bersandar kepada diri sendiri, melainkan sadar bahwa engkau manusia yang tidak ada apa-apanya dan perlu berdoa kepada-Ku serta bersandfar kepada-Ku.”


Kadang-kadang Tuhan mempunyai cara yang tidakkita mengerti. Pauylus berseru minta Tuhan mengangkat durinya, padahal dia bukan orang Kristen biasa. Dia adalah orang Kristen yang besar sekali imannya.Tetapi Tuhan menjawab, “Sudahlah, jangan minta hal itu lagi, karena anugerah-Ku cukup bagimu.” Artinya, tidak semua doa permohonan kita dikabulkan oleh Tuhan. Namun meskipun Dia tidak menjawab doa kita, Dia telah memberikan anugerah yang cukup bagi kita. Janji Tuhan dan lingkaran dari intisari janji itu lebih penting dibandingkan dengan apa yang kita minta di luar janji itu. Kita harus mengerti dan kita harus percaya dengan tegas bahwa Tuhan adalah Tuhan yang memberikan janji. Apa pun yang sudah dijanjikan tidak pernah Dia ingkari.


4.Kita juga boleh berjanji kepada Tuhan di dalam doa kita


“Jika Engkau menolong aku, aku akan menjadi orang yang mencintai Engkau.” Banyak orang yang hanya tahu meminta saja, tapi tidak mau menyatakan pengorbanan apa yang akan dia berikan kepada Tuhan. Ingatkah janji apa yang pernah kau ikrarkan kepada Tuhan? Janji bukanlah tukar kado. “Kalau Tuhan sembuhkan saya, maka saya akan mengerjakan sesuatu untuk Tuhan. Tapi kalau Tuhan tidak menyembuhkan saya, saya juga tidak akan lakukan sesuatu untuk Tuhan.” Itu kurang ajar sekali. Jangan memberikan janji yang bersyarat kepada Tuhan karena berarti engkau sedang mempermainkan Tuhan atau memaksa Tuhan. Sebab itu waktu kita berdoa dengan berjanji kepadaTuhan, ada prinsip-prinsip penting yang perlu kita perhatikan. “Janganlah terburu-buru dengan mulutmu danjanganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah di sorga dan engkau di bumi. Oleh sebab itu biarlah perkataanmu sedikit.” (Pengkhotbah 5:1). Allah berada di sorga dan kita berada di bumi. Diilhami ayat ini, Soren Aahye Kierkegaard menemukan 3 macam qualitative difference yang tidak mungkin dijembatani: the qualitative different between heaven and earth; between God and men; between time and eternity. Langit sama sekali berbeda daripada bumi. Allah sama sekali berbedsa dengan manusia. Waktu sama sekali berbeda dengan kekekalan.Tidak ada jembatan untuk ketiga macam perbedaan itu. Pemikiran inilah yang memperngaruhi Karl Barth dalam teori “God is the wholly other.” Allah sama sekali nerlainan dengan apa yang kau pikirkan, kau kenal. Tetapi kita tidak bisa menerima statement itu, karena statement itu akan memberikan lowongan bagi Gnotiksisme dan Agnostiksisme. Allah menyatakan diri, mewahyukan diri-Nya kepada kita, maka kita harus sebisa mungkin mempelajari wahyu Tuhan dengan hati yang sungguh-sungguh dan kapasitas yang ada pada diri kita. Waktu kita datang kepada Tuhan, janganlah kita buru-buru berbicara, jangan terlalu cepat berbicara. Janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Tuhan Allah. Buat apa gelisah? Mari kita pikirkan dengan baik. Alkitab selalu mengajak manusia untuk menjadi manusia yang rasional, yang rasionya ditaklukkan di bawah kuasa Roh Kudus.Tetapi orang yang berambisi agama tidak mau dikontrol, dia terlalu cepat dan terlalu banyak berbicara, tidak mengontrol lidahnya.


Dikatakan di sini, Allah tidakmenginginkan kita gelisah, terburu-buru, terlalu banyak bicara. Karena itulah cara orang kafir berdoa, tapi bukan demikian dengan kita. Kita datang kepada Tuhan, karena Dia di sorga dan kita di bumi. Oleh sebab itu, hendaklah perkataanmu sedikit. Karena sama seperti mimpi dikarenakan terlalu banyak kesibukan, demikian juga perkataan bodoh yang disebabklan oleh banyak bicara. Karena dalam perkataan yang banyak, kau menyatakan kebodoha nmu.


Peribahasa Tionghoa mengatakan, orang yang banyak bicara sulit luput dari mengucapkan perkataan yang salah. Jika kita mengucapkan perkataan yang salah, kita perlu melihat, siapa dia orangnya. Kalau kau mengucapkan perkataan yangs alah kepada orang yang biasa tidak apa-apa.Tetapi kalau kau mengucapkan perkataan yang salah kepada presiden atau kepada atasanmu, mungkin akan mengancam keamanan dirimu. Tetapi kalau memang presiden memang salah, dan semakin orang mempersalahkan dia, maka kedua belah pihak perlu saling mengoreksi diri.


Bagaimana kalau kita mengucapkan perkataan yang salah terhadap Tuhan Allah? Di sini dikatakan, jangan kita sembarangan berkata-kata, karena Dia di sorga dan kita di bumi, perkataanmu harus sedikit. Setelah itu, baru disambung dengan nazar. Apa itu nazar? Berjanji. Lebih baik tidak berjanji daripada berjanji tapi tidak dilaksanakan. Lebih baik berjanji dan siap melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab. Waktu kita katang berdoa kepada Tuhan, janganlah mengucapkan janji-janji kosong untuk menipu Tuhan, jangan tergesa-gesa memaksa Tuhan, jangan berjanji hanya untuk bermain-main, karena kau tidak tahu tanggung jawab yang ada dibaliknya. What you pray you should pay. Apa yang kau doakan, haruslah kau jalankan.


Setiap doa diikuti oleh tanggung jawab. “Tuhan, tolonglah orang miskin.” Tuhan akan bertanya, apakah tanggung jawabmu, yang sudah mengucapkan doa seperti itu? Doa adalah cetusan keinginan hati kita yang sedalam-dalamnya, yang kita tujukan kepada Allah, Penguasa langit dsan bumi. What you pray, you should pay. Bukan berdoa semaunya sendiri sesudah itu kita tinggalkan begitu saja dan melupakan semua perkataan yang kita ucapkan kepada Tuhan.


Biarlah doa kita keluar dari kesadaran dan pengertian yang sungguh, didasarkan atas pendengaran wahyu yang sejati, yaitu Kitab Suci. Dengan pengertian seperti itu, kita melihat lingkaran yang beres di dalam hidup kerohanian kita, mendengar, berpikir, mengerti, beriman, berdoa, menjalankan, mendengar lagi, berdoa, menjalankan. Laksanakanlah apa yang telah engkau janjikan dan nazarkan, karena doa bukan hanya sekedar membicarakan sesuatu yang kosong, sebaliknya, doa adalah suatu keinginan untuk menjalankan kehendak Tuhan yang diutarakan melalui permohonan, nazar atau janji.


5. Kita menyaksikan bagaimana Tuhan bekerja


Banyak orang setelah berdoa mereka ingin Tuhan segera menyatakan kehebatan-Nya, kuasa-Nya, padahal kita perlu menunggu, to wait upon the Lord. Wait patently before Him. Setelah berdoa, tunggulah dengan sabar. Jangan mengharapkan Tuhan melakukan sesuatu sesuai dengan jadwal waktumu. Tuhan mempunyai jadwal-Nya sendiri, karena Dia adalah Allah. Sebab itu, kita perlu tenang.

Felix Mendellsohn Bartholdy, adalah satu-satunya komponis yang berasal dari kjeluarga kaya. Ayahnya, Abraham Mendellsohn adalah seorang banker yang besar di Jerman. Sebagai anak tunggal sejak kecil hidup Felix enak luar biasa. Tetapi dia berjuang mati-matian hiongga akhirnya menjadi salah seorang komponis terbesar dalam sejarah. Dia menulis dua lagu rohani yang sangat menyentuh hati saya, yaitu “Hear my prayer,” dan yang satu lagi adalah “I waited for the Lord”, salah satu lagu dengan melody yang terindah. Aku menantikan Engkau, Tuhan, karena Engkau menyendengkan telinga, mendengar dan menjawab doaku. Aku menanti Tuhanku dengan jiwa yang tenang.

Di saat-saat yang sulit, seringkali kita ingin cepat-cepat keluar dari sana, tetapi Tuhan berkata, “Tidak. Aku mnempunyai jadwal-Ku sendiri.” Apakah politik berubah? Ada jadwalnya. Kau ingin cepat-cepat menikmati demokrasi? Ada jadwalnya. Demokrasi selalu dilahirkan melalui suatu proses yang panjang dan sulit. Sebelum demokrasi diberlakukan, perlu adanya pendidikan yang jujur dan merata, agar mereka tahu bagaimana memilih. Sebab itu perlu waktu yang panjang agar manusia belajar melalui pengalaman-pengalaman yang salah. Segala sesuatu ada waktunya. Kau mengharapkan rupiah cepat-cepat menguat, tetapi harus tunggu, karena segala kesulitan yang muncul harus dibereskan terlebih dahulu. Belajar tenang dan belajar taat. Kalau menemui kesulitan lalu melarikan diri, itu yang paling gampang. Kalau menemui kesulitan lalu marah, itu juga gampang.

“Lihatlah, Allahmu bekerja,” berulang kali Alkitab mengatakan seperti itu. Maka di dalam poengalaman saya, saya berkata kepada Tuhan, “Tuhan, sebenarnya seumur hidup ini saya bukan bekerja bagimu, tetapi terus menerus menunggu, bagaimana Kau bekerja.” Cara Tuhan bekerja begitu berlainan dengan cara kita. Cara Tuhan adalah di luar cara-cara yang mungkin kita pikirkan. Dia juga bekerja pada waktu-Nya.

Dalam peristiwa Lazarus, orang-orang berkata,“Oh, Yesus, orang yang Kau cintai sudah mati.” Apakah Yesus lalu segera pergi? Yesus menanti empat hari, barulah Dia pergi ke kubur Lazaruys. Mengapa harus menanti sampai 4 hari? Karena Allah mempunyai jadwal-Nya sendiri. Kalau Yesus datang sebelum Lazarus mati, Dia hanya menumpangkan tangan-Nya, lalu sembuhlah Lazarus, maka kuasa kebangkitan Yesus tidak nyata. Jadi, tunggu hingga Lazarys mati. Kalau Lazarus baru mat isetengah hari, lalu Yesus datang dan membangkitkan dia, mungkin orang akan berkata, bahwa dia mati suri. Tetapi, setelah dia mati empat hari, mayatnya sudah busuk, barulah Tuhan berkata, “Lazarus, keluarlah!” Maka keluarlah Lazarus. Kuasa Tuhan, waktu Tuhan, tidak bisa diatur oleh manusia. Kesulitan-kesulitan yang tiba pada kita, marilah kita berkata dengan iman, “Tuhan, aku menantikan waktu-Mu bekerja, aku taat kepada-Mu, karena Engkau adalah Tuhan yang tidak pernah bersalah.

6. Setelah kita berdoa, dan menantikan saat-Nya bekerja, kita harus langsung melaksanakan tugas kita.

Jika ada seorang berdoa, sesudah itu dia pergi tidur, itu tidak benar. Karena sesudah berdoa, dia harus melakukan apa yang bisa dia lakukan. Ini penting sekali. Kalau kamu minta Tuhan membasmi kemiskinan, maka setelah berdoa, kau harus segera menolong orang miskin yang berasa di sekitarmu. Kalau kau berdoa minta pertolongan kepada Tuhan untukmemberikan demokrasi kepada negara ini, mulailah belajar bagaimana menghargai orang lain. Kalau kau tidak bertindak, hanya berdoa saja, kau tidak akan melihat anugerah Tuhan yang limpah itu datang atas dirimu.

Saya tidak tahui, apa yang kau doakan di masa krisis ini, karena doa setiap orang berbeda. Orang-orang yang mengalami kesulitan, doanya juga berbeda-beda. Kau harus belajar untuk menyelaraskan doamu dan tindakanmu. Hidup doa orang Kristen bukan hanya memukul angin, bukan hanya berteriak-teriak terhadap angkasa, melainkan suatu cetusan dari hati untukmengerti siapa itu Tuhan, apa hak kita sebagai anak, apa yang dijanjikan-Nya, apa yang harus kita doakan, waktu dan jadwal Tuhan yang harus kita tunggu, tugas dan tanggungjawab yang harus kita kerjakan.

7. Setelah Tuhan memimpin, jangan lupa untuk memuliakan Dia

Dalam Mazmur 50:15 Tuhan mengatakan, “Aku akan menolong engkau, dan engkau juga harus memuliakan Anku.” Kalimat terakhir dari ayat ini, merupakan tuntutan dan peringatan Tuhan kepada kita karena kita selalu melupakannya.

Peribahasa Tionghoa: wang en fu yi, orang yang lupa budi harus dihina. Yesus menyembuhkan sepuluh orang yang berpenyakit kusta, seorang di antara mereka berkata, “Aku sudah disembuhklan, tetapi mengapa aku lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada-Nya?” Maka dia kembali dan berkata kepada-Nya, “Puji Tuhan, kemuliaan bagi Allah. Yesus, aku berterima kasih kepada-Mu karena Kau telah menyembuhkan aku.” Yesus angkat bicara, “Bukankah ada sepuluh orang yangmendapatkan kesembuhan? Mengapa selain orang Samaria ini kembali memuliakan Tuhan, yang lain diam saja?” Sepuluh orang kusta disembuhkan, tetapi hanya orang Samaria, seorang diri yang kembali. Di manakah orang-orang Yahudi? Di manakah umat Tuhan?



Seringkali umat Tuhanlah yang paling kurang ajar. Kita menerima anugerah Tuhan, tapi kita melupakan-Nya. Kita berjanjij kepada Tuhan, tetapi kita melupakan-Nya. Tuhan berkata, “Waktu kau berada didalam kepicikan datanglah kepada-Ku, berdoalah kepada-Ku, berserulah di dalam nama-Ku, maka Aku akan menolongmu. Tetapi setelah itu, janganlah lupa untukmemuliakan Aku.”

Mana yang lebih banyak kita lakukan di dalam doa kita, memohon atau bersyukur? Apa arti doa? Doa adalah berbicara kepada Tuhan. Bagaikan kawan yang baik datang mengunjungimu. Kalaui ditanya, untuk apa kau datang? Kesulitan apa yang kau alami? Jawabmu, tidak, hanya berkunjung sebagai seorang kawan. Yang sering datang pada saat tidak terjadi apa-apa adalah orangt baik. Tapi orang yang kalau terjadi apa-apa baru datang, itu repot.

Tuhan berkata, Kalau kau mengalami kesulitan, kepicikan, datanglah kepada-Ku. Banyak hal tak pernah kau bawakan di dalam doamu, tunggu sampai kesulitan menimpa, barulah kau berdoa. Tuhan berkata, silahkan. Tapi kata-Nya, setelah kau berdoa dan Aku menolongmu, jangan lupa memuliakan nama-Ku. Adakah hidupmu mengalami perubahan? Adakah kau melalui hidup yang suci? Adakah kau membantu orang lain? Kalau Tuhan sudah menolongmu, adakah kau menolong orang lain? Kalau Tuhan sudah melepaskanmu dari kesulitan, adakah kau memberikan simpati kepada orang lain? Adakah kau memuliakan nama Tuhan? Adakah orang kafir memuliakan Tuhan karena tingkah laku dan tindakanmu? Do not take it for granted. Banyak orang beranggapan, kalau Tuhan baik terhadapku, itu sudah seharusnya. Tetapi ia sendiri tidak pernah mengingat Tuhan dan selalu melupakan anugerah Tuhan. Kiranya Tuhan memberikan kekuatan kepada kita, agar kita bisa menjadi orang Kristen yang bertanggungjawab, yang bisa berdoa kepada-Nya, menikmati sukacita daripada-Nya.


Setelah kita berdoa, marilah kita berkata, hatiku tenang, karena dengan iman aku melihat Tuhan akan menyatakan lengan-Nya yang berkuasa melakukan pekerjaan-Nya. Bersandarlah kepada Tuhan dengan iman yang sungguh.

Saya akan memberikan satu cerita pendek: suatu hari seorang stunt man yang sangat berani membuat sebuah menara besi di sisi sebuah air terjun yang besar dan menghubungkan dengan kabel. Lalu dia mengundang banyak orang untukmenyaksikannya berjalan di atas kabel yang sangat kecil itu. Semua orang yang melihat hampir berhenti bernafas, karena apa yang dilakukannya begitu bahaya. Setelah dia menyelesaikan perjalanan itu, suara tepuk tangan menggelegar. Tapi sesudah itu dia bertanya, “Sekarang, siapa yang mau ikut saya ke seberang?” Setelah menunggu lama sekali, ada satu orang yang mau ikut. Semua memandang orang itu dengan heran. Orang itu dipegang dan mereka berjalan perlahan-lahan sampai di tempat tujuan. Siapakah orang yang mau ikut berjalan di atas kabel? Ternyata dia orang yang sering berlatih bersama dia. Dia tahu dengan pasti, orang itu sanggup membawanya menyeberang ke sana.

Demikian juga di dalam kesulitan kita, mari kita memandang kepada Tuhan seraya berkata, I trust in God. Ada orang bertanya, mengapa mata uang dollar begitu kuat? Karena satu-satunya mata uang di dunia yang tercetak tulisan “In God we trust” adalah dollar. Kapankah mata uang rupiah dibubuhi tulisan “bersandar kepada Allah?” Bila seluruh rakyat hingga presiden pun perlu “trust in God” baru dunia ini menjadi aman.

Kiranya Tuhan memberkati kita. 

IMAN DALAM MASA KRISIS


Amin.

Tags